ANALISIS KREDIT MACET DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA
LEMBAGA PERKREDITAN DESA (STUDI KASUS PADA LPD DESA
PAKRAMAN BATUAJI, KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN
TABANAN, PROPINSI BALI)
1
Ni Gusti Ayu Putu Sischa Monika Sari,
1Anantawikrama Tungga Atmadja,
2Ni Luh Gede Erni Sulindawati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:
{[email protected], [email protected],
[email protected]}
@undiksha.ac.id
Abstrak
Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh penyedia dana yang didasarkan pada persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak penyedia dana dengan pihak peminjam dana. Kondisi ini terjadi di LPD Desa Pakraman Batuaji, yang aktivitas operasionalnya berupa penyaluran dana dan menghimpun dana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penyebab terjadinya kredit macet pada LPD, 2) cara LPD dalam mengatasi masalah kredit macet, dan 3) implikasi kredit macet terhadap kinerja operasional LPD.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode wawancara yang menitikberatkan pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan3) menarik kesimpulan berdasarkan teori yang telah ditentukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit macet disebabkan oleh pihak internal maupun eksternal LPD. Dalam penyelesaiannya,pihak LPD melakukan pendekatan-pendekatan kepada debiturnya. Kredit macet berpengaruh sangat besar dalam kinerja operasional. LPD mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, dan pendapatan LPD menurun. Kata Kunci: Lembaga Perkreditan Desa, Kredit Macet, Struktur Pengendalian Internal,
Kinerja Operasional.
Abstract
Creditis the distribution of funds by fund providers based on a loan agreement and an agreement between the providers of funds to the borrower of funds. This condition occurs in LPD Desa Pakraman Batuaji, which is the operational activity in the form of the distribution of funds and raised funds. This study aims to determine: 1) the causes of bad credit on the LPD, 2) how LPD over coming bad credit’s problem, and 3) the implications of bad credit in operating performance LPD.
This research was conducted by using a qualitative approach. Data were collected by interview that focuses on the description and interpretation of human behavior. This research was done in three stages: 1) data reduction, 2) presentation of data, and 3) draw conclusions based on the theory that has been determined.
The result of this study shows that bad credit caused by internal and external LPD parties. In the completion, the LPD parties make approaches to the debtors. Bad
credit have a very large influence in operational performance. LPD experiencing problems such as LPD losses, the customeris reduced, and LPD revenue decreased.
Keywords: Lembaga Perkreditan Desa (village bank), Bad Credit, Internal Control Structure, Operational Performance.
PENDAHULUAN
Bali sudah terkenal dengan
kebudayaannya, salah satu keunikan di Bali
adalah eksistensi dari desa pakraman.
Lingkup desa pakraman tidak terbatas pada
peran-peran sosial budaya dan
keagamaan, melainkan juga ekonomi dan
pelayanan umum. Karena itu desa
pakraman dituntut untuk memiliki tata kelola perekonomian mandiri. Prof. Nurjaya menyatakan bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) tidak hanya bernuansa sosial ekonomi tetapi juga bercorak kultural-religius. LPD merupakan lembaga ekonomi
desa pakraman yang dibentuk dari krama
untuk kepentingan krama. Pertumbuhan
kredit yang diberikan merupakan salah satu komponen aktiva produktif. Pertumbuhan
kredit yang diberikan mencerminkan
seberapa besar LPD menyalurkan dana yang berhasil dihimpun dalam bentuk kredit kepada masyarakat.
LPD telah mengemban fungsi untuk
mendorong pembangunan ekonomi
masyarakat melalui tabungan yang terarah, serta penyaluran modal yang efektif. Modal LPD bisa berasal dari swadaya masyarakat sendiri atau urunan
krama desa, bantuan pemerintah dan dari pemupukan modal, pemanfaatan tabungan nasabah dan pinjaman. Semakin tinggi pertumbuhan kredit yang diberikan, maka semakin besar kredit yang disalurkan kepada masyarakat.
Pertumbuhan kredit yang tinggi dapat menyebabkan pendapatan operasional LPD meningkat sehingga kinerja operasional pun juga akan semakin baik. Dana yang disimpan di BPD yang umumnya disebut uang beku (idle money) terus meningkat setiap tahunnya. Pengembangan ekonomi rakyat dapat dilakukan apabila adaya sinerji antara LPD dengan masyarakat
desa pakraman dalam hal ini krama,
masyarakat membangun atau
mengembangkan kegiatan usahanya, LPD menyediakan modal. Adanya kerjasama
yang baik antara masyarakat akan dapat meningkatkan kinerja LPD yang sekaligus juga dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Dari sudut pandang
masyarakat, keberadaan LPD yang sehat, akan sangat membantu, baik secara ekonomi maupun sosial.
Secara ekonomis, masyarakat
memiliki alternatif untuk menyimpan
dananya secara produktif dengan
memperoleh pendapatan bunga yang
bersaing dengan lembaga keuangan
lainnya. Sementara bagi masyarakat yang
membutuhkan dana, LPD biasanya
merupakan pilihan utama, karena mereka dapat meminjam dana dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. Hal ini menyebabkan adanya pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan kemudahan yang di berikan oleh LPD tersebut.
LPD Desa Pakraman Batuaji,
Kecamatan Kerambitan, Kabupaten
Tabanan merupakan LPD yang dipilih sebagai obyek penelitian. Pemilihan ini
didasarkan pada jumlah kredit yang
disalurkan cukup besar lebih dari 1 milyar
dan jumlah kredit macet mengalami
peningkatan secara signifikan setiap
tahunnya serta tingginya persentase kredit macet melebihi 10% pada tahun terakhir.
Jumlah pinjaman yang disalurkan kepada pihak ketiga cukup besar begitupun peminjamnya yang terdiri dari banyak orang. Pada tahun 2010 jumlah kredit
macet yang ada di LPD Desa Pakraman
Batuaji berjumlah Rp. 9.150.000 mengalami peningkatan secara signifikan pada tahun 2011 yaitu dengan jumlah kredit macet sebesar 139.258.000. Pada tahun 2012 jumlah kredit macet sebesar 188.613.000
dan mengalami peningkatan kembali
dengan jumlah kredit macet pada tahun 2013 sebesar 567.885.000. Kredit macet terjadi sebesar 18,6% dan dapat ditetapkan dalam status pengawasan intensif karena secara neto telah melebihi 5% dari total kredit. Data ini tercatat pada laporan
tahunan Lembaga Pemberdayaan
Lembaga Perkreditan Desa (LPLPD)
Kabupaten Tabanan.
Tingginya persentase kredit macet
pada LPD Desa Pakraman Batuaji yang
mencapai angka 18.6% menunjukkan
bahwa struktur pengendalian yang dimiliki LPD Desa Pakraman Batuaji kurang bekerja dengan baik. Kondisi ini menjadi menarik untuk diamati agar pemahaman yang di peroleh menjadi semakin jelas.
Berkaitan dengan hal tersebut,
adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) penyebab terjadinya kredit macet, 2) cara mengatasi masalah kredit macet, dan 3) implikasi kredit macet terhadap kinerja operasional.
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
bersifat deskriptif dalam bentuk studi kasus, yaitu penelitian yang rinci tentang suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya.
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis data kualitatif.
Penelitian kualitatif disebut interpretative inquiry karena banyak melibatkan faktor
subjektif, baik dari informan, subjek
penelitian maupun peneliti itu sendiri (Irawan, 2006). Dengan adanya berbagai sebutan ini maka tidak mudah memberikan definisi tentang penelitian kualitatif, karena dia tidak terbatas hanya pada masalah data, tetapi menyangkut pula objek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Walaupun sulit mendefinisikannya, namun penelitian
kualitatif bisa dikenali, bahkan bisa
dibedakan daripada penelitian kuantitatif dengan melihat ciri-cirinya. Namun, ciri-ciri
penelitian kualitatif banyak, sehingga
pendefinisianya pun bisa beragam. Untuk itu, bisa dikutif gagasan Strauss dan Corbin (2003) yang menyatakan, bahwa istilah penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Dia bisa saja
menggunakan data yang dapat dihitung,
misalnya data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
LPD Desa Pakraman Batuaji
LPD Desa Pakraman Batuaji
merupakan lembaga penyediaan jasa
keuangan yang berdiri sejak 2 Desember 1992 yang berlokasi di Desa Batuaji, Kabupaten Tabanan tepatnya sebelah utara
dari Pura Puseh (Pura Desa) Desa
Pakraman Batuaji. LPD ini dibentuk sebagai unit dari desa adat untuk menyimpan dana
krama desa dan disalurkan kembali kepada
krama desa yang membutuhkan kredit.
Dalam pendirian LPD diberikan modal awal sebesar Rp. 5.000.000,- dari pemerintah. Di sisi lain LPD di dirikan bertujuan untuk membangun, memperkokoh perekonomian masyarakat desa adat. Selain itu juga untuk
memperkuat dan menjaga adat dan
kebudayaan masyarakat Bali yang
berlandaskan ajaran agama. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan yang disampaikan oleh Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji, I Gusti Ketut Sarjana sebagai berikut:
“Kalau ngomong masalah sejarah tidak ada yang tertulis. Yang bisa saya informasikan tentang LPD disini bahwa LPD sangat dibutuhkan untuk penyimpanan dana yang dimiliki desa
adat. Dulu diberikan modal awal
sebesar Rp. 5.000.000,- dari
Gubernur. Disisi lain LPD didirikan
bertujuan untuk membangun,
memperkokoh perekonomian
masyarakat desa adat. Dan juga memperkuat dan menjaga adat dan kebudayaan masyarakat Bali yang berlandaskan ajaran agama. Kurang lebih seperti itu.”
Dalam kondisi seperti ini keberadaan LPD diharapkan mampu meningkatkan
perekonomian krama desa dan untuk
mengatasi kesulitan keuangan serta
sebagai penjaga kebudayaan Bali. LPD dapat dirasakan oleh krama desa sebagai lembaga keuangan yang bisa memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat.
Kemampuan LPD menyalurkan kredit
kepada usaha produktif akan mampu menyerap tenaga kerja dan kesempatan berusaha bagi krama desa yang berminat di
bidang wirausaha. Disinilah LPD memiliki peranan penting bagi masyarakat desa
adatnya, karena menjadi salah satu
alternatif sumber pembiayaan dan
penerimaan masyarakat dengan
kemudahan persyaratan, cepat dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Banyak keuntungan yang didapatkan oleh krama desa jika bisa menjaga dan ikut
serta membangun LPD. Masyarakat Desa
Pakraman Batuaji memberikan dukungan untuk meningkatkan kelancaran kegiatan operasional LPD. Salah satu alasan pendirian LPD adalah untuk memberikan
kemudahan krama desa dalam menyimpan
dan membutuhkan dana. Semakin lancar perputaran uang maka akan semakin berhasil sebuah lembaga. Pendapatan laba yang diperoleh dari aktivitas operasional akan di berikan sebesar 20% untuk dana pembangunan di desa adat. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.
“Masyarakat disini sangat
mendukung, LPD berdiri kan untuk mereka, karena setiap tahun untuk
dana pembangunan dapat 20%
sehingga semua masyarakat dapat menikmati…., Yang saya ketahui masyarakat disini sebagian besar memiliki karakter kepedulian akan
desanya sangat tinggi. Ya bila
dikaitkan dengan keberadaan LPD, masyarakat disini tentu sudah tahu bahwa dari laba yang di peroleh LPD setiap tahunnya akan kembali ke desa adat 20% untuk dana pembangunan.” Dengan adanya LPD, masyarakat tentu merasakan keuntungan yang tidak secara langsung dirasakan oleh setiap orang jika dilihat dari segi kepentingan umum. Dapat dilihat dari pembangunan pura, renovasi pura dan pembangunan lainnya yang berhubungan dengan desa
adat. Masyarakat dituntut untuk ikut
menjaga dan berpartisipasi dalam
mengembangkan LPD itu sendiri demi kepentingan bersama.
Struktur organisasi sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Tanggung jawab, wewenang maupun tugas dapat dilihat dari struktur organisasinya.
Akan lebih mudah jika setiap karyawan mengetahui tugas dan tanggungjawabnya.
Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Bendesa Adat: Mengetahui secara utuh operasional LPD. Mengetahui tentang tingkat kemajuan yang telah dicapai
LPD. Membuat Awig-awig dan disahkan
oleh krama desa. Melaksanakan
pengawasan atas kegiatan LPD.
Bendesa Adat bertanggung jawab
langsung kepada seluruh krama desa.
2. Badan Pengawas: Melaksanakan
pengawasan atas kegiatan LPD.
Memberikan saran, pertimbangan dan ikut menyelesaikan permasalahan yang ada. Memberikan petunjuk kepada
pengurus LPD. Mensosialisasikan
keberadaan LPD. Mengevaluasi kinerja pengurus secara berkala. Menyusun
dan menyampaikan laporan hasil
pengawasan kepada paruman desa.
Badan pengawas bertanggung jawab langsung kepada Bendesa Adat.
3. Kepala LPD: Mengkoordinir
pengelolaan LPD. Mengawasi dan menyetujui semua kegiatan yang terjadi
di LPD. Mengadakan
perjanjian-perjanjian kepada nasabah/pihak
ketiga. Membantu pengurus dalam
mengkoordinir kegiatan yang
berhubungan dengan perkreditan.
Menyusun rancangan kerja (RK) dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja (RAPB). Bertanggung jawab atas perkembangan pengelolaan LPD dan mewakili LPD dalam kegiatan yang berhubungan dengan LPD.
4. Kasir (Bendahara): Melaksanakan
transaksi keuangan.
Membuat/membukukan setiap transaksi tabungan. Membuat berita acara uang kas. Menyimpan dan menarik dana yang ditempatkan di PT BPD Bali. Tanggung jawab dari Kepala Bagian Bendahara (kasir) adalah bertanggung jawab langsung kepada kepala LPD atas tugas yang diberikan.
5. Sekretaris (Bagian Pembukuan):
Membuat daftar realisasi kredit dengan persetujuan kepala LPD. Membuat daftar potongan kredit, melaksanakan
tugas tagihan kredit. Menerima permohonan kredit, membuat analisa kredit. Penyusunan rencana kebutuhan kredit, penggunaan, dan pengawasan
kredit. Melaksanakan pelayanan
administrasi yang berhubungan dengan pengajuan kredit yang akan diminta dan
kredit yang akan diberikan.
Mengkoordinir tagihan produk piutang
LPD kepada krama desa. Menyusun
laporan keuangan. Tanggung jawab dari sekretaris adalah bertanggung jawab langsung kepada kepala LPD atas tugas yang diberikan.
6. Petugas Lapangan Bagian Tabungan: Berkeliling kerumah nasabah yang ingin menabung. Menulis sejumlah uang yang ditabungkan di buku tabungan. Memeriksa jumlah uang yang ditabung di dalam buku tabungan dan membuat
paraf serta cap pada tabungan.
Mengirim bukti-bukti transaksi simpanan kepada bagian pembukuan. Mencatat sejumlah uang yang ditabungkan ke
dalam buku penerimaan dan
rekapitulasi tabungan.
Mensosialisasikan produk LPD kepada
karma desa. Bagian tabungan
bertanggung jawab langsung atas
semua tugas-tugas kepada kepala bagian kasir.
Aktivitas operasional pada LPD Desa Pakraman Batuaji melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana
kepada masyarakat atau krama desa.
Kegiatan menghimpun dana di tawarkan
produk tabungan oleh LPD Pakraman
Batuaji dengan bunga tabungan sebesar
0,5%. Sedangkan untuk kegiatan
menyalurkan dana di tawarkan produk kredit bulanan yang bunga kreditnya
sebesar 2,5%. Jasa-jasa tersebut
contohnya tabungan dapat dilakukan
langsung dirumah nasabah atau bisa datang langsung ke LPD itu sendiri. Jasa kredit Untuk kredit satu juta rupiah ke atas
menggunakan jaminan seperti BPKB,
sertifikat, maupun tabungan. Kredit di bawah satu juta rupiah tidak mengunakan jaminan apapun hanya dengan melengkapi
formulir yang telah disediakan. Ini
diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak I Gusti Ketut Sarjana selaku Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji.
“…..jasa-jasa yang kami tawarkan disini tabungan dan kredit saja……,
kalau tabungan, nasabah bisa
langsung datang ke kantor atau pengurus bagian tugas lapangan bisa mencari ke rumah-rumah nasabah atau ada juga di warung-warung….., untuk mencari kredit, nasabah datang langsung ke kantor untuk melengkapi formulir permohonan kredit yang telah di sediakan….., bunga tabungan 0,5% dan kredit 2,5%. Kredit di bawah satu juta tidak menggunakan jaminan, kalau diatas itu baru isi jaminan…...,
BPKB, sertifikat, tabungan itu
biasanya jaminan kredit”
Kredit menjadi sangat bermanfaat jika masyarakat membutuhkan dana untuk keperluan mendesak. Terlebih lagi LPD menyediakan kredit tersebut dengan syarat yang mudah dan tidak berbelit-belit. Disini terlihat bahwa eksistensi LPD itu sendiri menjadi hal yang sangat berguna bagi
masyarakat (krama desa) di lingkungan
Desa Pakraman Batuaji. Jika sudah memenuhi kriteria-kriteria perkreditan dan syarat-syarat permohonan kredit sudah dilengkapi dengan benar dan di setujui oleh
Ketua LPD maka debitur sudah
memperoleh ijin serta permohonan
kreditnya akan di tanda tangani oleh Ketua LPD, Kelian Adat dan Bendesa Adat.
Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Macet pada LPD Desa
Pakraman Batuaji
Dalam Atmadja (2011) Struktur
Pengendalian Intern (SPI) merupakan salah satu perangkat yang diperlukan untuk menjamin tujuan LPD berkenaan dengan
keandalan pelaporan keuangan,
kesesuaian aktivitas dengan peraturan
perundangan yang mengatur serta
efektivitas dan efesiensi operasi. Dari temuan kancah, diantara kelima unsur
pengendalian intern, pengaplikasian
aktivitas pengendalian, yakni pemisahan tugas secara layak, tidak dilaksanakan secara berdisiplin.
LPD akan merasa yakin bahwa nasabahnya dapat mengembalikan kredit
apabila telah lebih selektif dalam
atau pihak ketiga yang mengajukan kredit. Masalah keamanan dalam pemberian kredit merupakan masalah utama bagi LPD mengingat bunga kredit merupakan sumber
utama pendapatan LPD. Penerapan
komponen pengendalian intern yang
memadai dalam pemberian kredit dapat membuat kualitas sistem pemberian kredit meningkat.
Proses dari penyaluran dana kepada masyarakat krama desa berupa kredit di LPD Desa Pakraman Batuaji dilakukan dengan mengikuti prosedur bahwa debitur datang ke kantor LPD untuk melengkapi formulir permohonan kredit yang telah disediakan di kantor LPD. Calon debitur di wajibkan untuk mengisi identitas diri dengan lengkap dan membawa KTP serta jaminan untuk memenuhi syarat kelayakan dalam mendapatkan kredit. Jaminan kredit dapat berupa BPKB, sertifikat tanah, rumah, dan lain sebagainya. Untuk calon debitur yang memiliki tabungan di LPD juga dapat mencari kredit dan tabungan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan. Selain itu calon debitur juga harus memberikan alasan yang sesungguhnya dalam mencari kredit. Di dalam formulir tersebut akan terlihat berapa nominal yang diajukan
apakah cocok dengan alasan yang
diberikan oleh calon debitur tersebut. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.
“…..untuk mencari kredit, nasabah datang langsung ke kantor untuk
melengkapi formulir permohonan
kredit….., identitas diri debitur ya KTP dan jaminannya. Ngisi alasannya juga
untuk apa.…., BPKB, sertifikat,
tabungan itu biasanya jaminan kredit.” Terlepas dari LPD sebagai lembaga keuangan milik desa adat yang berarti milik seluruh krama desa adat, masyarakat tidak
bisa seenaknya melanggar prosedur
perkreditan. Penyaluran dana berupa kredit
bertujuan untuk memberikan bantuan
permodalan dan membantu masyarakat
dalam memperkokoh perekonomian
masyarakat desa adat dan tentu LPD
memperoleh penghasilan atau pendapatan dari bunga-bunga perkreditan. Syarat-syarat yang diberikan dalam permohonan kredit sangat mudah dan tidak berbelit-belit.
Selain pengalaman kerja yang dimiliki seseorang, pendidikan saat ini merupakan hal yang sangat penting dalam dunia kerja.
Sebagian besar pendidikan akan
menentukan di bagian mana yang cocok sesuai keahliannya. Akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan jika
jabatannya dan keterampilan dalam
mengerjakan tugas sehari-hari sesuai
dengan pendidikannya. Pendidikan yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja.
Berbicara tentang pendidikan, dari segi pendidikan kualitas karyawan yang
ada di LPD Desa Pakraman Batuaji
memiliki jenjang pendidikan yang cocok untuk kegiatan keuangan. Di bagian pembukuan yang bertugas untuk menyusun laporan keuangan memiliki pengalaman belajar tentang perbankan. Pentingnya pengetahuan tentang keuangan menjadi hal
yang diharuskan dalam menunjang
kelancaran kegiatan operasional LPD. Di setiap bagian dibutuhkan pengetahuan
yang cukup untuk mencapai tujuan
organisasi yang sudah di tetapkan
sebelumnya. Seperti yang diungkapkan pada kutipan wawancara berikut ini.
“Kalau mbok tut dulu IPS gek polih
(dapat) juga akuntansi, mbok witya baru pemasaran di SMEA…, Bli kadek di bagian pembukuan dulu SMEA juga jurusan perbankan, bu desak juga SMEA yang di bagian kasir. Pak Gusti D1 Perbankan di UNTAB.”
Selain pendidikan, pengalaman dan pelatihan kerja juga berperan penting dalam
menunjang kelancaran kegiatan
operasional LPD. Berbagai kegiatan telah dilakukan Pembina untuk memberikan
pengetahuan tambahan dalam
mengembangkan kemampuannya dalam bekerja. Pekerjaan yang secara rutin dilakukan setiap hari, akan membuat orang belajar untuk mengenal permasalahan dan
memecahkan masalah. Dengan ini
pengurus akan menjadikan setiap masalah sebagai pengalaman untuk lebih baik lagi
dalam bekerja untuk menghindari
permasalahan tersebut.
Kredit macet pada LPD Desa
Pakraman Batuaji disebabkan oleh keadaan ekonomi debitur yang mengalami penurunan. Ketidakmampuan debitur dalam
membayar tunggakan disebabkan oleh debitur memiliki riwayat kehidupan ekonomi kurang dan debitur tidak memiliki pekerjaan tetap. Saat ditanya alasan mengapa tidak bisa menbayar, pihak debitur memberikan alasan karena keperluan rumah tangga
yang semakin banyak dan memiliki
tanggungan sekolah. Beda halnya dengan usaha pemborong dan kontraktor yang kredit macetnya disebabkan oleh proyek yang dijalankan mengalami kerugian. Hal ini diungkapkan oleh Ketua LPD pada kutipan wawancara berikut.
“Kalau kredit macet, ya tergantung sama pribadi orang sama keadaan
ekonomi mereka. Biasanya dari
masyarakat kurang mampu, ada juga
masyarakat yang tidak punya
pekerjaan tetap. Kalau di karenakan
oleh apa biasanya kebanyakan
alasannya karena keperluan rumah
tangga dan punya tanggungan
sekolah. Di formulir mengajukan kredit kan sudah ada alasannya, disana kebanyakan untuk biaya pendidikan, untuk pembangunan, untuk upacara adat dan ada juga untuk usaha…., usaha yang kreditnya banyak ya pemborong, kontraktor. Nah disana kalau proyeknya mengalami kerugian, tentu kreditnya akan bermasalah.” Pernyataan diatas menunjukan bahwa debitur berperan penting dalam kelancaran
perkreditan. Selain kepribadian calon
debitur, keadaan ekonomi menjadi penentu kelancaran perkreditan. Karakter masing-masing debitur berbeda-beda, debitur yang paham dan mengerti akan bertanggung jawab atas kewajibannya. Riwayat kredit yang baik akan dipercaya dan akan
dimudahkan dalam pencarian kredit
selanjutnya oleh pihak LPD.
Mengingat bunga pinjaman di LPD
Desa Pakraman Batuaji memiliki sistem bunga menurun, alternatif yang dipilih debitur dengan mempercepat pembayaran
pokok pinjaman agar bunga yang
dibayarkan juga lebih rendah. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Budiani sebagai salah satu debitur yang sampai saat ini masih lancar dalam pembayaran angsuran
kredit, ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.
“Nggih.. kalau medue jinah lebih, tiang
lebih bayar pokoknya. Biar cepet
lunas. Bunganya niki kan menurun.
Tiang dibantu bayar sareng suami.”
Sebagai seorang debitur,
kepercayaan menjadi hal yang paling utama yang dibutuhkan dari krediturnya. Jika kreditur sudah percaya dan debitur tidak mengecewakan, maka akan tumbuh hubungan yang baik antara kreditur dengan debitur. Dua pihak ini saling membutuhkan, tetapi jika salah satu tidak tanggap dengan kewajiban maka akan timbul permasalahan. Jika kemauan untuk membayar sudah ada, tetapi kemampuan dan keadaan ekonomi tidak mendukung maka sudah tentu timbul permasalahan. Faktor keluarga juga sangat
mempengaruhi. Terlebih lagi seorang
debitur menjadi tulang punggung keluarga. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Bapak Widnyana sebagai debitur.
“Waktu niki tiang mayah bunga
kemanten, kejokan jinah tiang anggen mayah pokok. Niki tiang dados tulang punggung keluarga, cucu tiang ten medue ibuk. Tiang dadosne ngurus. Istri tiang ten megae. Keperluan
rumah tangga tiang sampun
mekejang…, Tiang tukang…, masih,
bapaknya niki kan diem dirumah.
Anak tiang yang masih muda laki-laki
wenten juga satu…, untuk sendiri ten
cukup, malah minta lagi.”
Dari pernyataan diatas menunjukkan
bahwa debitur tersebut memiliki
tanggungan istri, anak dan cucu. Untuk keperluan rumah tangga ditanggung oleh debitur tersebut. Dari sisi lain, pekerjaan debitur juga tidak tetap. Profesi buruh bangunan tidak selalu lancar jika sudah menyelesaikan pekerjaan, belum tentu langsung mendapat borongan selanjutnya. Adapun faktor lain yang menyebabkan debitur seperti itu yakni anak yang sudah bekerja yang seharusnya bisa meringankan beban orang tua, malah menambah beban orang tua. Hal seperti ini dapat digolongkan sebagai permasalahan keluarga.
Disini terlihat bahwa kreditur kurang
debiturnya. Kreditur harus menyeleksi calon debitur dan penilaian kredit yang akan diberikan dengan menggunakan prinsip perkreditan 5C. Kreditur yang kurang teliti menganalisis calon debiturnya, resiko kredit bermasalah akan sangat tinggi. Begitupula sebaliknya, debitur yang tidak memenuhi kewajibannya tentu pihak LPD akan mengambil tindakan dan sudah pasti
kepercayaan yang sudah diberikan
berkurang. Tetapi tidak dipungkiri bahwa LPD adalah milik bersama. Sebagai makhluk sosial, setiap orang harus saling
membantu dan selalu di butuhkan
kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan kewajibannya.
Dalam Aryawan (2006) Awig-awig
Desa Adat adalah merupakan keseluruhan hukum yang mengatur tata cara kehidupan bagi warga desa adat beserta sanksi dan aturan pelaksanaanya. Awig-awig berasal dari kata wig yang artinya rusak sedangkan awig artinya tidak rusak atau baik. Awig-awig artinya sesuatu yang menjadi baik. Konsepsi inilah yang dituangkan kedalam aturan-aturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sehingga menimbulkan suatu
pengertian, bahwa Awig-awig adalah
peraturan-peraturan hidup bersama bagi krama desa di desa adatnya, untuk
mewujudkan kehidupan yang aman,
tentram, tertib, dan sejahtera di desa adat.
Awig-awig itu memuat aturan-aturan dasar yang menyangkut wilayah adat, krama desa adat, keagamaan serta sanksi.
Perda Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat, menyatakan:
“Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman dan atau krama banjar adat yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesuai dengan desa mawacara dan Dharma Agama di
desa pakraman atau banjar pakraman
masing-masing.”
Mengingat pentingnya peraturan agar segala sesuatu dapat berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan maka peraturan dibuat untuk dipatuhi. Sama
halnya dengan Awig-awig yang dibuat
untuk krama desa adat untuk tujuan bersama. Di dalam Awig-awig tercantum
tentang tata tertib dan sanksi-sanksi untuk seluruh krama desa adat.
Awig-awig berfungsi untuk mengatur
dan melindungi krama desa dalam
melaksanakan kegiatan di desa adatnya.
Awig-awig yang khusus mengatur tentang LPD di Desa Pakraman Batuaji tidak
mencantumkan sanksi-sanksi untuk
nasabah yang nakal atau yang tidak mentaati prosedur perkreditan di LPD.
Awig-awig yang sudah berjalan dari awal pendirian LPD sampai dengan awal tahun 2013 telah diberhentikan karena pihak
Pembina LPLPD Propinsi Bali
menyarankan untuk membuat Awig-awig
baru sesuai dengan point-point yang telah di berikan sebelumnya oleh LPLPD.
Kemudian dicocokkan kembali sesuai
dengan persetujuan bersama di desa adat. Ini diungkapkan dalam kutipan wawancara Ketua LPD berikut ini.
“Sebenernya ada, dulu LPD disini sudah punya Awig-awig tapi Awig-awig itu sudah diberhentikan sejak
awal tahun 2013. Untuk Awig-awig
yang lama tidak ada sanksi untuk nasabah. Dan awal tahun 2013
pembina LPLPD propinsi bali
menyarankan untuk membuat
Awig-awig baru.”
Awig-awig yang menjadi sistem pengendalian untuk menjaga kelangsungan LPD, sampai saat ini masih dalam proses
pembuatan. Mengingat Awig-awig ini
adalah untuk kepentingan bersama,
kepengurusan yang baru masih
mebutuhkan campur tangan dari Bendesa Adat yang dulu pernah menjabat. Dalam paruman desa adat, akan ada masukan
dan saran-saran dari krama. Ini
diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak Darma Wijaya selaku Bendesa Adat sebagai berikut.
“…untuk Awig-awig, masih dalam
proses. Ini kan nanti ada pembicaraan lagi dengan bendesa adat yang lama.
Kami diskusikan sama-sama.
Bagaimana baiknya, kita diskusikan terlebih dahulu sebelum dibahas di paruman adat.”
Dalam kenyataannya Awig-awig
krama desa yang tidak mentaati prosedur
perkreditan. Pembuatan Awig-awig baru
masih belum terealisasikan sampai saat ini. Keterlambatan ini menyebabkan semakin parahnya keadaan kredit macet yang terjadi di LPD Desa Pakraman Batuaji. Bendesa Adat yang sekarang sedang menjabat dan yang sudah selesai menjabat seharusnya
dengan cepat menyelesaikan Awig-awig
tersebut. Awig-awig yang telah dibuat akan dirapatkan di paruman desa dan disetujui
oleh seluruh krama desa adat. Ini
diungkapkan dalam kutipan wawancara oleh Ketua LPD berikut ini.
“Awig-awig yang baru masih belum di rapatkan bersama krama disini. Yang
membuat Awig-awig kan bendesa
adat, nanti kalau sudah selesai baru di rapatkan bersama-sama.”
Pernyataan diatas menunjukkan
bahwa pihak pengawas utama yaitu Bendesa Adat kurang tanggap dalam
menjalankan tugas-tugasnya sebagai
pengawas utama. Selain itu waktu yang sudah terbuang banyak, kurang lebih 2 tahun ini masih belum ada Awig-awig baru untuk LPD Desa Pakraman Batuaji.
Awig-awig merupakan hal penting dalam
menjaga kelangsungan hidup LPD, maka dari itu peraturan yang ada di desa adat tersebut harus direalisasikan secepatnya.
LPD sebagai lembaga keuangan milik
desa adat, dalam kegiatan operasionalnya
perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan. Pihak yang berwenang
melakukan pengawasan, pembinaan teknis,
pengembangan kelembagaan serta
pelatihan bagi LPD, adalah PT BPD Bali, LPLPD dan Dinas Koperasi. LPD akan selalu di bina agar tetap dalam keadaan sehat demi kelancaran dan kelangsungan hidup LPD. Pengawasan Pemerintah ini dilaksanakan dalam kegiatan seminar dan
pelatihan serta pertemuan-pertemuan
setiap tahunnya. Kegiatan yang rutin
dilaksanakan setiap tahun itu dapat
berlangsung dengan bersamaan dari
masing-masing pengawas. Dalam kegiatan masing-masing pengawas akan diberikan waktu untuk memberi pengarahan sesuai topik yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Seperti yang tampak dalam hasil
wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.
“Dari BPD, LPLPD dan Dinas Koperasi…., iya paling ada seminar, dulu pernah pelatihan juga. Setiap tahun pasti ada. Ada juga Pembina yang datang langsung ke kantor….,
Ndak, biasanya acaranya di gabung jadi satu. Kan nanti pembicaranya dari masing-masing pengawas.”
Badan pengawas dari pemerintah ini bertugas untuk memberikan pengawasan dan pembinaan untuk menjaga LPD. Jasa untuk pembinaan ini diberikan 5% dari total laba yang diperoleh. Pembinaan ini sangat penting dilakukan mengingat kualitas dan kuantitas dari pengurus LPD dan
pihak-pihak yang terlibat harus selalu
ditingkatkan.
Cara LPD Desa Pakraman Batuaji dalam Mengatasi Permasalahan Kredit Macet
Dalam menyelesaikan masalah kredit macet, pihak LPD melakukan
pendekatan-pendekatan kepada debitur tersebut.
Pertama kali pihak LPD memberikan surat peringatan kepada yang bersangkutan untuk segera membayar tunggakan yang sudah jatuh tempo dan menuntaskan
pinjaman tersebut. Pendekatan ini
dilakukan oleh pihak LPD Desa Pakraman
Batuaji kepada debiturnya, dan dengan menganalisis hal tersebut pihak LPD Desa Pakraman Batuaji dapat mengambil
langkah-langkah selanjutnya dan
membantu debiturnya tersebut seperti memperpanjang waktu pelunasan atau dengan cara memberikan sanksi berupa denda. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua LPD dalam kutipan wawancara berikut ini.
“…Selalu mengadakan pendekatan, memberikan surat peringatan untuk
segera menuntaskan tunggakan
pinjaman itu sendiri. paling banyak 3 surat…., kalau disini masih secara administrasi, misalnya di kenakan denda atau pinjaman itu di perpanjang lagi.”
Berdasarkan atas kutipan wawancara tersebut mencerminkan bahwa pihak LPD melakukan pendekatan terhadap peminjam kredit kemudian melakukan teguran oleh ketua LPD, jika teguran itu diberikan
sebanyak tiga kali berturut-turut selama tiga
bulan dan peminjam kredit tidak
menghiraukan maka Lembaga Perkreditan Desa melimpahkannya kepada desa. Dan jika tidak dihiraukan maka Desa Adat membahasnya dalam paruman desa, dalam paruman Desa itu diputuskan sanksi yang diberikan kepada pengambil kredit tersebut yang berupa sanksi denda.
Implikasi Kredit Macet Terhadap Kinerja Operasional LPD Desa Pakraman Batuaji
Kredit macet biasanya menjadi hal yang paling di hindari oleh penyedia jasa keuangan. Kredit macet memiliki pengaruh
yang sangat besar dalam kinerja
operasional. Selain memberikan dampak kepada internal lembaga, kredit macet juga mempengaruhi eksternal lembaga. Jika LPD sudah mengalami kredit macet maka
peredaran uang menjadi terhambat.
Masyarakat yang membutuhkan dana tidak dapat memperoleh kredit. Semua LPD sudah di atur oleh Peraturan Daerah untuk kinerja operasionalnya. Ini diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak I Gusti Ketut Sarjana selaku Ketua LPD
Desa Pakraman Batuaji.
“Iya seperti yang sudah saya bilang, peredaran uang jadi lambat beredar, yang harusnya peredaran uang cukup
banyak, gara-gara kredit macet
otomatis uang kas tidak ada untuk di salurkan ke masyarakat. Untuk kinerja operasional sudah diatur oleh Perda, karena perda yang menjadi dasar operasional LPD.”
Dampak dari kredit macet selain mengalami kerugian adalah nasabah LPD menjadi berkurang. Sebagai nasabah tentu punya perasaan takut jika uang yang disimpan tidak bisa kembali. Dampak terburuk dari kredit macet adalah LPD tidak bisa lagi melayani nasabah yang ingin mengambil uangnya di LPD, dengan kata lain LPD mengalami kebangkrutan. Selain itu untuk calon debitur yang mempunyai niat yang kurang baik, mungkin akan
memanfaatkan keadaan seperti itu.
Disinilah peran awig-awag yang dirasa sangat penting adanya bagi pihak LPD. Disamping itu Ketua LPD tetap membina nasabah maupun debiturnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Ketua LPD dalam kutipan wawancara berikut ini.
“Tentu sangat berpengaruh, apalagi mereka tahu bahwa yang bermasalah dalam kredit macet tidak terlalu diberikan semacam sanksi yang berat, itu kan karena belum ada Awig-awig
yang mengatur untuk itu. Mungkin ada beberapa nasabah yang berfikir “ah mereka yang kreditnya macet aja tidak ada sanksi yang berat, kalau saya gitu pasti sama aja”. Tapi saya selalu membina agar tidak seperti itu.” Akibat dari terjadinya kredit macet adalah penghasilan bulanan LPD rendah. Ini disebabkan oleh pokok dan bunga yang harus dibayarkan setiap bulannya tidak dilaksanakan oleh debitur. Jika tidak ada pembayaran bulanan, maka pihak LPD tidak dapat melakukan peredaran uang kepada krama desa yang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji yang diungkapkan sebagai berikut.
“….Penghasilan setiap bulan menjadi
rendah, kan pendapatan jadi
berkurang. Disamping itu peredaran uang juga jadi terlambat beredar.”
Berdasarkan wawancara tersebut
dapat dilihat bahwa kredit macet memberi pengaruh yang sangat besar bagi aktivitas
operasional LPD. Jika LPD sudah
mengalami kredit macet maka sudah tentu LPD tersebut mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, pendapatan LPD menurun. Apabila kredit macet melebihi batas normal maka LPD
dapat diklasifikasikan menjadi kurang
sehat. Tentu LPD sangat menghindari hal tersebut, dampaknya adalah LPD dapat
ditetapkan dalam status pengawasan
intensif jika secara neto kredit macet telah melebihi 5% dari total kredit.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian kualitatif ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada LPD dan cara LPD dalam mengatasi kredit macet serta implikasi kredit macet terhadap kinerja
didiskusikan bertujuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian. Dalam proses memperoleh data dalam penelitian
ini digunakan metode wawancara,
observasi serta studi dokumentasi.
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang memahi permasalahan penelitian
dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan terkait dengan permasalahan penelitian.
Observasi yang dilaksanakan dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi di lokasi penelitian.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yang dapat menjawab
permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet di sebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal LPD, yang meliputi: 1) Faktor internal LPD
Keteledoran pihak LPD dalam
menggunakan prinsip perkreditan 5C. Pihak LPD terlalu mudah dalam memberikan kredit. Pihak-pihak yang bersangkutan
kurang maksimal dalam menyetujui
perkreditan. Lemahnya pengawasan
kepada debiturnya. Jumlah pemberian kredit tidak sesuai dengan kemampuan debitur dalam pembayaran angsurannya.
Lemahnya LPD dalam mendeteksi
kemungkinan timbulnya kredit bermasalah. 2) Faktor eksternal LPD
Debitur mengalami kerugian atas
usahanya. Debitur tidak memiliki pekerjaan tetap. Badan pengawas internal lalai
terhadap tugas-tugasnya. LPD belum
mempunyai Awig-awig yang mengatur
tentang aktivitas LPD.
Dalam menyelesaikan masalah kredit macet, pihak LPD melakukan
pendekatan-pendekatan kepada debitur tersebut.
Pertama kali pihak LPD memberikan surat peringatan kepada yang bersangkutan untuk segera membayar tunggakan yang sudah jatuh tempo dan menuntaskan
pinjaman tersebut. Pendekatan ini
dilakukan oleh pihak LPD Desa Pakraman
Batuaji kepada debiturnya, dan dengan menganalisis hal tersebut pihak LPD Desa Pakraman Batuaji dapat mengambil
langkah-langkah selanjutnya dan
membantu debiturnya tersebut seperti memperpanjang waktu pelunasan atau dengan cara memberikan sanksi berupa denda.
Kredit macet memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kinerja operasional. Selain memberikan dampak kepada internal lembaga, kredit macet juga mempengaruhi
eksternal lembaga. Jika LPD sudah
mengalami kredit macet maka peredaran uang menjadi terhambat. Masyarakat yang
membutuhkan dana tidak dapat
memperoleh kredit. Jika LPD sudah mengalami kredit macet maka sudah tentu LPD tersebut mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, pendapatan LPD menurun. Apabila kredit macet melebihi batas normal maka LPD
dapat diklasifikasikan menjadi kurang
sehat.
Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan analisis kredit macet antara lain:
1. Mengingat pentingnya manfaat yang
diperoleh dari Awig-awig untuk
kelangsungan hidup dan kelancaran
aktivitas operasional LPD, maka
disarankan agar Awig-awig cepat
direalisasikan demi tercapainya
keberhasilan LPD.
2. Dalam proses pemberian kredit harus
memenuhi prinsip dan prosedur
pemberian kredit, prioritas pemberian kredit yang diberikan harus tepat sasaran. Kredit diberikan sejumlah yang sesuai kemampuan debitur dan kredit yang diberikan mampu kembali tepat waktu.
3. LPD seharusnya lebih mengoptimalkan kinerja pengawas internal dari desa adat yaitu Bendesa adat dan badan pengawas dibawahnya dalam kegiatan operasional LPD, terutama mengawasi pengelolaan LPD. Pengawas internal sebaiknya memberikan petunjuk kepada pengurus LPD, memberikan saran, pertimbangan dan ikut menyelesaikan permasalah yang dialami LPD.
DAFTAR PUSTAKA
Aryawan, Budi Kresna. 2006. Penerapan
Sanksi Terhadap Pelanggaran
Awig-awig Desa Adat Oleh Krama
Desa Di Desa Adat Mengwi
Kecamatan Mengwi Kabupaten
Badung Propinsi Bali. Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.
Atmadja, Anantawikrama T. 2011.
“Penyertaan Modal Sosial dalam Struktur Pengendalian Intern LPD”.
Ejournal undiksha Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika. Volume 1, Nomor 1 (hlm. 1-17)
Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Departemen Ilmu
Adaministrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UI.
Nurjaya, I Nyoman dkk. 2011. Landasan Teoritik Pengaturan LPD. Udayana University Press, Denpasar.
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman. Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. 2003.
Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.