• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KREDIT MACET DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA

LEMBAGA PERKREDITAN DESA (STUDI KASUS PADA LPD DESA

PAKRAMAN BATUAJI, KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN

TABANAN, PROPINSI BALI)

1

Ni Gusti Ayu Putu Sischa Monika Sari,

1

Anantawikrama Tungga Atmadja,

2

Ni Luh Gede Erni Sulindawati

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

{[email protected], [email protected],

[email protected]}

@undiksha.ac.id

Abstrak

Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh penyedia dana yang didasarkan pada persetujuan dan kesepakatan pinjam meminjam antara pihak penyedia dana dengan pihak peminjam dana. Kondisi ini terjadi di LPD Desa Pakraman Batuaji, yang aktivitas operasionalnya berupa penyaluran dana dan menghimpun dana.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penyebab terjadinya kredit macet pada LPD, 2) cara LPD dalam mengatasi masalah kredit macet, dan 3) implikasi kredit macet terhadap kinerja operasional LPD.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode wawancara yang menitikberatkan pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, dan3) menarik kesimpulan berdasarkan teori yang telah ditentukan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit macet disebabkan oleh pihak internal maupun eksternal LPD. Dalam penyelesaiannya,pihak LPD melakukan pendekatan-pendekatan kepada debiturnya. Kredit macet berpengaruh sangat besar dalam kinerja operasional. LPD mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, dan pendapatan LPD menurun. Kata Kunci: Lembaga Perkreditan Desa, Kredit Macet, Struktur Pengendalian Internal,

Kinerja Operasional.

Abstract

Creditis the distribution of funds by fund providers based on a loan agreement and an agreement between the providers of funds to the borrower of funds. This condition occurs in LPD Desa Pakraman Batuaji, which is the operational activity in the form of the distribution of funds and raised funds. This study aims to determine: 1) the causes of bad credit on the LPD, 2) how LPD over coming bad credit’s problem, and 3) the implications of bad credit in operating performance LPD.

This research was conducted by using a qualitative approach. Data were collected by interview that focuses on the description and interpretation of human behavior. This research was done in three stages: 1) data reduction, 2) presentation of data, and 3) draw conclusions based on the theory that has been determined.

The result of this study shows that bad credit caused by internal and external LPD parties. In the completion, the LPD parties make approaches to the debtors. Bad

(2)

credit have a very large influence in operational performance. LPD experiencing problems such as LPD losses, the customeris reduced, and LPD revenue decreased.

Keywords: Lembaga Perkreditan Desa (village bank), Bad Credit, Internal Control Structure, Operational Performance.

PENDAHULUAN

Bali sudah terkenal dengan

kebudayaannya, salah satu keunikan di Bali

adalah eksistensi dari desa pakraman.

Lingkup desa pakraman tidak terbatas pada

peran-peran sosial budaya dan

keagamaan, melainkan juga ekonomi dan

pelayanan umum. Karena itu desa

pakraman dituntut untuk memiliki tata kelola perekonomian mandiri. Prof. Nurjaya menyatakan bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) tidak hanya bernuansa sosial ekonomi tetapi juga bercorak kultural-religius. LPD merupakan lembaga ekonomi

desa pakraman yang dibentuk dari krama

untuk kepentingan krama. Pertumbuhan

kredit yang diberikan merupakan salah satu komponen aktiva produktif. Pertumbuhan

kredit yang diberikan mencerminkan

seberapa besar LPD menyalurkan dana yang berhasil dihimpun dalam bentuk kredit kepada masyarakat.

LPD telah mengemban fungsi untuk

mendorong pembangunan ekonomi

masyarakat melalui tabungan yang terarah, serta penyaluran modal yang efektif. Modal LPD bisa berasal dari swadaya masyarakat sendiri atau urunan

krama desa, bantuan pemerintah dan dari pemupukan modal, pemanfaatan tabungan nasabah dan pinjaman. Semakin tinggi pertumbuhan kredit yang diberikan, maka semakin besar kredit yang disalurkan kepada masyarakat.

Pertumbuhan kredit yang tinggi dapat menyebabkan pendapatan operasional LPD meningkat sehingga kinerja operasional pun juga akan semakin baik. Dana yang disimpan di BPD yang umumnya disebut uang beku (idle money) terus meningkat setiap tahunnya. Pengembangan ekonomi rakyat dapat dilakukan apabila adaya sinerji antara LPD dengan masyarakat

desa pakraman dalam hal ini krama,

masyarakat membangun atau

mengembangkan kegiatan usahanya, LPD menyediakan modal. Adanya kerjasama

yang baik antara masyarakat akan dapat meningkatkan kinerja LPD yang sekaligus juga dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat. Dari sudut pandang

masyarakat, keberadaan LPD yang sehat, akan sangat membantu, baik secara ekonomi maupun sosial.

Secara ekonomis, masyarakat

memiliki alternatif untuk menyimpan

dananya secara produktif dengan

memperoleh pendapatan bunga yang

bersaing dengan lembaga keuangan

lainnya. Sementara bagi masyarakat yang

membutuhkan dana, LPD biasanya

merupakan pilihan utama, karena mereka dapat meminjam dana dengan prosedur yang tidak berbelit-belit. Hal ini menyebabkan adanya pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan kemudahan yang di berikan oleh LPD tersebut.

LPD Desa Pakraman Batuaji,

Kecamatan Kerambitan, Kabupaten

Tabanan merupakan LPD yang dipilih sebagai obyek penelitian. Pemilihan ini

didasarkan pada jumlah kredit yang

disalurkan cukup besar lebih dari 1 milyar

dan jumlah kredit macet mengalami

peningkatan secara signifikan setiap

tahunnya serta tingginya persentase kredit macet melebihi 10% pada tahun terakhir.

Jumlah pinjaman yang disalurkan kepada pihak ketiga cukup besar begitupun peminjamnya yang terdiri dari banyak orang. Pada tahun 2010 jumlah kredit

macet yang ada di LPD Desa Pakraman

Batuaji berjumlah Rp. 9.150.000 mengalami peningkatan secara signifikan pada tahun 2011 yaitu dengan jumlah kredit macet sebesar 139.258.000. Pada tahun 2012 jumlah kredit macet sebesar 188.613.000

dan mengalami peningkatan kembali

dengan jumlah kredit macet pada tahun 2013 sebesar 567.885.000. Kredit macet terjadi sebesar 18,6% dan dapat ditetapkan dalam status pengawasan intensif karena secara neto telah melebihi 5% dari total kredit. Data ini tercatat pada laporan

(3)

tahunan Lembaga Pemberdayaan

Lembaga Perkreditan Desa (LPLPD)

Kabupaten Tabanan.

Tingginya persentase kredit macet

pada LPD Desa Pakraman Batuaji yang

mencapai angka 18.6% menunjukkan

bahwa struktur pengendalian yang dimiliki LPD Desa Pakraman Batuaji kurang bekerja dengan baik. Kondisi ini menjadi menarik untuk diamati agar pemahaman yang di peroleh menjadi semakin jelas.

Berkaitan dengan hal tersebut,

adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) penyebab terjadinya kredit macet, 2) cara mengatasi masalah kredit macet, dan 3) implikasi kredit macet terhadap kinerja operasional.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan

bersifat deskriptif dalam bentuk studi kasus, yaitu penelitian yang rinci tentang suatu objek tertentu dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data penelitian dan literatur-literatur lainnya dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui permasalahan penelitian dan mencari penyelesaiannya.

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan jenis data kualitatif.

Penelitian kualitatif disebut interpretative inquiry karena banyak melibatkan faktor

subjektif, baik dari informan, subjek

penelitian maupun peneliti itu sendiri (Irawan, 2006). Dengan adanya berbagai sebutan ini maka tidak mudah memberikan definisi tentang penelitian kualitatif, karena dia tidak terbatas hanya pada masalah data, tetapi menyangkut pula objek kajian, atau bahkan prosedur penelitian. Walaupun sulit mendefinisikannya, namun penelitian

kualitatif bisa dikenali, bahkan bisa

dibedakan daripada penelitian kuantitatif dengan melihat ciri-cirinya. Namun, ciri-ciri

penelitian kualitatif banyak, sehingga

pendefinisianya pun bisa beragam. Untuk itu, bisa dikutif gagasan Strauss dan Corbin (2003) yang menyatakan, bahwa istilah penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

hitungan lainnya. Dia bisa saja

menggunakan data yang dapat dihitung,

misalnya data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

LPD Desa Pakraman Batuaji

LPD Desa Pakraman Batuaji

merupakan lembaga penyediaan jasa

keuangan yang berdiri sejak 2 Desember 1992 yang berlokasi di Desa Batuaji, Kabupaten Tabanan tepatnya sebelah utara

dari Pura Puseh (Pura Desa) Desa

Pakraman Batuaji. LPD ini dibentuk sebagai unit dari desa adat untuk menyimpan dana

krama desa dan disalurkan kembali kepada

krama desa yang membutuhkan kredit.

Dalam pendirian LPD diberikan modal awal sebesar Rp. 5.000.000,- dari pemerintah. Di sisi lain LPD di dirikan bertujuan untuk membangun, memperkokoh perekonomian masyarakat desa adat. Selain itu juga untuk

memperkuat dan menjaga adat dan

kebudayaan masyarakat Bali yang

berlandaskan ajaran agama. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan yang disampaikan oleh Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji, I Gusti Ketut Sarjana sebagai berikut:

“Kalau ngomong masalah sejarah tidak ada yang tertulis. Yang bisa saya informasikan tentang LPD disini bahwa LPD sangat dibutuhkan untuk penyimpanan dana yang dimiliki desa

adat. Dulu diberikan modal awal

sebesar Rp. 5.000.000,- dari

Gubernur. Disisi lain LPD didirikan

bertujuan untuk membangun,

memperkokoh perekonomian

masyarakat desa adat. Dan juga memperkuat dan menjaga adat dan kebudayaan masyarakat Bali yang berlandaskan ajaran agama. Kurang lebih seperti itu.”

Dalam kondisi seperti ini keberadaan LPD diharapkan mampu meningkatkan

perekonomian krama desa dan untuk

mengatasi kesulitan keuangan serta

sebagai penjaga kebudayaan Bali. LPD dapat dirasakan oleh krama desa sebagai lembaga keuangan yang bisa memberikan

kesejahteraan kepada masyarakat.

Kemampuan LPD menyalurkan kredit

kepada usaha produktif akan mampu menyerap tenaga kerja dan kesempatan berusaha bagi krama desa yang berminat di

(4)

bidang wirausaha. Disinilah LPD memiliki peranan penting bagi masyarakat desa

adatnya, karena menjadi salah satu

alternatif sumber pembiayaan dan

penerimaan masyarakat dengan

kemudahan persyaratan, cepat dan dapat dijangkau oleh masyarakat.

Banyak keuntungan yang didapatkan oleh krama desa jika bisa menjaga dan ikut

serta membangun LPD. Masyarakat Desa

Pakraman Batuaji memberikan dukungan untuk meningkatkan kelancaran kegiatan operasional LPD. Salah satu alasan pendirian LPD adalah untuk memberikan

kemudahan krama desa dalam menyimpan

dan membutuhkan dana. Semakin lancar perputaran uang maka akan semakin berhasil sebuah lembaga. Pendapatan laba yang diperoleh dari aktivitas operasional akan di berikan sebesar 20% untuk dana pembangunan di desa adat. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.

“Masyarakat disini sangat

mendukung, LPD berdiri kan untuk mereka, karena setiap tahun untuk

dana pembangunan dapat 20%

sehingga semua masyarakat dapat menikmati…., Yang saya ketahui masyarakat disini sebagian besar memiliki karakter kepedulian akan

desanya sangat tinggi. Ya bila

dikaitkan dengan keberadaan LPD, masyarakat disini tentu sudah tahu bahwa dari laba yang di peroleh LPD setiap tahunnya akan kembali ke desa adat 20% untuk dana pembangunan.” Dengan adanya LPD, masyarakat tentu merasakan keuntungan yang tidak secara langsung dirasakan oleh setiap orang jika dilihat dari segi kepentingan umum. Dapat dilihat dari pembangunan pura, renovasi pura dan pembangunan lainnya yang berhubungan dengan desa

adat. Masyarakat dituntut untuk ikut

menjaga dan berpartisipasi dalam

mengembangkan LPD itu sendiri demi kepentingan bersama.

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Tanggung jawab, wewenang maupun tugas dapat dilihat dari struktur organisasinya.

Akan lebih mudah jika setiap karyawan mengetahui tugas dan tanggungjawabnya.

Uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam struktur organisasi dapat di jelaskan sebagai berikut:

1. Bendesa Adat: Mengetahui secara utuh operasional LPD. Mengetahui tentang tingkat kemajuan yang telah dicapai

LPD. Membuat Awig-awig dan disahkan

oleh krama desa. Melaksanakan

pengawasan atas kegiatan LPD.

Bendesa Adat bertanggung jawab

langsung kepada seluruh krama desa.

2. Badan Pengawas: Melaksanakan

pengawasan atas kegiatan LPD.

Memberikan saran, pertimbangan dan ikut menyelesaikan permasalahan yang ada. Memberikan petunjuk kepada

pengurus LPD. Mensosialisasikan

keberadaan LPD. Mengevaluasi kinerja pengurus secara berkala. Menyusun

dan menyampaikan laporan hasil

pengawasan kepada paruman desa.

Badan pengawas bertanggung jawab langsung kepada Bendesa Adat.

3. Kepala LPD: Mengkoordinir

pengelolaan LPD. Mengawasi dan menyetujui semua kegiatan yang terjadi

di LPD. Mengadakan

perjanjian-perjanjian kepada nasabah/pihak

ketiga. Membantu pengurus dalam

mengkoordinir kegiatan yang

berhubungan dengan perkreditan.

Menyusun rancangan kerja (RK) dan rancangan anggaran pendapatan dan belanja (RAPB). Bertanggung jawab atas perkembangan pengelolaan LPD dan mewakili LPD dalam kegiatan yang berhubungan dengan LPD.

4. Kasir (Bendahara): Melaksanakan

transaksi keuangan.

Membuat/membukukan setiap transaksi tabungan. Membuat berita acara uang kas. Menyimpan dan menarik dana yang ditempatkan di PT BPD Bali. Tanggung jawab dari Kepala Bagian Bendahara (kasir) adalah bertanggung jawab langsung kepada kepala LPD atas tugas yang diberikan.

5. Sekretaris (Bagian Pembukuan):

Membuat daftar realisasi kredit dengan persetujuan kepala LPD. Membuat daftar potongan kredit, melaksanakan

(5)

tugas tagihan kredit. Menerima permohonan kredit, membuat analisa kredit. Penyusunan rencana kebutuhan kredit, penggunaan, dan pengawasan

kredit. Melaksanakan pelayanan

administrasi yang berhubungan dengan pengajuan kredit yang akan diminta dan

kredit yang akan diberikan.

Mengkoordinir tagihan produk piutang

LPD kepada krama desa. Menyusun

laporan keuangan. Tanggung jawab dari sekretaris adalah bertanggung jawab langsung kepada kepala LPD atas tugas yang diberikan.

6. Petugas Lapangan Bagian Tabungan: Berkeliling kerumah nasabah yang ingin menabung. Menulis sejumlah uang yang ditabungkan di buku tabungan. Memeriksa jumlah uang yang ditabung di dalam buku tabungan dan membuat

paraf serta cap pada tabungan.

Mengirim bukti-bukti transaksi simpanan kepada bagian pembukuan. Mencatat sejumlah uang yang ditabungkan ke

dalam buku penerimaan dan

rekapitulasi tabungan.

Mensosialisasikan produk LPD kepada

karma desa. Bagian tabungan

bertanggung jawab langsung atas

semua tugas-tugas kepada kepala bagian kasir.

Aktivitas operasional pada LPD Desa Pakraman Batuaji melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana

kepada masyarakat atau krama desa.

Kegiatan menghimpun dana di tawarkan

produk tabungan oleh LPD Pakraman

Batuaji dengan bunga tabungan sebesar

0,5%. Sedangkan untuk kegiatan

menyalurkan dana di tawarkan produk kredit bulanan yang bunga kreditnya

sebesar 2,5%. Jasa-jasa tersebut

contohnya tabungan dapat dilakukan

langsung dirumah nasabah atau bisa datang langsung ke LPD itu sendiri. Jasa kredit Untuk kredit satu juta rupiah ke atas

menggunakan jaminan seperti BPKB,

sertifikat, maupun tabungan. Kredit di bawah satu juta rupiah tidak mengunakan jaminan apapun hanya dengan melengkapi

formulir yang telah disediakan. Ini

diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak I Gusti Ketut Sarjana selaku Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji.

“…..jasa-jasa yang kami tawarkan disini tabungan dan kredit saja……,

kalau tabungan, nasabah bisa

langsung datang ke kantor atau pengurus bagian tugas lapangan bisa mencari ke rumah-rumah nasabah atau ada juga di warung-warung….., untuk mencari kredit, nasabah datang langsung ke kantor untuk melengkapi formulir permohonan kredit yang telah di sediakan….., bunga tabungan 0,5% dan kredit 2,5%. Kredit di bawah satu juta tidak menggunakan jaminan, kalau diatas itu baru isi jaminan…...,

BPKB, sertifikat, tabungan itu

biasanya jaminan kredit”

Kredit menjadi sangat bermanfaat jika masyarakat membutuhkan dana untuk keperluan mendesak. Terlebih lagi LPD menyediakan kredit tersebut dengan syarat yang mudah dan tidak berbelit-belit. Disini terlihat bahwa eksistensi LPD itu sendiri menjadi hal yang sangat berguna bagi

masyarakat (krama desa) di lingkungan

Desa Pakraman Batuaji. Jika sudah memenuhi kriteria-kriteria perkreditan dan syarat-syarat permohonan kredit sudah dilengkapi dengan benar dan di setujui oleh

Ketua LPD maka debitur sudah

memperoleh ijin serta permohonan

kreditnya akan di tanda tangani oleh Ketua LPD, Kelian Adat dan Bendesa Adat.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Kredit Macet pada LPD Desa

Pakraman Batuaji

Dalam Atmadja (2011) Struktur

Pengendalian Intern (SPI) merupakan salah satu perangkat yang diperlukan untuk menjamin tujuan LPD berkenaan dengan

keandalan pelaporan keuangan,

kesesuaian aktivitas dengan peraturan

perundangan yang mengatur serta

efektivitas dan efesiensi operasi. Dari temuan kancah, diantara kelima unsur

pengendalian intern, pengaplikasian

aktivitas pengendalian, yakni pemisahan tugas secara layak, tidak dilaksanakan secara berdisiplin.

LPD akan merasa yakin bahwa nasabahnya dapat mengembalikan kredit

apabila telah lebih selektif dalam

(6)

atau pihak ketiga yang mengajukan kredit. Masalah keamanan dalam pemberian kredit merupakan masalah utama bagi LPD mengingat bunga kredit merupakan sumber

utama pendapatan LPD. Penerapan

komponen pengendalian intern yang

memadai dalam pemberian kredit dapat membuat kualitas sistem pemberian kredit meningkat.

Proses dari penyaluran dana kepada masyarakat krama desa berupa kredit di LPD Desa Pakraman Batuaji dilakukan dengan mengikuti prosedur bahwa debitur datang ke kantor LPD untuk melengkapi formulir permohonan kredit yang telah disediakan di kantor LPD. Calon debitur di wajibkan untuk mengisi identitas diri dengan lengkap dan membawa KTP serta jaminan untuk memenuhi syarat kelayakan dalam mendapatkan kredit. Jaminan kredit dapat berupa BPKB, sertifikat tanah, rumah, dan lain sebagainya. Untuk calon debitur yang memiliki tabungan di LPD juga dapat mencari kredit dan tabungan tersebut dapat digunakan sebagai jaminan. Selain itu calon debitur juga harus memberikan alasan yang sesungguhnya dalam mencari kredit. Di dalam formulir tersebut akan terlihat berapa nominal yang diajukan

apakah cocok dengan alasan yang

diberikan oleh calon debitur tersebut. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.

“…..untuk mencari kredit, nasabah datang langsung ke kantor untuk

melengkapi formulir permohonan

kredit….., identitas diri debitur ya KTP dan jaminannya. Ngisi alasannya juga

untuk apa.…., BPKB, sertifikat,

tabungan itu biasanya jaminan kredit.” Terlepas dari LPD sebagai lembaga keuangan milik desa adat yang berarti milik seluruh krama desa adat, masyarakat tidak

bisa seenaknya melanggar prosedur

perkreditan. Penyaluran dana berupa kredit

bertujuan untuk memberikan bantuan

permodalan dan membantu masyarakat

dalam memperkokoh perekonomian

masyarakat desa adat dan tentu LPD

memperoleh penghasilan atau pendapatan dari bunga-bunga perkreditan. Syarat-syarat yang diberikan dalam permohonan kredit sangat mudah dan tidak berbelit-belit.

Selain pengalaman kerja yang dimiliki seseorang, pendidikan saat ini merupakan hal yang sangat penting dalam dunia kerja.

Sebagian besar pendidikan akan

menentukan di bagian mana yang cocok sesuai keahliannya. Akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan jika

jabatannya dan keterampilan dalam

mengerjakan tugas sehari-hari sesuai

dengan pendidikannya. Pendidikan yang memadai merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja.

Berbicara tentang pendidikan, dari segi pendidikan kualitas karyawan yang

ada di LPD Desa Pakraman Batuaji

memiliki jenjang pendidikan yang cocok untuk kegiatan keuangan. Di bagian pembukuan yang bertugas untuk menyusun laporan keuangan memiliki pengalaman belajar tentang perbankan. Pentingnya pengetahuan tentang keuangan menjadi hal

yang diharuskan dalam menunjang

kelancaran kegiatan operasional LPD. Di setiap bagian dibutuhkan pengetahuan

yang cukup untuk mencapai tujuan

organisasi yang sudah di tetapkan

sebelumnya. Seperti yang diungkapkan pada kutipan wawancara berikut ini.

“Kalau mbok tut dulu IPS gek polih

(dapat) juga akuntansi, mbok witya baru pemasaran di SMEA…, Bli kadek di bagian pembukuan dulu SMEA juga jurusan perbankan, bu desak juga SMEA yang di bagian kasir. Pak Gusti D1 Perbankan di UNTAB.”

Selain pendidikan, pengalaman dan pelatihan kerja juga berperan penting dalam

menunjang kelancaran kegiatan

operasional LPD. Berbagai kegiatan telah dilakukan Pembina untuk memberikan

pengetahuan tambahan dalam

mengembangkan kemampuannya dalam bekerja. Pekerjaan yang secara rutin dilakukan setiap hari, akan membuat orang belajar untuk mengenal permasalahan dan

memecahkan masalah. Dengan ini

pengurus akan menjadikan setiap masalah sebagai pengalaman untuk lebih baik lagi

dalam bekerja untuk menghindari

permasalahan tersebut.

Kredit macet pada LPD Desa

Pakraman Batuaji disebabkan oleh keadaan ekonomi debitur yang mengalami penurunan. Ketidakmampuan debitur dalam

(7)

membayar tunggakan disebabkan oleh debitur memiliki riwayat kehidupan ekonomi kurang dan debitur tidak memiliki pekerjaan tetap. Saat ditanya alasan mengapa tidak bisa menbayar, pihak debitur memberikan alasan karena keperluan rumah tangga

yang semakin banyak dan memiliki

tanggungan sekolah. Beda halnya dengan usaha pemborong dan kontraktor yang kredit macetnya disebabkan oleh proyek yang dijalankan mengalami kerugian. Hal ini diungkapkan oleh Ketua LPD pada kutipan wawancara berikut.

“Kalau kredit macet, ya tergantung sama pribadi orang sama keadaan

ekonomi mereka. Biasanya dari

masyarakat kurang mampu, ada juga

masyarakat yang tidak punya

pekerjaan tetap. Kalau di karenakan

oleh apa biasanya kebanyakan

alasannya karena keperluan rumah

tangga dan punya tanggungan

sekolah. Di formulir mengajukan kredit kan sudah ada alasannya, disana kebanyakan untuk biaya pendidikan, untuk pembangunan, untuk upacara adat dan ada juga untuk usaha…., usaha yang kreditnya banyak ya pemborong, kontraktor. Nah disana kalau proyeknya mengalami kerugian, tentu kreditnya akan bermasalah.” Pernyataan diatas menunjukan bahwa debitur berperan penting dalam kelancaran

perkreditan. Selain kepribadian calon

debitur, keadaan ekonomi menjadi penentu kelancaran perkreditan. Karakter masing-masing debitur berbeda-beda, debitur yang paham dan mengerti akan bertanggung jawab atas kewajibannya. Riwayat kredit yang baik akan dipercaya dan akan

dimudahkan dalam pencarian kredit

selanjutnya oleh pihak LPD.

Mengingat bunga pinjaman di LPD

Desa Pakraman Batuaji memiliki sistem bunga menurun, alternatif yang dipilih debitur dengan mempercepat pembayaran

pokok pinjaman agar bunga yang

dibayarkan juga lebih rendah. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Budiani sebagai salah satu debitur yang sampai saat ini masih lancar dalam pembayaran angsuran

kredit, ini dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut.

“Nggih.. kalau medue jinah lebih, tiang

lebih bayar pokoknya. Biar cepet

lunas. Bunganya niki kan menurun.

Tiang dibantu bayar sareng suami.”

Sebagai seorang debitur,

kepercayaan menjadi hal yang paling utama yang dibutuhkan dari krediturnya. Jika kreditur sudah percaya dan debitur tidak mengecewakan, maka akan tumbuh hubungan yang baik antara kreditur dengan debitur. Dua pihak ini saling membutuhkan, tetapi jika salah satu tidak tanggap dengan kewajiban maka akan timbul permasalahan. Jika kemauan untuk membayar sudah ada, tetapi kemampuan dan keadaan ekonomi tidak mendukung maka sudah tentu timbul permasalahan. Faktor keluarga juga sangat

mempengaruhi. Terlebih lagi seorang

debitur menjadi tulang punggung keluarga. Seperti yang tampak pada hasil wawancara dengan Bapak Widnyana sebagai debitur.

“Waktu niki tiang mayah bunga

kemanten, kejokan jinah tiang anggen mayah pokok. Niki tiang dados tulang punggung keluarga, cucu tiang ten medue ibuk. Tiang dadosne ngurus. Istri tiang ten megae. Keperluan

rumah tangga tiang sampun

mekejang…, Tiang tukang…, masih,

bapaknya niki kan diem dirumah.

Anak tiang yang masih muda laki-laki

wenten juga satu…, untuk sendiri ten

cukup, malah minta lagi.”

Dari pernyataan diatas menunjukkan

bahwa debitur tersebut memiliki

tanggungan istri, anak dan cucu. Untuk keperluan rumah tangga ditanggung oleh debitur tersebut. Dari sisi lain, pekerjaan debitur juga tidak tetap. Profesi buruh bangunan tidak selalu lancar jika sudah menyelesaikan pekerjaan, belum tentu langsung mendapat borongan selanjutnya. Adapun faktor lain yang menyebabkan debitur seperti itu yakni anak yang sudah bekerja yang seharusnya bisa meringankan beban orang tua, malah menambah beban orang tua. Hal seperti ini dapat digolongkan sebagai permasalahan keluarga.

Disini terlihat bahwa kreditur kurang

(8)

debiturnya. Kreditur harus menyeleksi calon debitur dan penilaian kredit yang akan diberikan dengan menggunakan prinsip perkreditan 5C. Kreditur yang kurang teliti menganalisis calon debiturnya, resiko kredit bermasalah akan sangat tinggi. Begitupula sebaliknya, debitur yang tidak memenuhi kewajibannya tentu pihak LPD akan mengambil tindakan dan sudah pasti

kepercayaan yang sudah diberikan

berkurang. Tetapi tidak dipungkiri bahwa LPD adalah milik bersama. Sebagai makhluk sosial, setiap orang harus saling

membantu dan selalu di butuhkan

kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan kewajibannya.

Dalam Aryawan (2006) Awig-awig

Desa Adat adalah merupakan keseluruhan hukum yang mengatur tata cara kehidupan bagi warga desa adat beserta sanksi dan aturan pelaksanaanya. Awig-awig berasal dari kata wig yang artinya rusak sedangkan awig artinya tidak rusak atau baik. Awig-awig artinya sesuatu yang menjadi baik. Konsepsi inilah yang dituangkan kedalam aturan-aturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis sehingga menimbulkan suatu

pengertian, bahwa Awig-awig adalah

peraturan-peraturan hidup bersama bagi krama desa di desa adatnya, untuk

mewujudkan kehidupan yang aman,

tentram, tertib, dan sejahtera di desa adat.

Awig-awig itu memuat aturan-aturan dasar yang menyangkut wilayah adat, krama desa adat, keagamaan serta sanksi.

Perda Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Desa Pakraman dan Lembaga Adat, menyatakan:

Awig-awig adalah aturan yang dibuat oleh krama desa pakraman dan atau krama banjar adat yang dipakai sebagai pedoman dalam pelaksanaan Tri Hita Karana sesuai dengan desa mawacara dan Dharma Agama di

desa pakraman atau banjar pakraman

masing-masing.”

Mengingat pentingnya peraturan agar segala sesuatu dapat berjalan sesuai dengan rencana dan mencapai tujuan maka peraturan dibuat untuk dipatuhi. Sama

halnya dengan Awig-awig yang dibuat

untuk krama desa adat untuk tujuan bersama. Di dalam Awig-awig tercantum

tentang tata tertib dan sanksi-sanksi untuk seluruh krama desa adat.

Awig-awig berfungsi untuk mengatur

dan melindungi krama desa dalam

melaksanakan kegiatan di desa adatnya.

Awig-awig yang khusus mengatur tentang LPD di Desa Pakraman Batuaji tidak

mencantumkan sanksi-sanksi untuk

nasabah yang nakal atau yang tidak mentaati prosedur perkreditan di LPD.

Awig-awig yang sudah berjalan dari awal pendirian LPD sampai dengan awal tahun 2013 telah diberhentikan karena pihak

Pembina LPLPD Propinsi Bali

menyarankan untuk membuat Awig-awig

baru sesuai dengan point-point yang telah di berikan sebelumnya oleh LPLPD.

Kemudian dicocokkan kembali sesuai

dengan persetujuan bersama di desa adat. Ini diungkapkan dalam kutipan wawancara Ketua LPD berikut ini.

“Sebenernya ada, dulu LPD disini sudah punya Awig-awig tapi Awig-awig itu sudah diberhentikan sejak

awal tahun 2013. Untuk Awig-awig

yang lama tidak ada sanksi untuk nasabah. Dan awal tahun 2013

pembina LPLPD propinsi bali

menyarankan untuk membuat

Awig-awig baru.”

Awig-awig yang menjadi sistem pengendalian untuk menjaga kelangsungan LPD, sampai saat ini masih dalam proses

pembuatan. Mengingat Awig-awig ini

adalah untuk kepentingan bersama,

kepengurusan yang baru masih

mebutuhkan campur tangan dari Bendesa Adat yang dulu pernah menjabat. Dalam paruman desa adat, akan ada masukan

dan saran-saran dari krama. Ini

diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak Darma Wijaya selaku Bendesa Adat sebagai berikut.

“…untuk Awig-awig, masih dalam

proses. Ini kan nanti ada pembicaraan lagi dengan bendesa adat yang lama.

Kami diskusikan sama-sama.

Bagaimana baiknya, kita diskusikan terlebih dahulu sebelum dibahas di paruman adat.”

Dalam kenyataannya Awig-awig

(9)

krama desa yang tidak mentaati prosedur

perkreditan. Pembuatan Awig-awig baru

masih belum terealisasikan sampai saat ini. Keterlambatan ini menyebabkan semakin parahnya keadaan kredit macet yang terjadi di LPD Desa Pakraman Batuaji. Bendesa Adat yang sekarang sedang menjabat dan yang sudah selesai menjabat seharusnya

dengan cepat menyelesaikan Awig-awig

tersebut. Awig-awig yang telah dibuat akan dirapatkan di paruman desa dan disetujui

oleh seluruh krama desa adat. Ini

diungkapkan dalam kutipan wawancara oleh Ketua LPD berikut ini.

Awig-awig yang baru masih belum di rapatkan bersama krama disini. Yang

membuat Awig-awig kan bendesa

adat, nanti kalau sudah selesai baru di rapatkan bersama-sama.”

Pernyataan diatas menunjukkan

bahwa pihak pengawas utama yaitu Bendesa Adat kurang tanggap dalam

menjalankan tugas-tugasnya sebagai

pengawas utama. Selain itu waktu yang sudah terbuang banyak, kurang lebih 2 tahun ini masih belum ada Awig-awig baru untuk LPD Desa Pakraman Batuaji.

Awig-awig merupakan hal penting dalam

menjaga kelangsungan hidup LPD, maka dari itu peraturan yang ada di desa adat tersebut harus direalisasikan secepatnya.

LPD sebagai lembaga keuangan milik

desa adat, dalam kegiatan operasionalnya

perlu dilakukan pembinaan dan

pengawasan. Pihak yang berwenang

melakukan pengawasan, pembinaan teknis,

pengembangan kelembagaan serta

pelatihan bagi LPD, adalah PT BPD Bali, LPLPD dan Dinas Koperasi. LPD akan selalu di bina agar tetap dalam keadaan sehat demi kelancaran dan kelangsungan hidup LPD. Pengawasan Pemerintah ini dilaksanakan dalam kegiatan seminar dan

pelatihan serta pertemuan-pertemuan

setiap tahunnya. Kegiatan yang rutin

dilaksanakan setiap tahun itu dapat

berlangsung dengan bersamaan dari

masing-masing pengawas. Dalam kegiatan masing-masing pengawas akan diberikan waktu untuk memberi pengarahan sesuai topik yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Seperti yang tampak dalam hasil

wawancara dengan Ketua LPD berikut ini.

“Dari BPD, LPLPD dan Dinas Koperasi…., iya paling ada seminar, dulu pernah pelatihan juga. Setiap tahun pasti ada. Ada juga Pembina yang datang langsung ke kantor….,

Ndak, biasanya acaranya di gabung jadi satu. Kan nanti pembicaranya dari masing-masing pengawas.”

Badan pengawas dari pemerintah ini bertugas untuk memberikan pengawasan dan pembinaan untuk menjaga LPD. Jasa untuk pembinaan ini diberikan 5% dari total laba yang diperoleh. Pembinaan ini sangat penting dilakukan mengingat kualitas dan kuantitas dari pengurus LPD dan

pihak-pihak yang terlibat harus selalu

ditingkatkan.

Cara LPD Desa Pakraman Batuaji dalam Mengatasi Permasalahan Kredit Macet

Dalam menyelesaikan masalah kredit macet, pihak LPD melakukan

pendekatan-pendekatan kepada debitur tersebut.

Pertama kali pihak LPD memberikan surat peringatan kepada yang bersangkutan untuk segera membayar tunggakan yang sudah jatuh tempo dan menuntaskan

pinjaman tersebut. Pendekatan ini

dilakukan oleh pihak LPD Desa Pakraman

Batuaji kepada debiturnya, dan dengan menganalisis hal tersebut pihak LPD Desa Pakraman Batuaji dapat mengambil

langkah-langkah selanjutnya dan

membantu debiturnya tersebut seperti memperpanjang waktu pelunasan atau dengan cara memberikan sanksi berupa denda. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua LPD dalam kutipan wawancara berikut ini.

“…Selalu mengadakan pendekatan, memberikan surat peringatan untuk

segera menuntaskan tunggakan

pinjaman itu sendiri. paling banyak 3 surat…., kalau disini masih secara administrasi, misalnya di kenakan denda atau pinjaman itu di perpanjang lagi.”

Berdasarkan atas kutipan wawancara tersebut mencerminkan bahwa pihak LPD melakukan pendekatan terhadap peminjam kredit kemudian melakukan teguran oleh ketua LPD, jika teguran itu diberikan

(10)

sebanyak tiga kali berturut-turut selama tiga

bulan dan peminjam kredit tidak

menghiraukan maka Lembaga Perkreditan Desa melimpahkannya kepada desa. Dan jika tidak dihiraukan maka Desa Adat membahasnya dalam paruman desa, dalam paruman Desa itu diputuskan sanksi yang diberikan kepada pengambil kredit tersebut yang berupa sanksi denda.

Implikasi Kredit Macet Terhadap Kinerja Operasional LPD Desa Pakraman Batuaji

Kredit macet biasanya menjadi hal yang paling di hindari oleh penyedia jasa keuangan. Kredit macet memiliki pengaruh

yang sangat besar dalam kinerja

operasional. Selain memberikan dampak kepada internal lembaga, kredit macet juga mempengaruhi eksternal lembaga. Jika LPD sudah mengalami kredit macet maka

peredaran uang menjadi terhambat.

Masyarakat yang membutuhkan dana tidak dapat memperoleh kredit. Semua LPD sudah di atur oleh Peraturan Daerah untuk kinerja operasionalnya. Ini diungkapkan dalam kutipan wawancara dengan Bapak I Gusti Ketut Sarjana selaku Ketua LPD

Desa Pakraman Batuaji.

“Iya seperti yang sudah saya bilang, peredaran uang jadi lambat beredar, yang harusnya peredaran uang cukup

banyak, gara-gara kredit macet

otomatis uang kas tidak ada untuk di salurkan ke masyarakat. Untuk kinerja operasional sudah diatur oleh Perda, karena perda yang menjadi dasar operasional LPD.”

Dampak dari kredit macet selain mengalami kerugian adalah nasabah LPD menjadi berkurang. Sebagai nasabah tentu punya perasaan takut jika uang yang disimpan tidak bisa kembali. Dampak terburuk dari kredit macet adalah LPD tidak bisa lagi melayani nasabah yang ingin mengambil uangnya di LPD, dengan kata lain LPD mengalami kebangkrutan. Selain itu untuk calon debitur yang mempunyai niat yang kurang baik, mungkin akan

memanfaatkan keadaan seperti itu.

Disinilah peran awig-awag yang dirasa sangat penting adanya bagi pihak LPD. Disamping itu Ketua LPD tetap membina nasabah maupun debiturnya. Seperti yang

diungkapkan oleh Ketua LPD dalam kutipan wawancara berikut ini.

“Tentu sangat berpengaruh, apalagi mereka tahu bahwa yang bermasalah dalam kredit macet tidak terlalu diberikan semacam sanksi yang berat, itu kan karena belum ada Awig-awig

yang mengatur untuk itu. Mungkin ada beberapa nasabah yang berfikir “ah mereka yang kreditnya macet aja tidak ada sanksi yang berat, kalau saya gitu pasti sama aja”. Tapi saya selalu membina agar tidak seperti itu.” Akibat dari terjadinya kredit macet adalah penghasilan bulanan LPD rendah. Ini disebabkan oleh pokok dan bunga yang harus dibayarkan setiap bulannya tidak dilaksanakan oleh debitur. Jika tidak ada pembayaran bulanan, maka pihak LPD tidak dapat melakukan peredaran uang kepada krama desa yang lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua LPD Desa Pakraman Batuaji yang diungkapkan sebagai berikut.

“….Penghasilan setiap bulan menjadi

rendah, kan pendapatan jadi

berkurang. Disamping itu peredaran uang juga jadi terlambat beredar.”

Berdasarkan wawancara tersebut

dapat dilihat bahwa kredit macet memberi pengaruh yang sangat besar bagi aktivitas

operasional LPD. Jika LPD sudah

mengalami kredit macet maka sudah tentu LPD tersebut mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, pendapatan LPD menurun. Apabila kredit macet melebihi batas normal maka LPD

dapat diklasifikasikan menjadi kurang

sehat. Tentu LPD sangat menghindari hal tersebut, dampaknya adalah LPD dapat

ditetapkan dalam status pengawasan

intensif jika secara neto kredit macet telah melebihi 5% dari total kredit.

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian kualitatif ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet pada LPD dan cara LPD dalam mengatasi kredit macet serta implikasi kredit macet terhadap kinerja

(11)

didiskusikan bertujuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian. Dalam proses memperoleh data dalam penelitian

ini digunakan metode wawancara,

observasi serta studi dokumentasi.

Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang memahi permasalahan penelitian

dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan terkait dengan permasalahan penelitian.

Observasi yang dilaksanakan dengan

melakukan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan yang terjadi di lokasi penelitian.

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan yang dapat menjawab

permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya kredit macet di sebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal LPD, yang meliputi: 1) Faktor internal LPD

Keteledoran pihak LPD dalam

menggunakan prinsip perkreditan 5C. Pihak LPD terlalu mudah dalam memberikan kredit. Pihak-pihak yang bersangkutan

kurang maksimal dalam menyetujui

perkreditan. Lemahnya pengawasan

kepada debiturnya. Jumlah pemberian kredit tidak sesuai dengan kemampuan debitur dalam pembayaran angsurannya.

Lemahnya LPD dalam mendeteksi

kemungkinan timbulnya kredit bermasalah. 2) Faktor eksternal LPD

Debitur mengalami kerugian atas

usahanya. Debitur tidak memiliki pekerjaan tetap. Badan pengawas internal lalai

terhadap tugas-tugasnya. LPD belum

mempunyai Awig-awig yang mengatur

tentang aktivitas LPD.

Dalam menyelesaikan masalah kredit macet, pihak LPD melakukan

pendekatan-pendekatan kepada debitur tersebut.

Pertama kali pihak LPD memberikan surat peringatan kepada yang bersangkutan untuk segera membayar tunggakan yang sudah jatuh tempo dan menuntaskan

pinjaman tersebut. Pendekatan ini

dilakukan oleh pihak LPD Desa Pakraman

Batuaji kepada debiturnya, dan dengan menganalisis hal tersebut pihak LPD Desa Pakraman Batuaji dapat mengambil

langkah-langkah selanjutnya dan

membantu debiturnya tersebut seperti memperpanjang waktu pelunasan atau dengan cara memberikan sanksi berupa denda.

Kredit macet memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kinerja operasional. Selain memberikan dampak kepada internal lembaga, kredit macet juga mempengaruhi

eksternal lembaga. Jika LPD sudah

mengalami kredit macet maka peredaran uang menjadi terhambat. Masyarakat yang

membutuhkan dana tidak dapat

memperoleh kredit. Jika LPD sudah mengalami kredit macet maka sudah tentu LPD tersebut mengalami permasalahan-permasalahan seperti LPD mengalami kerugian, nasabah menjadi berkurang, pendapatan LPD menurun. Apabila kredit macet melebihi batas normal maka LPD

dapat diklasifikasikan menjadi kurang

sehat.

Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkait dengan analisis kredit macet antara lain:

1. Mengingat pentingnya manfaat yang

diperoleh dari Awig-awig untuk

kelangsungan hidup dan kelancaran

aktivitas operasional LPD, maka

disarankan agar Awig-awig cepat

direalisasikan demi tercapainya

keberhasilan LPD.

2. Dalam proses pemberian kredit harus

memenuhi prinsip dan prosedur

pemberian kredit, prioritas pemberian kredit yang diberikan harus tepat sasaran. Kredit diberikan sejumlah yang sesuai kemampuan debitur dan kredit yang diberikan mampu kembali tepat waktu.

3. LPD seharusnya lebih mengoptimalkan kinerja pengawas internal dari desa adat yaitu Bendesa adat dan badan pengawas dibawahnya dalam kegiatan operasional LPD, terutama mengawasi pengelolaan LPD. Pengawas internal sebaiknya memberikan petunjuk kepada pengurus LPD, memberikan saran, pertimbangan dan ikut menyelesaikan permasalah yang dialami LPD.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aryawan, Budi Kresna. 2006. Penerapan

Sanksi Terhadap Pelanggaran

Awig-awig Desa Adat Oleh Krama

Desa Di Desa Adat Mengwi

Kecamatan Mengwi Kabupaten

Badung Propinsi Bali. Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Atmadja, Anantawikrama T. 2011.

“Penyertaan Modal Sosial dalam Struktur Pengendalian Intern LPD”.

Ejournal undiksha Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika. Volume 1, Nomor 1 (hlm. 1-17)

Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.

Jakarta: Departemen Ilmu

Adaministrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UI.

Nurjaya, I Nyoman dkk. 2011. Landasan Teoritik Pengaturan LPD. Udayana University Press, Denpasar.

Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman. Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. 2003.

Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Perjanjian ini harus memberikan hak dan kewajiban IAEA untuk menjamin bahwa safeguards akan diterapkan pada semua bahan sumber atau bahan dapat belah khusus dalam semua kegiatan

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif