• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pasal 57 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Berkenaan dengan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah (Studi di Balitas Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Pasal 57 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Berkenaan dengan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah (Studi di Balitas Malang)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)IMPLEMENTASI PASAL 57 PERATURAN PRESIDEN NO. 70 TAHUN 2012 BERKENAAN DENGAN PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/JASA PEMERINTAH (Studi Di BALITAS Malang). SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh :. RADIANS YUDHA PRADIPTA NIM 0910113162. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS HUKUM MALANG 2013.

(2) LEMBAR PERSETUJUAN IMPLEMENTASI PASAL 57 PERATURAN PRESIDEN NO. 70 TAHUN 2012 BERKENAAN DENGAN PEMILIHAN PENYEDIAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (Studi di BALITAS Malang). Oleh :. RADIANS YUDHA PRADIPTA NIM 0910113162 Disetujui tanggal : 10Januari 2011. Pembimbing Utama. Pembimbing Pendamping. Agus Yulianto, S.H.,M.H. Lutfi Effendi, S.H.,M.Hum.. NIP. 19590717 198601 1 001. NIP. 19600810 198601 1 002 Ketua Bagian. Hukum Administrai Negara. Lutfi Effendi, S.H.,M.Hum. NIP. 19600810 198601 1 00.

(3) LEMBAR PENGESAHAN IMPLEMENTASI PASAL 57 PERATURAN PRESIDEN NO. 70 TAHUN 2012 BERKENAAN DENGAN PEMILIHAN PENYEDIAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (Studi di BALITAS Malang) Oleh :. RADIANS YUDHA PRADIPTA NIM 0910113162 Disetujui tanggal : 10Januari 2011 Pembimbing Utama. Pembimbing Pendamping. Agus Yulianto, S.H.,M.H. Lutfi Effendi, S.H.,M.Hum.. NIP. 19590717 198601 1 001. NIP. 19600810 198601 1 002. Ketua Majelis. Ketua Bagian Hukum Administrai Negara. Prof. Sudarsono,S.H.,MH. Lutfi Effendi, S.H.,M.Hum.. NIP 19510825 197103 1 004. NIP. 19600810 198601 1 002. Dekan Fakultas Hukum. Dr. Sihabudin, S.H.,M.H NIP. 19591216 1955 03 1 001.

(4) KATA PENGANTAR Bissmillahirrohmaanirrohiim. Syukur Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh umatNya. Semua yang penulis capai tidak terlepas dari segala upaya kesabaran, usaha dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat : 1.. Bapak Dr. Sihabudin, SH.MH selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang.. 2.. Bapak Lutfi Effendi, SH.MHum selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara dan sebagai pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.. 3.. Bapak Agus Yulianto, SH.,M.H. Selaku Dosen Pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.. 4.. Ayah saya, Dr. Ir. Tri Sudaryono, M.S. yang senantiasa memberikan motivasi serta semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.. 5.. Ibunda saya, Ir. Fitriningdyah TK, M.S yang senantiasa memberikan dukungan moral, kasih saying yang tak terbatas untuk menyelesaikan skripsi ini.. 6.. Teman teman Fakultas Hukum Universitas Brawijaya yang senantiasa memberikan masukan, dan saran saran gunu menyelesaikan skripsi ini.. 7.. Lina Luciana, yang selalu bersabar dan mendampingin saya serta memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini..

(5) Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pihak pada umumnya. Amin. Malang, 9 Juli 2013 Penulis.

(6) ABSTRAKSI RADIANS YUDHA PRADIPTA, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Juli 2013, Implementasi Pasal 57 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Berkenaan dengan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah (Studi di Balitas Malang) Dalam penelitian ini penulis membahas Implementasi Pasal 57 Perpres No. 70 Tahun 2012 yang berkaitan dengan penelitian penyedia Barang/Jasa Pemerintah. Penulis juga membahas tentang kendala-kendala yang dihadapi serta solusi yang sudah dilakukan untuk mengatasi kendala yang ada dalam pemilihan penyedia Barang/Jasa. Penelitian menggunakan metode pendekatan Yuridis Sosiologis, yaitu suatu pendekatan masalah dengan mengkaji peraturan yang berlaku dikaitan dengan pelaksanaan ketentuan yang ada di lapangan. Lokasi penelitian di Balitas Malang. Jenis data yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diambil menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan diskriptip kualitatif. Bendahara hasil penelitian dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut:Mekanisme pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 harus melalui tahapan-tahapan persiapan pengadaan, Perencanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, pemilihan sistem Pengadaan, Penetapan Metode Kualifikasi, Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa, Penetapan Harga Perkiraan sendiri, Jaminan Pengadaan Barang/Jasa, Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa, Penanda tanganan Kontrak dan Pelaksanaan Kontrak. Serta surat terima Barang/Jasa, Pelaksanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Berdasarkan pasal 57 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 di Balitas Malang pada perpres tersebut yakni mulai proses pelelangan umum, pelelangan sederhana atau pemilihan langsung, Penunjukan langsung, Pengadaan langsung, mampu dengan metode kontes atau sayembara, kendala yang dihadapai Balitas Malang dalam pemilihan penyedia Barang/Jasa adalah kurangnnya pengetahuan yang mendalam tentang proses pengadaan Barang/Jasa dari Panitia Pengadaan Barang/Jasa, Sumber Daya Manusia yang masih terbatas baik dari kualitas maupun kuantitas, dan masih sering terjadi upaya-upaya persaingan yang tidak sehat dari para penyedia Barang/Jasa. Upaya yang dilakukan Balitas Malang dalam mengatasi kendala yang ada yaitu dengan melakukan Pengendalian Pengadaan Barang/Jasa berupa adanya larangan bagi kepala lembaga untuk melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada penyedia Barang/Jasa, pengawasan terhadap Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia Pengadaan Barang/Jasa, audit oleh Pengawas Internal, dan membuka akses kepada masyarakat untuk membuat pengaduan apabila menemukan indikasi penyimpangan prosedur, adanya KKN ataupun bila terjadi persaingan tidak sehat. Berdasarkan uraiyan pada bab-bab terdahulu penulis dapat memberikan saran: Hendaknya Balitas Malang lebih meningkatkan pemahaman tentang proses pengadaan Barang/Jasa bagi Sumber Daya Manusia yang ada, terutama tidak terjadi persaingan yang tidak sehat dan mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga pada akhirnya akan dapat melakukan pelayanan prima bagi masyarakat..

(7) DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... i. KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii. ABSTRAKSI ............................................................................................................ iv. DAFTAR ISI ............................................................................................................. v. BAB I PENDAHULUAN A.. Latar Belakang .............................................................................................. 1. B.. Rumusan Masalah ......................................................................................... 6. C.. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6. D.. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7. BAB II KAJIAN PUSTAKA A Pengertian Implementasi ................................................................................ 8. B Pengertian Pengadaan Barang/Jasa ................................................................ 11. C Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ................................. 12. D Bentuk Pengadaan Barang/Jasa ...................................................................... 20. BAB III METODE PENELITIAN A Metode Pendekatan ........................................................................................ 24. B Lokasi Penelitian ........................................................................................... 24. C Jenis dan Sumber Data .................................................................................. 24. D Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 26. E Populasi dan Sampel ...................................................................................... 27. F Teknik Analisa Data ...................................................................................... 28.

(8) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 29. B Mekanisme Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ....................... 34. C Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Berdasarkan Pasar 57 Perpres 70 Tahun 2012 di Balitas Malang ....................................................................... 51. D Kendala yang di hadapi Balitas Malang dalam Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ......................................................................................................................... 59. E Upaya yang Dilakukan Balitas Malang dalam Mengatasi Kendala yang Ada ......................................................................................................................... 59. BAB V PENUTUP A Kesimpulan .................................................................................................... 64. B Saran .............................................................................................................. 65. DAFTAR PUSTAKA.

(9) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang berkediaman di wilayah tertentu.1 Di dalam Pembukaan UUD 1945 tersirat suatu makna, bahwa Negara Republik Indonesia yang berdiri pada tanggal 17 agustus 1945 adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat) dalam arti negara pengurus (Verzogingsstaat).. 2. Hal ini tertulis dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia ke 4 yang. berbunyi sebagai berikut “…. Untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. dan. memajukan. kesejahteraan. umum,. mencerdaskan. kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan abadi dan keadilan social ….”3 UUD 1945 menegaskan tentang bentuk dari Negara Indonesia, tentuang dalam Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi “Negara ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Penegasan lebih lanjut negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum .4. 1. Aim Abdukarim. 2005, Pendidikan Kewenegeraan, Grafindo Media Pratama, Bandung hlm. 15. Maria Farida Indrati S. 2001, Ilmu Perundang-Undangan (Jenis, Fugnsi, Mater, Muatan), Kanisius, Jakarta, hlm. 1. 3 Pembukaan Alenia 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 4 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2.

(10) Di dalam negara hukum terdapat lembaga-lembaga negara yang mendukung penyelenggaraan negara. Lembaga negara atau pemerintah ini tidak hanya eksekutif (presiden), tetapi juga melibatkan legislative dan yudikatif yang meliputi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksaan keuangan (BPK), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Mahjamah Agung (MA).5 Presiden memegang kekuasaan eksekutif sebagai penyelenggara pemerintah di bawah UUD 1945.6 Kerakteristik utama konsep negara hukum adalah adanya seperangkat prinsip hukum yang harus dihormati, termasuk oleh pembentuk undang-undang (sebagai pembentuk hukum).7 Menurut Julius Stahl, ada empat elemen yang harus dimiliki dan menjadi ciri negara hukum (rechstaat), yaitu perlindungan hak asasi manusia, pembagian kekuasaan, pemerintahan berdasakan undang-undang, dan peradilan tata usaha negara.8 Pemisahan atau pembagian kekuasaan merupakan upaya pembatasan kekuasaan agar tidak terjadi sentralisasi kekuasaan ke dalam satu orang atau satu lembaga yang mengarah kepada pemerintahan yang absolut sehingga menjadi sewenang-wenang. Seperti dikatakan Montesquieu.9 “Experience shows us that every man invested with power is apt to abuse it, and to carry his authority as far as it will go.” Yang artinya kekuasaan yang tidak dibatasi akan selalu cenderung untuk disalahkan.. 5. Aa Nurdin. 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Prabumi Mekar, Jakarta, hlm. 77. Ibid. 7 Hamdan Zoelva. 2011, Pemakzulan Presiden di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 16. 8 ibid 9 ibid 6.

(11) Definisi tentang negara menjadi sangat sulit lantaran beraneka ragamnya obyek yang bisa dinyatakan secara tegas oleh istilah tersebut. Istilah negara kadangkadang digunakan dalam pengertian yang sangat luas untuk menyebut masyarakat”, atau bentuk khusus dari masyarakat. Tetapi istilah inipun sangat sering digunakan dalam pengertian yang sangat sempit untuk menjelaskan suatu organ khusus dari masyarakat, misalnya pemerintah, para subyek pemerintah, bangsa, atau wilayah yang sedang ditempati. Menurut Hans Kelsen : “Negara adalah komunitas yang diciptakan oleh suatu tatanan hukum nasional (sebagai lawan dari tatanan hukum internasional).”10 Hans Kelsen menyebutkan pada bukunya yang berjudul teori umum tentang Hukum dan Negara, bahwa Negara sebagai Kesatuan Sosiologis yang dibentuk oleh interaksi sosial yang terjadi diantara individu-individu yang bersal dari satu negara membentuk kesatuan individu dari suatu negara. Pendekatan lain mengenai negara lahir dari asumsi bahwa para individu yang berasal dari suatu negara yang sama dipersatukan oleh fakta bahwa mereka memiliki satu kehendak atau kepentingan yang sama. Kehendak yang sama atau kepentingan yang sama ini disebut kehendak kolektif atau kepentingan kolektif. Pada kebutuhan persamaan kehendak kolektif untuk membentuk suatu komunitas negara, maka hanya berlaku untuk sejumlah individu yang memiliki kehendak, perasaan, atau pemikiran yang sama dan dipersatukan oleh kesadaran terhadap kehendak, perasaan dan pemikiran bersama ini. Indonesia merupakan suatu kesatuan sosial yang dibentuk dengan interaksi dan dibentuk oleh kehendak dan kepentingan bersama. Suatu hubungan sosial masing-masing warga negara maritim yakni negara yang daerah kekuasaannya 10. Hans Kelsen, Teori umum tentang Hukum dan Negara, 2011, Bandung, Nusa Media, Hal.261.

(12) hampir 2/3 bagian berupa wilayah perairan dan 1/3 bagian lainnya merupakan wilayah kepulauan. Pemerintah wajib mewujudkan kesejahteraan umum pada masyarakat, maka perlu adanya perbaikan segala fasilitas umum ataupun penambahan fasilitas umum sehingga adanya perubahan kesejahteraan pada masyarakat dan adanya hasil dari pembayaran pajak yang dilakukan rutin oleh masyarakat. Pemerintah mempunyai kewenangan berdasarkan undang-undang untuk memungut pajak guna membiayai pelaksanaan tugas tersebut, disisi lain Pemerintah juga harus membelanjakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dipungut sesuai dengan peraturan yang ada sehingga terwujud pemerintahan yang bersih. Pengadaan Barang/Jasa pada dasarnya adalah cara Pemerintah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, baik untuk keperluan rumah tangganya sendiri, untuk penyediaan fasilitas publik, pelayanan kepada masyarakat maupun untuk diserahkan kepada masyarakat. Pengadaan Barang/Jasa yang dilakukan oleh pemerintah bekerja sama dengan masyarakat. Pengadaan. Barang/Jasa. yang. diselenggarakan. oleh. setiap. lembaga. pemerintahan hampir terjadi setiap waktunya, untuk memenuhi kebutuhan pembangunan daerah maupun kebutuhan kantor harian. Selayaknya sebuah rumah yang memerlukan kebutuhan harian yang harus dipenuhi oleh pemilik rumah, hanya saja perbedaan dengan pemerintah adalah penggunaan anggaran yang merupakan uang masyarakat banyak yang dikumpulkan dari pajak daerah, retribusi dan lainnya. Maka dikeluarkannya prosedur alur yang dilakukan oleh masing-masing lembaga harus didasari dengan peraturan dengan perundang-undangan Tentang Pengadaan.

(13) Barang/Jasa, agar tetap melakukan pemenuhan kebutuhan Pemerintah dan juga masyarakat dalam koridor pembelanjaan yang tepat dan tidak terjadi kasus korupsi, kolusi dan nepotisme dalam prosesnya. Kegiatan pengadaan barang/jasa ini merupakan sarana mata pencaharian untuk seluruh pihak yang memiliki integritas tinggi terhadap pemerintahan dan kompeten untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh pemerintah baik itu berupa barang ataupun berupa jasa. Semua pihak yang memiliki lembaga hukum yang jelas dapat mengajukan proposal kesanggupan untuk memenuhi permintaan pengadaan pemerintah, yang kemudian akan dipilih untuk pemenangan proyek pengadaan ini. Proses pengadaan barang/jasa pemerintah ini melibatkan banyak pihak mulai dari masyarakat sebagai pengawas maupun sebagai mitra kerja pemerintah hingga pemerintah yang mencakup hampir seluruh elemen pemerintah. Keadaan yang melibatkan banyak kejahatan korupsi. Untuk itu perlunya suatu aturan agar proses pengadaan barang dapat berlangsung dengan benar dan tanpa adanya persaingan tidak sehat ataupun tindakan KKN pada proses pengadaannya. Aturan proses pengadaan barang beserta kewajiban dan hak dari seluruh pengadaan ini kemudian diatur lebih detail pada Perpres No 54 Tahun 2010, yang telah di ubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. Pasal 57 Peraturan Presiden No 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa. Pemerintah. mengatur. tentang. tahapan. pemilihan. Penyedia. Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa lainnya dengan metode Pelelangan Umum. Pelelangan sederhana atau pemilihan langsung, penunjukan langsung, pengadaan langsung dan metode kontes/sayembara..

(14) Dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka penulis mengambil judul : Implementasi Pasal 57 Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 Berkenaan Dengan Pemilihan Penyediaan Barang/jasa Pemerintah (Studi di Balitas Malang). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagagaimana implementasi Pasal 57 Peraturan Pemerintah No 70 Tahun 2012 berkenaan dengan pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah di Balitas Malang, 2. Apa saja hambatan yang di hadapi oleh Balitas Malang dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah dan Bagaimana cara mengatasinya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang di rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi Pasal 57 Peraturan Presiden No 70 Tahun 2012 berkenaan dengan pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah di Balitas Malang 2. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang di hadapi oleh Balitas Malang dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah dan Bagaimana cara mengatasinya. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis:.

(15) Penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan Ilmu Hukum Adminitrasi Negara terutama berkaitan dengan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah. 2. Manfaat Praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi lustansi terkait terutama bagi Balitas Malang dalam melaksanakan pengadaan Barang/Jasa..

(16) BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengertian Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan yang disepakati terlebih dahulu. Secara sederhana implementasi dapat diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildvsky, mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Bahwa “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa omplementasi bermula dari aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu system. Unsure mekanisme bermakna bahwa implemtasi bukan sekedar aktivitas, tetapi merupakan suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan. Pengertian Implementasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah pelaksanaan atau penerapan. Dalam bukunya yang berjudul “Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan”, Guntur Setiawan mengemukakan bahwa pengertian dari implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Implimintasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. Adapun pentahapan dalam implementasi meliputi:11 a. Memantau kegiatan harian dalam pelaksanaan kebijakan. Apakah semua rencana 11. http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2008/12/implementasi-dan-monitoring-kebijakan.pdf.

(17) kebijakan dilaksanakan. Apakah pelaksana sudah dilatih untuk melakukan tugasnya. b. Penilaian kegiatan dan kepuasan klien dengan layanan yang diberikan. Apa yang telah dilakukan/diberikan, kepada siapa/kelompok mana apakah cara yang lebih baik supaya pelaksanaan tugas lebih efisien. Model implementasi kebijakan meliputi Pertama kebijakan yang diinginkan (idealized policy); pola interaksi yang dikehendaki dan apa yang hendak diubah oleh suatu kebijakan. Kedua, kelompok sasaran (target group); sekelompok masyarakat (implementing. organization);. sebuah. satuan. birokrasi. pemerintah. yang. bertanggunjawab atas kebijakan tertentu. Keempat factor lingkungan (environmetal factors). Unsure-unsur lingkungan kebijakan yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut:12 “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekasnisme suatu system. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terancan dan untuk mencapai tujuan kegiatan”. Pengertian implementasi yang dikemukakan, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguhsungguh bedasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.. 12. http://el-kawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html.

(18) Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut: “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”. Implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bias tercapai dengan jaringan pelaksana yang bias dipercaya. Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut: “Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari polik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyerpunaan suatu program”. Dalam kenyataannya, implementasi menurut Fullan13 merupakan proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentrasfer ide atau gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk desain tertulis agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut. Masing0masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang berbeda14. Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan. 13. http://dir.unikom.ac.id/laporan-kerja-praktek/fakultas-sospol/ilmu-pemerintahan/2010/jbptunikompp-gdlrajafebrif-24323/2-babii.pdf/pdf/2-babii.pdf 14 http://www.muniryusuf.com/[engertian-implementasi-kurikulum.html, di unduh tanggal 1 oktober 2011.

(19) dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap fix. B. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Istilah resmi yang digunakan dalam Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 adalah Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan yang dimaksud oleh Perpres No 70 Tahun 2012 adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat. Daerah/Institusi lainnya (K/L/D/I), yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.15 Seluruh K/L/D/I yang dimaksud dalam Pempres 54/2010 adalah instansi atau institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yaitu: 1. Kementrian Negara adalah lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Kementrian berkedudukan di Ibu Kota Negara, yaitu Jakarta dan berada di bawah serta tanggung jawab kepada Presiden. 2. Lembaga Pemerintahan yang tidak termasuk dalam Kementrian Negara, namun bertanggung jawab kepada Presiden. 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu unit kerja Pemerintah Daerah, baik tingkat Propinsi, Kabupaten maupun kota, yang mempunyai tugas melaksanakan APBD. 4. Instansi lainnya adalah Tinggi Negara (misal Sekretariat DPR) atau komisikomisi Negara (KPK). 15. Peraturan Presiden RI Nomor 54 tahun2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2011, Citra Umbara, hal 8.

(20) Perpres 70/2012 selain mengatur Pengadaan Barang/Jasa oleh K/L/D/I yang sebagian atau seluruhnya dibiayai oleh APBN/APBD. Juga mengatur: 1. Pengadaan untuk investasi oleh Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara, Badam Usaha Milik Negara/Daerah yang dibiayai sebagian/seluruhnya dari APBN/APBD. Yang dimaksud dengan investasi adalah belanja modal dalam rangka penambahan aset dan/atau peningkatan kapasitas. 2. Pengadaan yang sebagian/seluruhnya dananya bersumber dari pinjaman/hibah dalam negri yang diterima oleh Pemerintah Daerah. Untuk pengadaan yang sebagian/seluruhnya dibiayai oleh Pinjaman/Hibah Luar Negri (PHLN) dalam pelaksanaannya berpedoman pada Perpres 70/2012 dengan ketentuan bagi pemberi Pinjaman/hibah maka para pihak dapat menyepakati tata cara Pengadaan yang akan digunakan. C. Para Pihak Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Para pihak dalam Pengadaan pada dasarnya adalahh Pengguna Anggaran (PA) dan Penyedia Barang/Jasa. Meskipun Pelaksana Swakelolah secara substantif adalah salah satu pihak dalam Pengadaan, namun Perpres 54/2010 tidak memasukan Pelaksana Swakelolah sebagai salah satu pihak dalam Pengadaan. Pejabat yang mempunyai kewenangan pengguna anggaran pada K/L/D/I disebut sebagai Pengguna Anggaran (PA). PA di bantu beberapa pejabat yakni: Pejabat Pembuat Komitmen (PKK), Unit Layanan Pengadaan (ULP), Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa. 1. Pengguna Anggaran (PA).

(21) Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran pada a. Pada Kementrian, PA adalah Menteri b. Pada Lembaga/institusi lainnya, PA adalah Pimpinan Lembaga/institusi bersangkutan. c. Pada Pemerintah Daerah, PA adalah Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Atas dasar pertimbangan besaran beban kejar atau rentang kendali organisasi yang menitik beratkan pada kemampuan PA dalam melakikan pengawasan terhadap pelaksanaan Pengadaan maka: a. PA pada K/L/D/I dapat menetapkan satu atau beberapa orang Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) b. PA pada Pemerintah Daerah dapat mengusulkan satu atau beberapa orang Kuasa Pengguna Anggaran yang ditetapkan oleh Kepala Daerah. Sebagai. pemegang. kewenangan. penggunaan. anggaran,. PA/KPA. mempunyai tugas dan kewenangan, yaitu: a. Menetapkan Rencana Umum Pengendalian. b. Mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan pada website K/L/D/I. c. Menetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). d. Menetapkan Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan. e. Menetapkan.

(22) 1) Pemenang pada pelelangan atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket Pengadaan Barang/Jasa/Pekerjaan Konstruksi lainnya dengan nilai diatas Rp. 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah); atau 2) Pemenang pada seleksi atau penyedia pada penunjukan langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultan dengan nilai di atas Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah). f. Mengawasi pelaksanaan anggaran g. Penyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. h. Menyelesaikan. perselisihan. antara. PPK. dengan. Pokja. ULP/Pejabat. pengadaan, jika terjadi perbedaan pendapat. i. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen pengadaan. j. Menetapkan tim teknis (bila diperlukan), tim teknis dibentuk untuk membantu PA/KPA, antara lain terdiri atas tim uji coba, panitia/pejabat peneliti kontrak, dan lain-lain. k. Menetapkan tim juri/tim ahli untuk pelaksanaan pengadaan melalui sayembara/kontes (bila diperlukan) 2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PKK adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA untuk melaksanakan pengadaan. PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan, yaitu: a. Menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan yang meliputi: 1) Spesifikasi teknis Barang/Jasa 2) Harga Perkiraan Sendiri (HPS).

(23) 3) Rancangan Kontrak b. Menerbitkan Surat Penunjuk Penyedia Barang/Jasa c. Menandatangani kontrak, pada tingkat SKPD, PPK menandatangani kontrak berdasarkan pendelegasian wewenang dari PA/KPA d. Melaksanakan kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan kepada PA/KPA g. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan kepada PA/KPA h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruhdokumen Pengadaan j. Mengusulkan kepada PA/KPA (bila diperlukan) mengenai: 1) Perubahan peket pekerjaan 2) Perubahan jadwal kegiatan Pengadaan k. Menetapkan tim pendukung (bila diperlukan), tim pendukung adalah tim yang dibentuk oleh PPK untuk membantu pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Tim pendukung antara lain terdiri atas Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), Direksi Lapangan, Konsultan Pengawas, tim Pelaksana Swakelola dan lain-lain. l. Menetapkan tim atau tenaga ahli pemberi penjelasan teknis membantu pelaksanaan tugas ULP m. Menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa.

(24) 3. Unit Layanan Pengadaan (ULP) ULP adalah yang terbentuk oleh K/L/D/I atau Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan/pembinaan dalam bidang Pengadaan. Membentuk ULP diatur sebagai berikut: a. Pada. Kementrian/Lembaga/Institusi. lainnya,. ULP. dibentuk. oleh. Menteri/Pimpinan/Pimpinan institusi. b. Pada Pemerintahan Daerah, ULP dibentuk oleh Kepala Daerah. c. Jumlah ULP pada masing-masing K/L/I atau Pemerintah Daerah disesuaikan dengan rentang kendali dan kebutuhan. d. ULP dapat dibentuk setara eselon II, eselon III, atau eselon IV sesuai dengan kebutuhan K/L/I atau Pemerintah Daerah dalam mengelolah Pengadaan Dalam memberikan pelayanan dalam bidang Pengadaan, Kelompok Kerja (Pokja) ULP/Pejabat Pengadaan memiliki tugas pokok dan wewenang sebagai berikut: a. Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa. b. Menetapkan dokumen Pengadaan. c. Menerapkan besaran nominal jaminan penawaran. d. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan di website K/L/I atau Pemerintahan daerah masing-masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat menyampaikan ke Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional. e. Menilai. kualitas. pascakualifikasi.. Penyedia. Barang/Jasa. melalui. prakualifikasi. atau.

(25) f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk. g. Membuat. laporan. mengenai. proses. dan. hasil. Pengadaan. kepada. Materi/Pimpinan Lembaga/Kepada Daerah/Pimpinan Institusi. h. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan Pengadaan kepada PA/KPA. i. Mengusulkan kepada PPK (bila perlu) perubahan HPS dan/atau perubahan spesifikasi teknis pekerjaan. 4. Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan PA/KPA menetapkan Panitia/Pejabat Penerimaan Hasil Pekerjaan dari pegawai negeri, baik dari instansi sendiri maupun dari instansi lainnya, Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan memiliki tugas pokoksebagai berikut: a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan Pengadaan sesuai ketentuan yang tercamtum dalam kontrak, dengan ketentuan. 1) Pemerikasaan ketentuan dalam kontrak mencakup kesesuaian jenis, spesifikasi teknis, jumlah, waktu, tempat fungsi, dan/atau ketentuan. 2) Dalam hal teknis khusus, dapat dibentuk tin/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas Panitia/Pejabat Penetimaan Hasil Pekerjaan. 3) Dalam hal Pengadaan Jasa Konsultan, pemeriksaan dilakukan setelah berkoordinasi dengan Pengguna Jasa Konsultan bersangkutan. b. Menerima hasil Pengadaan setelah melalui pemeriksaan/pengujian. c. Membuat dan menandatangi berita acara serah terima hasil pekerjaan. 5. Penyedia Barang/Jasa.

(26) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Kontruksi/Jasa Konsultan/Jasa lainnya, yang memenuhi persyaratan: a. Memenuhi ketentuan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan/usaha. Ketentuan perundang-undangan yang dimaksud antara lain peraturan perundang-undangan dalam bidang pekerjaan kontruksi, perdagangan, kesehatan, perhubungan, pariwisata, industri, dan migas. b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis, dan manajerial untuk menyediakan barang/jasa. c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakir, baik dilingkungan pemerintahan maupun swasta, termasuk pengalaman sub kontrak. Kewajiban ini tidak berlaku bagi Penyedia Barang/Jasa orang-perorangan dan badan usaha yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun. d. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralaran, dan fasilitas lainyang diperlukan dalam pengadaan. e. Dalam hal penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sam operasi kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut. Kemampuan dasar yang diperhitungkan adalah dari perusahaan yang mewakili kemitraan (leadfirm). Penyedia Barang/Jasa orang-perorangan tidak dapat melakukan kemitraan..

(27) f. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil, serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha nonkecil. g. Memiliki kemampuan dasar (KD) paling kurang sama dengan nilai total HPS dan Sisa Kemampuan Paket (SKP). h. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan/atau oleh direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh penyedia Barang/Jasa. i. Sebagai wajib pajak penyedia Barang/Jasa. Dapat memenuhi persyaratan administrasi dengan penyampaian Surat Keterangan Fiskal (SKP) yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). j. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak. k. Tidak masuk dalam daftar hitam yang dikenakan sanksi oleh K/L/D/I. l. Memiliki alamat jelas dan tetap, serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman. m. Menandatangani Pakta Integritas yang disampaikan bersamaan pada saat dokumen kualifikasi untuk sistem prakualifikasi atau bersamaan dengan pemasukan dokumen penawaran pada sistem pasca kualifikasi. n. Tidak berstatus sebagai pegawai K/L/D/I, kecuali yang bersangkutan mengambil cuti diluat tanggungan K/L/D/I. o. Tidak menimbulkan pertentangan kepentingan..

(28) p. Khusus untuk penyedia jasa pelaksana konstruksi, memiliki dukungan keuangan dari bank pemerintah/swasta sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari nilai paket. D. Bentuk Pengadaan Barang/Jasa Pengadaan Barang/Jasa dalam Pepres no 54 Tahun 2010 dibagi menjadi empat kelompok yakni, barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa lainnya. Perbedaan dari masing-masing bentuk pengadaan adalah: 1. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud,bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh pengguna barang, meliputi bahan buku, barang setengah jadi, barang jadi/peralatan, dan makluk hidup. 2. Pekerjaan konstruksi adalah pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya. a) Pelaksanaan konstruksi bangunan, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan arsitekturlar, sipil, mekanikal,. elektrikal,. dan. tata. lingkungan,. masing-masing. beserta. kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan. b) Pembuatan wujud fisik lainnya, meliputi keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan pelaksanaan yang mencakup pekerjaan untuk mewujudkan selain bangunan, antara lain pada: 1) Konstruksi banguna kapal, pesawat, atau kendaraan tempur. 2) Pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan, penggalian dan/atau penataan lahan (landscaping).

(29) 3) Perakitan atau instalasi komponen pabrikasi 4) Penghancuran (demolition) dan pembersihan (removal) 5) Reboisasi 3. Jasa konsultan adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu dalam berbagai bidang keilmuan, yang mengutamakan adanya olah pikir. Jasa konsultan meliputi: a) Jasa rekayasa (engineering service) b) Jasa perencanaan (Planning), perancangan (design), dan pengawasan (supervision) untuk pekerjaan konstruksi c) Jasa perancangan (planning), perancangan (design), dan pengawasan (supervision)untuk. pekerjaan. selain. konstruksi,. seperti. transportasi,. pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan, lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan, pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian, perindustrian, perdagangan, energi d) Jasa kehlian profesi, seperti jasa penasehat, jasa penilaian, jasa pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan konsultan hukum. 4. Jasa lainnya jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan ketrampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah di kenal luas didunia usaha, untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyedia jasa selain jasa konsultasim jasa pelaksanaan konstruksi, pengadaan barang. Jasa lainnya, meliputi, namun tidak terbatas pada: a) Jasa boga (catering service).

(30) b) Jasa layanan kebersihan (cleaning cervice) c) Jasa penyedia tenaga kerja d) Jasa asuransi, perbankan, dan keuangan e) Jasa layanan kesehatan, pendidikan, penembangan sumber daya manusia, dan kependudukan f) Jasa penerangan, iklan/reklame, film, pemotretan g) Jasa percetakan dan penjilidan h) Jasa pemeliharaan/perbaikan i) Jasa pembersihan, pengadaan hama (pest control) dan pengasapan (fumigasi) j) Jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan dan penyampaian barang k) Jasa penjaitan/konfeksi l) Jasa impor/exspor m) Jasa penulisan dan pemerjemahan n) Jasa penyewaan o) Jasa penyelaman p) Jasa okomodasi q) Jasa angkutan penumpang r) Jasa pelaksanaan transaksi instrumen keuangan s) Jasa penyelenggaraan acara (event organizer) t) Jasa pengamanan u) Jasa layanan internet v) Jasa pos dan telekomunikasi w) Jasa pengelolah aset.

(31) BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Pendekatan Penelitian ini adalah penelitian empiris dengan menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang mengkaji persepsi dan perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlaku hukum positif di masyarakat. Pendekatan yuridis sosiologi digunakan untuk mengkaji mesalah yang terjadi di masyarakat atau penerapan dalam kenyataan kemudian mengkaitkannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penelitian ini Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan barang/jasa Pemerintah. B. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian yang digunakan penulis untuk menyusun penelitian ini supaya mendapatkan daya yang akurat yaitu di Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut karena merupakan salah satu instansi pemerintah yang sering melakukan pengada barang/jasa. C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data Dalam penelitian ini, terbagi dalam dua jenis yaitu: a) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek kegiatan atau 24 penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambil data yang.

(32) langsung pada subyek sebagai suatu informasi yang dicari. Data ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Malang. b) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain atau sumber lain secara tidak langsung oleh penulis dari subyek penelitian. Data sekunder yang diperoleh dari referensi buku-buku kepustakaan atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik. 2. Sumber Data Dalam penelitian ini, terbagi dalam dua jenis sumber data, yaitu: a) Data primer adalah data yang diperoleh dari narasumber langsung atau informasi yang mengetahui dan yang berkompeten. Data primer ini dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan wawancara. Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik dan benar mengenai masalah yang sedang diteliti. Menurut H. B. Sutopo, “dalam penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya”. Dalam hal ini, data atau informasi diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Penelitian informasi dalam penelitian ini dengan purposive sampling dimana peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan mengetahui secara mendetail. Informan dalam penelitian ini adalah Kuasa Pengguna Anggaran san Pejabat Pembuat Komitmen..

(33) b) Data sekunder adalah data yang digali dengan teknik studi kepustakaan, dimana akan mempelajari data dari kepustakaan yang bersumber pada bahan hukum yang berupa buku-buku, literatur-literatur, peraturan perundangundangan. dan. tulisan-tulisan. yang. berkaitan. serta. relevan. dengan. permasalahan yang diangkat. Menurut H. B. Sutopo menjelaskan, “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu”. Dalam hal ini yang termasuk data sekunder antara lain: i.. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengada Barang/Jasa.. ii.. Data-data dan informasi lain yang menunjang penelitian ini.. D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan langsung di lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Wawancara Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara mendalam, artinya wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi yang diperoleh. Wawancara ini sifatnya melebar, cara memperoleh informasi dengan melakukan tanya jawab secara tatap muka dan berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang tepat. Wawancara dilakukan pada waktu dua konteks yang dianggak tepat guna mendapat data yang dirinci dan melebar, serta dapat dilakukan secara berulangkali sesuai dengan keperluan peneliti berkaitan dengan kejelasan masalah yang sedang ditelitinya. 2. Dokumentasi.

(34) Dokumentasi yang dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber tertulis yang ada, baik berupa dokumen atau arsip. Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang bersangkutan dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dokumentasi ini diperoleh dari dokumen-dokumen administratif, keputusan dan ketetapan resmi. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, nilai atau peristiwa yang memiliki karakteristik tertentu dan dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut, maka populasi dalam skripsi ini meliputi pejabat dan panitia pengada barang/jasa pemerintah. 2. Sampel Sampel adalah suatu proses dalam memilih suatu bagian yang representative dari sebuah populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana sampel diambil dengan asumsi bahwa sampel yang terpilih mengetahui dan dapat menjawab masalah yang dijadikan sebagai kajian dalam penelitian. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terkait langsung dalam penelitian ini adalah: a) Kuasa Pengguna Anggaran b) Pejabat Pembuat Komitmen F. Teknik Analsis Data.

(35) Untuk mempermudah pembahasan serta mendapatkan kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian dilapangan maka penulis menggunakan metode deikriptif analisis, yaitu mengungkapkan suatu masalah atau peristiwa sebagaimana adanya dan menyandarkan kepada logika dalam bentuk uraian kalimat. Dimana penulis mendeskripsikan dan menganalisis data yang diperoleh dilapangan kemudian ditarik kesimpulan sesuai permasalahan yang dikaji, kemudian digambarkan secara rinci dan dianalisis sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan..

(36) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Nama Kantor Kantor tempat melakukan kegiatan Kuliah Lapangan ini adalah : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat yang beralamat di Jl. Raya Karang Ploso, Kotak Pos 199, Malang, Jawa Timur. 2. Visi dan Misi Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat b. Visi : Menjadi Balai Penelitian yang handal dalam menghasilkan teknologi budidaya tepat guna komoditas tembakau, serat dan minyak industry. c. Misi : Menghasilkan dan merakit teknologi yang dapat meningkatkan daya saing dan IPTEK tanaman tembakau, serat dan minyak indsutri di wilayah pengembangan di seluruh Indonesia. d. Kebijakan Mutu : Kepalai Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat dan seluruh pegawai yang berada di bawahnya, berkomitmen secara berkesinambungan untuk menciptakan inovasi teknologi bernilai ilmiah, tepat sasaran dan tepat guna serta benilai ekonomi tinggi, melalui : 1) Peningkatan kapasitas, profesionalisme, dan kompetensi sumber daya 29 manusia yang berintegerasi tinggi..

(37) 2) Peningkatan kapasitas ketersediaan, dan kualitas sarana / prasarana, terutama kebun percobaan dan laboratorium. 3) Peningkatan jaringan kerja sama, kemitraan, danpromosi. 4) Penyebaran hasil penelitian melalui berbagai media, terutama pertemuan dan publikasi. 5) Peningkatan kondisi organisasi dan pengembangan budaya kerja inovatif dan berorientasi bisnis untuk mencapai kualitas bertaraf internasional. 6) Perwujutan good governance, berdasarkan Instruksi Presiden No. 7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) 7) Penerapan, pemiliharaan, komunikasi dan peningkatan kinerja Sistem Manajemen Mutu sesuai persyaratan standar ISO 9001 : 2008 8) Peninjauan ulang secara berkala Sistem Manajemen Mutu untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan, termasuk evaluasi kepuasan pelanggan. 3. Susunan Organisasi a. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat Terdiri atas : b. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan, serta rumah tangga. c. Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, progam, anggaran, pemantauan, evaluasi, dan laporan, serta pelayanan sarana penelitian tanaman pemanis, serat tembakau dan minyak industri d. Seksi Jasa Penelitian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan.

(38) kerjasama, imformasi dan dokumentasi, serta menyebarluaskan dan pendayagunaan hasil penelitian tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. e. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional peneliti dan sejumlah jabatan fungsional lainya yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. f. Kelompok Jabatan Fungsional Peneliti mempunyai tugas: 1) Melakukan penelitian genetika, pemulihan dan perbenihan dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 2) Melakukan penelitian morfologi, fisiologi, ekologi, entomologi dan fitopatologi tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 3) Melakukan penelitian komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis tanaman pemanis , serat, tembakau dan minyak industri. 4) Melakukan penelitian penanganan hasil tanaman pemanis, serat, tembakau dan minyak industri. 5) Melakukan kegiatan fungsional lainya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. g. Kelompok Jabatan Fungsional lainnya mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku..

(39) 4.. Struktur Organisasi KEPALA. SUBBAG.  TATA  USAHA. SEKSI  PELAYANAN   TEKNIK. SEKSI  JASA  PENELITIAN. KELOMPOK  JABATAN   FUNGSIONAL.

(40) 5.. SUMBERDAYA MANUSIA PENDIDIKAN. Umur (tahun) < 30. 31 - 40 41 - 50. 51 - 56 57 - 60. 61 - 65. Total. Dr (S3). -. -. 4. 5. -. 1. 10. MSc (S2). 3. 3. 11. 5. 2. 1. 25. Ir (S1). 5. 8. 23. 21. 4. -. 61. Sub total :. 8. 11. 38. 31. 6. 2. 96. Diploma. 1. 1. 2. 3. -. -. 7. SLTA. 1. 8. 44. 11. 1. -. 65. SLTP. -. 1. 5. -. 1. -. 7. SD. -. 1. 3. 7. -. -. 10. Sub total:. 2. 10. 54. 21. 2. -. 89. Total :. 10. 21. 92. 52. 8. 2. 185.

(41) B. Mekanisme Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam proses pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus melalui tahapantahapan yang telah diatur dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010: 1. Persiapan Pengadaan Persiapan pemilihan Penyedia Barang/Jasa terdiri atas bagian: a. Perencanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa b. Pemilihan sistem pengadaan c. Penetapan metode penilaian kualifikasi d. Penyusunan jadwal pemilihan Penyedia Barang/Jasa e. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa f. Penetapan HPS 2. Perencanaan Pemilihan Penyedia Barang/Jasa a. Pelelangan. Umum,. metode. pemilihan. penyedia. barang/pekerjaan. konstruksi/jasa lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya yang memenuhi syarat. b. Pelelangan sederhana, metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). c. Penunjukan Langsung, metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunnjuk langsung satu penyedia barang/jasa. d. Pengadaan Langsung, pengadaan barang/jasa langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui pelelangan/seleksi/penunjukan langsung..

(42) e. Kontes/Sayembara,. metode. pemilihan. penyedia. barang. yang. memperlombakan barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan harga/biaya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan. f. Pelelangan Terbatas, metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. g. Pemilihan Langsung, metode pemilihan penyedia pekerjaan kontruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah). 3. Pemilihan Sistem Pengadaan a. Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa lainnya b. Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi c. Penetapan Metode Penyampaian Dokumen d. Penetapan Metode Evaluasi Pengadaan Barang/Pekerjaan Konsultasi/Jasa lainnya e. Metode Evaluasi Penawaran dalam pengadaaan Jasa Konsultasi f. Penetapan Jenis Kontrak g. Tanda Bukti Perjanjian 4. Penetapan Metode Kualifikasi Kualifikasi merupakan proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa. Kualifikasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu prakualifikasi atau pasca kualifikasi..

(43) a. Prakualifikasi, merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan sebelum pemasukan penawaran b. Pasca Kualifikasi, merupakan proses penilaian kualifikasi yang dilakukan setelah pemasukan penawaran. Pasca kualifikasi dilaksanakan untuk pengadaan dengan metode pelelangan umum (kecuali pelelangan umum untuk pekerjaan kompleks), pelelangan sederhana/pemilihan langsung, pemilihan penyedia jasa konsultasi perorangan. 5. Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ULP/Pejabat pengadaan menyusun dan menetapkan jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang memberikan alokasi waktu yang cukup untuk semua tahapan proses pengadaan, termasuk waktu untuk tahapan-tahapan sebagian berikut: a. Pengumuman pelelangan/seleksi b. Pendaftaran dan pengambilan kualifikasi atau dokumen penfadaan c. Pemberian penkelasan d. Pemasukan dokumen penawaran e. Evaluasi penawaran f. Penetapan pemenang g. Sanggahan dan sanggahan banding 6. Penyusunan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Ketentuan lanjuatan mengenai standar kontrak pengadaan barang/jasa serta pedoman penyusunan kontrak pengadaan Barang/Jasa diatur dengan Peraturan Kepala lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor.

(44) 6 Tahun 2010 tentang Standar Dokumen Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dokumen pengadaan barang/jasa terdiri dari: a. Dokumen Kualifikasi, merupakan dokumen yang ditetapkan oleh pejabat pengadaan sebagai dasar penilaian kompetensi, kemampuan usaha dan pemenuhan persyaratan tentunya lainnya dari penyedia barang/jasa. b. Dokumen Pemilihan, merupakan dokumen yang ditetapkan oleh pejabat yang memuat ketentuan pelaksanaan penyedia barang/jasa. 7. Penetapan Harga Perkiraan Sendiri Harga. Perkiraan. Sendiri. (HPS). barang/jasa,. kecuali. untuk. kontes/sayembara ditetapkan oleh PPK. Sementara pengumuman nilai total HPS dilakukan oleh ULP/pejabat pengadaan. Nilai total HPS adalah hasil perhitungan seluruh volume pekerjaan dikalikan dengan harga satuan ditambah dengan seluruh beban pajak dan keuntungan. Nilai total HPS bersifat terbuka dan tidak rahasia sedangkan rincian harga satuan dalam perhitungan HPS bersifat rahasia. HPS berfungsi sebagai: a. Alat untuk menilai kewajaran penawaran termasuk rinciannya. b. Dasar untuk menetapkan batas tertinggi penawaran yang sah untuk pengadaan barang/kontruksi/jasa. lainnya. dan. pengadaan. jasa. konsultasi. yang. menggunakan metode pagu anggaran. c. Dasar untuk menetapkan besaran nilai jaminan pelaksaan bagi penawaran yang nilainya lebih rendah dari 80% nilai total HPS..

(45) 8. Jaminan Pengadaan Barang/jasa Surat jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh bank umum/perusahaan penjaminan/perusahaan asuransi yang diserahkan oleh penyedia barang/jasa kepada PPK/ULP untuk menjamin terpenuhinya kewajiban penyedia barang/jasa. Jaminan atas pengadaan barang/jasa terdiri dari beberapa macam bentuk jaminan yakni: a. Jaminan Penwaran, diberikan oleh penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya pada saat memasukan penawaran, yang besarnya antara 1% sampai dengan 3% dari total HPS. b. Jaminan Pelaksanaan, Jaminan Pelaksanaan diberikan oleh penyedia barang/pekerjaan konstruksi/penyedia jasa lainnya untuk kontrak bernilai diatas Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). c. Jaminan Uang, diberikan oleh penyedia barang/jasa terhadap pembayaran uang muka yang diterimanya yang bersarnya adalah senilai uang muka yang diterimanya. d. Jaminan. Pemeliharaan,. wajib. diberikan. oleh. penyedia. pekerjaan. konstruksi/jasa lainnya setelah pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai 100%. e. Jaminan Sanggahan Banding, penyedia barang/jasa yang mengajukan sanggahan banding karena tidak puas dengan jawaban sanggahan dari ULP, wajib menyerahkan jaminan sanggahan banding yang berlaku 20 (dua puluh) hari kerja sejak pengajuhan sanggahan banding..

(46) 9. Sertifikat Garansi Sertifikasi garansi diterbitkan oleh produsen atau pihak yang ditunjuk secara sah oleh produsen, dalam Pengadaan Barang modal pihak yang menyerahkan sertifikasi garansi adalah Penyedia Barang. Sertifikasi garansi diberikan terhadap kalaikan pengguna barang hingga jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dengan kontrak. 10. Pelaksana Pemilihan Penyedia Barang/Jasa a. Pengumuman Pemilihan Penyedia Barang/Jasa ULP mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara luas kepada masyarakat pada saat rencana kerja dan anggaran K/L/D/I telah desetujui oleh DPR/DPRD atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)/Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) yang telah disahkan. Jika anggaran K/L/D/I telah disetujui DPR/DPRD tetapi DIPA/DPA belum disahkan, pengumuman dilakukan dengan mencantumkan kondisi DIPA/DPA yang belum disahkan. b. Penilaian Kualifikasi Dalam proses penilaian prakualifikasi/pascakualifikasi, ULP/pejabat pengadaan tidak boleh melarang, menghambat dan membatasi keikutsertaan calon penyedia barang/jasa dari luar propinsi/kabupaten/kota. K/L/D/I dilarang melakukan penilaian prakualifikasi masal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurun waktu tertentu dengan menerbitkan tanda daftar lulus prakualifikasi atau sejenisnya. c. Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen.

(47) Penyedia barang/jasa yang berminat mengikuti pemilihan penyedia barang/jasa, mendaftarkan perusahaan/usahaan usahanya/untuk mengikuti pelelangan/seleksi/pemilihan secara langsung kepada ULP/pejabat pengadaan. Penyedia barang/jasa yang mengikuti pengadaan barang/jasa melalui penunjukan langsung/pengadaan langsung diundang oleh ULP/pejabat pengadaan. Penyedia barang/jasa mengambil dokumen pengadaan barang/jasa dari ULP/pejabat pengadaan atau mengunduh dari wibsite yang digunakan ULP. d. Pemberian Penjelasan ULP/pejabat pengadaan mengadakan pemberian penjelasan untuk memperjelas Dokumen pengadaan barang/jasa yang dituangkan dalam berita acara pemberian penjelasan yang ditandatangani oleh ULP/pejabat pengadaan dan minimum satu wakil dari peserta yang hadir. Jika tidak ada peserta yang hadir atau bersedia menandatangani berita acara pemberian penjelasan, maka berita acara pemberian penjelasan cukup ditandatangani oleh anggota ULP yang hadir. Ketidak hadiran peserta pada saat pemberian penjelasan tidak dapat dijadikan dasar untuk menolak/menggugurkan penawaran. e. Pemasukan Dokumen Penawaran Penyedia barang/jasa memasukan dokumen penawaran dalam jangka waktu dan sesuai persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pemilihan. Jika dokumen penawaran yang disampaikan melalui batas akhir pemasukan penawaran, maka dokumen penawaran tidak dapat diterima oleh.

(48) ULP/pejabat pengadaan. Penyedia barang/jasa dapat mengubah, menambah dan/atau mengganti dokumen penawaran sebelum batas akhir pemasukan penawaran. f. Evaluasi Penawaran Dalam melakukan evaluasi penawaran, ULP/pejabat pengadaan harus berpedoman pada tata cara/criteria yang ditetapkan dalam dokumen pengadaan. Dalam evaluasi penawaran, ULP/pejabat dan penyedia barang/jasa dilarang melakukan tindakan post bidding yaitu tindakan mengubah, menambah, mengganti, dan/atau mengurangi dokumen pengadaaan dan/atau dokumen penawaran setelah batas akhir pemasukan penawaran. g. Penetapan dan Pengumuman Pemenang ULP/pejabat pengadaan menetapkan hasil pemilihan penyedia barang/jasa dan mengumpulkan hasil pemilihan penyedia barang/jasa melalui website K/L/D/I dan papan pengumuman resmi. h. Sanggahan Peserta pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya dapat mengajukan sanggahan secara tertulis apabila menemukan hal-hal : 1) Penyampingan terhadap prosedur dan ketentuan yang ada. 2) Adanya rekayasa yang mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat. 3) Adanya penyalahgunaan wewenang oleh ULP dan/atau pejabat yang berwenang lainnya yaitu tindakan yang sengaja dilakukan diluar.

(49) kewenangan terkait proses pengadaan. Pejabat berwenang lainnya adalah PA/KPA, kepala daerah, PPK, tim pendukung, dan tim teknis. Penyedia barang/jasa yang mengajukan sanggahan banding wajib menyerahkan jaminan sanggahan banding yang ditetapkan sebesar 2‰ (dua perseribu) dari nilai total HPS atau paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Sanggahan. banding. diberikan. kepada. menteri/pimpinan. lembaga/kepala daerah/pimpinan institusi paling lambat 15 hari kerja setelah surat sanggahan banding diterima. Jika sanggahan banding dinyatakan benar, menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah/ pimpinan institusi memerintahkan ULP/pejabat pengadaan melakukan evaluasi ulang atau pengadaan barang/jasa ulang. Jika sanggahan banding dinyatakan salah, menteri/pimpinan lembaga/kepala. daerah/pimpinan. institusi. memerintahkan. agar. ULP. melanjutkan proses pengadaan barang/jasa. Jika sanggahan banding dinyatakan benar, jaminan sanggahan banding dikembalikan kepada penyanggah. Jika sanggahan banding dinyatakan salah, jaminan sanggahan banding disita dan disetorkan ke kas Negara/daerah. i. Pemilihan Gagal ULP/pejabat pengadaan menyatakan pelelangan/pemilihan langsung gagal jika: 1) Jumlah peserta yang lulus kualifikasi pada proses prakualifikasi kurang dari tiga peserta..

(50) 2) Jumlah peserta yang memasukan dokumen penawaran untuk pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya kurang dari tiga peserta. 3) Sanggahan dari peserta terhadap hasil prakualifikasi ternyata benar. 4) Tidak ada penawaran yang lulus evaluasi penawaran. 5) Dalam evaluasi penawaran ditemukan bukti/indikasi terjadi persaingan tidak sehat. 6) Harga penawaran terendah terkoreksi untuk kontrak harga satuan dan kontrak gabungan kontrak lump sum dan harga satuan lebih tinggi dari HPS. 7) Seluruh harga penawaran yang masuk untuk kontrak lump sum diatas HPS. 8) Sanggahan hasil pelelangan dari peserta ternyata benar. Jika pelelangan/seleksi ulang jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi hanya dua peserta, maka proses pelelangan/seleksi dilakukan. Jika pelelangan/seleksi/pemilihan langsung ulang jumlah penyedia barang/jasa yang memasukan penawaran hanya dua peserta, maka proses pelelangan/seleksi/pemilihan. langsung. dilanjutkan.. Jika. pelalangan/seleksi/pemilihan langsung jumlah penyedia barang/jasa yang lulus prakualifikasi hanya satu peserta, maka pelelangan/seleksi ulang dilakukan seperti proses penunjukan langsung. j.. Penunjukan Penyedia Barang/Jasa PPK menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) dengan ketentuan sebagai berikut:.

(51) 1) Tidak ada sanggahan dari peserta. 2) Sanggahan dan/atau sanggahan banding terbukti tidak benar. 3) Masa sanggah dan/atau masa asanggah banding berakhir. Jika penyedia Barang/Jasa yang telah menerima Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) mengundurkan diri dan masa penawarannya masih berlaku, maka berlaku: 1) Pengunduran diri tersebut hanya dapat dilakukan berdasarkan alasan yang dapat diterima secara objektif oleh PPK. 2) Pengunduran diri tersebut dilakukan dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran peserta lelang yang bersangkutan dicairkan dan disetorkan kepada kas Negara/daerah. Jika tidak terdapat sanggahan, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 6 hari kerja setalah pengumuman penetapan pemenang dan segera disampaikan kepada pemenang yang bersangkutan. Jika terdapat sanggahan dan/atau sanggahan banding, SPPBJ harus diterbitkan paling lambat 2 hari kerja setelah semua sanggahan dan/atau sanggahan banding dijawab, seta segera disampaikan kepada pemenang. k. Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Penandatanganan kontrak pengadaan barang/jasa dilakukan setelah DIPA/DPA disahkan. Para pihak menandatangani kontrak setelah penyedia barang/jasa menyerahkan jaminan pelaksanaan paling lambat 14 hari kerja terhitung sejak diterbitkannya Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)..

(52) Pihak. yang. berwenang. menandatangani. kontrak. pengadaan. barang/jasa atas nama penyedia barang/jasa adalah direksi yang disebutkan namanya dalam akta pendirian/anggaran dasar penyedia barang/jasa. Pihak lain yang bukan direksi atau yang namanya tidak disebut dalam akta pendirian/anggaran. dasar. dapat. menandatangani. kontrak. pengadaan. barang/jasa, sepanjang mendapat kuasa/pendelegasian wewenang yang sah dari direksi. 11. Pelaksanaan Kontrak a. Perubahan Kontrak Perubahan kontrak dapat berupa perubahan teknis dan perubahan adminitrasi. Perubahan teknis terjadi jika terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan, dan gambar dan/atau spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. PPK bersama penyedia barang/jasa dapat melakukan perubahan kontrak yang meliputi: 1) Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak. 2) Menambah dan/atau mengurangi jenis pekerjaan. 3) Mengubah spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan. 4) Mengubah jadwal pelaksanaan. b. Uang Muka dan Pembayaran Prestasi Kerja Uang muka dapat diberikan kepada penyedia barang/jasa ketika pekerjaan belum dikerjakan untuk: 1) Mobilisasi alat dan tenaga keraja.

(53) 2) Pembayaran uang tanda jadi kepada pemasok barang/material 3) Persiapan teknis lain yang diperlukan bagi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Ketentuan pemberian uang muka kepada penyedia barang/jasa yakni untuk usaha kecil paling tinggi 30% dari nilai kontrak pengadaan barang/jasa, untuk usaha nonkecil paking tinggi 20% dari nilai kontrak pengadaan barang/jasa. c. Pelaksana Kontrak Untuk Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam PPK menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) setelah mendapatkan persetujuan dari PA/KPA dan salinan pernyataan bencana alam dari pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan bersama antara PPK dan Penyedia Barang/Jasa, sementara proses dan administrasi pengadaan dapat dilakukan secara simultan. d. Keadaan Kahar Keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Kerugian yang timbul akibat kelalaian para pihak tidak termasuk keadaan kahar. Keadaan kahar dalam kontrak pengadaan barang/jasa meliputi: 1) Bencana alam berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2) Bencana nonalam berupa gagal teknologi, epidemi dan wabah penyakit..

(54) 3) Bencana sosial berupa konflik sosial antar kelompok atau antar kominitas masyarakat dan teror. 4) Pemogokan. 5) Kebakaran. 6) Gangguan industri yang dinyatakan melalui keputusan bersama menteri keuangan dan menteri teknis terkait dengan menerbitkan surat keputusan bersama setelah memperoleh pertimbangan dari APIP, LKPP, dan BPS. Jika terjadi keadaan kahar, penyedia barang/jasa memberitahukan kepada PPK secara tertulis dalam waktu paling lambat 14 hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar, dengan menyertakan salinan pernyataan Keadaan Kahar yang dikeluarkan oleh pihak/instansi yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat terjadinya keadaan kahar tidak dikenal sanksi. Setelah terjadinya keadaan kahar, para pihak dapat melakukan kesepakatan. Yang dituangkan dalam perubahan kontrak. e. Penyesuaian Harga Penyesuaian harga dilakukan dengan ketentuan penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak tahun jamak berbentuk kontrak harga satuan berdasarkan ketentuan dan persyaratan yang telah tercantum dalam dokumen pengadaan dan/atau perubahan dokumen pengadaan, tata cara perhitungan penyesuaian harga harus dicantumkan dengan jelas dalam dokumen pengadaan,. penyesuaian harga tidak diberlukan terhadap kontrak tahun. tanggal dan kontrak lump sum serta pekerjaan dengan harga satuan timpang..

(55) f. Pemutusan Kontrak PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) dapat memutuskan kontrak secara sepihak dengan penyedia barang/jasa apabila: 1) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia barang/jasa sudah melampaui 5% dari nilai kontrak. 2) Penyedia barang/jasa lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. 3) Penyedia barang/jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instalasi yang berwenang. 4) Pengaduan tetang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang. g. Penyelesaian Perselisian Jika terjadi perselisihan antara para pihak dalam penyedia barang/jasa pemerintah, maka penyelesaian perselisihan dapat dilakukan dengan cara: 1) Musyawarah untuk mufakat 2) Arbitrase, adalah cara penyelesaian suatu perselisihan diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang berselisih.

(56) 3) Alternatif penyelesaian sengketa, lembaga penyelesaian perselisihan atau beda pendapat diluar pengadilan melalui prosedur yang disepakati oleh para pihak. (negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli) 4) Pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, penyelesaian pengadilan adalah metode penyelesaian perselisihan yang timbul dari hubungan hukum mereka yang diputuskan oleh pengadilan. h. Serah Terima Pekerjaan Tata urutan terima pekerjaan sebagai berikut: 1) Setelah pekerjaan selesai 100% sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam kontrak, penyedia barang/jasa menjauhkan pemerintah secara tertulis kepada PA/KPA melalui PPK untuk penyerahan pekerjaan. 2) PA/KPA menunjukan panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan. 3) Jika terdapat kekuarangan dalam hasil pekerjaan, penitia/pejabat penerima hasil pekerjaan melalui PPK memerintahkan penyedia barang/jasa untuk memperbaiki dan/atau melengkapi kekurangan pekerjaan sebagian yang diisyaratkan dalam kontrak. 4) Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak. 5) Khusus untuk pekerjaan kontruksi jasa/lainnya: a) Penyedia pekerjaan konstruksi/jasa lainnya melakukan pemeliharaan atas hasil pekerjaan selama masa yang ditetapkan dalam kontrak,.

(57) sehingga kondisinya tetap seperti pada saat menyerahkan pekerjaan. Masa pemeliharaan pekerjaan harus diberikan waktu yang cukup dengan memberikan sifat, jenis dari pekerjaan. b) Masa pemeliharaan paling singkat untuk pekerjaan permanen selama enam bulan, sedangkan untuk pekerjaan semi permanen selama tiga bulan. Pekerjaan permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya lebih dari satu tahun, sedangkan pekerjaan semi permanen adalah pekerjaan yang umur rencananya kurang dari satu tahun. c) Masa pemeliharaan dapat melampaui tahun anggaran. 6) Setelah masa pemeliharaan berakhir, PPK mengembalikan jaminan pemeliharaan/uang retensi kepada penyedia barang/jasa 7) Khusus pengadaan barang, masa garansi disesuaikan dengan masa garansi dari pabrik (garansi pabrikan) 8) Penyedia barang/jasa menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan pada saat proses serah terima akhir (final hand over). Penyedia barang/jasa yang tidak menandatangani berita acara serah terima akhir pekerjaan dimasukkan dalam daftar hitam. C. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Pemerintah Berdasarkan Pasar 57 Perpres 70 Tahun 2012 di Balita Malang Berdasarkan hasil wawancara dengan Pejabat Pembuat Komitmen dapat dijelaskan bahwa pemilihan penyedia Barang/Jasa di Balita Malang secara garis besar mengacu pada Pasal 57 Perpres 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dapat dijelaskan sebagai berikut:.

(58) 1. Pemilihan penyedia Barang/Jasa dengan metode Pelelangan Umum meliputi tahapan sebagai berikut: a. Pelelangan Umum untuk Penyedia Barang/Jasa atau Pelelangan Terbatas untuk Pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan prakualifikasi, metode dua sampul yang meliputi kegiatan: 1) Pengumuman dan/atau undangan prakualifikasi; 2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi; 3) Pemasukan dan evaluasi Dokumen Kualifikasi; 4) Pembuktian kualifikasi; 5) Penetapan hasil kualifikasi; 6) Pengumuman hasil kualifikasi; 7) Sanggahan kualifikasi; 8) Undangan; 9) Pengambilan Dokumen Pemilihan; 10) Pemberian penjelasan; 11) Pemasukan Dokumen Penawaran; 12) Pembukuan Dokumen Penawaran sampul I; 13) Evaluasi Dokumen Penawaran sampul I; 14) Pemberitahuan dan pengumuman peserta yang lulus evaluasi sampul I; 15) Pembukuan Dokumen Penawaran sampul II; 16) Evaluasi Dokumen Penawaran sampul II; 17) Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 18) Penetapan pemenang;.

(59) 19) Pengumuman pemenang; 20) Sanggahan; dan 21) Sanggahan banding (apabila diperlukan). b. Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa atau pelelangan terbatas untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan prakualifikasi, metode dua tahap yang meliputi: 1) Pengumuman prakualifikasi dan/atau undangan prakualifikasi; 2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi; 3) Pemasukan dan evaluasi Dokumen Kualifikasi; 4) Pembuktian kualifikasi; 5) Penetapan hasil kualifikasi; 6) Pengumuman hasil kualifikasi; 7) Sanggahan kualifikasi 8) Undangan; 9) Pengambilan Dokumen Pemilihan; 10) Pemberian penjelasan; 11) Pemasukan Dokumen Penawaran tahan I; 12) Pembukuan Dokumen Penawaran tahap I; 13) Evaluasi Dokumen Penawaran tahap I; 14) Melakuakn penyetaraan teknis apabila diperlukan kecuali untuk metode evaluasi sistem nilai; 15) Penetapan peserta yang lulus evaluasi tahap I; 16) Pemberitahuan dan pengumuman peserta yang lulus evaluasi tahap I;.

(60) 17) Pemasukan Dokumen Penawaran tahap II; 18) Pembukuan Dokumen Penawaran tahap II; 19) Evaluasi Dokumen Penawaran tahap II; 20) Pembukuan Berita Acara Hasil Pelelangan; 21) Penetapan pemenang; 22) Pengumuman Pemenang; 23) Sanggahan; dan Sanggahan banding (apabila diperlukan. c. Pelelangan Umum atau Pelelangan Terbatas untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan prakualifikasi, metode satu sampul yang meliputi kegiatan: 1) Pengumuman dan/atau undangan prakualifikasi; 2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi; 3) Pemasukan dan evaluasi Dokumen Kualifikasi; 4) Pembuktian kualifikasi; 5) Penetapan hasil kualifikasi; 6) Pengumuman hasil kualifikasi; 7) Sanggahan kualifikasi; 8) Undangan; 9) Pengambilan Dokumen Pemilihan; 10) Pemberian Penjelasan; 11) Pemasukan Dokumen Penawaran; 12) Pembukuan Dokumen Penawaran; 13) Evaluasi Dokumen Penawaran;.

(61) 14) Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 15) Penetapan pemenang; 16) Pengumuman pemenang; 17) Sanggahan; dan 18) Sanggahan banding (bila diperlukan). d. Pelelangan Umum untuk pemilihan Penyedia Setelah masa pemeliharaan berakhir, PPK mengembalikan jaminan pemeliharaan/uang retensi kepada penyedia barang/jasa Lainnya dengan pascakualifikasi, metode satu sampul yang meliputi kegiatan: 1) Pengumuman; 2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Kualifikasi; 3) Pemberian penjelasan; 4) Pemasukan Dokumen Penawaran; 5) Pembukuan Dokumen Penawaran; 6) Evaluasi penawaran; 7) Evaluasi kualifikasi; 8) Pembuktian kualifikasi; 9) Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 10) Penetapan pemenang; 11) Pengumuman pemenang; 12) Sanggahan; dan 13) Sanggahan banding (bila diperlukan). e. Pelangan. Umum. untuk. pemilihan. Penyedia. Barang/Jasa. dengan.

(62) pascakualifikasi, metode dua sampul yang meliputi kegiatan: 1) Pengumuman; 2) Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan; 3) Pemberian penjelasan; 4) Pemasukan Dokumen Penawaran; 5) Pembukuan Dokumen Penawaran sampul I; 6) Evaluasi Dokumen Penawaran sampul I; 7) Pemberitahuan dan pengumuman peserta yang lulus evaluasi sampul I; 8) Pembukuan Dokumen Penawaran sampul II; 9) Evaluasi Dokumen Penawaran sampul II; 10) Pembuktian kualifikasi; 11) Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan; 12) Penetapan pemenang; 13) Pengumuman pemenang; 14) Sanggahan; dan 15) Sanggahan banding (bila diperlukan). 2. Pemilihan dengan metode Pelalangan Sederhana untuk Penyedia Barang/Jasa atau Pemilihan Langsung, meliputi sebagai berikut: a. Pengumuman; b. Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan; c. Pemberian penjelasan; d. Pemasukan Dokumen Penawaran; e. Pembukaan Dokumen Penawaran;.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Bahwa meskipun ketentuan Pasal 8 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menerangkan bahwa Narkotika Golongan I dilarang digunakan untuk kepentingan pelayanan

Isikan sistem pembayaran, upah minimum/maksimum, jumlah karyawan pelaksana lebih rendah dari pengawas/supervisor dan upah/gaji (termasuk tunjangan dan upah lembur)

Kahiji, novel Sripanggung témana kakawasaan jeung kasatiaan; unsur galur nu aya nya éta backtracking, foreshadowing, suspense, jeung konflik; palaku utama dina ieu

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KANDOUSHI DALAM KOMIK MAGAJIN VOLUME 41.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan demikian, KLHS seharusnya tidak diartikan sebagai instrumen pengelolaan lingkungan yang semata-mata ditujukan pada komponen-komponen KRP, tapi yang lebih