• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. docx"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN A. Pendahuluan

Ada pepatah yang mengatakan bahwa apabila kita menanam, maka suatu saat kita akan memanennya. Artinya, apapun yang kita lakukan akan menghasilkan suatu hasil atau dampak. Dan setiap seseorang yang melakukan kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukan. Entah itu kegiatan yang bersifat rutinitas ataupun kegiatan yang dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang. Hasil itu dapat berupa baik atau pun buruk. Terlepas dari itu, semua kegiatan mempunyai hasil masing-masing, baik itu kegiatan dibidang ekonomi, bisnis, industri, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tanpa terkecuali, bidang pendidikan. Pendidik dan peserta didik, siswa dan guru, merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Mereka juga ingin mengetahui proses dan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus. Di sisi lain, evaluasi merupakan kegiatan yang tak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran atau pendidikan (Dimyati, 2009:189).

Dalam prosesnya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. Misalnya, guru memberikan ulangan atau pun kuis pada setiap materi yang telah selesai dipelajari. Di samping itu, evaluasi guru juga dapat dilakukan dengan cara pengamatan guru secara langsung pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Namun, tentu terdapat syarat-syarat dan prosedur tertentu dalam evaluasi ini agar dicapai hasil yang akurat dan valid.

Sebagai seorang calon guru, kita perlu mengetahui evaluasi hasil belajar dan pembelajaran lebih dalam lagi sebagai bekal awal untuk terjun di dunia pendidikan. Di samping itu, guru akan dianggap memiliki kualifikasi kemampuan mengevaluasi, apabila guru mampu menjawab mengapa, apa, dan bagaimana evaluasi dalam kegiatan pembelajaran atau pendidikan.

B. Pengertian Evaluasi

(2)

proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain. Sedangkan Wand dan Brown mengemukakan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untukmenentukan nilai dari sesuatu. Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi, dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan batasan-batasan sebelumnya, dapat kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Berdasarkan batasan-batasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secaar umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian (Dimyati, 2009:191).

Walaupun tidak semua proses evaluasi melalui pengukuran, seorang calon guru atau guru harus mengetahui tentang pengukuran. Selain itu perlu dipahami pula oleh setiap calon guru atau guru perihal penilaian. Pengukuran lebih menekankan kepada proses penentuan kuantitas sesuatu melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu (Arikunto dalam Dimyati, 2009:191). Sedangkan penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu ukuran baik-bauruk yang bersifat kualitatif. Dari batasan pengukuran dan penilaian, dapat ditandai adanya perbedaan yang nyata antara keduanya. Pengukuran dilakukan apabila kegiatan penilaian membutuhkannya, bila kegiatan penilaian tidak membutuhkannya maka kegiatan pengukuran tidak perlu dilakukan. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif akan diolah dan dibandingkan dengan kriteria, hingga didapatkan hasil penilaian yang bersifat kualitatif (Dimyati, 2009:191).

C. Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan

Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Agar terbentuk manusia yang berbudaya dan beradab, maka diperlukan transformasi kebudayaan dan peradaban. Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya transformasi. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan dipengaruhi dan atau ditentukan oleh bekerjanya komponen atau unsur yang ada dalam lembaga pendidikan. Unsur-unsur transformasi dalam proses pendidikan, meliputi:

a. Pendidik dan personal lainnya; b. Isi pendidikan;

c. Teknik;

d. Sistem evaluasi;

(3)

Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas transformasi dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan evaluasi terhadap bekerjanya unsur-unsur transformasi.

Keluaran dalam proses pendidikan adalah ssiwa yang semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Untuk mengetahui dan menetapkan apakah siswa telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi (Dimyati, 2009:193).

D. Syarat-Syarat Umum Evaluasi 1. Kesahihan atau Validitas

Kesahihan atau validitas adalah ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Kesahihan dapat diterjemahkan pula sebagai kelayakan interpretasi terhadap hasil dari suatu instrumen evaluasi atau tes, dan tidak terhadap instrumen itu sendiri (Gronlund dalam Dimyati, 2009:194). Kesahihan instrumen evaluasi diperoleh melalui hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Dari dua cara tersebut, diperoleh empat macam kesahihan yang terdiri dari:

a. Validitas ramalan (predictive validity)

Validitas ramalan dapat diartikan sebagai ketepatan dari suatu alat pengukur ditinjau dari kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapai kemudian.

b. Validitas bandingan (concurrent validity)

Validitas bandingan adalah ketepatan dari suatu tes terlihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat ini secara nyata. Apabila validitas ramalan melihat hubungannya dengan masa yang akan datang, validitas bandingan melihat hubungannya dengan masa sekarang.

c. Validitas isi (content validity)

Validitas isi diartikan sebagai ketepatan suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Suatu tes hasil belajar dikatakan valid menurut validitas isi ini bilamana materi tes tersebut betul-betul dapat mewakili secara menyeluruh (representatif) dari bahan-bahan pelajaran yang diberikan.

d. Validitas konstruk (construct validity)

Validitas konstruk dapat diartikan sebagai ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan (konstruksi) tes tersebut. Untuk mengetahui apakah tes yang kita susun memenuhi syarat-syarat validitas konstruk ini, maka kita harus membandingkan susunan tes tersebut dengan syarat-syarat penyusunan tes yang baik.

(4)

2. Faktor-faktor administrasi evaluasi dan penskoran, juga merupakan faktor-faktor yang mempunyai suatu pengaruh yang mengganggu kesahihan interpretasi hasil evaluasi.

3. Faktor-faktor dalam respons-respons siswa. 2. Keterandalan atau Reliabilitas

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrumen evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat (Arikunto, 1990:81). Keterandalan dapat kita artikan sebagai tingkat kepercayaan keajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu instrumen evaluasi. Keterandalan berhubungan erat dengan kesahihan, karena keterandalan menyediakan keajegan yang memungkinkan terjadinya kesahihan (Arikunto, 1990:81).

Nurkancana dan Sumartana (Aunurrahman, 2012:218) menjelaskan beberapa cara yang dapat di pergunakan untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes, yakni:

a. Teknik Ulangan

Teknik ulangan adalah suatu cara yang ditempuh untuk mencari reliabilitas suatu tes dengan cara memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak dalam dua kesempatan yang berlainan.

b. Teknik Bentuk Paralel

Pada teknik bentuk paralel digunakan dua bentuk tes yang sejenis (tetapi tidak identik), baik mengenai isinya, proses mental yang diukur, tingkat kesukaran maupun jumlah item. Kedua tes ini diberikan kepada kelompok subyek yang sama tanpa adanya rentang waktu. Skor yang diperoleh dari kedua tes tersebut selanjutnya dikorelasikan.

c. Teknik Belah Dua

Dalam teknik ini, tes yang telah diberikan kepada kelompok subyek dibelah menjadi dua bagian. Tiap-tiap bagian diberikan skor secara terpisah. Unumnya ada dua prosedur yang dapat dipergunakan untuk membelah dua suatu tes, yaitu:

a. Prosedur ganjil genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu kelompok, dan seluruh item yang bernomor genap menjadi kelompok lain.

b. Prosedur secara random, misalnya dengan menggunakan undian, atau dengan menggunakan tabel bilangan random.

(5)

1. Panjang tes. Panjang tes berhubungan dengan banyaknya butir tes, pada umumnya lebih banyak butir tes lebih tinggi keterandalan evaluasi.

2. Sebaran skor. Koefisien keterandalan secara langsung dipengaruhi oleh sebaran skor dalam kelompok tercoba. Dengan kata lain, besarnya sebaran skor akan membuat perkiraan keterandalan yang lebih tinggi akan terjadi menjadi kenyataan.

3. Tingkat kesulitan tes. Tes acuan norma yang paling mudah atau paling sukar untuk anggota-anggota kelompok yang mengerjakan, cenderung menghasilkan skor tes keterandalan yang rendah. Ini disebabkan antara hasil tes yang mudah dan yang sulit keduanya dalam satu sebaran skor yang terbatas.

4. Objektivitas. Objektivitas suatu tes menunjukkan kepada tingkat skor kemampuan yang sama (yang dimiliki oleh siswa satu dengan siswa yang lain) memperoleh hasil yang sama dalam mengerjakan tes.

3. Kepraktisan

Dalam memilih tes dan instrumen evaluasi yang lain, kepraktisan merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan. Kepraktisan evaluasi terutama dipertimbangkan pada saat memilih tes atau instrumen evaluasi lain yang dipublikasikan oleh suatu lembaga. Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi atau memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan instrumen evaluasi meliputi:

1. Kemudahan mengadministrasi. Jika instrumen evaluasi diadministrasikan oleh guru atau orang lain dengan kemampuan yang terbatas, kemudian pengadministrasian adalah suatu kualitas penting yang diminta dalam instrumen evaluasi.

2. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi. Kepraktisan dipengaruhi pula oleh faktor waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi.

3. Kemudian menskor. Secara tradisional, hal yang membosankan dan aspek yang mengganggu dalam melancarkan evaluasi adalah penskoran.

4. Kemudahan interpretasi dan aplikasi. Dalam analisis terakhir, keberhasilan atau kegagalan evaluasi ditentukan oleh penggunaan hasil evaluasi.

(6)

evaluasi yang memiliki kemungkinan dibandingkan makna dari skala skor umum yang dimiliki.

E. Fungsi dan Tujuan Evaluasi

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan secara spesifik evaluasi memiliki banyak tujuan dan manfaat. Karena itu menurut Reece dan Walker (Aunurrahman, 2012:209) terdapat alasan mengapa evaluasi harus dilakukan, yaitu: 1. Memperkuat kegiatan belajar

9. Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar 10. Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya 11. Menilai kualitas belajar

Pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan mempunyai manfaat yang luas, tidak sekadar mengukur keberhasilan proses belajar akan tetapi dapat memberikan manfaat dalam berbagai kegiatan lain baik bagi guru maupun bagi siswa (Nurkancana dalam Aunurrahman, 2012: 211). Beberapa fungsi atau manfaat evaluasi pendidikan dan pembelajaran tersebut adalah untuk:

1. Mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu. 2. Mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan. 3. Mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang kita ajarkan dapat dilanjutkan

dengan bahan yang baru ataukah harus mengulang pelajaran-pelajaran yang telah lampau.

4. Mendapatkan bahan-bahan informasi dalam memberikan bembingan tentang jenis pendidikan tentang jenis pendidikan dan jabatan yang sesuai untuk siswa.

5. Mendapatkan bahan-bahan informasi apakah seorang anak dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau harus mengulang di kelas semula.

6. Membandingkan apakah prestasi yang dicapai anak sudah sesuai dengan kapasitasnya atau belum.

7. Untuk menafsirkan apakah seorang anak telah cukup matang untuk kita lepaskan ke dalam masyarakat atau untuk melanjutkan ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.

8. Untuk mengadakan seleksi.

(7)

F. Jenis-Jenis Evaluasi 1. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif sering diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Indikator utama keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi formatif ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai. Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat (Aunurrahman, 2012:221)

2. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi (Aunurrahman, 2012:222)

3. Diagnostik

(8)

G. Pendekatan Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui seberapa tinggi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, maka guru juga perlu memahami cara yang dapat dipergunakan untuk mengkonservasikan atau mengubah skor mentah menjadi skor standar. Cara pertama, ialah dengan jalan membandingkan skor yang diperoleh oleh seseorang dengan suatu standar yang absolut. Cara kedua ialah dengan jalan membandingkan skor seseorang dengan skor yang diperoleh oleh orang lain dalam tes tersebut. Cara pertama dinamakan penggunaan norma absolut atau disebut juga dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP), sedangkan cara kedua dinamakan Penilaian Acuan Normatif (PAN). Kedua cara tersebut disebut juga strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan normatif (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut.

Penilaian Acuan Patokan merupakan norma penilaian yang ditetapkan secara absolut oleh guru atau pembuat tes, berdasarkan atas jumlah soal, bobot masing-masing soal serta prosentase penguasaan yang dipersyaratkan (Nurkancana dan Sumartana dalam Aunurrahman, 2012:223). Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Sedangkan norma relatif yang disebut juga norma aktual, norma empiris atau dinamakan juga Penilaian Acuan Norma (PAN), adalah suatu norma yang disusun secara relatif berdasarkan distribusi skor yang dicapai oleh peserta tes. Pada pendekatan acuan norma, standar performan yang digunakan bersifat relatif. Artinya tingkat performan seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relatif dalam kelompok.

PAN tepat dipergunakan bilamana distribusi kecakapan atau kemampuan kelompok anak yang diberikan tes mengikuti hukum kurve normal. Tetapi bilamana distribusi kecakapan anak-anak yang mengikuti tes tidak mengikuti hukum distribusi normal, maka penggunaan norma relatif tidak dapat memberikan gambaran yang obyektif (Aunurrahman, 2012:225)

H. Evaluasi Hasil Belajar

1. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

(9)

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsinya dan titujukan untuk keperluan berikut ini:

a. Untuk diagnostik dan pengembangan. Maksudnya adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya (Arikunto, 1990:10).

b. Untuk seleksi. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian, hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi (Arikunto, 1990:9)

c. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru (Dimyati, 2009:201).

d. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki, maka perlu dipikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai (Arikunto, 1990:10).

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Tanah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik (Dimyati, 2009:201).

Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenalnya secara lebih terinci. Pengenalan terhadap ranah-ranah tujuan pendidikan akan sangat membantu pada saat memilih data atau menyusun instrumen evaluasi hasil belajar (Dimyati, 2009:202)

3. Prosedur Evaluasi Hasil Belajar

(10)

Rangkuman

Berdasarkan batasan-batasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secaar umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek, dan yang lain) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian (Dimyati, 2009:191).

Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya transformasi. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan dipengaruhi dan atau ditentukan oleh bekerjanya komponen atau unsur yang ada dalam lembaga pendidikan. Unsur-unsur transformasi dalam proses pendidikan, meliputi:

a) Pendidik dan personal lainnya; b) Isi pendidikan;

c) Teknik;

d) Sistem evaluasi;

e) Sarana pendidikan, dan f) Sistem administrasi.

Disamping itu, adapun syarat-syarat umum evaluasi, diantaranya: 1. Kesahihan atau validitas

2. Keterandalan atau reliabilitas 3. Kepraktisan

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan secara spesifik evaluasi memiliki banyak tujuan dan manfaat. Karena itu menurut Reece dan Walker (Aunurrahman, 2012:209). Sedangkan jenis-jenis evaluasi adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi Formatif sering diartikan sebagai kegiatan evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.

(11)

3. Diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.

(12)

SOAL:

1. Jelaskan pengertian evaluasi!

2. Sebutkan dan jelaskan syarat-syarat evaluasi!

3. Menurut pendapat anda, apakah semua pendidik wajib melakukan evaluasi pembelajaran? Jelaskan disertai bukti-bukti yang mendukung!

4. Dalam pendekatan evaluasi pembelajaran, terdapat dua cara yang dapat dilakukan, yaitu PAP dan PAN. Jelaskan perbedaan diantara keduanya!

5. Bagaimana ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan pendidikan yang merupakan sasaran evaluasi?

6. Jelaskan secara jelas prosedur evaluasi hasil belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia! Berikan contohnya!

7. Jenis-jenis evaluasi ada tiga, yakni evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi diagnostik. Jelaskan hubungan antara evaluasi yang satu dengan evaluasi yang lainnya!

8. Menurut Nurkancana dan Sumartana (Aunurrahman, 2012:218) ada beberapa cara yang dapat di pergunakan untuk mencari taraf reliabilitas suatu tes. Sebut dan jelaskan!

9. Apa tujuan dan fungsi dari evaluasi hasil belajar?

10. Instrumen-instrumen apa saja yang diperlukan dalam evaluasi pembelajaran?

Sumber:

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Referensi

Dokumen terkait

Upah sebagai salah satu komponen kompensasi memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan dan sebagai faktor.. perangsang dalam mendorong

Pada industri roti rumahan biasanya masalah yang dihadapi adalah tidak meratanya ukuran roti dan tekstur roti yang keras, hal ini terjadi karena pada waktu

Berdasarkan hasil pengujian, sisi Report Client dari Aplikasi Clinical Telereporting telah berhasil mengunduh dan menampilkan data yang berasal dari Medview ® Cloud

Pengguna Jasa yang menggunakan layanan Profesional tenaga kerja konstruksi pada kualifikasi AHLI yang tidak memperhatikan standar remunerasi minimal:. • Peringatan

bercak coklat kemeraha n & mengalam i sonasi (lingkaran ) sonasi Rebah akar tanaman baru tumbuh busuk (hawar) di dekat akar mati krn rebah Bentuk daun hawar

Dapat disimpulkan bahwa aplikasi praktek higienitas yang diasosiasikan dengan rutinitas pemerahan seperti : pencucian tangan pemerah dengan sabun sebelum proses pemerahan,

Cara kerja plum coupling ialah sederhana, shaft yang digerakan dan shaft yang menggerakan dihubungkan pada ujung plum coupling , pada awalnya kedua shaft diam, saat awal

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 5) SK Menkes RI Nomor 135 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa.. 7) Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta