• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum I KESANGGUPAN DAYA TAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum I KESANGGUPAN DAYA TAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum I

Fisiologi Manusia

KESANGGUPAN/DAYA TAHAN/ ENDURANCE

TUBUH

(PHYSICAL FITNEES)

Oleh :

ANDI ZSAZSA RAFIATUL M

153112620120043

JURUSAN S1 BIOLOGI MEDIK

FAKULTAS BIOLOGI

(2)

2016

LAPORAN PRAKTIKUM

I. JUDUL : Kesanggupan/Daya Tahan/Endurance Tubuh (PHYSICAL FITNEES)

II. TANGGAL : 20 September 2016

III. TUJUAN LATIHAN

Latihan ini bertujuan untuk menetapkan indeks kesanggupan tubuh, baik kesanggupan otot, kesanggupan kardiovaskuler, maupun respirasi, dengan berbagai cara, dan

menggolongkan orang percobaan ke dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.

IV. DASAR TEORI

Ketahanan (Endurance) adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung.

Latihan endurance merupakan model latihn yang biasa digunakan untuk meningkatkan daya tahan paru dan jantung. Di dalam dunia olahraga, daya tahan paru dan jantung ini sering disebut kapasitas kerja maksimal atau kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi oksigen secara maksimal/ Volume oksigen maksimal (VO2 Max).

Klasifikasi daya tahan;

1. Daya tahan aerobik/aerobic endurance; sistem pengerahan energi (menghirup, menyalurkan, dan menggunakan untuk kontraksi otot) dengan menggunakan oksigen. 2. Daya tahan anaerobik/anaerobic endurance; adalah merupakan istilah untuk menyebut

cara kerja otot dalam waktu yang relatif singkat tanpa menggunakan oksigen.

(3)

Kelenturan (Flexibility), Komposisi Tubuh (Body Composition), Daya Tahan Kardiovaskuler (cardivasculer endurance), Kecepatan Gerak (Speed Movement), Kelincahan (Agility), Keseimbangan (Balance), Kecepatan Reaksi (Reaction time), Koordinasi (coordination) (Housman dkk, 2015).

Adaptasi fisiologi terhadap kerja fisik dapat dibagi dalam adaptasi akut dan kronik (Kusmiyati, 2009).

 Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan (Kusmiyati, 2009).

 Adaptasi kronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan fisik.

Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang terlibat selama kerja fisik tersebut (Kusmiyati, 2009).

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebut beberapa parameter tubuh mengalami perubahan, antara lain :

1) Frekuensi Denyut Jantung

Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur dan cukup informatip untuk faal kardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut

jantungberkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac monitoring dan 12 sebagainya; tempat pengukuran dapat di a.radialis, a. carotis dan pada apex jantung sendiri. Frekuensi denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk(Kusmiyati, 2009).

(4)

jantung tetap maka frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia(Kusmiyati, 2009).

2) Curah Jantung/Cardiac Output (CO)

Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh ventrikel selama satu menit. Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung, rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan

perangsangan parasimpatis menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan

peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang (Kusmiyati, 2009).

Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5 liter (5000 mL). Menurut perhitungan, seluruh volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (pada saat istirahat). Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat (35 liter / menit (Kusmiyati, 2009).

3) Volume Sekuncup (Stroke Volume)

(5)

110-130ml/kontraksi scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki stroke volume rata-rata 90-110ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-220ml/kontraksi(Kusmiyati, 2009).

4) Arus Darah

Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan istirahat 1 -20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik, ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi panas(Kusmiyati, 2009).

Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing - masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan

meningkat sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif merupakan kerja 14 persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah pada fase diastole. Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang(Kusmiyati, 2009).

5) Tekanan Darah

Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan

(6)

berubah secara signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan. Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetapatau sedikit menurun(Guyton, 2007).

V. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

a. Alat

Alat yang digunakan dalam beberapa test/percobaan untuk menilai kesanggupan atau daya tahan tubuh orang percobaan (OP) yaitu, sebagai berikut :

1. Sphygmomanometer 2. Stetoskop

3. Thermometer

4. Ember kecil/gelas ukur

5. Pengukur watu (arloji/stopwatch) 6. Bangku Harvard

7. Metronom dengan frekuensi 120x/menit 8. Timbangan

9. Pengukur tinggi badan

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam beberapa test/percobaan untuk menilai kesanggupan atau daya tahan orang percobaan (OP), yaitu sebagai berikut :

N O

Nama Bahan Jumlah

1 Air Es ± 500 ml

2 Orang percobaan (mahasiswa biomedik)

7 orang, 1 test dilakukan oleh setiap orang.

c. Cara Kerja

(7)

1) Orang percobaan (OP) berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan metronome dengan frekuesi 120x/menit.

2) OP menempatkan salah satu kakinya dibangku tepat pada suatu detakan metronome.

3) Pada detakan berikutnya kaki lainnya di naikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak diatas bangku.

4) Pada detakan ketiga kaki yang pertama kali naik diturunkan.

5) Pada detakan keempat kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula sehingga OP berdiri tegak lagi didepan bangku.

6) Siklus tersebut diulang terus menerus sampai OP tidak kuat lagi, tetapi tidak lebih dari lima menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan stopwatch.

7) Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitung dan catatlah frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’-1’30”, dari 2’-2’30” dan dari 3’-3’30”.

8) Hitung indeks kesanggupan OP serta berikan penilaiannya menurut cara : a. Cara lambat :

Indeks kesanggupan badan =

Lama naik turun bangku dalam detik x 100 2 X jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30 detik Penilaian :

Kurang dari 55 = Kesanggupan Kurang

55-64 = Kesanggupan Sedang

65-79 = Kesanggupan Cukup

80-89 = Kesanggupan Baik

Lebih dari 90 = Kesanggupan Sangat Baik

b. Cara cepat :

Indeks kesaggupan badan =

Lama naik turun bangku dalam detik X 100 9.5 X harga denyut nadi selama 30 detik pertama

2. Percobaan Menahan Nafas

1) OP inspirasi dan ekspresi sedalam-dalamnya sebanyak dua kali

2) Kemudian OP melakukan inspirasi biasa dan dilanjutkan dengan menahan nafas selama mungkin

3) Tentukan lamanya OP dapat menahan nafasnya 4) Ulangi percobaan sebanyak 3 kali, hitung rata-ratanya

Penilaian :

(8)

3. Percobaan Lorenz

1) Tentukan denyut nadi setelah duduk selama lima menit (keadaan basal).

2) OP melakukan kegiatan jongkok – berdiri 20 kali dengan lutut membuka keluar selama 20 detik.

3) Setelah duduk kembali tentukan frekuensi nadi setelah menit pertama, kedua, ketiga dst (cukup dihitung tiap 30”) sampai kembali pada frekuensi denyut nadi semula.

Peniaian :

Pemulihan setelah 2 menit = Kesanggupan baik

2-3 menit = Kesanggupan sedang

Lebih dari 3 menit = Kesanggupan kurang

4. Test lari 1.5 Mile Cooper

1) OP lari secepat-cepatnya dalam jarak 1.5 mile. 2) Catat waktu yang ditempuh dalam menit.

3) Penilaian kesanggupan badan dilakukan dengan menggunakan daftar.

Daftar penilaian Test lari 1,5 mile Cooper

Kategori Jenis kelamin

Umur

13-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60

1 2 3 4 5 6 7 8

16:55-18:30 14:01-16:0018.30-19:00 14:44-16:2019:01-19:30 15:36-17:3019:31-20:00 17:01-19.0020:01-20:30 19:01-20:0021:00-21:31

1 2 3 4 5 6 7 8

12:30-14.30 10:46-12:0013:31-15:54 11:01-12:3014:31-16:30 11:31-13:0015:56-17:30 12:31-14:3016:31-19:03 14:00-15:2517:31-19:30

Baik

5. Test Peninggian Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)

1) OP berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit untuk mendapatkan keadaan basal.

(9)

3) Setelah OP berbaring selama 20 menit tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (= tekanan basal) 4) Tanpan membuka manset OP memasukkan tangannya ke dalam air es (kurang

lebih 4oC) sampai pergelangan tangan.

5) Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendiginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya.

6) Catat hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan. Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mm Hg dan tekanan diastolic lebih dari 15 mm Hg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan hiperreaktor. Bila kenaikkan tekanan darah OP masih di bawah angka-angka tersebut di atas, maka OP termasuk golongan hiporeaktor.

Kenyataan statistic menunjukkan bahwa golongan hiperreaktor lebih besar kemungkinannya untuk menjadi penderita hipertensi di kemudian hari dari pada golongan hiporeaktor.

6. Hitung Luas Permukan Tubuh Untuk engetahui Indeks Jantung. 1) Ukur tinggi badan dan berat badan OP

2) Tentukan luas permukaan tubuhnya dengan nomogram atau dengan rumus. 3) Hitung Indeks Jantung, bila diketahui rata-rata curah jantung orang dewasa

4.5 liter.

Rumus LP = BB0.425 X TB0,725x 71.84 cm2

BB dalam Kg TB dalam cm

VI. HASIL PERCOBAAN

Terlampir

VII. PEMBAHASAN

Pada tanggal 20 September 2016 dilakukan beberapa percobaan untuk menilai daya tahan tubuh seseorang terhadap kesanggupan otot maupun kesanggupan vaskulernya.

(10)

1) Harvard Step Test

Dalam Praktikum ini,yang menjadi Orang percobaan (OP) ialah Gita Pracelia. Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Orang percobaan (OP) melangkah naik dan turun pada bangku hardvard setinggi 19 inci. OP dalam test ini hanya mampu naik turun bangku selama 130 detik dengan irama yang konstan. Frekuensi nadi/denyut nadi OP pada 1’ – 1’30 “ adalah 52 kali, 2’ – 2’30” adalah 40 kali dan 3’ – 3’30” adalah 38 kali. Berdasarkan penilaian terhadap lama waktu yang ditempuh OP maka diperoleh hasil Kesanggupan Kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kesanggupan tubuh sangat bergantung dari waktu yang dibutuhkan seseorang untuk terus-menerus naik-turun bangku. Semakin lama OP mampu bertahan naik-turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut jantungnya pulih ke frekuensi normal maka semakin baik pula kesanggupannya. Kesanggupan kardiovaskular seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, berat badan, pola makan dan beban latihan yang diberikan tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu dan sebagainya.

2) Percobaan Menahan Nafas

Pada percobaan menahan nafas dalam praktikum ini yang menjadi OP adalah Andi Zsazsa. Pertama-tama OP inspirasi dan ekspirasi sebanyak 2 kali kemudian OP

melakukan inspirasi biasa dan dilanjutkan dengan menahan nafas selama mungkin dan percobaan dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 1 menit 8.3 detik. Berdasarkan rata-rata yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kesanggupan OP untuk menahan nafas yaitu Kesanggupan Baik.

3) Percobaan Lorenz

(11)

pertama 30 kali, menit kedua 28 kali dan menit ketiga 28 kali, hal ini menunjukkan waktu pemulihan yang dibutuhkan OP adalah setelah 2 menit untuk kembali ke denyut nadi basal. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa kesanggupan OP, yaitu

Kesanggupan Baik.

4) Test Lari 1.5 Mile Cooper

Pada praktikum tes lari 1,5 mile Cooper (2,4 km) dilakukan oleh OP yaitu, Lukman hakim dengan usia OP termasuk dalam 20-29 tahun. Waktu tempuh OP yakni 14:00 menit. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa OP termasuk kategori

Kesanggupaan sedang.

5) Test Peninggian Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)

Pada praktikum ini yang menjadi OP adalah Metha. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah OP termasuk golongan hiporeaktor atau hiperreaktor. Tekanan darah basal OP ialah 110/80 mmHg sedangkan tekanan darah pada saat pendinginan 30’ adalah 100/80 mmHg dan 60’ adalah 100/80 mmHg. Tekanan darah OP tidak mengalami kenaikan. Hal ini dapat disebabkan karena suhu air es dalam ember kecil/gelas ukur tidak terlalu dingin atau lebih dari 40C sehingga tidak menyebabkan kenaikan pada tekanan darah OP.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan OP termasuk golongan Hiporeaktor. 6) Indeks Jantung

OP dalam praktikum ini adalah Andi Zsazsa, Pada praktikum ini OP melakukan penimbangan berat badan dan mengukur tinggi badan, Hasil pengukuran BB OP ialah 40.5 kg dan TB ialah 153.5 cm dengan luas permukaan tubuh 1.3 m2 sehingga diperoleh

indeks jantung sebesar 3.4 L. Dari hasil tersebut maka indeks jantung OP dalam batas normal karena Nilai normal cardiac index adalah 2.5 – 4.2 L/menit/m2.

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(12)

dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu umur, jenis kelamin, tekanan darah, berat badan, aktivitas, makan, pola hidup dan lain-lain.

B. Saran

Untuk meningkatkan kesanggupan/daya tahan/endurance (physical fitnees) maka bisa mencoba dengan beberapa latihan seperti pada percobaan yang telah dilakukan secara rutin, serta disertai dengan pola makan yang teratur dan gizi yang cukup.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Nurhidayat, ayis. 2013. MAKALAH KESEGARAN JASMANI YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KESEHATAN. https://ayisnurhidayat.wordpress.com/makalah-kesegaran-jasmani yang-berhubungan-dengan-kesehatan/. Diakses tanggal 22 september 2016

https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1390361024-3-BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 22 sepetember 2016

Kulzumia. Dkk. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI 1: KESANGGUPAN KARDIVASKULER DAN TEKANAN DARAH

Referensi

Dokumen terkait

Dari situlah dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin meluas dalam usaha untuk memperluas penanaman kedelai, adapun cara yang digunakan dalam proses ini yaitu

salt meter ini adalah stimulus yang membuat ketertarikan untuk melakukan perilaku baru dalam melakukan diet rendah garam pada pasien hipertensi dan

[r]

Sebuah gelombang elektromagnetik memancarkan panas pada suhu 1727 oC diterima oleh sebuah benda yang dianggap hitam pada luasan 100 cm2 Hitunglah energi yang diterima tiap detik

Pemerintah mengenakan tariff (pajak) pada produk impor. Pajak itu biasanya dibayar langsung oleh importir, yang kemudian akan membebankan kepada konsumen berupa

Karena bagaimanapun ini berkaitan dengan standard pelayanan yang ada”.(Sumber: Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pelayanan Bapak Sudiantara, S.Sos.. Dari hasil

Perencanaan yang dibuat yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, informasi yang diberikan merupahkan hak ibu yaitu hak ibu untuk mendapatkan penjelasan oleh tenaga

Inti General Yaja Steel, data jumlah kendaraan yang melewati persimpangan Jrakah, data suhu, arah dan kecepatan angin, kelembaban udara selama pemantauan, data