Abstrak
Tabui merupakan perwakilan tradisi dalam setingan gereja yang menjadi identitas kesukuan daerah tersebut. Tabui merupakan salah satu simbol dalam bentuk tanda panggilan beribadah yang bertujuan untuk meningkatakan program pelayanan gereja di jemaat Sei’Eng, KlasisAlor Barat Laut. Modernisasi adalah sebuah mesin waktu yang mampu mengubah pola perilaku manusia bahkan mampu memberikan efek perubahan dalam budaya lokal yang ada. Tetapi kehadiran modernisasi tidak mampu mengubah kontekspritualitas dan sakralitas dalam tradisi Tabui. Artikel ini bertujuan untuk melihat apa makna dan alasan tertentu yang membuat Jemaat Sei’Eng masih mempertahankan Tabui sebagai tanda ritual dalam ibadah kristen di era modernisasi sekarang ini. Untuk memperoleh hasil yang maksimal peneliti menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan langsung dan wawancara secara mendalam. Artikel ini berkesimpulan bahwa Tabui yang merupakan hasil pengolahan dari siput atau keong laut dipersonifikasikan hidup melalui bunyi atau suarasebagai inkarnasi suara Allah dan merupakan mesin penggerak jemaat Sei’Eng dalam beribadah (tanda awal ritual ibadah Kristen).