• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN NEGARA DI BIDANG KEHUTANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERIMAAN NEGARA DI BIDANG KEHUTANAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMAAN NEGARA DI BIDANG KEHUTANAN

Rinanda Asrian

rinandaasrian@gmail.com

Nama / Judul Buku : Hukum Sumber Daya Alam dalam Sektor Kehutanan Penulis / Pengarang : Dr. Ahmad Redi, S.H., M.H.

Penerbit : Sinar Grafika Tahun Terbit : 2014 Kota Terbit : Jakarta

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 350 halaman

ISBN Buku : 978-979-007-577-1

PEMBAHASAN

Buku ini membahas pemahaman baru mengenai sumber daya alam sector kehutanan dari perspektif hukum. Pembahasan mengenai sector kehutanan dalam perspektif hukum saat ini masih belum banyak. Literatur-literatur yang membahas mengenai hal-hal tersebut masih sangat terbatas, padahal di sisi lain sector kehutanan merupakan salah satu sumber daya alam yang potensional bagi pembangunan bangsa dan negara.

Penerimaan negara di sector kehutanan terdiri atas penerimaan negara yang berasal dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan negara di sector kehutanan yang berasal dari pajak terdiri atas penerimaan negara yang umum diterima sector lainnya. Penerimaan tersebut misalnya Pajak Bumi Bangunan (PBB), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penghasilan (PPH). Yang membedakan dan bersifat khas dibandingkan penerimaan pajak yaitu penerimaan negara bukan pajak di sector kehutanan.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Kelompok PNBP meliputi sebagai berikut.

1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah. 2. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.

(2)

4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.

5. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi.

6. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah. 7. Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang-undang tersendiri.

Dalam rangka pelaksanaan PNBP di bidang kehutanan, jenis dan tariff PNBP di bidang kehutanan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999. Berdasarkan PBNP di bidang kehutanan sesuai PP PNBP di bidang kehutanan tersebut, jenis dan tariff PBNP di bidang kehutanan terdiri atas sebagai berikut.

1. Penerimaan dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH). 2. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IIUPH). 3. Penerimaan dari pengusahaan pariwisata alam.

4. Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata laut.

5. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (IHPHTI).

6. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) Bambu selama masa HPH yang bersangkutan.

7. Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) tanaman rotan selama masa HPH yang bersangkutan.

8. Penerimaan dari Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH)

9. Penerimaan dari denda pos audit dan tata usaha Provinsi Sumber Daya Hutan (PSDH).

10. Penerimaan dari pengambilan jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi undang-undang dari alam maupun dari hasil penangkaran.

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 sebagaimana telah direvisi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014. Dalam Peraturan Pemerintah tentang PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan, diatur mengenai jenis PNBP di Kementerian Kehutanan sebagai berikut.

1. Dana Reboisasi (DR).

2.Provinsi Sumber Daya Hutan (PSDH).

(3)

4. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman dengan sistem Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB).

5. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IIUPHHBK). 6. Iuran Izin Pemanfaatan Kawasan.

7. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IIUPHHK-RE) pada hutan produksi.

8. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi (IIUPJL). 9. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat (IIUPHHK-HTR), Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Kemasyarakatan (IIUPHHK-HKN), Iuaran Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Desa (IIUPHHK-HD).

10. Ganti rugi tegakan.

11. Penggantian nilai tegakan.

12. Transaksi kegiatan penyerapan dan atau penyimpanan karbon dari kawasan hutan.

13. Hasil silvopastural sistem. 14. Hasil silvofishery sistem.

15. Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH). 16. Pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam. 17. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.

18. Denda administrative bidang perlindungan hutan dan konservasi alam.

19. Hasil lelang kayu temuan, dan hasil lelang tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang.

20. Iuran Usaha Pemanfaatan Air (IUPA) dalam kawasan hutan konservasi.

21. Iuaran Usaha Pemanfaatan Energi Air (IUPEA) dalam kawasan hutan konservasi.

22. Pungutan Usaha Pemanfaatan Air (PUPA) dalam kawasan hutan konservasi. 23. Pungutan Usaha Pemanfaatan Energi Air (PUPEA) dalam kawasan hutan konservasi.

24. Kegiatan perizinan di bidang perbenihan. 25. Sertifikasi benih.

(4)

27. Jasa Laboratorium.

28. Produk samping hasil penelitian. 29. Jasa Perpustakaan.

30. Jasa penggunaan sarana dan prasarana yang terkait dengan tugas dan fungsi. Pengaturan tersebut dipertegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta pemanfaatan hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008. Dalam Pasal 79 PP No. 6 Tahun 2007 diatur bahwa iuran dan dana pemanfaatan hutan merupakan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari sumber daya hutan, terdiri sebagai berikut.

1. IIUPH. 2. PSHD.

3. Dana Reboisasi (DR).

4. Dana hasil usaha penjualan tegakan.

5. Pungutan dari pengusahaan pariwisata alam.

6. Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata laut.

7. Iuran pengambilan atau penangkapan dan pengangkutan satwa liar dan tumbuhan alam yang tidak dilindungi undang-undang serta jarahan satwa buruan. 8. Penerimaan denda pelanggaran eksploitasi hutan.

9. Penerimaan dari jenis tumbuhan dan satwa liar, yang dilindungi undang-undang, yang diambil dari alam maupun penangkaran.

10. Penerimaan pelayanan dokumen angkutan hasil hutan.

Provisi Sumber Daya Hutan adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai instrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. PSDH dikenakan kepada pemegang:

1. Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan (IUPK);

2. Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUPJL);

3. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) dalam hutan alam;

4. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) dalam hutan tanaman;

(5)

Dalam peraturan menteri kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2007 tentang petunjuk teknis tata cara pengenaan, pemungutan, dan pembayaran provisi sumber daya hutan dan dana reboisasi diatur bahwa PSDH dikenakan pada antara lain sebagai berikut.

1. Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu bukan kayu pada hutan alam.

2. Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu atau bukan kayu pada hutan tanaman. 3. Pemegang izin pemungutan hasil hutan kayu atau bukan kayu dari hutan tanaman dan atau hutan alam.

4. Pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan hutan produksi. 5. Pemegang izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan.

6. Pemegang izin hak pengelolaan hutan desa.

7. Pembeli hasil hutan kayu dari hasil penjualan tegakan. 8. Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu:

a. izin pemanfaatan kayu atau bukan kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah statusnya menjadi bukan kawasan hutan.

b. izin pemanfaatan bukan kayu pada izin pemanfaatan kawasan hutan tanaman. c. izin pemanfaatan kayu atau bukan kayu pada izin pemanfaatan kawasan dalam hutan alam.

d. izin pemanfaatan kayu pada hutan kemasyarakatan. Hasil hutan yang dikenakan PSDH meliputi sebagai berikut.

1. Hasil hutan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari hutan negara.

2. Hasil hutan kayu atau bukan kayu yang telah ada dan tumbuh secara alami walaupun areal tersebut telah dibebani alas titel yang mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan negara.

3. Hasil hutan bukan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari hutan negara.

4. Hasil hutan kayu dari hutan tanaman pada hutan tanaman rakyar atau hutan tanaman hasil rehabilitasi pada hutan produksi.

5. Hasil hutan kayu yang berasal dari penjualan tegakan.

6. Hasil hutan kayu yang berasal dari pemanfaatan kayu pada hutan kemasyarakatan.

(6)
(7)

Referensi

Dokumen terkait

Bandingkan setiap deposit pada laporan bank dengan deposit yang belum dicatat yang muncul pada rekonsiliasi periode sebelumnya dan dengan catatan penerimaan deposit yang

Suruhanjaya Pilihan Raya, mengikut kehendak- kehendak Fasal (2) Perkara 113 Perlembagaan Persekutuan, telah mengkaji semula pembahagian Negeri Sarawak kepada Bahagian-Bahagian

Syair lagu Garuda pancasila memiliki arti bahwa kita sebagai warga negara akan selalu mendukung Pancasila.. Warga negara Indonesia

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Evaluasi Dokumen Kualifikasi dan Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Pengadaan Alat Laboratorium SMK, dengan ini kami undang

Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jarak tanam dan frekuansi penyemprotan terhadap jumlah daun pada umur pengamatan 21

Sesuai dengan pasal 102 dan pasal 103 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

[r]