• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN kompos (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN kompos (2)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

A. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik) Sedangkan proses pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi pembuatan bahan campuran yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik.

Dalam praktikum metode yang digunakan yakni metode open window composting. Merupakan metode yang paling sederhana dan sudah sejak lama dilakukan. Untuk mendapatkan aerasi dan pencampuran, biasanya tumpukan bahan organik tersebut dibalik (diaduk). Hal ini juga dapat menghambat bau yang mungkin timbul. Pembalikan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual. Sistem windrow seperti ini sudah berkembang di Indonesia untuk skala kecil, disebut dengan sistem UDPK.

Sistem ini memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi lebar, tinggi dan panjangnya tumpukan sangat dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, kelembaban, ruang pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai bagian tengah tumpukan bahan baku. Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku ini harus dapat melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran panas yang ditimbulkan sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba.

(2)

Pada praktikum yang telah dilakukan, kegiatan pengomposan sudah berlangsung selama cukup lama namun belum mencapai umur 4 minggu. Dari kegiatan tersebut diamati proses pengomposan yang dilihat dari suatu indikator yakni suhu. Pada praktikum kali ini, proses pengomposan yang terjadi berupa pengomposan aerob di mana dalam sistem ini proses dekomposisi dilakukan oleh mikroba yang bersifat aerob sehingga dalam pembuatan komposnya diperlukan sirkulasi udara. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk dan saat proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi.

Gambar Pengamatan kompos di beberapa titik

Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik menghasilkan suhu yang menguntungkan mikroorganisme termofilik. Akan tetapi, apabila suhu melampaui 65-70 Celcius, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena kematian organisme akibat panas yang tinggi. Dari pengamatan yang dilakukan didapat data berupa perubahan suhu yang terjadi saat pengomposan yang berumur 2 minggu terhitung sejak tanggal 1 Oktober hingga tanggal 14 Oktober 2016.

Tabel 1. Hasil pengamatan suhu material proses pengomposan

Hari dan tanggal pengamatan

Suhu pada titik I

Suhu pada titik

II

Suhu pada

titik III Rata-rata

Kamis, 6 Oktober 49,6 51,8 48,2 49,86

Jumat, 7 Oktober 49,3 47,1 48,8 48,4

Senin, 10 Oktober 45,3 45,8 44,1 45,06

Kamis, 13 Oktober 44,2 41,1 50,6 45,3

Jumat, 14 Oktober 43,1 40,2 50,9 44,73

(3)

Kam is, 6

Okt ober

Jum at, 7

Okt ober

Seni n, 1

0 Ok tobe

r

Kam is, 1

3 Ok tobe

r

Jum at, 1

4 Ok tobe r 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Column2

Grafik. 1 Perubahan suhu selama pengamatan

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa suhu yang teramati semakin lama menjadi menurun mulai dari suhu tinggi hingga menurun saat kompos telah matang. Berdasarkan data pengamatan pembuatan kompos secara open window composting (aerobic) tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penyusutan suhu pada pengamatan yang kedua pada titik ke 1 yang ditandai dengan turunnya tinggi kompos di dalam komposter (wadah kompos). Hal ini disebabkan karena terjadinya pembusukan bahan-bahan organik di dalam kompos begitu pun pada hari berikutnya terjadi penurunan suhu sampai pada pengamatan yang terakhir menjadi 43,1 sedangkan pada pengamatan titik ke 2 sama halnya pada pengamatan pada titik pertama terjadi penurunan suhu dan pada pengamatan pada titik ke tiga terjadi fluktuasi penurunan suhu dan pada pengamatan yang terakhir terjadi peningkatan suhu.

(4)

Pada proses pengomposan pun terjadi konversi bahan organik secara biologi yang dilaksanakan oleh bermacam-macam kelompok mikroorganisme heterotropik seperti bakteri, fungi, aktinomisetes, dan protozoa. Organisme tersebut mewakili jenis tanaman dan hewan (Biddlestone dan Gray, 1985). Selama proses pengomposan berlangsung, perubahan secara kualitatif dan kuantitatif terjadi, pada tahap awal akibat perubahan lingkungan beberapa spesies flora menjadi aktif, makin berkembang dalam waktu yang cepat, dan kemudian hilang untuk memberikan kesempatan pada populasi lain untuk menggantikan. Pada minggu kedua dan ketiga, kelompok fisiologi yang berperan aktif pada proses pengomposan dapat diidentifikasikan yaitu bakteri dekomposer, bakteri amonifikasi, pektinolitik, dan bakteri penambat nitrogen. Mulai hari ketujuh kelompok mikrobia meningkat dan setelah hari ke-14 terjadi penurunan jumlah kelompok. Kemudian kembali terjadi kenaikan populasi selama minggu keempat.

Gambar

Gambar Pengamatan kompos di beberapa titik
Grafik. 1 Perubahan suhu selama pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui keterkaitan hasil analisis dari daya ledak tungkai, keseimbangan dinamis, kelentukan

Sertifikat tersebut kemudian digunakan untuk melakukan tanda tangan pada gambar hasil pengambilan gambar/citra melalui kamera ponsel pintar dengan aplikasi Android yang telah

Riset yang dilakukan adalah survey dengan menggunakan kuisioner , untuk melihat pengaruh variabel independen ( marketing mix jasa yang terdiri: produk, harga, lokasi,

Misalnya Barisan Nasional (BN) merupakan parti pemerintah yang cenderung berasaskan etnik dan terdiri daripada Parti Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) mewakili kaum

Profile Matching merupakan suatu metode penelitian yang digunakan pada sistem pendukung keputusan, proses penilaian kompetensi dilakukan dengan membandingkan antara satu

Anopheles sebagai vektor malaria, mengakibatkan petugas pelayanan kesehatan ataupun juru malaria penularan malaria terus terjadi, sementara perilaku desa (kader) sangat besar

Hasil pada penelitian ini menjelaskan bahwa kebijakan dividen menunjukan nilai yang dapat dibagikan untuk memberikan kontribusi terhadap saham bagi perusahaan

Dari berbagai macam metode diatas, sistem scanner tiga dimensi pada skripsi ini memilih menggunakan metode triangulasi, karena metode ini hanya memerlukan sebuah sumber