• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN ASET ALAT BERAT PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KAPUAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN ASET ALAT BERAT PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KAPUAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 75

STRATEGI PENGELOLAAN ASET ALAT BERAT

PADA DINAS PEKERJAAN UMUM

KABUPATEN KAPUAS

Sigit Setyawan1, Wahju Herijanto2, dan Soemino2

1

Mahasiswa Program Pascasarjana Manajemen Aset, Teknik Sipil, FTSP, ITS, Surabaya, email: setyawansigit@ymail.com

2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094

ABSTRAK

Alat berat yang dikelola Dinas PU Kabupaten Kapuas berjumlah 38 unit dengan kondisi 22 baik, 6 kurang baik, dan 10 unit rusak berat. Keterbatasan dana sering menjadi penyebab kurangnya optimalisasi pengelolaan aset alat berat, dikarenakan kondisi alat berat yang semuanya sudah usang dan umur ekonomisnya sudah habis tentunya akan membebani dalam operasional dan pemeliharaannya. Berawal dari sini, sehingga muncul usaha untuk mengoptimalkan aset alat berat, salah satunya dengan mencari stategi alternatif pengelolaan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi alternatif dalam pengelolaan aset alat berat pada Dinas PU Kabupaten Kapuas, dengan melakukan analisa terhadap kondisi eksisting ditinjau dari aspek-aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi eksisting pengelolaan alat berat Dinas PU Kabupaten Kapuas, analisis tingkat kepentingan (harapan) dan persepsi (kenyataan) serta analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengoptimalan pengelolaan alat berat. Pengumpulan data penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu dengan melalui observasi, wawancara dan kuesioner kepada responden pengguna/penyewa alat berat potensial dan para pejabat/stakeholder yang dianggap ahli dan terkait dalam pengelolaan alat berat.

Berdasarkan hasil penelitian, pada analisis tingkat kepentingan (harapan) dan persepsi (kenyataan), rata-rata tingkat persepsi 3,154, dan tingkat harapan 4,027, serta nilai kesenjangan antara persepsi dan harapan sebesar -0,874. Hasil ini menunjukkan bahwa pengelola masih belum mampu memberikan pelayanan dengan baik atau pengguna alat berat belum menerima kinerjanya sesuai apa yang diharapkan. Selanjutnya dari analisis SWOT menghasilkan strategi Agresif dengan 4 strategi alternatif yang berupaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi alternatif tersebut adalah memanfaatkan fungsi Workshop dengan berbagai aktivitas alat beratnya yang direkomendasikan sebagai pendukung penyedia prasarana infrastruktur, memperbaiki kualitas pelayanan alat berat dengan orientasi pelayanan prima, memanfaatkan seluruh fasilitas-fasilitas yang tersedia dan memberdayakan SDM pengelola untuk kepentingan bersama, dan penyesuaian rencana target dengan potensi pendapatan dari retribusi sewa alat berat.

Kata kunci : pengelolaan aset, alat berat, analisis persepsi dan harapan, analisis SWOT, kabupaten kapuas

1.

PENDAHULUAN

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kapuas merupakan satuan perangkat kerja pemerintah daerah dan salah satu dinas yang tidak bisa terlepas dari keberadaan dan keandalan alat berat yang dimiliki. Peranan peralatan dalam hal ini alat berat ikut menentukan keberhasilan di dalam mendukung pelaksanaan pekerjaan jalan dan jembatan, karena adanya strategi pengelolaan alat berat yang baik. Kondisi existing peralatan pada DPU Kabupaten Kapuas rata-rata peralatan berumur 15 tahun, Kondisi alat berat yang semuanya sudah usang dan umur ekonomisnya sudah habis tersebut akan sangat membebani bagi instansi pengelola, karena apabila dilakukan pemeliharaan

(2)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 76 semua pasti akan memerlukan biaya sangat banyak, sedangkan anggaran pemeliharaan yang dialokasikan sangat terbatas.

Berdasarkan data inventarisasi aset pada DPU Kabupaten Kapuas Tahun Anggaran 2011 masih terdapat 38 unit dengan kondisi 23 baik, 6 kurang baik, dan 10 unit rusak berat. Penjelasan tentang daftar inventaris tersebut seperti disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Daftar Inventaris Alat Berat pada DPU Kabupaten Kapuas Tahun 2011

1 Motor Grader Mitshubishi/MG230 1996 B

2 Motor Grader Komatsu/ LAD511 API 1999 RB

3 Excavator On Track Hitachi/ EX 100 1991 B

4 Dump Truck Rear Isuzu/ TLD-56 1991 RB

5 Dump Truck Rear Isuzu/ NKR 58 E2 1996 RB

6 Dump Truck Rear Mitsubishi/ FE-349 1999 B

7 Dump Truck Rear Mitsubishi/ FE-349 1999 RB

8 Dump Truck (Truck Toyota / Dyna Long 2008 B

9 Dump Truck (Truck Toyota / Dyna Long 2008 B

10 Dump Truck (Truck Toyota / Dyna Long 2008 B

11 Dump Truck (Truck Isuzu 2008 B

12 Dump Truck (Truck Isuzu 2008 B

13 Dump Truck (Truck Mitshubishi 2008 KB

14 Dump Truck Mitshubishi 2008 RB

15 Macadam Roller/ Barata / MG 6 1994 KB

16 Macadam Roller/ Barata / MG 8 1994 B

17 Macadam Roller/ Bukaka/ BRR-8TW 1980 RB

18 Tandem Roller Barata / MGB-1 1980 B

19 Tandem Roller Barata / MGB-1 1982 B

20 Tandem Roller Barata / MGD-1000 1988 KB

21 Tandem Roller Dynapac/ CB 16 CLL 1988 B

22 Tandem Roller Meiwa MG7 1999 B

23 Pneumatic Tire SAKAI 1980 RB

24 Stamper Meiho 1999 RB

25 Vibration Plate Sakai/ PC 500 B 1991 RB

26 Vibration Plate Sakai/ PC 500 B 1991 B

27 Concrete Mixer Armindo 1993 KB

28 Loader On Wheel TCM/ 815-2 1991 B

29 Loader On Wheel Samsung/ SL-120 rb 1986 B

30 Loader On Wheel Kawasaki/ 6 OZ.IV 1999 RB

Tahun Pembelian

Keadaan (B/KB/RB)

No Nama/Jenis Barang Merk/Type

Tabel1...lanjutan

31 Truck Crane other Toyota/ BY-42 1988 KB

32 Electric Generating Rugerini/ RD-200 1991 B

33 Electric Generating Ratna/ ST3H 1995 B

34 Electric Generating Marely/ MT7B-160/RA-495 1997 B

35 Truck + Attachment Toyota Rino/ BY-42 1988 B

36 Pick Up Chevrolet Luv/ MTV-750 1991 KB

37 Pick Up Toyota 1995 B

38 Mobil Tangki Isuzu 2008 B

Tahun Pembelian

Keadaan (B/KB/RB)

No Nama/Jenis Barang Merk/Type

(3)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 77 Aset Alat Berat tersebut dikelola dan ditempatkan pada workshop DPU Kabupaten Kapuas. Pengelolaan barang inventaris milik daerah yang dibeli dari uang rakyat/dipungut dari hasil pajak dan retribusi itu adalah hal yang sangat penting, karena keberadaan alat-alat berat tersebut sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan fisik, baik jalan dan jembatan. Penggunaan alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas lebih diutamakan untuk keperluan yang bersifat sosial dan pekerjaan yang dilaksanakan secara swakelola seperti pemeliharaan rutin jalan kabupaten, meskipun alat tersebut juga dimanfaatkan untuk menghasilkan pemasukan keuangan daerah atau PAD, dengan cara disewakan kepada pihak ketiga. Untuk memperjelas gambaran mengenai kondisi eksisting alat berat yang siap pakai (ready for use) disajikan pada Gambar 1 Berikut ini:

Gambar 1. Kondisi Eksisting alat berat pada DPU Kapuas

Sejauh ini, hasil penerimaan dari sewa alat-alat berat belum mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan asli daerah jika dibandingkan dengan pengeluaran yang dialokasikan untuk pemeliharaannya. PAD yang bersumber dari sewa alat-alat berat pada tahun anggaran 2010, ditarget sebesar Rp. 100 Juta. Hal ini tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan anggaran untuk biaya perbaikan dan pemeliharaan alat-alat berat yang dialokasikan sebesar Rp. 349 juta. Meskipun demikian, seringkali anggaran yang dialokasikan setiap tahun untuk biaya perbaikan alat-alat berat tersebut tidak mencukupi setiap karena biaya sukucadang yang mahal. Anggaran yang disediakan untuk pemeliharaan alat berat serta target dan realisasi dari sewa alat berat disajikan dalam Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Alokasi Dana Rehabilitasi/Pemeliharaan Alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas Tahun Anggaran 2007 - 2011

Kode Rek. Jenis Belanja TA 2007 TA 2008 TA 2009 TA 2010 TA 2011

1.03.1.03.01.0 2.44 Rehabilitasi Sedang/Berat Kendaraaan Dinas/Operasional 51.000.000 42.500.000 242.000.000 349.013.750 380.000.000

5.2.2.05.01 Belanja jasa service 2.000.000 1.000.000 242.000.000 149.013.750 100.000.000 5.2.2.05.02 Belanja penggantian

suku cadang

45.000.000

40.000.000 - 200.000.000 280.000.000 5.2.2.05.03 Belanja bahan bakar

minyak/gas dan pelumas

4.000.000

1.500.000 - -

(4)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 78 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa alokasi anggaran untuk rehabilitasi/pemeliharaan alat berat selama tahun 2009-2011 selalu mengalami peningkatan, sedangkan hasil yang didapat dari retribusi sewa alat berat tidak sebanding dengan kondisi alat yang siap pakai dan tidak mencukupi dalam hal biaya operasional dan pemeliharaan yang dialokasikan. Hasil retribusi sewa alat berat seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Target dan Realisasi sewa alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas

Tahun Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian (%)

Sumber : Laporan Realisasi APBD Kabupaten Kapuas, T.A.2009-2011

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa realisasi pendapatan sewa alat berat selama tahun 2009-2011 terjadi peningkatan, namun pada tahun 2011 justru pencapaiannya mengalami penurunan menjadi 40,21% dari target. Hal ini menunjukkan bahwa target selama ini belum disesuaikan dengan potensi pendapatan yang ada. Untuk itu diperlukan dukungan intensif dari stakeholders dalam pengawasan/kontrol terhadap Dinas PU yang bertanggungjawab terhadap operasional dan pemeliharaan aset alat berat, seperti halnya pengawasan dalam pelaporan penerimaan sewa alat berat, agar realisasi dari penerimaan sewa alat berat bisa tercapai sesuai potensi yang ada.

Dalam hal teknis, sebagian besar dari kerusakan alat berat selain karena usang, juga dikarenakan pemakaian yang berlebihan dan tanpa pengawasan serta perawatan yang baik. Artinya, alat-alat berat yang disewa tersebut sering dipaksakan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dengan dukungan SDM yang kurang kompeten, baik dalam pengawasan maupun perawatan kondisi alat berat.

Aset alat berat yang dikelola pada DPU Kabupaten Kapuas adalah ditujukan untuk mendapatkan nilai manfaat finansial dan non finansial sebesar-besarnya bagi Pemerintah Daerah. Agar alat berat tersebut memberi daya dukung yang sesuai dengan yang diinginkan terhadap pembangunan secara swakelola yang dikerjakan oleh DPU Kabupaten Kapuas maupun kontribusinya dalam pendapatan asli daerah, maka perlu adanya pemanfaatan alat berat secara maksimal dan pemeliharaan alat berat yang lebih optimal agar bisa mendukung mewujudkan The finest built environment. Untuk itu perlu dirumuskan strategi peningkatan pengelolaan alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas. Perumusan strategi harus didasarkan pada kompetensi inti yang dimiliki oleh DPU Kabupaten Kapuas. Dalam hal ini terdapat banyak metode untuk merumuskan strategi dan satu diantaranya adalah metode analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats). Penggunaan metode analisis SWOT ini bertujuan untuk memformulasikan strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan DPU Kabupaten Kapuas dalam meningkatkan kinerja pengelolaan alat berat dapat tercapai. Selanjutnya untuk mengetahui strategi jangka pendek sampai menengah maka digunakan analisis tingkat kepentingan/harapan dan persepsi/kenyataan (Importance Performance Analysis).

Oleh karena itu perlu untuk dilakukan penelitian, agar pengelolaan aset alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas semakin optimal, dengan melakukan analisa terhadap kondisi eksisting ditinjau dari aspek-aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen serta faktor-faktor yang mempengaruhi dapat menjadi pertimbangan dalam merumuskan strategi. Harapannya semoga dapat memberikan kontribusi pemecahan masalah pada

(5)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 79 upaya peningkatan pengelolaan aset alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas di masa yang akan datang.

2.

DASAR TEORI

2.1. Manajemen Aset

Manajemen aset adalah keseluruhan proses dalam mengelola aset dalam hubungannya dengan aset itu sendiri maupun aset dengan masyarakat yang ada disekitarnya. Proses ini selalu ada selama siklus hidup (life cycle) dari aset tersebut dengan tujuan untuk mengoptimalisasikan fungsi aset untuk memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat [1].

Konsep dari pengelolaan siklus hidup aset (life cycle asset management) meliputi empat fase, yaitu perencanaan (planning), akuisisi (acquisition), operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance), revitalisasi/penghapusan (revitalization/ disposal) yang merupakan proses keseluruhan selama umur hidup aset [1], seperti pada Gambar 2. Berikut ini :

Gambar 2. Siklus Hidup Aset dari konseptual hingga akhir fungsi dari aset

Dari Gambar 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa siklus hidup aset dimulai dari fase perencanaan/konseptual (planning), yang timbul dari ide yang didasarkan atas kebutuhan suatu aset pada masyarakat. Fase kedua yaitu acquisition phase, yaitu realisasi atau mewujudkan keinginan/ide tersebut dalam bentuk proses mendesain dan konstruksi. Selanjutnya adalah operation and maintenance phase, yaitu fase mengoperasikan dan pemeliharaan. Fase ini adalah fase paling lama, dimana fungsi aset yang melayani kebutuhan masyarakat sesuai level yang diharapkan serta melakukan pemeliharaan, fase ini dipengaruhi unsur ekonomi.

Fase yang terakhir adalah disposal/renewal phase. Suatu aset mempunyai life time yang terbatas, sehingga jika habis usia teknisnya, maka terdapat dua pertimbangan, yaitu melakukan disposal (membuang) aset, atau memperbaharui dengan mengalihfungsikan aset tersebut. kembali pada tahap perencanaan, mengacu kepada pertimbangan apakah akan menggunakan aset eksisting atau akan membangun aset baru. Apabila dipilih alternatif menggunakan aset eksisting maka selanjutnya diperlukan proses peremajaan aset, namun apabila yang dipilih membangun aset baru maka diperlukan seluruh proses perencanaan aset dari berbagai disiplin ilmu.

Gestation Birth

(6)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 80 Suatu organisasi harus menghindari terjadinya pengangguran aset publik. Aset yang tidak dimanfaatkan menjadikan kemunduran kondisi aset dan akan mempercepat proses penuaan aset. Aset yang tidak dimanfaatkan juga berarti hilangnya kesempatan pengembalian biaya, sehingga organisasi harus mempertimbangkan berbagai bentuk strategi penghapusan seperti menyewakan aset, atau menjual. Divisi atau dinas yang bertanggung jawab mengelola aset harus memiliki kebijakan yang jelas untuk memperbaharui atau penghapusan aset. Harus dilakukan penilaian situasi secara profesional dan sesungguhnya dan melaporkannya ke pihak manajemen untuk pengambilan keputusan yang akan meminimalkan pengangguran aset.

Siklus pengelolaan aset/barang milik daerah adalah perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan-pengendalian-pengawasan, pembiayaan, dan tuntutan ganti rugi [2].

Manajemen aset dibagi dalam lima tahapan kerja, yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi aset dan sistem informasi manajemen aset[3], seperti terlihat dalam Gambar 3 berikut ini :

Gambar 3. Alur Manajemen Aset

Kelima tahapan kerja manajemen aset seperti Gambar 3 saling berhubungan dan terintegrasi satu sama lain. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Inventarisasi Aset

Inventarisasi aset terdiri atas dua aspek, yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri atas bentuk, luas, lokasi,volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan aspek yuridis adalah status penguasaan, dokumen yang dimiliki, batas akhir penguasaan dan lain-lain. Tujuan inventarisasi adalah untuk pengendalian, pemanfaatan, pengamanan, dan pengawasan setiap barang.

2. Legal Audit

Legal Audit merupakan satu lingkup kerja manajemen aset yang berupa inventarisasi status penguasaan aset, sistem dan prosedur penguasaan awal atau pengalihan aset, identifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal, dan strategi untuk memecahkan berbagai permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan ataupun pengalihan aset. Permasalahan legal yang sering ditemui antara lain status hak penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahtanganan aset yang tidak termonitor, dan lain-lain. SIMA Optimalisasi Inventarisasi Legal Audit Penilaian

(7)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 81 3. Penilaian Aset

Penilaian aset merupakan satu proses kerja untuk melakukan penilaian atas aset yang dikuasai. Biasanya ini dikerjakan oleh konsultan penilaian yang independen. Hasil dari nilai tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin dijual.

4. Optimalisasi Aset

Optimalisasi aset merupakan proses yang bertujuan mengoptimalkan potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah, legal dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang dikuasai Pemda diidentifikasi dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dan tidak memiliki potensi. Aset yang memiliki potensi dapat dikelompokkan berdasar sektor-sektor unggulan yang menjadi tumpuan dalam strategi pengembangan ekonomi nasional, jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Sedangkan aset yang tidak dapat dioptimalkan, harus dicari faktor penyebabnya. Apakah faktor permasalahan legal, fisik, nilai ekonomi yang rendah atau faktor lainnya. Hasil akhir dari tahapan ini adalah rekomendasi yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset yang dikuasai.

5. Sistem Informasi Manajemen Aset (SIMA)

Sarana yang efektif untuk meningkatkan kinerja pengawasan dan pengendalian suatu aset adalah dengan pengembangan sistem informasi manajemen aset (SIMA). Melalui SIMA, transparansi kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu adanya kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam SIMA ini keempat aspek itu diakomodasi dalam sistem dengan menambahkan aspek pengawasan dan pengendalian. Sehingga setiap penanganan terhadap satu aset, terakomodir jelas, mulai dari penanganan hingga siapa yang bertanggung jawab menanganinya, yang diharap akan meminimalkan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dalam tubuh pemda.

2.2. Pengelolaan Alat Berat

Dalam pengelolaan alat berat, dapat digolongkan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: Utilisasi alat dan Perawatan alat. Utilisasi alat adalah pemanfaatan alat secara maksimal, artinya alat tersebut tidak diperbolehkan menganggur tanpa berproduksi (kecuali rusak atau mobilisasi). Utilitas alat yang tinggi, ini berarti alat harus selalu dalam keadaan digunakan (tidak idle), sehingga dapat menghasilkan produktifitas yang tinggi. Untuk alat berat, penyediaan dan penggunaan suku cadang (spare part) sangat penting, khususnya untuk menjaga utilitasnya. Agar dihindari jangan sampai alat berhenti bekerja hanya karena menunggu suku cadang [4].

Sedangkan Perawatan alat, artinya suatu kegiatan servis untuk mencegah timbulnya keausan tidak normal (kerusakan) sehingga umur alat dapat mencapai atau sesuai umur yang direkomendasikan oleh pabrik. Tujuan dari sistem perawatan adalah menjaga proses produksi agar berjalan dengan kondisi operasi yang optimum. Optimum berarti dapat memenuhi permintaan yang diterima dengan memperhatikan minimasi biaya yang diperlukan. Usaha ini berarti menjaga keandalan setiap fasilitas atau proses produksi secara keseluruhan.

(8)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 82

3. METODOLOGI

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu penelitian yang tertuju pada pemecahan masalah yang ada sekarang dan pada masalah-masalah aktual dengan cara menyusun data yang telah dikumpulkan, setelah itu dijelaskan dan kemudian dianalisa.

Tabel. 4 Rancangan Penelitian

Data yang diperlukan Teknik

Pengumpulan Data Metode Analisis Hasil Mengidentifikasi dan

mengevaluasi kondisi eksisting aset alat berat yang meliputi aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen. Mengetahui tingkat persepsi dan harapan pengguna/penyewa terhadap pengelolaan alat berat DPU Kapuas, terkait dengan potensi pendapatan. Merumuskan alternatif strategi untuk mengoptimalkan aset alat berat.

Data Sekunder : Inventarisasi alat berat (jenis, banyaknya, kondisi, dll); Biaya/Anggaran Pemeliharaan yang tersedia dalam DPA; Data Jalan Kabupaten yang terbangun ; Legal Formal = peraturan-peraturan pengelolaan alat berat di kabupaten Kapuas; Tupoksi DPU Kabupaten Kapuas; Data Pegawai/Personil di Workshop; Tarif sewa alat berat; Realisasi PAD dari sewa Alat berat, dll.

Data Primer : Observasi/ pengamatan/ dokumentasi langsung di lapangan; Wawancara untuk mendapatkan Faktor-faktor internal dan Eksternal; Kuisioner ke kontraktor/pengguna/penyewa alat berat dan pejabat ahli (expert). Tujuan Penelitian Data sekunder didapat dari Tinjauan pustaka, literaratur, dan NSPM. Data sekunder ini digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pengelolaan alat berat. Data primer

didapat dari hasil observasi, kuisioner dan wawancara, data ini digunakan untuk menjelaskan kondisi riil di lokasi penelitian

Identifikasi dan Evaluasi kondisi eksisting aset alat berat yang meliputi aspek teknis, pembiayaan, legal, dan manajemen; Tingkat kepentingan dan persepsi responden dari pengguna jasa alat berat; Rumusan Strategi pengelolaan alat berat agar berfungsi secara optimal Analisis Statistik Deskriptif, Analisis tingkat kepentingan (harapan) dan persepsi (kenyataan), serta Analisis Perumusan Strategi (SWOT)

Sumber : hasil analisa

4. HASIL DAN DISKUSI

4.1. Kondisi Eksisting Alat Berat pada DPU Kabupaten Kapuas

Jumlah alat yang disewa (operasi) sebanyak 8 unit (21,05% dari jumlah total alat), Jumlah alat untuk operasional rutin/UPR sebanyak 15 unit (39,47% dari jumlah total alat) dan yang idle sebanyak 15 unit (39,47% dari jumlah total alat). Dari Aspek teknis Utilitas dan efektifitas alat dari tahun 2009 sampai tahun 2011 cenderung meningkat, dan rata-rata utilitas alat per tahun adalah 9,6%. Berdasarkan lama alat disewa atau dioperasikan maka rata-rata alat hanya beroperasi selama 35 hari di setiap tahunnya. Sedangkan untuk rata-rata efektifitas alat per tahun adalah 10,17%. Untuk analisa umur ekonomis alat yang siap pakai (ready for use) berdasarkan jumlah tahun umur ekonomis semuanya sudah habis disusut, tetapi jika berdasarkan asumsi jam operasi hasilnya adalah masih ada alat yang mempunyai sisa umur ekonomis yaitu motor grader.

(9)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 83 4.2. Profil Responden

Berdasarkan jenis kelamin, responden sebagian besar adalah pria yaitu 47 orang atau 79,7% dari responden dan wanitanya sebanyak 12 orang atau 20,3% dari responden. Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar adalah berpendidikan SMA yaitu sebesar 41 orang atau 69,5% dari responden, sedangkan yang berpendidikan S1 sebesar 16 orang atau 27,1% dari responden. Dan yang berpendidikan SMP dan D3 sebesar 1 orang atau 1,7% dari total responden. Kemudian berdasarkan bentuk perusahaan yang dikelola sebagian besar adalah CV yaitu 54 orang atau 91,5% dari responden dan PT sebanyak 5 orang atau 8,5% dari responden.

4.3. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Hasil Uji validitas dengan program sederhana Microsof Office Excel 2007 seluruh pernyataan penelitian valid atau sahih, dan untuk uji reliabilitas terhadap data persepsi dan harapan diperoleh nilai alpha lebih besar dari r tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varibel yang digunakan untuk mengetahui tingkat persepsi dan harapan adalah reliabel.

4.4. Analisis Tingkat Persepsi dan Harapan

Hasil analisis rata-rata tingkat persepsi sebesar 3,154, rata-rata tingkat harapan sebesar 4,027, dan nilai kesenjangan antara persepsi dan harapan sebesar -0,874. Ini menunjukkan bahwa pengelola belum mampu memberikan pelayanan dengan baik atau pengguna alat berat belum menerima kinerjanya sesuai apa yang diharapkan. Prioritas utama perbaikan (kuadran IV) dari pemetaan dengan diagram kartesius ini menjadi input dalam analisis perumusan strategi berikutnya (SWOT), beberapa prioritas tersebut adalah:

1. Jumlah Alat Berat yang bisa disewa. 2. Kondisi/Kelayakan alat berat yang ada

3. Jenis peralatan yang ada pada Workshop DPU Kabupaten Kapuas

4. Kondisi Workshop/bengkel

5. Anggaran Operasional dan Pemeliharaan yang tersedia

6. Pengelolaan Keuangan berkaitan dengan setoran retribusi sewa alat berat 7. Potensi PAD yang ada dari alat berat Dinas PU

8. Kesesuaian tarif sewa dengan kondisi alat berat 9. Kebijakan Penetapan Tarif Retribusi Sewa Alat Berat 10. Kebijakan tentang penghapusan/lelang alat berat 11. Kebijakan Pemakaian/Penggunaan alat berat

12. Kebijakan Pembiayaan alat berat dari sumber-sumber lain

13. Perencanaan Kebutuhan

14. Pengawasan alat berat 15. Promosi/informasi alat berat

16. Staffing (pengaturan pegawai)

4.5. Analisis Perumusan Strategi menggunakan SWOT

Hasil uji formulasi strategi pengelolaan aset alat berat melalui analisis SWOT dengan berdasarkan perhitungan matriks Evaluasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal, dihasilkan total skor EFI untuk kekuatan dan kelemahan internal sebesar 0,286,

(10)

ISBN 978-979-99327-7-8. VI - 84 sedangkan total skor EFE terhadap peluang dan ancaman eksternal sebesar 0,877, hasil penelitian tersebut diaplikasikan dalam diagram strategi, yang memperlihatkan bahwa strategi pengelolaan aset alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas menunjukkan pada posisi strategi Agresif (Kuadran I) yang berupaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian strategi yang sebaiknya diterapkan dalam pengelolaan aset alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas adalah :

1. Memanfaatkan fungsi Workshop dengan berbagai aktivitas alat beratnya yang

direkomendasikan sebagai pendukung penyedia prasarana infrastruktur. 2. Memperbaiki kualitas pelayanan alat berat dengan orientasi pelayanan prima.

3. Memanfaatkan seluruh fasilitas-fasilitas yang tersedia dan memberdayakan SDM pengelola untuk kepentingan bersama.

4. Penyesuaian dalam perencanaan target dengan potensi pendapatan dari retribusi sewa alat berat.

5. KESIMPULAN

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata tingkat persepsi sebesar 3,154, rata-rata tingkat harapan sebesar 4,027, dan nilai kesenjangan antara persepsi dan harapan sebesar -0,874. Nilai rata-rata persepsi masih lebih rendah daripada nilai rata-rata tingkat harapan, serta kesenjangan persepsi dan harapan menghasilkan kesenjangan negatif. Dengan demikian menunjukkan bahwa pengelola belum mampu memberikan pelayanan dengan baik atau pengguna alat berat belum menerima kinerjanya sesuai apa yang diharapkan.

Formulasikan strategi pengelolaan aset alat berat melalui analisis SWOT dengan berdasarkan perhitungan matriks Evaluasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal, hasilnya adalah total skor EFI sebesar 0,286, dan total skor EFE sebesar 0,877. selanjutnya hasil tersebut diaplikasikan dalam diagram strategi, dimana strategi pengelolaan aset alat berat pada DPU Kabupaten Kapuas berada pada posisi strategi Agresif (Kuadran I) yang berupaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

6. Daftar Pustaka

1. Leong, K.C. (2004), The Essence of Asset Management, Published by UNDP, Kuala Lumpur.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah

3. Siregar, D. D. (2004), Manajemen Aset, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 4. Asiyanto, (2005), Manajemen Produksi Untuk Jasa Konstruksi, PT. Pradnya

Referensi

Dokumen terkait

Dengan banyaknya genom organisme yang telah di- sekuen secara lengkap, para ilmuwan dapat mempelajari keseluruhan set dari gen dan interaksinya (pendekatan ini disebut

Adapun ajaran puasa dalam agama Budha termasuk dalam bagian atthasila yang jumlahnya ada delapan yaitu: Menghindari pembunuhan makhluk hidup, menghindari perbuatan

Berdasarkan hasil observasi beberapa sekolah di Jepang, Lewis (dalam Sudrajat, 2008) menyimpulkan tentang ciri-ciri pokok dari Lesson Study sebagai berikut: (1)

yang buruk ( at takhalli ) dan mengisi- nya dengan akhlak yang baik ( at tahalli ), metode ini pada kajian penulis dalam praktek Nabi Ibrahim dengan memperbanyak do’a

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi Ekstrak Kulit Melinjo mempunyai aktivitas antihiperurisemia dengan dosis 200mg/kgBB yang merupakan dosis efektif

Application of Sharia principles in the planning and designing of the pondok pesantren covers ranging from the determination of the legal status of the site; mosque planning,

Terlihat bahwa Siswa mampu menyatakan bagian apa yang diketahui dalam soal dengan menggunakan bahasa sendiri, membuat rencana peyelesaian dengan lengkap , belum

Dari beberapa definisi bahan ajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi pelajaran yang digunakan guru dan peserta