• Tidak ada hasil yang ditemukan

PNPKServiks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PNPKServiks"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kanker

Kanker

Serviks

Serviks

Panduan Nasional Penanganan Kanker 

Panduan Nasional Penanganan Kanker 

2015

2015

Komite Nasional

Komite Nasional

Penanggulangan Kanker

Penanggulangan Kanker

(KPKN)

(KPKN)

 Versi 1.0 2015  Versi 1.0 2015 KEMENTERIAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA  REPUBLIK INDONESIA 

(2)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 

PANDUAN NASIONAL

PENANGANAN KANKER SERVIKS

Disetujui oleh:

Himpunan Ginekologi Onkologi Medik Indonesia (HOGI) Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN)

Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI) Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia (IAPI)

Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI)

DAFTAR ISI

Daftar isi……….ii

Pendahuluan………...……….1

Diagnostik..……...………….………...…...……...2

Klasifikasi Histologik dan Stadium...……….…….2

Penatalaksanaan………...……...…………...4

Referensi...5

(3)

PENDAHULUAN

Kanker serviks adalah neoplasma ganas primer yang berada di daerah serviks uteri.

 Anatomi

Serviks merupakan bagian 1/3 bawah dari uterus, berbentuk silindris, menonjol kearah vagina depan atas dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternal. Kanker dapat timbul dari permukaan vaginal (porsio) atau kanalis servikalis. Aliran limfe d a r i s e r v i k s p r e d a n p o s t u r e t e r a l d a n l i g a m e n t u m sakrouterina kearah kelenjar stasiun pertama yaitu parametrium, iliaka interna, iliaka eksterna, presdakral dan iliaka kommunis. Kelenjar paraaorta merupakan stasiun kedua.

Epidemilogi

Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 dinegara maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia ia menduduki urutan pertama dari 10 kanker terbanyak ditemukan di 13 Laboratorium Patologi di Indonesia.

 Adapun faktor risiko kanker serviks umumnya terkait dengan aktivitas seksual. Faktor risiko terutama adalah: hubungan seksual

dini, multpel mitra seksual, sosial ekonomi rendah, merokok, pemakaian pil KB, penyakit ditularkan secara seksual, dan gangguan imunitas. Penyebab utama adalah virus HPV. Proses dimulai dengan lesi prakanker dan setelah bertahun-tahun baru menjadi invasif. Angka kematian berkaitan dengan stadium penyakit. Pengobatan tergantung dari stadium penyakit yaitu operasi, radiasi, atau kemoterapi baik sendiri sendiri atau gabungan.

Manifestasi Klinis

Pada lesi prakanker 92% tidak mempunyai gejala kalau ada hanya berupa rasa kering di vagina. Umumnya gej ala yang timbul berupa perdarahan pervaginam (kontak atau diluar masa haid), dan cairan keluar dari liang vagina. Kalau sudah lanjut dapat cairan yang keluar berbau tidak sedap, nyeri panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan berkemih (urinary frequency), nyeri di kandung kemih dan rektum. Kalau sudah bermetastasis maka akan timbul gej ala sesuai dengan organ yang terkena. Penyakit residif menunjukkan gejala seperti edema tungkai unilateral, nyeri siatika, dan gejala obstruksi ureter.

Pemeriksaan fisik dengan spekulum vagina pada lesi prakanker tidakditemukan kelainan nyata atau hanya lesi berwarna putih dengan asam asetat.

(4)

Lesi invasif yang masih terlokalisasi terlihat di serviks atau telah meluas ke forniks berwarna kemerahan, granular, atau eksofitik mudah berdarah tanpa atau dengan gambaran nekrotik disertai darah atau cairan yang berbau.

Pemeriksaan dalam melalui vagina dapat meraba perluasan ke forniks, sedang pemeriksaan rektal dapat mengetahui besarnya uterus, sedang pemeriksaan rektal dapat mengetahui besarnya uterus, perluasan ke parametrium, rektum. Kalau penyakit sudah meluas ke luar panggul makan dapat ditemukan gangguan sentral, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati, masa di abdomen , pelvis, hidronefrosis atau efusi pleura atau tanda penyebaran ke tulang, dll.

DIAGNOSTIK 

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, gejala, tanda, pemeriksaan klinik. Pemeriksaan klinik ini meliputi palpasi, inspeksi, kolposkopi, kuret endoserviks, sistoskopi, proktoskopi, I V P , foto toraks dan tulang. Kecurigaan metastasis k e k a n d u n g kemih atau rektum harus dikonfirmasi dengan biopsi dan histologik. Konisasi dan amputasi serviks dianggap sebagai pemeriksaan klinik. Khusus pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi dilakukan hanya pada kasus dengan stadium IB2 atau lebih.

Stadium kanker serviks didasarkan atas pemeriksaan klinik oleh karena itu pemeriksaan harus cermat kalau perlu dilakukan dalam narkose. Stadium klinik ini tidak berubah bila kemudian ada penemuan baru. Kalau ada keraguan dalam penentuan maka dipilih stadium yang lebih rendah.

KLASIFIKASI STADIUM

0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)

Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus uterus dapat diabaikan)

IA  Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop. Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi hanya superfisial, dimasukkan

IA1 Invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya dan 7,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm atau kurang ukuran secara horisontal

IA2 Invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidak lebih dari 5,0 mm dengan penyebaran 7,0 mm atau kurang

IB Lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2

IB 1 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar 4,0 cm atau kurang

IB2 Lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter terbesar lebih dari 4,0 cm

(5)

II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina

IIA Tanpa invasi ke parametrium IIB Invasi ke parametrium

III Tumor meluas ke dinding panggul/ atau mencapai 1/3 bawah vagina dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding panggul

IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal

IVA  Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/  atau meluas keluar panggul kecil (true pelvis)

IVB Metastasis jauh

Penyebaran ke korpus uterus tidak mempengaruhi stadium. Penumbuhan ke dinding panggul pendek dan induratif kalau tidak nodular dimasukkan sebagai stadium IIB, bukan stadium IIIB. Induratif sulit dibedakan apakah proses kanker ataukah peradangan. Penemuan postoperasi dicatat tetapi tidak merubah stadium yang ditetapkan praoperasi (2).

KLASIFIKASI HISTOLOGIK  1.Tipe histologik

Neoplasia intraepitelial serviks, Derajat III Karsinoma sel skuamosa in situ

Karsinoma sel skuamosa Keratin

Nonkeratin Verrukosa

 Adenokarsinoma in situ

 Adenokarsinoma in situ, tipe endoserviks  Adenokarsinoma endometroid

 Adenokarsinoma sel jernih Karsinoma adenoskuamosa Karsinoma adenoid kistik Karsinoma sel kecil Karsinoma undiferensiasi 2. Derajat histologik

Gx- Derajat tidak dapat ditentukan G1- Diferensiasi baik

G2- Diferensiasi sedang

(6)

Radioterapi(RT)

Bila terdapat faktor resiko : Diferensiasi buruk, Ca adeno skuamosa, adeno karsinoma, KGB + menembus kapsul dan Invasi limfovaskular diberikan terapi ajuvan radioterapi eksterna. Bila tepi sayatan tidak bebas tumor/close margin,pasca radiasi eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi ovoid 2 x 10 Gy

Stadium IA2,IB1,IB2 dan IIA Tidak Operasi Stad IA2-IIA tidak operasi apabila:

• Stad IB2, IIA, tumor > 4 cm • Indeks obesitas >70% • Umur >65 tahun

• Pasien menolak operasi • Kontraindikasi anestesi

Radioterapi (RT) :

Diberikan Radiasi kuratif: RE: 46-50 Gy.

BT: 3x700 cGy.

•Pemberian BT dimulai pasca RE dosis 30 Gy atau 40 Gy atau 50 Gy secepatnya setelah hasil evaluasi status lokalis memungkinkan untuk dapat dilakukan pemasangan aplikator. •Pemberian BT dilakukan dalam interval 1 minggu

•Bila BT tidak dapat dilakukan, maka dapat digantikan dengan 3D Conformal RT atau radiasi eksterna small field ~20Gy Pemeriksaan lain sebagai opsional seperti CT scan, MRI,

limfoangiografi, arteriografi, venografi, laparoskopi, fine needle aspiration (FNA) bermanfaat untuk rencana pengobatan tetapi tidak merubah stadium klinik (2). Persiapan pengobatan perlu pemeriksaan darah tepi lengkap, kimia darah. Pemeriksaan faktor pembekuan darah diperlukan bila rencana pengobatan dengan operasi. Petanda tumor SCC (untuk skuamosa) atau CEA atau Ca125 (untuk adenokarsinoma) merupakan pemeriksaan opsional.

TATALAKSANA  Pengobatan primer Stadium IA1

Histerektomi ekstrafasial atau Konisasi kalau fertilitas diperlukan.

 Atas pilihan pasien, dapat pula dilakukan brakhiterapi.

Stadium IA2 dan IB1 tanpa kontraindikasi operasi Operasi

1. Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis

2. Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo-vaskular (ILV)

3. Trakhelektomi dengan limfadenektomi ekstra peritoneal atau limfadenektomi laparoskopi, kalau fertilitas masih diperlukan

(7)

2. Metastasis jauh

Terapi lokal dengan radiasi untuk mengurangi simptom seperti nyeri karena metastasis tulang, pembesaran kgb para-aorta dan supraklavikula, atau metastasis otak.

REFERENSI

1. Crowder S, Lee Christine, Santoso T. Cancer servix. In: JT Santoso and RL Coleman, Handbook of Gyn Oncology, Mc Graw-Hill, New York, 2000, Pp 25-32

2. Benedet JL, Ngan HYS, Hacker NF. Staging classifications and clinical practice guidelines of gynaecologic cancer. FIGO and IGCS, 2nd edit, November 2003.

3. Clinical Practice Guidelines in Oncology V . 1.2003. National

4. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Guidelines: Cervical Cancer.

5. Paskett ED, Wewers ME, Ruffin MT. Educational strategies for the prevention of cervical cancer. In: TE Rohan, KV Shah (eds), Cervical cancer: From etiology to prevention. Kluwer Academic Publishers, 2004, pp.237-51.

Stadium IIB - IIIB Kemoradiasi

Radiasi eksternal 50 Gy + brakhiterapi 3 x 700 cGy dan kemoterapi (cisplatin 40 mg/m2 setiap minggu selama radiasi luar. Bila kgb iliaka komunis atau paraaorta (+) maka lapangan radiasi diperluas.

K e m o t e r a p i y a n g d i b e r i k a n a n t a r a l a i n c i s p l a t i n u m , paclitaxel,doxetaxel.

Jika ulkus dalam, atau ada kontraindikasi anestesi, maka brakhiterapi diganti dengan radiasi eksterna 3D Conformal RT atau radiasi eksterna small field ~20 Gy.

Stadium IVA  Kemoradiasi

Radiasi kuratif 4000 cGy, bila respon (+) : Radiasi Eksterna dilanjutkan sampai 50 Gy di tambah BT 3x700 cGy. Respon (-) : Stop Eksenterasi

Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal atau vesikovaginal Stadium IVB

Radiasi Paliatif

(8)

KEMENTERIAN KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA 

Karsinoma

 Serviks

Panduan Nasional Penanganan Kanker 

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan pendekatan pemecahan masalah dan kaitannya dengan kemampuan berpik ir

Peraturan mengenai ketentuan pelaksanaan pembubaran Koperasi melalui Keputusan Pemerintah ternyata cukup banyak yang diatur dalam Perundang- Undangan dibandingkan

Pertama, KUH Perdata menyatakan bahwa bentuk-bentuk kuasa bisa diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan dibawah tangan, bahkan dalam

Hasil analisis uji Partial Adjustment Model (PAM) menunjukan bahwa variabel PDB dan Inflansi berpengaruh signifikan dalam jangka pendek maupun jangka panjang

Sikap kedisiplinan dalam belajar akan lebih mengasah ketrampilan dan daya ingat siswa ierhadap materi yang diberikan, karena siswa belajara menurut kesadarannya

Peneliti menggunakan algoritma deteksi kemacetan lalu lintas berdasarkan algoritma Monte Carlo untuk menghitung luas foreground dari citra biner. Hasil dari algoritma ini berupa

harus segera disediakan dalam jangka waktu dekat agar tujuan dalam BSC dapat tercapai. Tabel 11 adalah hasil Portofolio untuk distributor buku. Arsitektur data dari

[r]