• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Konsumsi Teh Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Banyudono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Konsumsi Teh Dengan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 1 Banyudono"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 BANYUDONO

Disusun Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada

Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun Oleh :

YOLANDA WIDYA PUTRI ANDIANI J310130028

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI TEH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1

BANYUDONO

Abstrak

Anemia adalah keadaan kekurangan sel darah merah dibandingkan normalnya yang salah satunya disebabkan oleh konsumsi zat penghambat zat besi (Fe) seperti tanin dalam teh. Tanin diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi terutama kategori heme non iron. Minum teh bersamaan dengan makan dapat menghambat penyerapan Fe sehingga akan mempengaruhi kadar hemoglobin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi teh dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali. Jenis penelitian observasional dengan desain cross sectional. Sampel penelitian remaja putri 77 responden diperoleh menggunakan proporsional random sampling. Data kebiasaan konsumsi teh diperoleh dengan metode recall 7 x 24 jam tidak berturut-turut dan menggunakan kuesioner kebiasaan konsumsi teh. Data kadar hemogloglobin diperoleh dengan cara pengambilan darah menggunakan metode Hemocue. Seluruh data dianalisis menggunakan uji Rank Spearman. Remaja putri SMA Negeri 1 Banyudono sebagian besar memiliki jumlah konsumsi teh yang tergolong sering (92,7%) dan anemia (54,5%). Uji hubungan konsumsi teh dengan kadar hemoglobin nilai p= 0,000 dan nilai korelasi spearman (r) sebesar -0,684. Ada hubungan antara konsumsi teh dengan kadar hemoglobin dan semakin tinggi jumlah konsumsi teh maka semakin rendah kadar hemoglobin pada remaja putri Saran yang diberikan yaitu siswa sebaiknya mengurangi jumlah konsumsi teh atau konsumsi teh 2-3 jam sesudah makan dan meningkatkan asupan makanan yang mengandung tinggi Fe

Kata kunci: konsumsi teh, Kadar hemoglobin Abstract

Anemia is a state of deficiency of red blood cells compared to normal, one of which is caused by consumption of iron (Fe) inhibitors such as tanin in tea. Tanin are known to inhibit the absorption of iron, especially the non-iron heme category. Drinking tea together with meals can inhibit the absorption of Fe so that it will affect hemoglobin levels. This study aims to determine the relationship between tea consumption habits with hemoglobin levels in young women in SMA Negeri 1 Banyudono, Boyolali Regency. This type of observational research with cross sectional design. A sample of 77 female teenage respondents was obtained using proportional random sampling. Data on tea consumption habits were obtained by the method of recall 7 x 24 hours without succession and using the tea consumption habits questionnaire. Hemoglobin level data is obtained by taking blood using the Hemocue method. All data were analyzed using the Rank

(6)

2

Spearman test. Most of the girls in Banyudono High School 1 have the amount of tea consumption which is classified as frequent ( 92.7%) and anemia (54,5%). Test the relationship of tea consumption with hemoglobin levels p=0,000 and spearman correlation value (r) of -0,684. There is an association between tea consumption habits and hemoglobin levels and the higher the amount of tea consumption, the lower the hemoglobin level in young women. The advice given is that students should reduce the amount of tea consumption or tea consumption 2-3 hours after a meal and increase the intake of foods containing high Fe

Keywords: tea consumption, hemoglobin levels 1. PENDAHULUAN

Status gizi kurang pada masyarakat Indonesia menyebabkan hambatan dalam pembangunan Indonesia secara menyeluruh. Salah satu masalah kekurangan gizi yang terjadi di Indonesia adalah anemia (Setyaningsih, 2007). Berdasarkan Riskesdas (2013) diperoleh hasil prevalensi anemia pada remaja usia 5-14 tahun adalah 26,4%.

Anemia merupakan masalah gizi yang umum terjadi di dunia, terutama di negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka kejadian anemia secara nasional adalah sebesar 21,7% dimana 18,4% terjadi pada laki-laki dan 23,9% terjadi pada perempuan. Sedangkan berdasarkan pada kriteria usia 5-14 tahun mencapai 26,4% dan pada usia 15-25 tahun mencapai 18,4%. Berdasarkan data semua kelompok umur tersebut, wanita memiliki prevalensi tertinggi mengalami anemia, termasuk diantaranya adalah remaja putri.

Remaja memiliki resiko tinggi terhadap kejadian anemia terutama anemia defisiensi zat gizi besi (Fe). Hal itu terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi (Fe) yang berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Remaja putri memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki, hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti melakukan diet vegetarian (Almatsier,dkk,2011).

(7)

3

Penyebab dari jangka panjang penderita anemia gizi besi pada remaja putri adalah apabila nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu memenuhi zat-zat gizi pada dirinya dan pada janin sehingga dapat meningkatkan terjadinya resiko kematian maternal, prematuritas, dan kematian prenatal (Nugraheni, 2015).

Anemia juga disebabkan oleh konsumsi zat-zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi seperti fitrat dan tanin yang terkandung didalam teh (Ramakrishnan,2001). Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia yaitu 120ml/hari per kapita (Besral,2007).

Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih, teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 ml/hari per kapita (Besral, 2007). Pada teh terdapat kandungan tanin sekitar 7-15% merupakan antigen kuat yang memberi rasa sepat atau khas (ketir) dan dapat mengendapkan protein pada permukaan sel (Sundari, 2009). Teh diketahui dapat menghambat penyerapan Fe yang bersumber dari bukan heme (non-heme iron). Teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama. Di samping itu, dalam teh ada senyawa yang bernama tanin (Besral, 2007).

Tanin merupakan polifenol yang dapat menghambat penyerapan besi terutama yang termasuk dalam kategori heme non-iron, dengan adanya tanin zat besi heme non-non iron hanya diserap 2-10% oleh tubuh. Bila zat besi dalam tubuh kurang, tidak dianjurkan minum teh setelah makan (Almatsier,2011). Minum teh sejam setelah atau sesudah makan dapat menghambat daya serap zat besi sebesar 64% (Bungsu,2012). Berdasarkan penelitian Diniatik (2007), disimpulkan bahwa kadar tanin pada teh hijau (1,440%) lebih besar dibandingkan dengan kadar tanin pada teh hitam (0,99 %).

Hasil penelitian Setyaningsih (2007) di SMK Amaliyah, Sekadau, Kalimantan Barat, menunjukkan remaja putri yang memiliki kebiasaan

(8)

4

minum teh ≥1 gelas/hari memiliki resiko 2,023 menderita anemia dibandingkan remaja putri yang mengkonsumsi teh ≤ 1 gelas/hari. Besral (2007) melaporkan bahwa teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama. Di samping itu, dalam teh ada senyawa yang bernama tanin. Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 70% siswa SMA Negeri 1 Banyudono memiliki kebiasaan minum teh sering dan 30% siswi memiliki kebiasaan minum teh sedikit pada waktu istirahat serta diperoleh data dari 10 siswa terdapat 7 siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi teh bersamaan dengan makan.

Pada penelitian ini peneliti memilih SMA Negeri 1 Banyudono sebagai lokasi penelitian karena di sekolah ini belum dilakukan penelitian terkait anemia remaja putri dan berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 70% siswi SMA Negeri 1 Banyudono memiliki kebiasaan minum teh sering dan 30% siswi memiliki kebiasaan minum teh sedikit pada waktu istirahat serta diperoleh data dari 10 siswa terdapat 7 siswa yang memiliki kebiasaan konsumsi teh bersamaan dengan makan. Alasan peneliti memilih “Hubungan antara Konsumsi Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri” karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh dapat menghambat proses absorbsi zat besi sehingga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam tubuh yang akan mengakibatkan anemia.

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional dimana pengamatan terhadap variabel bebas dan terikat dilakukan secara bersamaan. Jumlah sampel dihitung dengan rumus Lemeshow (1997), sampel didapat 77 remaja putri. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik proporsional random

(9)

5

sampling dengan kriteria inklusi remaja putri berusia 14-16 tahun dan tidak sedang menstruasi.

Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan nomor surat 2373/B.1/KEPK-FKUMS/IX/2019.

Kebiasaan konsumsi teh dalam penelitian ini adalah frekuensi konsumsi teh dalam kurun waktu satu hari. Kebiasaan konsumsi teh diperoleh dengan wawancara melalui form kuesioner kebiasaan konsumsi teh dan food recall 24 jam selama 7 hari secara tidak berturut-turut dalam bentuk ml,kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan software nutrisurvey. Data kadar hemoglobin diperoleh dengan metode Hemocue. Darah diambil oleh petugas kesehatan puskesmas II Banyudono.

Analisis univariat dilakukan dengan menyajikan data dalam tabel distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti meliputi kebiasaan minum teh dan kadar hemoglobin untuk mendeskripsikan data yang berupa distribusi dan persentase. Uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS for window 18.0. Analisis bivariat menggunakan uji hubungan Rank Spearman.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Banyudono

SMA Negeri 1 Banyudono berdiri pada tahun 1993 dengan luas bangunan 10.000 m2. Terdapat dua jurusan yaitu IPA dan IPS. SMA Negeri 1 Banyudono memiliki kantin yang terdiri dari dua tempat. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB. Memiliki dua kali waktu untuk istirahat yaitu pukul 10.15 WIB sampai pukul 10.30 WIB dan pukul 12.00 WIB sampai pukul 12.30 WIB. Pada waktu istirahat siswa membeli makanan dan minuman yang disediakan oleh kantin antara lain gorengan, soto, nasi goreng, es teh, teh botol, teh gelas ,minuman sachet. Minuman yang paling digemari oleh siswa yaitu es teh yang terbuat dari seduhan teh hitam hal

(10)

6

ini dikarenakan harga yang lebih terjangkau dibandingkan teh dengan kemasan botol.

b. Analisis Univariat

Distribusi responden menurut usia, konsumsi teh, rentang waktu minum teh, kekentalan teh, dan kadar hemoglobin

Tabel 1.

Distribusi responden menurut usia, konsumsi teh, rentang waktu minum teh, kekentalan teh, dan kadar hemoglobin

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

Usia 14 tahun 14 18,2 15 tahun 32 41,6 16 tahun 31 40,3 Total 77 100 Konsumsi Teh Sedikit 36 46,8 Banyak 41 53,2 Total 77 100,0 Rentang Waktu Konsumsi teh

Segera setelah makan 38 49,4

Kurang dari 1 jam 2 2,5

1 jam atau lebih 37 48,0

Total 77 100,0 Kekentalan Teh Tidak Kental 16 20,8 Kental 44 57,1 Sangat Kental 17 22,1 Total 77 100,0 Kadar Hemoglobin Anemia (<12 g/dl) 42 54,5 Tidak Anemia (≥12 g/dl) 35 45,5 Total 77 100,0

Responden sebagian besar berusia 15 tahun (41,6%). Dari 77 siswi, sebanyak 53,2% memiliki kebiasaan minum teh banyak dan sebanyak 46,8% memiliki kebiasaan minum teh sedikit. Kondisi ini dapat dimungkinkan karena konsumsi teh atau minum teh adalah perilaku yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Fernando (2019), menjelaskan bahwa kebiasaan minum

(11)

7

teh di Indonesia tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Mereka mengkonsumsi teh sesuai dengan kesukaan mereka masing-masing, seperti es teh, teh panas, teh manis, teh tawar, dan lain-lain. Jenis teh yang dikonsumsi pun tergantung pada kesukaan mereka seperti teh hijau, teh hitam, teh putih, dan teh oolong.

Berdasarkan rentang waktu minum teh 49,4% responden minum teh segera setelah makan, 2,5% minum teh kurang dari 1 jam, dan 48,0% minum teh 1 jam atau lebih. Rentang waktu konsumsi teh setelah makan dapat menimbulkan adanya pengikatan zat besi dalam struktur kompleks yang menyebabkan sulitnya penyerapan zat besi dalam tubuh. Minum teh sejam sebelum makan atau bersamaan saat makan dapat mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi sebesar 64 %. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi segelas kopi (Morck, 1983). Menurut Farida (2007) adanya kebiasaan minum teh satu jam sesudah makan akan menurunkan absorbsi besi sampai 85%. Secangkir teh ukuran 200 ml, dapat menurunkan penyerapan zat besi 75-85%. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Soehardi (2004) bahwa senyawa tanin dalam teh akan mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Dalam kondisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat dalam makanan tidak dapat diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan asupan zat besi dalam tubuh.

Berdasarkan kekentalan teh 57,1 % responden minum teh yang kental, 20,8% minum teh tidak kental, dan 22,1 % minum teh sangat kental. Kekentalan teh dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah, semakin kental teh maka kadar tanin yang terkandung semakin banyak.

Berdasarkan kadar hemoglobin 54,5% responden tergolong anemia dan 45,5% responden tergolong tidak anemia. Perilaku

(12)

8

konsumsi remaja putri terhadap bahan makanan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia. Pada masa ini remaja mulai memilih makanan yang disukai dan tidak disukai (Khomsan, 2010). Selain itu, sumber makanan yang mengandung faktor penghambat (inhibitor) penyerapan zat besi adalah teh dan kopi (Gibson, 2005).

c. Analisis Bivariat

1) Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Teh dengan Kadar Hemoglobin

Data tabulasi silang antara jumlah konsumsi teh dengan kadar hemoglbin pada remaja putri SMA Negeri 1 Banyudono dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Tabulasi Silang Jumlah Konsumsi Teh dengan Kadar Hemoglobin

Kebiasaan Minum

Teh

Kadar Hemoglobin Total

Anemia % Tidak Anemia

% Jumlah %

Sedikit 4 11,1 32 88,9 36 100

Banyak 38 92,7 3 7,3 41 100

Remaja putri dengan kebiasaan konsumsi teh banyak dan anemia sebesar 92,7% lebih banyak dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki kebiasaan konsumsi teh sedikit dengan anemia sebesar 11,1%.

2) Hubungan Kebiasaan Konsumsi Teh dengan Kadar Hemoglobin

Tabel 3

Distribusi Subjek berdasarkan Kebiasaan Minum Teh dengan Kadar Hemoglobin

Variabel Min Max Mean Sd P* R

Jumlah minum teh (ml)/hari 150,0 600,0 296,75 144,26 0,000 -0,684 Kadar Hemoglobin (g/dL) 8,00 20,00 11,78 2,22

(13)

9

Tabel 3 menunjukkan bahwa kebiasaan minum teh (ml)/hari dengan nilai rata-rata 296,75 ± 144,26, nilai minimal 150,0, nilai maksimal 600,00 sedangkan untuk variabel kadar hemoglobin dengan nilai rata-rata 11,78 ± 2,22, nilai minimal 8,00 dan nilai maksimal 20,00. Hasil uji statistik menggunakan Rank Spearman dalam penelitian ini menunjukkan nilai p < 0,05 yaitu sebesar 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan kebiasaan konsumsi teh dengan kadar hemoglobin. . Nilai korelasi spearman (r) sebesar -0,684 memungkinkan bahwa semakin tinggi jumlah konsumsi teh maka semakin rendah kadar hemoglobin pada remaja. Nilai korelasi memiliki kekuatan hubungan yang kuat.

Berdasarkan pembahasan maka diketahui bahwa konsumsi teh memiliki peranan penting dalam kejadian anemia pada remaja putri. Kebiasaan minum teh dapat menyebabkan rendahnya absorbsi zat besi dalam tubuh. Rendahnya absorbsi zat besi tersebut dipengaruhi oleh senyawa tanin yang terdapat di dalam teh (Bungsu, 2012).

Teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral (termasuk zat besi), di dalam teh juga terdapat polifenol yang berperan sebagai antioksidan yang telah mengalami oksidasi sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga penyerapan zat besi berkurang. Apabila tubuh kekurangan zat besi maka pembentukan sel darah merah (hemoglobin) berkurang sehingga mengakibatkan anemia (Soehadi,2004). Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit dipisahkan, senyawa tanin dapat mengendapkan protein dari larutan sehingga konsumsi tanin berlebihan dapat menyebabkan gangguan penyerapan protein yang mana kebanyakan sumber besi juga berasal dari sumber protein. Tanin merupakan senyawa fenolik yang memiliki sifat larut dalam air. Senyawa tanin juga disebut asam tanat terdiri dari 9 molekul asam galat dan molekul glukosa. Tanin memiliki campuran

(14)

10

polifenol yang sulit dipisahkan, senyawa tanin dapat mengendapkan protein dari larutan sehingga konsumsi tanin berlebihan dapat menyebabkan gangguan penyerapan protein, yang mana kebanyakan sumber besi berasal dari sumber protein. Penyerapan tanin dengan protein lebih besar dibandingkan dengan zat gizi lainnya, karena karakteristik yang dimiliki oleh protein yang tersusun dari asam amino (Muchtadi, 1992).

Hasil Penelitian Marina di SMA Negeri 10 Makassar tahun 2015 menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan tanin/konsumsi teh dengan kadar hemoglobin. Berdasarkan penelitian Thankachan, makanan lengkap yang dikonsumsi bersamaan dengan 1 cup (150 ml) teh dapat menurunkan proses absorbsi Fe sebesar 59% pada kelompok anemia dan 49% pada kelompok kontrol. Disler dalam penelitian mengemukakan bahwa absorbsi dari besi non heme dalam makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan air adalah 10-13% tetapi apabila makanan yang sama dikonsumsi dengan 200 ml teh akan menurunkan absorbsi besi sebesar 2-3%.

Pengaruh tanin dari minum teh, menurut Rossander (1992), menyebutkan bahwa penyerapan zat besi akan berkurang 56% jika mengkonsumsi 150 ml teh yang dibuat dari 2,5 gram teh. Demikian juga untuk konsumsi hamburger bersamaan dengan minum 200 ml teh akan menurunkan 64% penyerapan zat besi.

Kebiasaan minum teh pada masyarakat Indonesia memiliki pengaruh absorbsi besi. Konsumsi teh bersamaan saat makan dapat menurunkan absorbsi besi sampai 85% (Farida,2007). Mengkonsumsi teh sejam sebelum atau setelah makan dapat mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi sebesar 64%. Pengurangan daya serap akibat teh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi segelas kopi (Proverawati, 2004). Menurut Bungsu (2012), dengan adanya tanin, zat besi heme diserap pada

(15)

11

level 10-30%, sedangkan besi non-iron diserap pada level 2-10%, studi menjelaskan bahwa secangkir teh setelah makan dapat menurunkan penyerapan heme non-iron antara 30-60%.Tanin memiliki campuran polifenol yang sulit dipisahkan, senyawa tanin dapat mengendapkan protein dari larutan sehingga konsumsi tanin berlebihan dapat menyebabkan gangguan penyerapan protein yang mana kebanyakan sumber besi juga berasal dari sumber protein (Muchtadi,1992).

4. PENUTUP a. Kesimpulan

1. Sebagian besar kebiasaan minum teh siswi SMA Negeri 1 Banyudono dalam kategori banyak (> 200 ml/hari) yaitu sebesar 53,2%

2. Siswi SMA Negeri 1 Banyudono yang tidak anemia sebanyak 45,5% dan yang anemia sebanyak 54,5%

3. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi teh dengan kadar hemoglobin pada siswi SMA Negeri 1 Banyudono

b. Saran

1. Perlu adanya sosialisasi mengenai perilaku beresiko dalam mengkonsumsi makanan/minuman baik disekolah maupun dirumah, yang berpengaruh pada perubahan manfaat dari makanan/minuman yang dikonsumsi siswa, seperti konsumsi teh yang tidak sesuai dengan frekuensi dan waktu konsumsi akan mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat besi sehingga dapat mengakibatkan anemia

2. Peneliti yang ingin mengadakan penelitian dengan tema sejenis, diharapkan menambahkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kadar hemoglobin remaja putri, misalnya faktor pola makan, faktor asupan zat besi dan vitamin, serta faktor penghambat asupan zat besi lainnya seperti konsumsi kopi dan lain sebagainya

(16)

12 DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S..2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Arisman.2010.Gizi dalam Daur Kehidupan.Jakarta:EGC

Besral., Meilianingsih, L., Sahar ,J. 2007. Pengaruh Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia pada Usila di Kota bandung . Makara Kesehatan, Vol 11, No.1: 38-43

Bungsu,P.2012.Pengaruh Kadar Tanin Pada Teh Celup Terhadap Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil di UPT Puskesmas Citeureup Kabupaten Bogor Tahun 2012.Depok: Tesis FKM UI.

Diniatik., Soemardi, E.,Indri, K.Perbandingan Kadar Flavonoid Total dan Tanin Total Pada Teh Hijau dan Teh Hitam. Purwokerto: Pharmacy, Vol 05

Farida.2007.Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006.Semarang: Tesis Magister Gizi Masyarakat UNDIP

Halber, L.,Rossander-Hulten,L., Brune,M.;Gleerup, A., Calcium and iron absorption:mechanism of action and nutritional importance. European Journal for clinical Nutrition, 1992;46(5):317-27.

Khomsan.2010.Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan.Jakarta: Pt.Rja Grafindo Persada

Machmud, I. 2006. Cerita Tentang Teh di Indonesia : Peluang terbuka luas. http:/www.rsi.sg/indonesian/ruang bisnis/html (17 Februari 2016).

Marina, Indriasari, R., jafar, N.2015. Konsumsi Tanin dan Fitat Sebagai Determinan Penyebab Anemia Pada Remaja Putri di SMA Negeri 10 Makassar. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin

(17)

13

Morck, T.A., S.R.Lynch, and J.D.Cook. Inhibition of Food Iron Absorption by coffee. American Journal Of Clinical Nutrition. 1983; 37 : 416-20

Muchtadi, T.R, Sugiyono.1992.Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Nugraheni, R. 2015. Pengaruh Pendidikan Gizi dengan media Buku Cerita terhadap Peningkatan Pengetahuan Anemia dan Perubahan Perilaku Makan pada remaja Putri. Surakarta: Skripsi UMS

Proverawati, Atikah.2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Ramakrishnan, U.2001.Nutritional Anemias. CRC Press. Boca London

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).2013.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Tahun 2013.Diakses: 11 Juni 2016, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesds%2 02013.pdf

Setyaningsih,E.2007.Anemia Gizi Pada Remaja Putri SMK Amaliyah Sekadau Kalimantan Barat tahun 2007.Depok: Tesis FKM UI

Soehardi,S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB, Bandung

Thankachan, P., Walczyk, T., Muthayya, S., kurpad, AV., Hurrell, R. Iron Absorption in Young indian Woman: interaction of Iron status With the Influence of Tea and Ascorbic Acid. America J Clin nutrition. 2008; (87): 881-6

Referensi

Dokumen terkait

hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri di.. kota Siaya,

Kebiasaan Minum Teh dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. di SMA Negeri 1 Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin dengan kesegaran jasmani pada remaja putri di SMA N 1 Polokarto Kabupaten

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat asupan protein, zat besi, vitamin C dan seng dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Batik

kadar hemoglobin dengan aktivitas fisik pada remaja putri di asrama SMA.

mengkonsumsi tablet tambah darah pada remaja putri di SMA Negeri 1 Karanganom dengan hasil penelitian yaitu ada hubungan pengetahuan tentang anemia dengan

Tingginya prevalensi anemia dan dismenorea pada remaja putri, dimana dua masalah ini merupakan masalah kesehatan yang selalu membayangi remaja putri, dan faktanya remaja putri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya anemia pada remaja putri khususnya pengetahuan tentang gizi seimbang, status gizi, kepatuhan konsumsi tablet