“EKSISTENSI PASAR PITALAH DI KABUPATEN TANAH DATAR”
ARTIKEL
IHSAN PRATAMA
NPM. 11070222
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2016
HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL
Eksistensi Pasar Pitalah Di Kabupaten Tanah Datar
Nama
: Ihsan Pratama
Npm
: 11070222
Program
: Pendidikan Sosiologi
Institusi
: Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PGRI Padang Sumatera Barat
Artikel ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk
diserahkan ke Program Studi Sosiologi.
Padang, Agustus 2016
Disetujui Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
The Existence of Pitalah Market In Tanah Datar District. Thesis. Essay. Sociology of Education Studies Program. High Scholl Teacher Training and Education (STKIP PGRI) of
West Sumatera. 2016
.
Oleh:
Ihsan Pratama1, Rinel Fitlayeni2,Marleni3
*
The Sociology Education Student of STKIP PGRI West Sumatera
**
The Sociology Staff of Sociology Education of STKIP PGRI West Sumatera
ABSTRACT
Pitalah market is the largest traditional food center in Tanah Datar. Pitalah market always takes place every sunday. If it is compared to the other markets located in Tanah Datar, they have deserted. This aim of this study was to describe the causing factors why the Pitalah market still exists until now. The theory used in this study was social action based on Weber and also structural theory supported by Antony Giddens. This study was descriptive study with qualitative approach. The informants were traders, buyers and Wali Nagari. Researcher used purposive sampling with 25 informants. The types of data used were primary data and secondary data. The technique of data collection done in two stages: (1) Observation (of participants). (2) In-depth interviews. The unit of data analysis was the individual. The data analysis was interactive model based on Miles and Huberman with three stages: (1) data reduction (2) data presentation (3) verification / conclusion. Based on the results of this study, it obviously can be concluded that the causing factors Pitalah markets that still exist in Tanah Datar because (1) There was the traditional food. (2) Sunday is set as the market day, (3) The location was strategic , (4) The food was served more than other, (5) The food packaging was traditional.
Keywords: Eksistensi Pasar
1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Pembimbing I, Staf Pengajar Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
3
ABSTRAK
IHSAN PRATAMA (11070222) Eksistensi Pasar Pitalah Di Kabupaten Tanah Datar. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Padang. 2016.
Pasar Nagari Pitalah merupakan pusat makanan tradisional yang terbesar di Kabupaten Tanah Datar. Pasar Nagari Pitalah di gelar pada hari Minggu. Dibandingkan pasar nagari lain yang berada di Kabupaten Tanah Datar sudah mulai sepi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor Pasar Nagari Pitalah masih eksis sampai sekarang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial Weber dan juga teori sktrukturasi Antony Giddens. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Informan penelitian ini adalah pedagang, pembeli dan Wali Nagari. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah informan 25 orang. Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu (1) observasi (participants). (2) wawancara mendalam. Unit analisis data adalah individu. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang mencakup tiga tahap yaitu (1) reduksi data (2) penyajian data (3) verifikasi/penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab Pasar Pitalah masih eksis di Kabupaten Tanah Datar karena (1) masih di gelarnya makanan tradisional. (2) hari Minggu yang ditetapkan sebagai hari pasar, (3) letak yang strategis, (4) porsi makanan lebih besar, (5) bentuk/tekhnik penyajian yang masih tradisional.
1
PENDAHULUAN
Pasar merupakan tempat
berkumpulnya orang-orang yang melakukan transaksi barang dan jasa. Penjual dan pembeli datang ke pasar dengan tujuan mengadakan pertukaran untuk memenuhi
kebutuhannya.Membahas masalah pasar
merupakan hal yang penting untuk di lakukan, karena dalam kehidupan manusia
keberadaan pasar memegang peranan
penting dalam menunjang kebutuhan
manusia(Deliarnov,1995:1). Pasar juga penting dalam mempercepat pembauran berkat berkumpulnya macam profesi dengan berbagai suku, agama dan kelompok masyarakat baik sebagai penjual maupun sebagai pembeli. Menurut Thomson (dalam Damsar, 2002:83) pasar mengatur kehidupan sosial, termasuk ekonomi, secara otomatis, karena pencapaian kepentingan pribadi kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik, tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat sebagai keseluruhan.
Pasar disamping tempat orang mencari barang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, juga tempat berlangsungnya interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Masyarakat dalam mencari kebutuhan
sehari-hari semakin meningkat, dengan adanya pasar nagari masyarakat lebih
mudah untuk mencari barang-barang
kebutuhannya (Soekanto, 2009:55).
Salah satu ciri khas dari masyarakat Minangkabau terletak pada pemerintahan nagari, dimana lembaga pemerintahan yang bersifat fungsional ini tersebar pada setiap nagari Minangkabau, yang masing-masing nagari diatur secara otonom. Nagari dalam menjalankan pemerintahannya didukung
oleh sumber-sumber perekonomian
tradisional yang termasuk didalamnya pasar nagari, yang berfungsi sebagai tempat bertemunya masyarakat nagari dengan segala kepentingan pada waktu-waktu tertentu. Situasi dan keberadaan pasar nagari ini menjadi ciri khas dalam masyarakat nagari (Petri, 2009:1).Syarat suatu nagari yaituadanya balairung (ruang pertemuan), termasuk didalamnya masjid, penduduk berbagai suku, daerah pusat (korong) dan luar (hinterland), pos keamanan dan
informasi, sistem pertanian dan hukum pewarisan, pengaturan rukun keluarga, keramaian dan permainan, pengaturan kematian dan lokasi makam, pasar, lalu lintas dan tempat mandi. Sebagai komponen nagari, pasar telah ada sejak adanya nagari.
Pasar nagari yang ramai menjadi kebanggaan biasanya ditentukan dari seberapa ekor sapi dipotong pada hari pasar. Semakin banyak sapi dipotong berarti semakin besar pasar itu (Abbas, 2004:36).
Peran pasar nagari penting dalam
perekonomian dan infrastruktur di Sumatera Barat. Pentingnya pasar nagari tercermin sebagai wadah perekonomian, jumlahnya lebih banyak dari pada pasar bukan nagari, dan tersebar diseluruh Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Pada intinya pasar sebagai tempat untuk melakukan kegiatan jual beliyang berfungsi sebagai: 1) Tempat pertukaran barang dan jasa 2) Merupakan pusat pelayanan masyarakat 3) Tempat bertemunya masyarakat dan terjadinya interaksi social 4) Tempat rekreasi (Gilarso, 2004:109).
Pasar nagari merupakan sub sistem dari sistem sosial ekonomi masyarakat nagari sejak dahulu sampai sekarang diwilayah Minangkabau. Salah satunya Pasar Nagari di Bungo Tanjuang yang diberi nama Pasar Pitalah. Dari hasil observasi awal Pasar Pitalah dibangun pada tahun 1803 tepatnya masih dalam penjajahan kolonial Belanda, tepatnya pada sistem tanam paksa dan pasar ini untuk memasok tanaman tua dan hasil pertanian masyarakat Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya. Pasar Pitalah ditetapkan pada hari minggu, hari tersebut dikatakan sebagai hari Balai Akat. Di pasar ini menjual berbagai kebutuhan masyarakat mulai dari kebutuhan pangan dan sandang, tetapi yang khas dijual dipasar ini adalah katupek pitalah, karupuak pitalah, kacang goreng, rakik kacang, karupuak kulik dan ikan bilih. Berdasarkan latar belakang maka ersebutpenulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yaitu tentang“Eksistensi Pasar Pitalah di Kabupaten Tanah Datar”
Dengan demikian tujuan
penelitiannya adalah Mendeskripsikan penyebab Pasar Pitalah masih eksis sampai sekarang dibanding pasar nagari lainnya di Kabupaten Tanah Datar yang sudah sepi dikunjungi. Maka, teori yang digunakan
2 dalam penelitian ini adalah Selanjutnya dalam penelitian ini juga menggunakan teori
perubahan sosial terutama tentang
perkembangan rasionalitas manusia yang dikemukakan oleh Max Weber. Weber menjelaskan mengenai perubahan sosial dalam masyarakat berkaitan erat dengan
perkembangan rasionalitas manusia.
Menurut Weber (dalam Salim, 2002:47) bentuk rasionalitas manusia meliputi mean (alat) yang menjadi sasaran utama serta ends (tujuan) yang meliputi aspek kultural, sehingga dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya orang mampu hidup dengan pola pikir yang rasional yang ada pada seperangkat alat yang dimiliki dan kebudayaan yang mendukung kehidupannya. Orang yang rasional akan memilih alat yang mana yang paling benar untuk mencapai tujuannya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi. Untuk mendapatkan informan pada penelitian ini
mekanisme gelinding bola salju
(snowballing) dan mekanisme purposive, dimana pengambilan informan berdasarkan
pertimbangan tertentu, pertimbangan
tersebut adalah orang tersebut dianggap paling tahu masalah yang dikaji. Kriteria yang ditetapkan sebagai informan pada penelitian ini adalah :
1. Pedagang dari dalam dan luar nagari 2. Pembeli lokal dan pembeli dari luar
daerah
3. Masyarakat yang tinggal disekitar Pasar Pitalah
4. Sasaran informan dalam penelitian ini adalah pedagang, pembeli dan Wali Nagari.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian menggunakan model analisis data interaktif (interactive model of analisys) lankah-langkahnya yaitu: Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Data tersebut dikumpulkan dengan beberapa macam cara (observasinon participant, wawancara mendalam, dan data sekunder), dan diproses sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. Data yang telah dicatat atau diketik tersebut kemudian dianalisis. Analisis data tersebut terdiri dari alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data (display), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 15-16).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
temuan penulis dilapangan tentang
Eksistensi Pasar Pitalah di Kabupaten Tanah Datar, ada faktor-faktor penyebab sehingga Pasar Pitalah tetap bertahan dan eksis mengikuti perkembangan zaman seperti
masih digelarnya makanan-makanan
tradisonal khas Nagari Pitalah, masih digelarnya makanan trdisional, hari Minggu yang ditetapkan sebagai hari pasar, letak pasar yang strategis, Porsi makann lebih besar, serta bentuk/teknik penyajian yang masih tradisional. Adapun deskripsi dan penjabarannya sebagai berikut :
a. Masih Digelarnya Makanan Tradisional
Nagari Pitalah terkenal juga dengan hasil usaha rumahtangga (home industry) terutama dari segi makanan, hasil tersebut sudah sangat terkenal atau akrab bagi masyarakat di berbagai wilayah Sumatera Barat. Berbagai hasil usaha rumah tangga (home industry) seperti katupek pitalah, karupuak pitalah, kacang goreng dan surabi. Dengan adanya pasar nagari masyarakat lebih mudah dalam melakukan transaksi hasil usaha rumah tangga (home industry),
dan juga sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan kehidupan sehari hari, dan sebagai tempat terjadinya interaksi antara masyarakat itu sendiri dengan masyarakat lainnya sehingga terjalinnya hubungan yang
harmonis dengan masyarakat
sekitar.Katupek pitalah dan karupuak pitalah berdasarkan asal usulnya dimiliki oleh dua nagari, yakni Nagari Pitalah dan Nagari Bungo Tanjung yang dikenal dengan “Pita Bunga” (Pitalah Bungo Tanjung)
sebagai penyatuan nama dua nagari
(Kompasiana, 23 Maret 2012). Makanan khas ini merupakan dagangan utama di Pasar Pitalah, jika pengunjung masuk pasar Pitalah akan terlihat sejumlah pedagang katupek
3 berjejer di los pasar dengan pedagang makanan khas lainnya seperti karupuak pitalah, kerupuk kulit, kacang goreng dan
makanan lainnya. Pengunjung yang
datang ke Pasar Pitalah dapat di bagi atas 3 (tiga) kategori : (1) pengunjung yang datang dari nagari tetangga dan Pitalah sendiri untuk belanja kebutuhan mereka selama seminggu. (2) Pengunjung yang datang dari kelompok anak muda dan pejalan kaki yang
pergi maraton di hari Minggu dan
menjadikan Pasar Pitalah sebagai wisata kuliner. (3) Para perantau dari kota Padang, Bukitinggi, Solok, Batusangkar yang pulang kampung menyempatkatkan diri untuk singgah ke Pasar Pitalah selain mencari ketupat pitalah tetapi juga membeli oleh-oleh untuk dibawa kerumahnya.
b. Hari Minggu yang Ditetapkan Sebagai Hari Pasar
Pasar Nagari Pitalah, dimana hari balai di gelar setiap hari Minggu, yang proses transaksi antara pedagang dan pembeli sudah di mulai sejak pukul 05.00 WIB (subuh) sampai dengan pukul 14.00 (puncak keramaian), (hasil pengamatan tanggal 24 Januari dan tanggal 31 Januari 2016).Dari hasil wawancara dengan pemuka masyarakat,Sekretaris Wali Nagari diketahui bahwa hari lain seperti hari Senin merupakan hari balai di Pasar Simabua, hari Rabu di Pasar Malalo, hari Selasa di Pasar Kubu Karambia, hari Kamis di Pasar Sumpur dan Pasar Tanjuang Barulak dan hari Minggu di Pasar Ombilin, sudah merupakan hari keramaian pasarnagari yang berada di sekitar Nagari Pitalah. Sehingga
ditentukanlah untuk Nagari Pitalah
keramaiannya pada hari Minggu. Ternyata dalam perjalanan waktu dan semakin
membaiknya fasilitas jalan yang
menghubungkan antar nagari, Pasar Pitalah dengan keramaian hari Minggu memiliki
keberuntungan tersendiri. Seperti,
pengunjung yang bekerja dan sekolah dari hari Senin sampai hari Sabtu memanfaatkan hari Minggu sebagai hari libur sekolah dan pegawai libur bekerja untuk pergi ke pasar membeli kebutuhan untuk seminggu.Pasar Pilatah yang digelar pada hari Minggu membawa keberuntungan tersendiri bagi para pedagang, karena bertepatan dengan hari libur sehingga banyak masyarakat yang meraton pagi menyempatkan diri berkunjung
ke pasar Pitalah untuk menikmati Katupek Pitalah, Kerupuk Pitalah dan makanan khas Pasar Pitalah lainnya. Keramaian Pasar Pitalah ini juga berasal dari para perantau yang bekerja di luar kota Padang Panjang, yang biasanya pulang kampung seminggu sekali serta para wisatawan yang datang dari berbagai daerah, baik yang datang dari Kota Padang, Bukittinggi, Solok, Batusangkar, Pariaman dan Kota-kota lainnya. Keramaian pasar bisa juga digambarkan dengan persentase penjualan katupek pitalah Amak Siar yang laku mencapai 700 buah katupek dibandingkan penjualan di pasar lain berkisar 100 buah katupek saja, begitu juga penjualan kerupuk Pitalah dan kacang goreng dan jualan lainnya.
c. Letak yang Strategis
Dari sisi ekonomi dan sosiologis
letak sebuah pasar juga merupakan
pertimbangan tersendiri bagi pengunjung untuk datang dan berbelanja di sebuah pasar, ini di sebabkan individu sebagai makhluk sosial dalam melakukan tindakan ekonomi
memiliki pertimbangan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tersebut adalah letak pasar, karena sebagai makhluk sosial dalam melakukan tindakan ekonomi individu pasti akan memperhitungkan persoalan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Hal yang sama juga terjadi bagi pengunjung yang datang ke Pasar Pitalah dimana, dari hasil wawancara
sebagian besar mengatakan alasan
berkunjung ke Pasar Pitalahselain
pertimbangan untuk mencari makanan khas Pitalah di saat mereka libur. Letak Pasar
Pitalah yang dekat dengan kampung
pengunjung dan berada di pinggir jalan raya Bukittinggi, Solok dan Batusangkar juga sangat mendukung Pasar Pitalah sebagai tujuan berbelanja bagi masyarakat di sekitar Nagari Pitalah.
d. Porsi Makanan Lebih Besar
Harga dalam analisis ekonomi tentangpasar ditentukan oleh keseimbangan antara supply-demand sehingga membentuk keseimbangan persial keseimbangan ini ditandai oleh penentuan harga dengan keinginan masing-masing penjual dan pembeli (demander dan supplier) disitulah terbentuk harga pasar (market clearing
prices) (Nicholson,1998, dalam
4
bahwa harga mencerminkan evaluasi
marginal para konsumen terhadap suatu barang pada suatu tempat dan waktu (Zusmelia, 2007:14) ternyata faktor harga juga sangat menentukan atau sangat
mempengaruhi ramai dan tidaknya
pengunjung datang ke suatu tempat, hal
tersebut juga terjadi di Pasar
Pitalah.Berdasarkan dari hasil wawancara dengan pengunjung di Pasar Pitalah, salah satu faktor mereka datang berbelanja ke Pasar Pitalah juga di sebabkan oleh harga yang terjangkau artinya, makanan makanan tradisional yang di cari dari segi harga sangat terjangkau di bandingkan dengan harga yang ada di pasar-pasar modern atau pasar rakyat lainya. Makanan tradisional yang di jual di Pasar Pitalah dari segi harga lebih murah di bandingkan dengan pasar lainya. Seperti ketupat pitalah dilihat dari ukurannya ketupat di Pasar Pitalah lebih besar dibandingkan dengan pasar lainnya. Hal ini di sebabkan pedagang ketupat Pitalah di Pasar Pitalah menggunakan satu helai daun kelapa, sedangkan di tempat lain setengah helai daun kelapa dengan harga yang sama yaitu Rp 5.000,sedangkan ukuran dan porsi ketupat pitalah lebih besar dan lebih banyak dari pasar-pasar lain yang juga menjual ketupat Pitalah.Kerupuk pitalah di Pasar Pitalah juga memiliki ukuran yang berbeda dengan ukuran kerupuk pitalah yang dijual di pasar lain, dilihat dari besar dan tebal kerupuknya dengan harga yang sama yaitu Rp 8.000bagi kerupuk yang telah di masak dan Rp 5.000 untuk kerupuk yang belum di masak. Kacang goreng yang di jual di Pasar Pitalah memiliki isi kacangnya sampai empat biji, sedangkan kacang lain yang di jual di pasar lain memiliki dua biji dengan harga yang sama yaitu Rp10.000 per bungkusnya yang dijual di Pasar Pitalah. Kerupuk kulit yang di jual di Pasar Pitalah lebih besar dan renyah dibandingkan kerupuk kulit yang di jual di pasar lainnya yaitu dengan harga yang berbeda di Pasar Pitalah, harga kerupuk kulit yang di jual di Pasar Pitalah denganharga Rp 9.000 per
bungkusnya, sedangkan di pasarlain
harganya Rp 10.000 per bungkusnya (hasil observasi tanggal 14 Februari 2016). terlihat bahwa faktor harga mempengaruhi ramainya suatu pasar, begitu juga yang terjadi di Pasar Pitalah karena, jika harga dari barang atau makanan yang di gelar di pasar nagari
harganya lebih murah di bandingkan dari pasar lain, sementara itu makanan khas dari daerah tersebut tentu ini menjadi daya tarik dan salah satu faktor ramainya sebuah pasar begitu juga dengan Pasar Pitalah.
e. Penyajian yang Masih Tradisional Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 14 Februari 2016, Bentuk atau teknik penyajian yang masih tradisional ternyata juga merupakan salahsatu faktor penyebab Pasar Nagari Pitalah tetap eksis sampai sekarang, disamping empat faktor lainnya yang sudah di uraikan pada sub bab terdahulu.Memang tidak bisa dipungkiri dalam berjualan terutama untuk makanan, penyajian yang khas dan berbeda di bandingkan yang di temukan pembeli di tempat lain ternyata juga menjadi daya pikat tersendiri bagi pembeli.Penyajian makanan tradisional yang khas tersedia di Pasar Pitalah, dimana makanan makanan tradisional yang di gelar untuk dijual di pasar ini disajikan dengan cara tersendiri yang berbeda dengan penyajian yang ada di kedai makanan lainnya, seperti penyajian katupek pitalah yang sampai sekarang pedagang masih menggunakan piring, sendok dan tempat minum dari kanso (bahan dari seng). Sedangkan untuk meletakkan gulai ketupat pedagang masih menggunakan tempat yang disebut dengan balango (periuk tanah) (hasil observasi tanggal 14 Februari 2016). Sehingga dari hasil wawancara informan mengatakan itulah yang membuat rasa dan aroma gulai katupek Pitalah menjadi sangat khas karena di masak memakai tungkudan di tempatkan di dalam balango.penyajian yang masih tradisional dan spesifik (khas) bagi
pedagang yang berjualan makanan
tradisional di Pasar Nagari Pitalah telah menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang berbelanja ke Pasar Nagari pitalah. Dapat dikatakan bahwa dalam berjualan makanan di pasar nagari, tidak hanya harus memperhatikan faktor harga dan porsi, lokasi berjualan, rasa yang enak tetapi faktor penyajian yang khas juga harus mendapat perhatian yang serius bagi pedagang.pedagang makanan tradisional juga telah memikirkan bahwa bentuk penyajian makanan yang mereka jual juga harus memiliki ciri khas tersendiri, jika dikaitkan dengan Teori Tindakan Sosial,
5 dapat dikatakan sebagai tindakan sosial yang terkategori Rasional Tradisional (Traditional Rationality) yakni individu dalam melakukan tindakan sosial bertujuan untuk memperjuangkan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat (Weber dalam Salim, 2002:47).Bahkan jika dilihat dari sisi memasaknya baik ketupat pitalah maupun kerupuk pitalah masih mempertahankan proses memasak dengan cara tradisional dan hanya ditemukan di Nagari Pitalah. Proses
memasak ketupat pitalah dengan
menggunakan “belek” yaitu, memasak dengan kaleng besar bekas kaleng minyak goreng yang semua sayur dan bumbunya ditambah santan dan dimasak dengan belek tersebut di atas tungku dan tidak boleh di aduk sampai masak. Proses memasak seperti ini yang menimbulkan aroma yang khas setelah menjadi gulai ketupat. Dalam penyajiannya baru boleh di pindahkan kedalam balango setelah sampai di pasar nagari saat ketupat pitalah sudah siap untuk dijual, hal ini semakin menimbulkan aroma yang khas karena di letakan di sebuah periuk tanah yang besar (balango). Begitu juga halnya dengan proses membuat kerupuk pitalah juga masih sangat tradisional. Proses
pembuatan kerupuk pitalah masih
menggunakan alat-alat tradisional seperti “parutan”, yang digunkan untuk memarut ubi dan setelah itu hasil parutan di aduk dengan cabe giling dan ditaburi daun bawang yang sudah di potong halus. Kemudian di tipiskan dengan tutup kaleng biskuit atau cetakan yang sudah disiapkan. Proses seperti ini membuat kerupuk pitalah memiliki ketebalan yang khas dengan aroma yang berbeda dibandingkan dengan kerupuk yang dihasilkan dari daerah lain.
KESIMPULAN & SARAN 1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab Pasar Pitalah masih eksis sampai sekarang sedangkan pasar-pasar di Kabupaten Tanah Datar sudah mulai sepi adalah :
a. Masih digelarnya makanan tradisional, dimana di Pasar Pitalah masih banyak terdapat makan-makanan tradisional yang di jual oleh para pedagang.
b. Hari Minggu yang ditetapkan sebagai hari pasar, waktu pasar pada hari Minggu sangatlah mendukung dan berpengaruh
terhadap pedagang dan pengunjung yang datang ke Pasar Pitalah, karena hari Minggu merupakan hari libur bagi pegawai yang bekerja dan hari libur bagi anak sekolah.
c. Letak yang strategis, letak Pasar Pitalah yang dekat dengan kampung pengunjung dan berada di pinggir jalan raya Bukittinggi, Solok, dan Batusangkar juga sangat mendukung Pasar Pitalah sebagai tujuan berbelanja bagi masyarakat di sekitar Nagari Pitalah.
d. Porsi makanan lebih besar, faktor harga mempengaruhi ramainya suatu pasar begitu juga yang terjadi di Pasar Pitalah, karena jika porsi dari barang atau makanan yang di gelar di pasar nagari harganya lebih murah dan besar di bandingkan dari pasar lain sementara itu makanan khas dari daerah tersebut tentu menjadi daya tarik dan salah satu faktor ramainya sebuah pasar begitu juga dengan Pasar Pitalah.
2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, diusulkan beberapa saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pemerintah dan
masyarakat atau pihak-pihak yang terkait di Nagari Pitalah Kecamatan Batipuah yaitu antara lain :
1. Pihak pemerintah mempunyai tanggung
jawab dalam pengembangan Pasar
Nagari Pitalah, pemerintah seharusnya memberikan bantuan atau dana untuk pengembangan Pasar Nagari Pitalah. Karena hasil dari wawancara peneliti dengan Sekretaris Wali Nagari Pitalah yaitu Irwan Datuak Rajo Intan menurut beliau selama ini Pasar Nagari Pitalah sudah lama tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah Kabupaten Tanah Datar. 2. Pada peneliti selanjutnya di harapkan
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengelolaan Pasar Nagari Pitalah, agar Pasar Nagari Pitalah tersebut dapat terkelola dengan baik dan dapat meningkatkan kemajuan perekonomian bagi masyarakat setempat.
6
DAFTAR PUSTAKA
Anne, Both. 1998. 335. Sejarah Sosial Ekonomi Indonesia. LP3ES. Jakarta.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Damsar, 1995. Sosiologi Ekonomi, Rajawali Press. Jakarta.
--- 1997. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Deliarnov. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal 1.
Dewey, G, Alice, 1962. Peasant Marketing In Java. New York: The Free Press Of Glencoe.
Effendi, Nursyirwan. 2005. Minangkabau Rural Markets. Trade and Traders in West Sumatera Indonesia. Muenster. LIT.
Faisal, Sanapiah, 2010. Format-format Peneliian Sosial. Rajawali Pers, Jakarta. Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius, hal 109.
Iskandar. 2009. Metode Peneltian
Pendidikan dan sosial (Kuantitatif dan kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori klasik dan Modern. Jakarta: PT. Gramedia.
Lufri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP.
Naim, Mochtar. 1979. Merantau Pola Migrasi suku Minangkabau. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Martono,Nanang.2011.Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi
Penelian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Patilima, Hamid. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.