• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Vulnus Laceratum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Vulnus Laceratum"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS LACERATUM

I.

KONSEP DASAR MEDIK

1. Pengertian.

Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang

terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau

otot”.

Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda

tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah

2.

Penyebab.

Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya :

1)

Alat yang tumpul.

2)

Jatuh ke benda tajam dan keras.

3)

Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.

4)

Kecelakaan akibat kuku dan gigitan”

3.

Anatomi dan Pathofisiologi.

1)

Kulit.

Price 2005 menyatakan “Secara mikroskopis kulit terdiri dari 3 lapisan

epidermis, dermis, lemak subkutan. Kulit melindungi tubuh dari trauma dan

merupakan benang pertahanan terhadap bakteri virus dan jamur. Kulit juga

merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jahitan ujung

syaraf yang saling bertautan”.

a.

Epidermis bagian terluas kulit di bagi menjadi 2 bagian lapisan yaitu :

1)

Lapisan tanduk (stratum konsum) terdiri dari lapisan sel-sel tidak ber inti dan

(2)

2)

Lapisan dalam (stratum malfigi) merupakan asal sel permukaan bertanduk

setelah mengalami proses di ferensiasi .

b.

Dermis

Dermis terletak di bawah epidermis dan terdiri dari seabut-serabut kolagen

elastin, dan retikulum yang tertanam dalam substansi dasar. Matrik kulit mengandung

pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong nutrisi pada epidermis.

Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit. Limfosit sel masuk dan

leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan infeksi dan instansi benda-benda

asing. Serabut-serabut kolagen, elastin khusus menambahkan sel-sel basal epidermis

pada dermis.

c.

Lemak Subkutan

Price (2005) menyatakan “Lemak subkutan merupakan lapisan kulit ketiga

yang terletak di bawah dermis. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit isolasi

untuk mempertahankan daya tarik seksual pada kedua jenis kelamin”.

2)

Jaringan Otot

Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu

berkontraksi dengan sedemikian maka pergerakan terlaksana. Otot terdiri dari serabut

silindris yang mempunyai sifat sama dengan sel dari jaringan lain.semua sel di ikat

menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung

unsur kontaktil.

3) Jaringan Saraf

Jaringan saraf terdiri dari 3 unsur:

a.

Unsur berwarna abu-abu yang membentuk sel syaraf.

b.

Unsur putih serabut saraf.

c.

Neuroclea, sejenis sel pendukung yang di jumpai hanya dalam saraf dan yang

menghimpun serta menopang sel saraf dan serabut saraf. Setiap sel saraf dan

prosesnya di sebut neuron. Sel saraf terdiri atas protoplasma yang berbutir khusus

dengan nukleus besar dan berdinding sel lainnya.berbagai juluran timbul (prosesus)

timbul dari sel saraf, juluran ini mengantarkan rangsangan rangsangan saraf kepada

dan dari sel saraf.

4.

Tipe Penyembuhan luka

Menurut Mansjoer, terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini

dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.

1)

Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu penyembuhan yang

terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.

2)

Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka yang tidak

mengalami penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh adanya luka yang

(3)

luas dan hilangnya jaringan dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih

kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.

3)

Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang dibiarkan

terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah diyakini bersih,

tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan luka yang

terakhir.

5.

Pathofisiologi

Vulnus laserratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,

kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap

trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi

apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang

sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya

tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di

koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi

peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika

jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan

yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan

hidup.

Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan

jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan

ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di

atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat

atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.

6.

Manifestasi Klinis

Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah:

a. Luka tidak teratur

b.

Jaringan rusak

c. Bengkak

d. Pendarahan

e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut

f. Tampak lecet atau memar di setiap luka.

(4)

a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya

untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.

b. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada

lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.

c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.

d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.

e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Fokus Pengkajian

Doenges (2000, p.217) menyatakan bahwa untuk mengkaji pasien dengan vulnus

laseratum di perlukan data-data sebagai berikut:

a. Aktifitas atau istirahat

Gejala : merasa lemah, lelah.

Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahanan keterbatasaan rentang

gerak, perubahan aktifitas.

b. Sirkulasi

Gejala : perubahan tekanan darah atau normal.

Tanda : perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi.

c. Integritas ego

Gejala : perubahan tingkah laku dan kepribadian.

Tanda : ketakutan, cemas, gelisah.

d.

Eliminasi

Gejala : konstipasi, retensi urin.

Tanda : belum buang air besar selama 2 hari.

e.

Neurosensori

Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.

Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah

cidera , kemerah-merahan.

f. Nyeri / kenyamanan

Gejala : nyeri pada daerah luka bila di sentuh atau di tekan.

Tanda : wajah meringis, respon menarik pada rangsang nyeri yang hebat, gelisah,

tidak bisa tidur.

g. Kulit

Gejala : nyeri, panas.

Tanda : pada luka warna kemerahan , bau, edema.

2.

Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d kerusakan jaringan

b. Gangguan istirahat tidur kurang dari kebutuhan b/d nyeri.

c. Gangguan eliminasi BAB b/d kelemahan fisik.

d. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot.

e. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan.

f. Resiko tinggi infeksi b/d perawatan luka tidak efektif.

(5)

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan:

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan

DS:

- Laporan secara verbal

DO:

- Posisi untuk menahan nyeri

- Tingkah laku berhati-hati

- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau

gerakan kacau, menyeringai)

- Terfokus pada diri sendiri

- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,

kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui

orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

- Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan

tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil) NOC :  Pain Level,  pain control,  comfort level

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

 Mampu mengontrol nyeri (tahu

penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik

nonfarmakologi untuk

mengurangi nyeri, mencari bantuan)

 Melaporkan bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan manajemen

NIC :

 Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

 Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan

 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari

dan menemukan dukungan

 Kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

 Kurangi faktor presipitasi nyeri

 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi

 Ajarkan tentang teknik non farmakologi:

napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

(6)

- Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih,

menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

nyeri

 Mampu mengenali nyeri

(skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

 Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang

 Tanda vital dalam rentang

normal

 Tidak mengalami gangguan

tidur

……...

 Tingkatkan istirahat

 Berikan informasi tentang nyeri seperti

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

berkurang dan antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

 Monitor vital sign sebelum dan sesudah

pemberian analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan pola tidur berhubungan dengan:

- Psikologis : usia tua, kecemasan, agen biokimia,

suhu tubuh, pola aktivitas, depresi, kelelahan, takut, kesendirian.

- Lingkungan : kelembaban, kurangnya privacy/kontrol

tidur, pencahayaan, medikasi (depresan, stimulan),kebisingan.

Fisiologis : Demam, mual, posisi, urgensi urin. DS:

- Bangun lebih awal/lebih lambat

- Secara verbal menyatakan tidak fresh sesudah

tidur DO :

- Penurunan kemempuan fungsi

- Penurunan proporsi tidur REM

- Penurunan proporsi pada tahap 3 dan 4 tidur.

- Peningkatan proporsi pada tahap 1 tidur

- Jumlah tidur kurang dari normal sesuai usia

NOC:

 Anxiety Control

 Comfort Level

 Pain Level

 Rest : Extent and Pattern

 Sleep : Extent ang Pattern

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Jumlah jam tidur dalam batas normal

 Pola tidur,kualitas dalam batas

normal

 Perasaan fresh sesudah

tidur/istirahat

 Mampu mengidentifikasi hal-hal

yang meningkatkan tidur

NIC :

Sleep Enhancement

- Determinasi efek-efek

medikasi terhadap pola tidur

- Jelaskan pentingnya tidur

yang adekuat

- Fasilitasi untuk

mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

- Ciptakan lingkungan yang

nyaman

- Kolaburasi pemberian obat

tidur

(7)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Konstipasi berhubungan dengan

o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas fisik tidak

mencukupi

o Perilaku defekasi tidak teratur

o Perubahan lingkungan

o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, privasi

o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental

o Farmakologi: antasid, antikolinergis, antikonvulsan,

antidepresan, kalsium karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, NSAID, opiat, sedatif.

o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, hemoroid,

gangguan neurologis, obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor

o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis

makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk

DS:

- Nyeri perut

- Ketegangan perut

- Anoreksia

- Perasaan tekanan pada rektum

- Nyeri kepala

- Peningkatan tekanan abdominal

- Mual

- Defekasi dengan nyeri

DO:

- Feses dengan darah segar

- Perubahan pola BAB

- Feses berwarna gelap

- Penurunan frekuensi BAB

- Penurunan volume feses

- Distensi abdomen

- Feses keras

- Bising usus hipo/hiperaktif

- Teraba massa abdomen atau rektal

- Perkusi tumpul - Sering flatus - Muntah NOC:  Bowl Elimination  Hidration

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Pola BAB dalam batas normal

 Feses lunak

 Cairan dan serat adekuat

 Aktivitas adekuat

 Hidrasi adekuat

NIC :

Manajemen konstipasi

- Identifikasi faktor-faktor yang

menyebabkan konstipasi

- Monitor tanda-tanda ruptur

bowel/peritonitis

- Jelaskan penyebab dan

rasionalisasi tindakan pada pasien

- Konsultasikan dengan dokter

tentang peningkatan dan penurunan bising usus

- Kolaburasi jika ada tanda dan

gejala konstipasi yang menetap

- Jelaskan pada pasien

manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi

- Jelaskan pada klien

konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama

- Kolaburasi dengan ahli gizi

diet tinggi serat dan cairan

- Dorong peningkatan aktivitas

yang optimal

- Sediakan privacy dan

(8)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik

Berhubungan dengan :

- Gangguan metabolisme sel

- Keterlembatan perkembangan

- Pengobatan

- Kurang support lingkungan

- Keterbatasan ketahan kardiovaskuler

- Kehilangan integritas struktur tulang

- Terapi pembatasan gerak

- Kurang pengetahuan tentang

kegunaan pergerakan fisik

- Indeks massa tubuh diatas 75 tahun

percentil sesuai dengan usia

- Kerusakan persepsi sensori

- Tidak nyaman, nyeri

- Kerusakan muskuloskeletal dan

neuromuskuler

- Intoleransi aktivitas/penurunan

kekuatan dan stamina

- Depresi mood atau cemas

- Kerusakan kognitif

- Penurunan kekuatan otot, kontrol dan

atau masa

- Keengganan untuk memulai gerak

- Gaya hidup yang menetap, tidak

digunakan, deconditioning

- Malnutrisi selektif atau umum

DO:

- Penurunan waktu reaksi

- Kesulitan merubah posisi

- Perubahan gerakan (penurunan untuk

berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)

- Keterbatasan motorik kasar dan halus

- Keterbatasan ROM

- Gerakan disertai nafas pendek atau

tremor

- Ketidak stabilan posisi selama

melakukan ADL

- Gerakan sangat lambat dan tidak

terkoordinasi

NOC :

 Joint Movement : Active

 Mobility Level

 Self care : ADLs

 Transfer performance

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….gangguan mobilitas fisik teratasi dengan kriteria hasil:

 Klien meningkat dalam aktivitas

fisik

 Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas

 Memverbalisasikan perasaan

dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

 Memperagakan penggunaan

alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

NIC :

Exercise therapy : ambulation

 Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat

respon pasien saat latihan

 Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan

 Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan

dan cegah terhadap cedera

 Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang

teknik ambulasi

 Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

 Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

secara mandiri sesuai kemampuan

 Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan ADLs ps.

 Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.

 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan

(9)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan :

Eksternal :

-Hipertermia atau hipotermia

-Substansi kimia

-Kelembaban

-Faktor mekanik (misalnya : alat yang

dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint)

-Immobilitas fisik

-Radiasi

-Usia yang ekstrim

-Kelembaban kulit

-Obat-obatan

Internal :

-Perubahan status metabolik

-Tonjolan tulang

-Defisit imunologi

-Berhubungan dengan dengan

perkembangan

-Perubahan sensasi

-Perubahan status nutrisi (obesitas,

kekurusan)

-Perubahan status cairan

-Perubahan pigmentasi

-Perubahan sirkulasi

-Perubahan turgor (elastisitas kulit)

NOC :

Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Wound Healing : primer dan sekunder Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan kriteria hasil:

 Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan (sensasi,

elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

 Tidak ada luka/lesi pada kulit

 Perfusi jaringan baik

 Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

 Mampu melindungi kulit dan

mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

 Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka

NIC : Pressure Management

 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

 Hindari kerutan pada tempat tidur

 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

 Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

 Monitor kulit akan adanya kemerahan

 Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang

tertekan

 Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

 Monitor status nutrisi pasien

 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

 Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan

 Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,

karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus

 Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka

 Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin

 Cegah kontaminasi feses dan urin

 Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

(10)

DO:

-Gangguan pada bagian tubuh

-Kerusakan lapisa kulit (dermis)

-Gangguan permukaan kulit (epidermis)

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :

- Prosedur Infasif

- Kerusakan jaringan dan peningkatan

paparan lingkungan

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Tidak adekuat pertahanan sekunder

(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

- Penyakit kronik

- Imunosupresi

- Malnutrisi

- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan

kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)

NOC :

 Immune Status

 Knowledge : Infection control

 Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…… pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:

 Klien bebas dari tanda dan gejala

infeksi

 Menunjukkan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

 Jumlah leukosit dalam batas

normal

 Menunjukkan perilaku hidup

sehat

 Status imun, gastrointestinal,

genitourinaria dalam batas normal

NIC :

Pertahankan teknik aseptif

Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk

umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi

kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik:...

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Pertahankan teknik isolasi k/p

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, drainase

Monitor adanya luka

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis. (terjemahan)

Edisi 6. EGC: Jakarta.

Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan). Widya Medika:

Jakarta.

Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC: Jakarta.

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta.

Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI:

Jakarta.

(12)

Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.

Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta.

Tucker.S.M. 1998. Standar Keperawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi

(Terjemahan). Volume 2. Edisi 2. EGC: Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang

Luka akut yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melalui intensi primer atau luka traumatik atau luka bedah yang sembuh melalui intensi sekunder dan melalui proses perbaikan

Kata kunci yang digunakan dalam pencarian adalah Diabetic Foot Ulcer atau Ulkus Kaki Diabetik, Honey atau Madu, Wound Healing atau Penyembuhan Luka.. Kriteria

Penyembuhan luka pada robekan perineum akan bervariasi, dapat terjadi perprimam atau persecundam (lambat) tergantung dari luas dan dalamnya luka, semakin dalam luka

Luas dan dalamnya luka disertai dengan banyaknya jaringan yang luka merup[akan faktor yang paling riskan dalam penyembuhan luka, karena jika jaringan luka yang hilang sangat luas

The 3 rd Annual Scientific Meeting of Indonesian Burn and Wound Healing Society (Ina-BWS), Perhimpunan Luka Bakar dan Penyembuhan Luka Indonesia : Establishing

Menurut Arisanty 2014, gambaran makroskopis penyembuhan luka juga dapat dilihat dengan kegiatan pengkajian lokal pada luka yang meliputi pengkajian tipe luka, tipe eksudat dan cairan

Percepatan Penyembuhan Luka Perineum dan Involusi Uterus dengan Pemberian JUSNALO Acceleration of Perineal Wound Healing and Uterine Involution with Giving JUSNALO Dita Selvianti1,