• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Provinsi Sulawesi Selatan

(2)

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Daerah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan

Jl. Jenderal Sudirman No. 3 Makassar 90113, Indonesia Telepon: 0411 – 3615188/3615189

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

iii

KATA PENGANTAR

Kata

Pengantar

Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi dan keuangan ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial, stabilitas sistem keuangan, serta sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Dengan demikian, keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulsel diharapkan dapat semakin berperan sebagai economic advisor dan strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

Ekonomi Sulsel pada triwulan I 2016 tumbuh membanggakan 7,41% (yoy), lebih tinggi dari pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional (4,92%; yoy). Kami mencatat beberapa sektor masih tumbuh meningkat, antara lain sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Namun demikian, kondisi eksternal yang belum sepenuhnya membaik, masih berimbas pada kinerja ekspor komoditas unggulan Sulsel di awal tahun 2016 ini. Harga internasional komoditas unggulan ekspor Sulsel, menurut outlook World Bank, baru membaik pada akhir tahun 2016. Kami berharap, realisasi penyerapan anggaran belanja pemerintah pada triwulan I 2016 yang relatif tinggi, tetap berjalan optimal setiap triwulan, karena terbukti mampu menjadi penopang bagi ekonomi Sulsel. Oleh karena itu, tampaknya perlu terus digenjot dalam hal percepatan infrastruktur, peningkatan nilai tambah ekspor, dan pembangunan kota yang nyaman, serta pengembangan pembayaran nontunai. Selain itu, tekanan inflasi masih relatif kuat, kami perkirakan akan dalam tren menurun hingga berada di rentang sasaran inflasi hingga akhir tahun 2016 yaitu 4±1%. Dengan kondisi inflasi yang rendah dan stabil tersebut, maka daya beli masyarakat akan tetap terjaga. Menurut hemat kami, fokus pengendalian harga, diarahkan kepada komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel.

Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data dan informasi yang sudah tersedia dari berbagai institusi, serta dari hasil survei dan liaison Bank Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada semua pihak, terutama bagi Bapak/Ibu yang telah berkontribusi dalam sharing pemikiran dan penyediaan data serta informasi yang akurat dan terkini. Saran serta masukan dari para stakeholders sangat kami harapkan agar kedepan laporan yang kami susun menjadi semakin lebih baik.

Makassar, Mei 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

ttd

Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

(4)

iv

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

VISI BANK INDONESIA

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas:Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

v

DAFTAR ISI

Daftar

Isi

KATA PENGANTAR

III

DAFTAR ISI

V

RINGKASAN EKSEKUTIF

1

TABEL INDIKATOR EKONOMI

5

1.

PERTUMBUHAN EKONOMI

9

1.1. P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

10

1.2. S

ISI

P

ENGELUARAN

10

1.3. S

ISI

L

APANGAN

U

SAHA

18

2.

KEUANGAN PEMERINTAH

31

2.1. S

TRUKTUR

A

NGGARAN

32

2.2. P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

A

NGGARAN

APBD

P

ROVINSI

32

2.3. P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

B

ELANJA

APBD

K

ABUPATEN

/K

OTA SE

-S

ULSEL

35

2.4. P

ERKEMBANGAN

R

EALISASI

B

ELANJA

APBN

DI

S

ULSEL

36

2.5. P

ERAN

R

EALISASI

K

EUANGAN

P

EMERINTAH

D

ALAM

PDRB

37

3.

INFLASI DAERAH

41

3.1. I

NFLASI

U

MUM

42

3.2. I

NFLASI

K

ELOMPOK

B

ARANG DAN

J

ASA

42

3.3. I

NFLASI

M

ENURUT

K

OTA

IHK

47

3.4. D

ISAGREGASI

I

NFLASI

49

3.5. K

OORDINASI

P

ENGENDALIAN

I

NFLASI

50

4.

SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

53

4.1. K

ONDISI

U

MUM

P

ERBANKAN

54

4.2. S

TABILITAS

S

ISTEM

K

EUANGAN

58

4.3. P

ENGEMBANGAN

A

KSES

K

EUANGAN

61

5.

SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG

65

5.1. P

ERKEMBANGAN

S

ISTEM

P

EMBAYARAN

66

5.2. P

ENGELOLAAN

U

ANG

T

UNAI

67

6.

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

71

6.1. T

ENAGA

K

ERJA

72

6.2. P

ENDUDUK

M

ISKIN

73

6.3. R

ASIO

G

INI

75

(6)

DAFTAR ISI

vi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

7.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

79

7.1. P

ROSPEK

P

ERTUMBUHAN

E

KONOMI

80

7.2. P

ROSPEK

I

NFLASI

85

7.3. R

EKOMENDASI

K

EBIJAKAN

87

LAMPIRAN

91

DAFTAR BOKS

B

OKS

1.A.

A

GLOMERASI

K

AWASAN

P

ERKOTAAN

M

AMMINASATA

29

B

OKS

2.A.

F

ORUM

F

ISKAL

-M

ONETER

:

P

ERKUAT

E

KONOMI

R

EGIONAL

39

B

OKS

3.A.

I

DENTIFIKASI

F

AKTOR

-

FAKTOR

P

EMBENTUK

H

ARGA

B

ERAS DI

S

ULSEL

D

ALAM

K

AITANNYA

D

ENGAN

U

PAYA

P

ENGENDALIAN

I

NFLASI

51

B

OKS

4.A

D

AMPAK

P

ELONGGARAN

G

IRO

W

AJIB

M

INIMUM

(GWM)

P

RIMER

D

ALAM

R

UPIAH

T

ERHADAP

P

EREKONOMIAN

63

B

OKS

5.A

S

MART

C

ITY

(K

OTA

C

ERDAS

)

B

ERKEMBANG

B

ERSAMA

G

ERAKAN

N

ASIONAL

N

ON

T

UNAI

(GNNT)

69

B

OKS

6.A.

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

Ringkasan

Eksekutif

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Gambaran Umum

Perekonomian Sulsel triwulan I 2016 tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

Perekonomian Sulsel triwulan I 2016 tumbuh 7,41% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Secara sektoral, meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh peningkatan kinerja di sektor sekunder, yaitu sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan disebabkan oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan cukup tingginya pertumbuhan investasi (PMTB). Sementara itu, pertumbuhan ekspor masih mengalami tekanan seiring dengan belum pulihnya pasar global. Pada triwulan laporan, kinerja perbankan dalam kondisi baik dan sistem pembayaran yang meningkat. Peluang ekonomi Sulsel di tahun 2016 akan terjadi apabila ekonomi global membaik dan terjadi koordinasi yang semakin erat antara pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan inflasi Sulsel meningkat, dimana pada triwulan laporan tercatat 5,70% (yoy). Meskipun inflasi Sulsel berada di atas rentang sasaran inflasi nasional 4±1%, namun inflasi Sulsel diperkirakan dapat berada di rentang sasaran inflasi hingga akhir tahun 2016. Peningkatan inflasi Sulsel terjadi dikarenakan tekanan harga kelompok bahan makanan yang masih cukup tinggi, akibat bergesernya musim panen padi, terbatasnya pasokan cabe dan bawang merah. Selain itu, pasokan terbatas akibat tingginya permintaan dari wilayah di luar Sulsel karena gagal panen di beberapa wilayah. Penurunan harga BBM dan tarif tenaga listrik (TTL) menjaga inflasi tidak terdorong lebih tinggi. Kunci keberhasilan dalam mengendalikan inflasi di Sulsel tersebut tidak lepas dari peran serta, komunikasi, dan koordinasi yang berjalan baik di antara anggota TPID, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di Sulsel.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih kuat serta kinerja sektor sekunder telah mendorong ekonomi Sulsel di triwulan I 2016

Peningkatan pertumbuhan perekonomian Sulsel terutama disebabkan oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan cukup tingginya pertumbuhan investasi (PMTB). Pada triwulan I 2016, konsumsi rumah tangga dan rumah tangga tumbuh lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh dari 5,36% (yoy) menjadi 5,28% pada periode laporan. Sementara investasi tumbuh 9,52% (yoy) dari periode sebelumnya (11,10%; yoy).

Sedangkan secara sektoral, pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan, sektor transportasi dan pergudangan, serta sektor penyediaan akomodasi dan makan minum. Sektor-sektor tersebut mengalami peningkatan karena penguatan sektor-sektor sekunder dan tersier yang mencerminkan daya beli konsumen yang terjaga di Sulsel.

(8)

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel Keuangan Pemerintah

Nominal realisasi belanja APBD Provinsi dan APBN menunjukkan peningkatan.

Realisasi penyerapan anggaran APBD dan APBN di Sulsel mendorong peningkatan ekonomi Sulsel triwulan I 2016. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2016 mencapai Rp926,33 miliar atau 13,75% dari yang ditargetkan sebesar Rp6,74 triliun. Sumber belanja berasal dari belanja operasional dan belanja transfer, dengan nilai yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja APBN di Sulsel mencapai Rp2,38 triliun atau 12,5% dari yang dianggarkan sebesar Rp19,03 triliun, dengan peningkatan terbesar pada belanja modal dan belanja pegawai.

Inflasi Tekanan harga meningkat,

terutama berasal dari inflasi kelompok volatile food dan administered price.

Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2016 tercatat 5,70% (yoy) lebih tinggi dari akhir 2015 (4,49%, yoy), terutama berasal dari bahan makanan (volatile food). Peningkatan inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan oleh terbatasnya pasokan bahan pangan akibat belum masuknya musim panen di beberapa sentra pangan Sulsel. Selain itu, juga tercatat peningkatan tekanan inflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Dengan perkembangan tersebut, berdasarkan agregasinya, peningkatan inflasi Sulsel di triwulan I 2016 terutama bersumber dari penurunan tekanan inflasi di kelompok administered price dan volatile food, masing-masing karena kenaikan tarif angkutan udara dan pergeseran musim panen.

Penanggulangan inflasi dilaksanakan melalui TPID dengan meningkatkan koordinasi dan komunikasi. Pelaksanaan koordinasi TPID di sepanjang periode laporan dilakukan dengan melibatkan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dan instansi lainnya melalui pelaksanaan rapat koordinasi TPID Provinsi Sulsel. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif dalam melakukan komunikasi dan program pengembangan UMKM dan klaster komoditas pangan.

Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan Intermediasi perbankan

berjalan dengan baik, dengan kualitas kredit terjaga pada level aman

Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan I 2016 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, terpantau dari perlambatan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, dengan Makassar menjadi motor pertumbuhan industri perbankan. Risiko kredit terpantau relatif aman. Secara kelembagaan, jumlah bank di Sulsel mengalami penambahan. Pada triwulan I 2016, dinamika aktivitas perbankan diwarnai dengan meningkatnya penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). Kondisi demikian mendorong intermediasi perbankan meningkat dengan rasio LDR 122,94% lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (121,05%). Searah dengan pertumbuhan perbankan umum, kinerja perbankan syariah juga menunjukkan perlambatan, namun disisi lain kinerja BPR mengalami percepatan pertumbuhan.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga di Sulsel masih kuat, yang tercermin dari perkembangan penyaluran kredit dan penghimpunan DPK. Kualitas kredit di sektor korporasi sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari NPL sedikit meningkat menjadi 6,81% pada triwulan I 2016. Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga terus tumbuh, sehingga pangsa kredit UMKM terhadap total kredit tetap terjaga di atas 30%.

(9)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

3

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Sesuai siklus ekonomi, kinerja sistem pembayaran meningkat di triwulan I 2016. Kebutuhan uang kartal diindikasikan menurun sebagaimana tercermin dari arus layanan uang tunai yang mengalami net inflow.

Perkembangan kinerja Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah (SPPUR) meningkat pada triwulan I 2016. Transaksi keuangan melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan diimplementasikannya ketentuan batas minimal transaksi melalui BI-RTGS sebesar Rp500 juta dan diberlakukannya kebijakan penambahan waktu pelayanan SKNBI menjadi 5 (lima) kali sehari. Sementara di sisi pengelolaan uang rupiah (PUR) terjadi net

inflow sebesar Rp4,74 triliun. Di sisi lain, jumlah uang yang keluar (outflow) dengan

nilai yang menurun mengindikasikan adanya penurunan kebutuhan uang kartal, sementara tingginya net inflow merupakan siklus di awal tahun setelah momen libur natal dan tahun baru.

Bank Indonesia selalu meningkatkan pelayanan SPPUR1 yang efektif dan handal. Upaya tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan layanan ketersediaan uang layak edar, dengan senantiasa terus mendorong clean money policy melalui kegiatan pengelolaan uang tunai, dengan melakukan pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise, pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang rupiah.

Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Penyerapan tenaga kerja di Sulsel meningkat

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel mencapai 5,11% (Februari 2016) lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2015 (5,80%). Penyerapan tenaga kerja yang baik tersebut, ditengarai sebagai implikasi dari dampak kebijakan pemerintah (dana desa dan paket kebijakan ekonomi). Di samping itu, tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari Nilai Tukar Petani (NTP) hingga triwulan I 2016 secara tahunan terpantau membaik dibandingkan triwulan I 2015. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2015 meningkat dibanding September 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase penduduk miskin di Sulsel (10,12%), tergolong cukup rendah jika dibandingkan Provinsi lain di Sulampua maupun Nasional.

Prospek Perekonomian

Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2016 dan keseluruhan 2016 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan Nasional

Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,6% - 8,0% (yoy). Demikian pula untuk keseluruhan 2016 diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,6% - 8,0% (yoy), membaik dibandingkan 2015. Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II 2016 diperkirakan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan ditopang oleh semua komponen sisi pengeluaran (konsumsi, investasi, dan ekspor luar negeri). Di sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan diperkirakan akan terjadi pada sektor pertanian, sektor pengadaan listrik/gas, sektor konstruksi, dan sektor jasa kesehatan/kegiatan sosial. Faktor risiko yang perlu diwaspadai ke depan adalah berlanjutnya ketidakpastian ekonomi global, rebound-nya harga minyak dunia, pergerakan nilai tukar rupiah, dan permasalahan harmonisasi kebijakan ekonomi pemerintah pusat dan daerah.

Tekanan harga triwulan II 2016 dan sampai dengan akhir 2016 diperkirakan melemah, didukung peningkatan produksi pangan serta lanjutan tren penurunan harga minyak dunia, sehingga terjadi penyesuaian harga administered price. Oleh karena itu, inflasi 2016 diprakirakan tetap terkendali dan berada dalam rentang target

1

Penyingkatan SPPUR merupakan singkatan baru yang diterapkan pada tahun 2015, sebelumnya penyebutan Sistem Pembayaran tunai. Sementara penyebutan SP mengarahkan pada Sistem pembayaran Non Tunai.

(10)

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

inflasi nasional. Namun demikian, koordinasi tetap menjadi kata kunci keberhasilan dalam mengendalikan inflasi, terutama dalam kaitannya dengan upaya menjaga ketersediaan dan kelancaran arus distribusi bahan pangan ke berbagai daerah di Sulsel.

Rekomendasi Kebijakan Percepatan infrastruktur,

peningkatan nilai tambah, dan optimalisasi belanja pemerintah menjadi kunci pertumbuhan perekonomian Sulsel 2016. Selain itu, juga perlu diiringi dengan pengendalian harga terutama untuk komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel.

Untuk mendorong Sulsel sebagai Pilar Utama Pembangunan Nasional dan Simpul Jejaring Akselerasi Kesejahteraan, berikut ini beberapa kebijakan yang dapat disarankan kepada pemerintah daerah: (a) Melakukan pembangunan infrastruktur perhubungan secara tepat waktu; (b) Program peningkatan ekspor diiringi dengan peningkatan kualitas transportasi dan infrastruktur darat dan laut yang memadai, mulai dari kawasan industri hingga ke dan di pelabuhan; (c) Mendorong terciptanya industri dasar hingga menengah (low medium technology) terutama untuk kebutuhan rumah tangga, baik dari sisi ketersediaan investor, tenaga kerja, hingga pemasarannya; (d) Belanja pemerintah yang masih menjadi penopang pertumbuhan Sulsel, perlu dilakukan penyerapan yang makin optimal dan merata sepanjang tahun; (e) Penerapan

smart city, perlu diiringi dengan pembangunan infrastruktur dasar kota, seperti

pedestrian yang nyaman, penerangan jalan utama yang memadai, taman yang tertata, pengelolaan drainase dan saluran air yang terpadu, pengelolaan sampah dan limbah yang mampu menjaga kelestarian lingkungan, serta penggunaan pembayaran nontunai.

Sementara rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan untuk pengendalian harga terutama komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sulsel adalah sebagai berikut: (a) Meyakinkan kepada para pemangku kebijakan terutama di tingkat daerah, bahwa terdapat indikasi telah terjadi praktik pembentukan harga beras yang jauh dari prinsip-prinsip pasar persaingan sempurna; (b) Mendorong pemerintah pusat dan daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) agar merumuskan kebijakan dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk meminimalisir dampak market failures; (c) Mendorong Pemerintah Provinsi untuk menerapkan kebijakan domestic market obligation (DMO); (d) Memberikan masukan kepada pemerintah agar mengevaluasi kembali Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dan beras yang rasional dan obyektif; (e) Mendorong Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) untuk memberikan bantuan dengan menyalurkan beras kepada kelompok miskin terutama pada saat operasi pasar Perum BULOG dinilai kurang berjalan efektif; (f) Pemerintah perlu merevitalisasi Koperasi Unit Desa (KUD) dan Kelompok-kelompok Tani agar mampu berperan efektif sebagai mitra Perum BULOG dalam pengadaan gabah dan beras di lapangan; (g) Memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah (Provinsi/Pemkab/Pemkot) agar tidak mengeluarkan peraturan yang kontra produktif misalnya retribusi/pungutan atau bentuk kebijakan lainnya; (h) Mengundang investor atau menggandeng swasta untuk mendirikan pabrik beras di Sulsel yang mampu menghasilkan beras kualitas premium; (i) Menyiapkan sistem informasi yang simetris dan berkualitas yang mampu menyediakan informasi mengenai data stok dan harga beras di tingkat regional, nasional maupun internasional, yang dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pelaku usaha di bidang perberasan, terutama petani; (j) Mendorong perbankan atau lembaga pembiayaan lainnya di Sulsel agar lebih giat dalam melaksanakan program/kegiatan layanan keuangan inklusif.

(11)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

5

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Tabel

Indikator Ekonomi

A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

2016**

I II III IV I II III IV I II III IV I

MAKRO - Sulawesi Selatan 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95 118.55 121.06 122.13 123.62 - Sulawesi Utara 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13 119.91 121.26 125.20 123.92 - Gorontalo 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96 115.98 117.72 120.22 120.50 - Papua 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30 121.90 121.71 125.51 125.86 - Papua Barat 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00 118.27 120.89 121.33 122.41 - Maluku 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40 121.88 120.41 122.98 123.07 - Sulawesi Tengah 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34 120.46 121.29 125.22 124.42 - Sulawesi Tenggara 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43 117.84 118.00 120.34 121.96 - Sulawesi Barat 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20 118.65 119.84 122.78 122.23 - Maluku Utara 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04 123.67 124.73 127.83 127.64 - Sulawesi Selatan 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.13 8.06 8.36 4.48 5.70 - Sulawesi Utara 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90 - Gorontalo 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28 6.09 7.39 4.30 5.74 - Papua 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83 8.20 7.63 3.59 3.76 - Papua Barat 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7.00 8.25 6.11 5.34 5.53 - Maluku 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08 8.85 7.64 6.15 2.22 - Sulawesi Tengah 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28 6.00 5.36 4.17 6.03 - Sulawesi Tenggara 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81 7.35 6.86 2.27 4.75 - Sulawesi Barat 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68 7.59 6.49 5.07 5.19 - Maluku Utara 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92 8.22 6.6 4.52 5.45 51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621 63,095 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10,729 11,880 14,029 9,809 12,293 13,015 15,191 10,582 12,722 14,526 15,982 10,727 12,842 Pertambangan dan Penggalian 3,016 3,292 3,496 3,436 3,450 3,498 3,793 3,971 3,533 3,780 4,251 4,304 3,623 Industri Pengolahan 7,322 7,769 7,696 7,758 7,648 8,162 8,577 8,890 8,091 8,773 8,951 9,692 9,126 Pengadaan Listrik, Gas 49 49 50 51 51 55 56 60 51 51 53 58 56 Pengadaan Air 71 75 75 74 75 77 77 73 75 77 75 76 79 Konstruksi 6,019 6,343 6,720 6,948 6,494 6,789 7,044 7,340 6,961 7,188 7,689 8,129 7,610 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,114 7,645 7,806 7,624 7,775 8,088 8,619 7,881 8,212 8,623 9,405 8,675 8,973 Transportasi dan Pergudangan 2,020 2,103 2,166 2,164 2,061 2,094 2,181 2,260 2,150 2,243 2,407 2,389 2,427 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 710 730 742 771 765 797 806 815 804 829 855 877 881 Informasi dan Komunikasi 3,332 3,440 3,485 3,511 3,492 3,592 3,733 3,743 3,749 3,860 4,036 4,069 4,055 Jasa Keuangan 1,884 1,944 1,902 1,896 1,950 2,017 2,008 2,090 2,144 2,077 2,194 2,248 2,350 Real Estate 1,919 1,969 2,019 2,026 2,068 2,124 2,164 2,209 2,252 2,284 2,320 2,341 2,411 Jasa Perusahaan 230 233 238 237 245 249 252 254 256 261 270 273 277 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,471 2,510 2,644 2,667 2,510 2,575 2,698 2,772 2,648 2,758 2,949 3,027 2,864 Jasa Pendidikan 2,789 2,781 2,932 3,416 2,916 2,929 3,105 3,523 3,176 3,195 3,402 3,606 3,420 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 927 959 1,004 1,131 1,065 1,093 1,107 1,169 1,144 1,177 1,232 1,292 1,253 Jasa lainnya 665 682 693 696 707 728 747 761 773 788 808 839 849 51,268 54,406 57,699 54,217 1. Konsumsi 32,784 36,021 36,851 40,586 35,255 37,835 38,891 42,129 37,158 39,735 41,045 44,894 39,000 2. Investasi 21,526 24,330 21,015 20,074 20,668 23,151 23,343 22,160 23,068 25,335 26,744 27,333 25,544 3. Ekspor 13,148 12,827 15,256 11,132 14,947 14,401 15,995 14,405 13,861 13,733 14,663 10,301 8,204 4. Impor 16,191 18,772 15,423 17,575 15,306 17,505 16,069 20,301 15,344 16,315 15,574 19,907 9,653 51,268 54,406 57,699 54,217 55,565 57,882 62,159 58,393 58,742 62,488 66,878 62,621 63,095 6.02 7.01 9.25 8.06 8.38 6.39 7.73 7.70 5.72 7.96 7.59 7.24 7.41 403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16 382.89 381.25 333.28 229.37 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96 194.52 216.82 172.10 163.02 300.72 404.71 218.81 126.06 139.10 181.87 149.05 129.39 163.90 172.50 271.92 149.65 123.71 160.04 472.75 216.67 271.29 221.11 258.82 266.39 217.60 326.31 317.63 264.12 273.69 284.89 102.30 (15.43) 198.76 260.13 221.25 271.09 341.58 315.40 180.26 210.39 109.33 183.62 105.66

*) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007 **) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

INDIKATOR 2013* 2014**

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) *** Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

2015**

Catatan: Total PDRB (Rp Miliar) Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta) Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

Sumber : BPS & Ditjen Bea Cukai

Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Juta Ton) Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta) Indeks Harga Konsumen

(12)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

6

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 108,309 113,101 117,572 120,832

-45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420 68,867 72,433 78,467 78,342 Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154 11,820 12,471 13,165 12,894 Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147 34,881 37,491 42,221 38,589 Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 22,166 22,472 23,091 26,859 - -54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 - Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776 34,627 34,876 36,730 37,510 - Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482 16,500 17,476 20,538 20,041 - Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045 36,436 37,558 37,713 38,759 119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43% 127.15% 124.13% 121.05% 122.94% - -54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304 87,563 89,911 94,981 96,310 - Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630 1,788 2,303 2,461 2,681 - Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427 390 383 410 430 - Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035 5,109 5,304 7,487 7,239 - Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382 413 398 379 306 - Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746 4,902 5,417 5,491 5,483 - Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920 29,003 29,373 31,424 31,959 - Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782 2,693 2,672 2,781 2,824 - Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733 4,037 4,024 4,221 4,117 - Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473 2,681 2,388 2,549 2,462 - Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 36,547 37,648 37,777 38,809 - -18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 28,301 28,501 30,641 31,110 - -3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221 6,679 6,880 7,892 8,698 - Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674 5,038 5,144 5,542 6,329 - Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548 1,642 1,735 2,351 2,369 - Konsumsi - - - - - - - - -8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893 11,161 11,580 12,412 12,433 - Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596 6,860 7,039 7,188 7,265 - Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296 4,300 4,541 5,224 5,169 - Konsumsi - - - - - - - -5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313 10,461 10,042 10,337 9,979 - Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488 7,698 7,272 7,577 7,198 - Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825 2,763 2,770 2,760 2,781 - Konsumsi - - - - - - - - -3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36% 3.16% 3.85% 3.19% 3.36% - -4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21% 5.14% 5.40% 4.26% 4.43% - -

-BANK UMUM SYARIAH 0

3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 6,184 6,489 6,975 7,018 - -1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187 3,287 3,382 3,853 3,517 Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547 554 355 598 339 Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488 1,570 1,667 1,765 1,761 Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 1,162 1,360 1,490 1,417 - -2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239 5,582 5,750 5,684 5,817 - Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292 1,535 1,572 1,526 1,659 - Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865 1,015 1,170 1,152 1,143 - Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081 3,033 3,008 3,006 3,015 174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36% 169.84% 170.02% 147.53% 165.43% Catatan: * (<Rp50 juta) ** (Rp50 < X < Rp500 juta) *** (Rp500 juta < X < Rp5 miliar) **** Angka sementara 2012

Kredit Menengah *** (Rp Miliar) Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

INDIKATOR BANK UMUM :

DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

LDR

NPL UMKM gross - Lokasi Bank (%) Kredit UMKM - Lokasi Bank (Rp Miliar)

FDR

Total Aset (Rp Miliar) DPK - Lokasi Bank Pelapor (Rp Miliar)

Pembiayaan - Lokasi Bank (Rp Miliar)

2016**** 2015****

NPL Total gross - Lokasi Bank (%) Kredit Mikro* (Rp Miliar) Kredit - Lokasi Bank (Rp Miliar)

Kredit Kecil ** (Rp Miliar)

2014 2013

(13)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

7

C. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

2016***

I II III IV I II III IV I II III IV I

KAS Inflow (Rp Miliar) 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 Uang Kertas 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184 3,777 4,815 3,791 6,229 Uang Logam 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004 0.001 0.034 0.003 0.002 Outflow (Rp Miliar) 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248 3,703 4,930 3,208 1,490 Uang Kertas 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247 3,699 4,927 3,202 1,485 Uang Logam 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74 4.03 3.59 5.84 4.45 Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 350 502 989 708 748 620 269 403 925 943 719 790 1,316

TRANSAKSI RTGS

From / Outgoing (Rp Miliar) 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951 26,709 19,338 14,217 To / Incoming (Rp Miliar) 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897 31,935 40,378 From - To (Rp Miliar) 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778 4,272 3,478

TRANSAKSI KLIRING

Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757 10,492 11,363 13,952 18,226

Volume Kliring* (Lembar) 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477 279,265 296,973 314,492 346,867

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887 1,027 1,617 4,280 8,917 Volume Kliring Kredit (Lembar) 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547 32,940 53,395 86,793 132,841 RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 10 15 17 11 11 11 13 15 17 27 68 146 RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 608 580 632 663 487 477 490 515 566 540 875 1,378 2,178 Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870 9,465 9,746 9,673 9,309

Volume Kliring Debet (Lembar) 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930 246,325 243,578 227,699 214,026

RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 153 157 156 155 147 150 146 162 145 155 160 154 153 RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737 4,038 3,993 3,614 3,509 Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 322 352 402 325 317 387 287 343 320 312 300 311 304 Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,048 6,621 6,274 6,003 6,040 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 6 7 5 5 6 5 5 5 5 5 5 5 RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 126 126 118 107 119 119 109 94 99 109 103 95 99 Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 221 259 307 251 230 328 231 270 229 212 218 242 221 Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 4,787 5,301 5,012 4,702 4,686 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 98 103 95 87 95 97 86 71 78 87 82 75 77 *) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan

**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari ***) Angka sementara

2015

INDIKATOR 2013 2014

Kliring Debet Penyerahan

(14)

TABEL INDIKATOR EKONOMI

8

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

D. GRAFIK INDIKATOR

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

Kontribusi Perekonomian (PDRB ADHK) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

*) Data Februari 2016

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

*) Data September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

2.92%

11.27%

-1% 1% 3% 5% 7% 9% 11% 13% 15%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 2010 2011 2012 2013 2014* 2015** 2016**

Rasio PDRB KTI terhadap PDB Nasional

Rasio PDRB Sulsel terhadap PDB Nasional

4.92% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 11%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan Ekonomi Nasional (yoy) Pertumbuhan Ekonomi Sulsel (yoy)

7.41% 0 2 4 6 8 10 12 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Konsumsi Rumah Tangga Konsumi LNPRT Konsumsi Pemerintah

PMTB Perubahan Stok Net Ekspor

PDRB -2 0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi

Perdagangan Sektor Lainnya PDRB

%yoy 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Inflasi Nasional (yoy)

Inflasi Sulsel (yoy) BI Rate 100% 110% 120% 130% 140% 150% 160% 170% 180% 190% 200% 0 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016

(Rp Triliun)

Aset

DPK Lokasi Bank Pelapor

Kredit Lokasi Bank

LDR - Skala Kanan 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9% 10% 7200 7400 7600 7800 8000 8200 8400 8600 8800 9000 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015** 2016** (Ribu Orang)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) - Skala Kanan

Jumlah Penduduk 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14% 700 750 800 850 900 950 1000 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015** (Ribu Orang) % Penduduk Miskin - Skala Kanan

Jumlah Penduduk Miskin

% Penduduk Miskin - Skala Kanan

(15)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

9

1.

Bab 1

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulsel pada triwulan I 2016 bila diukur berdasarkan PDRB nilainya mencapai Rp87.989 milyar (ADHB) atau Rp63.095 milyar (ADHK), tumbuh 7,41% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan IV 2015 (7,24%; yoy). Peningkatan pertumbuhan perekonomian terutama disebabkan oleh peningkatan kinerja di sektor sekunder. Pada triwulan I 2016perlambatan pertumbuhan ekspor tidak sedalam impor. Volume maupun nilai ekspor menurun signifikan, terutama ekspor barang pertambangan. Disisi lain, terjaganya daya beli menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016. Secara sektoral, pertumbuhan dikarenakan meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa keuangan dan pendidikan mengalami penguatan. Adapun penahan pertumbuhan berasal dari sektor primer, terutama perlambatan sektor pertanian dan pertambangan dan penggalian dimana sektor-sektor tersebut mengalami perlambatan akibat pergeseran panen dan tren penurunan harga komoditars internasional khususnya nikel.

(16)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

10

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami peningkatan pertumbuhan di triwulan I 2016. Pada triwulan laporan, ekonomi Sulsel tumbuh 7,41% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 7,24% (yoy) pada triwulan IV 2015. Peningkatan pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya kinerja di beberapa sektor antara lain industri pengolahan, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa keuangan dan pendidikan. Di sisi lain, kuatnya sektor unggulan Sulsel yaitu sektor konstruksi dan perdagangan besar dan eceran mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan disebabkan oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi dikarenakan daya beli masyarakat tetap terjaga dengan baik. Selain itu, pertumbuhan investasi yang meningkat pada triwulan 1 2016 didorong oleh kebijakan pemerintah yang telah memulai sebagian lelang proyek di akhir tahun 2015.

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

1.2. Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi di triwulan I 2016 terutama disebabkan oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Pada triwulan I 2016 konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,28% (yoy), meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,36% (yoy). Kelompok pengeluaran lain yang mengalami pertumbuhan yaitu konsumsi LNPRT (4,66%; yoy), konsumsi pemerintah (2,08%; yoy), investasi (PMTB) (9,52%; yoy) dan perubahan inventori (55,01%; yoy).

Ekspor dan impor masih mengalami kontraksi pada periode laporan. Pada triwulan I 2016 ekspor tercatat tumbuh negatif -40,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya -28,49% (yoy). Demikian pula impor juga mengalami kontraksi yang cukup dalam, dari sebelumnya tumbuh -1,94% (yoy) menjadi menjadi -37,09% (yoy) di triwulan laporan.

Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*

Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka Sangat Sementara

6.11 6.21 5.94 5.87 5.54 5.59 5.52 5.58 5.14 4.96 4.97 5.04 4.73 4.66 4.74 5.04 4.92 10.34 8.50 8.64 8.11 6.027.01 9.25 8.06 8.38 6.39 7.73 7.70 5.72 7.96 7.597.24 7.41 0 2 4 6 8 10 12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014* 2015** 2016**

%

yoy Nasional yoy Sulsel

2016**

I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.55 6.18 5.50 5.49 5.92 5.32 5.51 5.03 5.36 5.31 5.28

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 16.60 16.07 8.27 4.93 11.26 -2.49 -2.13 2.90 6.28 1.13 4.66

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.50 -2.19 5.38 -2.12 1.88 7.83 3.17 8.69 11.09 8.15 2.08

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 12.43 9.07 5.91 8.34 8.82 5.26 6.23 10.34 11.10 8.34 9.52

5. Perubahan Inventori -125.90 -74.02 195.94 11.10 -124.47 193.14 76.37 201.48 132.85 -579.81 55.01

6. Ekspor 13.68 12.27 4.84 29.40 14.10 -7.27 -4.64 -8.33 -28.49 -12.04 -40.81

7. Impor -5.47 -6.75 4.19 15.51 1.80 0.25 -6.80 -3.08 -1.94 -2.95 -37.09

PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.36 7.79 7.34 7.24 7.15 7.41

(17)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2016

Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

11

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 1.2. Pangsa PDRB Sulsel Menurut Pengeluaran (ADHB)

Apabila dilihat dari andil terhadap PDRB, komponen konsumsi RT dan PMTB masih menjadi penyumbang terbesar baik di triwulan I 2016 maupun secara keseluruhan 2015. Pangsa konsumsi RT mencapai di atas 50% dari total PDRB, sementara pangsa PMTB mencapai diatas 30% pada triwulan I 2016. Kelompok pengeluaran lain yang memiliki

share cukup tinggi diatas 5% adalah konsumsi pemerintah (di

atas 5%). Sementara kelompok pengeluaran yang memiliki pangsa di bawah 5% adalah net ekspor-impor (-4,14%), konsumsi LNPRT (1%) dan perubahan inventori (1%).

1.2.1 Konsumsi

Secara agregat, pengeluaran konsumsi tumbuh positif, di antaranya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Total konsumsi triwulan I 2016 tumbuh 4,96% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,56% (yoy). Konsumsi rumah tangga berperan dalam pertumbuhan konsumsi di triwulan ini dengan pertumbuhan 5,28% (yoy, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 5,36% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 2,08% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 11,09% (yoy).

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2016 menopang pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga yang relatif terjaga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi periode laporan. Harga BBM yang relatif stabil dan TTL yang turun pada turut mendorong konsumsi rumah tangga. Paket kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang agresif, didorong oleh sejumlah proyek multiyear mendorong optimisme dan keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi sehingga daya beli terjaga. Hal ini terkonfirmasi dari nilai rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2016 yang meningkat (>100) sebesar 116,44 dari sebelumnya 108,37. Serupa dengan IKK, nilai rata-rata Indeks Penjualan Eceran (IPE) mengalami kenaikan sebesar 120,95 dari periode sebelumnya 120,37.

Realisasi belanja pemerintah daerah lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2015. Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2016 tercatat 13,75% atau sebesar Rp637,88 miliar dari yang ditargetkan Rp6,74 triliun. Secara nominal realisasi belanja triwulan I 2016 lebih tinggi dari triwulan I 2015, yang tercatat sebesar Rp631,09 miliar atau 9,53% dari target Rp6,62 triliun. Disisi lain, sampai dengan triwulan I 2016, realisasi anggaran pendapatan daerah mencapai 22,83%, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2015 yang terealisasi 25,87%. Secara nominal, realisasi anggaran pendapatan daerah pada triwulan laporan mencapai Rp1,56triliun dari total target pendapatan tahunan sebesar Rp6,85 triliun.

Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4. Indeks Penjualan Eceran

Konsumsi RT, 56.4% Konsumsi LNPRT, 1.3% Konsumsi Pemerintah, 6.3% PMTB, 38.5% Perubahan Inventori, 1.7% Net Exim, -4.14% Share PDRB Tw I 2016 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 80 90 100 110 120 130 140 150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Growth yoy (%) - Skala Kanan Indeks -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 0 20 40 60 80 100 120 140 160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

Indeks Penjualan Eceran gIndeks - Skala Kanan

(18)

BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI D

12

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2016 Mendorong Nilai Tambah Kota dan Komoditas Unggulan Sulsel

Penyaluran kredit konsumsi menunjukkan kinerja yang meningkat. Kredit konsumsi di triwulan I 2016 tercatat tumbuh 9,22% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang mencapai 7,36% (yoy). Peningkatan terjadi pada pertumbuhan kredit di hampir seluruh sektor, kecuali Kredit Kendaraan Bermotor (KKB). Kredit perlengkapan rumah tangga tumbuh 17,45% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2015 sebesar 3,89% (yoy). Kredit rumah tangga lainnya tumbuh signifikan menjadi 12,93% (yoy), dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh 4,73%. Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) tumbuh dari 4,40% (yoy) menjadi 5,65% (yoy), dan kredit multiguna tumbuh dari 4,73% (yoy) menjadi 12,93% (yoy) pada periode laporan. Adapun KKB mengalami kontraksi -10,62% (yoy).

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.5. Penyaluran Kredit Konsumsi

Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah Sumber: Laporan Bank, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Kendaran Bermotor (KKB) Grafik 1.7. Penyaluran KPR/A

1.2.2 Investasi

Pertumbuhan investasi tetap kuat di triwulan I 2016. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 9,52% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2015 (11,10%; yoy). Realisasi belanja modal APBD di Sulsel tercatat tumbuh lebih lambat 0,12% atau Rp1,05 miliar pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan I 2015 yang mencapai 0,14%. Di sisi lain, belanja modal APBN mengalami peningkatan pada periode laporan. Belanja modal APBN tercatat terealisasi sebesar Rp397,22 miliar atau 7,86% (yoy) dari target Rp19,03 triliun pada triwulan I 2016, lebih tinggi dibanding triwulan I 2015 yang terealisasi Rp120,36 miliar atau 1,56% (yoy) dari target Rp22,5 triliun. Belanja modal APBN didorong oleh penyerapan di sejumlah proyek oleh satuan kerja.

Perlambatan investasi juga terkonfirmasi dari kinerja impor barang modal dan kredit investasi. Impor barang modal tercatat tumbuh -22,46% (yoy) terkontraksi dibandingkan periode sebelumnya 33,42% (yoy). Impor peralatan transportasi (industri) menurun cukup dalam sehingga menjadi salah satu faktor pertumbuhan negatif impor barang modal di periode laporan. Sementara dari sisi pembiayaan, perlambatan investasi juga tercermin dari melambatnya penyaluran kredit investasi di periode laporan yang tumbuh 17,72% (yoy).

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy Rp Triliun

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - Skala Kanan

-20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 % ( yo y) Rp Tr ili u n

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

-10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 2 4 6 8 10 12 14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 % (yo y) R p Tr ili u n

Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/A) Pertumbuhan Kredit - Skala Kanan

Gambar

Grafik 1.10. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel  Grafik 1.11. Perubahan Inventori Produsen Nikel
Grafik 1.20. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas  Grafik 1.21. Pangsa Impor Menurut Kategori
Grafik 1.22. Neraca Perdagangan Bersih   Grafik 1.23. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri
Grafik 1.47. Lalu Lintas Barang di Pelabuhan Makassar  Grafik 1.48. Lalu Lintas Penumpang di Pelabuhan Makassar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan kampanye “Cara Pintar Dalam Berhemat Listrik Prabayar” ini memiliki konsep yaitu sebuah kampanye hemat energi yang dapat merangkul konsumen listrik

Kajian tentang lansia dewasa ini menjadi penting mengingat jumlah populasi lansia terus bertambah dengan upaya untuk menjaga kondisi kesehatan baik fisik maupun psikis

Melalui pengerjaan LKPD 2 ini, siswa diharapkan dapat menemukan sifat-sifat limit fungsi aljabar di suatu titik secara intuitif.. Awali dan akhiri kegiatan pengerjaan LKPD ini

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Berdasarkan data dari pertanyaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa responden menjawab pertanyaan ke lima dengan jawaban “sangat membantu” sebanyak 27 responden

Dalam hal konstruksi mesin perbedaan mesin bensin dan mesin diesel ini mesin diesel lebih cenderung simple tidak terlalu rumit seperti mesin bensin akan tetapi dari segi bobot

Pada Kantor Pemerintah Kota Batam yang khususnya pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kota Batam adalah merupakan dinas yang bergerak