• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCING ULUR BERUMPON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANCING ULUR BERUMPON"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

PANCING ULUR BERUMPON

(3)

KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan

lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id.

Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dari banyak pihak antara lain dari perbankan, lembaga/instansi

(4)

terkait lainnya, asosiasi dan UMKM. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya selama ini.

Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan UMKM

Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat

Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794 Fax. (021) 351.8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan oleh UMKM pada komoditi tersebut.

(5)

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

PANCING ULUR BERUMPON

No Unsur Pembiayaan Uraian

1 Jenis Usaha Pancing Ulur Berumpon

2 Lokasi usaha Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo 3 Dana yang digunakan Investasi : Rp. 222.600.000

Modal Kerja : Rp. 70.493.000 Total : Rp. 293.093.000 4 Sumber dana

a. Modal Sendiri Rp. 175.855.000 b. Kredit : Rp. 117.238.000

(1) Kredit Investasi : Plafond : Rp. 133.560.000

Suku Bunga : 14%

Jangka Waktu : 3 tahun (2) Kredit Modal Kerja Plafond : Rp. 42.495.000

Suku Bunga : 14% Jangka Waktu : 3 tahun

5 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan 6 Kelayakan usaha

A Periode proyek 3 tahun

B Produk Ikan (hasil tangkapan pancing rawai) C Skala proyek Produksi per bulan : 625 kg

D Teknologi Rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan E Pemasaran Produk Konsumen langsung, pedagang pengumpul danindustri pengolah 7 Kriteria kelayakan usaha

NPV Rp 34,818,970

IRR 20.41%

Net B/C Ratio 1.12 Pay Back Period 2.7

BEP Penjualan rata-rata Rp. 271,308,047 BEP Produksi rata-rata 339.135

(6)

No Unsur Pembiayaan Uraian 8 Analisis sensitivitas

(1) Biaya variabel a Biaya variabel naik 2%

NPV Rp 16,268,226

IRR 17.01%

Net B/C Ratio 1.06 Pay Back Period 2.9

Penilaian Layak

b Biaya variabel naik 4,8%

NPV Rp (9,619,707)

IRR 12.21%

Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1

Penilaian Tidak Layak (2) Pendapatan

a Pendapatan turun 2%

NPV Rp 9,243,872

IRR 15.72%

Net B/C Ratio 1.03 Pay Back Period 2.9

Penilaian Layak

b Pendapatan turun 3,5%

NPV Rp (9,937,452)

IRR 12.14%

Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1

Penilaian Tidak Layak (3) Biaya variabel dan pendapatan

Biaya variabel naik 1% dan pendapatan turun 1%

NPV Rp 12,749,866

IRR 16.36%

(7)

No Unsur Pembiayaan Uraian Pay Back Period 2.9

Penilaian Layak

Biaya variabel naik 2,1% dan pendapatan turun 2%

NPV Rp (10,233,111)

IRR 12.09%

Net B/C Ratio 0.97 Pay Back Period 3.1

(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

RINGKASAN ………….………...… iii

DAFTAR ISI ………….………... vi

DAFTAR GAMBAR ...…………... viii

DAFTAR PHOTO ………... viii

DAFTAR TABEL …………..………... ix

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha ………... 3

2.2 Pola Pembiayaan ……..………... 4

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar ………... 7

3.1.1 Permintaan ………... 7

3.1.2 Penawaran ………... 8

3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ... 9

3.2 Aspek Pemasaran ………... 9

3.2.1 Harga ………... 9

3.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..………... 10

3.2.3 Kendala Pemasaran ………... 11

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………... 13

4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ………... 13

4.3 Tenaga Kerja ………... 14

4.4. Teknologi ...………. 15

4.5 Proses Produksi ………... 16

4.6 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ... 19

4.7 Produksi Optimum ………... 19

(9)

Hal BAB V ASPEK KEUANGAN

5.1 Pemilihan Pola Usaha ………...

23

5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ....……...

23

5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional ... 25

5.3.1 Biaya Investasi ………... 25

5.3.2 Biaya Operasional ………... 26

5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ... 27

5.5 Produksi dan Pendapatan ……... 28

5.6 Proyeksi Rugi Laba Usaha dan Break Even Point ... 28

5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha ... 30

5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ... 30

5.9 Hambatan dan Kendala …... 33

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………... 35

6.2 Aspek Dampak Lingkungan ………... 35

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ………... 37

7.2 Saran ………... 38

DAFTAR PUSTAKA ………... 39

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Skema Jalur Pemasaran hasil tangkapan pancing ulur... 11

DAFTAR PHOTO

Photo Hal 1.1 Rumpon dan Konstruksi... 1

2.1 Perahu Pancing Ulur... 3

4.1 Perahu Penampung ………... 14

4.2 Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan ... 15

4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon ... 18

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Volume ikan pelagis besar (ton) yang diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo.. 7

3.2 Pengeluaran untuk ikan, konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007 ... 8

3.3 Produksi hasil tangkapan utama pancing ulur di Propinsi Gorontalo ... 9

3.4 Harga Ikan hasil tangkapan pancing ulur di Gorontalo tahun 2008 ... 10

4.1 Peralatan penangkapan ikan pancing ulur dan rumpon ………... 14

5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan ………... 24

5.2 Komposisi Biaya Investasi (Rp)...………... 25

5.3 Komponen Biaya Operasional (Rp)...………... 26

5.4 Komponen Dan Struktur Biaya Proyek ………...…. 27

5.5 Perhitungan Angsuran Kredit ………... 28

5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ………...…... 28

5.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha ………...…... 29

5.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha ………...…... 29

5.9 Kelayakan Usaha pancing ulur berumpon ………...…… 30

5.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik ………... 31

5.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ...………...…… 32

(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan berburu di laut. Untuk mengurangi tingkat kegagalan, maka nelayan mengubah pola berburu ikan di laut dengan cara menggembalakan ikan untuk kemudian memanennya dengan mudah. Proses penggembalaan ikan dilakukan dengan memanipulasi kebiasaan atau tingkah laku ikan dalam merespon suatu rangsangan dari luar. Dalam hal ini, ikan mempunyai kebiasaan melindungi diri dari mangsa atau mencari mangsa dengan cara berkumpul pada suatu benda yang terapung di permukaan air. Atas dasar tersebut, kemudian nelayan membuat benda terapung buatan untuk mengumpulkan ikan dan menggembalakannya untuk kemudian dipanen. Benda yang sering digunakan untuk mengumpulkan ikan tersebut sering di sebut sebagai rumpon. Berdasarkan penempatannya, rumpon dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rumpon laut dalam dan rumpon laut dangkal.

(14)

Rumpon laut dalam digunakan untuk menangkap jenis-jenis yang sifatnya migratory di laut lepas. Jenis-jenis ikan yang menjadi target tangkapan adalah ikan tuna, tongkol, cakalang, madidihang, layang, dsb. Sebagai daerah migrasi ikan-ikan jenis tuna, nelayan di Teluk Tomini khususnya di Propinsi Gorontalo mengembangkan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan. Selain di Gorontalo, perikanan pancing ulur dan rumpon untuk menangkap ikan tuna juga berkembang di beberapa daerah seperti, perairan Sulawesi, Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Papua.

Untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang kegiatan usaha perikanan rumpon dan pancing ulur, maka dalam buku lending model ini beberapa aspek yang meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan akan dijelaskan. Selanjutnya, dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka buku pola pembiayaan pancing ulur dan rumpon ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website

Bank Indonesia.

(15)

BAB II

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Usaha penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dikombinasikan dengan menggunakan rumpon merupakan kegiatan yang mempunyai prospek cukup baik. Dari sisi hasil tangkapannya, ikan hasil tangkapan pancing ulur di sekitar rumpon mempunyai mutu yang baik (dari kondisi fisik dan biologis). Dengan kondisi hasil tangkapan yang baik, maka hasil tangkapannya tidak mengalami kendala dalam pemasarannya.

Photo 2.1 Perahu Pancing Ulur

Kegiatan ini banyak dioperasikan di Propinsi Gorontalo, khususnya Kota Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango. Usaha pancing ulur sendiri merupakan kegiatan penangkapan yang sederhana dan membutuhkan modal biaya operasi maupun investasi yang rendah. Karena membutuhkan modal usaha yang rendah, maka pancing ulur dioperasikan hampir sebagian nelayan di lokasi kajian.

(16)

Dengan target tangkapan tuna yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, usaha penangkapan ini mempunyai prospek yang cukup baik. Selain tuna, ikan yang biasa tertangkap adalah jenis baby tuna, cakalang dan madidihang.

Unit usaha perikanan pacing ulur dan rumpon terdiri atas satu unit rumpon, 5 unit perahu penangkap dan satu unit perahu pengumpul. Rumpon dan kapal penampung, biasanya dimiliki oleh perusahaan atau milik kelompok, sedangkan kapal penangkap biasanya dimiliki oleh perseorangan. Untuk menjaga dan mengetahui nelayan-nelayan yang melakukan kegiatan di sekitar rumpon, rumpon biasanya dijaga oleh satu orang yang ditugaskan oleh perusahaan atau kelompok. Kapal penangkap yang biasanya dioperasikan oleh 2 orang nelayan, akan meminta ijin kepada penjaga rumpon sebelum operasi penangkapan dilakukan. Bila diijinkan, maka perahu penangkap berkewajiban untuk membayar bagi hasil tangkapannya sebesar 10% dari nilai hasil tangkapannya. Perahu penampung, akan berkeliling antar kapal di rumpon untuk menampung hasil tangkapan nelayan.

Selama ini, nelayan-nelayan di lokasi kajian tidak memiliki hubungan kerjasama atau keterikatan dengan perusahaan penampung atau industri pengolahan ikan. Nelayan bebas melakukan penjualan, karena modal yang mereka butuhkan selama ini dipenuhi oleh Taksi Mina Bahari (TMB), suatu unit ekonomi produktif pemerintah propinsi Gorontalo. Dengan posisi yang seperti ini, maka harga ikan dapat dijaga sehingga tetap menguntungkan nelayan.

2.2. Pola Pembiayaan

Sumber pembiayaan usaha rumpon pancing ulur biasanya berasal dari pengusaha sendiri, bantuan pihak lain maupun dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam. Selain dari beberapa sumber modal tersebut, pada beberapa tahun terakhir nelayan di lokasi kajian juga mendapatkan bantuan permodalan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo.

Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI Unit Gorontalo. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja

(17)

PANCING ULUR BERUMPON

dan atau modal investasi. Dalam pelaksanaannya, pimpinan BRI unit atas mandat yang dimilikinya kemudian menentukan nilai pinjaman yang dapat diberikan. Nilai plafond maksimum yang dapat diberikan adalah Rp 50 juta.

Dalam rangka pemberian kredit perorangan, bank melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah, kemampuan manajemen, kemampuan keuangan meliputi modal dan laba usaha, aspek teknis, kondisi dan prospek usaha serta agunan. Suku bunga untuk skim kredit KUK yang diberikan oleh BRI untuk usaha ini berkisar antara 21-24% per tahun dengan jangka waktu kredit satu hingga dua tahun.

Adapun beberapa prosedur yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit dari bank adalah:

1. Surat pengajuan kredit dari debitur.

2. Pengumpulan data (data keuangan, jaminan). 3. Pembuatan proposal.

4. Pengajuan ke komite kredit.

Beberapa persyaratan lain adalah semua transaksi keuangan dilakukan melalui rekening di bank yang bersangkutan. Biaya administrasi yang ditanggung oleh calon debitur adalah provisi sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 1O/oo (permil), biaya pengikatan jaminan, biaya notaris dan biaya resiko. Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral

(18)
(19)

BAB III

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar

3.1.1. Permintaan

Komoditas hasil tangkapan pancing ulur pada rumpon mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi ikan tuna, cakalang serta tenggiri menjadi komoditas eksport baik yang diperdagangkan langsung dari Gorontalo maupun melalui pedagang pengumpul di kota lain seperti Surabaya, Jakarta, Makassar dan Bali. Secara umum, perdagangan produk tuna dari Propinsi Gorontalo dari tahun ke tahun menunjukkan tingkat yang stabil. Berdasarkan cacatan dari Departemen Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo, produk tuna setelah dikirim ke pedagang pengumpul di kota lain kemudian diekspor ke negara tujuan utama Jepang dan beberapa negara tujuan lainnya.

Tabel 3.1. Volume Ikan Pelagis Besar (ton) yang Diperdagangkan dari Propinsi Gorontalo

No. Jenis ikan 2005 2006 2007

1 Tuna 50.37 15,00 73,40

2 Cakalang 1.718,00 41,10 137,40

3 Tenggiri 32,15 7,30 75,00

4 Tuna loin 292,29 605,00 801,00

Sumber : DKP Propinsi Gorontalo (Data diolah kembali).

Meskipun masih tergolong rendah, permintaan ikan di dalam negeri terus mengalami peningkatan. Bila pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.675 meningkat menjadi Rp. 13.622 pada tahun 2007. Lebih lanjut BPS (2008) melaporkan bahwa tingkat konsumsi rata-rata per kapita seminggu

(20)

untuk ikan dan udang juga mengalami peningkatan, bila konsumsi udang dan ikan segar pada tahun 2005 sebesar 0,252 kg/kapita/minggu kemudian naik menjadi 0,260 kg/kapita/minggu (table 3.2). Dengan jumlah penduduk yang selalu bertambah, dan kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik tentang konsumsi ikan, maka permintaan ikan dari tahun ke tahun akan selalu bertambah besar. Sehingga penambahan produksi ikan di masa yang akan datang menjadi tantangan tersendiri. Disisi lainnya, dari sisi perdagangan luar negeri, performa perdagangan ikan dan udang juga menunjukkan peningkatan. Dengan masih mengandalkan pada produk udang dan tuna, nilai ekspor perikanan meningkat dari US$ 1.324 pada tahun 2005 meningkat menjadi US$ 1.493 pada tahun 2007.

Tabel 3.2 Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007

No. Keterangan Tahun

2005 2006 2007 1 Pengeluaran pangan per kapita (Rp. 1000) 168,8 - 194,2 2 Pengeluaran rata-rata per bulan untuk ikan (Rp.) 10.675 13.374 13.622 3 Konsumsi rata-rata per kapita seminggu

a. Udang dan Ikan segar (kg) 0,252 0,281 0,260 b. Udang dan ikan yang diawetkan (ons) 0,441 0,499 0,523 4 Eksport udang dan ikan (juta US$) 1.324 1.456 1.493

3.1.2. Penawaran

Secara umum, produksi tuna dan cakalang menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Namun demikian, produksi tongkol menunjukkan tingkat produksi yang menurun dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Harga jual produk yang stabil dan tinggi mendorong untuk melakukan proses penangkapan yang lebih intensif. Disisi lainnya, tren peningkatan nilai produksi dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa kondisi perairan di lokasi kajian masih belum menunjukkan gejala lebih tangkap (Tabel 3.3.)

(21)

PANCING ULUR BERUMPON

Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo

Komoditi

utama 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tuna 1.752,5 3.448,7 3,342,2 1.881 4.508 5.375 4.394 Cakalang 1.847,2 2.186 2.057,9 2.147,5 4.021 5.004 4.427 Tongkol 2.704,4 4.816 3.816,9 8.308,5 3.635 5.573 4.546 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo.

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Dalam prakteknya, kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di rumpon ini tidak terjadi persaingan dalam proses pemasaran hasil. Persaingan terjadi pada proses penangkapan ikan, dimana rumpon yang tersedia di lokasi kajian belum optimal untuk menampung seluruh armada penangkapan ikan yang ada.

Karena produk ikan yang relatif sulit dalam pengolahannya dan harga ikan yang lebih mahal dibandingkan dengan produk protein hewani lainnya seperti ayam atau telur ayam, maka pesaing utama dari perdagangan ikan ini adalah produk-produk substitusi yang memang sudah cukup dikenal masyarakat baik dari sisi kebiasaan atau cara pengolahannya.

3.2. Aspek Pemasaran

3.2.1. Harga

Ikan yang dihasilkan dari kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur di rumpon ini cukup banyak, seperti tuna, cakalang, tenggiri dan baby tuna. Harga jual dari produk tangkapan usaha ini secara rata-rata adalah Rp. 19.800 per kg. Secara umum, selama ini nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan, Harga ikan biasanya ditentukan oleh pedagang pengumpul yang mengambil hasil

(22)

tangkapannya di laut. Sementara itu, pada tahapan rantai pemasaran selanjutnya, pedagang pengumpul juga tidak mempunyai kekuatan untuk menentukan harga ikan pada saat menjual ikan kepada pedagang besar antar pulau. Pada level nelayan, harga jual untuk ikan tuna adalah sebesar Rp. 27.000/kg dan cakalang dijual dengan nilai Rp. 20.000/kg. Sedangkan baby tuna dijual dengan harga Rp. 12.500/kg.

Tabel 3.4 Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008

NO Produk Harga (Rp./kg)

1 Tuna (Thunnus sp) 27.000 2 Cakalang (Katsuwonus sp) 20.000

3 Baby tuna 12.500

3.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Penjualan produk usaha pancing ulur ini dapat dilakukan sendiri oleh nelayan atau melalui pedagang pengumpul (toke) untuk kemudian diekspor atau dijual langsung ke konsumen. Pola pemasaran produk pancing ulur ini secara umum terbagi tiga, yaitu :

a. Nelayan menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kota yang sama dengan daerah produsen pancing ulur yang bersangkutan.

b. Nelayan atau pengumpul menjual ikan ke pengolah untuk kemudian di pasarkan ke luar negeri.

c. Pedagang besar di Gorontalo, kemudian menjual ikan kepada pedagang eksportir di Jakarta, Bali dan Surabaya.

d. Pedagang eksportir kemudian mengekspor ikan ke luar negeri.

(23)

PANCING ULUR BERUMPON

Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Pancing ulur

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang dihadapi oleh usaha pancing ulur adalah fluktuasi hasil tangkapan karena berubahnya sistem musim. Selain itu, lemahnya pemasaran dimana jalur-jalur pemasaran masih dikuasai oleh pedagang perantara, menyebabkan nelayan kurang mempunyai posisi tawar yang baik.

Pedagang eksportir

Konsumen luar negeri

Pengumpul Pedagang besar

Konsumen lokal Pengolah Nelayan

(24)
(25)

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Kegiatan ini berlokasi di Kota Gorontalo, Propinsi Gorontalo. Lokasi ini berhadapan langsung dengan Teluk Tomini, yang merupakan lokasi penangkapan ikan bagi perahu pancing ulur. Untuk melakukan aktivitas penangkapan, rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan dilepas di lepas pantai untuk beberapa hari. Selanjutnya, dengan mendatangi rumpon yang telah dipasang sebelumnya kemudian nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon.

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Fasilitas produksi yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: rumpon, perahu penangkap ikan dan perahu penampung (Tabel 4.1). Dalam satu unit usaha pancing ulur dengan rumpon ini, terdiri atas 1 unit rumpon, 5 unit kapal penangkap dan 1 kapal penampung. Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan mempunyai ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m. Untuk menggerakkan perahu tersebut dibutuhkan mesin perahu dengan kekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan biasanya mempunyai panjang 21m, lebar 3 m dan tinggi 1,4 m. Mesin penggerak perahu penampung berkekuatan 90 PK. Pada operasi penangkapan yang dikombinasikan dengan rumpon, rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Perahu biasanya dibeli jadi dari Sulawesi Tengah, sedangkan bagan dan pancing ulur dibuat sendiri.

(26)

Photo 4.1 Perahu Penampung

Tabel 4.1 Peralatan Penangkapan Ikan Pancing Ulur dan Rumpon

No. Keterangan unit usahaJumlah/ Harga satuan 1 Kapal penangkap Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m 5 5.000.000 Pancing ulur 25 20.000 Mesin Penggerak 5,5 PK 5 3.500.000 2 Kapal penampung Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m 1 60.000.000 Mesin Penggerak 90 PK 1 80.000.000 3 Rumpon Rumpon (3X12X3m) 1 39.000.000 4 Biaya lainnya Biaya Surat-surat 1 600.000 4.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari 2 orang untuk masing-masing perahu penangkap ikan, 1 orang penunggu rumpon dan 5 orang yang mengoperasikan perahu penampung. Total tenaga kerja yang terlibat dalam satu unit usaha kegiatan ini adalah 16 orang. Jurumudi/kapten perahu penangkap ikan, biasanya adalah pemilik perahu, dibantu oleh tenaga kerja lainnya, yang biasanya

(27)

PANCING ULUR BERUMPON

diambil dari anggota keluarga yang lain. Sedangkan penjaga rumpon, adalah orang yang diberikan kepercayaan oleh kelompok atau perusahaan untuk menjaga dan mencatat perahu-perahu yang melakukan penangkapan di rumpon. Lima orang yang mengoperasikan kapal penampung, selain membeli ikan-ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga membawa perbekalan penangkapan ikan untuk perahu-perahu penangkap ikan. ABK perahu-perahu penampung adalah anggota kelompok. Bila perahu penampung milik perusahaan, maka ABK adalah tenaga kerja yang dibayar oleh perusahaan. Untuk kapal penampung milik kelompok, ABK akan mendapatkan bayaran sebesar 70% dari nilai hasil tangkapan setelah dikurangi perguliran (30% dari total hasil tangkapan), biaya operasional dan biaya perawatan (30% dari 70% hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional).

Photo 4.2. Nelayan Sedang Melakukan Pemancingan

4.4. Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam operasi penangkap ikan ini masih sangat sederhana. Upaya untuk mengumpulkan ikan dilakukan dengan menggunakan rumpon. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hasil tangkapan, utamanya untuk mengurangi stress ikan dan banyaknya darah yang keluar, nelayan di Gorontalo

(28)

menggunakan jaket tuna, yaitu kerangka besi seperti tabung yang digunakan untuk mengurangi gerak ikan setelah ditangkap dengan pancing.

Pada kegiatan penangkapan ikan dengan pancing ulur yang dilengkapi rumpon ini, ketergantungan kegiatan penangkapan ikan terhadap rumpon sangat tinggi. Sehingga, teknologi rumpon yang diterapkan akan sangat menentukan keberhasilan penangkapan ikan. Dalam banyak kesempatan, rumpon ini sering terbawa oleh gelombang yang besar dan rusak. Oleh sebab itu, teknologi rumpon yang lain dengan memanfaatkan drum plastic atau dari bahan besi bisa dijadikan alternatif perbaikan teknologi yang ada.

4.5. Proses Produksi

Proses produksi pancing ulur yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur. Proses penangkapan ikan dengan pancing ulur adalah sebagai berikut:

1. Persiapan, yaitu mempersiapkan seluruh perbekalan ke laut dan anak buah kapal yang terlibat dalam operasi penangkapan ikan. Persiapan biasanya dilakukan pada waktu subuh atau menjelang pagi hari.

2. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan, setelah persiapan selesai, armada penangkapan kemudian menuju daerah penangkapan (rumpon) yang telah direncanakan. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan biasanya akan memakan waktu 2-4 jam dari pelabuhan perikanan. Kira-kira pukul 06.00-08.00 WITA perahu penangkapan ikan sudah sampai di daerah penangkapan ikan yang menjadi tujuan penangkapan ikan.

3. Pemasangan pancing, bila ikan di sekitar rumpon dinilai layak, dari segi jumlah ikan dan keselamatan operasi penangkapan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Untuk dapat mengoperasikan pancing ulur di sekitar rumpon, maka nelayan harus meminta ijin terlebih dahulu. Bila diijinkan kemudian dilakukan penambatan perahu ke rumpon, dan perahu penangkap siap beroperasi. Penjaga rumpon kemudian mencatat

(29)

PANCING ULUR BERUMPON

nelayan yang menangkap di rumponnya. Nama-nama nelayan tersebut kemudian dilaporkan kepada pemilik/pengurus rumpon di darat untuk kemudian dijadikan dasar penagihan kepada pengumpul ikan dimana hasil tangkapan nelayan-nelayan tersebut dijual.

4. Perendaman pancing, untuk memberi kesempatan ikan datang mendekati mata pancing dan memakan umpan yang ada di mata pancing, pancing direndam selama kurang lebih 2 jam. Untuk mendapatkan umpan, nelayan melakukan penangkapan umpan terlebih dahulu. Umpan ditangkap dengan jenis pancing yang berukuran lebih kecil. Pada proses perendaman pancing ini, biasanya nelayan akan membuat variasi dengan cara menyentak-nyentakkan senar pancing. Kegiatan ini dilakukan terus menerus sampai mata pancing dimakan ikan atau umpan hilang. Bila umpan sudah habis atau hilang maka kemudian dilakukan proses pemasangan umpan dan memancing lagi.

5. Pengangkatan pancing, bila mata pancing dimakan oleh ikan, maka nelayan kemudian melakukan proses pengangkatan pancing. Untuk proses pengangkatan pancing, diperlukan keahlian khusus, karena ikan yang ditangkap berukuran besar. Bila umpan dimakan ikan, maka nelayan akan mengulur senar pancing dan kemudian menarik mendadak dengan menyentak senar. Selanjutnya secara perlahan ikan ditarik ke perahu.

6. Pemasangan ulang, bila belum membuahkan hasil tangkapan, dan hasil tangkapan belum mencukupi secara ekonomi akan dilakukan proses penangkapan ulang.

7. Penjualan hasil tangkapan, hasil tangkapan nelayan yang sudah masuk kelompok biasanya akan ditampung oleh perahu penampung, akan tetapi bagi nelayan non-anggota dapat menjual hasil tangkapannya dimana saja.

(30)

8. Kembali ke fishing base, bila hasil tangkapan telah mencukupi atau bila waktu operasi telah lebih dari 12 jam, maka kemudian diputuskan untuk kembali ke fishing base. Secara umum, nelayan-nelayan di lokasi kajian akan sampai di fishing base (pelabuhan perikanan) sekitar pukul 14.00 – 16.00 WITA.

Photo 4.3 Rangkaian Perahu Penangkap di Sekitar Rumpon

Karena laut merupakan wahana multifungsi, maka pemasangan rumpon harus memperhatikan beberapa hal:

a) Tidak mengganggu alur pelayaran. b) Jarak antar rumpon minimal 10 mil laut.

c) Tidak dipasang dengan cara pemasangan yang mengakibatkan efek pagar (zig-zag).

(31)

PANCING ULUR BERUMPON

Selanjutnya, berdasarkan Kep.30/MEN/2004 tentang pemasangan dan pemanfaatan rumpon, maka pengajuan ijin pemasangan rumpon diatur dengan ketentuan sbb.:

a) Pemasangan pada perairan dengan jarak 2 mil laut sampai 4 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota.

b) Pemasangan pada perairan dengan jarak 4 mil laut sampai 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Propinsi.

c) Pemasangan pada perairan dengan jarak di atas 12 mil laut dari garis pantai pada titik surut terendah sampai ZEE ijin diberikan dari Dinas Kelautan dan Perikanan di tingkat Kabupaten/Kota.

4.6. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Jenis ikan yang dihasilkan dari proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur di sekitar rumpon ini adalah tuna, cakalang, baby tuna, tenggiri dan beberapa jenis ikan lainnya. Secara umum, dalam satu kali operasi penangkapan ikan akan dihasilkan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 15 kg ikan per perahu penangkap ikan. Ini dengan asumsi bahwa dalam setiap 3 hari dihasilkan 1 ekor ikan tuna yang bobotnya mencapai 50 kg/ekor, atau produk lain yang setara. Karena ikan tuna ditangkap dengan menggunakan pancing maka mutu ikan terjamin. Disamping itu, inovasi dalam mengurangi gerakan ikan dengan menggunakan jaket tuna juga mempertinggi kualitas ikan hasil tangkapan.

4.7. Produksi Optimum

Seperti kegiatan menangkap ikan pada umumnya, maka faktor cuaca dan musim memegang peranan yang sangat penting. Pada musim ikan, dengan asumsi setiap hari tertangkap ikan tuna dengan bobot 34 kg, maka dalam sebulan (25

(32)

hari kerja) sudah mampu menghasilkan ikan sebanyak 850 kg. Bila dalam satu unit penangkapan pancing ulur 5 kapal penangkap, maka secara total akan dihasilkan 4.250 kg.

Tuna yang menjadi target utama penangkapan, tidak tertangkap sepanjang tahun, melainkan hanya sekitar 6 bulan saja. Musim tuna berkisar antara bulan September sampai dengan Februari. Sedangkan untuk target penangkapan ikan yang lainnya, akan ditemukan sepanjang tahun namun dengan jumlah dan jenis yang bervariasi.

Photo 4.4 Hasil Tangkapan Pancing Ulur

4.8. Kendala Produksi

Faktor kritis usaha penangkapan ikan adalah cuaca buruk. Bila musim gelombang tinggi tiba, maka nelayan yang menggunakan kapal relatif kecil tidak bisa melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Pada musim seperti ini, rumpon-rumpon rusak dan tidak jarang yang putus dan hilang.

(33)

PANCING ULUR BERUMPON

Bila rumpon hilang, maka kegiatan penangkapan juga akan terhenti. Agar produksi terus bisa dilakukan, maka penentuan lokasi penempatan rumpon menjadi kunci terhadap keberhasilan dan keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dengan rumpon.

Disisi yang lainnya, usaha ini juga mendapatkan persaingan dari armada penangkapan lain, yaitu purse seine yang juga melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon. Bila purse seine sudah melakukan penangkapan ikan di sekitar rumpon, maka ikan-ikan yang ada di sekitar rumpon khususnya tuna akan berpencar sehingga menyulitkan proses penangkapan ikan dengan menggunakan pancing ulur.

(34)
(35)

BAB V

ASPEK KEUANGAN

Analisa aspek keuangan diperlukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pancing ulur rumpon.

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah pancing ulur berumpon. Kegiatan ini mempunyai prospek yang cukup baik, mengingat komoditas yang dihasilkan adalah produk yang diekspor sehingga harga jual dan permintaan pasar bisa terjamin.

Agar menjadi suatu kegiatan usaha yang utuh, maka pola usaha ini merupakan kegiatan yang terintegrasi antara pancing ulur (5 unit), rumpon (1 unit) dan perahu penampung (1 unit). Kapal penangkap yang digunakan untuk operasi penangkapan berukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 meter, dengan tenaga penggerak berkekuatan 5,5 PK. Sedangkan kapal penampung yang digunakan berdimensi (pxlxt) 21 x 3 x 1,4 meter. Sebagai penggerak perahu penampung adalah mesin inboard berkekuatan 90 PK. Rumpon yang digunakan mempunyai ukuran 3 x 12 x 3 meter. Untuk mengoperasi 1 unit usaha ini dibutuhkan 16 tenaga kerja terdiri dari 10 nelayan penangkap (2 orang x 5 perahu), 1 orang penjaga rumpon dan 5 orang ABK perahu penampung.

5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Untuk analisa kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya, sebagaimana terangkum dalam Tabel 5.1. Dalam kegiatan ini diasumsikan periode proyek 3 tahun dimana dalam kegiatan per tahunnya hanya mempertimbangkan 6 bulan musim ikan. Dalam kegiatan ini juga

(36)

diasumsikan produksi ikan secara total adalah 4.250 kg/bulan dari hasil tangkapan tuna dan beberapa ikan tangkapan sampingan lainnya. Dengan asumsi 50% ikan hasil tangkapan tuna dan 50% ikan lainnya kemudian dengan menggunakan rata-rata terbobot diasumsikan harga ikan rata-rata-rata-rata terbobot Rp. 21.600/kg.

Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah

1 Periode proyek tahun 3

2 Bulan kerja tahun bulan 6

3 Output, Produksi dan Harga:

a. Produksi ikan per bulan kg 4.250

b. Produksi ikan per hari kg 170,0

c. Harga penjualan ikan Rp/kg 21.600

d. Lama menunggu pendapatan hari 1

e. Hasil penjualan hari 1

f. Keberhasilan produksi persen 100% 4 Tenaga kerja :

a. Produksi orang 16

b. Waktu kerja per bulan hari 25

5 Penggunaan input dan harga:

a. BBM liter/bln 850

b. Harga BBM Rp/liter 8.000

6 Suku Bunga per Tahun % 14%

7 Proporsi Modal :

a. Kredit % 60%

b. Modal Sendiri % 40%

8 Jangka waktu Kredit tahun 3

(37)

PANCING ULUR BERUMPON

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pancing ulur berumpon dibedakan menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal pendirian usaha yang meliputi perahu, mesin dan alat tangkap. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi.

5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal usaha pancing ulur berumpon ini meliputi rumpon, pancing ulur, serta perahu penangkap dan perahu penampung beserta mesin penggeraknya. Total biaya yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 222.600.000. Komponen terbesar adalah kapal penampung (62,64%) kemudian kapal penangkap (19,24%) dan rumpon (17,90%) (Tabel 5.2). Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 2.

Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp)

No Komponen Biaya Jumlah Fisik per SatuanHarga Rp Jumlah Biaya Rp 1 Kapal penangkap 43.000.000 a. Kapal Ukuran 6,0 x 0,6 x 0,7 m 5 5.000.000 25.000.000 b. Pancing ulur 25 20.000 500.000 c. Mesin Penggerak 5,5 PK 5 3.500.000 17.500.000 2 Kapal penampung 140.000.000 a. Kapal Ukuran 21 x 3,0 x 1,4 m 1 60.000.000 60.000.000 b. Mesin Penggerak 90 PK 1 80.000.000 80.000.000 3 Rumpon Rumpon 1 39.000.000 39.000.000 4 Biaya lainnya Biaya Surat-surat 1 500.000 600.000 Jumlah 222.600.000

(38)

5.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional dalam usaha pancing ulur berumpon meliputi biaya operasional perahu penangkap, perahu penampung dan perawatan rumpon. Untuk pengoperasi perahu penangkap dibutuhkan Rp. 4.450.000 per bulan. Pengoperasian kapal penampung, memerlukan Rp. 55.990.000 per bulan dan untuk perawatan rumpon dibutuhkan Rp. 300.000 per bulan ( Tabel 5.3 serta Lampiran 3 dan 4).

Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp)

No Struktur biaya Satuan Jumlah Fisik Biaya persatuan Rp Jumlah biaya 1 bulan Rp Jumlah biaya 1 tahun Rp I Kapal Penangkap 4.450.000 26.700.000 1 Perbekalan Rp 125 4.000 500.000 3.000.000 2 BBM (solar) Liter 250 8.000 2.000.000 12.000.000 3 Oli Liter 25 24.000 600.000 3.600.000

4 Perawatan Kapal Trip 5 100.000 500.000 3.000.000 5 Perawatan alat tangkap Trip 5 70.000 350.000 2.100.000 6 Perawatan Mesin Trip 5 100.000 500.000 3.000.000 II Kapal Penampung 55.990.000 335.940.000 1 Perbekalan Rp 25 2.000.000 50.000.000 300.000.000 2 BBM (solar) Liter 600 8.000 4.800.000 28.800.000

3 Es Balok 100 10.000 1.000.000 6.000.000

4 Oli Liter 5 24.000 120.000 720.000

5 Perawatan alat tangkap Trip 1 70.000 70.000 420.000 III Perawatan rumpon Rp 1 300.000 300.000 1.800.000 IV Upah ABK RP 16 609.563 9.753.000 58.518.000 Total Biaya Variabel 70.493.000 422.958.000

(39)

PANCING ULUR BERUMPON

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Untuk menjalankan satu unit usaha pancing ulur berumpon ini dibutuhkan dana sebesar Rp. 293.093.000, dimana Rp. 117.237.200 berasal dari modal sendiri (40%), dan 60% lainnya (Rp. 175.855.800) berasal dari pinjaman bank. Dalam kegiatan ini diasumsikan modal kerja diberikan bersamaan dengan pemberian kredit investasi. Sehingga jangka waktu kredit dihitung secara bersama-sama dengan kredit investasi. Kredit investasi dan kredit modal kerja akan dikembalikan dalam jangka waktu 3 tahun dengan suku bunga 14%.

Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek

No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya (Rp)

1 Biaya Investasi 222.600.000

a. Kredit ±60% 133.560.000

b. Modal Sendiri ±40% 89.040.000

2 Biaya Modal Kerja 70.493.000

a. Kredit ±60% 42.295.800

b. Modal Sendiri ±40% 28.197.200

3 Total Biaya Proyek 293.093.000

c. Kredit ±60% 175.855.800

d. Modal Sendiri ±40% 117.237.200

Kewajiban pengusaha dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran bunga dilakukan setiap bulan selama jangka waktu kredit. Rekapitulasi jumlah angsuran kredit pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5. sedangkan perhitungan jumlah angsuran kredit perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 5 dan 6.

(40)

Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit

Tahun Angsuran Pokok Angsuran Bunga AngsuranTotal Saldo Awal Saldo Akhir 175.855.800 175.855.800 1 58.618.600 21.377.852 79.996.452 175.855.800 117.237.200 2 58.618.600 13.171.248 71.789.848 117.237.200 58.618.600 3 58.618.600 4.964.644 63.583.244 58.618.600 0 5.5. Produksi dan Pendapatan

Berdasarkan kapasitas yang ada,hasil tangkapan dengan pancing ulur per bulan sebanyak 2.250 kg ikan tuna, 1.000 kg cakalang dan 1.000 kg baby tuna. Usaha ini diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan rata-rata harga jual ikan sebesar Rp 21.600 per kg, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan untuk memperoleh pendapatan sebesar Rp 93.250.000 per bulan. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 4.

Tabel 5.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

No Produk Volume Unit Harga Jual Penjualan 1 Bulan 1 Tuna 2.250,0 kg 27.000 60.750.000 2 Cakalang 1.000,0 kg 20.000 20.000.000 3 Baby tuna 1.000,0 kg 12.500 12.500.000

TOTAL 93.250.000

5.6. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP)

Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pancing ulur telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas 100%) sebesar Rp 44.664.148 dengan nilai profit on sales 6,89%, dan mengalami peningkatan laba hingga tahun ke-3 yang berjumlah Rp 51.915.753 dengan profit on sales 9,43% (Tabel 5.7).

(41)

PANCING ULUR BERUMPON

Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha

No Uraian Tahun 1 2 3 A Penerimaan Total Penerimaan 550.800.000 550.800.000 550.800.000 B Pengeluaran i. Biaya Variabel 422.958.000 422.958.000 422.958.000 ii. Depresiasi 49.800.000 49.800.000 49.800.000 iii. Angsuran Bunga 21.377.852 13.171.248 4.964.644 iv. Biaya Pemasaran/Distribusi 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Pengeluaran 506.135.852 497.929.248 489.722.644 C R/L Sebelum Pajak 44.664.148 52.870.752 61.077.356 D Pajak (15%) 6.699.622 7.930.613 9.161.603 E Laba Setelah Pajak 37.964.526 44.940.139 51.915.753

F Profit on Sales 6,89% 8,16% 9,43%

G BEP: Rupiah 306.665.734 271.308.047 235.950.359 kg 383.332 339.135 294.938

Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp. 306.665.734 pada tahun ke-1 hingga Rp. 235.950.359 pada tahun ke-3. Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 7.

Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha

Uraian Nilai

Laba per tahun Rp. 44.940.139

Profit Margin 8,16%

BEP: Rupiah Rp. 271.308.047

(42)

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha

Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan ikan hasil tangkapan selama satu tahun. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga dan pajak penghasilan.

Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio). Usaha pancing ulur berumpon dengan menggunakan asumsi yang ada menghasilkan NPV Rp 34.818.970 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR adalah 20,41% dan Net B/C Ratio 1,12. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang ada menunjukkan bahwa usaha pancing ulur ini layak untuk dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 2,7 tahun. Proyeksi arus kas untuk kelayakan usaha pancing ulur berumpon selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 8.

Tabel 5.9. Kelayakan Usaha Pancing Ulur Berumpon

No Kriteria Nilai Justifikasi Kelayakan

1. NPV (Rp) Rp. 34.818.970 > 0

2. IRR 20,41% > 14%

3. Net B/C Ratio 1,12 > 1,00

4. Pay Back Period 2,7 tahun < 3 tahun

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi

(43)

PANCING ULUR BERUMPON

sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:

(1). Skenario I

Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan baku dan bahan pembantu maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel 5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 9 dan 10.

Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik

No Kriteria Naik 2% Naik 4,8%

1. NPV (Rp) Rp. 16.268.226 - Rp. 9.619.707

2. IRR (%) 17,01% 12,21%

3. Net B/C Ratio 1,06 0,97

4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun

Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario I, biaya variabel mengalami kenaikan 2% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 2%, Net B/C Ratio masih lebih dari satu, NPV positif dan IRR mencapai 17,01% serta PBP 2,9 tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada suku bunga 14% dengan kenaikan biaya variabel sebesar 2% maka proyek ini layak dilaksanakan. Pada kenaikan biaya variabel sebesar 4,8% menunjukkan kinerja sudah tidak layak lagi.

(44)

(2). Skenario II

Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan produk hasil tangkapan yang dapat terjual atau penurunan harga jual ikan hasil tangkapan, sedangkan biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 11 dan 12.

Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun

No Kriteria Turun 2% Turun 3,5%

1. NPV (Rp) Rp. 9.243.872 - Rp. 9.937.452

2. IRR (%) 15,72% 12,14%

3. Net B/C Ratio 1,03 0,97

4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun

Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar 2% diperoleh NPV positif, Net B/C Ratio lebih dari satu dengan IRR mencapai 15,72%. Dapat disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan sebesar 2% proyek tersebut layak dilaksanakan. Namun demikian, penurunan lebih dari 3,5% sudah tidak menunjukkan performa usaha yang layak lagi.

(3). Skenario III

Pada Skenario III, sensitivitas dilakukan dengan mengkombinasikan sensitivitas pada skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 13 dan 14.

(45)

PANCING ULUR BERUMPON

Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi

No Kriteria Biaya Variabel Naik 1% dan Pendapatan Turun 1% Biaya Variabel Naik 2,1% dan Pendapatan Turun 2% 1. NPV (Rp) Rp. 12.749.866 - Rp. 10.233.111 2. IRR (%) 16,36% 12,09% 3. Net B/C Ratio 1,04 0,97

4. Pay Back Period 2,9 tahun 3,1 tahun

Analisis sensitivitas menurut Skenario III, diasumsikan terjadi penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel. Pada penurunan pendapatan 1% dan kenaikan biaya variabel masing-masing sebesar 1%, proyek tersebut masih layak dilaksanakan tingkat suku bunga 14% menghasilkan Net B/C Ratio lebih dari satu dan NPV positif serta IRR 16,36% (untuk kenaikan biaya 1%). Usaha sudah tidak menunjukkan tingkat kelayakannya pada tingkat penurunan pendapatan sebesar 2% dan peningkatan biaya variabel sebesar 2,1%.

5.9. Hambatan dan Kendala

Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pancing ulur berumpon adalah perubahan musim dan cuaca buruk. Pada cuaca buruk, tidak jarang rump[on yang dipasang dilaut putus dan hilang. Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk mencadangkan dana pembelian rumpon baru.

(46)
(47)

BAB VI

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN

DAMPAK LINGKUNGAN

6.1. Aspek Ekonomi dan Sosial

Sebagian besar kegiatan usaha masyarakat Kota Gorontalo khususnya dan Propinsi Gorontalo pada umumnya adalah bertani, berkebun atau nelayan. Sementara sebagian besar penduduk bermata pencaharian di bidang pertanian, perkebunan, perikanan dan pegawai negeri. Roda perekonomian, selain dari perdagangan hasil pertanian dan perikanan, juga dari gaji pegawai negeri.

Keberadaan usaha pancing ulur berumpon mampu meningkatkan pendapatan nelayan di daerah yang bersangkutan. Adanya usaha pancing ulur berumpon ini juga mendorong berkembangnya usaha perdagangan dan pengolahan, sehingga meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan nilai tambah usaha.

Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberi manfaat yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah.

6.2. Aspek Dampak Lingkungan

Proses produksi dalam usaha pancing ulur berumpon akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa ikan atau kotoran ikan yang dibuang. Limbah-limbah padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai menjadi bahan-bahan anorganik unsur hara tanah.

(48)

Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian ikan yang umumnya langsung dibuang ke laut tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama limbah ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Pembuatan bak penampung limbah cair sederhana dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang dihasilkan dari usaha pancing ulur berumpon.

(49)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

a. Usaha pancing ulur berumpon mempunyai peranan penting dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga bagi masyarakat nelayan.

b. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan usaha pancing ulur berumpon selain faktor cuaca dan pemilihan lokasi penangkapan juga keterampilan nelayan. c. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk usaha pancing ulur berumpon adalah

Rp 293.093.000, yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 175.855.000) dan modal sendiri 40% (Rp. 117.238.000), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja adalah sebesar Rp 70.493.000 yang dibiayai dari pinjaman kredit 60% (Rp 42.295.000) dan biaya sendiri 40% (Rp 28.197.000), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit selama 3 tahun.

d. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha pancing ulur berumpon sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp.34.818.970, IRR 20,41%, Net B/C 1,12 dan PBP 2,7 tahun. Industri ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank.

e. Usaha pancing ulur berumpon ini sensitif terhadap kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan.

f. Pengembangan usaha pancing ulur berumpon memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

(50)

7.2. Saran

a. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, usaha pancing ulur berumpon ini, layak untuk dibiayai.

b. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek keuangan dan manajemen pembukuan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2005. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2006. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo.

Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. 2007. Perikanan Dalam Angka 2005. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Gorontalo. Gorontalo.

BPS. 2008. Perkembangan beberapa indikator sosial ekonomi Indonesia. BPS. Jakarta

(52)
(53)
(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1 Asumsi Untuk Analisis Keuangan ... 43 2 Biaya Investasi ...………... 44

3 Biaya Variabel ...………... 45

4 Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor ... 46 5 Angsuran Kredit Investasi (Suku bunga 14%)....……….... 47 6 Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku bunga 14%)...………. 48 7 Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)...……….... 49 8 Proyeksi Arus Kas ...……….... 50 9 Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2% ... 51 10 Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 4,8% ...….. 52 11 Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 2% ...…….. 53 12 Analisis Sensitivitas : Penurunan Pendapatan 3,5% ...… 54 13 Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 1% dan Penurunan

Pendapatan 1% ... 55 14 Analisis Sensitivitas : Kenaikan Biaya Variabel 2,1% dan Penurunan

Pendapatan 2% .……...………... 56 15 Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Kelayakan Usaha... 57

(55)

PANCING ULUR BERUMPON

Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah

1 Periode proyek tahun 3

2 Bulan kerja tahun bulan 6

3 Output, Produksi dan Harga:

a. Produksi ikan per bulan kg 4.250

b. Produksi ikan per hari kg 170.0

c. Harga penjualan ikan Rp/kg 21.600

d. Lama menunggu pendapatan hari 1

e. Hasil penjualan hari 1

f. Keberhasilan produksi persen 100%

4 Tenaga kerja : orang

a. Produksi orang 16

5 Penggunaan input dan harga:

a. BBM liter/bln 850

b. Harga BBM Rp/liter 8.000

6 Suku Bunga per Tahun % 14%

7 Proporsi Modal :

a. Kredit % 60%

b. Modal Sendiri % 40%

(56)

Lampiran 2. Biaya Investasi

No Komponen Biaya Satuan Jum-lah Fisik Harga per Satuan Rp Jumlah Biaya Rp Umur Eko-nomis (tahun) Nilai Penyu-sutan Rp Nilai Sisa Rp 1 Kapal penangkap 43.000.000 Kapal Ukuran 6.0 x 0.6 x 0.7 m buah 5 5.000.000 25.000.000 5 5.000.000 10.000.000 Pancing ulur buah 25 20.000 500.000 1 500.000 0 Mesin Penggerak 5.5 PK buah 5 3.500.000 17.500.000 5 3.500.000 7.000.000 2 Kapal penampung 140.000.000 Kapal Ukuran 21 x 3.0 x 1.4 m buah 1 60.000.000 60.000.000 5 12.000.000 24.000.000 Mesin Penggerak 90 PK buah 1 80.000.000 80.000.000 5 16.000.000 32.000.000 3 Rumpon 5 Rumpon buah 1 39.000.000 39.000.000 1 39.000.000 0 4 Biaya lainnya

Biaya Surat-surat unit 1 600.000 600.000 5 100.000 0

Jumlah 222.600.000 49.800.000 73.000.000

(57)

PANCING ULUR BERUMPON

Lampiran 3. Biaya Variabel

No Struktur biaya Satuan JumlahFisik Biaya persatuan Rp Jumlah biaya 1 bulan Rp Jumlah biaya 1 tahun Rp I Kapal Penangkap 4.450.000 26.700.000 1 Perbekalan Rp 125 4.000 500.000 3.000.000 2 BBM (solar) liter 250 8.000 2.000.000 12.000.000 3 Oli liter 25 24.000 600.000 3.600.000 4 Perawatan Kapal trip 5 100.000 500.000 3.000.000 5 Perawatan alat tangkap trip 5 70.000 350.000 2.100.000 6 Perawatan Mesin trip 5 100.000 500.000 3.000.000

II Kapal Penampung 55.990.000 335.940.000

1 Perbekalan Rp 25 2.000.000 50.000.000 300.000.000 2 BBM (solar) liter 600 8.000 4.800.000 28.800.000 3 Es Balok 100 10.000 1.000.000 6.000.000 4 Oli liter 5 24.000 120.000 720.000 5 Perawatan alat tangkap trip 1 70.000 70.000 420.000

III Perawatan rumpon Rp 1 300.000 300.000 1.800.000 IV Upah ABK RP 16 609.563 9.753.000 58.518.000 Total Biaya Variabel 70.493.000 422.958.000

(58)

Lampiran 4. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor

No Produk Volume Unit Harga Jual Penjualan 1 Bulan 1 Tuna 2.250,0 kg 27.000 60.750.000 2 Cakalang 1.000,0 kg 20.000 20.000.000 3 Baby tuna 1.000,0 kg 12.500 12.500.000

TOTAL 93.250.000

(59)

PANCING ULUR BERUMPON

Lampiran 5. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 14%)

Periode Kredit Angsuran Tetap Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir Tahun-0 133.560.000 133.560.000 133.560.000 Bulan -1 1.855.000 1.558.200 3.413.200 133.560.000 131.705.000 Bulan -2 1.855.000 1.536.558 3.391.558 131.705.000 129.850.000 Bulan -3 1.855.000 1.514.917 3.369.917 129.850.000 127.995.000 Bulan -4 1.855.000 1.493.275 3.348.275 127.995.000 126.140.000 Bulan -5 1.855.000 1.471.633 3.326.633 126.140.000 124.285.000 Bulan -6 5.565.000 1.449.992 7.014.992 124.285.000 118.720.000 Bulan -7 5.565.000 1.385.067 6.950.067 118.720.000 113.155.000 Bulan -8 5.565.000 1.320.142 6.885.142 113.155.000 107.590.000 Bulan -9 5.565.000 1.255.217 6.820.217 107.590.000 102.025.000 Bulan -10 5.565.000 1.190.292 6.755.292 102.025.000 96.460.000 Bulan -11 5.565.000 1.125.367 6.690.367 96.460.000 90.895.000 Bulan -12 1.855.000 1.060.442 2.915.442 90.895.000 89.040.000 Tahun-1 44.520.000 16.361.100 60.881.100 Bulan -1 1.855.000 1.038.800 2.893.800 89.040.000 87.185.000 Bulan -2 1.855.000 1.017.158 2.872.158 87.185.000 85.330.000 Bulan -3 1.855.000 995.517 2.850.517 85.330.000 83.475.000 Bulan -4 1.855.000 973.875 2.828.875 83.475.000 81.620.000 Bulan -5 1.855.000 952.233 2.807.233 81.620.000 79.765.000 Bulan -6 5.565.000 930.592 6.495.592 79.765.000 74.200.000 Bulan -7 5.565.000 865.667 6.430.667 74.200.000 68.635.000 Bulan -8 5.565.000 800.742 6.365.742 68.635.000 63.070.000 Bulan -9 5.565.000 735.817 6.300.817 63.070.000 57.505.000 Bulan -10 5.565.000 670.892 6.235.892 57.505.000 51.940.000 Bulan -11 5.565.000 605.967 6.170.967 51.940.000 46.375.000 Bulan -12 1.855.000 541.042 2.396.042 46.375.000 44.520.000 Tahun-2 44.520.000 10.128.300 54.648.300 Bulan -1 1.855.000 519.400 2.374.400 44.520.000 42.665.000 Bulan -2 1.855.000 497.758 2.352.758 42.665.000 40.810.000 Bulan -3 1.855.000 476.117 2.331.117 40.810.000 38.955.000 Bulan -4 1.855.000 454.475 2.309.475 38.955.000 37.100.000 Bulan -5 1.855.000 432.833 2.287.833 37.100.000 35.245.000 Bulan -6 5.565.000 411.192 5.976.192 35.245.000 29.680.000 Bulan -7 5.565.000 346.267 5.911.267 29.680.000 24.115.000 Bulan -8 5.565.000 281.342 5.846.342 24.115.000 18.550.000 Bulan -9 5.565.000 216.417 5.781.417 18.550.000 12.985.000 Bulan -10 5.565.000 151.492 5.716.492 12.985.000 7.420.000 Bulan -11 5.565.000 86.567 5.651.567 7.420.000 1.855.000 Bulan -12 1.855.000 21.642 1.876.642 1.855.000 0 Tahun-3 44.520.000 3.895.500 48.415.500

(60)

LAMPIRAN

Lampiran 6. Angsuran Kredit modal kerja (Suku Bunga 14%)

Periode Kredit Angsuran Tetap Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir Tahun-0 42.295.800 42.295.800 42.295.800 Bulan -1 1.174.883 493.451 1.668.334 42.295.800 41.120.917 Bulan -2 1.174.883 479.744 1.654.627 41.120.917 39.946.033 Bulan -3 1.174.883 466.037 1.640.920 39.946.033 38.771.150 Bulan -4 1.174.883 452.330 1.627.213 38.771.150 37.596.267 Bulan -5 1.174.883 438.623 1.613.506 37.596.267 36.421.383 Bulan -6 1.174.883 424.916 1.599.799 36.421.383 35.246.500 Bulan -7 1.174.883 411.209 1.586.093 35.246.500 34.071.617 Bulan -8 1.174.883 397.502 1.572.386 34.071.617 32.896.733 Bulan -9 1.174.883 383.795 1.558.679 32.896.733 31.721.850 Bulan -10 1.174.883 370.088 1.544.972 31.721.850 30.546.967 Bulan -11 1.174.883 356.381 1.531.265 30.546.967 29.372.083 Bulan -12 1.174.883 342.674 1.517.558 29.372.083 28.197.200 Tahun-1 14.098.600 5.016.752 19.115.352 Bulan -1 1.174.883 328.967 1.503.851 28.197.200 27.022.317 Bulan -2 1.174.883 315.260 1.490.144 27.022.317 25.847.433 Bulan -3 1.174.883 301.553 1.476.437 25.847.433 24.672.550 Bulan -4 1.174.883 287.846 1.462.730 24.672.550 23.497.667 Bulan -5 1.174.883 274.139 1.449.023 23.497.667 22.322.783 Bulan -6 1.174.883 260.432 1.435.316 22.322.783 21.147.900 Bulan -7 1.174.883 246.726 1.421.609 21.147.900 19.973.017 Bulan -8 1.174.883 233.019 1.407.902 19.973.017 18.798.133 Bulan -9 1.174.883 219.312 1.394.195 18.798.133 17.623.250 Bulan -10 1.174.883 205.605 1.380.488 17.623.250 16.448.367 Bulan -11 1.174.883 191.898 1.366.781 16.448.367 15.273.483 Bulan -12 1.174.883 178.191 1.353.074 15.273.483 14.098.600 Tahun-2 14.098.600 3.042.948 17.141.548 Bulan -1 1.174.883 164.484 1.339.367 14.098.600 12.923.717 Bulan -2 1.174.883 150.777 1.325.660 12.923.717 11.748.833 Bulan -3 1.174.883 137.070 1.311.953 11.748.833 10.573.950 Bulan -4 1.174.883 123.363 1.298.246 10.573.950 9.399.067 Bulan -5 1.174.883 109.656 1.284.539 9.399.067 8.224.183 Bulan -6 1.174.883 95.949 1.270.832 8.224.183 7.049.300 Bulan -7 1.174.883 82.242 1.257.125 7.049.300 5.874.417 Bulan -8 1.174.883 68.535 1.243.418 5.874.417 4.699.533 Bulan -9 1.174.883 54.828 1.229.711 4.699.533 3.524.650 Bulan -10 1.174.883 41.121 1.216.004 3.524.650 2.349.767 Bulan -11 1.174.883 27.414 1.202.297 2.349.767 1.174.883 Bulan -12 1.174.883 13.707 1.188.590 1.174.883 0 Tahun-3 14.098.600 1.069.144 15.167.744

(61)

PANCING ULUR BERUMPON

Lampiran 7. Proyeksi Rugi Laba Usaha (Rp)

No Uraian Tahun 1 2 3 A Penerimaan Total Penerimaan 550.800.000 550.800.000 550.800.000 B Pengeluaran i. Biaya Variabel 422.958.000 422.958.000 422.958.000 ii. Depresiasi 49.800.000 49.800.000 49.800.000 iii. Angsuran Bunga 21.377.852 13.171.248 4.964.644 iv. Biaya Pemasaran/Distribusi 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Pengeluaran 506.135.852 497.929.248 489.722.644 C R/L Sebelum Pajak 44.664.148 52.870.752 61.077.356

D Pajak (15%) 6.699.622 7.930.613 9.161.603

E Laba Setelah Pajak 37.964.526 44.940.139 51.915.753

F Profit on Sales 6,89% 8,16% 9,43%

G BEP: Rupiah 306.665.734 271.308.047 235.950.359

(62)

Lampiran 8. Proyeksi Arus Kas No Uraian Tahun 0 1 2 3 A Arus Masuk 1. Total Penjualan 550.800.000 550.800.000 550.800.000 2. Kredit a. Investasi 133.560.000 b. Modal Kerja 42.295.800 3. Modal Sendiri a. Investasi 89.040.000 b. Modal Kerja 28.197.200

4. Nilai Sisa Proyek 73.000.000 Total Arus Masuk 293.093.000 550.800.000 550.800.000 623.800.000

Arus Masuk untuk Menghitung IRR - 480.307.000 550.800.000 623.800.000 B Arus Keluar 1. Biaya Investasi 222.600.000 - - 2. Biaya Variabel/operasional 70.493.000 352.465.000 422.958.000 422.958.000 4. Angsuran Pokok 58.618.600 58.618.600 58.618.600 5. Angsuran Bunga 21.377.852 13.171.248 4.964.644 6. Pajak 6.699.622 7.930.613 9.161.603 Total Arus Keluar 293.093.000 439.161.074 502.678.461 495.702.847 Arus Keluar untuk Menghitung IRR 293.093.000 359.164.622 430.888.613 432.119.603

C Arus Bersih (NCF) - 111.638.926 48.121.539 128.097.153

D Cash Flow Untuk Menghitung IRR (293.093.000) 121.142.378 119.911.387 191.680.397 Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750 Present Value (293.093.000) 106.265.244 92.267.919 129.378.808

E Cummulative (293.093.000) (186.827.756) (94.559.838) 34.818.970

F Analisis Kelayakan Usaha

NPV (14%) Rp. 34.818.970

IRR 20,41%

Net B/C 1,12

PBP 2,7 tahun

Gambar

Tabel 3.2  Pengeluaran Untuk Ikan, Konsumsi per Kapita Seminggu dan  Nilai Ekspor Ikan dari Tahun 2005 - 2007
Tabel 3.3. Produksi Hasil Tangkapan Utama Pancing Ulur di Propinsi Gorontalo Komoditi
Tabel 3.4  Harga Ikan Hasil Tangkapan Pancing Ulur di Gorontalo Tahun 2008
Gambar  3.1. Skema Jalur Pemasaran Pancing ulur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tertinggi fluktuasi asimetri besaran (FAm) dan fluktuasi asimetri bilangan (FAn) ikan nila di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Dunia Air

pada akhirnya bukan hanya sebuah jalan dalam fungsi dan makna fisik belaka, melainkan juga sebagai metafora, citra dari sebuah bangsa yang telah modern.. Jalan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel atmosfer yang terdiri darieksterior Exterior, interior keseluruhan General Interior, tata letak Store Layout dan pemajangan barang

Namun dalam pemanfaatannya, Augmented Reality juga dapat digunakan untuk memanipulasi objek virtual yang ada dalam komputer menggunakan benda asli yang ada dalam

Sisa-sisa tanaman terakumulasi di dasar danau yang dangkal dan kolam yang beraerasi dan berdrainase buruk sehingga perombakan terjadi tidak berjalan sempurna Proses

Dengan adanya pendistribusian database nama host dan alamat IP, maka tiap organisasi yang memiliki jaringan di dalam domain tertentu hanya bertanggung jawab terhadap database

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mendeskripsikan kemampuan guru merencanakan pembelajaran pengukuran panjang menggunakan media realita di kelas IIB Sekolah

Sistem back to back voltage source inverter terdiri dari beberapa bagian yaitu turbin angin untuk menghasilkan daya mekanis, gearbox untuk menaikkan kecepatan agar