• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jepang merupakan negara kepulauan yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan bagian timur benua Asia. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau utama yaitu Honshu, Hokkaido, Kyushu, Shikoku dan sejumlah gugusan pulau yang lebih kecil lagi. Luas wilayahnya 370.000 km2 merupakan daerah gunung api dan gempa bumi kuat yang telah berlangsung sepanjang masa pembentukan struktur bumi.

Pergeseran dahsyat pada kulit bumi di waktu lampau mengakibatkan topografi Jepang sangat rumit, dataran-dataran luas sangat jarang ditemui. Kekhasan topografi Jepang terletak pada kelabilan geologinya, termasuk kegiatan gunung berapi dan gempa bumi yang mengakibatkan turun-naiknya permukaan bumi. Sifat khas lainnya yakni wilayahnya yang terdiri dari daerah berbukit atau pegunungan dengan tinggi rata-rata 1500-3000 meter, yang berjajar di bagian barat daya Jepang. Hampir 70% wilayah Jepang merupakan daerah berbukit dan pegunungan. Jumlah yang sangat besar dan bentuk yang beraneka ragam dari gunung-gunung yang terdapat di seluruh wilayah kepulauan Jepang juga menjadi kekhasan tersendiri dari negara ini yang turut menambahkan kecantikan alam Jepang.

Jepang terletak pada zona gunung berapi yaitu di atas Lingkaran Api Pasifik, yang menyebabkan Jepang sering mengalami gempa bumi berkekuatan

(2)

rendah dan letusan gunung berapi. Negara Jepang memiliki 186 gunung berapi dari total 457 gunung berapi yang ada di planet bumi ini. Dari jumlah tersebut 46 diantaranya merupakan gunung berapi yang masih aktif yang kadang-kadang mengeluarkan lava dan asap. Gunung Fuji merupakan salah satu diantaranya, yang merupakan sebuah gunung berapi yang berbentuk simetris yang terletak di Pulau Honshu tepatnya di perbatasan prefektur Shizuoka dan Yamanashi. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jepang, dengan tinggi 3776 meter di atas permukaan laut, yang termasuk salah satu tipe gunung stratovulkano (gunung yang terbentuk sebagai akibat penggabungan gunung berapi).

Gunung Fuji tercipta sebagai akibat aktivitas letusan dari 3 gunung berapi. Gunung-gunung tersebut yakni Ko-mitake (Mitake kecil), Ko-Fuji (Fuji Tua) dan Shin-Fuji (Fuji Baru). Ko-mitake meletus kira-kira 500.000-600.000 tahun yang lalu dan Ko-Fuji meletus kira-kira 50.000-60.000 tahun yang lalu. Shin-Fuji diperkirakan meletus 10.000 tahun yang lalu dan telah meletus ratusan kali selama jangka waktu tersebut. Sebelum erupsi terakhir dari Shin-Fuji pada tahun 1707, daerah di sekitar kaki gunung berapi ini terdapat desa-desa kecil yang sekarang telah ditutupi oleh lava yang mengalir dari letusan tersebut. Letusan Gunung Fuji pada tahun 1707 (Hoei 4) disebut juga dengan Letusan Hoei, yang termasuk sebagai salah satu letusan yang paling besar sepanjang masa. Abu vulkanik dari letusan ini menutupi Edo (Tokyo) setinggi 6 cm (F. Davis Hadland, 1989: 131).

Gunung Fuji begitu akrab dengan masyarakat Jepang. Gunung ini terkenal bukan hanya karena ketinggiannya, tetapi juga karena dikenal sebagai sosok yang mengagumkan. Dalam Nihonshoki (720) sebagai penulisan paling awal di Jepang dapat kita lihat tulisan-tulisan yang tercantum tentang Gunung Fuji. Lebih jauh

(3)

lagi dalam Man-yo-shu sebagai antologi tertua Jepang, terdapat banyak puisi yang mengisahkan tentang keagungan Gunung Fuji.

Catatan tertua tentang Gunung Fuji terdapat dalam “Fuji-san ki” yang ditulis oleh Miyako-no Yoshika pada tahun 870. buku ini memberikan catatan yang jelas mengenai pemandangan akan magma biru yang kemilau mendidih dalam kawah di puncak gunung dan disana terdapat sebuah batu yang berbentuk seperti seekor harimau berjongkok. Dalam buku ini juga terdapat catatan yang menyebutkan bahwa Matsudai, seorang pendeta Buddha membangun kuil

“Dainichi” di puncak gunung pada tahun 1149 dan juga menguburkan kitab suci

Buddha.

Keberadaan gunung di Jepang sangat erat hubungannya dengan masyarakat Jepang, terkait dengan tradisi dan kepercayaan mereka. Shinto sebagai agama yang lahir di masyarakat Jepang meyakini gunung sebagai tempat kediaman dewa-dewa dan roh-roh yang disebut Kami. Terjadinya peniruan tradisi

Tao dan masuknya agama Buddha yang berkembang baik di daratan Cina, turut

menjadikan gunung sebagai tempat yang sakral, tempat yang cocok untuk bertapa dan menjadi tempat peziarahan oleh agama Shinto. Dalam hal ini jelas kelihatan bahwa gunung memiliki fungsi religi. Gunung yang memiliki fungsi religi biasanya terdapat kuil-kuil atau Jinja sebagai tempat beribadah dan pada waktu-waku tertentu di kuil atau Jinja tersebut diselenggarakan upacara-upacara/ritual.

Gunung Fuji merupakan salah satu dari 3 gunung keramat (sanreizan) di Jepang. Di puncak Gunung Fuji terdapat sebuah Jinja yang bernama Fuji Sengen Taisha Okunomiya yang dipersembahkan bagi Dewi Konohana Sakuya Hime yang dikenal sebagai istri Ninigi no Mikoto yang merupakan kakeknya Jimmu

(4)

Tenno. Dewi tersebut juga dikenal sebagai dewi dari semua gunung keramat yang ada di Jepang.

Gunung Fuji atau Fuji-san, yang terkenal di luar negeri dengan nama Fujiyama sudah merupakan simbol negara Jepang dan sangat dicintai oleh masyarakat Jepang. Selain memiliki fungsi religi, Gunung Fuji memiliki fungsi seni bagi masyarakat Jepang. Gunung ini telah menjadi inspirasi dan seringkali menjadi subyek pada karya seni bangsa Jepang sejak dulu, seperti pada puisi-puisi dan lukisan-lukisan (ukiyo-e). Pada saat sekarang gunung ini menjadi salah satu obyek wisata, yang merupakan daerah tujuan wisata yang sangat populer, baik di kalangan turis domestik maupun turis mancanegara. Pada umumnya turis-turis tersebut bertujuan untuk wisata pendakian gunung. Kunjungan turis ke Gunung Fuji tentunya berdampak positif pada masyarakat di sekitar gunung tersebut. Jarang diketahui Gunung Fuji juga merupakan sebuah situs yang sangat berharga sebagai lapangan penelitian alam.

Bertitik tolak dari pemikiran di atas, penulis berminat membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Fungsi Gunung Fuji dalam Kehidupan Masyarakat Jepang”.

1.2 Perumusan Masalah

Gunung Fuji merupakan gunung yang paling terkenal di Jepang, terletak di perbatasan prefektur Shizuoka dan Yamanashi di pulau Honshu dekat Pantai Pasifik. Tepatnya sebelah barat dari Tokyo dan berjarak 60 mil (100 km). Dikenal sebagai gunung bertipe strato yang berbentuk kerucut, yang dipandang dari mana pun bentuknya selalu sama. Gunung ini memiliki perkembangan sejarah yang

(5)

kompleks, Gunung Komitake, Ko-Fuji dan Shin-Fuji yang saling melengkapi membentuk struktur tunggal yakni Gunung Fuji.

Tak ada satupun gunung di Jepang yang begitu akrab dengan masyarakat Jepang selain Gunung Fuji. Keakraban tersebut menjadikan gunung ini telah menjadi simbol negara Jepang. Gunung ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat Jepang. Melihat Gunung Fuji akan membangkitkan semangat hidup bagi masyarakat Jepang.

Sehubungan dengan hal tersebut permasalahan penelitian ini hendak menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mitos dan sejarah geografis terciptanya Gunung Fuji ? 2. Bagaimana fungsi Gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini terfokus pada fungsi gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang. Fungsi yang diteliti yakni fungsi seperti; fungsi religi, fungsi seni, fungsi wisata, fungsi studi alam dan fungsi produk pertanian. Pembatasan ruang lingkup permasalahan diperlukan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga masalah yang akan dibahas lebih terarah. Untuk mendukung penulisan ini, juga akan diuraikan tinjauan secara umum tentang gunung Fuji seperti letak geografis dan geologis, sejarah pembentukan, makna nama, legenda tentang gunung Fuji dan gunung Fuji dalam sejarah Jepang. Dengan penguraian-penguraian tersebut diharapkan dapat diketahui fungsi Gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang.

(6)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Menurut Peter Salim (1995:352), Fungsi artinya adalah kegunaan suatu hal, kemampuan yang dimiliki dari seseorang yang sesuai dengan pekerjaanya atau tugasnya.

Gunung api mempunyai pengertian yang cukup kompleks, yaitu sebagai jenis atau kegiatan magma yang sedang berlangsung atau merupakan tempat munculnya batuan leleran atau lava yang berasal dari dalam bumi. Sebuah gunung api disebut aktif apabila kegiatan magmatisnya dapat dilihat secara nyata. Leleran lava dari kawah puncak atau kawah samping, adanya awan panas, letusan dan awan panas guguran, lahan letusan dan lain sebaginya mencirikan bahwa gunung api tersebut masih aktif (www.wikipedia.org/geografi).

Gunung api berbeda dengan gunung, bukit atau pegunungan yang bukan berapi. Pada daerah gunung api atau bekas gunung berapi akan terdapat perbedaan yang dicirikan oleh adanya mata air panas, adanya suatu kawah (lubang bekas letusan) dan adanya sumber-sumber uap yang sering berbau belerang dan adanya kerucut (bukit) atau kubah disekitar puncak.

Gunung api terbentuk pada jalur-jalur tertentu di muka bumi ini yaitu; a). Pada jalur punggungan tengah samudra

b). Pada jalur dua buah lempeng kerak bumi.

c). Pada patahan/titik-titik panas (hot Spot) di muka bumi yang merupakan tempat keluarnya magma.

(7)

Adanya gunung berapi akan mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim di sekitarnya. Dengan demikian suatu gunung berapi akan banyak sekali sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Sumber daya alam tersebut dapat berupa tanah subur yang ditumbuhi hutan alam sehingga menghasilkan hasil hutan yang berlimpah, serta dengan segala isinya, berupa mahluk hidup, sebagi sumber daya flora dan fauna. Sumber daya air yang ada di sekitar gunung berapi dapat diubah menjadi sumber energi listrik. Selain itu gunung berapi dan daerah sekitarnya juga dapat diolah menjadi sebuah tempat wisata, yang turut membantu sektor perekonomian bagi masyarakat setempat, terbukanya lapangan pekerjaan, dan tak jarang juga daerah gunung berapi merupakan “rumah” bagi penelitian alam.

Geertz (1976: 38-41) menyatakan bahwa daerah gunung berapi selalu dipadati pemukiman penduduk karena merupakan sumber kehidupan yaitu menyburkan tanah pertanian melalui air, mineral dan abu vulkanik yang selalu menutupi permukaan tanahnya. Berdasarkan pendapat Geertz tersebut, bahwa jelas sebuah gunung berapi mempunyai fungsi bagi masyarakat di sekitarnya, walaupun terkadang menimbulkan malapetaka melalui letusannya.

Jepang adalah negara yang memiliki banyak gunung berapi. Terdapat 46 gunung berapi yang masih aktif hingga sekarang juga hampir 70% wilayah Jepang merupakan daerah berbukit atau pegunungan. Gunung-gunung ini sangat erat hubungannya dengan dengan kehidupan sehari-hari orang Jepang. Kayu-kayuan untuk bangunan rumah, alat-alat rumah tangga dan sayur-sayuran serta buah-buahan sebahagian besar didatangkan dari daerah pegunungan. Akan tetapi disamping itu juga sering menimbulkan malapetaka bagi rakyat, misalnya letusan yang tiba-tiba dan gempa bumi. Bahaya yang mengancam kehidupan manusia

(8)

sesungguhnya muncul sebagai akibat adanya interaksi manusia dengan gunung berapi tersebut (Sheet dan Grayson, 1979: 165).

Gunung Fuji merupakan salah satu gunung berapi yang terdapat di Negara Jepang. Gunung ini sangat terkenal di Jepang dan juga ke seluruh dunia. Sudah sejak lama dihormati sebagai salah satu dari gunung keramat, dan merupakan tempat religius bagi masyarakat Jepang, karenanya Gunung Fuji tidak terpisahkan dari masyarakat Jepang.

2 Kerangka Teori

Kerangka teori menurut Koentjaraningrat (1976:1) berfungsi sebagai pendorong proses berpikir deduktif yang bergerak dari alam abstrak ke alam konkrit. Suatu teori dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembatasan terhadap fakta-fakta konkrit yang tak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.

Berbicara tentang fungsi Gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang, erat sekali kaitannya dengan sejarah Jepang. Oleh karena itu pembahasan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan historis. Menurut Ratna (2004:66), pendekatan historis melihat konsekuensi karya sastra sebagai sarana untuk memahami aspek-aspek kebudayaan yang lebih luas dimana karya sastra merupakan gambaran kehidupan masyarakat di zamannya.

Selain menggunakan pendekatan historis, penulis juga menggunakan konsep yang berhubungan dengan religi yang bertujuan untuk menganalisa fungsi religi gunung Fuji. Konsep religi menurut Koentjaraningrat (1976:137) yaitu sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan dan bertujuan mencari

(9)

hubungan antara manusia dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana proses terciptanya Gunung Fuji 2. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana fungsi Gunung Fuji dalam

kehidupan masyarakat Jepang

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat sebagai:

1. Menambah wawasan pengetahuan khususnya tentang sejarah terbentuknya Gunung Fuji.

2. Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan mahasiswa sastra jepang pada khususnya tentang fungsi Gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang.

3. Sumber ide dan tambahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang termasuk dalam cakupan penelitian kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30) bahwa penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran secermat mungkin

(10)

mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu dalam memecahkan masalah penelitian, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji dan menginterpretasikan data. Dengan metode ini peneliti akan menjelaskan fungsi Gunung Fuji dalam kehidupan masyarakat Jepang.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan yang dikutip dari berbagai buku yang berhubungan dengan permasalahan yang ada seperti buku-buku tentang geografi Jepang, majalah yang membahas tentang Gunung Fuji dan artikel-artikel dari internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Teknik penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kepustakaan (Library Research) dengan metode Survey Book. Survey Book adalah mengumpulkan data dari berbagai literatur buku yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Metode ini dilakukan dengan mencapai data dari bahan bacaan yang berhubungan dengan skripsi penulis di perpustakaan dan pusat-pusat buku lainnya.

Selain dikarenakan penggunaan bahan-bahan yang mempergunakan bahasa asing, maka peneliti juga menggunakan translation method atau metode terjemahan. Metode terjemahan adalah metode yang berkenaan dengan rencana pelaksanaan (analisis, pengalihan dan penyerasian) penerjemahan (Machali 2000:48).

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat disimpulkan dari nilai rata-rata EVA, perusahaan yang masuk dalam kelompok LQ 45 tidak menjadikan EVA sebagai pengukuran kinerja keuangan

Pada pengumpulan data melalui wawancara guru, peneliti mencoba membuat pedoman pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tabel di atas. Berikut adalah pedoman pertanyaan

- Setelah melihat gambaran sikap perawat dalam penelitian ini peneliti lain dapat meneliti sikap perawat yang bekerja di unit lain dirumah sakit yang memiliki kerentanan

Berdasarkan rencana pencegahan pandemi negara, para mahasiswa yang tiba di Taiwan hanya dapat melakukan karantina selama 14 hari (tidak termasuk tanggal ketibaan) di

KETIKA DOMBA KECIL YANG TANPA CELA DIKURBANKAN DAN DARAHNYA DIPERCIKKAN KEPADA BANGSA ISRAEL, TUHAN AKAN MENUTUPI DOSA MEREKA DAN UMAT TUHAN TIDAK AKAN DIHUKUM MATI

Dalam kerangka ini, maka pertanyaan yang mengmuka adalah kondisi seperti apa yang 

Kondisi ini menjadikannya sebagai daerah asuhan yang ideal bagi berbagai jenis ikan terutama ikan hitaman (black fish). Banyaknya vegetasi di sekitar Lebung Proyek dapat

Ketika konsentrasi awal sangat tinggi sehingga konsentrasi kolesterol LDL tidak mencapai target terapi absolut dengan statin dosis tinggi, maka dianjurkan untuk