Hukum Puasa W
Hukum Puasa Wanita Hamil dan
anita Hamil dan Menyusui
Menyusui
Pertanyaan: Pertanyaan:
Apakah boleh bagi istriku yang sedang menyusui anakku yang baru berumur 10 bulan untuk Apakah boleh bagi istriku yang sedang menyusui anakku yang baru berumur 10 bulan untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan?
tidak berpuasa pada bulan Ramadhan?
Jawaban: Jawaban:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
keluarga dan para sahabatnya. W
Wanita menyusui dan yang anita menyusui dan yang semisasemisalnya, yakni wanita hamil, memiliki dua kondisi:lnya, yakni wanita hamil, memiliki dua kondisi: Pertama Pertama,, mampu berpuasa dan tidak ada pengaruh buruk saat berpuasa. ia tidak merasa kepayahan dan mampu berpuasa dan tidak ada pengaruh buruk saat berpuasa. ia tidak merasa kepayahan dan tidak pula khawatir terhadap kesehatan anaknya kalau berpuasa. !aka ia wajib berpuasa dan tidak pula khawatir terhadap kesehatan anaknya kalau berpuasa. !aka ia wajib berpuasa dan tidak boleh berbuka.
tidak boleh berbuka. Kedua
Kedua, , ia ia khakhawawatitir r teterharhadadap p kekesehsehatatan an didiririnya nya atatau au ananakaknyanya, , dan dan kakalalau u beberpurpuasa asa sasangangatt kepayahan. !aka ia boleh tidak berpuasa dan wajib meng"adha# hari$hari yang ditinggalkannya kepayahan. !aka ia boleh tidak berpuasa dan wajib meng"adha# hari$hari yang ditinggalkannya tersebut. alam kondisi ini yang utama baginya adalah berbuka, makruh berpuasa. %ahkan tersebut. alam kondisi ini yang utama baginya adalah berbuka, makruh berpuasa. %ahkan sebagian ulama menyebutkan: &ika ia takut terhadap kesehatan anaknya maka ia wajib tidak sebagian ulama menyebutkan: &ika ia takut terhadap kesehatan anaknya maka ia wajib tidak puasa dan haram berpuasa.
puasa dan haram berpuasa.
'mam al$!awardi dalam al$'nsha( )*+-/ berkata, imakruhkan ia berpuasa dalam kondisi 'mam al$!awardi dalam al$'nsha( )*+-/ berkata, imakruhkan ia berpuasa dalam kondisi se
seperperti ti inini.i. 'bn'bnu u #A#A"i"il l memenyenyebubutktkanan, , &i&ika ka wawaninita ta hahamimil l dan dan memenyunyusui sui khkhawawatatir ir akaakann kandungannya dan anaknya, saat menyusui ia tidak boleh berpuasa, dan jika tidak khawatir maka kandungannya dan anaknya, saat menyusui ia tidak boleh berpuasa, dan jika tidak khawatir maka tidak boleh berbuka.
tidak boleh berbuka.
Fatwa Syaikh al-Utsaimin Fatwa Syaikh al-Utsaimin
Sya
Syaikh 'bnu ikh 'bnu #t#tsaisaiminmin rahimahullahrahimahullah dalam 2atawa al$Shiyam, hal. 131, beliau ditanya: &ika dalam 2atawa al$Shiyam, hal. 131, beliau ditanya: &ika
wanita hamil atau menyusui tidak berpuasa tanpa ada ud4ur, padahal ia kuat dan mampu dan wanita hamil atau menyusui tidak berpuasa tanpa ada ud4ur, padahal ia kuat dan mampu dan tidak ada pengaruh buruk saat berpuasa, apa hukumnya?
tidak ada pengaruh buruk saat berpuasa, apa hukumnya? %eliau menjawab:
%eliau menjawab:
56789 ;<=> @B> C56789 DE FGH5 5IJ K>
56789 ;<=> @B> C56789 DE FGH5 5IJ K> @<=L; F MN<O9@ P QH89 Q D
@<=L; F MN<O9@ P QH89 Q D
PPTTUU G
G
VV <
< H HUU F
FUUX
XUU YH
YHUUPPUU / : Z<O9@ K> [97; \ ]^_9 C `^9@ Gc OI8 fP
/ : Z<O9@ K> [97; \ ]^_9 C `^9@ Gc OI8 fP
[8 ^9@ O56 FX @EP Z<O9@ [7O OP . )<
[8 ^9@ O56 FX @EP Z<O9@ [7O OP . )<UU
UU `
`UU Y
YTT H
Hqq 7
7 > >UU <
< L LUU
UU [
[
v v 8 8UU
UU
<9@ YH `^ Qx9 YxH
<9@ YH `^ Qx9 YxH `7zE {879@ Q Z7
`7zE {879@ Q Z7 G_9@ MH OI87> 9^9@
G_9@ MH OI87> 9^9@
|9 :O879@ Z7 ]cP C
|9 :O879@ Z7 ]cP C YH}D
YH}D
~ ~ @ •^c YH <€ P C<O9@ P C‚<9@ P C )ƒO_9@/
@ •^c YH <€ P C<O9@ P C‚<9@ P C )ƒO_9@/
„x9@ YH Q9} `7z…@ „†E K> |9 ‡Jˆ
ŒLŠ K f6H @6P C I8Ž [8 Q99@ `^_ [Š ŒH69@ @< Qˆ@P C Œ9@P
^c ^P C \ ‡OŠ5
Wanita hamil atau menyusui tidak boleh berbuka pada siang Ramadhan ke‘uali karena ada ud4ur )alasan yang dibenarkan/. an apabila keduanya berbuka karena ada ud4ur, wajib atas keduanya untuk meng"adha# shaum berdasarkan (irman Allah ta#ala terhadap orang sakit:
<U U `U YT H 7 >U < LU U [8U U PTU G
V < HU FUXU YT HUPU
Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. )’S. Al$%a"arah:
1-“/
”eduanya masuk dalam kategori maridh )orang sakit/. Apabila alasan keduanya karena khawatir
akan anaknya maka disamping "adha# menurut sebagian ulama$ keduanya wajib memberi makan seorang miskin untuk setiap hari berupa gandum, atau nasi, kurma, atau makanan pokok lainnya. Sebagian ulama berkata: –idak ada kewajiban bagi keduanya ke‘uali "adha# dalam kondisi apapun, karena tidak ada dalil dari Al$”itab dan al$Sunnah yang mewajibkanya. Sedangkan hukum asal adalah bara'ah dzimmah )terlepas dari tanggungan/ sehingga tegak dalil
yang menyibukkanya. 'ni merupakan madhab Abu —ani(ah rahimahullah, dan merupakan
pendapat yang kuat.
alam (atwa beliau yang lain, Fatawa Shiyam hal. 13, beliau ditanya: –entang wanita hamil,
apabila ia khawatir atas dirinya atau khawatir atas anaknya lalu berbuka )tidak berpuasa/, apa hukumnya?
%eliau menjawab:
Œ=˜J F^x; F : O@ŠE : Y9Š YH ^8; D QH9@ : ]^_J F @6 [8 @^
IJˆ ‰ `^; F I8 f† <O9@ ™6I> C I [8 <š›; DP Œ_˜H I_8 D Œ^c
`9@ œ<; K> I9 56 D
P C I8 QO9@ Q_9 HE : `89 Œ8OH <€ QH9@ F^x; F : ŒJ9@ ]9@P
5<G9@ FX @E OD C <=L; ]9@ ™6 K>P C ž9 <9 P C IO K> IL7G9
<=L YOH <X IJB> •<=> @EP . 6ŸŠ I8 <=L9@ f† c ‡JB> C I [8
I8 fP 7NP @B> C I 5679@ ž9 ]@‚ [H `^9@ Gc I8 f† 5679
56 ‡_8P QO9@ 56 ]P¡ V JŠ Yx9P C ¢L9@ YH <I=; F 7 `^9@ Gc
` K> OD „<˜9@P QXˆ@ [9E £; c MN<O9@ FP C ¤N5…@ 56 ^P <¥
Œ6; YH YxO9 <=L; F [9E £; c IJB> C<9@ ˜9@ C 5I9@ Œ8^=9@ ¦9@
žJB> 5679@ ž ]@‚ @B> <=> :V G I9 ]^_J ]9@ ™6 K>P CI8 9P
`^9@ YH ž;> H YG_;
&awaban kami atas pertanyaan ini, kami katakan: Wanita hamil tidak lepas dari dua kondisi: Pertama, ia sehat dan kuat yang tidak merasa berat dan tidak berpengaruh buruk pada janinnya.
!aka wanita ini wajib berpuasa karena ia tidak memiliki ud4ur untuk meninggalkan puasa.
Kondisi kedua, wanita hamil tidak mampu menjalankan puasa, baik karena beratnya kehamilannya, lemahnya pada (isiknya, atau sebab lainnya. alam kondisi ini ia berbuka, terlebih lagi apabila bahayanya mengan‘am janinnya, maka dalam kondisi seperti ini ia wajib berbuka )tidak puasa/. an apabila berbuka, ia seperti yang lainnya dari orang yang berbuka karena ud4ur, yakni wajib atasnya meng"adha# puasa saat ud4ur itu telah hilang dari dirinya. &ika ia telah melahirkan, wajib atasnya meng"adha puasa setelah su‘i dari ni(as. –etapi, biasanya, hilangnya ud4ur hamil diikuti ud4ur lain, yaitu menyusui. Wanita menyusui membutuhkan makan dan minum terlebih saat musim panas yang siangnya lebih panjang, panasnya begitu menyengat, ia butuh untuk berbuka untuk memenuhi makanan bagi anaknya melalui air susunya. alam kondisi seperti ini kami katakan: %erbukalah, dan apabila telah hilang ud4ur darimu, bayarlah puasa yang telah engkau tinggalkan.
Fatwa Syaikh Ibnu Bazz
alam !ajmu# al$2atawa )1“+§/ beliau mengatakan:
ž9H Y |J ¨Š YH {8P ‡8 \ [8 K9@ Y š _> MN<O9@P QH9@ H
OI87P 5=>…@ K> OI9 ©5 ‡J ƒ }B Y9@ QP OŠ Y K7x9@
|9 ‡J {879@ Q <XP C <>O9X FG_;P F@<=L; OIJ ž96 {87> . <>O9X
{8 \P OI9P [8 > P C Z<O9X `^9@ OI8 ªŽ @E DE 5=>…@ OI9
Adapun wanita hamil dan menyusui telah ada ketetapan dari «abi Shallallahu 'Alaihi asallam,
dari hadits Anas bin !alik al$”a#bi, dari Ahmad dan Ahlus Sunan dengan isnad shahih, bahwa beliau memberi rukhsah )keringanan/ bagi keduanya untuk berbuka dan menjadikan keduanya seperti musa(ir. !aksudnya keduanya berbuka dan meng"adha# sebagaimana musa(ir. ¬ara ulama menyebutkan, keduanya tidak boleh berbuka ke‘uali apabila terlalu berat kalau tetap berpuasa seperti orang sakit atau jika keduanya khawatir atas anaknya, wallahu a#lam.
Fatwa Lanah !aimah
–erdapat dalam 2atawa al$®ajnah al$aimah )10+3/:
ILJ [8 `^9@ YH [˜; JX @E DE I8OŠ ]Š `^9@ I8 f†> QH9@ H
¢L9@ YH <I=;P I8OŠ MG; F 7 KG_;P <=L9@ K> I9 ©<> I P
Adapun wanita hamil, wajib atasnya berpuasa di waktu hamil. ”e‘uali apabila khawatir )takut/ atas kesehatan dirinya atau janinnya kalau tetap berpuasa. !aka diberikan rukhshah baginya berbuka dan mengganti )"adha#/ setelah melahirkan dan su‘i dari ni(as. ¯¬urW+°oa$
islam.‘om±
iterjemahkan dari situs Al-Islamu Sualun wa Jawabun, di bawah bimbingan Syaikh
!uhammad bin Shalih al$!unajjid, 2atawa no. “000“. iterjemahkan oleh %adrul –amam, pengasuh rublik 'slamia di www.!"a-islam.#"m.
¬uasa %agi Wanita —amil dan !enyusui
itulis oleh ewan Asatid4
"anya:
Assalamu#alaikum Wr. Wb.
Saya ingin menanyakan tentang aturan puasa bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui. Apakah wanita hamil boleh )ba‘a: ‘ukup/ membayar (idyah saja )untuk mengganti puasanya/ atau harus meng$"odlo puasanya di lain waktu. Sementara pada tahun berikutnya dia harus menyusui anaknya yang baru lahir. &adi, ia belum sempat membayar hutang puasanya karena harus menyusui anaknya. Apakah ia diperbolehkan mengganti puasanya hanya dengan membayar (idyah atau harus tetap meng$"odlo puasanya?
emikian pertanyaan saya, terima kasih atas jawaban yang diberikan.
#handra Jawab:
Wa Alaikum Salam Wr. Wb.,
Saudari ²handra yang kami hormati,
Wanita yang sedang hamil dan+atau menyusui diperbolehkan tidak berpuasa jika dikhawatirkan akan mengakibatkan terganggunya kesehatan, baik itu akan berpengaruh pada anak yang
dikandung maupun pada wanita yang sedang mengandung. —al ini tentu tidak bisa dilepaskan dengan hasil konsultasi dari pakar medis yang menangani kehamilan tersebut. &ika memang $$menurut perspekti( medis$$ berpuasa tidak berbahaya bagi kesehatan wanita tersebut, maka sebaiknya tetap berpuasa. Akan tetapi jika puasa dikhawatirkan membawa dampak yang
membahayakan kehamilan maupun ibu yang mengandung, maka diperbolehkan tidak berpuasa. !engenai (idyah dan "odlo puasa, berikut pendapat beberapa ulama terkait wanita hamil atau menyusui:
1. &ika ia khawatir puasa dapat membahayakan kesehatannya atau kesehatan anaknya, maka boleh tidak berpuasa dan wajib meng$"adla di luar Ramadlan tanpa membayar (idyah. . &ika ia khawatir puasa dapat membahayakan kesehatan anaknya saja dan tidak
"adla. Selain itu, sebaiknya juga membayar (idyah. 'ni adalah pendapat 'mam Sya(i#i. Sementara 'mam —ana(i berpendapat harus "adla dan tidak diperbolehkan membayar (idyah saja.
. alil yang memperbolehkan tidak puasa bagi wanita hamil atau menyusui di"iyaskan dengan orang yang sedang sakit dan musa(ir )orang yang dalam perjalanan/. &uga berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwasanya Allah
memperbolehkan kepada musa(ir untuk tidak berpuasa, "ashar dan jamak sholat. %egitu juga bagi orang yang sedang hamil dan menyusui, diperbolehkan tidak berpuasa )—.R.
Ahmad dan Ashab al$Sunan dari Anas bin !alik/. &ustru sebaiknya wanita hamil atau menyusui tidak berpuasa apabila puasa tersebut mengakibatkan terganggunya kesehatan ibu yang sedang hamil dan janin yang dikandungnya.
§. 'bnu Abbas, 'bnu mar dan Said bin &ubair )Sahabat/ menyatakan diperbolehkannya membayar (idyah saja tanpa harus meng$"adla. ”arena "adla itu sendiri dibatasi sampai sebelum datangnya Ramadlan berikutnya. &ika sampai tahun berikutnya tetap tidak bisa meng$"adla puasa karena menyusui, maka boleh )ba‘a: ‘ukup/ membayar (idyah saja. Adapun ketentuan (idyah dapat anda lihat dalam arsip jawaban kami dengan mengunjungi http:++www.pesantren°irtual.‘om+tanya+03.shtml
Wallahu A#lam.
"anya:
Assalamualaikum r.b.
¬ak stad4, saya ingin bertanya hukumnya (idyah dan bagaimana penghitungannya. Apakah 1 kali makan atau 1 hari, apa makan plus lauk pauknya dan kalau diuangkan berapa?
asalamualaikum r.b.
Jawab:
!ayoritas lama bersepakat bahwa hukum (idyah adalah wajib, berdasar ayat an wajib bagi orang yang berat menjalankannya )puasa/ membayar (idyah, yaitu memberi makan orang miskin. )’S. Al$ %a"arah:1-§/ ³rang yang meninggalkan puasa adakalanya yang harus membayar (idyah dan meng"adha# puasa, adakalanya yang diharuskan membayar (idyah saja. ´ang masuk kategori pertama )membayar
(idyah dan "adha#/:
1. ¬erempuan yang hamil dan menyusui apabila menghawatirkan kesehatan anaknya. )&ika ia
menghawatirkan kesehatan dirinya bukan anaknya, sebaliknya, ia harus meng"adha# saja tanpa harus membayar (idyah./
. ³rang yang terlambat meng"adha# puasa sampai datang bulan Ramadhan berikutnya dengan tanpa ud4ur )haid, ni(as, sakit, gila, bepergian yang berkepanjangan, dll./.
1. Seseorang yang kondisi (isiknya memang tidak memungkinkan lagi berpuasa, seperti kakek$nenek yang sudah tua renta.
. ³rang sakit yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya.
Adapun mengenai kadar atau takaran (idyah itu adalah satu mud )makanan pokok setempat/ untuk satu hari. &adi jika seseorang meninggalkan “ hari, ia mempunyai tanggungan “ mud. Satu mud sama dengan 3*“ gram, atau yang men‘ukupi dua kali makan satu orang )sahur dan buka/. %oleh juga dibayarkan berupa uang, dihargai sesuai harga pasar setempat. ”arena wajarnya makan itu lengkap dengan lauk$ pauk, ya harus sekalian dengan lauk$pauk. Sewajarnya saja.
Antara Qadha dan Fidyah Bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Share
¬enyusun: mmu µiyad
!urajaah: st. Aris !unandar
”ondisi (isik seorang wanita dalam menghadapi kehamilan dan saat$saat menyusui memang berbeda$beda. «amun, pada dasarnya, kalori yang dibutuhkan untuk memberi asupan bagi sang buah hati adalah sama, yaitu sekitar 00$00 kalori perhari untuk ibu hamil dan 00$300
kalori perhari untuk ibu menyusui. ”ondisi inilah yang menimbulkan konsekuensi yang berbeda bagi para ibu dalam menghadapi saat$saat puasa di bulan Ramadhan. Ada yang merasa tidak bermasalah dengan keadaan (isik dirinya dan sang bayi sehingga dapat menjalani puasa dengan
tenang. Ada pula para ibu yang memiliki kondisi (isik yang lemah yang mengkhawatirkan
keadaan dirinya jika harus terus berpuasa di bulan Ramadhan begitu pula para ibu yang memiliki buah hati yang lemah kondisi (isiknya dan masih sangat tergantung asupan makanannya dari
sang ibu melalui air susu sang ibu.
”edua kondisi terakhir, memiliki konsekuuensi hukum yang berbeda bentuk pembayarannya.
$% Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yan& Men&khawatirkan 'eadaan !irinya Saa Bila Ber(uasa
%agi ibu, untuk keadaan ini maka wajib untuk meng"adha )tanpa (idyah/ di hari yang lain ketika telah sanggup berpuasa.
”eadaan ini disamakan dengan orang yang sedang sakit dan mengkhawatirkan keadaan dirinya. Sebagaimana dalam ayat,
$%aka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.& )’s. Al
%erkaitan dengan masalah ini, 'bnu ’udamah rahimahullahmengatakan, ¶”ami tidak
mengetahui ada perselisihan di antara ahli ilmu dalam masalah ini, karena keduanya seperti orang sakit yang takut akan kesehatan dirinya.· )al-%ughni: §+¸§/
)% Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yan& Men&khawatirkan 'eadaan !irinya dan Buah Hati Bila Ber(uasa
Sebagaimana keadaan pertama, sang ibu dalam keadaan ini wajib meng"adha )saja/ sebanyak hari$hari puasa yang ditinggalkan ketika sang ibu telah sanggup melaksanakannya.
'mam «awawi rahimahullah mengatakan, ¶¬ara sahabat kami )ulama Sya(i¹iyah/ mengatakan, º³rang yang hamil dan menyusui, apabila keduanya khawatir dengan puasanya dapat
membahayakan dirinya, maka dia berbuka dan meng"adha. –idak ada (idyah karena dia seperti orang yang sakit dan semua ini tidak ada perselisihan )di antara Sya(i¹iyyah/. Apabila orang yang hamil dan menyusui khawatir dengan puasanya akan membahayakan dirinya dan anaknya, maka sedemikian pula )hendaklah/ dia berbuka dan meng"adha, tanpa ada perselisihan )di antara Sya(i¹iyyah/.¹·(al-%ajmu : 3+1**, dinukil dari majalah Al Fur"n/
* %Untuk Ibu Hamil dan Menyusui yan& Men&khawatirkan 'eadaan si Buah Hati saa
alam keadaan ini, sebenarnya sang ibu mampu untuk berpuasa. ³leh karena itulah,
kekhawatiran bahwa jika sang ibu berpuasa akan membahayakan si buah hati bukan berdasarkan perkiraan yang lemah, namun telah ada dugaan kuat akan membahayakan atau telah terbukti berdasarkan per‘obaan bahwa puasa sang ibu akan membahayakan. ¬atokan lainnya bisa berdasarkan diagnosa dokter terper‘aya bahwa puasa bisa membahayakan anaknya seperti
kurang akal atau sakit $. )Al 2ur"on, edisi 1 tahun -/
ntuk kondisi ketiga ini, ulama berbeda pendapat tentang proses pembayaran puasa sang ibu. %erikut sedikit paparan tentang perbedaan pendapat tersebut.
!alil ulama yan& mewaibkan san& ibu untuk membayar +adha saa%
alil yang digunakan adalah sama sebagaimana kondisi pertama dan kedua, yakni sang wanita hamil atau menyusui ini disamakan statusnya sebagaimana orang sakit. ¬endapat ini dipilih oleh Syaikh %in %a4 dan Syaikh As$Sa¹di rahimahumallah
!alil ulama yan& mewaibkan san& Ibu untuk membayar ,idyah saa%
alill yang digunakan adalah sama sebagaimana dalil para ulama yang mewajibkan "adha dan (idyah, yaitu perkataan 'bnu Abbasradhiallahuanhu, ¶Wanita hamil dan menyusui, jika takut
terhadap anak$anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.· ) —R. Abu awud/
dan perkataan 'bnu ºmar radhiallahuanhuketika ditanya tentang seorang wanita hamil yang
mud gandum setiap harinya kepada seorang miskin.· )al$%aiha"i dalam Sunan dari jalan 'mam
Sya(i¹i, sanadnya shahih/
an ayat Al$’ur¹an yang dijadikan dalil bahwa wanita hamil dan menyusui hanya( membayar (idyah adalah,$Dan wajib bagi "rang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar diyah (yaitu) membayar makan satu "rang miskin.& )’s. Al$%a"arah ¯±: 1-§/
—al ini disebabkan wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan anaknya dianggap sebagai orang yang ter‘akup dalam ayat ini.
¬endapat ini adalah termasuk pendapat yang dipilih Syaikh Salim dan Syaikh Ali —asan
haidzahullah.
!alil ulama yan& mewaibkan san& Ibu untuk men&+adha den&an disertai membayar ,idyah
alil sang ibu wajib meng"adha adalah sebagaimana dalil pada kondisi pertama dan kedua, yaitu wajibnya bagi orang yang tidak berpuasa untuk meng"adha di hari lain ketika telah memiliki kemampuan. ¬ara ulama berpendapat tetap wajibnya meng"adha puasa ini karena tidak ada dalam syari¹at yang menggugurkan "adha bagi orang yang mampu mengerjakannya.
Sedangkan dalil pembayaran (idyah adalah para ibu pada kondisi ketiga ini termasuk dalam keumuman ayat berikut,
¶»an wajib bagi orang$orang yang berat menjalankannya )jika mereka tidak berpuasa/ membayar (idyah, )yaitu/ memberi makan seorang miskin»· )’s. Al$%a"arah ¯±:1-§/ —al ini juga dikuatkan oleh perkataan 'bnu Abbasradhiallahuanhu, ¶Wanita hamil dan
menyusui, jika takut terhadap anak$anaknya, maka mereka berbuka dan memberi makan seorang miskin.· )—R. Abu awud, dishahihkan oleh Syaikh Al %ani dalam 'rwa¹ul ¼halil/. %egitu pula jawaban 'bnu ºmar radhiallahuanhu ketika ditanya tentang wanita hamil yang khawatir
terhadap anaknya, beliau menjawab, ¶—endaklah berbuka dan memberi makan seorang miskin setiap hari yang ditinggalkan.·
Adapun perkataan 'bnu Abbas dan 'bnu ºmarradhiallahuanhuma yang hanya menyatakan
untuk berbuka tanpa menyebutkan wajib meng"adha karena hal tersebut )meng"adha/ sudah la4im dilakukan ketika seseorang berbuka saat Ramadhan.
½
emikian pembahasan tentang "adha dan (idyah yang dapat kami bawakan. Semoga dapat menjadi landasan bagi kita untuk beramal. Adapun ketika ada perbedaan pendapat dikalangan ulama, maka ketika saudari kita menjalankan salah satu pendapat ulama tersebut dan berbeda dengan pendapat yang kita pilih, kita tidak berhak memaksakan atau menganggap saudari kita tersebut melakukan suatu kesalahan.
Semoga Allah memberikan kesabaran dan kekuatan bagi para 'bu untuk tetap melaksanakan puasa ataupun ketika membayar puasa dan membayar (idyah tersebut di hari$hari lain sambil