Association between Hemodialysis Adequacy, Family Support, and
Quality of Life in Chronic Renal Failure Patients
Leo Chandra Wisnu Pandu Winata1)2) , Wachid Putranto3) , Mohammad Fanani4) 1 )Kasih Ibu Hospital, Surakarta
2)Masters Programs in Family Medicine, Sebelas Maret University
3)Subdepartment of Renal Diseases, Department of Internal Medicine, Dr. Moewardi Hospital 4)Department of Psychiatry, Dr. Moewardi Hospital
ABSTRACT
Background: Hemodialysis is one of renal replacement therapy for patients with chronic renal
failure (CRF). The quality of hemodialysis is largely determined by the recommended dose of hemodialysis. Biological and psychological changes are often faced by patients undergoing hemodialysis, which can affect their quality of life. Family support is an important factor that serves as a support system for the patients to face the health problems. This study aimed to determine the association between hemodialysis adequacy, family support, and quality of life in chronic renal failure patients.
Subjects and Method: This was an analitic observational study with cross sectional design. It
was conducted at Kasih Ibu Hospital, Surakarta, Central Java. A total sample of 102 patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis were selected for this study using random sampling. The dependent variable was quality of life. The independent variables were hemodialysis adequacy and family support. The quality of life was assessed using the WHOQoL questionnaire. The hemodialysis adequacy was measured by Ureum Reduction Rate (URR) formula. Family support was measured by family support questionnaire. The data were analyzed using Chi Square test, Mann Whitney test, and logistic regression
Results: Patients with chronic renal failure had better quality of life if they underwent adequate
hemodialysis (OR= 5.34 95% CI= 2.20 to 12.98 p= 0.001) and received strong family support (OR= 7.74; 95% CI= 3.13 to 19.13 p= 0.001).
Conclusion: Quality of life of the patients with chronic renal failure is determined by
hemodialysis adequacy and family support.
Keywords: chronic renal failure, hemodialysis, adequacy, family support, quality of life
Corespondence: Leo Chandra Wisnu Pandu Winata. Masters Programs in Family Medicine, Sebelas Maret University, Jl. Ir Sutami 36A, Surakarta. Email : [email protected]
LATAR BELAKANG
Angka kejadian gagal ginjal kronis di dunia masih tinggi. Berdasarkan data National
Institute of Diabetes, Digestive and Kidney Diseases, jumlah pasien gagal ginjal kronis
di Amerika pada akhir tahun 2009 se-banyak 871,000 pasien dan hanya 570,000 orang yang menjalani terapi dialisis atau tranplantasi ginjal. Sedangkan menurut data USDRS, prevalensi gagal ginjal kronis pada tahun 2011 di Amerika Serikat sebesar 1,901 per juta jiwa (United State Renal
Data System, 2013).
Menurut data Laporan Register Ginjal Indonesia yang ke 7, jumlah pasien gagal ginjal kronis baru yang menjalani hemo-dialisis pada tahun 2014 sebanyak 17.193 pasien (Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2014).
Hemodialisis ditujukan untuk memu-lihkan cairan dan elektrolit tubuh senormal mungkin (Himmelfarb & Ikizler, 2010). Menurut Clinical Practice Guideline on
hemo-dialisis salah satunya dipengaruhi oleh adekuasi hemodialisis, yang merupakan dosis yang direkomendasikan untuk men-dapatkan hasil yang adekuat sebagai man-faat dari proses hemodialisis yang dijalani oleh pasien gagal ginjal (NKF-K/DOQI, 2006).
Beberapa hasil penelitian menun-jukkan pasien dengan penyakit ginjal kro-nis yang menjalani hemodialisis memiliki kualitas hidup yang lebih buruk diban-dingkan dengan masyarakat pada umum-nya (Bele et al 2012; Pakpour et al, 2010; Ayoub dan Hijjazi, 2013).
Septiwi (2010) dalam penelitiannya di RS Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis (p value= 0.000; OR= 8.98; 95%CI: 3.5-23.08). Pourfarziani et al (2008) menyatakan bahwa ketidakadekuatan he-modialisis yang dapat dinilai dari bersihan urea yang tidak optimal akan mengaki-batkan progresivitas kerusakan fungsi ginjal, sehingga morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal makin meningkat.
Dukungan keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi ma-salah (kesehatan) dan sebagai strategi pre-ventif untuk mengurangi stress dimana pandangan hidup menjadi luas dan mudah mengontrol kecemasan dan depresi yang timbul pada dirinya (Ratna, 2010).
Saragih (2010) mengemukakan ada-nya hubungan yang bermakna (p=0,001) antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Istiqomah (2009) meneliti 35 pasien hemodialisis yang menerima perhatian, kehangatan, penghiburan dan pertolongan dari kelu-arganya lebih bersemangat menjalani hi-dup dan meningkatkan kualitas hihi-dupnya. Penelitian ini menunjukkan hubungan sig-nifikan antara dukungan sosial dengan
penerimaan diri dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima pasien akan semakin meningkatkan penerimaan diri dan kualitas hidupnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan adekuasi hemodialisis dan du-kungan keluarga dengan kualitas hidup pa-sien hemodialisis.
SUBYEK DAN METODE
Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dila-kukan berdasarkan Ethical Clearance no-mor 177/III/HREC/2017. Populasi dari penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin di RS Kasih Ibu Surakarta pada bulan Maret 2017 sejumlah 140 orang. Total sampel dalam penelitian ini 102 orang yang diambil secara systematic random sampling.
Variabel bebas dalam penelitian adalah adekuasi hemodialisis dan du-kungan keluarga. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas hidup pasien. Adekuasi hemodialisis dinilai dari hasil pengukuran URR dengan mengukur jumlah reduksi ureum pasien HD dari pre HD sampai post HD.
URR = 100 x 1 (1- Ct/Co) Keterangan :
Ct : Ureum post HD Co : Ureum pre HD
Nilai hasil perhitungan kemudian di bagi menjadi 2 kelompok ; adekuasi baik (URR ≥ 65 % dan adekuasi kurang (URR < 65%).
Instrumen penelitian pada penelitian ini berupa kuesioner WHOQoL-BREFF untuk menilai kualitas hidup responden.
The World Health Organization Quality of Life-BREFF (WHOQOL-BREFF)
WHOQOL - 100. Instrumen ini terdiri dan 26 item pertanyaan setiap item memiliki Skala 1-5, yang terdiri dari 4 domain. Dari 26 item pertanyaan tersebut 2 pertanyaan secara umum yang tidak diikutkan dalam perhitungan 4 domain, yaitu pertanyaan nomor 1 dan 2. Untuk domain kesehatan fisik 7 pertanyaan. Domain psikologis 6 pertanyaan. Domain hubungan sosial 3 pertanyaan. Domain lingkungan 8 per-tanyaan. Responden diminta memilih satu angka dan skala 1-5 pada masing-masing pertanyaan. Kualitas hidup baik bila skor total ≥ 72 dan kualitas hidup kurang bila skor total < 72 (WHO, 2004).
Kuesioner dukungan keluarga yang sudah teruji validasi dan realibilitasnya, terdiri dari 12 item pertanyaan dengan ren-tang nilai 1 sampai 4 dimana masing-ma-sing komponen dukungan keluarga terdiri dari dimensi instrumental, dimensi infor-masional, dimensi emosional dan dimensi penghargaan. Koesioner ini bertujuan untuk
Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis. Skor dika-tegorikan atas kelas sebagai berikut:
12 - 23 = Dukungan keluarga kurang 24 – 35 = Dukungan keluarga cukup 36 - 48 = Dukungan keluarga baik
Sebagai subyek penelitian, setelah menyetujui prosedur penelitian yang terdapat pada informed consent, pen-catatan data diri masing-masing responden yang menjadi subyek penelitian, meminta responden untuk mengisi kuesioner WHOQol-BREFF, kuesioner dukungan keluarga, tabulasi data dan melakukan analisis data yang sesuai.
Analisis data bivariat dan multivariat digunakan untuk melihat hubungan antar variabel dan menilai pengaruh paling
ber-makna dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji statistik dalam analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square dengan tingkat signifikan 95% dan α 0.05 dan analisis multivariat dengan menggu-nakan analisis uji regresi logistik. Proses analisis data dengan SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 16.0 for Windows.
HASIL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50 responden (49%) adekuasi baik dan 52 responden (51%) dengan adekuasi kurang. 62 responden (59.8%) mempunyai du-kungan keluarga yang baik, 30 responden (30.4%) mempunyai dukungan keluarga yang cukup dan 10 responden (9,8%) mem-punyai dukungan keluarga yang buruk. 64 responden (63%) mempunyai kualitas hidup yang baik, dan 38 responden (37%) mempunyai kualitas hidup yang buruk.
Tabel 1. Distribusi Responden Menu-rut Jenis kelamin, pendidikan, pe-kerjaan, tipe akses vaskular, durasi hemodialisis, kadar Hb di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102). Variabel Jumlah % Jenis Kelamin Laki-Laki 68 66.7% Perempuan 34 33.3% Pendidikan Pendidikan Tinggi 81 79.4% Pendidikan Rendah 21 20.6% Pekerjaan Bekerja 52 51.0% Tidak Bekerja 50 49.0% Kadar Hb Tidak Anemia 7 6.9% Anemia 95 93.1%
Tipe Akses Vaskular
Av Shunt 92 90.2%
Bukan Av Shunt 10 9.8%
Durasi Hd
4.5 Jam 84 82.4%
1. ANALISIS BIVARIAT
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Adekuasi Hemodialisis dan Kualitas Hidup di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102).
Adekuasi HD Kualitas hidup N p
baik buruk
n % n %
Baik 42 65.6 10 26.3 52 0.001
Kurang 22 34.4 28 7 3.7 50
Total 64 100 38 100 102
Analisis lebih lanjut pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup (p=0,001, α=0,05). Nilai OR yang diperoleh adalah 5,34 yang artinya bahwa responden dengan adekuasi baik
mem-punyai peluang sebesar 5,34 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden dengan adekuasi kurang.
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102)
Dukungan Keluarga Kualitas hidup N p
baik buruk n % n % Baik 50 78.1 12 31.6 62 0.001 Kurang 13 20.3 17 44.7 30 Buruk 1 1.6 9 23.7 10 Total 64 100 38 100 102
Analisis lebih lanjut pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p= 0.001, α= 0.05). Nilai OR yang diper-oleh adalah 7.74 yang artinya bahwa res-ponden dengan dukungan keluarga yang
baik mempunyai peluang sebesar 7.74 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden dengan dukungan keluarga yang buruk.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tipe Akses Vaskuler dan Durasi Hemo-dialisis dengan Adekuasi HemoHemo-dialisis di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102).
Variabel baik Kualitas hidup buruk N p
n % n %
Tipe Akses Vaskuler
AV Shunt 46 88.5 46 92 92 0.55 Bukan AV Shunt 6 11.5 4 8 10 Total 52 100 50 100 102 Durasi Hemodialisis 4-5 jam 44 84.6 40 80 84 0.54 4 jam 8 15.4 10 20 18 Total 52 100 50 100 102
Analisis lebih lanjut pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara antara tipe akses vaskuler dengan adekuasi hemodialisis (p= 0.55, α= 0.05).
Analisis lebih lanjut pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan adekuasi hemodialisis (p=0.54, α=0.05).
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan, Pekerjaan, dan kadar Hemoglobin dengan Kualitas Hidup di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102)
Variabel Kualitas hidup N p
baik buruk Jenis Kelamin Laki-laki 38 59.4 30 78.9 68 0.04 Perempuan 26 40.6 8 21.1 34 Total 64 100 38 100 102 Pendidikan Tinggi 52 81.2 29 76.3 81 0.55 Rendah 12 18.8 9 23.7 21 Total 64 100 38 100 102 Pekerjaan Bekerja 33 51.6 19 50.0 52 0.88 Tidak Bekerja 31 48.4 19 50.0 50 Total 64 100 38 100 102 Kadar Hb Tidak Anemia 4 6.2 3 7.9 7 0.75 Anemia 60 93.8 35 92.1 95 Total 64 100 38 100 102
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup diperoleh bahwa 38 orang (59.4%) responden laki-laki mempunyai kualitas hidup yang baik, dan 26 orang (40.6%) responden perem-puan mempunyai kualitas hidup yang baik. Analisis lebih lanjut pada alpha 5% ter-dapat hubungan yang bermakna antara je-nis kelamin dengan kualitas hidup (p=0.04, α=0.05). Nilai OR yang diperoleh adalah 0,39 yang artinya bahwa responden laki-laki mempunyai peluang sebesar 0.39 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden perempuan.
Hasil analisis hubungan antara ting-kat pendidikan dengan kualitas hidup di-peroleh bahwa 52 orang (81.2%) responden yang berpendidikan tinggi mempunyai kualitas hidup yang baik, dan 12 orang (18.8%) responden yang berpendidikan rendah mempunyai kualitas hidup yang
baik. Analisis lebih lanjut pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p=0.55, α=0.05).
Hasil analisis hubungan antara pe-kerjaan dengan kualitas hidup diperoleh bahwa 33 orang (51.6%) responden yang bekerja mempunyai kualitas hidup yang baik, dan 31 orang (48.4%) responden yang tidak bekerja mempunyai kualitas hidup yang baik. Analisis lebih lanjut pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang ber-makna antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p=0,88, α=0,05).
Hasil analisis hubungan antara kadar Hb dengan kualitas hidup diperoleh bahwa 4 orang (6,2%) responden yang tidak anemia mempunyai kualitas hidup yang baik, dan 60 orang (93,8%) responden yang anemia mempunyai kualitas hidup yang baik. Analisis lebih lanjut pada alpha 5%
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p=0,75, α=0,05).
Tabel 6. Hasil Analisis Qb Responden Menurut Adekuasi Hemodialisis di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102)
Variabel Adekuasi
Hemodialisis N p
Qb Baik 52 0.001
Kurang 50
Hasil analisis pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara Qb dengan adekuasi hemodialisis (p= 0.001, α=0,05).
Tabel 7. Hasil Analisis Usia dan Lama Menjalani Hemodialisis Responden Menurut Kualitas Hidup di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102) Variabel Adekuasi Hemodialisis N p Usia Baik 64 0.98 Kurang 38 Lama Mejalani HD Baik 64 0.04 Kurang 38
Hasil analisis pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan kualitas hidup (p=0,98, α= 0,05). Hasil analisis pada alpha 5% terda-pat hubungan yang bermakna antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup (p=0.04, α=0.05).
2. ANALISIS MULTIVARIAT
Pada tahap ini, dilakukan penyeleksian va-riabel bebas (adekuasi hemodialisis dan du-kungan keluarga) dan variabel pengganggu (lama menjalani hemodialisa, kadar hemo-globin, jenis kelamin, usia, tingkat pen-didikan dan pekerjaan) yang berhubungan
dengan kualitas hidup. Hasil analisis biva-riat yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 8. Hasil Seleksi Bivariat Uji Re-gresi Logistik Variabel Bebas dan Variabel Pengganggu dengan Kua-litas Hidup. Variabel P Adekuasi hemodialisis 0.001* Dukungan Keluarga 0.001* Kadar hemoglobin 0.751 Jenis Kelamin 0.043* Tingkat pendidikan 0.551 Pekerjaan 0.879
Berdasarkan tabel di atas variabel adekuasi hemodialisa, dukungan keluarga dan jenis kelamin mempunyai nilai p < 0.25 sehingga masuk dalam pemodelan multivariat.
Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Logistik Adekuasi Hemodialisis, Du-kungan Keluarga, dan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemo-dialisis di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102) Variabel P OR Adekuasi Hemodialisis 0.003 0.237 Dukungan Keluarga 0.040 2.709 Jenis Kelamin 0.409 1.557
Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa dari 3 variabel terdapat 2 variabel yang mempunyai p value > 0.05 dan dike-luarkan variabel dengan p value terbesar (0,409) yaitu Jenis Kelamin. Analisis pada pemodelan diatas menunjukkan bahwa variabel adekuasi hemodialisis dan du-kungan keluarga memiliki hubungan ber-makna dengan kualitas hidup. Selanjutnya dua variabel tersebut akan dilakukan uji pada tahap berikutnya.
Tabel 10. Hasil Akhir Analisis Multi-variat Adekuasi Hemodialisis dan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RS Kasih Ibu Surakarta Bulan Maret 2017 (n = 102)
Variabel P OR
Adekuasi
Hemodialisis 0,001 0,206 Dukungan Keluarga 0,042 2,665
Berdasarkan analisis regresi logistik dapat disimpulkan bahwa responden yang mencapai adekuasi hemodialisis berpe-luang 0.2 kali untuk memiliki kualitas hi-dup yang baik dibandingkan dengan res-ponden yang tidak mencapai adekuasi he-modialisis dan responden yang memiliki dukungan keluarga baik berpeluang 2,6 kali untuk memiliki kualitas hidup yang baik dibandingkan responden yang memiliki du-kungan hidup yang buruk. Dudu-kungan ke-luarga mempunyai nilai OR paling besar se-hingga dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kualitas hi-dup.
PEMBAHASAN
Keberhasilan proses hemodialisis diten-tukan oleh terpenuhinya dosis HD sesuai dengan kebutuhan pasien. Menurut Clinical Practice Guideline on Adequacy of Hemo-dialysis, kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis, yang merupakan dosis yang direkomendasikan untuk mendapatkan ha-sil yang adekuat sebagai manfaat dari pro-ses hemodialisis yang dijalani oleh pasien gagal ginjal (NKF- K/DOQI, 2000). K/ DOQI merekomendasikan bahwa setiap se-si pelaksanaan hemodialise-sis diharapkan da-pat mencapai adekuasi minimal dengan
URR 65%. Hasil penelitian hubungan ade-kuasi hemodialisis dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dari 102 responden, didapatkan 52 responden (51%) dapat mencapai adekuasi minimal dengan URR 65% sesuai rekomendasi dari K/DOQI.
Berdasarkan analisis chi square pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup (p= 0.001). Nilai OR dari analisis Chi Square adalah 5.34 yang artinya bahwa responden yang mencapai adekuasi baik, mempunyai peluang sebesar 5,34 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden yang memiliki adekuasi kurang (95% CI: 2.20; 12.98).
Pourfarziani et al (2008) menyatakan bahwa ketidak adekuatan hemodialisis yang dapat dinilai dari bersihan urea yang tidak optimal akan mengakibatkan pening-katan progresivitas kerusakan fungsi ginjal, sehingga morbiditas pasien gagal ginjal makin meningkat. Sedangkan terpenuhinya adekuasi hemodialisis ditandai dengan pa-sien merasa lebih baik dan nyaman se-hingga meningkatkan kualitas hidup mere-ka.
Kualitas hidup didefinisikan sebagai suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang dan berasal dari kepuasan/ ketidakpuasan dengan bidang kehidupan yang penting bagi mereka. Persepsi subyek-tif tentang kepuasan terhadap berbagai aspek kehidupan dianggap sebagai penentu utama dalam penilaian kualitas hidup, ka-rena kepuasan merupakan pengalaman kognitif yang menggambarkan penilaian terhadap kondisi kehidupan yang stabil dalam jangka waktu lama oleh Ferrans dan powers (1993).
Proses hemodialisis yang adekuat akan memberikan dampak yang positif
terhadap peningkatan kualitas hidup pasien hemodialisis. Hal ini sesuai dengan penelitian Cleary dan Drennan (2005) juga meneliti 97 pasien hemodialisis di Irlandia, dan hasilnya menyatakan bahwa pasien dengan hemodialisis yang tidak adekuat kualitas hidupnya lebih rendah daripada pasien dengan hemodialisis yang adekuat. Rambod dan Rafii (2010) meneliti hu-bungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis di Iran, dan hasilnya ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel dengan ni-lai p= 0.00. Septiwi (2011) juga meneliti 101 pasien hemodialisis di RS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan hasilnya ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien.
Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak responden yang memperoleh du-kungan baik dari keluarga 62 responden (59.8%), dibandingkan dengan 10 respon-den (9.8%) yang kurang mendapatkan du-kungan keluarga.
Keluarga merupakan unit sosial ter-kecil yang berhubungan paling dekat dengan pasien. Keluarga menjadi unsur penting dalam kehidupan seseorang karena keluarga merupakan sistem yang di dalam-nya terdapat anggota keluarga yang saling berhubungan dan saling ketergantungan dalam memberikan dukungan, kasih sa-yang, rasa aman, dan perhatian yang secara harmonis menjalankan perannya masing- masing untuk mencapai tujuan bersama (Friedman et al., 2014)
Hasil analisis hubungan antara du-kungan keluarga dengan kualitas hidup diperoleh bahwa sebanyak 50 orang (78.1%) responden dengan dukungan kelu-arga baik mempunyai kualitas hidup yang baik. Analisis Chi Square pada alpha 5% menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup (p= 0.001, α=0.05).
Nilai OR pada penelitian diperoleh 7.74 yang artinya bahwa responden dengan dukungan keluarga yang baik mempunyai peluang sebesar 7,74 kali untuk mempunyai kualitas hidup yang baik dibandingkan responden dengan dukungan keluarga yang buruk (95% CI: 3.13; 19.13).
Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan Saragih (2010) yang mengemuka-kan adanya hubungan yang bermakna (p value= 0.001) antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Istiqomah (2009) juga meneliti 35 pasien hemodialisis di Surabaya, dan hasilnya me-nunjukkan adanya hubungan yang signi-fikan antara dukungan sosial dengan pene-rimaan diri dan kualitas hidup pasien hemodialisis (p = 0.000).
Pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa dapat mengakibat-kan perubahan-perubahan baik perubahan biologis maupun psikologis. Perubahan psikologis juga terjadi diantaranya tidak dapat tidur, cemas dan khawatir memi-kirkan penyakitnya, bosan dengan tindakan hemodialisa yang terus menerus dan waktu yang dibutuhkan dalam 1 kali tindakan yang memerlukan 4-5 jam. Klien juga dapat mengalami kecemasan, ketidakberdayaan, keputusasaan, bosan dan harga diri rendah serta gangguan citra tubuh (Black dan Hawks, 2005), Sehingga dukungan kelu-arga disini memilki peran penting. Iskan-dar (2008) menyebutkan bahwa dukungan yang dipersepsi dapat meramalkan keefek-tifan koping, penyesuaian diri, serta kese-jahteraan fisik dan psikologis seseorang. Hal tersebut terjadi oleh karena pada individu yang merasa dukungan yang ia butuhkan tersedia, akan lebih berpotensi untuk tidak mengalami stres yang berle-bihan dan lebih termotivasi untuk menjaga derajat kesehatannya.
Griffin et al (2001), pada sebuah studi longitudinal melakukan investigasi peran
keluarga terhadap status kesehatan pasien dengan penyakit kronis. Mereka menemu-kan hubungan yang kuat antara peran keluarga dengan status kesehatan, dimana dukungan yang negatif akan mengaki-batkan rendahnya status kesehatan pasien.
Keterbatasan dari penelitian ini ada-lah Pemilihan sampel dalam penelitian ini secara random sehingga belum memper-timbangkan frekuensi hemodialisisnya ser-ta tidak mengobservasi berat badan pasien yang akan menentukan besaran putaran (Quick of blood) yang kemungkinan mem-pengaruhi pencapaian adekuasi hemodia-lisis dan Peneliti hanya mengobservasi bahwa semua responden menggunakan dialiser high flux tanpa membedakan dia-liser baru atau diadia-liser reuse (pemakaian ulang). Peneliti juga mengabaikan pema-kaian dialiser reuse yang keberapa saat penelitian berlangsung.
Kesimpulan yang didapatkan berda-sarkan hasil penelitian yang dilakukan, adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin.
2. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin.
3. Ada hubungan yang bermakna antara adekuasi hemodialisis dan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Ayoub AM, Hijjazil KH (2013). Quality Of
Life In Dialysis Patients From The United Arab Emirates. Journal of
Family and Community Medicine.
Bele S, Bodhare T, Mudgalkar N, Saraf A, Valsangkar S (2012). Health Related
Quality Of Life And Existential Concern Among Patients With End Stage Renal Disease. Indian Journal
of Palliative Care.
Black JM, Hawks JH (2005). Medical
Surgical Nursing Clinical Manage-ment For Positive Outcome 7 Edition.
Philadheiphia; W.B Saunders Com-pany.
Cleary J, Drennan J (2005). Quality of life of patients on hemodialysis for end- stage renal disease. Journal of Advanced Nursing.
Ferrans C, Powers M (1993). Quality of life of Hemodialysis Patients, Anna Journal, 20 (5), 575-581.
Friedman M, Bowden, Jones EG (2014). Family Nursing: Research, Theory & Practise. USA. Conecticut: Appleton and Lange.
Griffin KW, Friend R, Kaell A T, Bennet R. S (2001). Distress Disease Status
among Patients with Rhematoid Arthritis: Role of Coping Styles and Perceived Responses from Support Providers. Annals of Behavioral
Me-dicine, 23. Diakses pada tanggal 5 Maret 2017 dari http://www.annals. org.
Himmelfarb J, Ikizler TA (2010). Medical Progress Hemodialysis. Engl J Med. Iskandar T (2008). Studi Fenomenologi
Stres dan Dukungan Sosial yang Di-persepsi oleh Pasien HIV/AIDS.
Te-sis. Fakultas Psikologi UI.
Istiqomah N (2009). Hubungan antara Du-kungan dan Penerimaan pada Pasien Hemodialisis di Surabaya.
NIDDK (2012). Kidney Disease Statistics
for the United States. U.S
Depart-mentof Health And Human Services. USA.
NKF-K/DOQI (2006). Clinical Practice
Guidelines and Recommendations.
National Kidney Foundation. New Y ork.
Pakpour AH, Saffari M, Y ekaninnejad MS, Panahi D, Harrison AP (2010). Health
Related Quality Of Life In A Sample Of Iranian Patients On Hemodialysis.
International Journal Kidney Disease. Perhimpunan Nefrologi Indonesia. 2014.
7th Report of Indonesian Renal
Re-gistry. Jakarta.
Pourfarziani V, Ghanbarpour F, Nemati E, S, Einollahi B (2008). Laboratory
Variables and Treatment Adequacy in Hemodialysis Patient in Iran.
Journal of Nursing Scolarship.
Rambod M, Rafii F (2010). Perceived Social Support And Quality Of Life In Iranian Hemodialysis Patients. Jour-nal Of Nursing Scholarship 42 (3): 242–249.
Ratna W (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Y ogyakarta: Pustaka Ri-hamma.
Saragih DA (2010). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pa-sien Gagal Ginjal Kronis yang Men-jalani Terapi Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan. USU. Me-dan.
Septiwi C (2010). Hubungan Antara Ade-kuasi Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RS Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Tesis. Univer-sitas Indonesia. Jakarta.
United State Renal Data System (USRDS), 2013. Incident and Prevalent Count
by Quarter. Available From: http://
www.usrds.org/qtr/default.
World Health Organization (2004). The World Health Organization; Quality Of Life. Diakses pada 2 Januari 2016