• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAKTU TANAM DAN PERLAKUAN PENGENDALIAN TERHADAP SERANGAN TUNGAU MERAH PADA UBIKAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WAKTU TANAM DAN PERLAKUAN PENGENDALIAN TERHADAP SERANGAN TUNGAU MERAH PADA UBIKAYU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WAKTU TANAM DAN PERLAKUAN PENGENDALIAN

TERHADAP SERANGAN TUNGAU MERAH PADA UBIKAYU

Sri Wahyuni Indiati

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Indonesia

E-mail: swindiati@yahoo.com

ABSTRAK

Tungau merah, Tetranychus urticae, merupakan hama penting pada tanaman ubikayu, khususnya di daerah kering. Pemilihan waktu tanam yang tepat merupakan salah satu upaya pengendalian yang murah, mudah dan tidak mencemari lingkungan. Percobaan dilaksanakan di KP. Muneng pada MT 2012. Ubikayu varietas Malang-4 ditanam dalam tiga periode tanam masing-masing menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan tiga perlakuan pengendalian: 1) kontrol, 2) dicofol 2 ml/l, dan 3) serbuk biji mimba (SBM) cair 5 ml/l. Tanam pertama dilakukan pada Januari 2012, tanam kedua pada Februari 2012, dan tanam ketiga pada Maret 2012. Intensitas serangan tungau diamati setiap bulan dimulai pada umur 4 bulan dan hasil ubikayu diamati pada saat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tanam tidak berpengaruh terhadap intensitas serangan tungau dan hasil ubikayu. Pada semua perlakuan waktu tanam, aplikasi dicofol 2 ml/l setiap minggu dapat menekan intensitas serangan tungau sampai 23% dan berbeda nyata dengan intensitas serangan tungau pada perlakuan tanpa pengendalian.

Kata kunci: tungau merah, ubikayu, pengendalian.

ABSTRACT

Red mite attack at several times planting of cassava. Red mite, Tetranychus urticae is an important pest on cassava plants, especially in dry areas. The appropriate planting time is one of the control tactic that less cost, practicable and did not has a negative effect an the environment. Field experiment was conducted at Muneng Research Station, dry season 2012. The cassava variety Malang-4 is planted in three consecutive planting times using a randomized block design with three replications and three control treatments: 1.) Check, 2.) Dicofol 2 ml/l and 3.) Neem seed powder (SBM) Liquid 5 ml/l respectively in January, in February, and in March 2012. The damage intensity of the mites attack were observed monthly starting at 4 months after planting, and yield at harvest time. The results showed that the planting time did not influence on the intensity of mite attack and yield. Among the treatments of planting time, application of dicofol 2 ml/l weekly could reduce the intensity of the attack of mites up to 23% and significantly different from check.

Keywords: red mite, cassava, control.

PENDAHULUAN

Di Indonesia, ubikayu sebagian besar diusahakan di lahan kering dan hanya sebagian kecil di lahan sawah dengan berbagai jenis tanah, yaitu Alfisol, Ultisol dan Inceptisol yang umumnya mempunyai tingkat kesuburan rendah. Di lahan kering beriklim kering, ubikayu dapat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman pangan lain atau secara monokultur

(2)

Di Lampung, ubikayu dapat ditanam sepanjang tahun, secara monokultur pada hamparan yang luas. Hal ini disebabkan karena daerah Lampung mempunyai kondisi iklim basah (tipe iklim B) dengan curah hujan yang lebih merata (Radjit et al. 2009).

Ubikayu termasuk tanaman yang memerlukan air dalam jumlah relatif sedikit dan toleran kekeringan. Tanaman ini akan tumbuh subur bila ditanam pada daerah dengan curah hujan cukup tinggi terutama pada awal pertumbuhan hingga pertumbuhan vegetatif. Kekeringan pada awal pertumbuhan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Penanaman ubikayu sebagian besar (75%) dilakukan pada awal musim hujan (Oktober sampai Januari) dan hanya 10% ditanam antara bulan Mei–September. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 10–11 bulan (Falcon et al. 1984).

Secara umum, ubikayu yang ditanam pada awal musim hujan hasilnya lebih tinggi karena pada awal pertumbuhan tanaman cukup mendapat air. Di samping itu, pada musim hujan populasi dan serangan tungau sangat rendah, sehingga tanaman terbebas dari serangan tungau. Sedang di musim kemarau populasi dan kerusakan yang ditimbulkannya cukup tinggi dan dapat menyebabkan kehilangan hasil yang relatif tinggi, bergantung pada umur tanaman waktu terjadi serangan, periode lamanya serangan dan status tanaman. Bila terlambat tanam peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil akan semakin tinggi.

Tungau merah (Tetranichus urticae), merupakan hama utama yang menyerang tanam-an ubikayu terutama pada musim kemarau. Populasi hama ytanam-ang melimpah secara umum akan menyebabkan intensitas serangan yang tinggi, dan menimbulkan kerusakan yang parah. Kerusakan tanaman relatif lebih rendah pada musim hujan (Nukenine et al. 2002).

Gejala kerusakan tungau awalnya terlihat pada daun bawah, yang dicirikan oleh bintik-bintik kuning di sepanjang tulang daun. Gejala serangan kemudian menyebar ke atas, ke seluruh daun, sehingga warna daun berubah menjadi coklat kemerahan atau coklat tua (Bellotti 1990). Pada tingkat serangan yang parah, daun menjadi kering dan rontok, sehingga berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas umbi.

Di CIAT, Mexico, serangan kompleks empat jenis tungau mengakibatkan kehilangan hasil ubikayu 20–53%, bergantung pada umur tanaman dan lamanya serangan. Nyiira (1976) melaporkan bahwa kehilangan hasil ubikayu akibat serangan tungau di Uganda dan Venezuela masing-masing 46% dan 15–20%. Byrne et al. (1982) melaporkan kehi-langan hasil umbi pada varietas rentan dapat mencapai 73%, sedangkan pada varietas yang tahan 15%. Sebelum tahun 2010 di Lampung rata-rata ubikayu yang ditanam antara bulan Februari sampai Juni mengalami serangan tungau yang parah, semua daun tanaman rontok. Pada musim kemarau 2010 di Muneng, Probolinggo, Jawa Timur, intensitas serangan tungau mencapai 54%, dan menyebabkan kehilangan hasil 25–54% (Indiati 2011). Sebaliknya di Pekalongan, Lampung Timur, intensitas serangannya sangat rendah, hanya 8%, karena selama tahun 2010 hujan turun sepanjang tahun (Indiati 2011). Di rumah kaca Balitkabi, Malang, serangan tungau merah yang parah meng-akibatkan kehilangan hasil sampai 95% (Indiati 1999).

Sejauh ini petani belum melakukan pengendalian hama tungau secara optimal. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan nilai komoditas ubikayu yang seringkali harganya rendah, sementara harga pestisida (akarisida) relatif mahal.

Untuk mengatasi masalah tersebut perpaduan antara dua atau lebih komponen pengendalian dalam satu sistem pengendalian terpadu diperlukan sehingga hasil dapat

(3)

ditingkatkan, pendapatan petani meningkat serta kelestarian dan kesehatan lingkungan tetap terjaga.

Shetlar (2012) melaporkan bahwa tungau dapat dikendalikan dengan insektisida minyak atau deterjen serta akarisida. Minyak dan detergen dapat membunuh telur dan tungau dewasa secara kontak. Akarisida yang dapat digunakan antara lain dicofol, acephate, dimethoate, chlorpyrifos, diazinon, disulfoton, propargite dan malathion. Mohammed (2004) melaporkan bahwa dicofol 18,5% EC dapat menekan intensitas serangan tungau sampai 96%. Pada tanaman hortikultura, serangan tungau Oligonychus

ilicis dapat dikendalikan dengan aldicarb, bifenthrin, chlorpyrifos, CGA 140408, dicofol,

omethoate, propargite, tau-fluvalinate dan tebufenpyrad (Herron dan Rophail 2000). Aplikasi ekstrak biji mimba dapat menyebabkan kematian tungau merah Tetranychus

urticae 60%, lebih rendah bila dibandingkan dengan dicofol yang mencapai 81%. Hal

yang sama juga terjadi pada tungau predator Amblyseius longispinosus (Singh dan Singh 2005). Biji mimba yang diekstrak dengan pelarut air (50 g/l) ditambah 0,5 ml perata/ha juga efektif menekan serangan tungau merah pada ubikayu dengan mortalitas 70% (Indiati 2004).

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan waktu tanam ubikayu yang tepat sehingga terhindar dari serangan tungau.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di KP Muneng selama musim kemarau 2012. Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan dan tiga perlakuan waktu tanaman dengan interval 1 bulan (Januari, Februari, dan Maret). Masing-masing waktu tanam dibuat 3 jenis pengendalian (kontrol, aplikasi dikofol 2 ml/l, dan aplikasi SBM cair 5ml/l masing-masing secara mingguan). Ubikayu varietas Malang-4 ditanam dalam petak yang berukuran 7 baris x 7 m dengan jarak tanam 100 x 80 cm. Pemupukan 200 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl/ha. Urea, SP36 dan KCl ditugal pada umur 1 BST sebanyak 100 kg Urea + 50 kg KCl + 100 kg SP-36/ha, dan sisanya sebanyak 100 kg Urea dan 50 kg KCl/ha diberikan pada umur 3 BST. Pengairan, dan penyiangan diberikan sesuai reko-mendasi setempat dan sesuai dengan kebutuhan.

Pengamatan dilakukan terhadap:

1. Intensitas serangan tungau pada 3 tanaman contoh yang diambil secara diagonal pada umur 3, 4, 5, 6, 7 bulan setelah tanam.

2. Hasil per plot dan komponen hasil pada 5 tanaman contoh pada saat panen. 3. Analisis tanah saat panen. Tanah sebanyak 2 kg yang diambil dari lima titik/ petak

penelitian secara diagonal. Analisis tanah meliputi pH, N, C-organik, P2O5, K, Ca

dan Mg dilakukan di Laboratorium Tanah BALITKABI. 4. Data curah hujan dan hari hujan KP Muneng tahun 2012. Intensitas serangan tungau dihitung berdasarkan rumus:

Rumus: I =

x

100

%

NxV

nxv

I = intensitas serangan

(4)

n = jumlah daun dalam setiap kategori skor v = kategori skor ( 0 sampai 5)

Skor kerusakan daun oleh tungau :

Skor Keterangan

0 Daun sehat (tidak ada bercak)

1 Ada awal bercak kekuningan (sekitar10%) pada beberapa daun bawah dan atau daun tengah.

2 Bercak kekuningan agak banyak (11–20%) pada daun bawah dan tengah.

3 Kerusakan yang jelas; banyak bercak kuning (21–50%), sedikit daerah mengalami nekrotik (<20%), khususnya daun bawah dan tengah agak mengkerut; sejumlah daun menjadi kuning dan rontok.

4 Kerusakan parah (51–75%) pada daun bagian bawah dan tengah, populasi tungau melimpah dan dijumpai benang-benang putih seperti jaring laba-laba.

5 Kerontokan daun total; pucuk tanaman mengecil; benang putih semakin banyak; kematian tanaman.

Pengolahan data dilakukan sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan menggunakan program Mstat-C dan untuk membedakan antar perlakuan dilakukan uji BNT pada taraf perbedaan 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek ubikayu Malang-4 yang ditanam pada bulan Januari 2012 tumbuh baik dengan daya tumbuh 100%, sehat dengan vigor yang baik. Pertumbuhan ubikayu yang ditanam pada bulan Februari kurang baik, banyak stek yang telah berkecambah mengalami kelayuan, kemudian stek menjadi kering dan mati. Kema-tian stek ini diduga karena penguapan yang tinggi karena cuaca yang panas. Penyulaman telah dilakukan, walaupun tanaman sulaman tumbuh semua sehingga populasinya penuh, namun pertumbuhan tidak seragam. Tanaman ubikayu Malang-4 yang ditanam pada bulan Maret 2012, tumbuh serempak dengan daya tumbuh 100%. Pertumbuhan ubikayu yang ditanam bulan Januari, berumur 3 bulan setelah tanam (BST), kurang merata dan daun tanaman agak kekuningan, padahal pemupukan kedua telah diberikan. Tanaman percobaan terdahulu yang ditanam pada blok tersebut juga mengalami pertumbuhan yang sama dan diduga masalahnya ada pada kesuburan lahan yang tidak optimum.

Gejala serangan tungau mulai tampak pada 4 BST, dengan intensitas 25–29%. Inten-sitas serangan tertinggi terjadi pada tanam Februari, berbeda nyata dengan waktu tanam yang lain, sedang intensitas serangan terendah terjadi pada tanam Januari. Pada 5 BST, kisaran serangan 26–37%, terendah pada tanam Januari, dan berbeda nyata dengan intensitas serangan pada tanam Maret. Pada 7 BST, intensitas serangan sedikit menurun, terendah pada tanam Januari, dan berbeda nyata dengan intensitas serangan pada tanam Februari dan Maret, sedangkan intensitas serangan tertinggi terjadi pada tanam Maret (Tabel 1).

(5)

Tabel 1. Rata-rata intensitas serangan tungau berdasarkan waktu tanam ubikayu. KP. Muneng, MT 2012

Intensitas serangan tungau (%) Waktu tanam 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST Januari Februari Maret 25,2 b 39,1 a 29,9 b 26,5 b 32,6 ab 37,3 a 27,5 30,2 30,2 25,3 c 29,2 b 32,9 a BNT 5 % KK (%) 8,58 19 7,51 19,6 ns 13,3 2,08 9,5

Keterangan: BST = bulan setelah tanam; ns = tidak berbeda nyata.

Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 BNT.

Tinggi rendahnya intensitas serangan tungau kemungkinan dipengaruhi oleh rendah tingginya curah hujan. Pertanaman ubikayu pada bulan Maret memperoleh curah hujan dan hari hujan lebih sedikit dibanding pertanaman bulan Januari dan Februari (Gambar 1). Menurut Nukenine et al. (2002), kerusakan tanaman relatif lebih rendah pada musim hujan. 0 100 200 300 400 500 Tahun 2012 C u ra h huj an ( m m ) 0 5 10 15 20 25 30 H ar i h u jan ( h ar i) C. Hujan H. Hujan C. Hujan 333 166 390 79 25 22 0 0 0 0 0 0 H. Hujan 24 15 16 3 4 1 0 0 0 0 0 0

Jan Feb M ar Apr M ei Jn Jl Agt Sept Okt Nop Des

Gambar 1. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di KP Muneng pada tahun 2012. Selama pertumbuhan tanaman, intensitas serangan tungau berkisar antara 25–37%. Penggunaan serbuk biji mimba (SBM) 5 ml/l dan dicofol 2 ml/l serata dalam menekan intensitas serangan tungau dan berbeda nyata dibanding tanpa pengendalian (Tabel 2).

Pada 8 BST, antara perlakuan waktu tanam dan pengendalian terdapat interaksi yang nyata terhadap intensitas serangan tungau. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa Aplikasi dicofol 2 ml/l setiap minggu pada tanaman ubikayu yang ditanam pada bulan Januari, Februari, dan Maret dapat menekan intensitas serangan tungau sampai 23% dan berbeda nyata dengan intensitas serangan pada ubikayu yang ditanam bulan Januari, Februari, dan Maret tanpa perlakuan pengendalian (intensitas serangan tungau mencapai 35%). Shetlar (2012) melaporkan bahwa tungau dapat dikendalikan dengan insektisida minyak

(6)

dewasa secara kontak. Akarisida yang dapat digunakan antara lain dicofol, acephate, dimethoate, chlorpyrifos, diazinon, disulfoton, propargite dan malathion. Mohammed (2004) melaporkan bahwa dicofol 18,5% EC dapat menekan intensitas serangan tungau sampai 96%.

Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan tungau berdasarkan perlakuan pengendalian ubikayu. KP Muneng, MT 2012.

Intensitas serangan tungau (%) Perlakuan pengendalian 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST Dicofol 2 ml/l SBM 5 ml/l Tanpa pengendalian 30,2 30,1 33,9 29,7 b 28,7 b 37,9 a 27,6 b 25,8 b 34,5 a 28,1 b 26,9 b 32,4 a BNT 5 % KK (%) ns 19 6,48 19,6 4,019 13,3 2,84 9,5

Keterangan: BST = bulan setelah tanam; SBM = serbuk biji mimba; ns = tidak berbeda nyata. Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Tabel 3. Rata-rata intensitas serangan tungau pada 8 BST berdasarkan waktu tanam dan perla-kuan pengendalian ubikayu. KP Muneng, MT 2012.

Intensitas serangan (%) Waktu tanam

Dicofol 2 ml/l SBM 5 ml/l Tanpa pengendalian

Januari 23,2 cd 27,4 b 35,7 a

Februari 20,8 d 24,3 c 35,4 a

Maret 23,4 cd 34,1 a 35,0 a

BNT 5 % 2,87

KK (%) 5,6

Keterangan : BST = bulan setelah tanam; SBM = serbuk biji mimba.

Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05.

Hasil ubikayu dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya kesuburan tanah, kondisi iklim (kekeringan atau curah hujan yang tinggi), pemupukan, kualitas stek, populasi tanaman dan pengendalian OPT. Dari beberapa faktor tersebut, yang paling utama berpengaruh terhadap hasil ubikayu adalah kesuburan tanah dan kekeringan yang terjadi pada awal fase vegetatif. Pada awal pertumbuhan, ubikayu yang ditanam pada perlakuan waktu tanam bulan Januari menunjukkan gejala pertumbuhan yang tidak optimal. Hasil ubikayu yang ditanam bulan januari paling rendah, sedang bobot umbi tertinggi terdapat pada perlakuan tanam bulan Maret. Tinggi rendahnya bobot umbi tersebut bukan akibat serangan tungau, namun lebih disebabkan karena ketidakseimbangan unsur hara di petak percobaan, terutama kandungan N yang sangat rendah (0,086–0,098%) dan kandungan C-organik yang rendah (1,48–1,67%), sedangkan unsur P2O5, K, Ca dan Mg pada kadar

yang tinggi (Tabel 4). Intensitas serangan tungau pada tanaman ubikayu yang ditanam bulan Januari lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan waktu tanam yang lain. Unsur N dan C-Organik sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman, pada kondisi normal ke-dua unsur tersebut berkisar antara 1–2%. Sebaliknya, tingginya kadar P2O5, K, Ca dan

(7)

Tabel 4. Hasil analisis tanah pada saat panen ubikayu berdasarkan waktu tanam (Laboratorium Ilmu Tanah Balitkabi). KP Muneng, MT 2012.

pH Waktu tanam H 2O KCl N (%) C-Org (%) P2O5 (Ppm) (Me/100K g) Ca (Me/100 g) Mg (Me/100 g) Januari Februari Maret 7,12 7,00 7,03 0,090 0,086 0,098 1,67 1,64 1,48 19,4 31,1 23,8 0,90 0,93 0,92 18,08 15,56 15,56 743 7,05 6,99

Rata-rata bobot umbi 5 tanaman dan bobot umbi/64 m2 berturut-turut berkisar antara

11.600–19.080 g/5 tanaman dan antara 121,6–221 kg/64 m2 atau 19–34,5 t/ha, berbeda

nyata antarperlakuan (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata bobot ubikayu berdasarkan waktu tanam. KP. Muneng, MT. 2012

Waktu tanam Bobot umbi

5 tan (g) Bobot umbi (kg/64 m2)

Bobot umbi (t/ha) Januari Februari Maret 11.600 c 15.740 b 19.080 a 121,6 b 139,4 b 221,0 a 19,00 b 21,79 b 34,53 a BNT 5% KK (%) 2.504 12,04 28,57 11,24 4,47 11,25

Keterangan : BST = bulan setelah tanam; SBM = serbuk biji mimba

Angka selajur yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,05

Bila dilihat dari sisi pengendalian, bobot umbi 5 tanaman sampel dan bobot umbi/64 m2 antarperlakuan pengendalian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Walaupun

demikian, pada petak tanpa pengendalian, bobot umbi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan kedua perlakuan yang lain. Rata-rata bobot umbi 5 tanaman dan bobot umbi/64 m2 berturut-turut berkisar antara 14.822–16.116 g/5 tanaman dan 149,8–

168,3 kg/64 m2 atau 23–26,3 t/ha (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata hasil ubikayu berdasarkan perlakuan pengendalian. KP Muneng, MT 2012. Perlakuan pengendalian Hasil 5 tan (g) Hasil umbi (kg/64 m2) Hasil umbi (t/ha)

Dicofol 2 ml/l SBM 5 ml/l Tanpa pengendalian 15488,8 16116,6 14822,2 168,37 163,76 149,82 26,30 25,60 23,42 BNT 5 % KK (%) ns 12,04 ns 11,24 ns 11,25

Keterangan: BST = bulan setelah tanam; SBM = serbuk biji mimba; ns = tidak nyata.

Secara umum bobot umbi ubikayu di KP. Muneng relatif rendah dibandingkan dengan di lahan petani Jawa Timur (Malang Selatan) maupun Lampung yang bisa mencapai di atas 35 t/ha. Rendahnya hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurang tingginya penggunaan pupuk anorganik maupun organik serta kurangnya pengairan, terutama pada fase vegetif, karena di KP Muneng suhu dan penguapan sangat tinggi. Di Malang Selatan, penggunaan pupuk oleh petani untuk tanaman ubikayu telah mencapai 200 kg

(8)

KP Muneng pemupukan ubikayu perlu ditingkatkan dan pemberian pupuk organik (kandang) perlu dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah.

KESIMPULAN

1. Aplikasi dicofol 2 ml/l setiap minggu pada ubikayu yang ditanam pada bulan Januari, Februari dan Maret dapat menekan intensitas serangan tungau sampai 23% dan berbeda nyata dengan tanpa perlakuan pengendalian.

2. Perbedaan waktu tanam antara tanam bulan Januari, Februari dan Maret belum berpengaruh terhadap serangan tungau dan hasil ubikayu.

3. Pada intensitas serangan kurang dari 30% pengendalian tungau pada tanaman ubikayu tidak diperlukan karena belum berpengaruh terhadap hasil ubikayu.

DAFTAR PUSTAKA

Bellotti, A.C. 1990. A review of control strategies for four important cassava pests in the Americas. In Hahn, S.K., and F.E. Caveness (Eds). Integrated pest management for tropical root and tuber crops. IITA, Ibadan, Nigeria. pp. 58–65.

BPS. 2011. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik- Jakarta. http://www.bps.go.id/ tnmn_pgn.php. Byrne, D.H., J.M. Guerrero, A.C. Bellotti and V.E. Gracen. 1982. Yield and plant growth responses

of Mononychellus mite resistant and susceptible cultivars under protected vs. infested conditions. Crop Science 22:486–490.

Hafsah, M.J. 2003. Bisnis ubi kayu Indonesia. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 263 p.

Herron, G. A. and J. Rophail. 2000. Potential insecticides for control of Oligonychus ilicis (McGregor) (Acari: Tetranychidae), a new threat to Australian horticulture. Australian Journal of Entomology, 39(2):86–88.

Indiati, 1999. Status tungau merah pada tanaman ubikayu. Dalam Pemberdayaan Tepung Ubijalar sebagai SuBSTitusi Terigu, dan Potensi Kacang-kacangan untuk Pengayaan Kualitas Pangan. Rahmianna (Eds). Edisi khusus Balitkabi No. 15–1999. Hal.122–126.

Indiati, S. W. 2011. Serangan hama tungau merah, Tetranychus urticae pada beberapa varietas ubikayu. Makalah disampaikan dalam seminar di BPTP Lampung, Bandar Lampung, 5 April 2011. 10 hal.

Indiati, S.W.. 2004. Pengaruh zat pelarut dan perata terhadap efektivitas biji bengkuang dan srikaya pada hama tungau. Kinerja penelitian mendukung agribisnis kacang-kangan dan umbi-umbian. Prosiding Puslitbangtan, 2004. Hal : 493–501.

Karama, S. 2003. Potensi, tantangan dan kendala ubi kayu dalam mendukung ketahanan pangan, p.1–14. Dalam: Koes Hartojo et al. (ed.). Pemberdayaan ubi kayu mendukung ketahanan pangan nasional dan pengembangan agribisnis kerakyatan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Mohammed, A. 2004. Effect of Eight Acaricides Against the Date Dust Mite, Oligonychus afrasiaticus (Mcgregor) (Acari: Tetranychidae). Pakistan Journal of Biological Sciences, 7: 1168–1171. Nukenine, E.N., A.T. Hassan, A.G.O. Dixon and C.N. Fokunang, 2002. Population dynamics of

cassava green mite, Mononychellus tanajoa (Bondar) (acari: tetranychidae) as influenced by varietal resistance. Pak. J. Biol. Sci., 5: 177–183.

Nyiira, Z.M. 1976. Population Dynamic of the green cassava mite and its predator Oligota. In Cock, J; MacIntyre, R. and Graham, M, (eds). Proc. 4th Symposium International Society Tropical

Root Crops. CIAT, Cali, Colombia. pp.193–197.

Radjit,B.S., N. Saleh, Y. Widodo, A. Munip, N. Prasetiaswati dan. 2009. Teknologi Produksi Ubikayu monokultur dan tumpangsari di Lahan Kering yang produktif dan Efisien. Lap. Akhir Tahun.

Shetlar, D. J. 2012. Spider Mites And Their Control. HYG-2012-92. State University Extension Fact Sheet Horticulture and Crop Science. Ohio.

Gambar

Gambar 1. Rata-rata curah hujan dan hari hujan di KP Muneng pada tahun 2012.
Tabel 2.   Rata-rata intensitas serangan tungau berdasarkan perlakuan pengendalian ubikayu
Tabel 5. Rata-rata bobot ubikayu berdasarkan waktu tanam. KP. Muneng, MT. 2012

Referensi

Dokumen terkait

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Bangka Belitung Hak Bebas Royalti Nonekslusif Non-exclusive Royalti-Free Right atas skripsi saya

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi bukaan lubang pintu dan penampang lubang pintu terhadap perubahan perilaku aliran

Hasil uji regresi linier berganda pada tabel koefisien didapatkan nilai X1, dan X3 adalah positif dengan nilai X1 sebesar 231, dan nilai X3 sebesar 639, yang dimana

Hasil pengujian analisis jalur menunjukan bahwa manajemen laba bukanlah variabel intervening antara mekanisme corporate governance terhadap kualitas laba, karena

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 10285 tahun 2020 tentang Prosedur Operasional Standar (POS) Adaptasi

Cara pendistribusiannya adalah dengan menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat dari beton dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada

Peredaran pil double L sebagai sediaan farmasi yang beredar di masyarakat harus mendapatkan perhatian yang mendalam dari pemerintah, mengingat didalam UU no 36 tahun