• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan 1 Pengantar Tafsir Ahkam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pertemuan 1 Pengantar Tafsir Ahkam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR TAFSIR AHKAM (TAFSIR BERCORAK FIQH) PENGANTAR TAFSIR AHKAM (TAFSIR BERCORAK FIQH)

Oleh : Tgk. Mukhlisuddin, SHI, MA Oleh : Tgk. Mukhlisuddin, SHI, MA11 A.

A. PendahuluanPendahuluan

Al-Al-Qur‟an sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia memiliki karakteristik yangQur‟an sebagai kitab suci dan pedoman hidup manusia memiliki karakteristik yang terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran

al-terbuka untuk ditafsirkan, ini dapat dilihat dalam realitas sejarah penafsiran al-Qur‟an sebagiQur‟an sebagi respon umat Islam dalam upaya memahaminya, Alquran sebagai referensi yang berharga bagi respon umat Islam dalam upaya memahaminya, Alquran sebagai referensi yang berharga bagi umat Islam akan terasa bila seseorang memahami seluk-beluk terkandung di dalamnya melalui umat Islam akan terasa bila seseorang memahami seluk-beluk terkandung di dalamnya melalui  jalur

 jalur yang yang salah salah satunya satunya disebut disebut tafsir. tafsir. Tafsir Tafsir itu itu sendiri sendiri secara secara terminologis terminologis bermakna bermakna sebuahsebuah ilmu yang memahamkan manusia akan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ilmu yang memahamkan manusia akan kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Jibri

Saw melalui Jibril l As, menjelaskan As, menjelaskan makna-maknanya, menyarikan hukum dan hikmat makna-maknanya, menyarikan hukum dan hikmat didi dalamnya.

dalamnya.

Untuk maksud itulah, sekian tafsir ditawarkan ulama untuk menggali samudera

al-Untuk maksud itulah, sekian tafsir ditawarkan ulama untuk menggali samudera al-Qur‟anQur‟an yang begitu luas dan mendalam. Tarsir secara garis besar dibagi tiga, yakni tafsir 

yang begitu luas dan mendalam. Tarsir secara garis besar dibagi tiga, yakni tafsir bil ma’tsur bil ma’tsur  (tafsir yang rujukan utama kepada

al-(tafsir yang rujukan utama kepada al-Qur‟an, hadits andQur‟an, hadits and atsar atsar sahabat), tafsir sahabat), tafsir  bi al-bi al-ra’yira’yi (tafsir (tafsir  yang kemampan rasionalitas yang dimiliki dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi). yang kemampan rasionalitas yang dimiliki dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi). Dan Tafsir al-Isyari (tafsir yang rujukan utama adalah isyarah Allah dalam pendekatan sufi). Dan Tafsir al-Isyari (tafsir yang rujukan utama adalah isyarah Allah dalam pendekatan sufi). Sementara corak-corak tafsir yang berkembang adalah:

Sementara corak-corak tafsir yang berkembang adalah: tafsir al-ahkamtafsir al-ahkam (tafsir hukum)(tafsir hukum) , tafsir ilmi , tafsir ilmi (tafsir ilmiah)

(tafsir ilmiah) , tafsir adabi , tafsir adabi (tafsir sastera)(tafsir sastera) , tafsir sufi , tafsir sufi (tafsir tasawuf)(tafsir tasawuf) , tafsir falsafi , tafsir falsafi (tafsir filsafat)(tafsir filsafat) , , tafsir ijtima’i

tafsir ijtima’i (tafsir sosial) dan lainnya.(tafsir sosial) dan lainnya. Urgensitas dari

Urgensitas dari tafsir ahkamtafsir ahkam didasari pada sebuah pertimbangan bahwa tidak semuadidasari pada sebuah pertimbangan bahwa tidak semua  permasalahan yang

 permasalahan yang dimuat al-dimuat al-Qur‟an secara rinci; menurut perkiraan para ahli hanya ada sekitar Qur‟an secara rinci; menurut perkiraan para ahli hanya ada sekitar  500 ayat atau 8 % dari keseluruhan ayat

al-500 ayat atau 8 % dari keseluruhan ayat al-Qur‟an yang mengandng ketentuan tentang iman,Qur‟an yang mengandng ketentuan tentang iman, ibadat dan

ibadat dan hidup kemasyarakatan. hidup kemasyarakatan. Khusus mengenai Khusus mengenai masalah muamalah masalah muamalah dan sosialdan sosial kemasyarakatan hanya

kemasyarakatan hanya 228 ayat, 228 ayat, dengan rincian dengan rincian sebagai berikut: sebagai berikut: 70 ayat 70 ayat tentang tentang hiduphidup kekeluargaan, perkawian, perceraian, warisan dan sebagainya; 70 ayat tentang perdagangan, kekeluargaan, perkawian, perceraian, warisan dan sebagainya; 70 ayat tentang perdagangan,  perekonomian,

 perekonomian, jual jual beli beli sewa sewa menyewa, menyewa, pinam-meminjam, pinam-meminjam, gadai, gadai, pereroan pereroan kontrak kontrak dandan sebagainya; 10 ayat tentang sistem pemerintahan, hubungan antara rakyat dan pemerintah dan sebagainya; 10 ayat tentang sistem pemerintahan, hubungan antara rakyat dan pemerintah dan sebagainya, 25 ayat tentang hubungan bilateral dan atau multilateral antara negara-negara Islam sebagainya, 25 ayat tentang hubungan bilateral dan atau multilateral antara negara-negara Islam dan negara lain di dunia, dan juga hubungan antara muslim dannon muslim dan sebagainya; dan dan negara lain di dunia, dan juga hubungan antara muslim dannon muslim dan sebagainya; dan

1 1

Makalah ini disampaikan sebagai pengantar matakuliah Tafsir Ahkam di Jurusan Syariah Ahwal Makalah ini disampaikan sebagai pengantar matakuliah Tafsir Ahkam di Jurusan Syariah Ahwal Al-Syakhsyiyyah Sekolah

Syakhsyiyyah Sekolah Tinggi Agama Islam Tinggi Agama Islam (STAI) Samalanga di hadapan (STAI) Samalanga di hadapan Mahasiswa Sem. IV Prodi Mahasiswa Sem. IV Prodi SAS., 14SAS., 14 Februari 2013.

(2)

10 ayat tentang hubungan orang kaya dengan orang miskin, termasuk sistem pengelolaan harta 10 ayat tentang hubungan orang kaya dengan orang miskin, termasuk sistem pengelolaan harta kekayaan, baik kekayaan pribadi, maupun masyarakat atau jama‟ah dan

kekayaan, baik kekayaan pribadi, maupun masyarakat atau jama‟ah dan . Ada sasaran dari kajian. Ada sasaran dari kajian tafsir ahkam adalah menggapai acuan yang mampu mengintegrasikan keislaman dan kearifan tafsir ahkam adalah menggapai acuan yang mampu mengintegrasikan keislaman dan kearifan lokal dalam konteks sosial, politik, budaya maupun agama. Dalam integrasi tersebut diharapkan lokal dalam konteks sosial, politik, budaya maupun agama. Dalam integrasi tersebut diharapkan dapat memberikan visi moralitas transidental

dapat memberikan visi moralitas transidental

B.

B. Metode dan Corak TafsirMetode dan Corak Tafsir

Metode yang dipergunakan oleh para mufasir, menurut al-Farmawi, dapat Metode yang dipergunakan oleh para mufasir, menurut al-Farmawi, dapat diklasifikasikan menjadi empat:

diklasifikasikan menjadi empat:  Pertama

 Pertama, Metode Tahlili, dimana dengan menggunakan metode ini mufasir-mufasir , Metode Tahlili, dimana dengan menggunakan metode ini mufasir-mufasir   berusaha

 berusaha menjelaskan menjelaskan seluruh seluruh aspek aspek yang yang dikandung dikandung oleh oleh ayat-ayat ayat-ayat al-Quran al-Quran dandan mengungkapkan segenap pengertiann yang dituju. Keuntungan metode ini adalah peminat tafsir  mengungkapkan segenap pengertiann yang dituju. Keuntungan metode ini adalah peminat tafsir  dapat menemukan pengertian secara luas dari ayat-ayat al-Quran.

dapat menemukan pengertian secara luas dari ayat-ayat al-Quran.  Kedua

 Kedua, Metode Ijmali, yaitu ayat-ayat al-Quran dijelaskan dengan pengertian-pengertian, Metode Ijmali, yaitu ayat-ayat al-Quran dijelaskan dengan pengertian-pengertian garis besarnya saja, contoh yang san

garis besarnya saja, contoh yang sangat terkenal adalah Tafsir Jalalain.gat terkenal adalah Tafsir Jalalain.  Ketiga

 Ketiga, Metode Muqaran, yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Quran berdasarkan apa yang, Metode Muqaran, yaitu menjelaskan ayat-ayat al-Quran berdasarkan apa yang  pernah ditulis oleh Mufasir sebelumnya dengan cara membandingkannya.

 pernah ditulis oleh Mufasir sebelumnya dengan cara membandingkannya.  Keempat 

 Keempat , Metode Maudlu‟I yaitu di mana seorang mufasir mengumpulkan, Metode Maudlu‟I yaitu di mana seorang mufasir mengumpulkan ayat-ayat diayat-ayat di  bawah suatu topik tertentu kemudian ditafsirkan.

 bawah suatu topik tertentu kemudian ditafsirkan.

Menurut Quraish Shihab, ada enam corak penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran yang Menurut Quraish Shihab, ada enam corak penafsiran terhadap ayat-ayat Alquran yang dikenal selama ini, yaitu:

dikenal selama ini, yaitu: 1)

1) Corak sastra bahasaCorak sastra bahasa 2)

2) Corak filsafat dan teologiCorak filsafat dan teologi 3)

3) Corak penafsiran ilmiahCorak penafsiran ilmiah 4)

4) Corak fikih atau hukumCorak fikih atau hukum 5)

5) Corak tasawuf Corak tasawuf  6)

6) Corak sastra budaya kemasyarakatan.Corak sastra budaya kemasyarakatan.

Sedangkan Muhammad Amin Suma berpendapat, selain corak-corak di atas, ia Sedangkan Muhammad Amin Suma berpendapat, selain corak-corak di atas, ia menambahkan beberapa corak lagi dalam penafsiran Alquran, yaitu: corak 

menambahkan beberapa corak lagi dalam penafsiran Alquran, yaitu: corak tarbawitarbawi (Pendidikan)(Pendidikan) dan corak 

(3)

corak penafsiran, yakni tafsir bi

corak penafsiran, yakni tafsir bi al-Ma`tsur al-Ma`tsur , tafsir bi, tafsir bi ar-Ray`ar-Ray`, tafsir , tafsir  ash-Shufiash-Shufi, tafsir , tafsir  al-Fiqhial-Fiqhi,, tafsir 

tafsir al-Falsafial-Falsafi, tafsir , tafsir al-`Ilmial-`Ilmi, dan tafsir , dan tafsir al-Adabi al-Ijtima`ial-Adabi al-Ijtima`i..

C.

C. Pengertian Tafsir AhkamPengertian Tafsir Ahkam

Kata “

Kata “tafsir tafsir ” berasal dari bahasa Arab” berasal dari bahasa Arab fassara, yufassiru, tafsiran fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti penjelasan,yang berarti penjelasan,  pemahaman

 pemahaman dan dan perincian. perincian. Selain Selain itu, itu, tafsir tafsir dapat dapat pula pula berartiberarti al-idlah wa tabyinal-idlah wa tabyin, yaitu, yaitu  penjelasan

 penjelasan dan dan keterangan. keterangan. Pengertian Pengertian tafsir tafsir seperti seperti dikemukakan dikemukakan para para pakar pakar al-al-Qur‟an tampilQur‟an tampil dalam formulasi yang berbeda-beda, akan tetapi esensinya sama. Al-Jurjani, misalnya, dalam formulasi yang berbeda-beda, akan tetapi esensinya sama. Al-Jurjani, misalnya, mengatakan bahwa tafsir ialah

mengatakan bahwa tafsir ialah menjelaskan makna ayat-ayat al-menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai seginya,Qur’an dari berbagai seginya, baik konteks historisnya maupun sebab nuzul-nya, dengan menggunakan ungkapan atau baik konteks historisnya maupun sebab nuzul-nya, dengan menggunakan ungkapan atau keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki secara terang dan jelas

keterangan yang dapat menunjuk kepada makna yang dikehendaki secara terang dan jelas.. Sementara itu Imam az-Zarqani mengatakan bahwa tafsir adalah

Sementara itu Imam az-Zarqani mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang membahasilmu yang membahas kandungan

al-kandungan al-Qur’an baik dari segi pemahaman makna atauQur’an baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai dikehendaki Allah,arti sesuai dikehendaki Allah, menurut kadar kesanggupan manusia.

menurut kadar kesanggupan manusia. Selanjutnya, Abu Hayan, sebagaimanan dikutip al-Selanjutnya, Abu Hayan, sebagaimanan dikutip al-Suyuthi, mengatakan bahwa tafsir adalah

Suyuthi, mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenaiilmu yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenai cara mengucapkan laflafal

al-cara mengucapkan lafal-lafal al-Qur’an disertaiQur’an disertai makna serta hukum-hukum yang terkandung dimakna serta hukum-hukum yang terkandung di dalamnya

dalamnya. Az-Zarkasyi mengatakan bahwa tafsir adalah. Az-Zarkasyi mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahuiilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah

(al-kandungan kitabullah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw., dengan caraQur’an) yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw., dengan cara mengambil penjelasan maknanya, hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya.

mengambil penjelasan maknanya, hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya. Dari definisi-definisi di atas dapat ditemukan tiga ciri utama tafsir.

Dari definisi-definisi di atas dapat ditemukan tiga ciri utama tafsir.  Pertama

 Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya adalah kitabullah (al-, dilihat dari segi objek pembahasannya adalah kitabullah (al-Qur‟an) yang diQur‟an) yang di dalamnya terkandung firman Allah Swt. yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad dalamnya terkandung firman Allah Swt. yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril.

Saw. melalui malaikat Jibril.  Kedua

 Kedua, dilihat dari segi tujuannya, adalah untuk menjelaskan, menerangkan, menyingkap, dilihat dari segi tujuannya, adalah untuk menjelaskan, menerangkan, menyingkap kandungan

al-kandungan al-Qur‟an sehingga dijumpai hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandungQur‟an sehingga dijumpai hikmah, hukum, ketetapan, dan ajaran yang terkandung di dalamnya.

di dalamnya.  Ketiga

 Ketiga, dilihat dari segi sifat dan kedudukannya adalah hasil penalaran, kajian, dan ijtihad, dilihat dari segi sifat dan kedudukannya adalah hasil penalaran, kajian, dan ijtihad  para

 para mufassir mufassir yang yang didasarkan didasarkan pada pada kesanggupan kesanggupan dan dan kemampuan kemampuan yang yang dimilikinya, dimilikinya, sehinggasehingga suatu saat dapat ditinjau kembali.

suatu saat dapat ditinjau kembali.

Dengan demikian, secara singkat dapat diambil suatu pengertian bahwa tafsir adalah Dengan demikian, secara singkat dapat diambil suatu pengertian bahwa tafsir adalah usaha manusia dalam memahami

(4)

Sementara istilah “

Sementara istilah “hukum” (jamak: ahkam)hukum” (jamak: ahkam) itu sendiri ada yang mengartikan:itu sendiri ada yang mengartikan:

““Tuntutan Allah ta’ala yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf, baik berupaTuntutan Allah ta’ala yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf, baik berupa tuntutan, pilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah, batal, tuntutan, pilihan, atau menjadikan sesuatu sebagai sebab, syarat, penghalang, sah, batal, rukhshah, atau ‘azimah

rukhshah, atau ‘azimah”.”.

Dalam definisi tersebut ditegaskan bahwa hukum (menurut ajaran Islam) adalah Dalam definisi tersebut ditegaskan bahwa hukum (menurut ajaran Islam) adalah kehendak Allah, untuk mengatur perbuatan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya kehendak Allah, untuk mengatur perbuatan manusia dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya.. Hukum yang merupakan khitab Allah tersebut bagi umat Islam tertuang dalam

al-Hukum yang merupakan khitab Allah tersebut bagi umat Islam tertuang dalam al-Qur‟an denganQur‟an dengan klasifikasi hukum sebanyak 228 ayat.

klasifikasi hukum sebanyak 228 ayat.

D.

D. Klasifikasi Hukum Dalam AlquranKlasifikasi Hukum Dalam Alquran

Secara garis besar, hukum-hukum dalam

al-Secara garis besar, hukum-hukum dalam al-Qur‟an dapat dibagi menjadi tiga macam:Qur‟an dapat dibagi menjadi tiga macam:  Pertama

 Pertama, hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. mengenai, hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. mengenai apa-apa yang harus diyakini dan yang harus dihindari sehubungan dengan keyakinannya, seperti apa-apa yang harus diyakini dan yang harus dihindari sehubungan dengan keyakinannya, seperti keharusan mengesakan Allah dan larangan mempersekutukan-Nya. Hukum yang menyangkut keharusan mengesakan Allah dan larangan mempersekutukan-Nya. Hukum yang menyangkut keyakina

keyakinan ini disebut hukum i‟tiqadiyah yang dikn ini disebut hukum i‟tiqadiyah yang dikaji dalam “Ilmu Tauhid” atau “aji dalam “Ilmu Tauhid” atau “UshuluddinUshuluddin”.”.  Kedua

 Kedua, hukum-hukum yang mengatur hubungan pergaulan manusia mengenai sifat-sifat, hukum-hukum yang mengatur hubungan pergaulan manusia mengenai sifat-sifat  baik

 baik yang yang harus harus dimiliki dimiliki dan dan sifat-sifat sifat-sifat buruk buruk yang yang harus harus dijauhi dijauhi dalam dalam kehidupankehidupan  bermasyarakat.

 bermasyarakat. Hukum Hukum dalam dalam bentuk bentuk ini ini disebut disebut hukum hukum khuluqiyah khuluqiyah yang yang kemudiankemudian dikembangkan dalam “

dikembangkan dalam “ Ilmu Akhlak  Ilmu Akhlak ”.”.  Ketiga

 Ketiga, hukum-hukum yang menyangkut tindak-tanduk manusia dan tingkah laku, hukum-hukum yang menyangkut tindak-tanduk manusia dan tingkah laku lahiriahnya dalam hubungan dengan Allah Swt., dalam hubungan dengan sesama manusia, dalam lahiriahnya dalam hubungan dengan Allah Swt., dalam hubungan dengan sesama manusia, dalam  bentuk

 bentuk apa-apa apa-apa yang yang harus harus dilakukan dilakukan atau atau harus harus dijauhi. dijauhi. Hukum Hukum ini ini disebut disebut hukumhukum amaliyahamaliyah yang pembahasannya dikembangkan dalam “

yang pembahasannya dikembangkan dalam “ Ilmu Syari’ah Ilmu Syari’ah”.”.

Abdul Wahab Khallaf, seperti dikutip Muin Umar dkk., membagi hukum amaliyah Abdul Wahab Khallaf, seperti dikutip Muin Umar dkk., membagi hukum amaliyah menjadi dua bagian, yaitu:

menjadi dua bagian, yaitu: 1.

1. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah, dan ibadah-Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar, sumpah, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah Swt.

ibadah lain yang mengatur hubungan antara manusia dan Allah Swt. 2.

2. Hukum-Hukum-hukum mu‟amalah, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, jinayat, dan lainhukum mu‟amalah, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, jinayat, dan lain-lain-lain selain ibadah, yaitu yang mengatur hubungan manusia dengan manusia baik perorangan selain ibadah, yaitu yang mengatur hubungan manusia dengan manusia baik perorangan

(5)

maupun kelompok.

maupun kelompok. Inilah yang disebut hukum mu‟amalah, yang dalam hukum modernInilah yang disebut hukum mu‟amalah, yang dalam hukum modern  bercabang-cabang sebagai berikut:

 bercabang-cabang sebagai berikut: a.

a. Hukum badan pribadi, tentang manusia, sejak adanya dan kemudian ketika bergaulHukum badan pribadi, tentang manusia, sejak adanya dan kemudian ketika bergaul sebagai suami istri. Di dalam

al-sebagai suami istri. Di dalam al-Qur‟an terdapat sekitar 70 ayatQur‟an terdapat sekitar 70 ayat (akhwalusy(akhwalusy akhabiyah)

akhabiyah)  b.

 b. Hukum perdata, yaitu hukum mu‟amalah antara perseorangan dengan perseoranganHukum perdata, yaitu hukum mu‟amalah antara perseorangan dengan perseorangan dan juga masyarakat, seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan lain-lainnya yang dan juga masyarakat, seperti jual-beli, sewa-menyewa, gadai dan lain-lainnya yang menyangkut harta kekayaan. Ayat-ayat tentang ini sekitar 70 ayat

menyangkut harta kekayaan. Ayat-ayat tentang ini sekitar 70 ayat (ahkamul (ahkamul  madaniyah)

madaniyah) c.

c. Hukum pidana, sekitar 30 ayat (Hukum pidana, sekitar 30 ayat (ahkamul jinayah)ahkamul jinayah) d.

d. Hukum acara, yaitu yang bersangkut paut dengan pengadilan kesaksian dan sumpah,Hukum acara, yaitu yang bersangkut paut dengan pengadilan kesaksian dan sumpah, sekitar 13 ayat (

sekitar 13 ayat (al-al-ahkamul murafa’at)ahkamul murafa’at) e.

e. Hukum perundang-undangan, yaitu yang berhubungan dengan hukum dan pokok-Hukum perundang-undangan, yaitu yang berhubungan dengan hukum dan pokok- pokoknya.

 pokoknya. Yang Yang dimaksudkan dimaksudkan dengan dengan ini ini ialah ialah membatasi membatasi hubungan hubungan antara antara hakimhakim dengan terdakwa, hak-hak perseorangan dan hak-hak masyarakat. Ayat tentang ini dengan terdakwa, hak-hak perseorangan dan hak-hak masyarakat. Ayat tentang ini sekitar 10 ayat (

sekitar 10 ayat (al-ahkam dusturiyahal-ahkam dusturiyah)) f.

f. Hukum ketatanegaraan, yaitu hubungan antara negara-negara Islam dengan negaraHukum ketatanegaraan, yaitu hubungan antara negara-negara Islam dengan negara  bukan

 bukan Islam, Islam, tata tata cara cara pergaulan pergaulan dengan dengan selain selain muslim muslim di di dalam dalam negara negara Islam.Islam. Semuanya baik ketika perang maupun damai sekitar 25 ayat (

Semuanya baik ketika perang maupun damai sekitar 25 ayat (al-ahkamud dauliyahal-ahkamud dauliyah)) g.

g. Hukum tentang ekonomi dan keuangan, yaitu hak orang miskin pada harta orang kaya,Hukum tentang ekonomi dan keuangan, yaitu hak orang miskin pada harta orang kaya, sumber air, bank, juga hubungan antara fakir dan orang-orang kaya, antara negara sumber air, bank, juga hubungan antara fakir dan orang-orang kaya, antara negara dengan perorangan. Ayat tentang ini sekitar 10 ayat (

dengan perorangan. Ayat tentang ini sekitar 10 ayat (al-ahkamul iqtishadiyah wal al-ahkamul iqtishadiyah wal  maliyah)

maliyah)..

E.

E. Jumlah dan Karakteristik Ayat AhkamJumlah dan Karakteristik Ayat Ahkam

Jumlah ayat-ayat hukum dalam al-Quran relatif sedikit, bahkan tidak mencapai 1/10 dari Jumlah ayat-ayat hukum dalam al-Quran relatif sedikit, bahkan tidak mencapai 1/10 dari keseluruhan Ayat

Al-keseluruhan Ayat Al-Qur‟an. Diperkirakan jumlah ayat hukum lebih kurang 250 ayat, ada pulaQur‟an. Diperkirakan jumlah ayat hukum lebih kurang 250 ayat, ada pula yang menyatakan 200 ayat seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, dan 400 ayat dalam yang menyatakan 200 ayat seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, dan 400 ayat dalam Ahkam al-Quran Ibn al-Arabi. Sedangkan menurut penghitungan Abdul Wahhab Khallaf, Ahkam al-Quran Ibn al-Arabi. Sedangkan menurut penghitungan Abdul Wahhab Khallaf,  jumlahnya

 jumlahnya sekitar sekitar 228 228 ayat. ayat. Bahkan Bahkan jika jika pendapat pendapat Syeikh Syeikh Thantawi Thantawi Jawhari Jawhari diikuti, diikuti, iaia mengatakan ayat hukum di dalam

(6)

ayat hukum, apakah 150 atau 400 ayat, atau lebih dari itu, namun yang jelas ada semacam ayat hukum, apakah 150 atau 400 ayat, atau lebih dari itu, namun yang jelas ada semacam kesepakatan di kalangan pakar bahwa ayat hukum tidak lebih dari 500 ayat.

kesepakatan di kalangan pakar bahwa ayat hukum tidak lebih dari 500 ayat. Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan bahwa Ayat-Ayat

Al-Abdul Wahhab Khallaf menjelaskan bahwa Ayat-Ayat Al-Qur‟an yang berhubunganQur‟an yang berhubungan dengan masing-masing tersebut berjumlah :

dengan masing-masing tersebut berjumlah : a.

a. Yang berhubungan dengan ibadah, sebanyak 140 Ayat.Yang berhubungan dengan ibadah, sebanyak 140 Ayat.  b.

 b. Yang mengatur ahwal syakhsyiyah, sebanyak 70 Ayat.Yang mengatur ahwal syakhsyiyah, sebanyak 70 Ayat. c.

c. Yang berhubungan dengan jinayah, sebanyak 30 Ayat.Yang berhubungan dengan jinayah, sebanyak 30 Ayat. d.

d. Yang berhubungan dengan perdata, sebanyak 70 Ayat.Yang berhubungan dengan perdata, sebanyak 70 Ayat. e.

e. Yang berhubungan dengan hubungan Islam dan bukan Islam, sebanyak 25 Ayat.Yang berhubungan dengan hubungan Islam dan bukan Islam, sebanyak 25 Ayat. f.

f. Yang berhubungan dengan hukum-hukum acara, sebanyak 13 Ayat.Yang berhubungan dengan hukum-hukum acara, sebanyak 13 Ayat. g.

g. Yang mengatur keuangan negara dan ekonomi, sebanyak 10 Ayat.Yang mengatur keuangan negara dan ekonomi, sebanyak 10 Ayat. h.

h. Yang mengenai hubungan kaya dan miskin, sebanyak 10 Ayat.Yang mengenai hubungan kaya dan miskin, sebanyak 10 Ayat.

Dari sisi karakternya, Ayat-ayat hukum dapat dibedakan dalam dua kategori. Dari sisi karakternya, Ayat-ayat hukum dapat dibedakan dalam dua kategori.  Pertama

 Pertama, ayat-ayat yang bersifat, ayat-ayat yang bersifat qath’iyahqath’iyah. Ayat-ayat ini tidak dapat berubah hukumnya. Ayat-ayat ini tidak dapat berubah hukumnya dalam berbagai keadaan, situasi, kondisi, zaman, tempat dan waktu. Artinya tidak boleh ada dalam berbagai keadaan, situasi, kondisi, zaman, tempat dan waktu. Artinya tidak boleh ada intervensi akal dan fikiran manusia dalam merumuskan hukumnya, akan tetapi intervensi akal dan fikiran manusia dalam merumuskan hukumnya, akan tetapi hukum-hukumnya berlaku sejak ayat-ayat itu diturunkan sampai berakhir kehidupan di atas permukaan hukumnya berlaku sejak ayat-ayat itu diturunkan sampai berakhir kehidupan di atas permukaan  bumi

 bumi ini, ini, dan dan tidak tidak akan akan pernah pernah mengalami mengalami perubahan. perubahan. Para Para mujtahid mujtahid tidak tidak diberi diberi wewenangwewenang untuk melakukan ijtihad dalam bidang ini, baik dengan melakukan penafsiran, pensyarahan untuk melakukan ijtihad dalam bidang ini, baik dengan melakukan penafsiran, pensyarahan maupun membuat penakwilan yang berbeda dengan tekstual ayat. Penunjukannya terhadap maupun membuat penakwilan yang berbeda dengan tekstual ayat. Penunjukannya terhadap hukum tertentu dengan sangat detail, jelas dan tidak memiliki penafsiran ganda, seperti halnya hukum tertentu dengan sangat detail, jelas dan tidak memiliki penafsiran ganda, seperti halnya ayat-ayat tentang ibadah, mawaris, hudud dan qishash.

ayat-ayat tentang ibadah, mawaris, hudud dan qishash.  Kedua

 Kedua, ayat-ayat yang bersifat, ayat-ayat yang bersifat zhanniyah zhanniyah. Ayat-ayat ini dapat berubah hukumnya sesuai. Ayat-ayat ini dapat berubah hukumnya sesuai dengan perubahan k 

dengan perubahan k eadaan, „uruf, zaman dan tempat. Artinya para mujtahidnya diperkenankaneadaan, „uruf, zaman dan tempat. Artinya para mujtahidnya diperkenankan mengintervensi dalam memformulasi hukum-hukum yang dikandungnya sesuai dengan mengintervensi dalam memformulasi hukum-hukum yang dikandungnya sesuai dengan  perkembangan

 perkembangan zaman, zaman, perubahan perubahan tempat, tempat, waktu waktu dan dan keadaan. keadaan. Penunjukannya Penunjukannya terhadap terhadap hukumhukum tidak mendetail, akan tetapi memuat norma dasar yang bersifat global, sehingga memiliki tidak mendetail, akan tetapi memuat norma dasar yang bersifat global, sehingga memiliki  penafsiran ganda.

 penafsiran ganda.

Ayat-ayat hukum dalam

al-Ayat-ayat hukum dalam al-Qur‟an menggunakan bahasa hukum yang luas, luwes, lugasQur‟an menggunakan bahasa hukum yang luas, luwes, lugas dan akurat. Luas, karena al-Quran hampir atau bahkan selalu menampilkan kosa kata pilihan dan akurat. Luas, karena al-Quran hampir atau bahkan selalu menampilkan kosa kata pilihan yang bersifat substansial universal (

(7)

al-Quran memiliki banyak makna (

Quran memiliki banyak makna (musytarak musytarak ) di samping kaya dengan sinonim () di samping kaya dengan sinonim (muradif muradif ). Dengan). Dengan  bahasa

 bahasa hukum hukum yang yang singkat singkat dan dan akurat, akurat, tetapi tetapi luas luas dan dan luwes, luwes, pada pada satu satu pihak pihak menyebabkanmenyebabkan ayat-ayat hukum Al-Quran mampu menjangkau persoalan-persoalan hukum sejenis, sementara ayat-ayat hukum Al-Quran mampu menjangkau persoalan-persoalan hukum sejenis, sementara  pada

 pada pihak pihak yang yang lain, lain, juga juga mudah mudah beradaptasi beradaptasi yang yang menyebabkan menyebabkan hukum hukum Al-Quran Al-Quran tetaptetap dinamis. Di sinilah letak elastisitas hukum Al-Quran yang selalu sesuai dengan

dinamis. Di sinilah letak elastisitas hukum Al-Quran yang selalu sesuai dengan tuntutan zaman.tuntutan zaman. Seiring dengan hal itu fitrah manusia yang memiliki naluri untuk berfikir (berijtihad) tidak  Seiring dengan hal itu fitrah manusia yang memiliki naluri untuk berfikir (berijtihad) tidak  terhambat. Seterusnya pintu ijtihad untuk mengembangkan kreatifitas nalar manusia (mujtahid) terhambat. Seterusnya pintu ijtihad untuk mengembangkan kreatifitas nalar manusia (mujtahid) dalam bidang hukum terbuka lebar tidak pernah ditutup.

dalam bidang hukum terbuka lebar tidak pernah ditutup.

F.

F. KitabKitabMu’tabar dalamMu’tabar dalam Tafsir AhkamTafsir Ahkam

1.

1. Tafsir al-Tafsir al- Jami’ li ahkam al  Jami’ li ahkam al --Qur’anQur’an li Qurthubili Qurthubi Penulis tafsir

al-Penulis tafsir al-Qurtubi bernama Abu „Abd Allah Ibn Ahmad Ibn Abu Bakr IbnfarhQurtubi bernama Abu „Abd Allah Ibn Ahmad Ibn Abu Bakr Ibnfarh al-Anshari al-Khazraji Syamsy al-Din al-Qurtubi al-Maliki. Ulama besar seorang al-Anshari al-Khazraji Syamsy al-Din al-Qurtubi al-Maliki. Ulama besar seorang faqih besar dan mufassir (ahli tafsir al-Qur'an) dari abad ke- 7 H yang terkenal, Ia faqih besar dan mufassir (ahli tafsir al-Qur'an) dari abad ke- 7 H yang terkenal, Ia dianggap sebagai salah seorang tokoh yang bermazhab Maliki. Al-Qurthubi dalam dianggap sebagai salah seorang tokoh yang bermazhab Maliki. Al-Qurthubi dalam tafsir “

tafsir “al-al- Jami’  Jami’ li li ahkam ahkam al al --Qur’anQur’an” menggunakan bentuk penafsiran pemikiran (b” menggunakan bentuk penafsiran pemikiran (bii ra‟yi).

ra‟yi). Walaupun di dalam penafsirannya terdapat hadits-hadits Rasul dan pendapatWalaupun di dalam penafsirannya terdapat hadits-hadits Rasul dan pendapat ulama terdahulu. Karna menurut

al-ulama terdahulu. Karna menurut al-Qurthubi penafsiran bi ra‟y adalah penafsiranQurthubi penafsiran bi ra‟y adalah penafsiran yang menggunakan pemikiran dan di dukung oleh hadits-hadits dan pendapat ulama yang menggunakan pemikiran dan di dukung oleh hadits-hadits dan pendapat ulama yang terdahulu

yang terdahulu 2.

2.  Rawai’ul Bayan fi Tafsir Ayat Al Ahkma li Ashabuni Rawai’ul Bayan fi Tafsir Ayat Al Ahkma li Ashabuni  Rawa’i

 Rawa’i Al Al -Bayan Fi Tasair Ayat Al-Ahkam Min Al--Bayan Fi Tasair Ayat Al-Ahkam Min Al-Qur’anQur’an. Kitab ini mengandung. Kitab ini mengandung keajaiban tentang ayat-ayat hukum di dalam

Al-keajaiban tentang ayat-ayat hukum di dalam Al-Qur‟an. Kitab ini dalam dua jilidQur‟an. Kitab ini dalam dua jilid  besar, ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal soal ini, sebab dua jilid ini,  besar, ia adalah kitab terbaik yang pernah dikarang perihal soal ini, sebab dua jilid ini, telah dapat menghimpun karangan-karangan klasik dengan isi yang melimpah ruah telah dapat menghimpun karangan-karangan klasik dengan isi yang melimpah ruah serta ide dan fikiran yang subur, satu pihak dan karangan-karangan modern dengan serta ide dan fikiran yang subur, satu pihak dan karangan-karangan modern dengan gaya yang khas dalam segi penampilan, penyusunan, dan kemudian

gaya yang khas dalam segi penampilan, penyusunan, dan kemudian uslubuslub di pihak di pihak  lain

lain 3.

3. Tafsir Ahkamul Quran Ar-RaziTafsir Ahkamul Quran Ar-Razi

Penulis kitab ini adalah Abu Baker Ahmad bin Ar-Razi,dikenal dengan nama Penulis kitab ini adalah Abu Baker Ahmad bin Ar-Razi,dikenal dengan nama Jasshash, Dia salah seorang imam fikih Hanafi pada abad 4 H. Akam

(8)

adalah karyanya yang dipandang sebagai kitab tafsir fikih terpenting, khususnya bagi adalah karyanya yang dipandang sebagai kitab tafsir fikih terpenting, khususnya bagi  penganut

 penganut madzhab madzhab Hanafi. Hanafi. Dalam Dalam kitab kitab ini ini penulis penulis memfokuskan memfokuskan pada pada penafsiranpenafsiran

ayat-ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah hukum furu‟ ia mengemukakan satu atauayat yang berkaitan dengan masalah hukum furu‟ ia mengemukakan satu atau  beberapa

 beberapa ayat ayat lalu lalu mejelasakan mejelasakan maknanya maknanya secarasecara mama’tsur ’tsur , dengan perspektif fikih., dengan perspektif fikih. Salanjutnya ia mengetengahkan berbagai perbedaan antar madzhab fikih tenteng hal Salanjutnya ia mengetengahkan berbagai perbedaan antar madzhab fikih tenteng hal  berkenaan,

 berkenaan, oleh oleh sebab sebab itu, itu, kitab kitab ini ini di di rasa rasa oleh oleh pembaca pembaca bukan bukan lagi lagi sebuah sebuah tafsir,tafsir, tetapi kitab fikih.

tetapi kitab fikih. 4.

4. Tafsir “Tafsir “ Ahkam Al- Ahkam Al-Qur’an”Qur’an” karya Ibnu „karya Ibnu „ArabiArabi

Penulis kitab ini adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Penulis kitab ini adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad

Al-Abdullah bin Ahmad Al-Ma‟arrifi AlMa‟arrifi Al-Andalusi Al-Isyibili yang lebih dikenal dengan-Andalusi Al-Isyibili yang lebih dikenal dengan Ibnu „Arabi, salah satu ulama Andalusia yang luas ilmunya.

Ibnu „Arabi, salah satu ulama Andalusia yang luas ilmunya. Dia bermadzhab Maliki.Dia bermadzhab Maliki. Kitabnya yang bertajuk Ahkam Al Qur‟an, merupakan rujukan bagi tafsir fikih Kitabnya yang bertajuk Ahkam Al Qur‟an, merupakan rujukan bagi tafsir fikih kalangan pengikut Maliki.

Referensi

Dokumen terkait