• Tidak ada hasil yang ditemukan

iut UTS Landasan Pembelajaran.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "iut UTS Landasan Pembelajaran.docx"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Iut Nur Aini

NIM : 160551800779

PKJ-PPS UM Ujian Tengah Semester

Mata Kuliah : Landasan Pembelajaran Program: S2 Pendidikan Kejuruan Pembina : Prof. Dr. A. Mukhadis dan Dr. Saad Pratmantara, M.Pd

Sifat: Take Home Test Petunjuk:

1. Kerjakan semua soal dan pilih soal yang dianggap mudah lebih dahulu. Bila duplikasi/plagiasi diberikan sanksi nilai e.

2. Boleh menggunakan refleksi yang relevan dan diketik 1,5 spasi pada kertas A4. Waktu mengerjakan soal ini satu minggu.

1. Esensi pembelajaran bidang kejuruan sebagai proses memfasilitasi keterampilan how to think, how to learn, dan how to create untuk membentuk individu yang siap berperan sebagai job creator, job seeker, dan high degree persuer unggul. Jelaskan makna (a) keterampilan how to think, how to learn, dan how to create; (b) kemampuan job creator, job seeker, dan high degree persuer unggul; (c) hubungan antara keterampilan butir (a) dan kemampuan butir (b)!

Jawab:

a. Keterampilan how to think, how to learn dan how to create.

- How to think adalah Menurut Mukhadis (2013:7) merupakan keterampilan individu untuk berpikir analitik, sintetik, dan praktikal dengan mengikuti ritme fenomena dialektika bidang yang dipelajari. How to think menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis. Representasi kemampuan berpikir kritis lebih berorientasi pada kemampuan menganalisis dan berpikir kritis terhadap suatu fenomena (masalah). Kemampuan berpikir sintetik lebih berperan dalam penemuan terhadap alternatif pemecahan masalah yang belum dikenal sebelumnya (berpikir kreatif), sedangkan kemampuan berpikir praktikal adalah kemampuan melaksanakan alternatif pemecahan masalah yang telah ditemukan, dinilai khalayak, diberi masukan, dan bagaimana kita menyikapi terhadap masukan.

(2)

- Keterampilan how to learn adalah Menurut Mukhadis (2013:8) how to learn merupakan kemampuan individu atau kelompok masyarakat dalam melakukan aktivitas sustainable self-learning dalam bidang teknologi.Wujud nyata dari kemampuan ini menurut Harefa (2010) dalam Mukhadis (2013:129) terdiri dari kemampuan melakukan learning, un-learning, dan re-learning. Representasi kemampuan learning dalam konteks pemanfaatan dan pengembangan teknologi merupakan proses untuk mencari, mengumpulkan informasi, pengetahuan dan keterampilan, serta nilai-nilai hidup malalui proses asimilasi dengan skemata yang telah dimiliki pada struktur kognitif individu sehingga menghasilkan pengalaman baru. Pengalaman baru sebagai hasil dari proses penstrukturan kognitif dalam diri individu sampai pada tahapan bermakna (meaningful), sehingga dapat mengkontruksi dan menginternalisasi menjadi pola pikir (mindset baru).

Representasi kemampuan un-learning, dalam konteks pemanfaatan dan pengembangan teknologi merupakan proses kemauan untuk meninggalkan atau melepas berbagai pola pikir yang sudah tidak sesuai, dan ketinggalan era serta kebiasaan yang tidak mendukung kemajuan dalam pengembangan mindset baru. Representasi kemampuan re-learning, dalam konteks pemanfaatan dan pengembangan teknologi merupakan proses memperbaiki mindset yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman (dialektika fenomena zaman), dengan melakukan adopsi berbagai pola pikir yang lebih berkualitas dan relevan. Berdasarkan uraian tersebut, maka how to learn merupakan keterampilan bagaimana cara untuk belajar dalam konteks learning, un-learning, dan re-learning dalam pengembangan mindset.

- How to create adalah menurut Mukhadis (2009: 226) adalah kemampuan atau daya emulasi yang tinggi. Kemampuan ini merupakan prasyarat suatu individu, kelompok, masyarakat, bangsa dan negara untuk melakukan loncatan dalam pengembangan teknologi sebagai alat pemecahan masalah dalam kehidupan. Kemampuan emulasi juga digambarkan dengan Limas Citra Manusia yang terdiri atas (1) kemampuan berpikir primeir, meliputi kemampuan fisik, kreatif, dan rasio sebagai rusuk tegak limas citra; (2) kemampuan berpikir sekundeir, meliputi daya imajinasi, perasaan, dan

(3)

gerak yang berperan sebagai rusuk alas dari limas citra; dan (3) kemampuan tertieir, meliputi dorongan (motif) berbuat sampai visi sebagai garis-garis di dalam limas citra dari alas menuju puncak limas.

b. Kemampuan job creator, job seeker dan high degree pursuer unggu.

- Job creator adalah pencipta lapangan kerja yang sering disebut wirausahawan atau wiraswasta adalah orang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan berujung kepada kesuksesan.

- Job seeker (pencari kerja) adalah orang yang belum mendapatkan pekerjaan atau sudah memiliki pekerjaan dan berusaha mencari pekerjaan sesuai dengan minat, background pendidikan, maupun dengan bakat kemampuan yang dimiliki dengan cara mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi mengenai perusahaan yang diminati maupun meminta informasi maupun bantuan kolega yang dimiliki.

- High degree pursuer unggul adalah individu atau kelompok yang memiliki kemampuan daya tahan yang tinggi dalam berkompetisi dalam kancah global.

c. Hubungan antara keterampilan butir (a) dan kemampuan butir (b). Uraian diatas pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu penguasaan hard skills (teori dan praktik) dan soft skill. Penguasaan hard skill dari segi kedalaman dan kekomplekannya berjenjang. Penguasaan soft skill pada semua jenjang pada dasarnya meliputi keterampilan berkomunikasi sesuai dengan bidang kerjanya. Keterampilan berkomunikasi diperlukan pada semua jenjang kualifikasi, sehingga dapat dikatakan merupakan keterampilan yang mutlak diperlukan dan seharusnya diajarkan di pendidikan kejuruan.

Dengan memiliki beberapa keterampilan dan kemampuan seperti pengertian diatas, diharapkan peserta didik bukan hanya sebagai pencari kerja. Tetapi dapat menjadi pencipta lapangan pekerjaan, sehingga dengan demikian juga dapat berdampak positif dengan berkurangnya pengangguran.

2. Fasilitasi berkembangnya keterampilan how to think, how to learn, dan how to create dapat optimal, apabila pembelajaran di bidang kejuruan berlandaskan pada trilogi harkat dan martabat manusia (HMM), yaitu hakikat manusia, dimensi kemanusiaan, dan pancadaya manusia. jelaskan (a) Pengertian trilogi

(4)

HMM dan dimensi-dimensinya sebagai landasan pembelajaran; (b) Hubungan trilogi HMM dan dimensinya dalam memfasilitasi pengembangan potensi how to think, how to learn, dan how to create; dan (c) Berikan contoh proporsi interelasi antara dimensi pancadaya dan hakikat manusia dalam konteks pembelajaran! Jawab:

a. Pengertian trilogi HMM dan dimensi-dimensinya sebagai landasan pembelajaran.

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang sudah seharusnya dapat menjalin hubungan baik kepada sesama dan baik bagi dirinya sendiri. Manusia merupakan makhluk yang dituntut untuk menjalankan ibadah sesuai dengan syariatnya masing-masing. Menurut Palto, manusia pada hakikatnya ditandai oleh adanya kesatuan antara apa yang ada pada dirinya, yaitu pikiran, kehendak, dan nafsu.

Harkat dan Martabat Manusia (HMM) menurut Hartono (2009:1) menyatakan harkat dan martabat manusia membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di seluruh alam semesta, dimana harkat dan martabat manusia (HMM) yang mengandung butir-butir bahwa:

1. Manusia makhluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya.

2. Makhluk yang paling tinggi derajatnya. 3. Khalifah di muka bumi.

4. Makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5. Pemilik hak-hak asasi manusia (HAM)

Kemudian dijelaskan, bahwa Keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan YME ditunaikan melalui peribadatan yang tulus dan ikhlas, citra kesempurnaan dan keindahannya diwujudkan melalui penampilan budaya dan peradaban yang terus berkembang, ketinggian derajatnya ditampilkan melalui upaya menjaga kehormatan dan menolak hal-hal yang merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, kekhalifahan diselenggarakan melalui penguasaan dan pengelolaan atas sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kehidupan yang damai dan sejahtera dalam alam yang aman dan tentram, dan hak asasi manusia dipenuhi melalui saling pengertian, saling memberi dan saling menerima serta saling melindungi, mensejahterakan, dan membahagiakan.

- Dimensi Kemanusiaan

Seseorang (individu manusia) yang sejak lahir dibekali dengan hakikat manusia itu, untuk pengembangan diri dan kehidupan selanjutnya, ia

(5)

dilengkapi dengan dimensidimensi kemanusiaan yang tidak lain adalah juga cakupan wilayah HMM yang melekat pada diri individu itu. Dimensi-dimensi itu adalah: Dimensi kefitrahan; Dimensi keindividualan; Dimensi kesosialan; Dimensi kesusilaan; Dimensi keberagamaan.

Kelima dimensi kemanusiaan saling terkait. Dimensi kefitrahan menduduki posisi sentral yang mendasari keempat dimensi Iainnya. Dimensi keindividualan, kesusilaan dan kesosialan saling terkait antara ketiganya, dan ketiganya itu terkait dengan dimensi kefitrahan dan ke-beragamaan. Sedangkan dimensi keberagamaan merupakan bingkai keseluruhan kehidupan individu dengan kelima dimensinya itu.

Gambar 1 Dimensi Kemanusiaan

1) Dimensi Kefitrahan

Kata kunci yang menjadi isi dimensi kefitrahan adalah kebenaran dan keluhuran. Manusia ketika dilahirkan ibarat kertas putih, bersih dan belum bertuliskan apapun. Dalam hal kebersihan hal itu menjadi juga ciri kefitrahan individu.Dengan kefitrahannya itu, individu memang pada dasarnya, sejak dilahirkan, dalam keadaan bersih.

2) Dimensi Keindividualan

Kata kunci yang terkandung di dalam dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan. Di sini dimaksudkan bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi, baik potensi fisik maupun mental psikologis, seperti kemampuan intelegensi, bakat dan kemampuan pribadi lainnya. Potensi ini dapat berbeda-beda antar individu.

3) Dimensi Kesosialan

Kata kunci kandungan dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan. Dengan bahasa setiap individu menjalin komunikasi atau hubungan dengan individu lain. Di samping itu individu juga menggalang

(6)

kebersamaan dengan individu lain dalam berbagai bentuk, seperti persahabatan, keluarga, kumpulan dan organisasi (non formal dan formal). 4) Dimensi Kesusilaan

Kata kunci kandungan dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral. Dalam dimensi ini digarisbawahi kemampuan dasar setiap individu untuk memberikan harga atau penghargaan terhadap sesuatu, dalam rentang penilaian tertentu.

5) Dimensi Keberagamaan

Kata kunci kandungan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Dalam dimensi ini terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk mempercayai adanya Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa serta mematuhi segenap aturan dan perintah-Nya. Keimanan dan ketaqwaan ini dibahas dalam agama yang dianut oleh individu. Kitab suci agama serta tafsir yang mengiringinya memuat kaidah-kaidah keimanan dan ketaqwaan tersebut. Kajian tentang agama-agama di dunia menambah wawasan berkaitan dengan dipakai dan dipraktikkannya dimensi keberagamaan di dalam kehidupan manusia.

- Panca Daya

Kelima dimensi kemanusiaan itu saling terkait dan berpengaruh. Kelimanya pada dasarnya menyatu, berdinamika dan bersinerji sejak awal dalam perkembangan dirinya sampai akhir kehidupannya. Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, manusia dikaruniai lima jenis bibit pengembangan, yaitu: daya taqwa; daya cipta; daya karsa; daya rasa dan daya karya.

1. Daya takwa

Merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang secara hakiki ada pada diri manusia (masing-masing individu) untuk mengi¬mani dan mengikuti perintah dan larangan dari Tuhan Yang Maha Esa.

2. Daya cipta

Bersangkut-paut dengan kemampuan akal, pikiran, fungsi kecerdasan, fungsi otak.

3. Daya rasa

Mengacu kepada kekuatan perasaan atau emosi dan sering disebut sebagai unsur afektif.

4. Daya karsa

Merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu, secara dinamis bergerak dari satu posisi ke posisi lain, baik dalam arti psikis maupun keseluruhan diri.

(7)

5. Daya karya

Mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata yang secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Proses pembelajaran dalam pendidikan ini pada hakikatnya adalah proses pengembangan segenap potensi/dimensi yang ada melalui pancadaya. Pendidikan merupakan wahana bagi pengembangan manusia. Pendidikan menjadi media bagi pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin dalam HMM dengan dimensi kemanusiaan dan pancadaya serta HMM-nya itu. Pendidikan terjadi di antara manusia oleh manusia dan untuk manusia, serta hanya mungkin terjadi dalam hubungan antarmanusia.

b. Hubungan trilogi HMM dan dimensinya dalam memfasilitasi pengembangan potensi how to think, how to learn, dan how to create.

1) Hakikat Manusia  How to think

Sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, indah dan sempurna dengan derajat paling tinggi yang memimpin bumi dengan hak-hak asasi manusia yang dimiliki mendukung individu dalam berpikir analitik, sintetik, dan praktikal dengan mengikuti ritme fenomena dialektika bidang yang dipelajari.  How to learn

Sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, indah dan sempurna dengan derajat paling tinggi yang memimpin bumi dengan hak-hak asasi manusia yang dimiliki membantu manusia bagaimana cara untuk belajar dalam konteks learning, un-learning, dan re-learning dalam pengembangan mindset.  How to create

Sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, indah dan sempurna dengan derajat paling tinggi yang memimpin bumi dengan hak-hak asasi manusia yang dimiliki memfasilitasi manusia untukterampil dengan melakukan kreasi.

2) Dimensi Kemanusian  How to think

Dimensi kemanusiaan melengkapi pengembangan manusia dalamberpikir analitik, sintetik, dan praktikal dengan mengikuti ritme fenomena dialektika bidang yang dipelajari.

(8)

How to learn

Dimensi kemanusiaan melengkapi pengembangan manusia dalam belajar untuk mengembangkan mindset melalui konteks learning, un-learning, dan re-learning.

How to create

Dimensi kemanusiaan melengkapi pengembangan manusia untuk keterampilan melakukan kreasi.

3) Panca Daya

How to think

Pancadaya manusia sebagai bibit pengembangan manusia untuk mampu berpikir analitik, sintetik, dan praktikal dengan mengikuti ritme fenomena dialektika bidang yang dipelajari.

How to learn

Pancadaya manusia sebagai bibit pengembangan manusia bagaimana cara untuk belajar dalam konteks learning, un-learning, dan re-learning dalam pengembangan mindset.

How to create

Pancadaya manusia sebagai bibit pengembangan manusia untuk keterampilan melakukan kreasi.

c. Berikan contoh proporsi interelasi antara dimensi pancadaya dan hakikat manusia dalam konteks pembelajaran!

N o

Panca Daya Hakekat Manusia

1. Taqwa -Upaya membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar dapat menjadi hamba yang bertakwa kepada Sang Khalik.

-Kebebasan dalam beragama dan tidak saling menyinggung dijunjung tinggi dalam pembelajaran.

- Membimbing generasi kini dan yang akan datang, serta menjalin keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Cipta -Kemampuan akal, pikiran, kecerdasan dan fungsi otak mengaitkan kompetensi dengan ketakwaan kepada Sang Khalik.

-Menciptakan kebudayaan dalam pembelajaran, contoh: budaya membaca buku, tesis, jurnal

(9)

N o

Panca Daya Hakekat Manusia

penelitian.

-Mengaplikasikan pengetahuan dengan cara memanusiakan manusia.

3. Rasa -Menghargai pendapat orang lain dalam proses pembelajaran.

-Menggunakan perasaan atau emosi yang positif dalam mengelola atau mengatur kehidupan di pembelajaran.

-Kekuatan perasaan atau emosi dalam menerima, merespon, menilai atau menghargai kebinekaan tunggal ika dalam proses pembelajaran.

4. Karsa -Memberikan motivasi untuk peserta didik sebagai motivasi dari luar individu mereka (extrinsict) dengan tidak membeda-bedakan latar belakang. -Motivasi berprestasi dari dalam individu (intrinsict)

yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar mengajar.

-Memotivasi diri sendiri dan orang lain untuk terus belajar guna investasi dunia dan akhirat.

5. Karya - Menghasilkan produk nyata yang bermanfaat untuk diri sendiri, lingkungan, dan kemaslahatan umat.

- Mengadopsi dan mengadaptasi model pembelajaran luar negeri menjadi sesuai dengan kearifan lokal.

- Mendemonstrasikan pengetahuan dengan cara memanusiakan manusia.

3. Menurut Morris, (dalam Miller, 1985), esensi dasar filosofi pelaksanaan pembelajaran di bidang kejuruan paling tidak ada empat, yaitu esensialisme, eksistensialisme, pragmatisme (dengan progresivisme dan rekonstruksionisme), dan eklektisisme. Jelaskan: (a) Makna keempat landasan filosofi tersebut; (b) Rasional dari setiap filosofi tersebut sebagai landasan pembelajaran; dan (c) Mengapa keempat filosofi relevan sebagai dasar pembelajaran di bidang kejuruan?

(10)

Jawab:

a. Jelaskan makna dari keempat landasan filosofi tersebut yaitu esensialisme, eksistensialisme, pragmatisme (dengan progresivisme dan rekonstruksionisme), dan eklektisisme!

Filosofi esensialisme

Menurut Muhmidayeli (2011:168) Makna filosofi esensialisme adalah aliran ini mamandang bahwa manusia selalu bergerak dan berkembang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum natural yang bersifat universal. Hukum universalah yang mengatur keseleruhan makrokosmos yang meliputi benda-benda, energi, ruang dan waktu bahkan pikiran manusia. Artinya manusia dipandang baik jika mematuhi nilai-nilai/ hukum tersebut. Esensialisme yang juga memandang bahwa manusia memperoleh ilmu pengetahuan karena menggunakan pancaindranya dalam menanggapi realitas yang ada.

Jadi aliran essensialisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan terletak pada kesedaran jiwa terhadap alam semesta dan menggunakan kemampuan indrawinya dalam memahami lingkungan serta mengolah informasi-informasi yang didapat melalui kemampuan Indrawinya.

Filosofi eksistensialisme

Makna eksistensialisme menurut Purnomo, dkk (2014: 4) adalah aliran filsafat pendidikan yang memfokuskan pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia atau realitas.

Filosofi pragmatisme (dengan progresivisme dan rekonstruksionisme) Menurut penganut pragmatisme hakikat realitas adalah segala sesuatu yang dialami manusia (pengalaman); bersifatplural (pluralistic); dan terus menerus berubah.Mereka berargumentasi bahwa realitasadalah sebagaimana dialami melalui pengalaman setiap individu (Callahan and Clark,1983 dalam Tatang, 2010:79).

o Progresivisme

Progresivisme, memandang realita (dunia) suatu proses atau tata di mana manusia hidup di dalamnya. Pengalaman sebagai ciri dinamika hidup, dan hidup itu perjuangan, tindakan dan perbuatan.Pengalaman sebagai kunci terhadap segala yang ada, menjadi piranti untuk mengetahui realita.

o Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah paham yang memandang realita sebagai sesuatu yang bersifat universal, ada di mana-mana, alam ini

(11)

mengandung hakikat materi dan rohani, yang berdiri sendiri-sendiri, azali dan abadi.Pengetahuan itu dihasilkan melalui rasio dan pengalaman.Adapun tentang bukti kebenaran ada pada diri sendiri, realita dan keberadaannya.Untuk masalah nilai berdasar azas supernatural (menerima natural yang universal, yang abadi, berdasar prinsip-prinsip teologis).

Filosofi eklektisisme

Makna eklektisisme menurut Doni dalam Purnomo (2014: 5) adalah pada hakikatnya filsafat ini ingin memilih yang terbaik dari banyak pendekatan. Eklektik adalah menggabungkan hal-hal yang berbeda, yang sebenarnya tidak cocok satu sama lain, kemudian disinergikan sehingga menjadi satu mosaik tersendiri.

b. Jelaskan rasional dari setiap filosofi tersebut sebagai landasan pembelajaran!

Esensialisme

Rasional esensialisme dalam pembelajaran adalah menekankan peran dan fungsi pendidik atau pelatih dalam proses pembelajaran, ahli dan menguasai subyek materi, mengembangkan skill dengan berlatih, pengulangan, pengkondisian, dan pengembangan kebiasaan baik dalam mempengaruhi prilaku peserta didik.

Contoh pembelajarannya yaitu esensialisme biasanya mengajarkan subyek materi membaca, menulis, mengkaji literatur, bahasa asing, sejarah, matematika, sains, seni dan musik (Suyitno).

Eksistensialisme

Rasional eksistensialisme dalam pembelajaran adalah membantu individu untuk mampu mewujudkan dirinya sebagai manusia.Metode pembelajarannya dengan metode penghayatan (non directive atau absortive learning), dan metode dialog atau percakapan langsung (Suyitno).

Pragmatisme

Rasional pragmatisme dalam pembelajaran yaitu bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosialnya (Edward J.Power, 1982 dalam Tatang, 2010:81). Kurikulum pendidikan menggunakan tradisi demokratis yaitu memperbaiki diri sendiri (a self-correcting tradition). Implikasinyawarisan-warisan sosial budaya dari masa lalu tidak menjadi fokus perhatian pendidikan melainkan pendidikan terfokus kepada kehidupan yang baik pada masa

(12)

sekarang danmasa yang akan datang.Metode pembelajaran mengutamakan penggunaan metodepemecahan masalah (Problem Solving Method) serta metode penyelidikan dan penemuan(Inquiry and Discovery Method).Peranan guru dan siswa yaitu guru bukan “menuangkan” pengetahuan kepada siswa melainkan menjadikan siswa sebagai seorang individu.

o Progresivisme

Callahan dan Clark (1983) dalam Tatang (2010:84) menyatakan bahwaorientasi pendidikan Pragmatisme adalah Progresivisme.Artinya, pendidikanPragmatisme menolak segala bentuk formalisme yang berlebihan dan membosankan daripendidikan sekolah yang tradisional. Anti terhadap otoritarianisme dan absolutismedalam berbagai bidang kehidupan, terutama dalam bidang kehidupan agama, moral, sosial, politik, dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya pendidikan Pragmatisme dipandangmemiliki kekuatan demi terjadinya perubahan sosial dan kebudayaan melalui penekananperkembangan individual peserta didik. o Rekonstruksionisme

Callahan dan Clark (1983) dalam Tatang (2010:84) memandang Rekonstruksionisme adalah variasi dari Progresivisme, yaitu suatu orientasipendidikan yang ingin merombak tata susunan kebudayaan lama, dan membangun tatasusunan kebudayaan baru melalui pendidikan/sekolah.Pembelajaran diartikan sebagai proses reorganisasi dan rekonstruksi (penyusunan kembali) pengalaman sehingga dapat menambah efisiensi individu dalam interaksinya dengan lingkungan dan dengan demikian mempunyai nilai sosial untuk memajukan kehidupan masyarakat.

Eklektisisme

Sekolah kejuruan dengan program kejuruan yang berdasarkan pada filsafat eklektisisme dapat mengembangkan kreativitas peserta didik melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang memberdayakan, sehingga mereka mampu berfungsi sebagai agen perubahan.

c. Mengapa keempat filosofi relevan sebagai dasar pembelajaran di bidang kejuruan?

Pernyataan Hornby yang dikutip Soeharto (1988) mengatakan bahwa filosofi adalah mempelajari berbagai prinsip yang mendasari aksi dan tinggkah laku manusia. Miller (1986, 3) menyatakan bahwa: phylosphys defined as a conceptual

(13)

frame work for synthesis and evaluation that represents a system of values to serve as a basis for making decisions that projects vocation’s future. Falsafah pendidikan kejuruan adalah cara pandang akan pendidikan kejuruan itu sendiri. Falsafah akan memberikan arah yang dipelukan untuk pelayanan pendidikan, selain kerangka kerja dimana tujuan, maksud, dan kegunaaan pendidikan itu dibangun.

Charles Prosser dalam Vocational Education in Democracy (1949) yang dikutip oleh William G. Camp dan John H. Hillison (1984, 15-16) memberikan beberapa butir dalil sebagai falsafah pendidikan kejuruan yaitu:

1. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi nyata dimana lulusan akan bekerja.

2. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan tugas atau program seusai dengan apa yang dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses kerja dan operasionalnya dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.

3. Pendidikan kejuruan akan efektif bilmana latihan dan tugas yang diberikan secara langsung dan spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, bukan sekedar tiruan).

4. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan tugas sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.

5. Pendidikan kejuran akan efektif bilamana program-program yang disediakan adalah banyak dan bervariasi meliputi semua profesi serta mampu dimanfaatkan atau ditempuh oleh peserta didik.

6. Latihan kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali hingga diperoleh penguasaan yang memadai bagi peserta didik.

7. Pendidikan kejuruan akan efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dan mampu mentransfer kepada peserta didik.

8. Pendidikan kejuruan akan efektif bilamana mampu memberikan bekal kemampuan minimal yang dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga mudah adaptif dan mudah pengembangannya.

9. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja. 10. Proses pemantapan belajar dan latihan peserta didik dalam pendidikan

kejuruan akan efektif apabila diberikan secara proporsional.

11. Sumber data yang dipergunakan untuk menentukan program pendidikan didasarkan atas pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.

12. Pendidikan kejuruan membeikan program tertentu yang mendasar sebagai dasar kejuruannya serta program lain sebagai pengayaan atau pengembangannnya.

(14)

13. Pendidikan kejuruan akan efisien apabila sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dan dalam waktu tertentu.

14. Pendidikan kejuruan dapat dirasakan manfaatnya secara sosial kemasyarakatan termasuk memperhatikan hubungan kemanusiaan dan hubungan dengan masyarakat luar dunia pendidikan.

15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak bersifat kaku.

16. Walaupun pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal mungkin, namun apabila sampai dalam batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraan pendidikan kejuruan dibatalkan.

Secara ringkas dari 16 butir falsafah pendidikan kejuruan dapat diringkas ke dalam 16 butir kriteria ideal pendidikan kejuruan yang harus dipenuhi, yaitu: (1) lingkungan belajar; (2) program dan fasilitas/peralatan; (3) praktek langsung; (4) budaya kerja; (5) kualitas input; (6) praktek yang berulangkali; (7) tenaga pendidik yang berpengalaman; (8) kemampuan minimal lulusan; (9) sesuai pasar kerja; (10) proporsi praktek; (11) sumber data program dari pengalaman; (12) program dasar kejuruan dan lanjut; (13) kebutuhan tertentu dan waktu tertentu; (14) hubungan dengan masyarakat; (15) administrasi fleksibel; (16) biaya pendidikan.

4. Pembelajaran di SMK sesuai kurikulum 2013 dilaksanakan dengan scientific approaches untuk memfasilitasi terbentuknya keterampilan hidup. Namun bila dilihat dari standar proses PP.19/2005 saat ini terkesan “kelas sebagai pusat mengajar, bukan pusat belajar”. Untuk itu, tumbuh kembangnya keterampilan how to think, how to learn, dan how to create masih dikesani rendah. (a) Identifikasi minimal 3 faktor utama penyebab disertai alasannya; (b) berikan prioritas alternatif pemecahannya; dan (c) berikan jaminan akan keterlaksanaannya dan keberhasilannya!

Jawaban:

a. Identifikasi minimal 3 faktor utama penyebab disertai alasannya!

Masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan pembelajaran di SMK paling sedikit terdapat tiga masalah pokok, yaitu masalah-masalah:

1) Kurikulum Alasan:

Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan nasional. Kurikulum diperlukan untuk membantu guru dalam

(15)

mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan dari berbagai berbahan kajian. Pengembangan kurikulum seharusnya mengandung arti perubahan, pergantian (alteration), atau modifikasi terhadap susunan yang ada. Perubahan yang terjadi dalam pengembangan kurikulum seharusnya memiliki karakteristik perubahan yang bermanfaat, perubahan yang dilakukan secara terencana, dan perubahan harus dilakukan secara progresif yang membawa dampak posif di masa mendatang. Kurikulum yang selalu berubah juga menunjukkan bahwa belum ada kurikulum yang ideal untuk segala jaman. Model dan pengembangan kurikulum pada jenjang SMK masih belum optimal.

2) SDM penyelenggara pendidikan di tingkat SMK yang belum profesional sesuai bidangnya.

Alasan:

Guru merupakan jiwa dari sekolah. Oleh karena itu, peningkatan profesionalisme guru perlu memperoleh perhatian tersendiri baik dari sekolah maupun pemerintah. Saat ini, masih banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang dan kompetensi yang seharusnya.

3) Fasilitas sarana dan prasarana pembelajaran dan praktikum yang kurang memadai untuk pembentukan kompetensi siswa, terutama fasilitas praktikum pada pendidikan kejuruan.

Alasan:

Fasilitas pembelajaran merupakan bagian penting pada penyelenggara pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran dan memerlukan pengelolaan dan pemanfaatan yang efektif dan efisien. Fasilitas praktikum pun juga sangat penting dalam pengembangan kompetensi siswa. Sebagai sekolah kejuruan siswa dituntut untuk dapat mengoptimalkan kegiatan praktek disekolah, dimana perbandingan teori dan praktek 30:70. Kegiatan praktikum adalah ciri dari pendidikan kejuruan.

Ketiga masalah tersebut merupakan faktor utama penyebab proses pembelajaran di SMK terkesan “kelas sebagai pusat mengajar, bukan pusat belajar” dan ketiga masalah tersebut merupakan aspek-aspek penting dalam proses pendidikan.

b. Berikan prioritas alternatif pemecahannya!

Prioritas alternatif pemecahan masalah implementasi kurikulum 2013 harus memperbaiki dengan urutan pemecahan mulai isi kurikulum, metode

(16)

pembelajaran dan kemampuan guru dalam pembelajaran sehingga dapat menunjang pengembangan manusia bidang kejuruan menjadi manusia dengan keterampilan how to think, how to learn, dan how to create.

1) Prioritas alternatif pemecacahan masalah kurikulum.

Melakukan analisis kompetensi untuk isi kurikulum 2013 pada mata pelajaran produktif. Menurut Sudjimat (2014:125), analisis kompetensi pada hakikatnya merupakan proses menjabarkan kompetensi menjadi sub kompetensi, atau dari SK/KI menjadi KD dan dari KD menjadi indikator yang tersusun secara logis dan sistematik. Guru sebagai perancang pembelajaran hendaknya berasumsi bahwa silabus dalam K-13 di SMK belum sepenuhnya dihasilkan berdasarkan proses analisis kompetensi secara cermat sebagaimana mestinya sehingga guru harus menganalisis ulang cakupan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik dengan harapan dapat mempermudah peserta didik dalam mencapai kompetensi yang harusnya dapat dikuasai.

2) Prioritas alternatif pemecahan masalah SDM penyelenggara pendidikan di tingkat SMK yang belum profesional sesuai bidangnya.

Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Sertifikasi guru dalam jabatan yang digulirkan pemerintah akhir-akhir ini merupakan perlu didukung masyarakat luas, dan dalam pelaksanaannya harus tetap mengacu pada standar kompetensi yang ditetapkan secara utuh, yaitu standar kompetensi pedogogis, kepribadian, profesional, dan sosial.

3) Prioritas alternatif pemecahan masalah sarpras di SMK.

Minimnya anggaran pendidikan ini jelas mempengaruhi secara langsung kualitas pendidikan, terutama kemampuan sekolah menyediakan fasilitas atau sarana prasarana belajar yang memadai. Oleh sebab itu peran pemerintah dalam mendukung masalah ini memiliki pengaruh yang penting, dalam penyediaan fasilitas praktik untuk siswa SMK yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.

c. Berikan jaminan akan keterlaksanaannya dan keberhasilannya!

Analisis kompetensi harus dilakukan ulang oleh guru ketika akan menentukan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam masyarakat nantinya. Penggunaan metode pembelajaran seperti project based learning yang sangat cocok untuk pembelajaran bidang kejuruan cenderung menuju pada aspek kegiatan teknikal/praktik sehingga dapat

(17)

memfasilitasi berkembangnya proses kreasi yang mengarah kepada pencapaian sesuatu yang menghasilkan produk barang, jasa, model, atau prototipe yang memiliki nilai ekonomis.

Pengubahan paradigma pendekatan scientific pada pembelajaran kejuruan dengan mengidentifikasi keterampilan 5M (Mengamati, Menanya, Mengeksplorasi, Mengasosiasi, dan Mengkomunikasikan) dalam metode pembelajaran yang digunakan membantu guru untuk merancang proses pembelajaran yang baik sehingga dapat mengembangkan keterampilan how to think, how to learn, dan how to create. Hal ini dikarenakan proses perancangan pembelajaran didasarkan pada karakteristik peserta didik dan karakteristik kebutuhan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan dapat mendorong berkembangnya kemampuan how to think, how to learn, dan how to create akan menjadikan lulusan bidang kejuruan menjadi individu yang mempunyai kemampuan job creator, job seeker, dan high degree pursuer dalam kancah global.

(18)

DAFTAR RUJUKAN

Harefa, A. 2010. Mindset Therapy: Terapi Pola Pikir Tentang Makna Learn, Un-learnm dan Relearn. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.

Mukhadis, Amat. 2009. Pengembangan Kemampuan Emulasi Melalui Teaching Industries Dalam Bidang Teknologi. Jurnal Teknologi dan Kejuruan, 32 (2): 219-236.

Mukhadis, Amat. 2013. Sosok Manusia Indonesia Unggul dan Berkarakter Dalam Bidang Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup Di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Karakter, 3 (2): 115-136.

Susilo, M. J. 2007. Pembodohan Siswa Tersistematis. Yogyakarta: Pinus.

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praktis Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang. Grasindo.

Hartono, Rudi. 2009. Harkat Dan Martabat Manusia (HMM) Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan dalam (https://riyadiscorpio.wordpress.com/2014/02/19/manusia-kemanusiaan-dan-pendidikan/) Diakses tanggal 4 April 2017

Referensi

Dokumen terkait

Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu kepada kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap pegawai, komitmen organisasi yang menunjukkan

Menurut Utaminingsih (2014:39),.. budaya organisasi yang terbentuk, terus dikembangkan dan diperkuat, sehingga memerlukan implementasi yang dapat membantu menyatukan

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

yang menarik untuk disoroti berkaitan dengan pemanfaatan keterampilan Abad 21 sebagai sarana implementasi sikap spiritual dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Secara umum pelaksanaan pengendalian intern di Bank Indonesia Bandung sudah baik dan memadai, hal ini ditandai dengan adanya struktur organisasi yang menggambarkan pemisahan fungsi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penambahan larutan limbah bubuk teh hitam dalam pembuatan telur asin itik Pegagan mampu mempertahankan bobot serta tekstur putih

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN - NET PAJAK PENGHASILAN TERKAITc. TOTAL LABA (RUGI)

Adapun badan eksekutif atau kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri dipilih berdasarkan dukungan suara terbanyak dari badan legislatif (dewan perwakilan