B. Potensi Wilayah KPH 1. Penutupan Vegetasi
Kelas Penutupan Lahan di KPHP Unit XXIV Gularaya berdasarkan peta penutupan lahan Provinsi Sulawesi Tenggara Hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ tahun 2011, menunjukkan bahwa wilayah KPHP Gularaya terdiri dari 20 kelas penutupan lahan. Selengkapnya Peta Penutupan Lahan secara keseluruHan dapat diliHat pada tabel dibawah ini :
Tabel 9. Sebaran Penutupan Lahan Di Wilayah KPHP Gularaya No Penutupan Lahan Luas (Ha) Persentase(%) DaemeterKlas Luas
1 Hutan Primer 2,91 0,003 Forest 41,998
2 Tubuh Air 9,19 0,008 Water 4,150
3 Transmigtrasi 43,23 0,037
4 Pemukiman 56,11 0,049 Settlement 366
5 Sawah 77,73 0,067 Paddyfields 66
6 Hutan Mangrove Sekunder 143,13 0,124 Mangrove 3,229
7 Semak Belukar Rawa 181,60 0,157
8 Padang Rumput/Savana 264,62 0,229 9 Pertanian Lahan KeringCampur 266,69 0,231
Mixed agriculture + Oil palm 17,802 + 31 10 Perkebunan 377,25 0,327 Teak 16,084 11 Tanah terbuka 628,70 0,545 12 Tambak 1.080,56 0,937 Ponds 1,489 13 Hutan Tanaman 1.086,54 0,942
14 Hutan Sekunder 2.233,81 1,936 Degradedforest 22,417
15 Pertanian Lahan Kering 2.820,82 2,445 Savana 408 16 Hutan Lahan KeringPrimer 5.653,39 4,901
17 Hutan Mangrove Sekunder 6.862,81 5,949 18 Pertanian Lahan KeringCampur Semak 14.480,82 12,552
19 Semak /Belukar 22.424,61 19,438 Scrub 7,341
20 Hutan Lahan KeringSekunder 56.667,79 49,122
Jumlah 115.363,01 100,000
Sumber : Analisis SIG, 2013
Dari Tabel di atas terliHat bahwa kelas penutupan lahan yang masih berhutan terdiri dari 7 kelas tutupan lahan yaitu; (1) Hutan Primer, (2) Hutan Mangrove Primer, (3) Hutan Tanaman, (4) Hutan Sekunder, (5) Hutan Lahan Kering Primer, (6) Hutan Mangrove Sekunder, (7) Hutan Lahan Kering Sekunder dengan luas keseluruHan 72.516,44 Ha atau 62,86% dari total luas wilayah KPH Gularaya. Informasi ini mengindikasikan besarnya potensi kayu yang dapat dimanfaatkan secara lestari di wilayah KPHP Gularaya.
Berdasarkan kondisi penutupan, yang didominasi oleh hutan sekunder, maka salah satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan KPHP Gularaya adalah kegiatan rehabilitasi dan pengamanan kawasan hutan . Sehubungan dengan itu perlu dilakukan inventarisasi dan pemetaan secara detail terHadap kondisi penutupan kawasan. Berdasarkan Hasil inventarisasi dan pemetaan detail tersebut diHarapkan dapat dibuat skala prioritas bagi lokasi-lokasi yang akan direhabilitasi, dalam artian bahwa pada lokasi dengan skala prioritas yang lebih tinggi perlu dilakukan tindakan rehabilitasi terlebih dahulu. Penentuan skala prioritas tersebut didasarkan pada tingkat kekritisan lokasi dan tingkat pengaruh lokasi yang bersangkutan terHadap kelestarian ekosistem KPH secara keseluruHan.
2. Potensi Kayu
Berdasarkan Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011. Potensi kayu semua jenis dalam wilayah KPHP Gularaya pada Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah sebanyak 2.948.786,3 m3 dengan asumsi potensi rata rata per hektar 31,02 m3. Untuk jenis kayu
perdagangan sebanyak 2.094.189,6 m3 dengan asumsi potensi kayu rata rata per hektar 22,03 m3. Berdasarkan Laporan penyusunan potensi Jati Konawe Selatan Tahun 2004, terdapat tanaman Jati seluas 24.538,29 Ha, namun hingga tahun 2004, luasnya tinggal 8.596,83 Ha atau 35,03 % kondisi baik dan 64,97 % kondisi rusak.
Hasil inventarisasi UPTD BIPHUT Dinas Kehutanan provinsi Sultra di Kabupaten Konsel tahun 2004 dengan intensitas sampling 2 % diperoleh data potensi jati dengan luasan tersebut memiliki kerapatan tegakan 565 batang / Ha atau total 4.570.777 batang dan rata rata volume 10,65 m3/Ha.
Berdasarkan data statistik Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun 2011 dan Kota Kendari dalam angka tahun 2011, potensi kayu disajikan pada tabel berikut.
Tabel 10. Produksi Kayu Kabupaten Konawe Selatan Menurut Jenisnya tahun 2006 – 2010
Jenis Kayu
Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah
Kayu
Bulat (M3) Gergajian(M3) Rimba (MKayu 3) Gergajian(M3) ( Ton ) ( M3)
2010 2.310,85 1.250,63 2.046,17 531,00 600,00
6.138,65
2009 2.710,75 3.981,30 3.055,15 6.260,40 6.246,0016.007,60
2008 6.199,47 3.244,28 14.731,81 3.000,00 499,9527.175,56
2007 1.596,17 4.283,37 7.114,00 1.271,85 681,0014.265,39
2006 8.459,79 9.810,59 6.467,60 805,29 2.546,9025.543,27
Jumlah 21.277,03 22.570,17 33.414,73 11.868,54 10.573,8589.130,47
Sumber : Kabupaten Konawe Selatan dalam angka tahun 2011Tabel 11. Produksi Kayu Kota Kendari Menurut Jenisnya tahun 2006 – 2010
Jenis Kayu
Tahun Kayu Jati Kayu Rimba Rotan Jumlah
Kayu Bulat
( M3) Gergajian( M3 ) Kayu Bulat( M3 ) Gergajian( M3) ( ton)
2010 2.070,17 0 0 0 2070,17
2009 382,71 0 4.104,87 0 0 4.487,57
2007 1.119,85 0 4.453,48 0 0 5.573,33
2006 234,41 0 4.969,41 0 0 5.203,82
Sumber : Dinas Kehutanan Prov Sultra dalam angka 2011
Tabel 12. Potensi Luas Tanaman Jati Menurut Kecamatan dan Desa di Areal KPHP Gularaya, tahun 2014
No Kecamatan Desa Dalam Areal KPHP Luas (Ha)
1 KEC. BAITO Amasara 13,98
BAITO 24,86
Wonuaraya 98,44
Wonuaraya1 724,31
Wonuaraya2 8,03
JUMLAH 869,62
2 KEC. BUKE Adayu Indah 813,51
3 KEC. LAINEA Kaindi 146,72
4 KEC. KOLONO Adinete 241,43
Alosi 371,43 KOLONO 549,27 Maletumbo 0,05 Mataiwoi 516,1 Puupi 1072,7 Sawa 849,04 Silea 420,09 Tiraosu 642,92 UPT Puupi 52,93 Ulusena Jaya 702,67 Wawoosu 345,59 Waworano 1045,89 JUMLAH 6.810,11
5 KEC. LAEYA Aepodu 223,2
Ambesea 658,43 Ambolodangge 164,49 Anduna 248,17 Lambakara 420,29 Lamong Jaya 411,93 Ombu-Ombu Jaya 239,8 Punggaluku 16,06 Ramburambu 167,97
JUMLAH 2.550,34
6 KEC. LAINEA Areo 220,99
Kalo-Kalo 182,92 Lainea 493,27 Lalonggombu 523,79 Molinese 236,87 Ngapa Jaya 732,08 Pangan Jaya 431,95 Polewali 523,11 Watumeeto 128,53 JUMLAH 3.473,51
7 KEC. MORAMO Bakutaru 77,95
Wawodengi 396,99
JUMLAH 474,94
8 KEC. PALANGGA Asole 759,06
Eewa 0,03
Kapujaya 34,07
JUMLAH 793,16
9 KEC. WOLASI Aoma 35,54
Lelekaa 2,66
Matawolasi 11,78
WOLASI 101,97
JUMLAH 151,95
TOTAL 16.083,86
Sumber : Peta Penutupan lahan 2013 (Daemeter) dan Analisis SIG 2014
Potensi sebaran jati di wilayah KPHP tersebar pada 9 kecamatan yang terdiri dari 45 desa dengan total luas 16.083,86 Ha. Luasan terbesar berada di Kecamatan Kolono 6.810,11 Ha dan diikuti Kecamatan Lainea 3.473,51 Ha. Dengan asumsi 1 Ha dapat mengHasilkan 5 m3 kayu, maka potensi jati eksisting di wilayah KPHP Gularaya saat ini adalah 80.419.30 M3.
3. Potensi Non Kayu
Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya yang bersifat multi fungsi, multi guna dan multi kepentingan serta pemanfaatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar besar kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan kita bahwa produk HHBK merupakan salah
satu sumber daya yang memiliki keunggulan komparatif paling menyentuh dengan kehidupan masyarakat di dalam dan disekitar hutan. HHBK dapat memberikan dampak pada peningkatan pengHasilan masyarakat didalam dan disekitar hutan dan memberikan kontribusi positif terHadap PAD.
Mengacu kepada Peraturan Menteri Kehutanan no P.35/Menhut-II/2007 telah ditetapkan jenis jenis HHBK yang terdiri dari 9 kelompok HHBK yang terdiri dari 557 spesies tumbuHan dan hewan. Menurut statistik Dishut Prov Sultra tahun 2011 potensi Hasil hutan bukan kayu (HHBK) jenis rotan sebannyak 11.615,63 ton pada kawasan hutan produksi dan hutan lindung seluas 31.990,63 Ha dengan asumsi potensi rata rata 0,36 ton/ Ha.
Data produksi HHBK Kabupaten Konawe Selatan dan Kota Kendari tahun 2009 dan 2010 disajikan pada Tabel dibawah ini.
Tabel 12. Produksi Hasil Hutan Bukan kayu tahun 2009 – 2010 Kab/ kota/ Tahun Rotan Batang (ton) Rotan Lamban g ( Ton) Rotan Tohiti ( ton) Rotan Torum pu ( ton )
Madu Sagu ( ton )Jumlah 2009 Kab.Konsel 214 299 7 - - - 520 Kota Kendari 5 10 - - - - 15 2010 Kab Konsel 480 -- - - 480 Kota Kendari 67,07 - - - 67,7 Jumlah 766,07 309 7 - 1.082,7
Sumber : Statistik Dishut Prov Sultra 2011
Beberapa komoditas HHBK (rotan, bambu, lebah madu, sagu dll) diusaHakan dalam skala rumah tangga, kelompok dan skala usaHa kecil. Inisiatif imbal jasa hutan sebagai pengatur tata air dan jasa lingkungan lainnya belum dilakukan secara optimal oleh Pemerintah Daerah.
4. Keberadaan Flora Fauna
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Hasil survey tahun 2009, di wilayah Tambang PT. Wijaya Inti Nusantara yang berada dalam wilayah KPHP Gularaya. Sedikitnya terdapat 58 Jenis tumbuHan Habitus pohon, 5 jenis semak, 1
jenis palem, 2 jenis liana, dan 6 jenis rumput-rumputan. Berikut disajikan Tabel jenis tumbuHan yang berHasil didata.
Tabel 13. Jenis TumbuHan yang Ditemukan di Wilayah KPH Gularaya.
NO Nama Lokal Nama Latin Status Kelindungan
Habitus ; Pohon
1 Agel C orypHa utan Tidak dilindung
2 Angsana Ptercarpus indicus Tidak dilindung
3 Archidendron Archidendron pauciflorum Tidak dilindung
4 Aren Arenga pinata Tidak dilindung
5 Arytera Arytera littoralis Tidak dilindung
6 Batu-Batu Pternandra caerulescens Tidak dilindung
7 Bitti Vitex coffacuss. Reinw Tidak dilindung
8 Cleistantus Cleistanthus sumatranus Tidak dilindung
9 Denge Dillenia ochreata Tidak dilindung
10 Dysoxilum Dysoxylum alliaceum Tidak dilindung
11 Eha Castanopsis buruana Tidak dilindung
12 Gamal Gliricidia sepium Tidak dilindung
13 Bawah daun coklat Geuncia cinamomea Tidak dilindung
14 Gersen Tidak dilindung
15 Guioa Guioa cf. Diplopetala Tidak dilindung
16 Horsfielda Horsfielda glabra Tidak dilindung
17 Jambu mete Anacardium ocidentale Tidak dilindung
18 Jambu-Jambu Syzygium acuminatissimum Tidak dilindung
19 Jati Tectona grandis. LF Tidak dilindung
20 Kaliandra Leguminoceae spp. Tidak dilindung
21 Kayu Besi Metrosideros petiolata Tidak dilindung
22 Kayu Kolaka Syzygium sp. 1 Tidak dilindung
23 Kayu Kuku Pericopsis mooniana Tidak dilindung
24 Kemiri Aleurites molucana Tidak dilindung
25 Kersen-Kersen Tidak dilindung
26 LeseoHa Santiria laevigata Tidak dilindung
27 Litsea firma Litsea firma Tidak dilindung
28 Londrong Koordersiodendron pinnatum Tidak dilindung
29 Longkida Nauclea oreontalis Tidak dilindung
30 Macaranga gigantea Macaranga gigantea Tidak dilindung
31 Malotus Malotus sp Tidak dilindung
32 Mangga Mangifera indica Tidak dilindung
33 Melastoma Melastoma sp Tidak dilindung
34 Mengkudu Moringga citrifolia Tidak dilindung
35 Mirip Denge Paracroton pendulus Tidak dilindung
36 Mirip Gersen Tidak dilindung
37 Mirip Jati Putih Tidak dilindung
38 Mirip Ketapang Semecarpus cuneiformis Tidak dilindung
39 Mirip Rambutan Tidak dilindung
40 Olimbute Sterculia heterophylla Tidak dilindung
41 Oloho Tidak dilindung
44 Pondo Cinnamomum subavenium Tidak dilindung
NO Nama Lokal Nama Latin Status Kelindungan 46 RaHa-RaHa/Waio Cryptocarya infectoria Tidak dilindung
47 Roramo Ficus anulata Tidak dilindung
48 Sioh Tidak dilindung
49 Sisio Cratoxylon formosum Tidak dilindung
50 Sukun Artocarpus comunis Tidak dilindung
51 Syzigium Syzygium sp. Tidak dilindung
52 Syzigium Syzygium acuminatissimum Tidak dilindung
53 Tabarnae montana Tabernaemontana cf. Remota Tidak dilindung
54 Tirotasi Alstonia macrophylla Tidak dilindung
55 Tolihe Gardenia anisophylla Tidak dilindung
56 Umera Macaranga celebica Tidak dilindung
57 Uroko Euphobiaceae sp1/puroko Tidak dilindung
58 Vitex quinata Vitex quinata Tidak dilindung
Habitus ; Semak
1 Rodu Melastoma Sp. Tidak dilindung
2 Komba-Komba EupHatorium odoratum L. Tidak dilindung
3 Ponda Pandanus sp2 Tidak dilindung
4 Pandan-pandan Freycinetia sp. Tidak dilindung
5 Bambu tamiang Schizostachyium blumei Tidak dilindung Habitus ; Palm
1 Palm Hutan Palmaceae sp2 Tidak dilindung
Habitus ; Liana
1 Bambu rambat Dinochloa sp Tidak dilindung
2 Liana Tidak dilindung
Rumput
1 Teki Cyperus rotundus Tidak dilindung
2 Harendong Melastoma malabathcricum Tidak dilindung
3 Alang-Alang Imperata Cylindrica Tidak dilindung
4 Pakis tanah/ Paka Glechenia linearis Tidak dilindung
5 Pulutan Urene lobata Tidak dilindung
6 Putri malu Mimosa invisa Tidak dilindung
Sumber : Dokumen Amdal PT. Wjaya Inti Nusantara, 2009.
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa di wilayah KPHP Gularaya tidak ditemukan vegetasi alami yang dilindungi keberadaannya. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan masih terdapat jenis-jenis lain yang belum terdata dan kemungkinan jenis yang dilindungi keberadaanya, mengingat wilayah KPH Gularaya yang sangat luas.
Jika diliHat secara Spasial Wilayah Kerja KPHP Gularaya sangat berdekatan atau berbatasan langsung dengan kawasan konservasi khususnya yang berada di
Kabupaten Konawe Selatan yaitu SM Tanjung Peropa 38.937 Ha (anoa, mangrove), SM Tanjung Amolengo 610 Ha (Anoa, monyet hitam) dan SM Tanjung Batikolo 4 hektar (Anoa, maleo) dan untuk Kawasan pelestarian alam yang berada di wilayah Konsel termasuk Kolaka dan Bombana, yaitu TN Rawa Aopa WatumoHai seluas 105.194 Ha (Rusa, anoa, babi rusa, mangrove, danau). Di kota Kendari terdapat Tahura Nipa nipa seluas 7.877,50 (flora pohon besar seperti EHa, Sisio,Tamate, Dao Toho, Lara wila dll dan tanaman penutup tanah, tanaman obat, tanaman sebagai baHan baku makanan, sedangkan jenis fauna Anoa, Rusa, Kuskus, monyet, bajing, babi hutan, biawak). Dengan kondisi tersebut maka tidak menutup kemungkinan ada dari flora maupun fauna yang dilindungi tersebut berada dalam wilayah KPHP Gularaya.
Adapun kegiatan penangkaran jenis fauna yang dilindungi di kabupaten konawe selatan saat ini adalah rusa sebanyak 43 ekor sedangkan di kota kendari sebanyak 48 ekor (BKSDA Sultra)
5. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Manfaat hutan sebagai penyedia jasa lingkungan sangat memberikan kontribusi yang nyata karena kemampuannya dalam menyediakan sumberdaya air, memasok oksigen, menyerap karbon, jasa wisata alam, perlindungan keanekaragaman Hayati, pengatur iklim global dan sebagainya. Segala manfaat tersebut bisa dicapai dengan syarat kelestarian hutan tetap terjaga, antara lain melalui upaya rehabilitasi maupun reforestasi.
Potensi Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam di wilayah KPHP Gularaya yang dapat dikembangkan seperti ekowisata air terjun Moramo, ekowisata permandian air panas Kaendi dan potensi jasa lingkungan lainnya. Sehingga memberikan kontribusi terHadap penerimaan daerah dari sektor wisata.
- Air Terjun Moramo; Air terjun ini terletak di sebelah selatan Kabupaten Konawe Selatan, dengan jarak sekitar ± 65 Km dari arah Kota Kendari. yang terletak di Kecamatan Moramo, Desa Sumber Sari. Air terjun ini memiliki 7 undakan/terap utama dan sekitar 60 undakan penunjang. Selain itu sekitar wilayah tersebut akan ditemui berbagai pemandangan eksotis berupa bentangan pohon-pohon kHas hutan hujan tropis yang
berusia ratusan tahun dan air terjun mini yang sangat jernih dan indah. Selain itu komposisi pohon-pohon yang menjulang tinggi juga ikut menguatkan image panorama yang indah tersebut.
- Air Terjun Nanga - Nanga; Air Terjun Nanga - Nanga adalah salah satu air terjun yang menjadi obyek wisata Kota Kendari. terletak di desa Nanga - Nanga, kecamatan poasia, keluraHan kambu. Untuk sampai ke lokasi ini, kita menempuh sekitar 20 menit perjalanan dari pusat kota kendari, dengan menggunakan kendaraan pribadi/sewa kendaraan umum.
- Permandian air panas Kaendi. Tempat wisata ini terletak didesa Kaendi kecamatan Lainea kabupaten konawe selatan dengan jarak sekitar 70 km dari kota kendari. Selain wisata Permandian air panas di tempat ini menyimpan berbagai potensi antara lain potensi terapi keseHatan tropis berbasis lebah dan semut, tracking dlsb.
- Potensi jasa lingkungan lainnya;
Penyedia Sumberdaya Air, Peran hutan dalam menyediakan air melalui kemampuannya sebagai regulator air ini bermula dari fungsi hutan sebagai penyerap air hujan. Proses ini dimulai dari tajuk sampai dengan sistem perakaran di dalam tanah yang bekerja secara sinergis dalam menyimpan air. Selain berperan dalam proses penyimpanan air, sistem stratifikasi tajuk yang bervariasi juga memungkinkan air hujan tidak langsung jatuh ke tanah sehingga dapat mencegah erosi permukaan. Serasah yang terdapat di permukaan tanah hutan juga berperan dalam membantu meredam aliran air permukaan sehingga air hujan dapat diserap dengan baik oleh tanah. Oleh karena itu, beberapa penelitian memperliHatkan bahwa keberadaan dan luasan hutan berbanding lurus dengan jumlah sumber mata air. Gambaran tersebut semakin memperjelas fungsi penting dari hutan sebagai penyedia jasa lingkungan berupa sumberdaya air yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Penyedia Jasa Wisata Alam, KeindaHan bentang alam hutan diminati sebagai tempat rekreasi sekaligus relaksasi. Dalam bentuk ekowisata, bentang alam hutan dengan keunikan panoramanya ini merupakan jenis
wisata alternatif yang menawarkan banyak kelebiHan, antara lain: sifatnya yang alami, relatif murah dan tentu saja ramah lingkungan (Kirsfianti, 2006). Selain itu, hutan yang baik mampu menciptakan iklim mikro di dalamnya sehingga menjanjikan kenyamanan dan kesejukan bagi penikmat wisata alternatif ini.
Sebagai Penyerap Karbon, Paradigma tentang peran hutan sebagai penyimpan karbon sudah lama didengungkan. Setiap tahun sekitar 7,2 giga ton CO2 dilepas ke atmosfer. Dari jumlah tersebut, sekitar 2 giga ton yang diserap oleh hutan (Mercer, 2000). Protokol Kyoto tahun 1997 mengHasilkan sebuah mekanisme baru dimana negara industri dan negara pengHasil polutan terbesar Harus menurunkan emisinya dengan penerapan teknologi tinggi dan diberi kesempatan untuk membayar kompensasi kepada negara berkembang yang memiliki potensi sumberdaya hutan untuk mencadangkan hutan yang mereka miliki sehingga terjadi penyimpanan sejumlah besar karbon. Emisi (buangan) karbon ini umumnya diHasilkan dari kegiatan pembakaran baHan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga.
C. Sosial Budaya
Ditinjau dari aktifitas keseHarian ada perbedaan yang mendasar antara Kondisi sosial masyarakat Kota Kendari dan kabupaten Konawe Selatan. Masyarakat kota kendari banyak dipengaruhi oleh kultur industri jasa dan barang serta perdagangan yang menuntut dinamika relatif lebih tinggi dibandingkan kabupaten lainnya, sedangkan masyarkat kabupaten konawe selatan masih relatif memegang tradisi desa yang tuntutan dinamikanya relatif lebih rendah.
Ditinjau dari sebarannya, masyarakat kota kendari cenderung berkelompok dalam wilayah wilayah pemukiman. Hal ini bisa dipaHami karena ketesdiaan lahan untuk pemukiman dikota sangat sempit, sementara pertumbuHan jumlah penduduk yang cukup tinggi baik dari peningkatan angka kelahiran maupun arus urbanisasi .Tipe pemukiman masyarakat di konawe selatan lebih tersebar karena kecukupan lahan diwilayah mereka masih cukup tersedia. Terdapat selisih 59 %