• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh Erna Bilantua Samsiah, Pupung Puspa Ardini Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh Erna Bilantua Samsiah, Pupung Puspa Ardini Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU SOPAN SANTUN DALAM BERBICARA PADA KELOMPOK B

DI PAUD MAWAR INDAH DESA POTANGA

KECAMATAN BIAU KABUPATEN GORONTALO UTARA. Oleh

Erna Bilantua

Samsiah, Pupung Puspa Ardini

Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah; Bagaimana Peran Guru Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun Dalam Berbicara Pada Anak Kelompok B Di PAUD Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Peran Guru Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun Dalam Berbicara Pada Anak Kelompok B Di PAUD Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan data hasil wawancara langsung dengan guru sebagai objek penelitian tentang peran guru dalam mengembangkan perilaku sopan santun dalam berbicara. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum guru telah optimal dalam menerapkan 7 indikator peranan diantaranya, peran guru sebagai pendidik dan pembimbing, peran guru sebagai demonstrator, peran guru sebagai mediator, peran guru sebagai inspirator, peran guru sebagai informator, peran guru sebagai motivator dan peran guru sebagai fasilitator.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), sosial emosional (sikap dan perilaku) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikkan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tujuan kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini adalah sebagai acuan bagi lembaga pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Anak tumbuh dan berkembang sepanjang hidup mereka. Tingkat ketergantungan berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kepribadian dalam diri mereka. Anak tumbuh dan berkembang dalam lingkup sosial. Lingkup sosial awal yang meletakkan dasar pengenal kepribadian yang baik pada anak adalah lembaga pendidikan dalam hal ini adalah guru. Dengan demikian guru memiliki peran penting untuk membawa anak mengenal kekuatan dan kelemahan diri untuk berkembang, termasuk perkembangan perilaku sopan santun dalam berbicara.

Menurut pendapat Herman, (2011) bahwa masih terdapat anak yang berbicara tidak sesuai dengan nilai sikap sopan santun, hal ini dikarenakan anak berbicara dengan suara yang tidak jelas atau menggunakan bahasa tubuh, berbicara dengan suara yang keras bahkan membentak, berbicara dengan kata-kata yang tidak teratur dan berbicara dengan menggunakan bahasa kasar. Oleh karena itu salah satu solusi untuk mencegah agar anak bisa berperilaku sopan

(3)

3

santun dalam berbicara, maka sangat diperlukan peran guru dalam memberikan bimbingan perilaku sopan santun dalam berbicara pada anak.

Sopan santun bukanlah sikap yang muncul tiba-tiba, tetapi perlu diajarkan kepada anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus bersikap yang baik. Sehingganya peran guru sangat diperlukan dalam mengawasi setiap perkembangan anak baik dari segi psikologinya maupun lingkungan tempat tinggalnya. Peran guru terhadap tumbuhnya sikap sopan santun pada anak sejak usia dini merupakan suatu hal yang penting. Hal ini mengingat bahwa pendidikan sopan santun pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dan latihan-latihan dalam mengembangkan sikap sopan santun.

Berdasarkan hasil observasi awal di Paud Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara, guru telah berperan optimal terhadap pengembangan perilaku sopan santun dalam berbicara, adapun bentuk pengajaran guru yang diterapkan kepada anak agar dapat berbicara yang sopan diantaranya; ketika berbicara dengan orang lain anak harus memandang wajah orang yang mengajak berbicara, anak tidak boleh memotong pembicaraan orang lain, anak tidak menggunakan bahasa kasar disaat berbicara kepada orang yang lebih tua dan anak harus berbicara dengan suara yang jelas tidak dengan berbisik-bisik.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai Peran Guru Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun dalam Berbicara Pada Anak Kelompok B Di PAUD Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara”. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Peran Guru Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun Dalam Berbicara Pada Anak Kelompok B Di PAUD Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara.

(4)

4 KAJIAN TEORI

1. Pengertian Peran Guru

Pengertian Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut, Friedman (2003:286).

Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu bentuk tindakan dalam kehidupan sosial yang diharapkan untuk menerangkan apa yang akan dilakukan dalam suatu kondisi tertentu.

Djamarah (2010:43) yang mengemukakan bahwa banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini.

a). Guru sebagai Pendidik dan Pembimbing

Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik dari pada anak, baik perkembangan fisik maupun mental dalam hubungannya dengan hasil dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

b). Guru sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai Demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan

(5)

5

kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak didik.

c). Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang anak untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.

d). Guru sebagai Mediator

Suru sebagai mediator dapat diartikan sebagia penengah dalam kegiatan belajar anak. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi anak. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasi penggunaan media.

e). Guru sebagai Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik.

f). Guru sebagai Informator

Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan

(6)

6

diberikan kepada anak didik, informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

g) Guru sebagai Motivator

Menurut Sujiono (2008:5.30) mengemukakan bahwa guru sebagai motivator artinya guru harus mampu menjadi motivator anak dalam membangun pengetahuan. Dalam hal ini guru harus mampu memotivasi anak dalam melakukan kegiatan, agar anak tidak mudah menyerah. Sama halnya yang dikemukakan oleh Djamarah (2010:45) sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.

h) Guru sebagai Fasilitator

Menurut Djamarah (2010:46) mengemukakan sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik. Sama halnya yang dikemukakan oleh Sujiono (2008:5.32) bahwa guru sebagai fasilitator artinya guru mampu memfasilitasi seluruh kebutuhan anak pada saat kegiatan belajar dan bermain langsung.

2. Pengertian Sopan Santun

Menurut Inunk, (2009) mengemukakan bahwa secara etimologis sopan santun berasal dari dua buah kata, yaitu kata sopan dan santun. Keduanya telah bergabung menjadi sebuah kata majemuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan pantun dapat diartikan sebagai berikut: Sopan: hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Santun: halus dan baik (budi bahasanya, tingkah

(7)

7

lakunya); sopan, sabar; tenang. Atau bisa dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan ke dalam suatu tindakan).

Jika digabungkan kedua kalimat tersebut, sopan santun adalah pengetahuan yang berkaitan dengan penghormatan melalui sikap, perbuatan atau tingkah laku, budi pekerti yang baik, sesuai dengan tata krama; peradaban; kesusilaan. Pada dasarnya kita harus sopan dimana saja, kapan saja dan dalam kondisi apapun. Apalagi kita hidup dalam budaya Timur yang sarat akan nilai-nilai kesopanan, sehingga seharusnya kita berpatokan dalam budaya timur dan berpedoman pada sopan santun ala timur. Sopan santun itu bukan warisan semata dari nenek moyang, lebih dari itu, dia sudah menjadi kepribadian kita. Memang kadar kesopanan yang berlaku dalam setiap masyarakat berbeda–beda, tergantung dari kondisi sosial setempat. Dan permasalahan ini sangat komplek karena berkaitan dengan faktor internal dan eksternal yang menyebabnya lunturnya nilai sopan santun.

Berdasarkan pengertian sopan santun di atas maka peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa sopan santun adalah sikap seseorang terhadap apa yang ia lihat, ia rasakan, dan dalam situasi, kondisi apapun. Sikap santun yaitu baik, hormat, tersenyum, dan taat kepada suatu peraturan. Sikap sopan santun yang benar ialah lebih menonjolkan pribadi yang baik dan menghormati siapa saja.

3. Karakteristik Sopan Santun

Menurut Emil, (2011) pengajaran tatakrama sebaiknya dimulai dari kehidupan sehari-hari dan dari hal yang kecil. Anak dikenalkan mengenai aturan-aturan atau adab sopan santun. Adapun karakteristik umum dalam sopan santun diantaranya: (a) Mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu baik dari orang tua maupun orang lain sekaligus mengajarkan menghargai jerih payah orang lain. (b) Mengucapkan maaf jika bersalah. Mengajarkan sportivitas dan berani mengakui kesalahan. (c) Mengucapkan tolong ketika meminta diambilkan sesuatu, dengan begitu anak belajar untuk menghargai pertolongan atau bantuan orang lain. (d) Menyapa, memberikan salam atau mengucapkan permisi jika bertemu orang lain mengajarkan pula perilaku ramah dan agar mudah bersosialisasi. (e) Mengajarkan

(8)

8

bagaimana berbudi bahasa yang baik misalnya tidak berteriak-teriak ataupun tidak memotong pembicaraan orang lain.

4. Tujuan Pembelajaran Sopan Santun

Tujuan pembelajaran sopan santun menurut Aura, (2011) diantaranya menjaga nilai-nilai persaudaraan dan mengajarkan kepada anak agar bisa menghargai orang lain dalam bersikap baik itu tindakan ataupun ucapan. Irfan (2010) menambahkan bahwa tujuan pembelajaran sopan santun pada anak diantaranya : (1) anak dapat menunjukkan sikap sopan santun kepada orang tua, kakak, adik, dan lain-lain. (2) anak dapat mengidentifikasikan sikap sopan santun dengan gerak tubuh. (3) anak dapat mengidentifikasikan sopan santun dalam bertutur kata. (4) anak dapat membiasakan diri berperilaku sopan santun di lingkungan sekitar.

5. Perilaku Sopan Santun

Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Tahun 2010 menyatakan dalam kurikulum taman kanak-kanak bahwa dalam mengenal berperilaku baik/sopan santun dapat ditunjukkan dengan aspek perkembangan diantaranya:

1). Mengenal perilaku baik/sopan dalam berbicara, dalam proses anak mengenal perilaku baik/sopan dalam berbicara, maka sikap yang dapat dilihat pada anak diantaranya: (a) Anak dapat berbicara sopan terhadap sesama temannya. (b) Anak dapat berbiara sopan dengan orang dewasa.

2). Mengenal perilaku sopan dalam berpakaian, pada perilaku ini anak dapat menunjukan sikap diantaranya: (a) Berpakaian rapi di rumah. (b) Berpakaian rapi di sekolah. (c) Berpakaian rapi di sesuaikan dengan keperluan.

3). Mengenal perilaku sopan dalam bertingkah laku, perilaku sopan santun dalam bertingkah laku dapat terlihat pada anak diantaranya: (a) Tidak mengganggu teman. (b) Meminta tolong dengan sopan. (c) Mudah bergaul/berteman. (d) Selalu bersikap ramah.

4). Memiliki toleransi terhadap sesama, dalam hal ini anak memiliki rasa dermawan.

(9)

9

6. Pentingnya Sopan Santun Dalam Kehidupan Sehari-hari

Mendengar kata sopan santun, sungguhlah topik yang amat menarik untuk dijadikan pokok bahasan dalm tulisan sebuah artikel, hal ini tak lain karena sopan santun tidak lepas dalam kehidupan kita sehari-hari serta merupakan suatu perilaku yang sangat baik untuk kita contoh dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diketahui, berdasarkan penuturan Marie Jahoda, seseorang dapat dikatakan memiliki kesehatan mental apabila memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi secara baik dengannya, dengan demikian untuk mecapai pemenuhan seperti yang telah disebutkan maka diperlukan suatu tingkah laku yang dapat digunakan sebagai perangkat untuk memenuhi syarat tersebut yaitu sopan santun.

Alzena, (2009) menyatakan bahwa sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari – hari setiap orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Dalam kehidupan bersosialisasi antar sesama manusia, sudah tentu kita memiliki norma-norma/etika-etika dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini sopan santun dapat memberikan banyak manfaat atau pengaruh yang baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.

7. Bentuk Penerapan Sikap Sopan Santun dalam Berbicara

Berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan. Tarigan (2008:15), mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Sehubungan dengan hal itu Asla (dalam Abdurrahman, 2008:183) menyatakan ada tiga komponen dalam berbicara, yaitu (1) artikulasi, (2) suara, dan (3) kelancaran. Berdasarkan tiga macam komponen tersebut maka kesulitan berbicara juga mencakup kesulitan dalam artikulasi, penyaraan, dan kelancaran. Komponen artikulasi berkenaan dengan nada, kenyaringan, dan kualitas bicara, serta komponen kelancaran berkenaan dengan kecepatan berbicara.

(10)

10

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan untuk menyampaikan pesan.

Menurut (Mesiana Listiawati, 2011) sikap dan cara berbicara yang baik yaitu : (a) Berbicara dengan suara jelas, tidak dengan mulut hampir tertutup, tidak berbisik-bisik, tidak berteriak atau membentak. Tenang, sekali-sekali ditegaskan dengan gerakan tangan. (b) Berbicara dengan memandang yang diajak berbicara, tidak mendelik dan tidak mengantuk tetapi penuh kesabaran dan perhatian. Hendaklah memperhatikan dengan siapa anda berbicara dan seberapa akrabkah dengan orang tersebut. (c) Berbicara teratur, dengan isi tidak meloncat kesana kemari. (d) Jadilah pembicara yang baik bila diberi kesempatan tetapi jadilah pendengar yang baik bila harus mendengar. (e) Bila pandangan berbeda hindari perdebatan. (f) Jangan mengeluarkan kata-kata kotor.

8. Peran Serta Guru Terhadap Pembentukkan Karakter Sopan Santun Pada Anak Pengembangan karakter anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkungannya tersebut. Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini. Berbagai bentuk kejahatan dan tindakan tidak bermoral dikalangan anak menunjukan bahwa anak didik kita belum memiliki karakter yang baik. Hal ini perlunya pengembangan karakter yang sesuai dengan anak, yang tidak sekedar pengetahuan, dan doktrinasi, tetapi lebih menjangkau dalam wilayah emosi anak. Menurut Roropramita, (2012) menyatakan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru dan orang tua dalam membangun karakter anak usia dini: (1) Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak. (2) Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang,

pemberian makanan yang bergizi. (3) Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di sekolah saling berkaitan. (4) Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji. (5) Berikan

(11)

11

fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya. (6) Bersikap tegas, konsisten dan bertanggungjawab.

Sama halnya yang dikemukakan oleh Hidayat (2008:1.31) dikatakan bahwa pembentukkan karakter pada anak akan memberikan dampak yang sangat besar dalam pembentukkan dirinya sendiri. Oleh sebab itu anak diajari iklim kerja keras dan tanggung jawab akan cenderung menunjukkan prestasi yang tinggi. Kebiasaan semacam ini hendaklah telah berakar sebelum anak masuk sekolah. Karakter ini akan tertata dalam pikiran dan hati anak usia dini, melalui standar yang tertata dari orang tuanya, harapan yang mapan dan contoh yang konsisten. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif berupa deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi serta dokumentasi dan proses analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengukur objektivitas dan keabsahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang, secara umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumen yang berkaitan, Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan guru dalam mengembangkan perilaku sopan santun dalam berbicara pada anak kelompok B di Paud Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara menunjukkan bahwa pada umumnya peran guru sudah cukup optimal dalam mengembangkan perilaku sopan santun dalam berbicara. Terkait dengan hal ini telah dilakukan wawancara dan pembahasa hasil wawancara yang berhubungan dengan peran guru dalam mengembangkan perilaku sopan santun dalam berbicara

(12)

12

pada anak kelompok B di Paud Mawar Indah Desa Potanga Kecamatan Biau Kabupaten Gorontalo Utara diuraikan sebagai berikut:

1. Peran Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun dalam Berbicara pada Anak.

Dari pernyataan kedua responden terlihat jelas, bahwa guru yang perananannya merupakan sebagai seorang pendidikan dan pembimbing di dalam kelas, selalu memberikan contoh bersikap yang baik khususnya berbicara pada sesama teman maupun orang dewasa. Disisi lain penanggung jawab sekolah ini selalu memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah tersebut, dan tak lupa selalu bekerja sama dengan pendidik dalam hal membina anak-anak. 2. Peran Guru Sebagai Demonstrator dalam Mengembangkan Perilaku Sopan

Santun dalam Berbicara pada Anak.

Mendengar jawaban dari kedua respon di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa perilaku berbicara sopan santun harus selalu di terapkan kepada anak-anak, karena dengan seringnya diberikan contoh anak-anak yang pola perkembangannya masih mengikuti perilaku orang lain, maka bisa dapat anak-anak tersebut mengikuti apa yang telah ditanamkan oleh gurunya. Walaupun lingkungan sekitar tempat tinggalnya dapat mempengaruhi anak dalam berbicara. 3. Peran Guru Sebagai Mediasi Dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun

Dalam Berbicara Pada Anak.

Dari kedua jawaban yang diutarakan oleh guru, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa guru merupakan orang penengah dalam memediator antara anak dan objek yang dapat menarik perhatian anak dalam hal ini perilaku sopan santun dalam berbicara. Sehingga apabila anak tertarik terhadap sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan tanpa ditengarai oleh guru, maka dampaknya anak tersebut dapat saja mengikuti lingkungan yang tidak baik. Tetapi dengan penanaman kebiasaan yang baik, maka anak dengan mudah dapat mempratekkannya baik itu di sekolah ataupun di lingkungan rumah.

(13)

13

4. Peran Guru Sebagai Inspirasi dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun dalam Berbicara.

Dari kedua jawaban di atas dapat diambil sebuah kesimpulan, Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam memberikan inspirasi kepada anak sudah optimal karena dengan segala usaha dan cara guru memberikan arahan-arahan positif pada anak dari segi tutur kata yang baik, kesederhanaan, kesabaran, dan keikhlasan. Sehingga setiap tindakan itu selalu menjadi inspirasi buat anak.

5. Peran Guru sebagai Informasi dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun dalam Berbicara.

Meninjau dari jawaban diberikan oleh guru maka dapat di simpulkan bahwa kemampuannya sebagai seorang informator merupakan hal penting dalam memberikan informasi, yaitu dalam proses belajar mengajar oleh karena itu pada saat pembelajaran guru harus sering memberikan informasi yang baik berhubungan dengan tingkah laku berbicara yang sopan dengan cara memberikan sesuatu yang menarik perhatian anak.

6. Peran Guru Sebagai Motivasi dalam Mengembangkan Perilaku Sopan Santun dalam Berbicara

Meninjau dari kedua jawaban singkat dari guru, maka dapat di simpulkan bahwa untuk peran guru sebagai motivator merupakan hal yang penting dalam mengembangkan minat anak untuk belajar serta termotivasi untuk menjadi yang terbaik.

7. Peran Guru sebagai Fasilitator dalam Mengembangkan Perilaku Sikap Sopan Santun dalam Berbicara.

Meninjau jawaban yang diberikan oleh guru dapat disimpulkan bahwa kemampuan sebagai seorang fasilitator merupakan hal yang penting dalam melaksanakan tugas, karena itu merupakan kewajiban seorang guru dan untuk membelajarkan kepada anak perilaku sopan santun dalam berbicara.

(14)

14 SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara umum guru memegang peranan penting dalam proses pembentukkan karakter anak khususnya dalam berperilaku sopan santun dalam berbicara. Hal tersebut disebabkan karena 7 komponen yang menjadi peranan dalam proses pembinaan dalam pembelajaran sangat penting karena guru memberikan perhatian sepenuhnya terhadap perkembangan anak baik dari segi pengetahuan atau pun perilaku.

2. Saran

Adapun yang menjadi saran dalam penelitian ini yaitu, melalui hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan agar guru dalam menerapkan peranan sebagai guru dapat lebih ditingkatkan lagi sehingga hasil out put dari sekolah tersebut benar-benar memberikan contoh dan teladan yang baik pada sekolah selanjutnya dan kepada guru dan khususnya pihak sekolah agar sumber-sumber ataupun media pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukkan karakter anak agar lebih di tingkatkan lagi, agar dalam proses pembelajaran lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2008. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Alzena. 2009. Blogspot (Online). Pentingnya Bersopan Santun. http:// alzenapresent.blogspot.com/2009/11/pentingnya-bersopan-santun-html.Diakses 10/04/2011.

Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak. 2010. Pedoman Pengembangan

Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta

Djamarah. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta

Emil. 2011. Pembelajaran Tatakrama.Blogspot (Online). http://Emil. blogspot. com.Diakses 23 April 2013 Herman. 2011. Pembelajaran Sopan Santun. Blogspot (Online).

http:// pembelajaran-anak.blogspot.com/2008/11/mengasah-kecerdasan-sopan-santun.html. Diakses 23 April 2013

(15)

15

Hidayat, Otib Satibi. 2008. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-Nilai Agama. Jakarta: Universitas Terbuka

Moleong. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sujiono. 2008. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka Tarigan. 2008. Kemampuan dalam Berbahasa. Bandung: Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

mu’āthah di Suzuya Mall Banda Aceh telah sesuai dengan ketentuan hukum Islam, karena pihak Suzuya Mall Banda Aceh memperbolehkan konsumen untuk memilih sendiri

Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan 10 responden dimana ada 30 nasabah pengusaha mikro di Desa Sambi, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang

http://id.yourpdfguides.com/dref/5909712.. Untuk membeli braket USB opsional, silahkan untuk menghubungi penyalur lokal. • Sebelum memasang braket USB, pastikan untuk mematikan

Melalui RPIJM ini diharapkan daerah dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan

Walaupun semua tahapan dalam proses pertanggungjawaban uang muka dinas telah dilakukan dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya Proses Pertanggungjawaban Pengeluaran

Mengetahui bahwa terdapat struktur yang sama yang terdapat pada soal dari masalah sumber dan masalah target serta dapat menghubungkannya dengan masalah target

Gapura Angkasa dalam melakukan pengukuran kinerja menggunakan sistem balance score card.Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen (dan bukan sekedar sistem