• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULA BINET DAN JUMLAH n SUKU PERTAMA PADA GENERALISASI BILANGAN FIBONACCI DENGAN METODE MATRIKS. Purnamayanti 1 Thresye 2 Na imah Hijriati 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULA BINET DAN JUMLAH n SUKU PERTAMA PADA GENERALISASI BILANGAN FIBONACCI DENGAN METODE MATRIKS. Purnamayanti 1 Thresye 2 Na imah Hijriati 3"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

38 FORMULA BINET DAN JUMLAH n SUKU PERTAMA PADA GENERALISASI BILANGAN FIBONACCI DENGAN METODE

MATRIKS Purnamayanti1

Thresye2 Na’imah Hijriati3

[1,] Alumni Mahasiswa PS Matematika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat [2,3]

PS Matematika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru

ABSTRAK

Bilangan Fibonacci didefinisikan sebagai barisan bilangan yang suku-sukunya merupakan penjumlahan 2 suku sebelumnya. Binet pada tahun 1875 mengemukakan suatu formula Fn yang mampu menghitung suku ke-n bilangan tersebut lebih cepat tanpa harus menghitung ulang sebanyak n kali, yang kemudian dikenal dengan formula atau rumus Binet. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari terbentuknya formula Binet, membentuk generalisasi dari formula Binet pada bilangan Fibonacci berderajat-p, mencari jumlah n suku pertama pada bilangan Fibonacci berderajat-p dengan pendekatan aljabar linear khususnya penggunaan matriks.

Kata kunci: matriks Fibonacci, formula Binet, diagonalisasi, matriks Vandermonde.

1. PENDAHULUAN

Bilangan Fibonacci dapat ditunjukkan sebagai barisan bilangan: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, …

dengan F0 0, F11, …, Fn2 Fn1Fn, (1.1)

untuk n0. Berikut diberikan formula Binet untuk menghitung suku ke-n dari bilangan Fibonacci tersebut:

) ( 5 1 2 1 n n n F    , (1.2) dengan (1 5) 1.618... 2 1 1     dan (1 5) 0.618... 2 1 2     .

Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk mempelajari bagaimana terbentuknya formula Binet dengan pendekatan aljabar linier, khususnya menggunakan metode matriks. Selanjutnya, akan dibahas pula bagaimana terbentuknya generalisasi dari bilangan Fibonacci yang disebut bilangan Fibonacci berderajat-p dan bagaimana mencari jumlah n suku pertamanya. Berikut diberikan definisi dari Generalisasi tersebut:

) 1 ( ) 1 ( ) (nF n F npFp p p , (1.3) untuk p = 0, 1, 2, 3, … dan np1 dengan kondisi Fp(1)Fp(2) Fp(p) Fp(p1)1.

(2)

39 2. TINJAUN PUSTAKA

2.1. Matriks Vandermonde

Matriks Vandermonde dikenalkan oleh matematikawan Prancis bernama Alexandre-Théophile Vandermonde pada tahun 1700. Ia merupakan salah satu orang yang pertama menulis tentang sifat dasar dari determinan.

Dimisalkan Vd merupakan matriks Vandermonde mn yang ditunjukkan sebagai berikut                         1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 m m n m m m n m n n d x x x x x x x x x x x x V          , (2.1)

beberapa penulis kadang-kadang mendefinisikan matriks Vandermonde sebagai transpos dari persamaan (2.1). Matriks ini sering digunakan untuk membuktikan beberapa pembuktian yang berkaitan dengan determinan matriks [5].

2.2. Bilangan Fibonacci

Bilangan Fibonacci berawal dari sebuah kasus yang dikemukakan oleh seorang matematikawan Italia, Fibonacci, dalam bukunya yang berjudul Liber Abaci. Kasus itu dijelaskan sebagai berikut: sepasang kelinci muda (jantan dan betina) ditempatkan di suatu pulau. Diasumsikan bahwa kelinci tidak akan melahirkan sebelum berumur 2 bulan. Kemudian, setelah berumur 2 bulan, setiap pasang kelinci akan melahirkan sepasang kelinci setiap 1 bulan. Pertanyaannya, berapa banyak pasang kelinci yang ada di sana setelah n bulan, jika diasumsikan bahwa kelinci tidak akan pernah mati.

Definisi 2.2.1. [3]

Bilangan Fibonacci adalah bilangan yang dapat ditunjukkan oleh barisan: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, …

Didefinisikan sebagai barisan bilangan yang suku-sukunya merupakan penjumlahan 2 suku sebelumnya. Dengan Fn menyatakan suku ke-n dari bilangan

Fibonacci tersebut.

n n

n F F

F 2  1  , untuk n0, dengan:F0 0 dan F1 1.

2.3. Jumlah n Suku Pertama Bilangan Fibonacci

Pada suatu barisan, terdapat istilah deret yaitu untuk mencari jumlah n suku pertama. Berikut diberikan tabel perbandingan antara barisan Fibonacci dan Deret Fibonacci.

(3)

40 Tabel 1. Fn (Barisan Fibonacci) pada 10 suku pertama.

F0 F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10

0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55

Tabel 2. Sn(Deret Fibonacci) pada 10 suku pertama.

S0 S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10

0 1 2 4 7 12 20 33 54 88 144

Jumlah n suku pertama bilangan Fibonacci dapat ditunjukkan dengan

identitas berikut:

       n n n n n F F F F F S 0 2 1 0  .[5] 2.4. Matriks Fibonacci

Berikut diberikan definisi dari matriks Fibonacci dan pangkat n dari matriks Fibonacci tersebut.

Definisi 2.4.1. [6]

Matriks Q Fibonacci didefinisikan sebagai: , 0 1 1 1 0 1 1 2               F F F F Q

dengan Fn merupakan bilangan Fibonacci. Maka, pangkat n dari matriks Q

Fibonacci, . 1 1          n n n n n F F F F Q

2.5. Generalisasi Bilangan Fibonacci

Barisan bilangan Fibonacci dapat digeneralisasi menjadi suatu pola bilangan baru, yang selanjutnya disebut bilangan Fibonacci berderajat-p. Berikut diberikan definisi dari generalisasi bilangan Fibonacci tersebut.

Definisi 2.5.1. [5]

Generalisasi bilangan Fibonacci yang kemudian disebut dengan bilangan Fibonacci berderajat p didefinisikan sebagai:

), 1 ( ) 1 ( ) (nF n F npFp p p untuk np1, dengan kondisi Fp(1)Fp(2)Fp(p)Fp(p1)1.

Jika dimisalkan p1, maka barisan bilangan fibnacci berderajat-p ini merupakan barisan Fibonacci yang dikenal sebelumnya. Berikut diberikan tabel mengenai barisan dari generalisasi bilangan Fibonacci.

Tabel 3. Barisan bilangan Fibonacci berderajat 0 p4 dan n13. N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 F0(n) 1 2 4 8 16 32 64 128 256 512 1024 2048 4096 F1(n) 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144 233 F2(n) 1 1 1 2 3 4 6 9 13 19 28 41 60 F3(n) 1 1 1 1 2 3 4 5 7 10 14 19 28 F4(n) 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 8 11 15

(4)

41 2.6. Generalisasi Matriks Fibonacci

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai matriks Fibonacci, maka matriks tersebut dapat digeneralisasi berdasarkan definisi yang ada. Berikut diberikan definisi dari generalisasi matriks Fibonacci.

Definisi 2.6.1. [6]

Generalisasi matriks dari generalisasi bilangan Fibonacci berderajat-p (p=0,1,2,3,…) didefinisikan sebagai matriks Qp berorde (p+1)×(p+1) sebagai:

, 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1                                 p Q

dan matriks Qp pangkat n didefinisikan sebagai [ ij] n p q Qdan ) (n j i p F

qijp    untuk j2 dan qi,1 Fp(n2i) untuk j 1,

. ) ( ) 1 ( ) 1 2 ( ) 1 ( ) 1 ( ) ( ) 2 2 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) ( ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 (                                       p n F p n F p n F p n F p n F p n F p n F p n F n F n F p n F n F n F n F p n F n F Q p p p p p p p p p p p p p p p p n p         3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat studi literatur, yaitu mengumpulkan, mempelajari dan memahami berbagai refrensi yang berkaitan dengan aljabar linier matriks, matriks Fibonacci, formula Binet, dan generalisasi pada bilangan Fibonacci, dilanjutkan dengan membuktikan beberapa teorema yang diperlukan dan menyelesaikan contoh soal yang terkait.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Terbentuknya Formula Binet pada Bilangan Fibonacci

Berdasarkan definisi bilangan fibonacci, dapat dibentuk sistem persamaan linier dengan 2 persamaan untuk n0, dan mengubahnya ke persamaan matriks sebagai berikut:                       n n n n F F F F 1 1 2 0 1 1 1 ,                      0 1 0 1 1 1 1 n n n F F ,

(5)

42                                     0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1         n n F F ,                     n n n n n n F F 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1       , ) ( 1 2 1 2 1 n n n F         , dengan (1 5) 2 1 1    dan (1 5) 2 1 2  

 merupakan nilai eigen dari      0 1 1 1 . Karena 12  5 maka ( ) 5 1 2 1 n n n

F    , formula inilah disebut dengan formula Binet.

4.2 Generalisasi Formula Binet pada Bilangan Fibonacci berderajat-p

Generalisasi matriks dari generalisasi bilangan Fibonacci berderajat-p

p0,1,2,3,...

didefinisikan sebagai matriks Qp berorde (p+1)×(p+1) sebagai:

, 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1                                 p Q

dan matriks Qp pangkat n didefinisikan sebagai Qnp [qij] dan

) (n j i p F

qijp    untuk j2 dan qi,1Fp(n2i) untuk j 1,

. ) ( ) 1 ( ) 1 2 ( ) 1 ( ) 1 ( ) ( ) 2 2 ( ) 2 ( ) 1 ( ) 2 ( ) ( ) ( ) ( ) 1 ( ) 1 ( ) 1 (                                       p n F p n F p n F p n F p n F p n F p n F p n F n F n F p n F n F n F n F p n F n F Q p p p p p p p p p p p p p p p p n p         Lemma 4.2.1.

Persamaan karakteristik dari bilangan Fibonacci berderajat-p xp1xp 10

tidak memiliki akar kembar untuk p merupakan bilangan asli (p0).

Misal f() adalah karakteristik polinomial dari generalisasi matriks Fibonacci Q , maka p f()p1 p 1 dan persamaan karakteristiknya adalah

0 1

1  

p

p

 . Misalkan 1,2,,p1 merupakan nilai eigen dari matriks Qp , dari Lemma 3.2.1 dapat diketahui bahwa 1,2,,p1 bukan merupakan akar

(6)

43 kembar atau dapat dikatakan 1,2,,p1 berbeda, sehingga Qp dapat

didiagonalisasi.

Dimisalkan Vd merupakan matriks Vandermonde berorde (p1)(p1)

yang ditunjukkan sebagai berikut

                     1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 p p p p p p p p p d V                  .

Selanjutnya diberikan pula

                         i p n p i p n i p n i k d 1 1 1 2 1 1     ,

dan Vj(i) merupakan matriks yang diperoleh dari matriks Vd dengan mengganti kolom ke-j dengan matriks d . ki

Teorema 4.2.2.

Jika Fp(n) merupakan suku ke-n dari bilangan Fibonacci berderajat p, maka

) det( ) det( () d i j ij V V

q, dimana Qnp [qij] dan qijFp(njip) untuk j2 dan ) 2 ( 1 , F n i qip   untuk j1. Bukti:

Karena Qp dapat didiagonalisasi dan diasumsikan VdT merupakan matriks invertibel, sehingga (VdT)1QpVdTD, dengan D merupakan matriks diagonal yang memuat nilai-nilai eigen Qp. Karena terbukti QpVdTVdTD, sehingga benar bahwa terdapat matriks invertibel VdT sehingga, (VdT)1QpVdTD, dan berakibat QpnVdTVdTDn. Dari hasil perhitungan QpnVdTVdTDn, diperoleh SPL berikut untuk mencari nilai q : ij

i n p p i i p i p q q q111 2   , 11 1 1     i n p p i i p i p q q q121 2   , 12 1 2      i n p p p i i p p i p p q q q          2   , 1  1 1 1 1 1 1    

(7)

44 ) det( ) det( d j ij V V q , untuk setiap j 1,2,,p1. ■

Akibat langsung dari teorema tersebut, didapatkan suatu kesimpulan, Jika

) (n

Fp merupakan suku ke-n dari bilangan Fibonacci berderajat p, maka:

) det( ) det( ) det( ) det( ) ( ) 1 ( 1 ) 2 ( 1 d p d p V V V V n F    ,

dengan i 2,j 1 atau i1,jp1. Persamaan inilah yang disebut generalisasi dari formula Binet pada bilangan Fibonacci berderajat-p.

4.3. Jumlah n Suku Pertama dari Generalisasi Bilangan Fibonacci Berderajat-p

Definisi 4.3.1.

Untuk p1, misal T (tij) menujukkan matriks berorde (p2)(p2)

dengan t11t21t22t2,p2 1, ti1,i 1 untuk 2ip1 dan 0 untuk lainnya.

                     0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1           T atau                  0 0 1 0 0 1   p Q T ,

dengan matriks Qp berukuran (p1)(p1) yang telah didefinisikan sebelumnya.

Diperoleh persamaan karakteristik matriks T adalah

0 ) 1 ( ) 1

(p1p     , sehingga T dapat didiagonalisasi. Definisi 4.3.2.

Matriks Cn berorde (p2)(p2)yang ditunjukkan

                   ) ( ) 1 ( ) ( 0 0 1 p n S Q n S n S C p n p p p n   ,

Dimana matriks Q telah didefinisikan sebelumnya. pn Teorema 4.3.3.

Jika diberikan matriks T dan Cnberukuran, maka untuk n1; n

n T

(8)

45 Dimisalkan matriks R dan D masing-masing berorde 1 (p2)(p2)

sebagai berikut                                1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1           p p p p p p p p p R          ,                1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 p D          ,

dengan imerupakan nilai eigen dari matriks Q untuk p 1ip1.

Selanjutnya, dengan mengunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama, terlihat bahwa detRdetVdT, dimana Vd merupakan matriks

Vandermonde. Karena VdT merupakan matriks invertibel, sehingga R juga invertibel. Kemudian, karena T dapat didiagonalisasikan maka dapat diasumsikan

1 1

D TR

R  , dan terbukti TRRD1 maka pernyataan R1TRD1 benar, berakibat TnRRD1n. Pada Teorema 3.3.3 telah terbukti bahwa n n

C

T  , maka persamaan TnRRD1n dapat ditulis sebagai

n

nR RD

C1.

Teorema 4.3.4.

Jika Sp(n) merupakan jumlah n suku pertama dari generalisasi bilangan Fibonacci berderajat p,maka

1 ) 1 ( ) (nF np  Sp p . Bukti:

Diketahui dari hasil perkalian matriks antara matriks Cn dan R bahwa

1 )

(CnR 2,1 , sehingga dapat dibentuk persamaan berikut

1 ) 1 ( ) ( 0           

p i p p n F n i S .

Selanjutnya, persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

1 ) 1 ( ) (nF np  Sp p . Jadi ( ) ( ) ( 1) 1 1     

p n F i F n S p n i p p . ■ 5. KESIMPULAN

1. Proses terbentuknya formula Binet pada bilangan Fibonacci dengan metode matriks yaitu:

(a). Membentuk dua persamaan linear berdasarkan definisi bilangan Fibonacci dan mengubahnya ke persamaan matriks, sehingga diperoleh persamaan umum:

(9)

46               0 1 1 n n n Q F F . (4.1)

(b). Menghitung Qn dengan menggunakan matriks D yang merupakan matriks diagonal yang memuat nilai-nilai eigen dari matriks Q dan matriks S yang merupakan matriks yang kolom-kolomnya merupakan vektor-vektor eigen dari Q. Sehingga diperoleh:

1 

SD S

Qn n . (4.2)

(c). Mensubstitusi persamaan (4.2) ke persamaan (4.1) sehingga terbentuk formula Binet: ) ( 5 1 2 1 n n n F    , dengan (1 5) 2 1 1    dan (1 5) 2 1 2    . 2. Berikut generalisasi dari formula Binet pada bilangan Fibonacci berderajat-p:

) det( ) det( ) det( ) det( ) ( ) 1 ( 1 ) 2 ( 1 d p d p V V V V n F    ,

dengan i2, j 1 atau i1, jp1 dan Vj(i) merupakan matriks yang diperoleh dari matriks Vandermonde, dengan mengganti kolom ke-j dengan

matriks                          i p n p i p n i p n i k d 1 1 1 2 1 1     .

3. Jumlah n suku pertama pada bilangan Fibonacci berderajat-p dinyatakan dengan formula berikut: Sp(n)Fp(np1)1.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Anton, H. 1994. Aljabar Linier Elementer. Terjemahan Pantun Silaban dan I Nyoman Susila. Erlangga, Jakarta.

[2] Ayres, F. 1984. Matriks. Terjemahan I Nyoman Susila. Erlangga, Jakarta. [3] Dunlap, R.A. 1997. The Golden Ratio and Fibonacci Numbers. Word

Scientific, United State of America.

[4] Fraleigh, J.B. 1995. Linier Algebra. Addison-Wesley. United State of America [5] Kilic, E. 2007. European Journal of Combinatorics. The Binet Formula, sums

and representations of generalized Fibonacci p-numbers. TOBB ETU University of Economics and Technologi, Mathematics Departement, 06560 Sogutozu, Ankara, Turkey

[6] Stakhov, A.P. 2006. Chaos, Solitions & Fractals. Fibonacci Matrices, A Generalization of The “Cassini Formula”, and A New Coding Theory. Taganrog State University of Radio Engineering, Rusia.

Gambar

Tabel 2. S n (Deret Fibonacci) pada 10 suku pertama.

Referensi

Dokumen terkait