• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN GUNA LAHAN DI SUBURBAN SELATAN KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERUBAHAN GUNA LAHAN DI SUBURBAN SELATAN KOTA MAKASSAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING 20 11© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

PERUBAHAN GUNA LAHAN DI SUBURBAN SELATAN

KOTA MAKASSAR

Isfa Sastrawati & Louis Santoso

Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245

Telp./Fax: (0411) 589707/(0411) 597707 e-mail: iysfa@yahoo.com

Abstract

Population growth in Makassar in line with increasing demand for land. This condition extends to the south suburbs of Makassar City. Limited land and high land values in downtown, causing residents to live and do business in the suburbs. The cheaper land prices and intersection make the suburbs growing faster and shaping a strategic node. Land use changes are identified by describing the existing and the past decade physical characteristics, type and function of land use in south suburbs of Makassar City. Existing and the past decade landuse are compared and analyzed spatially. Physical factors that influence landuse changes include: the availability of transportation routes and public transportation, the flatness of the topography, the function of Makassar City, the availability of facilities and urban infrastructure and the presence of a magnet in the suburbs. While the non-physical factors include the availability of jobs and college/university, the prestigious value of home in Makassar City, the needs of wider home in the quiet environment, cheaper land prices, and the government policy to break the cost of home ownership in the suburbs. Keywords: Land use, land use patterns, suburb, transportation routes

Abstrak

Pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan di Kota Makassar sejalan dengan kebutuhan lahan yang makin meningkat. Kondisi ini meluas hingga ke suburban selatan Kota Makassar. Keterbatasan lahan dan nilai lahan yang tinggi di pusat kota, menyebabkan penduduk memilih untuk bermukim dan melakukan usaha di suburban. Selain harga lahan yang lebih murah, kawasan suburban berpotensi dikembangkan karena berbatasan dengan Kota Sungguminasa sebagai hinterlandnya dan berada pada persimpangan jalan membentuk node yang strategis. Identifikasi perubahan guna lahan dilakukan dengan menggambarkan karakteristik fisik, jenis dan fungsi guna lahan di suburban Selatan Kota Makassar pada saat ini dan pada 10 tahun yang lalu. Perubahan guna lahan dikomparasi dan dianalisis secara spasial berdasarkan rentang waktu 1 dekade. Perubahan guna lahan yang terjadi di suburban Selatan Kota Makassar meliputi perubahan pola penggunaan lahan atau cara bermukim, peningkatan fungsi lahan dari hunian menjadi perdagangan dan jasa. Faktor fisik yang mempengaruhi perubahan guna lahan di suburban meliputi: tersedianya jalur transportasi dan sarana transportasi umum, topografi yang datar, fungsi Kota Makassar, kelengkapan sarana dan prasarana kota serta adanya magnet atau penarik di suburban. Faktor non fisik (sosial, budaya dan ekonomi) meliputi tersedianya lapangan kerja dan sarana pendidikan, nilai prestise terhadap kepemilikan rumah di Kota Makassar, kebutuhan rumah yang lebih luas dan tenang, harga lahan yang lebih murah, dan adanya kebijakan pemerintah untuk keringanan biaya kepemilikan rumah di pinggir kota.

Kata Kunci: Fungsi lahan, pola penggunaan lahan, sub urban, jalur transportasi

PENDAHULUAN

Peningkatan jumlah penduduk kota mendorong terjadinya peningkatan kegiatan kehidupan sosial dan ekonomi yang selanjutnya menyebabkan kenaikan kebutuhan lahan di wilayah perkotaan. Lahan digunakan untuk permukiman, sarana dan prasarana kota yang menunjang kegiatan di perkotaan. Ketersediaan lahan yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan harga lahan. Namun

(2)

Perubahan Guna Lahan di… Isfa Saraswati & Louis Santoso

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

perkembangan kota yang pesat dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan kota, seperti: kualitas dan kuantitas air bersih, jaringan jalan, ruang terbuka hijau, fasilitas kota, dsb.

Pertambahan jumlah penduduk, baik secara alami yang berasal dari penghuni kota maupun dari arus penduduk yang masuk dari luar kota mengakibatkan bertambahnya perumahan-perumahan yang berarti berkurangnya daerah-daerah kosong di dalam kota (Bintarto, 1977). Berbagai bentuk pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada saat ini, terutama bertambahnya pembangunan secara fisik seringkali berkaitan dengan masalah keterbatasan lahan. Hal inilah menjadi penyebab terjadinya dinamika penggunaan lahan dari lahan kosong menjadi lahan terbangun atau perubahan fungsi lahan.

Terbatasnya ketersediaan lahan di wilayah perkotaan seperti Kota Makassar dan adanya peningkatan kebutuhan akan lahan menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dalam penggunaan lahan yang akhirnya menyebabkan pemanfaatan lahan tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Mekanisme perkembangan Kota Makassar ini menyebabkan perkembangan kawasan perkotaan di kawasan pinggiran atau sub urban yang ditunjukkan melalui fenomena urban sprawl, yaitu fenomena perkembangan wilayah perkotaan yang terjadi di kawasan pinggiran secara tidak teratur dan meloncat-loncat. Urban sprawl terjadi akibat lahan di perkotaan semakin langka dan mahal sehingga terjadi kecenderungan penduduk perkotaan memilih bertempat tinggal di sub urban. Akibatnya, terjadi kantong-kantong permukiman, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan sarana dan prasarana yang tidak seimbang dengan ketersediaan kapasitas fasilitas kota. Selanjutnya, kemacetan lalu lintas dapat terjadi karena pola arus pergerakan periodik antara daerah pinggiran dan pusat kota (Hornby & Jones, 1991).

Menurut Cooley dan Weber dalam Yunus (1999:63) bahwa jalur transportasi dan titik simpul/pertemuan beberapa jalur transportasi mempunyai peran yang cukup besar dalam perkembangan kota. Wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar seperti Kabupaten Gowa di sisi selatan dan Kabupaten Maros di sisi timur mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama peningkatan pemanfaatan lahan perumahan dan sarana kota. Terjadinya perkembangan wilayah pinggiran kota atau sub urban karena adanya aglomerasi antar wilayah yang saling berdekatan dan tersedianya jalur transportasi yang menghubungkan wilayah kota Makassar dan hinterlandnya.

Faktor penduduk yang berperan terhadap perubahan penggunaan lahan adalah jumlah dan kepadatan penduduk serta prilaku penduduk kotanya. Berdasarkan data kependudukan dari Badan Statistik Kota Makassar, jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2001 adalah 1.112.688 jiwa dengan kepadatan penduduk 6.330 jiwa/Km2. Angka ini meningkat pesat pada tahun 2009, yaitu 1.272.349 jiwa dan kepadatan penduduk 7.239 jiwa/Km2. Peningkatan jumlah penduduk ini menggambarkan kebutuhan ruang untuk bermukim dan fasilitas pendukungnya makin bertambah pula sehingga terjadi pembangunan secara fisik di perkotaan dan sub urban. Pembangunan yang semakin berkembang di Kota Makassar ditandai oleh adanya perubahan atau peningkatan jumlah penggunaan lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun. Peningkatan kebutuhan lahan untuk pengembangan wilayah mendesak lahan pertanian dan lahan tak terbangun yang ada di pinggiran kota berubah menjadi permukiman, perdagangan, maupun jasa. Melalui kajian ini, perubahan guna lahan yang terjadi akibat peningkatan pembangunan di sisi selatan sub urban Kota Makassar yaitu yang berbatasan dengan Kota Sungguminasa Kabupaten Gowa diidentifikasi dengan melakukan perbandingan penggunaan lahan pada saat ini dengan penggunaan lahan pada 10 tahun yang lalu.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di suburban Makassar yang berbatasan di sisi selatan dengan Kota Sungguminasa Kabupaten Gowa dengan tujuan mengidentifikasi dan menguraikan perubahan guna lahan yang terjadi di sisi selatan sub urban Kota Makassar. Identifikasi perubahan guna lahan dilakukan dengan mengidentifikasi jenis penggunaan lahan di suburban Kota Makassar pada saat ini dan pada 10 tahun yang lalu, dan menguraikan faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan tersebut. Variabel penelitian meliputi kondisi fisik, jenis penggunaan lahan, dan pola dan luas penggunaan lahan di kawasan sub urban Makassar.

Penelitian ini menggambarkan karakteristik kondisi fisik di sub urban Kota Makassar dikaitkan dengan perubahan penggunaan lahan. Pendataan dilakukan dengan melalui kajian teori, pengamatan untuk mengetahui karakteristik fisik dan kegiatan atau pengunaan lahan di sub urban Makassar saat ini kemudian dikomparasi penggunaan lahan pada dekade yang lalu dengan analisis spasial. Dengan demikian dapat dilihat perubahan guna lahan suburban selatan Kota Makassar.

(3)

PROSIDING 20 11© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

HASIL DAN BAHASAN

Perubahan guna lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi lahan yang pada awalnya memiliki peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan yang lainnya. Perubahan guna lahan mengindikasikan bahwa kawasan tersebut mengalami perkembangan, terutama perkembangan jumlah sarana dan prasarana fisik baik berupa perekonomian, jalan maupun prasarana yang lain. Dalam perkembangannya perubahan guna lahan akan terdistribusi pada ruang-ruang tertentu yang mempunyai potensi yang cukup tinggi atau dinilai memiliki nilai strategis.

Pola Penggunaan Lahan Suburban Selatan Makassar

Kota Makassar berbatasan dengan Kabupaten Gowa di sisi selatan, Kabupaten Maros di sisi timur dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan di sisi utara. Perkembangan wilayah pinggiran kota atau sub urban yang berbatasan antara Kota Makassar dan Kota Sungguminasa yang merupakan ibukota Kabupaten Gowa terjadi begitu pesat dengan adanya jalur transportasi yang menghubungkan kedua wilayah tersebut.

Perbatasan Kota Makassar dan Kota Sungguminasa sangat jelas ditandai oleh adanya batas fisik gerbang perbatasan dan perempatan Jl. Sultan Alauddin, Jl. Malengkeri, Jl. Syekh Yusuf, dan Jl. Sultan Hasanuddin (Sungguminasa). Jl. Sultan Alauddin – Jl. Sultan Hasanuddin merupakan jalan poros (arteri primer) yang menghubungkan dua wilayah ini. Adanya jalur transportasi ini menyebabkan suburban selatan Kota Makassar cepat berkembang.

Sebelum tahun 2001, penggunaan lahan di suburban masih kurang. Kondisi ini dapat diamati dengan masih banyaknya lahan kosong. Bangunan di tepi Jl. Sultan Alauddin, Jl. Sultan Hasanuddin (Sungguminasa), Jl. Malengkeri, dan Jl. Syekh Yusuf lebih cepat berkembang dibandingkan di area belakang koridor jalan, sehingga penggunaan lahan nampak membentuk pola linier atau mengikuti jalan utama ini. Tersedianya sarana transportasi publik seperti mikrolet sebagai angkutan kota memberikan kemudahan akses bagi masyarakat yang tinggal di suburban dan yang memiliki kepentingan terhadap kota Makassar dan Kota Sungguminasa. Adanya titik simpul atau pertemuan empat jalur transportasi, tersedianya sarana lingkungan seperti perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan, peribadatan dan prasarana seperti jaringan jalan, air bersih, listrik, telepon, drainase membuat suburban menjadi kawasan yang strategis.

Akhir-akhir ini, banyak bangunan dengan fungsi penggerak perekonomian kota dibangun seperti perdagangan, jasa dan hunian, sehingga suburban Kota Makassar menjadi pusat pertumbuhan baru. Penggunaan lahan memiliki dua jenis pola yaitu berbentuk linier mengikuti jalan utama dan mengelompok mendekati akses ke jalan utama. Bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa menempati ruang di tepi jalan secara linier dan daerah belakangnya difungsikan sebagai hunian dan fasilitas social dan umum lainnya. Pola ini sangat jelas terlihat pada koridor jalan Sultan Alauddin. Sedangkan pada koridor Jl. Mannuruki, Syekh Yusuf dan Jl. Sultan Hasanuddin (Sungguminasa) masih cenderung mengisi ruang-ruang kosong di tepi jalan utama tersebut membentuk pola linier.

Bangunan yang berada di Jl. Sultan Alauddin memiliki karakteristik yang berbeda dengan koridor jalan lainnya yang berada di suburban selatan Makassar. Makin banyak bangunan yang berubah bentuk dari rumah tinggal tunggal menjadi bangunan deret berupa rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan). Beberapa bangunan hunian dan toko menambah bangunannya di lahan depan dan samping rumah/tokonya untuk menambah fungsi komersil berupa café, rumah makan dan warung sehingga sempadan bangunan makin kecil, bahkan garis sempadan bangunan berada pada batas lahan atau pagar. Bangunan yang memanfaatkan ruang sempadan bangunan tidak hanya pada depan bangunan, tetapi samping bangunan juga dipenuhi bangunan tambahan. Pemilik bangunan yang berada di sudut jalan seharusnya menyisakan lahannya tidak dibangun karena akan melanggar garis sempadan yang telah ditetapkan. Ketetapan garis sempadan bangunan yang diukur dari tepi kavling ke dinding luar bangunan dibuat berdasarkan pertimbangan keselamatan, kesehatan, resiko kebakaran, kenyamanan, perkembangan kawasan/wilayah dan estetika.

Peningkatan fungsi lahan di suburban dari hunian menjadi perdagangan dan jasa selain dipicu oleh adanya jalur transportasi yang menghubungkan Kota Makassar dan Sungguminasa juga karena adanya Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh). Kampus Unismuh memberikan dampak terjadinya pertumbuhan kegiatan pendukung di sekitarnya berupa jasa fotokopi, pengetikan, percetakan (print) dokumen, rumah makan, café, dan rumah/tempat kost. Kegiatan penunjang ini menempati ruang di tepi Jl. Sultan Alauddin dan Jl. Tala Salapang.

(4)

Perubahan Guna Lahan di… Isfa Saraswati & Louis Santoso

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

.

Pedagang informal juga mulai menempati ruang atau daerah milik jalan di Jl. Sultan Alauddin dekat Kampus Unismuh dengan mendirikan lapak secara permanen. Para pedagang memanfaatkan peluang kedekatan lokasi dengan kampus untuk membuka usaha jenis jasa seperti fotokopi, pengetikan, percetakan/print, minuman dan makanan ringan, dan toko kelontong. Keberadaan Supermarket di suburban selatan Kota Makassar membuat penduduk di sekitarnya tidak perlu menuju ke pusat kota untuk berbelanja memenuhi kebutuhannya. Berbagai kegiatan ikutan juga terjadi dengan bertumbuhnya bangunan komersil seperti ruko dan rukan di sekitarnya guna memberikan pelayanan penduduk di suburban. Kondisi ini dapat menciptakan efisiensi sistem pelayanan kota karena terbentuk sub pusat kota atau pusat kawasan. Terjadinya pengembangan sub pusat yang tumbuh dan berkembang dengan baik di suburban dapat menunjang terciptanya suatu bentuk struktur kota yang lebih baik. Kegiatan perkotaan juga tidak bertumpuk di pusat kota sehingga pengembangan perkotaan dapat merata. Perubahan Guna Lahan di Suburban Selatan Kota Makassar

Perubahan guna lahan yang terjadi di suburban Kota Makassar diidentifikasi dengan mengamati penggunaan lahan saat ini dibandingkan dengan dekade yang lalu. Pada tahun 2001, penggunaan lahan membentuk pola linear mengikuti jalan. Jenis fungsi lahan yang paling besar di suburban adalah hunian, yaitu sebesar 41% dari luas lahan di suburban Selatan Kota Makassar. Bangunan rumah menempati ruang di tepi jalan utama suburban. Ruang terbuka hijau memiliki luas kurang lebih 28% (Gambar 4a). Lahan ini sebagian besar merupakan lahan cadangan atau lahan tak terbangun. Namun pada tahun 2011, ruang terbuka hijau berkurang menjadi 10% saja. Saat ini, lahan di tepi jalan utama (Jl. Sultan Alauddin, Jl. Malengkeri, Jl. Sultan Hasanuddin) suburban didominasi oleh bangunan ruko dengan fungsi perdagangan dan jasa. Fungsi ini meningkat dari 12% dari luas lahan suburban selatan pada tahun 2001 menjadi 30% dari luas lahan suburban pada tahun 2011. Ruang terbuka hijau berupa lahan tak terbangun pada tahun 2001 kini berubah menjadi lahan terbangun dengan fungsi perdagangan dan jasa seperti supermarket, ruko, showroom dan servis motor dan mobil, rukan atau kantor swasta, jasa rumah makan/café, SPBU, apotik, Bank. Lahan tak terbangun juga berubah menjadi rumah dan perumahan skala besar, tempat bimbingan belajar, dan sarana lingkungan seperti mesjid, lapangan tennis, dsb

Gambar 3. Penambahan bangunan di samping

bangunan utama memanfaatkan lahan sisa dan melanggar garis sempadan samping bangunan.

Gambar 2. Kegiatan informal yang tumbuh di dekat

Kampus Unismuh

(5)

PROSIDING 20 11© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Selain perubahan guna lahan dari lahan tak terbangun menjadi lahan terbangun, peningkatan fungsi lahan juga terjadi di suburban seperti dari fungsi hunian atau rumah menjadi ruko, rukan, kantor, jasa penyewaan mobil, jasa fotocopi, rumah makan dan minimarket. Fungsi hunian atau rumah hanya kurang lebih 5% menempati jalur utama di Suburban. Perumahan skala besar yang dikembangkan oleh developer memanfaatkan lahan di belakang koridor Jl. Sultan Alauddin membentuk kantong permukiman baru, seperti Perumahan Sultan Residence, Alauddin Residence, Bumi Permata Hijau, dan Griya Fajar Mas.

Terjadinya perubahan guna lahan dalam 10 tahun yang cukup besar memberikan pengaruh terbentuknya sub pusat di suburban Kota Makassar sehingga tidak memberatkan pusat kota dalam pengembangan perekonomian. Namun demikian, perlu dilakukan pengawasan terhadap pola perubahan guna lahan, sebab pembangunan tanpa pengawasan dapat memperburuk kualitas kawasan suburban seperti: secara visual kawasan menjadi buruk dan tidak memiliki identitas, pelanggaran terhadap peraturan tata bangunan, daya dukung lingkungan menurun, kemacetan, munculnya kegiatan informal yang tidak tertata, masalah sosial makin bertambah, kurangnya kenyamanan dan keamanan berkegiatan dan sebagainya.

Gambar 4. Penggunaan lahan suburban Kota Makassar tahun 2001dan 2011

(6)

Perubahan Guna Lahan di… Isfa Saraswati & Louis Santoso

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

Faktor Perubahan Guna Lahan

Pertambahan penduduk dan perkembangan pembangunan di Kota Makassar sejalan dengan kebutuhan lahan yang makin meningkat. Kondisi ini meluas hingga ke suburban Kota Makassar. Keterbatasan lahan dan nilai lahan yang tinggi di pusat kota, membuat penduduk memilih untuk bermukim dan melakukan usaha di suburban. Selain harga lahan yang lebih murah, kawasan suburban berpotensi dikembangkan karena adanya kedekatan antara gerbang atau batas Kota Makassar dan Kota Sungguminasa.

Adanya aglomerasi kegiatan ekonomi, sosial dan budaya, memberikan pengaruh pada pola penggunaan lahan di suburban Kota Makaassar. Perubahan guna lahan terjadi dan luasan lahan terbangun makin meningkat. Terjadinya perubahan guna lahan menunjukkan adanya pengembangan suatu kota atau wilayah. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan di suburban Selatan Kota Makassar, sebagai berikut:

Fisik

Dari aspek fisik, faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahana guna lahan adalah: adanya jalur transportasi, dilalui sarana transportasi umum, topografi yang datar, fungsi Kota Makassar, ketersediaan sarana dan prasarana kota serta adanya magnet atau penarik terhadap site di suburban. Tersedianya jalur transportasi (Jl. Sultan Alauddin – Jl. Sultan Hasanuddin) yang menerus menghubungkan Kota Makassar dan Kota Sungguminasa, memberikan kemudahan akses untuk menuju kedua kota tersebut. Jalan arteri primer ini juga menghubungkan bagian wilayah kota makassar dari arah barat dan timur melalui Jl. Malengkeri dan Jl. Syekh Yusuf. Persimpangan jalan di suburban yang menjadi batas Kota Makassar sehingga mempercepat terjadinya pertumbuhan kawasan ini, karena dinilai sangat strategis. Perkembangan kawasan ini juga dipengaruhi oleh tersedianya kendaraan umum berupa mikrolet yang melalui keempat jalur transportasi tersebut.

Topografi suburban Kota Makassar yang datar membuat pertumbuhan bangunan makin mudah karena tidak memerlukan rekayasa seperti pengerukan dan penimbunan (cut and fill) untuk merubah kelandaian sehingga lahannya dapat dibangun.

Fungsi Kota Makassar sebagai pusat perdagangan dan pelayanan di Kawasan Timur Indonesia membuat perkembangan perekonomian kota meningkat pesat sehingga orang tertarik untuk mendekati Kota Makassar walaupun berada dalam suburban.

Kelengkapan sarana kota di suburban Kota Makassar seperti sarana perdagangan, pendidikan, peribadatan, pelayanan umum, dan ketersediaannya prasarana kota meliputi jaringan air bersih, moda transportasi publik, drainase, listrik, komunikasi dan pengelolaan sampah merupakan daya tarik untuk bermukim dan berkegiatan di kawasan ini.

Adanya penarik (magnet) berupa pusat perdagangan seperti supermarket Giant dan Indo Mode serta kampus Unismuh di suburban Kota Makassar menjadi pemicu tumbuhnya sub pusat kawasan dan kegiatan penunjang sebagai ikutan dari kegiatan utama.

Sosial dan Budaya

Kesempatan kerja dan menimba ilmu membuat makin banyak penduduk yang pindah ke Kota Makassar sehingga timbul fasilitas kegiatan penunjang seperti rumah sederhana hingga menengah, rumah kost, café, rumah makan, jasa fotokopi, pengetikan, dan percetakan (print) dokumen.

Adanya persepsi masyarakat kepemilikan rumah di Kota Makassar merupakan suatu kebanggan tersendiri walaupun di kawasan suburban, membuat developer membeli lahan dan membangun perumahan skala besar yang memiliki akses ke Jl. Sultan Alauddin. Selain itu, adanya keinginan masyarakat kota untuk memiliki rumah tinggal yang lebih luas dan tenang juga menjadi penyebab berubahnya fungsi lahan tak terbangun menjadi lahan perumahan.

Ekonomi

Harga lahan yang makin tinggi terutama di pusat Kota Makassar, membuat lahan di suburban banyak diminati untuk dibangun rumah sebagai investasi masa mendatang. Adanya kebijakan pemerintah untuk membantu

(7)

PROSIDING 20 11© HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

masyarakat memiliki rumah dengan pembayaran yang ringan di suburban atau pinggiran kota juga mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan di suburban terutama di kantong belakang koridor jalan utama.

SIMPULAN

Perubahan guna lahan di suburban selatan Kota Makassar dipicu oleh adanya jalur transportasi yang menghubungkannya dengan Kota Sungguminasa. Bangunan di tepi Jl. Sultan Alauddin, Jl. Sultan Hasanuddin (Kota Sungguminasa), Jl. Malengkeri, dan Jl. Syekh Yusuf lebih cepat berkembang dibandingkan di area belakang koridor jalan, sehingga penggunaan lahan nampak membentuk pola linier atau mengikuti jalan utama pada tahun 2001. Namun akhir-akhir ini, banyak bangunan dengan fungsi penggerak perekonomian kota dibangun di suburban selatan Kota Makassar seperti perdagangan, jasa dan hunian, sehingga suburban Kota Makassar menjadi pusat pertumbuhan baru. Penggunaan lahan saat ini memiliki dua jenis pola yaitu berbentuk linier mengikuti jalan utama dan mengelompok mendekati akses ke jalan utama. Bangunan dengan fungsi perdagangan dan jasa menempati ruang di tepi jalan secara linier dan daeah belakangnya difungsikan sebagai hunian. Pola ini sangat jelas terlihat pada koridor jalan Sultan Alauddin. Sedangkan pada koridor Jl. Mannuruki, Syekh Yusuf dan Jl. Sultan Hasanuddin (Sungguminasa) masih cenderung mengisi ruang-ruang kosong di tepi jalan utama tersebut membentuk pola linier.

Hingga saat ini, lahan di tepi jalan utama (Jl. Sultan Alauddin, Jl. Malengkeri, Jl. Sultan Hasanuddin) suburban didominasi oleh bangunan ruko dengan fungsi perdagangan dan jasa. Fungsi ini meningkat dari 12% dari luas lahan suburban selatan pada tahun 2001 menjadi 30% dari luas lahan suburban pada tahun 2011. Sedangkan luas ruang terbuka hijau di suburban selatan Kota Makassar berkurang, yaitu dari 28% menjadi 10% saja. Ruang terbuka hijau yang dulu awalnya merupakan lahan tak terbangun kini berubah menjadi fungsi perdagangan dan jasa seperti supermarket, ruko, showroom dan servis motor dan mobil, rukan atau kantor swasta, jasa rumah makan/café, SPBU, apotik, Bank. Lahan tak terbangun juga berubah menjadi rumah dan perumahan skala besar, tempat bimbingan belajar, dan sarana lingkungan seperti mesjid, lapangan tennis, dsb Perubahan guna lahan yang terjadi di suburban Selatan Kota Makassar meliputi perubahan pola penggunaan lahan atau cara bermukim, peningkatan fungsi lahan dari hunian menjadi perdagangan dan jasa. Faktor fisik yang mempengaruhi perubahan guna lahan di suburban meliputi: tersedianya jalur transportasi dan sarana transportasi umum, topografi yang datar, fungsi Kota Makassar, kelengkapan sarana dan prasarana kota serta adanya magnet atau penarik di suburban. Faktor non fisik (sosial, budaya dan ekonomi) meliputi tersedianya lapangan kerja dan sarana pendidikan, nilai prestise terhadap kepemilikan rumah di Kota Makassar, kebutuhan rumah yang lebih luas dan tenang, harga lahan yang lebih murah, dan adanya kebijakan pemerintah untuk keringanan biaya kepemilikan rumah di pinggir kota.

Terjadinya perubahan guna lahan dalam 10 tahun yang cukup besar memberikan pengaruh terbentuknya sub pusat di suburban Kota Makassar sehingga tidak memberatkan pusat kota dalam pengembangan perekonomian. Namun demikian, perlu dilakukan pengawasan terhadap pola perubahan guna lahan, sebab pembangunan tanpa pengawasan dapat memperburuk kualitas kawasan suburban seperti: secara visual kawasan menjadi buruk dan tidak memiliki identitas, pelanggaran terhadap peraturan tata bangunan, daya dukung lingkungan menurun, kemacetan, munculnya kegiatan informal yang tidak tertata, masalah sosial makin bertambah, kurangnya kenyamanan dan keamanan berkegiatan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Badan Pusat Statistik. 2010. Makassar dalam Angka Tahun 2010. [2] Bintarto R. 1977. Geografi Kota. Yogyakarta: UP. Spring.

[3] Bourne, Larry S. 1982. Internal Structure of the City, Readings on Urban form, Growth and Polic. New York: Oxford University Press.

[4] Branch, Melville. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif - Pengantar & Penjelasan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

[5] Catanase, Anthony J & James C. Snyder. 1992. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.

[6] Chapin, F. Stuart and Edward J. Kaiser. 1985. Urban Land Use Planning. Chichago: University of Illinois Press.

[7] Haeruman Js, Herman. 2004. Sistem Kota-kota dan Penataan Ruang dalam Pengelolaan Fungsi [8] Hartshorn, T.A. 1980. Interpreting the city: An urban geography.Canada: John Wiley & Sons

(8)

Perubahan Guna Lahan di… Isfa Saraswati & Louis Santoso

Arsitektur

Elektro

Geologi

Mesin

Perkapalan

Sipil

[9] Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.

[10] Kivell, Phillip. 1993. Land and The City : Pattern and Process of Urban Change. London: Routledge. [11] Knox, P. 1994. Urbanization, an introduction to urban geography. London: Prentice Hall International. [12] Yunus, Hadi Sabari. 1999. Struktur Tata ruang Kota. Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Gambar

Gambar 3.   Penambahan bangunan di samping  bangunan utama memanfaatkan lahan  sisa dan melanggar garis sempadan  samping bangunan
Gambar 4. Penggunaan lahan suburban Kota Makassar tahun 2001dan 2011

Referensi

Dokumen terkait

Direktur mempunyai tugas memimpin, mengendalikan dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Rumah Sakit Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam menyelenggarakan sebagian

KEPALA (JF Dosen) SEKRETARIAT BAGIAN AKADEMIK, KEMAHASISWAAN , DAN SUMBERDAYA BAGIAN KELEMBAGAAN DAN SISTEM INFORMASI BAGIAN UMUM KELOMPOK TENAGA AHLI TIPE B.. KELOMPOK

[r]

Hasil penelitian yang dibantu program SPSS 16 for Windows menunjukkan bahwa Implementasi Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) Bambu Apus masuk ke dalam kategori baik kemudian

Hasil analisis ragam dari kedua variabel yang diteliti menunjukkan bahwa respon yang ditimbulkan akibat dari perbedaan perlakuan penggunaan sistim penyiapan air media

Jika kita membaca sebuah riwayat dari salah seorang imam, maka kita tidak tahu apakah sang imam mengucapkan sabdanya dalam keadaan taqiyah atau tidak hal ini penting

Proses pengelompokkan data dilakukan untuk mengelompokkan data dan menggunakan fungsi and dan or dari fuzzy, dimana bertujuan untuk memilih nilai yang nantinya

Banyaknya jenis material yang dapat diterapkan baik pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding, lantai,dan langit-langit dan perabotan, juga banyaknya café yang terdapat di