• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MARKETING MIX DAN PRODUK DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MARKETING MIX DAN PRODUK DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN SYARIAH"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MARKETING MIX DAN PRODUK DANA PIHAK KETIGA

PERBANKAN SYARIAH

A. Tinjauan Umum Tentang Marketing Mix 1. Pengertian Marketing mix

Marketing mix atau yang biasa disebut dengan bauran

pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.1 Program pemasaran yang efektif memadukan seluruh elemen pemasaran ke dalam suatu program koordinasi, yang dirancang untuk meraih tujuan pemasaran perusahan dengan mempersembahkan nilai kepada konsumen. Bauran pemasaran menciptakan seperangkat alat untuk membangun posisi yang kuat dalam pasar sasaran.2

Menurut Buchari Alma, para pengusaha yang kreatif, akan selalu menciptakan kombinasi yang terbaik dari elemen 7P yang menjadi komponen marketing mix. Mereka harus menciptakan dari masing-masing elemen P yang mana yang paling baik, dan paling banyak digunakan. Elemen 7P ini terdiri atas 4P tradisional dan 3P lagi sebagai bahan tambahan untuk pemasaran jasa. 4P tradisional berlaku untuk pemasaran barang.3

Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong, marketing mix sebagai seperangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang

1

Philip Kotler, loc.cit

2

Philip Kotler dan Gary Amstrong, loc.cit

3

(2)

dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran. Marketing mix terdiri atas segala sesuatu yang didapat suatu perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produknya.4

2. Tujuan Marketing Mix

Dalam prektiknya tujuan suatu perusahaan dapat bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam jangka pendek biasanya hanya bersifat sementara dan juga dilakukan sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan jangka panjang. Demikian pula dalam hal menjalankan kegiatan pemasaran suatu perusahaan memiliki banyak kepentingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Secara umum tujuan pemasaran bank adalah untuk :5

a. Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan merangsang konsumsi, sehingga dapat merangsang nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang.

b. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang diinginkan nasabah. Nasabah yang puas akan menjadi ujung tombak pemasaran selanjutnya. Karena kepuasan ini akan ditularkan kepada nasabah lainnya melalui ceritanya (getuk tular).

4

Philip Kotler dan Gary Amstrong, op.cit, hlm. 71-72

5

(3)

c. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) dalam arti bank menyediakan berbagai jenis produk bank sehingga nasabah memiliki beragam pilihan pula.

d. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

Menurut Kotler, tujuan dari bauran pemasaran (marketing mix) sendiri adalah untuk mempengaruhi masyarakat, nasabah atau calon nasabah, yang dapat dilakukan dengan cara menggunakan elemen

marketing mix.6

Tujuan utama marketing mix BNI Syariah Cabang Pekalongan yaitu untuk pencapaian target sasaran yang telah ditetapkan baik dalam produk penghimpunan DPK maupun produk pembiayaan.

3. Fungsi Marketing Mix

Fungsi pemasaran adalah suatu disiplin yang memungkinkan terjadinya pemasaran sehingga memuaskan kebutuhan dan membuat laba.7 Dalam hal ini, perbankan syariah perlu mengontrol atau memperhatikan perpaduan dari elemen-elemen marketing mix, agar nantinya produk-produk yang dihasilkan dapat memberikan daya guna dan daya pemuas bagi nasabahnya dan juga mampu membuat laba.

Fungsi marketing mix bagi BNI Syariah Cabang Pekalongan adalah upaya pencapaian target yang telah ditetapkan. BNI Syariah

6

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta : PT INDEKS Kelompok Gramedia, 2003), hlm. 123

7

Bernard Karz, Bagaimana memasarkan Jasa Professional, (Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo,1999), hlm. 3

(4)

Cabang Pekalongan senantiasa mmperhatikan elemen-elemen

marketing mix, dari awal dikeluarkannya, atau penawaran produk

hingga munculnya testimonial dari nasabah. BNI Syariah juga mengupayakan mekanisme atau proses dari elemen-elemen marketing

mix agar berjalan efektif dan efisien. Hal-hal tersebut dilakukan untuk

menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada nasabah.

B. Elemen-elemen Marketing Mix

Perbankan syariah adalah suatu perusahaan jasa karena produk yang mereka tawarkan berupa jasa bukan barang. Marketing mix untuk produk jasa lebih luas dari pada marketing mix produk barang. Bagi pemasaran produk barang, manajemen pemasaran akan dipecah menjadi 4 (empat) kebijakan pemasaran yang lazim disebut sebagai marketing mix atau 4P dalam pemasaran yang terdiri dari 4 (empat) komponen, yaitu Produk (product), harga (price), distibusi (place), dan promosi (promotion).8 Untuk jasa, marketing mix dapat diperluas lagi dengan menambah tiga elemen, yaitu elemen orang (people), bukti fisik (physical

evidence), proses (process).9 Masing-masing elemen tersebut penjelasannya dijelaskan dibawah ini :

8

Husein Umar, op.cit., hlm. 70

9

(5)

1. Produk (product)

Produk merupakan titik sentral dari kegiatan marketing. Semua kegiatan marketing lainnya digunakan untuk pemasaran produk. Satu hal yang perlu diingat ialah bagaimanapun hebatnya usaha promosi distribusi dan harga yang baik jika tidak diikuti oleh produk yang bermutu dan disenangi oleh konsumen maka kegiatan marketing mix ini tidak akan berhasil. Oleh sebab itu perlu diteliti produk apa yang anda pasarkan bagaimana selera konsumen masa kini perlu mendapat perhatian.10

Produk juga merupakan elemen yang sangat penting dalam pemasaran. Produk adalah barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Produk berjalan melalui berbagai tingkat pertumbuhan (daur hidup produk). Daur hidup produk (product

life circle) ini menunjukkan tahap-tahap pertumbuhan produk,

mengetahui suatu produk berada pada tahap mana dalam daur hidup tersebut memungkinkan manajer bisa mengambil keputusan mengenai perlu-tidaknya melanjutkan penjualan suatu produk, kapan perlu memperkenalkan produk lanjutan, dan kapan perlu melakukan perubahan atas produk yang ada saat ini. Daur hidup produk tersebut adalah :11

10

Buchari Alma, loc.cit.

11

Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough dengan Doug Wilson, Kewirausahaan

(6)

a. Tahap perkenalan (introductory stage)

Tahap dimana pemasar memperkenalkan produk mereka kepada calon pelanggan. Tingkat penerimaan yang tinggi biasanya jarang terjadi. Umumnya, produk baru harus mendobrak pasar dan bersaing dengan produk yang sudah ada. Iklan dan promosi membantu produk baru menjadi cepat dikenal. Calon pelanggan harus mendapatkan informasi mengenai produk, dan kebutuhan yang dapat dipenuhinya.

Biaya pemasaran produk pada tahap ini biasanya sangat tinggi, karena perusahaan harus dapat mengatasi penolakan atau keacuhan pelanggan. Jadi, laba pada umumnya rendah, atau bahkan negative dalam tahap ini.

b. Tahap pertumbuhan dan penerimaan (growth and acceptance

stage)

Pada tahap ini pelanggan mulai membeli produk dan penjualan mulai naik, serta laba mulai diperoleh. Namun, produk yang telah berhasil mencapai tahap ini tidak selalu sukses. Jika dalam tahap pengenalan atau pertumbuhan gagal memenuhi keinginan pelanggan, biasanya produk tidak dijual lagi dan hilang dari pasar. Untuk produk yang sukses, penjualan dan laba berlanjut naik dalam tahap pertumbuhan.

(7)

c. Tahap Kedewasaan dan persaingan (maturity and competition

stage)

Penjualan terus meningkat, tetapi laba memuncak dan kemudian menurun ketika pesaing memasuki pasar. Umumnya perusahaan akan menurunkan harga jual agar dapat bersaing dan dapat mempertahankan pangsa pasar.

d. Tahap kejenuhan pasar (market saturation stage)

Dari daur hidup produk yang merupakan peringatan bagi para pemasar bahwa inilah saatnya memperkenalkan produk generasi berikutnya.

e. Tahap penurunan produk (product decline stage)

Tahap ini merupakan tahap terakhir daur hidup produk. Pada tahap ini penjualan terus menurun dan laba juga menurun secara drastis. Akan tetapi, produk yang mencapai produk ini bukan berarti bahwa produk tersebut telah gagal. Produk yang tetap popular akan selalu diperbaiki. Tidak ada perusahaan yang selalu dapat mempertahankan posisi penjualan tanpa pembaruan produk.

Menurut Kasmir, strategi produk adalah strategi yang diarahkan untuk dapat memodifikasi produk yang sudah ada menjadi lebih menarik atau menciptakan produk baru. Strategi produk biasanya dimulai dari penciptaan logo dan moto yang dibuat semenarik

(8)

mungkin, disertai dengan penciptaan merek terhadap produk yang ditawarkan.12

Produk yang dihasilkan dalam Perbankan Syariah bukan berupa barang, melainkan berupa jasa. Ciri khas jasa yang dihasilkan haruslah mengacu kepada nilai-nilai syariah atau yang diperbolehkan dalam Al-Qur’an, namun agar bisa lebih menarik minat konsumen (nasabah) terhadap jasa perbankan yang dihasilkan, maka produk tersebut harus tetap melakukan strategi-strategi “diferensiasi atau

diversifikasi” agar mereka mau beralih & mulai menggunakan jasa

Perbankan Syariah.13

Produk perbankan syariah terdiri dari penghimpunan dana, penyaluran dana, dan produk jasa lainnya. Namun disini peneliti hanya membahas produk penghimpunan dana pihak ketiga.

Dalam penghimpunan dana, bank syariah mempergunakan dua prinsip, yaitu :

1) prinsip wadiah yad dhamanah yang diaplikasikan pada giro wadiah dan tabungan wadiah, dan

2) prinsip mudharabah mutlaqah yang diaplikasikan pada produk deposito mudharabah dan tabungan mudharabah.14

12

Kasmir, op.cit, hlm. 166

13

Prasetyo Wibowo, loc.cit.

14

Wiroso, Penghimpunan dana dan Distribusi hasil usaha bank syariah, (Jakarta : PT Grasindo, 2005), hlm. 12

(9)

2. Harga (price)

Menerjemahkan pengertian harga dalam perbankan syariah bisa dianalogikan dengan melihat seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen (nasabah) untuk mendapatkan sebuah manfaat dalam bentuk jasa yang setimpal atas pengorbanan yang telah dikeluarkan oleh konsumen (nasabah) tersebut.15 Harga (Price) adalah sesuatu atau sejumlah uang yang dikorbankan untuk mendapatkan atau memuaskan kebutuhan.16 Harga (price), merupakan satu-satunya elemen pendapatan dalam marketing mix. Menentukan harga jual produk berupa jasa yang ditawarkan dalam perbankan syariah merupakan salah satu faktor terpenting untuk menarik minat nasabah.

Strategi harga adalah bagaimana bank menetapkan harga produknya. Harga merupakan salah satu aspek penting dalam

marketing mix oleh sebab itu penentuan harga sangat penting untuk

diperhatikan karena harga akan menentukan laku atau tidaknya produk dan jasa yang dikeluarkan. Bagi bank syariah, harga identik dengan bagi hasil.17

3. Distribusi (Place)

Melakukan penetrasi pasar perbankan Ssyariah yang baik tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh tempat atau saluran distribusi yang baik pula, untuk jasa yang ditawarkan kepada konsumen

15

Ibid

16

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : (UPP) AMPYKPN, 1987), hlm. 193

17

(10)

(nasabah). Jika pelayanan perbankan syariah bisa dilakukan dimana saja diseluruh Indonesia, maka bisa dipastikan penetrasi pasar perbankan syariah akan lebih cepat berhasil.18

Place ,dapat pula diartikan tempat atau lokasi bank syariah.

Dalam hal ini lokasi bank syariah haruslah yang strategis, dan mudah dijangkau kendaraan. perbankan syariah juga perlu memperhatikan layout gedung dan ruangan perbankan syariah.

4. Promosi (promotion)

Tanpa promosi jangan diharapkan nasabah dapat mengenal bank syariah. Oleh karena itu, promosi merupakan sebuah sarana yang paling ampuh untuk menarik dan mempertahankan nasabahnya. Salah satu tujuan promosi bank adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon nasabah yang baru. Kemudian promosi juga berfungsi untuk mengingatkan nasabah akan produk, promosi juga ikut mempengaruhi nasabah untuk membeli dan akhirnya promosi juga akan meningkatkan citra bank di mata para nasabahnya.

Dalam praktiknya ada empat macam sarana promosi yang digunakan oleh perbankan syariah, adalah sebagai berikut :

a. Periklanan (advertising), merupakan promosi yang dilakukan dalam bentuk tayangan atau gambar atau kata-kata yang tertuang dalam spanduk, brosur, bilboard, Koran, majalah, televisi, atau

18

(11)

radio-radio. Biasanya promosi seperti ini dilakukan untuk menginformasikan keberadaan produk.

b. Promosi penjualan (Sales promotion), merupakan promosi yang digunakan untuk meningkatkan penjualan melalui potongan harga atau hadiah pada waktu tertentu terhadap barang-barang tertentu pula.

c. Publisitas (publicity), merupakan promosi yang dilkukan untuk meningkatkan citra bank didepan para calon nasabah atau nasabahnya melalui kegiatan sponsorship terhadap suatu kegiatan amal atau sosial atau olahraga.

d. Penjualan pribadi (personal selling), merupakan promosi yang digunakan melalui pribadi-pribadi karyawan bank dalam melayani serta ikut mempengaruhi nasabah.19

5. Orang (People)

People (Orang), bisa kita interpretasikan sebagai sumber daya

manusia (SDM) dari perbankan syariah itu sendiri, baik secara langsung maupun tidak langsung yang akan berhubungan dengan nasabah (customer), SDM ini sendiri juga akan sangat berkorelasi dengan tingkat kepuasan para pelanggan perbankan syariah.

Yang dimaksud dengan “orang” disini adalah semua partisipan yang memainkan sebagian penyajian jasa, yaitu peran selama proses dan konsumsi jasa berlangsung dalam waktu riil jasa, oleh karenanya

19

(12)

dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Yang dimaksud dengan partisipan ini antara lain adalah staff perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa tersebut.20 Partisipan adalah setiap dan semua orang yang memainkan suatu peran dalam waktu riil jasa (selama berlangsungnya proses dan konsumsi jasa berlangsung). Jadi yang termasuk di sini adalah semua karyawan maupun konsumen. Semua sikap dan tindakan karyawan, bahkan cara berpakaian karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan waktu riil pelayanan (service

encounter).21

6. Bukti fisik (Physical Evidence)

Bukti fisik (Physical Evidence) adalah suatu lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan konsumennya berinteraksi, dan setiap komponen tangible memfasilitasi penampilan atau komunikasi jasa tersebut.22

7. Proses (Process)

Proses (Process), saat ini merupakan salah satu unsur tambahan

marketing mix yang cukup mendapat perhatian serius dalam

perkembangan ilmu marketing. Dalam Perbankan Syariah, bagaimana proses atau mekanisme, mulai dari melakukan penawaran produk hingga proses menangani keluhan pelanggan perbankan syariah yang efektif dan efisien, perlu dikembangkan dan ditingkatkan.

20

Husein umar, op. cit., hlm. 74

21

Yazid, Pemasaran jasa, Edisi kedua, (Yogyakarta : EKONISIA, 2008), hlm. 19

22

(13)

Proses ini akan menjadi salah satu bagian yang sangat penting bagi perkembangan perbankan syariah agar dapat menghasilkan produk berupa jasa yang prosesnya bisa berjalan efektif dan efisien, selain itu tentunya juga bisa diterima dengan baik oleh nasabah perbankan syariah.

Menurut Husein Umar, proses mencerminkan bagaimana semua elemen marketing mix jasa dikoordinasikkan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada konsumen. Dengan demikian, pemasaran harus dilibatkan ketika desain proses jasa dibuat, karena pemasaran juga sering terlibat dalam, atau bertanggung jawab terhadap, pengawasan kualitas jasa.23

Proses juga mencerminkan tingkat quality, cost dan delivery.24

a. Proses dalam konteks quality (kualitas), adalah bagaimana menciptakan proses yang mempunyai nilai lebih untuk konsumen. Bagaimana perusahaan menjalankan proses yang dimulai dari bahan mentah sampai ke barang jadi yang dijalankan secara teliti dan efektif tanpa mengurangi value yang ditawarkan.

b. Proses dalam konteks cost (biaya), adalah bagaimana menciptakan proses yang efisien yang tidak membutuhkan biaya banyak tetapi kualitas terjamin.

c. Proses dalam konteks delivery, adalah bagaimana proses pengiriman atau pengiriman produk atau servis yang ditawarkan

23

Ibid, hlm.75

24

Hermawan Kartajaya dan M Syakir Sula, Syariah Marketing, (Bandung : Mizan,2006), hlm. 186

(14)

perusahaan kepada konsumen yang memungkinkan konsumen langsung bisa merasakan kepuasan terhadap layanan perusahaan.

C. Produk Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Produk penghimpunan dana pihak ketiga antara lain : 1. Giro wadiah

Akad wadiah dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a. Wadiah Yad Al Amanah, yaitu akad dimana shohibul maal yang menentukan dalam pengoperasian dananya.

b. Wadiah Yad Dzlamanah, yaitu akad dimana pihak Bank boleh menentukan pengoperasian dana shohibul maal.

Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, pasal 1 ayat 6 disebutkan yang dimaksud dengan giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 01/DSN-MUI/IV/2000 ditetapkan ketentuan tentang giro wadiah (himpunan fatwa, Edisi kedua, hal 6-7) sebagai berikut:

1) bersifat titipan;

2) titipan bisa diambil kapan saja (on call);

3) tidak ada imbalan yang diisyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

(15)

Karakteristik dari giro wadiah, antara lain sebagai berikut: 1) harus dikembalikan utuh seperti semula sejumlah barang yang

dititipkan sehingga tidak boleh overdraft (cerukan); 2) dapat dikenakan biaya titipan;

3) dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan misalnya dengan cara menetapkan saldo minimum;

4) penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai ketentuan yang berlaku;

5) jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang berlaku dalam kegiatan usaha bank sepanjang tidak bertentang dengan syariah; 6) dana wadiah hanya dapat digunakan seijin penitip.

Jenis rekening giro wadiah adalah sebagai berikut: 1) Rekening atas nama badan, yang meliputi

a) instansi pemerintah organisasi masyarakat yang tidak merupakan perusahaan;

b) badan hukum yang diatur dalam KUHD atau perundang-undangan lainnya;

c) Fa, CV, dan yayasan.

2) Rekening perorangan yaitu rekening yang dibuka atas nama pribadi.

3) Rekening gabungan (joint account) yaitu rekening yang dibuka atas nama beberapa orang (pribadi) beberapa badan atau campuran keduanya.

(16)

2. Tabungan Wadiah

Tabungan Wadiah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Para ahli perbankan tempo dulu memberikan pengertian tabungan merupakan simpanan sementara, maksudnya simpanan untuk menunggu apakah untuk investasi (antara lain dalam bentuk deposito), untuk keperluan sehari-hari atau konsumsi yang dapat ditarik sewaktu-waktu dalam bentuk giro.

Namun, dengan dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yaitu SK Dir BI Nomor 22/63/Kep Dir tgl 01-12-1989 dan SE Nomor 22/133/UPG tgl 01-12-1989, dimana dalam ketentuan tersebut ditentukan syarat-syarat penyelenggaraan tabungan IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia), yaitu :

1) Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi bank atau ATM,

2) Penarikan tidak dapat dilakukan dengan cek, bilyet giro atau surat perintah pembayaran lain yang sejenis,

3) Bank hanya dapat menyelenggarakan tabungan dalam rupiah, 4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan tabungan ditetapkan sendiri

oleh masing-masing bank, dan

5) Bank penyelenggara tabungan diperkenankan untuk menetapkan sendiri, yakni :

(17)

a) Cara pelayanan sistem administrasi, setoran, frekuensi pengambilan, tabungan pasif dan persyaratan lain;

b) Besarnya suku bunga, cara perhitungan, dan pembayaran bunga serta pemberian insentif, termasuk undian;

c) Nama tabungan yang diselenggarakannya.

Ketentuan inilah yang membuat banyak bank kreatif, sehingga menghilangkan karakteristik tabungan yang sebenarnya. Banyak bank yang menetapkan tabungan dapat ditarik setiap saat sehingga dari segi penarikan tidak dapat dibedakan antara tabungan dan giro.

Dalam prinsip syariah sebenarnya tabungan juga merupakan simpanan sementara untuk menentukan pilihan apakah untuk investasi atau untuk konsumsi yang dapat ditarik setiap saat. Tabungan yang dapat ditarik setiap saat tersebut mempergunakan prinsip Wadi’ah. Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional NO 02/DSN-MUI/IV/2000 ditetapkan ketentuan tentang tabungan wadi’ah (Himpunan Fatwa, Edisi kedua, hal 14) sebagai berikut:

a) Bersifat simpanan;

b) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan;

c) Tidak ada imbalan yang diisyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.

(18)

Jadi tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dapat ditarik setiap saat. Oleh karena itu, tabungan dengan prinsip wadi’ah inilah yang dapat diberikan ATM atau kartu sejenisnya. 25

3. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut persyaratan tertentu yang disepakati tetapi tidak dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Tabungan Mudharabah penarikannya tidak dapat ditarik setiap saat. Oleh karena itu tabungan yang mempergunakan prinsip mudharabah (tabungan mudharabah) tidak perlu diberikan ATM atau kartu yang sejenis itu. Dalam aplikasinya produk bank syariah tabungan yang mempergunakan prinsip ini antara lain, Tabungan Haji hanya dapat ditarik pada saat penabung akan menunaikan ibadah haji, Tabungan Qurban hanya dapat ditarik pada saat hari raya qurban (pembeli membeli hewan qurban), Tabungan Pendidikan hanya dapat ditarik pada saat penabung membayar uang pendidikan, Tabunagn Walimah hanya dapat ditarik pada saat penabungakan menunaikan akad nikah dan tabungan lain sejenisnya.

Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Tabungan, memberikan landasan syariah dan ketentuan tentang tabungan mudharabah adalah sebagai berikut :

25

(19)

1) Landasan syariah tentang tabungan mudharabah a) Al-Qur’an

Firman Allah QS Annisa (4):29

ُكَنْيَب ْمُكَلا َوْمَأ ا ْوُلُكْأَتَلا ا ْوُنَمآ َنْيِذَّلا اَهُّيَأ آَي

ِلِطاَبْلاِب ْم

ْمُكْنِم ٍضا َرَت ْنَع ًة َراَجِت َن ْوُكَت ْنَأ َّلاِإ

...

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu

Dan bertolong-menolonglah dalam mengerjakan kebajikan.

b) Al-Hadis

Hadis Nabi riwayat Thabrani:

َلاَمْلا َعَفَد اَذِّإ ِّبِّ لَطُمْلا ِّدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا َنَُدِّ يَس َناَك

ِّهِّب َكُلْسَي َلا ْنَأ ِّهِّبِّحاَص ىَلَع َطَرَ تْشِّا ًةَبَراَضُم

َْب

،اًر

ٍدِّبَك َتاَذ ًةَّباَد ِّهِّب َيَِّتَْشَي َلاَو ،ًيًِّداَو ِّهِّب َلِّزْنَ ي َلاَو

ِّالله َلْوُسَر ُهُطْرَش َغَلَ بَ ف ،َنِّمَض َكِّلَذ َلَعَ ف ْنِّإَف ،ٍةَبْطَر

ُهَزاَجَأَف َمَّلَسَو ِّهِّلآَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص

(

نبا نع طسولأا فى نيابرطلا هاور

سابع

.)

“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada

mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak

menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)”.

(20)

c) Ijma

Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Zulhaily, Al Fiqh Al Islami wa Adilatuhu, 1989, 4/838).

d) Qiyas

Transaksi mudharabah yakni penyerahan sejumlah harta (dana, modal) dari satu pihak (malik, shahibul maal) kepada pihak lain (amil, mudharib) untuk diperniagakan (diproduksikan) dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan, di-qiyas-kan kepada transaksi musaqoh.

e) Kaidah fiqh

َد َّلُدَي ْنَأ َّلاِّإ ُةَحَبَِّلإْا ِّتَلاَماَعُمْلا ِّفى ُلْصَلأَا

ىَلَع ٌلْيِّل

اَهِّْيِّْرَْتَ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil mengharamkannya”

f) Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia memiliki kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu,

(21)

diperlukan adanya kerjasama diantara kedua belah pihak tersebut.

2) Ketentuan tentang Tabungan Mudharabah

a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya termasuk di dalamnya

mudharabah dengan pihak lain.

c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

e) Bank sebagai mudharib menutup biaya opersional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan nasabah tanpa peretujuan yang bersangkutan.26

4. Deposito Mudharabah

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

26

(22)

Jenis deposito berjangka : 1) Deposito berjangka biasa

Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang dijanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru / permohonan dari penyimpan.

2) Deposito berjangka otomatis (automatic roll over)

Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang untuk jangka waktu yang sama tanpa pemberitahuan dari penyimpan. Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 01 April 2000 tentang deposito memberikan landasan syariah dan ketentuan tentang deposito mudharabah adalah sebagai berikut:

1) Landasan syariah tentang Deposito mudharabah a) Al-Qur’an

Firman Allah QS Annisa (4):29

ْأَتَلا ا ْوُنَمآ َنْيِذَّلا اَهُّيَأ آَي

ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلا َوْمَأ ا ْوُلُك

ْمُكْنِم ٍضا َرَت ْنَع ًة َراَجِت َن ْوُكَت ْنَأ َّلاِإ

...

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu

Dan bertolong-menolonglah dalam mengerjakan kebajikan.

(23)

Hadis Nabi riwayat Thabrani:

َلاَمْلا َعَفَد اَذِّإ ِّبِّ لَطُمْلا ِّدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا َنَُدِّ يَس َناَك

َص ىَلَع َطَرَ تْشِّا ًةَبَراَضُم

ِّهِّب َكُلْسَي َلا ْنَأ ِّهِّبِّحا

،اًرَْب

ٍدِّبَك َتاَذ ًةَّباَد ِّهِّب َيَِّتَْشَي َلاَو ،ًيًِّداَو ِّهِّب َلِّزْنَ ي َلاَو

ِّالله َلْوُسَر ُهُطْرَش َغَلَ بَ ف ،َنِّمَض َكِّلَذ َلَعَ ف ْنِّإَف ،ٍةَبْطَر

ُهَزاَجَأَف َمَّلَسَو ِّهِّلآَو ِّهْيَلَع ُالله ىَّلَص

(

سابع نبا نع طسولأا فى نيابرطلا هاور

.)

“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)”. c) Ijma

Diriwayatkan oleh sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak seorangpun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Zulhaily, Al Fiqh Al Islami wa Adilatuhu, 1989, 4/838).

d) Qiyas

Transaksi mudharabah yakni penyerahan sejumlah harta (dana,modal) dari satu pihak (malik, shahibul maal) kepada pihak lain (amil, mudharib) untuk diperniagakan

(24)

(diproduksikan) dan keuntungan dibagi antara mereka sesuai kesepakatan, di-qiyas-kan kepada transaksi musaqoh.

e) Kaidah fiqh

ىَلَع ٌلْيِّلَد َّلُدَي ْنَأ َّلاِّإ ُةَحَبَِّلإْا ِّتَلاَماَعُمْلا ِّفى ُلْصَلأَا

اَهِّْيِّْرَْتَ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil mengharamkannya”

f) Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya sementara itu, tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia memiliki kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama diantara kedua belah pihak tersebut.

2) Ketentuan tentang deposito mudharabah

a) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip

(25)

syariah dan mengembangkannya termasuk didalamnya

mudharabah dengan pihak lain.

c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

e) Bank sebagai mudharib menutup biaya opersional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.

f) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan.27

27

Referensi

Dokumen terkait

Gejala klinis kepiting bakau (S. serrata ) yang terinfeksi ektoparasit memiliki gejala klinis menempelnya organisme lain yang menyerupai kecambah ( Octolasmis sp.)

[r]

Hasil wawancara dengan Ibu Hidayatur Rohmah (ahli waris H.. didapat sebelumnya telah diwakafkan untuk kepentingan mushola. Dalam pembagian tanah tersebut karena dirasa

Mempertimbangkan keuntungan yang akan dihasilkan dalam penduplikasian satu atau lebih atribut non-key dari relasi parent di dalam relasi child pada sebuah relasi 1:* dengan tujuan

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan

This research aimed to conduct a study for tax dispute cases in Indonesia, which refers to the behavior of the Supreme Court’s verdict and indication of hidden action done by

Pengajar yang mengajar tanpa menggunakan media, maka pengajar akan lebih sulit dalam mengajar, hal ini akan dapat mempengaruhi hasil belajar serta pemahaman dari siswa,

1 Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus Sinensis) Hasil Distilasi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Alfianur (2017) menggunakan metode distilasi uap