• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL BANGKITAN KENDARAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL BANGKITAN KENDARAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11

Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

MODEL BANGKITAN KENDARAAN PUSAT PERBELANJAAN

DAN TOKO MODERN

Nindyo Cahyo Kresnanto1

1

Staff Pengajar Magister Teknik Sipil, Universitas Janabadra, Jl. Tentara Rakyat Mataram 57 Yogyakarta, email: mtsftujb@gmail.com dan nindyo_ck@staff.janabadra.ac.id

ABSTRAK

Keberadaan pusat perbelanjaan akan berimplikasi pada peningkatan volume lalu lintas, derajat kejenuhan serta konflik lalu lintas menerus dan lokal. Untuk itu diperlukan dilakukan penelitian tentang besaran bangkitan/tarikan perjalanan yang akan timbul jika sebuah pusat perbelanjaan akan dibangun dengan membuat sebuah model bangkitan pusat perbelanjaan. Penelitian dilakukan dengan melakukan survei pencacahan bangkitan/tarikan pada beberapa pusat perbelanjaan. Mendata karakteristik masing-masing pusat perbelanjaan dan melakukan pengelompokkan sesuai dengan karakteristik pusat perbelanjaan. Menguji korelasi antara bangkitan yang timbul dengan karakteristik pusat perbelanjaan dan membuat model matematis bangkitan dengan variabel yang berkorelasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa bangkitan kendaraan di pusat perbelanjaan di Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh beberapa peubah/variabel, seperti: luas area perbelanjaan, jumah lantai pusat perbelanjaan, kenyamanan, dan faktor kemudahan keterjangkauan. Namun variabel yang berpengaruh sangat kuat adalah luas area pusat perbelanjaan dan luas area parkir pada pusat perbelanjaan. Semakin besar suatu pusat perbelanjaan besar akan semakin besar bangkitan kendaraan roda empat-nya, namun berbanding terbalik dengan bangkitan dan tarikan roda dua/sepeda motor semakin kecil. Model bangkitan sepeda motor memiliki galat kesalahan yang cukup besar, karena dari data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antara karakteristik pusat perbelanjaan/toko modern dengan bangkitan tarikan sepeda motor. Kata-kata kunci: bangkitan kendaraan, pusat perbelanjaan

1. LATAR BELAKANG

Pusat perbelanjaan adalah sekelompok penjual eceran dan usahawan komersial lainnya yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah properti tunggal, sedangkan tujuan dan ukuran besar dari pusat perbelanjaan ini umumnya ditentukan dari karakteristik pasar yang dilayan (Wikipedia 2015). Sehingga pusat perbelanjaan bisa dikatakan sebagai salah satu titik kegiatan ekonomi, mempunyai intensitas yang cukup tinggi dalam menarik pergerakan karena tidak terlepas dari gaya hidup berbelanja untuk memenuhi kebutuhan. Besarnya aktivitas pada pusat perbelanjaan akan menyebabkan potensi tarikan dan bangkitan pergerakan kendaraan. Tarikan dan bangkitan ini tentunya akan berpengaruh terhadap lalu lintas pada jalan-jalan akses ke pusat perbelanjaan tersebut. Sehingga potensi tarikan dan bangkitan harus dapat diprediksikan dari awal sebelum pusat perbelanjaan didirikan untuk dapat mengantisipasi pengaruhnya terhadap kondisi lalu lintas atau transportasi secara umum.

Menurut (Tribun 2013) tercatat 5 titik ekonomi baru berupa pusat perbelanjaan yang segera hadir di kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta. Sejauh penelusuran (Tribun 2013) beberapa pusat perbelanjaan yang sudah dalam proses pembangunan terdiri atas Sahid Jogja Lifestyle di Jalan Babarsari, Malioboro City dan Lippo Mall Saphir di Jalan Laksda Adisucipto, Jogja City Mall di Jalan Magelang Km 6, satu komplek dengan The Rich Sahid Hotel Jogja dan Hartono Lifestyle Mall di Ring Road Utara, persisnya di seberang Markas Polda DIY. Bisa dibayangkan berapa potensi tarikan bangkitan kendaraan yang terjadi jika semua pusat perbelanjaan tersebut sudah beroperasi dan akibat terhadap kondisi lalu lintas di jalan-jalan akses. Jadi secara umum, keberadaan pusat perbelanjaan akan berimplikasi pada peningkatan volume lalu lintas, derajat kejenuhan serta konfilk lalu lintas menerus dan lokal. Untuk itu diperlukan dilakukan kajian tentang besaran tarikan perjalanan yang akan timbul jika sebuah pusat perbelanjaan akan dibangun. Sehingga tujuan penelitian ini adalah membuat model tarikan dan bangkitan perjalanan pada pusat perbelanjaan berdasarkan karakteritik pusat perbelanjaannya, dengan mengambil studi kasus di Perkotaan Yogyakarta.

(2)

pangan sebesar 72,22% . Dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat di Yogyakarta maka diperlukan pusat-pusat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pusat perbelanjaan di Yogyakarta tumbuh sangat pesat dan hampir menyebar keseluruah penjuru Yogyakarta. Hasil identifikasi awal sebaran beberapa pusat perbelanjaan besar dan kecil seperti dapat dilihat pada Gambar 1. Beberapa pusat perbelanjaan besar yang tercatat di Kota Yogyakarta seperti diuraikan pada Tabel 1.

Gambar 1 Sebaran pusat perbelanjaan (: pusat perbelanjaan) besar dan kecil di Yogyakarta (sumber: penelusuran peta google)

Tabel 1 Beberapa pusat perbelanjaan besar di Yogyakarta

Kondisi Pusat Perbelanjaan Uraian

Galeria Mall. Mall eksklusif yang dikelola oleh Matahari Department Store. Terletak di Jl. Jend Sudirman 99-101 Yogyakarta

Malioboro Mall. Mall pertama yang dibangun di Yogyakarta. [1] Terletak di Jl. Malioboro 52-58 Yogyakarta.

Saphir Square/Hypermart. Sebuah pusat perdagangan besar (Trade Mall) yang terletak di Jl. Laksda Adisucipto 32-34 Yogyakarta, sebelah barat Saphir Hotel

(3)

3. METODOLOGI DAN STUDI LITERATUR

Metodologi yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar 2.

Gambar 2 Metodologi penelitian

Hasil akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan model untuk prediksi bangkitan kendaraan/lalu lintas dari pusat perbelanjaan. Beberapa penelitian yang terkait dengan model bangkitan pada pusat perbelanjaan adalah:

1. Model Lincoln MPO (Lincoln Metropolitan Planning Organization) Nebraska (Lima 2006) membagi penggunaan penggunaan lahan terkait dengan bangkitan lalu lintas menjadi 9 kategori beserta variabel yang berpengaruh, dalam penelitian ini, bangkitan pada Mall sangat dipengaruhi oleh variabel luas lahan Mall. 2. Menurut (San Diego Municipal Code 2003) bangkitan sebuah regional shopping center dinyatakan dalam rumus

Ln(T) = 0.756 Ln(x) + 5.25, dimana x adalah luas area dari shopping center tersebut.

4. KARAKTERISTIK PUSAT PERBELANJAAN

Menurut Permen Perdagangan RI No 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, pasar dikelompok menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsi dan jenis barang yang didagangkan. Kelompok pasar tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Pembagian jenis pasar berdasarkan Permen Perdagangan RI No 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang Pedoman dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara

vertikal maupun horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan modern, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hyprmarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan (Menteri Perdangangan RI 2013).Dari definisi yang diuraikan maka, lokasi studi berdasarkan karakteristiknya dibagi menjadi seperti pada tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik lokasi studi

Nama Pusat

(4)

Nama Pusat

Perbelanjaan Fungsi Jml Lantai Atas Jml Basemt Luas Area PP (m2) Kategori

Mirota Kampus 1 4 0 2.064 Pusat Perbelanjaan/Deparment Store

Jogjatronik 2 5 1 10.877 Pusat Perbelanjaan Khusus

Gramedia 1 4 1 4.400 Pusat Perbelanjaan Khusus

Indogrosir 1 1 0 6.000 Hypermarket/Perkulakan

Superindo 1 1 0 1.800 Hypermarket/Perkulakan

Pamela 1 3 0 540 Minimarket

Indomaret Point 2 1 0 400 Minimarket

Indomaret 1 1 0 120 Minimarket

Circle K 2 1 0 104 Minimarket

Alfamart 1 1 0 120 Minimarket

Fungsi pusat perbelanjaan: 1: Pusat Belanja ; 2: Pusat Belanja/Food Court ; 3: Pusat Belanja/Food Court/Rekreasi ; 4: Pusat Belanja/Food Court/Live Event/Rekreasi

5. KARAKTERITIK BANGKITAN PUSAT PERBELANJAAN DI YOGYAKARTA

Gambar 4 Bangkitan dan Tarikan Kendaraan

Bangkitan dan tarikan tertinggi kendaraan roda empat ada di JCM, sementara bangkitan tarikan kendaraan roda dua tertinggi ada di Mirota Kampus, Progo, dan Jogjatronik.

6. ANALISIS SPASIAL KARAKTERITIK PUSAT PERBELANJAAN

Hasil rekapitulasi survei bangkitan/tarikan diplotkan secara spasial untuk bisa melihat bangkitan/tarikan berdasarkan lokasi dan aksesibilitasnya.

(5)

Dari volume yang ada dapat dilihat bahwa pusat perbelanjaan yang paling banyak didatangi oleh kendaraan roda empat lebih mengarah ke yang memiliki jalan akses yang baik (mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat) dan pusat-pusat perbelanjaan besar. Sementara volume kendaraan roda dua, tidak tergantung pada akses-akses jalan yang ada tetapi lebih berdasarkan fungsi dari pusat perbelanjaan (seperti pada gambar 6).

Gambar 6 Volume kendaraan roda dua yang datang ke masing-masing pusat perbelanjaan

7. KORELASI ANTAR VARIABEL

Yang digunakan sebagai peubah tidak bebas (y) dalam studi ini adalah ”akumulasi parkir”. Nilai y dibagi menjadi dua yaitu y untuk akumulasi parkir mobil (Y1) dan akumulasi parkir sepeda motor (Y2). nilai peubah tidak bebas tersebut selanjutnya dikorelasikan dengan beberapa peubah bebas yang diduga mempunyai korelasi yang kuat terhadap peubah tak bebas, seperti:

X1: Fungsi Pusat Perbelanjaan, ditentukan dengan melihat macam fungsi yang ada di pusat perbelanjaan, yaitu: Nilai Fungsi

1 Pusat Belanja

2 Pusat Belanja/Food Court 3 Pusat Belanja/Food Court/Rekreasi

4 Pusat Belanja/Food Court/Live Event/Rekreasi

X2: Jumlah Lantai Atas Pusat Perbelanjaan

X3: Jumlah Basement

X4: Luas Area Pusat Perbelanjaan (m2)

X5: Area Parkir Pusat Perbelanjaan (m2)

X6: Rata-rata luas tenant atau gerai yang ada di Pusat Perbelanjaan

X7: Luas Open Area (jika ada)

X8: Lebar Walking Area

X9: Fasilitas, nilai fasilitas diambil dari hasil wawancara pengujung terhadap fasilitas yang ada, kemudian digabungkan atau dijumlahkan menjadi satu nilai, semakin besar nilai berarti semakin baik fasilitas yang dimiliki dan dirasakan pengunjung. Beberapa fasilitas yang dinilai adalah: keberadaan Air Conditioner, Tempat Ibadah, KM/WC, Informasi, safety dan kenyamanan. Nilai 0 berariti fasilitas tersebut tidak ada, nilai 1 berarti fasilitas yang ada buruk, nilai 5 berarti fasilitas yang ada sangat baik.

(6)

Tabel 3 Peubah Tak Bebas dan Bebas pada Pusat Perbelanjaan

Pusat Perbelanjaan

Bangkitan Tarikan Durasi Parkir (h:mm) Fungsi* (X1) Jml Lt Atas (X2) Jml Basemt (X3) Luas Area (m2) (X4) Area Parkir (m2) (X5) Rata2 Luas Tenant (X6) Luas Open Area (X7) Lebar Walking Area (X8) Fasilitas (X9) Jmlh Pegawai (orang) (X10) Mobil Speda Motor

Jogja City Mall (JCM) 120,071 25,786 3:35 4 8 2 87,000 11,130 20 300 5 24 250

Galleria 69,818 71,379 1:04 4 4 2 26,230 6,900 15 250 3,5 28 116 Ramai Mall 33,385 58,614 2:18 3 4 1 12,000 1,800 16 200 1,5 24 1464 Progo Mall 36,833 109,923 0:23 3 4 1 16,000 3,000 6 200 1,5 22 210 Mirota Kampus 18,5 133,333 0:29 1 4 0 2,064 3,115 0 0 1,5 21 350 Jogjatronik 23,833 106,64 0:53 2 5 1 10,877 6,989 8 150 2 24 60 Gramedia 15,538 86 1:11 1 4 1 4,400 1,800 0 0 1 23 80 Indogrosir 65,333 55,9091 1:04 1 1 0 6,000 3,000 0 0 2,5 19 60 Superindo 6,857 4,667 0:43 1 1 0 1,800 1,600 0 0 2 20 45 Pamela 3,384 71,231 0:21 1 3 0 540 1,300 0 0 2 24 91 Indomaret Point 1,287 8,786 0:16 2 1 0 400 200 0 0 2 16 14 Indomaret 2,437 26,812 0:06 1 1 0 120 80 120 8 1 18 12 Circle K 2,636 14,545 0:07 2 1 0 104 70 104 16 1 22 8 Alfamart 5,667 37,75 0:04 1 1 0 120 60 18 4.5 1 10 12

Fungsi pusat perbelanjaan: 1: Pusat Belanja ; 2: Pusat Belanja/Food Court ; 3: Pusat Belanja/Food Court/Rekreasi ; 4: Pusat Belanja/Food Court/Live Event/Rekreasi

8. UJI KEMIRIPAN DAN PENGELOMPOKKAN PUSAT PERBELANJAAN

Untuk membuat membuat model bangkitan dan tarikan, sampel pusat perbelanjaan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kemiripan karakternya, hasil uji kemiripan pusat perbelanjaan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Hasil uji kemiripan sampel pusat perbelanjaan dan toko modern berdasarkan variabel bebasnya

Jo gja City M all (J CM ) G alle ria Ramai Ma ll Pro go Ma ll Mirot a Kampu s Jo gja tro n ik G ra m ed ia In d o gros ir Su p erin d o Pa m ela In d o m ar et Po in t In d o m ar et Ci rcl e K Alf amart

Jogja City Mall (JCM) 1

Galleria 0.991008 1 Ramai Mall 0.991849 0.985601 1 Progo Mall 0.99511 0.995396 0.992647 1 Mirota Kampus 0.567589 0.668934 0.596569 0.633087 1 Jogjatronik 0.88527 0.938779 0.889696 0.917008 0.880667 1 Gramedia 0.940464 0.970882 0.947694 0.968122 0.798996 0.977573 1 Indogrosir 0.934711 0.972544 0.934663 0.954569 0.807374 0.985195 0.981701 1 Superindo 0.808905 0.878829 0.810009 0.837234 0.901291 0.975212 0.91053 0.954282 1 Pamela 0.340988 0.450696 0.378306 0.425728 0.947794 0.716602 0.637267 0.61154 0.722267 1 Indomaret Point 0.908487 0.949328 0.919547 0.94292 0.846813 0.985382 0.995389 0.977363 0.926982 0.701145 1 Indomaret 0.179036 0.211989 0.22265 0.258435 0.477077 0.333459 0.399759 0.266663 0.198524 0.648738 0.434889 1 Circle K 0.415171 0.456078 0.444963 0.481953 0.622248 0.560602 0.600837 0.510371 0.456422 0.692971 0.630083 0.911198 1 Alfamart 0.179181 0.208612 0.226937 0.259935 0.464312 0.321591 0.399646 0.26486 0.178211 0.639635 0.432969 0.968003 0.814757 1

Dari hasil uji kemiripan, selanjutnya pusat perbelanjaan dan toko modern dikelompokkan berdasarkan nilai kemiripan paling tinggi antar pusat perbelanjaan (antar pusat perbelanjaan memiliki kemiripan R2>0,9). Selain dinilai dari R2 nya, juga dinilai dari luasan pusat perbelanjaan yang ada. Kriteria yang digunakan adalah seperti pada tabel 5.

Tabel 5 Asumsi kriteria pengelompokan pusat perbenlanjaan dan toko modern di Yogyakarta

Jenis Pusat Perbelanjaan Luas (m2) Korelasi (R2) Ciri Khusus

Pusat Perbelanjaan Besar > 10.000 m2 > 0,9 Adanya tenant/gerai, atau terdiri dari toko-toko modern

Pusat Perbelanjaan Menengah dan Perkulakan 1.500 s/d 10.000 m2 > 0,9 Perbelanjaan Khusus, Grosir dan Perkulakan

Toko Modern Besar dan Menengah 250 s/d 1.500 m2 > 0,9 Toko Modern

Toko Modern Kecil < 250 m2 > 0,9 Toko Modern

Hasil uji kemiripan dan pengelompokan didapatkan:

Tabel 6 Hasil pengelompokkan pusat perbelanjaan dan toko modern

Jenis Pusat Perbelanjaan Nama Pusat Perbelanjaan

Pusat Perbelanjaan Besar (a). Jogja City Mall (JCM), (b). Galeria Mall, (c). Ramai Mall, (d). Progo Mall

Pusat Perbelanjaan Menengah dan Perkulakan (a). Jogjatronik, (b). Gramedia, (c). Indogrosir, (d). Superindo

Toko Modern Besar dan Menengah (a). Mirota Kampus, (b). Pamela, (c). Indomaret Point

Toko Modern Kecil (a). Indomaret, (b). Circle K, (c). Alfamart

9. PEMODELAN BANGKITAN PERJALANAN

Contoh perhitungan pemodelan bangkitan kendaraan roda empat (mobil penumpang) pada pusat perbelanjaan besar

Untuk memodelkan bangkitan tarikan pada pusat perbelanjaan akan dipakai beberapa variabel, variabel tidak bebas (dependent variable: Y) yang dicari adalah Bangkitan Kendaraan Rata-Rata Perjam (Kendaraan/Jam) sedangkan variabel bebas (independent variable: X) yang digunakan adalah seperti pada tabel 7.

(7)

Tabel 7 Variabel Bebas dan Terikat Untuk Model Bangkitan Kendaraan Roda Empat di Pusat Perbelanjaan Besar

Pusat Perbelanjaan Bangkitan

MobilRata-rata (Kend/jam) Luas Area Mall (m2) Luas Area Parkir (m2) Rata2 Luas Tenant (m2) Luas Open Area (m2) Lebar Walking Area (m) Fasilitas Jumlah Pegawai (orang) Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Jogja City Mall 120.071 87,000 11,130 20 300 5 24 250

Galleria 69.818 26,230 6,900 15 250 3.5 28 116

Ramai Mall 33.385 12,000 1,800 16 200 1.5 24 1464

Progo Mall 36.833 16,000 3,000 6 200 1.5 22 210

Nilai fasilitas pada kolom ke-9 merupakan akumulasi dari beberapa penilaian tentang fasilitas oleh pengunjung,

seperti: AC, tempat ibadah, informasi, kenyamanan, KM/WC dan safety. Dinilai dengan nilai ordinal 1 sd 5, nilai 1 adalah nilai terendah. Masing-masing nilai kemudian dijumlahkan, sehingga dengan 5 fasilitas tersebut akan didapatkan nilai akumulasi tertinggi untuk fasilitas adalah 25 dan nilai terendah adalah 5. Selanjutnya masing-masing variabel diuji korelasinya (Pearson correlation) untuk mengetahui mana variabel yang dapat digunakan dan yang tidak bisa digunakan. Uji korelasi dengan bantuan program SPSS didapatkan hasil pada tabel 8:

Tabel 8 Hasil korelasi antar variabel untuk bangkitan kendaraan roda empat di pusat perbelanjaan besar

Bang_Mobil Luas_PP_m2 Area_Parkir_m2 Rata_Luas_Tenant Luas_OpenSpace Lebar_WalkArea Fasilitas Pegawai_org

Bang_Mobil Pearson Correlation 1 .968

* .991** .698 .995** .985* .249 -.493 Sig. (2-tailed) .032 .009 .302 .005 .015 .751 .507 N 4 4 4 4 4 4 4 4 Luas_PP_m2 Pearson Correlation .968* 1 .932 .659 .939 .912 .009 -.393 Sig. (2-tailed) .032 .068 .341 .061 .088 .991 .607 N 4 4 4 4 4 4 4 4 Area_Parkir_m2 Pearson Correlation .991** .932 1 .636 .993** .992** .320 -.593 Sig. (2-tailed) .009 .068 .364 .007 .008 .680 .407 N 4 4 4 4 4 4 4 4

Rata_Luas_Tenant Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .698 .302 .659 .341 .636 .364 1 .722 .278 .717 .283 .563 .437 .208 .792

N 4 4 4 4 4 4 4 4

Luas_OpenSpace Pearson Correlation .995

** .939 .993** .722 1 .997** .346 -.498 Sig. (2-tailed) .005 .061 .007 .278 .003 .654 .502 N 4 4 4 4 4 4 4 4 Lebar_WalkArea Pearson Correlation .985* .912 .992** .717 .997** 1 .409 -.521 Sig. (2-tailed) .015 .088 .008 .283 .003 .591 .479 N 4 4 4 4 4 4 4 4

Fasilitas Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .249 .751 .009 .991 .320 .680 .437 .563 .346 .654 .591 .409 1 -.202 .798

N 4 4 4 4 4 4 4 4

Pegawai_org Pearson Correlation Sig. (2-tailed) -.493 .507 -.393 .607 -.593 .407 .208 .792 -.498 .502 -.521 .479 -.202 .798 1

N 4 4 4 4 4 4 4 4

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari hasil korelasi antara variabel terikat dan bebas didapatkan bahwa yang paling mungkin digunakan sebagai variabel bebas adalah korelasinya memiliki signifikansi < 0,05 yaitu: Luas Pusat Perbelanjaan, Luas Area Parkir, Luas Open Space, dan Lebar Walking Area. Namun, terlihat bahwa sesame variabel bebas sangat berkorelasi kuat, sehingga akan dipilih dua variabel yang paling masuk akal untuk dijadikan kandidat variabel bebas dan memodelkannya terpisah. Variabel yang dipilh adalah Luas Pusat Perbelanjaan dan Luas Area Parkir, karena variabel ini paling mudah didapatkan datanya.

Selanjutnya variabel terikat dimodelkan terpisah dengan masing-masing variabel bebasnya dengan hasil sebagai berikut:

 Hasil model dengan variabel bebas Luas Pusat Perbelanjaan Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .968a .937 .905 12.359

a. Predictors: (Constant), Luas_PP_m2 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

(8)

Sehingga model yang dihasilkan adalah: 1

dengan

x1: Luas Area Pusat Perbelanjaan (m2)

 Hasil model dengan variabel bebas Luas Area Parkir: Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .991a .981 .972 6.750

a. Predictors: (Constant), Area_Parkir_m2 Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11.165 6.259 1.784 .216

Area_Parkir_m2 .009 .001 .991 10.219 .009

a. Dependent Variable: Bang_Mobil

Sehingga model yang dihasilkan adalah:

dengan

x2: Luas Area Parkir (m2)

Dari hasil model dapat disimpulkan bahwa: semakin besar suatu pusat perbelanjaan besar akan semakin besar bangkitan dan tarikan kendaraan roda empat-nya

Contoh perhitungan pemodelan bangkitan kendaraan roda dua pada pusat perbelanjaan besar

Seperti halnya pada model bangkitan kendaraan roda empat, model bangkitan roda dua akan memakai beberapa variabel, variabel tidak bebas (dependent variable: Y) yang dicari adalah Bangkitan Kendaraan Rata-Rata Perjam (Kendaraan/Jam) sedangkan variabel bebas (independent variable: X) yang digunakan adalah seperti pada tabel 9.

Tabel 9 Variabel Bebas dan Terikat Untuk Model Bangkitan Kendaraan Roda Dua di Pusat Perbelanjaan Besar

Pusat Perbelanjaan Bangkitan

Motor Rata-rata (Kend/Jam) Luas Area Mall (m2) Luas Area Parkir (m2) Rata2 Luas Tenant (m2) Luas Open Area (m2) Lebar Walking Area (m) Fasilitas Jumlah Pegawai (orang) Y X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7

Jogja City Mall 25.786 87,000 11,130 20 300 5 24 250

Galleria 71.379 26,230 6,900 15 250 3.5 28 116

Ramai Mall 58.614 12,000 1,800 16 200 1.5 24 1464

Progo Mall 109.923 16,000 3,000 6 200 1.5 22 210

Nilai fasilitas pada kolom ke-9 merupakan akumulasi dari beberapa penilaian tentang fasilitas oleh pengunjung

seperti pada model untuk roda empat. Selanjutnya masing-masing variabel juga diuji korelasinya untuk mengetahui mana variabel yang dapat digunakan dan yang tidak bisa digunakan. Hasil korelasi antara variabel terikat dan bebas didapatkan bahwa yang paling mungkin digunakan sebagai variabel bebas adalah korelasinya memiliki signifikansi < 0,05 yaitu: Rata-rata Luas Tenant/Gerai dengan korelasi yang bersifat negatif. Dan hampir semua yang memiliki korelasi dengan bangkitan kendaraan roda empat adalah berkorelasi negatif. Jika dipakai variabel rat-rata luas tenant, secara intuitif tidak masuk akan, maka dipilih variabel lain yang cukup tinggi korelasinya walaupun negatif yaitu Luas Area Pusat Perbelanjaan dan Luas Area Parkir.

Selanjutnya variabel terikat dimodelkan terpisah dengan masing-masing variabel bebasnya dengan hasil sebagai berikut:

 Hasil model dengan variabel bebas Luas Pusat Perbelanjaan

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .768a .590 .385 27.276

(9)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 93.393 20.944 4.459 .047

Luas_PP_m2 -.001 .000 -.768 -1.697 .232

a. Dependent Variable: Bang_Motor

Sehingga model yang dihasilkan adalah:

dengan x1: Luas Area Pusat Perbelanjaan (m2)

 Hasil model dengan variabel bebas Luas Area Parkir:

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .685a .469 .204 31.027

a. Predictors: (Constant), Area_Parkir_m2

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 98.658 28.769 3.429 .076

Area_Parkir_m2 -.006 .004 -.685 -1.330 .315

a. Dependent Variable: Bang_Motor

Sehingga model yang dihasilkan adalah:

dengan x2: Luas Area Parkir (m2)

Dari hasil model dapat disimpulkan bahwa: semakin besar suatu pusat perbelanjaan besar akan semakin sedikit/kecil bangkitan dan tarikan sepeda motor/kendaraan roda dua-nya. Berbanding terbalik dengan bangkitan tarikan kendaraan roda empat.

Rekapitulasi perhitungan model bangkitan tarikan di pusat perbelanjaan dan toko modern

Dengan metode statistik yang sama maka dibuat model bangkitan tarikan pada masing-masing klasifikasi pusat perbelanjaan dengan model dasar adalan sebagai berikut:

Dengan: Y: Bangkitan tarikan (kendaraan/jam) ; X: Variabel Bebas (Luas Area Pusat Perbelanjaan atau Luas Area Parkir – m2) ; A: Konstanta model ; B: Koefisien variabel bebas

Hasil pemodelan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Variabel Terikat, Variabel Bebas, Konstanta, dan Koefisien Hasil Model Bangkitan Tarikan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Klasifikasi Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern

Y: Bangkitan Mobil Y: Bangkitan Sepeda Motor

X: Luas Pusat Perbelanjaan X: Luas Area Parkir X: Luas Pusat Perbelanjaan X: Luas Area Parkir

Konstanta (A) Koefisien (B) Konstanta (A) Koefisien (B) Konstanta (A) Koefisien (B) Konstanta (A) Koefisien (B)

Pusat Perbelanjaan Besar 25,745 0,001 11,165 0,009 93,393 -0,001 98,658 -0,006 Pusat Perbelanjan Menengah/ Grosir 16,250 0,002 22,898 0,001 7,774 0,010 22,823 0,012 Toko Modern

(10)

Selanjutnya untuk keperluan praktis, dibuatkan model berdasarkan luar pusat perbelanjaan untuk mengetahui prediksi bangkitan yang mungkin timbul seperti pada tabel 10.

Tabel 11 Prediksi bangkitan berdasarkan klasifikasi pusat perbelanjaan/toko modern dan luas pusat perbelanjaan/toko modern

Luas Pusat Perbelanjaan Besar (m2) 10.000 12.000 15.000 20.000 50.000 80.000 100.000 Bangkitan Kendaraan Roda 4 (Kend/Jam) 40 40 50 50 90 120 140

Bangkitan Kendaraan Roda 2 (Kend/Jam) 90 90 90 80 60 40 20

Luas Pusat Perbelanjan Menengah/Grosir (m2) 1.500 3.000 4.000 5.000 7.000 8.000 10.000 Bangkitan Kendaraan Roda 4 (Kend/Jam) 20 30 30 30 40 40 40

Bangkitan Kendaraan Roda 2 (Kend/Jam) 30 40 50 60 80 90 110

Luas Toko Modern Besar dan Menengah (m2) 250 500 750 1.000 1.250 1.400 1.500 Bangkitan Kendaraan Roda 4 (Kend/Jam) 10 10 10 10 20 20 20

Bangkitan Kendaraan Roda 2 (Kend/Jam) 30 50 60 80 90 100 110

Luas Toko Modern Kecil (m2) 100 150 200 250 Bangkitan Kendaraan Roda 4 (Kend/Jam) 10 10 20 20

Bangkitan Kendaraan Roda 2 (Kend/Jam) 20 70 130 180

10. KESIMPULAN

1. Bangkitan tarikan kendaraan di pusat perbelanjaan di Yogyakarta sangat dipengaruhi oleh beberapa peubah/variabel, seperti: luas area perbelanjaan, jumah lantai pusat perbelanjan, kenyamanan, dan faktor kemudahan keterjangkauan. Namun tidak semua variabel berpengaruh kuat, sehingga hanya dipilih variabel yang berpengaruh kuat saja yang dimasukkan dalam model, yaitu luas area pusat perbelanjaan dan luas area parkir.

2. Semakin besar suatu pusat perbelanjaan besar akan semakin besar bangkitan dan tarikan kendaraan roda empat-nya, namun berbanding terbalik dengan bangkitan dan tarikan roda dua/sepeda motor semakin kecil.

3. Model bangkitan tarikan sepeda motor memiliki galat kesalahan yang cukup besar, karena dari data yang ada menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang kuat antara karakteristik pusat perbelanjaan/toko modern dengan bangkitan tarikan sepeda motor.

11. SARAN PENELITIAN LANJUTAN

 Perlu dilakukan kajian pertahun untuk melihat trend perkembangan bangkitan dan tarikan dalam kerangka waktu untuk prediksi di masa datang.

 Perlu kajian lanjut untuk prilaku bangkitan tarikan sepeda motor di pusat perbelanjaan/toko modern.

 Perlu kajian lanjut kaitan dengan pengaruh lokasi terhadap bangkitan dan tarikan pusat perbelanjaan dan matriks asal tujuan pengunjung lebih detil.

DAFTAR PUSTAKA

Lima, 2006. Lincoln MPO Travel Demand Model, Lincoln-Lancaster County. Available at: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A% 2F%2Fwww.princeton.edu%2F~alaink%2FOrf467F12%2FLincolnTravelDemandModel.pdf&ei=9fIkVae3FY KBuwTTwYG4CQ&usg=AFQjCNGgVrfq4pnzOKMzXc9LND-t-vtq4Q&bvm=bv.90237346,d.c2E&cad=rja. Menteri Perdangangan RI, 2013. Pedoman dan Penataan Pasar Tradisional,

San Diego Municipal Code, 2003. Land Development Code Trip Generation Manual,

Tamin, O.Z., 2008. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Ketiga., Bandung: Institut Teknologi Bandung. Tribun, 2013. Lima Pusat Bisnis dan Belanja Segera Hadir di Yogya. Available at:

http://jogja.tribunnews.com/2013/10/09/lima-pusat-bisnis-dan-belanja-segera-hadir-di-yogya. Warpani, S., 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan, Bandung: Institut Teknologi Bandung. Wikipedia, 2015. Pusat perbelanjaan. Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_perbelanjaan.

Gambar

Tabel 1 Beberapa pusat perbelanjaan besar di Yogyakarta  Kondisi Pusat Perbelanjaan  Uraian
Gambar  3 Pembagian jenis pasar berdasarkan Permen Perdagangan RI No 70/M-DAG/PER/12/2013 Tentang  Pedoman dan Penataan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
Gambar  5 Volume kendaraan roda empat yang datang ke masing-masing pusat perbelanjaan
Gambar  6 Volume kendaraan roda dua yang datang ke masing-masing pusat perbelanjaan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada pementasan di Malaysia rata-rata tiap panggung sudah menyediakan back drop digital yang diatur secara computerized jadi dengan demikian penulis cukup mengatur di

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap keterampilan membaca nyaring; media pembelajaran slide

Tradisi Jawa-Hindu yang kental menjadi suatu hal yang menarik ketika budaya Islam dan Jawa-Hindu menyatu dan terkemas dalam tradisi yang berlangsung dalam Kompleks Makam

Respons vaskular yang diaktifkan oleh histamin meningkatkan Klona sel B yang telah diaktifkan berproliferasi dan aliran darah ke djerah yang bersangkutan, membawalebih

Dengan melihat luasnya permasalahan yang mencakup dalam penelitian ini, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada sifat fisik tanah (tekstur, struktur

Rontgen foto thorak PA dan lateral yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2014 menunjukkan torak dalam batas normal, tampak bayangan radioopak berbentuk garis

Smoker’s melanosis disebabkan karena efek fisik tembakau pada jaringan mulut oleh panas dan atau karena efek langsung dari nikotin yang menstimulasi melanosit yang

Penelitian dan pengembangan tanaman perkebunan dilakukan dalam konteks kebijakan prioritas komoditas melalui kegiatan pemuliaan dan pengelolaan sumberdaya genetik, inovasi