• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU ATTENDING. YANI SITI ROKIYAH SMP Negeri 6 Bangkalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU ATTENDING. YANI SITI ROKIYAH SMP Negeri 6 Bangkalan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

208

MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWA MELALUI KONSELING EKLEKTIF DENGAN PERILAKU ATTENDING

YANI SITI ROKIYAH SMP Negeri 6 Bangkalan

Abstrak : Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah dalam penelitian

ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : Prestasi belajar rendah, Kurang minat belajar, Pelanggaran tata tertib, Membolos, sering terlambat, bertengkar, sulit beradaptasi, pemalu, penakut, penyendiri, berbicara kotor, dan berperilaku kasar. Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 6 Bangkalan berjumlah 40 siswa dengan rincian 22 laki-laki dan 18 perempuan. Setting Lokasi Penelitian tindakan Kelas ini ruang kelas IX-C dan ruang guru BP SMP Negeri 6 Bangkalan Kabupaten Bangkalan. Hasil pengumpulan data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan keikutsertaan peneliti, triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, 1995) dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Maka dari hasil analisis data; Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Klien pada situs I, II, dan III diperoleh hasil 30,83 presikat kurang sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup baik. Bimbingan Konseling terhadap tiga siswa X, Y, dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkembangan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif.

Kata kunci : Belajar, konseling eklektif, perilaku attending

Based on the above background, the problems in this study can be identified as follows: Low learning achievement, Lack of interest in learning, Code violations, skipping, often late, arguing, difficulty adapting, shy, limid, loner, talking dirty, and behaving rude. The object of this class action research is the students of class IX C SMP Negeri 6 Bangkalan amount of 40 students with details of 22 men and 18 women. Setting Location Research action this classroom IX-C classroom and the teacher room at SMP Negeri 6 Bangkalan Bangkalan District. The results of data collection, data analysis, examination of data validity obtained by researcher and teacher as counselor through security persistence, extension of researcher participation, triangulation, and informant's reviem (Moelong, 1995) in class I, II and III classroom action research used researchers and teachers to make decisions. So from the results of data analysis; Observation Result of Teacher Activity and Observation Data of Client Personality on site I, II, and III obtained result 30,83 less once, cycle II = 41,66 predicate less and at cycle III = 61,66 predicate.

Pendahuluan

Setiap orang sepakat bahwa pendidikan adalah investasi hidup yang paling berharga. Melalui

pendi-dikanlah upaya mencetak Sumber Da-ya Manusia Da-yang berkualitas, beri-man, bertaqwa kepada Tuhan Yang

(2)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

209 Maha Esa, berbudi pekerti luhur dan berkemampuan tinggi akan dapat dicapai. Sebagaimana diamanatkan dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik me-lalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Salah satu yang tersurat secara implisit dalam penyelenggaraan pen-didikan menurut UUSPN yaitu me-lalui kegiatan bimbingan yang lazim dikenal dengan istilah Bimbingan dan konseling. Keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah memberi-kan dampak positif yang amat besar terhadap perkembangan pendidikan dan pribadi siswa, hal ini mengingat banyaknya permasalahan belajar yang dialami siswa. (Ahmadi, Abu & Supriono, Widodo. 2004 : 16) menge-mukakan permasalahan belajar yang dihadapi siswa antara lain:

1. Siswa mngalami kesulitan dalam mempersiapkan kondisi fisik dan psikisnya.

2. Siswa tidak dapat mempersiapkan bahan dan peralatan sekolahnya. 3. Sarana dan prasarana di

perpusta-kaan kurang menunjang.

4. Pralatan di laboratorium kurang lengkap, sehingga tidak dapat memberikan pelayanan yang sesu-ai dengan pelajaran.

5. Siswa tidak mempunyai kebera-nian untuk menyampaikan perta-nyaan atau pernyataan dalam pro-ses pembelajaran.

6. Siswa sering melanggar kedisi-plinan kehadiran di sekolah, misal-nya sering datang terlambat, sering

tidak masuk sekolah, berbicara kotor, over acting ketika belajar. 7. Malas mencatat mata pelajaran. 8. Tidak menindak lanjuti proses

be-lajar mengajar.

9. Tidak bergairah atau termotivasi dalam belajar.

10. Siswa tidak melaksanakan bela-jar, dan diskusi kelompok. 11. Tidak bergairah dalam

melaksa-nakan tugas atau latihan mata pelajaran.

12. Siswa malas berkonsultasi de-ngan guru.

Dalam praktiknya penanganan masalah-masalah siswa di atas dalam kerangka bimbingan dan konseling diselesaikan melalui konseling indi-vidu maupun konseling kelompok. Berbagai teori dikemukakan oleh para ahli mengenai pendekatan atau teknik yang digunakan oleh konselor ketika proses konseling berlangsung. Pada dasarnya pendekatan/teknik konseling itu dibagi tiga (Moh. Surya : 1988). yaitu : teknik konseling direktif, non-direktif dan Eklektif. Teknik Konse-ling Eklektif merupakan penggabu-ngan dua teknik Konseling Direktif dan Non Direktif Peneliti memadukan kebaikan dua teknik konseling ter-sebut, mengembangkan dan menerap-kan dalam praktek sesuai dengan permasalahan belajar siswa dengan berorientasi pada teknik hubungan antara konselor dengan klien yaitu Teknik Eklektif dengan Perilaku Attending, yang dikemas dalam se-buah judul penelitian tindakan kelas (PTK) : “Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Kelas IX Semester 2 Melalui Konseling Eklektif Dengan

(3)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

210 Perilaku Attending di SMP Negeri 6 Bangkalan Tahun Pelajaran 2015-2016”.

Kajian Teori

Pengertian Prestasi Belajar

Untuk memahami apa yang di-maksud dengan prestasi belajar, tentu mudah memberikan jawaban dengan begitu saja, mengingat bayak kompo-nen dan faktor yang ikut melatar-belakanginya. Ada faktor yang ber-asal dari luar diri siswa, dan ada pula yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu faktor psikologis dan pisiologi.

Meskipun demikan tidak me-ngurangi makna ungkapan diatas, dan untuk lebih memudahkan dalam me-mehami pengertian prestasi belajar, berbagai faktor yang terlibat dalam proses belajar dan akhirnya me-ngemukakan tentang prestasi belajar tersebut.

1) Pengertian Belajar

Skinner mengartikan belajar sebagai suatu proses adaptasi peri-laku secara progresif. (Nana S, dan M. Surya, 1975 : 59). Sedangkan Prandsen (1957 : 43) memberikan batasan belajar sebagai berikut: …….. a change in experience or behavior resulting from purposeful observation, over activity, or thingking, and accompairid by motivational-emosional reactions, which results in more adequate satisfaction of the motivating conditions.

Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku atau pengalaman se-bagai akibat dari perhatian

terha-dap tujuan atas kegiatannya, atau hasil berpikir dan disertai dengan dorongan dan reaksi emosi, seba-gai akibat dari kepuasan yang me-madai dari kondosi dorongannya.

Abin Syamsudin (2003 : 134) merangkumkan pengertian belajar dari beberapa ahli dalam satu per-nyataan yakni suatu proses peru-bahan perilaku atau pribadi sese-orang.

Pengertian belajar dapat disim-pulkan : a) Belajar adalah mempe-roleh perubahan tingkah laku, b) hasil belajar ditandai dengan peru-bahan seluruh aspek tingkah laku, c) belajar merupakan suatu proses, d) proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan yang akan dicapai, e) belajar merupakan suatu bentuk pengalaman.

2) Faktor-faktor yang terlibat dalam proses belajar

Pada dasarnya kehidupan seko-lah tidak ubahnya dengan kehidu-pan sosial yang sangat luas. Seko-lah merupakan miniatur kehidupan sosial. Para siswa yang belajar ber-usaha mempersiapkan diri untuk memasuki kehidupan sosial secara matang.

Interaksi antara sejumlah indi-vidu dalam lingkungan sekolah, juga terlibatnya lingkungan sekitar, sehingga mewujudkan kondisi yang amat kompleks dalam proses belajar mengajar di sekolah. Fak-tor-faktor dalam diri murid (intern) dan faktor yang datang dari luar (extern) secara bersama-sama turut mempengaruhi kegiatan belajar murid yang hasilnya tercermin

(4)

da-Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

211 lam perubahan pola-pola perilaku mereka. Abi Syamsudin (2003 : 143) mengemukakan sebuah bagan yang melukiskan betapa komplek-nya kemungkinan interaksi antar berbagai aktor atau komponen yang mempengaruhi belajar me-ngajar (PBM) di sekolah. Bagan 1: Komponen-komponen yang ter-libat dalam PBM (Abin Syam-sudin, 2003 : 143) Bagan di atas menjelaskan bahwa ada tiga ma-sukan (input) yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama turut mempengaruhi PBM. Pertama masukan mentah (raw input), yak-ni berbagai karakteristik yang di-miliki oleh individu atau siswa ke-tika memasuki suatu PBM, berba-gai karakteristik yang mencakup baik yang akan memberikan kemu-dahan atau merupakan kendala dalam belajar sisa. Siswa sebagai raw input mempunyai pembawaan yang beraneka ragam. Sebagai mahluk individual tentunya banyak hal yang berbeda, misalnya : kapa-sitas dasar bakat mempengaruhi proses serta hasil belajar yang dicapai. Kedua masukan instru-mental atau sarana (Instruinstru-mental

input). Yakni merupakan

berlang-sungnya PBM, Ketiga masukan lingkungan (environmental input) yakni letak sekolah, situasi dan keadaan fisik sekolah, susunan sekolah, hubungan antar individu di dalamnya dan faktor-faktor yang dapat menjadi penunjang atau penghambat bagi berlangsungnya PBM secara berhasil.

Interaksi ketiga masukan terse-but dapat mempengaruhi keluaran yang diharapkan (expected output) yaitu berupa hasil belajar para siswa. Bloom dan kawan-kawan membedakan hasil belajar yang diharapkan itu berdasarkan atas kawasan (taxonomy), mulai yang paling sederhana sampai yang pa-ling kompleks. Ketiga kawasan keprilakuan manusia itu ialah ka-wasan kognitif (cognitive domain), kawasan afektif (affective domain), dan kawasan psikomotorik

(psy-chomotorik domain).

3) Prestasi Belajar

Bagan yang dikemukakan oleh Abin Syamsuddin di atas kiranya cukup jelas memberikan gambaran mengenai banyaknya faktor yang mempengaruhi PBM, dan hasil dari proses itu (akan) tercermin dalam bentuk prestasi belajar. Prestasi belajar (achevoment) da-pat diketahui dengan mengeva-luasi mereka dengan memperguna-kan tes tertentu. Dengan demikian, bagan tadi menunjukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah. Starategi Dasar Layanan Bimbingan di SMP

Pelayanan Bimbingan dan Kon-seling di sekolah/madrasah merupa-kan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pri-badi, kehidupan sosial, kegiatan bela-jar, serta perencanaan dan pengemba-ngan karir. Pelayanan Bimbipengemba-ngan dan Konseling memfasilitasi pengemba-ngan peserta didik, secara individual,

(5)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

212 kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu meng-atasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Pengertian Bimbingan dan

Konse-ling

Bimbingan dan Konseling ada-lah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pri-badi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, mela-lui berbagai jenis layanan dan kegi-atan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

1. Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Pengembangan kehidupan pri-badi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengem-bangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepri-badian dan kebutuhan dirinya se-cara realistik. Pengembangan kehi-dupan sosial, yaitu bidang pela-yanan yang membantu peserta di-dik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, ang-gota keluarga, dan warga lingku-ngan sosial yang lebih luas.

Pengembangan kemampuan be-lajar, yaitu bidang pelayanan yang

membantu peserta didik mengem-bangkan kemampuan belajar da-lam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar se-cara mandiri. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang mem-bantu peserta didik dalam mema-hami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.

2. Fungsi Bimbingan dan Konse-ling

a) Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mema-hami diri dan lingkungannya. b) Pencegahan, yaitu fungsi untuk

membantu peserta didik mampu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat per-kembangan dirinya.

c) Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik menga-tasi masalah yang dialaminya. d) Pemeliharaan dan

pengemba-ngan, yaitu fungsi untuk mem-bantu peserta didik memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.

e) Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mem-peroleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang ku-rang mendapat perhatian. Teknik Konseling

1. Konseling Eklektif, Teknik

Kon-seling Eklektif merupakan pengga-bungan dua pendekatan Direktif dan Non-Direktif. Konseling Ek-lektif yang mengambil berbagai

(6)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

213 kebaikan dari dua kebaikan dari dua pendekatan atau dari berbagai teori konseling, mengembangkan dan menerapkan dalam praktek se-suai dengan permasalahan klien. Konseling Eklektif lebih tepat dan sesuai dengan filsafat tujuan bim-bingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalkan satu pendekatan satu pendekatan atau satu dua teori tertentu saja (Moh. Surya : 1988).

2. Konseling Direktif, Dalam

kon-seling direktif klien bersifat pasif, dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak ditentukan oleh kon-selor. Klien bersifat menerima perlakuan dan lebih banyak di-tentukan oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yag lengkap dengan klien untuk dipergunakan diagnosis. Diagnosis direktif konseling beraliran Beha-vioristik, yaitu layanan konseling yang berorientasi pada perubahan tingkah laku secara langsung. Sela-in itu diperlukan konselSela-ing secara individual, dan kelompok pada bimbingan konsultasi lainnya yang memberikan sumbangan langsung kepada keberhasilan siswa sekolah maupun di luar sekolah. Laporan tersebut secara langsung dibenar-kan dan mendapat dukungan hasil diagnosis yang pada umumnya berbentuk kegiatan yang langsung ditujukan pada pengubahan ting-kah laku klien.

3. Konseling Non-Direktif, Teknik

konseling Non-Direktif, tersebut

juga Client Centered theraphy, pendekatan ini diperoleh oleh Carl Rongers dan Universitas Wiconsin di Amerika Serikat. Merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien, klien diberi kesempatan untuk menge-mukakan persoalan, perasaan dan pikiran-pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempu-nyai masalah sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya itu tidak dapat berkembang atau berfungsi seba-gaimana mestinya.

Untuk memfungsikan kembali kemampuannya klien memerlukan bantuan, maka dalam konseling, inisiatif dan peranan untama ter-letak pada pundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peran konselor hanya mempersiapkan su-asana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada klien untuk berkembang secara optimal, menciptakan hubungan konseling yang hangat, dan permisif. Me-nurut Roger menjadi tanggung jawab klien sendiri untuk mem-bantu dirinya sendiri. Prinsip yang penting adalah mengupayakan agar dengan baik. Teori ini didasari kajejat manusia, dan tingkah laku-nya : pendekatan konseling berali-ran Humanistik (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176). Aliran ini menekan-kan pentingnya pengembangan po-tensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada diri setiap indivi-du. Potensi dan kemampuan yang berkembang menjadi penggerak

(7)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

214 bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya. Perilaku Attending

Perilaku Attending , (teknik menghadapi klien) melalui kontak mata, bahwa badan, bahasa lisan, sehingga klien akan terlihat dalam pembicaraan terbuka. Attending baik untuk meningkatkan harga diri klien yang bebas. Perlu dihindari konselor berpenampilan attending yang kurang baik seperti: kepala kaku, muka kaku, ekspresi melalun, mengalihkan pandangan, tidak terlihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh bersandar miring, tegak kaku, jarang duduk, jarak duduk menjauh, duduk kurang akrab, dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik dim untuk memberi kesempatan klien guna berpikir dan berbicara. Penelitian konselor terpecah, mudah buyar oleh gangguan (Sofyan. S. Willis, 2004 : 176).

Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat: 1. Meningkatkan harga diri klien. 2. Menciptakan suasana yang aman 3. Mempermudah ekspresi perasaan

klien dengan bebas.

Contoh perilaku attending yang baik :

Kepala : melakukan anggukan jika setuju

Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum

Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.

Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.

Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.

Contoh perilaku attending yang tidak baik :

Kepala : kaku

Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.

Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan,

berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara. Perhatian : terpecah, mudah

buyar oleh gangguan luar. Kajian Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas mempergunakan Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending dalam mengatasi permasalahan siswa kelas IX yang rata-rata berusia 15-16 tahun dengan berasumsi dasar bahwa

(8)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

215 siswa/klien kurang mampu mengatasi sendiri terhadap masalah yang diha-dapi, karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu guru selaku konselor. Guru sebagai kon-selor harus memiliki khasanah teori dan teknik konseling yang justru jauh lebih kaya dari pada mereka yang bertjuan di lingkungan sekolah yang lebih tinggi (HM. Arifin 2003: 22).

Teori dan teknik-teknik konse-ling peorangan yang dipakai untuk anak-anak SMP. Anak SMP perlu banyak perhatian, dan konselor ber-tanggung jawab penuh melindungi kerahasiaan mereka, mendorong anak agar mampu datang untuk mempe-roleh layanan bimbingan Selanjutnya guru, Kepala Sekolah, dan orang tua hendaknya saling bekerjasama. Guru paling dekat bergaul, memperhatikan segenap tingkah laku anak-anak se-hari-hari di sekolah, sikap-sikap ke-biasaan belajar, hubungan sosial me-reka, tingkah laku yang menyimpang dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan anak-anak yang dapat diketahui secara langsung oleh guru, lalu guru dapat memberi bantuan dan dapat pula mengalih tangankan ke-pada konselor / Kepala Sekolah yang masih cukup memiliki pemahaman tentang siswanya sebagai konselor yang aktif, banyak perhatian, sering menciptakan suasana, melakukan ke-giatan yang menyenangkan, mengun-tungkan anak, akan dirasakan denkat dan banyak dikunjungi anak. Maka fungsi konselor dengan segala peran yang dapat diberikan kepada mereka, akan banyak menentukan frekuensi

dan intensitas pemanfaatan jasa kon-seling anak.

Melalui konseling Eklektif dengan Perilaku Attending yang bero-rientasi kepada pengubahan tigkah laku secara langsung, akan membe-rikan sumbangan kepada keberhasilan siswa di sekolah maupun di luar seko-lah. Dari rujukan di atas cukup alasan perlunya anak SMP memperoleh bim-bigan konseling menggunakan konse-ling Eklektif dengan Perilaku Atten-ding secara terprogram. Selanjutnya peneliti menyakini akan membawa perubahanyang sangat berarti bagi siswa.

Metode Penelitian

Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX C SMP Negeri 6 Bangkalan berjumlah 40 sis-wa dengan rincian 22 laki-laki dan 18 perempuan.

Subjek penelitian tindakan kelas ini meliputi : data-data hasil wawan-cara terhadap responden, sumber data peristiwa : hasil observasi, hasil ana-lisis dokumen, artifak yang berasal dari siswa/klien maupun dari guru/ konselor dan peneliti. Subjek peneli-tian yang berasal dari siswa berupa hasil pengamatan tentang :

1. Partisipasi dalam belajar, bekerja sama, berani bertanya

2. Tidak berbicara kotor, tidak ber-tengkar

3. Berani berpendapat, membuka diri, berterus terang

4. Cerita, gembira, menerima nasihat, merencanakan tindakan

Guru/konselor dalam kegiatan bimbingan konseling berupa :

(9)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

216 1. Mengamati, mencatat,

mengum-pulkan data tentang sejauh mana-kah pengaruh bimbingan konseling menggunakan teknik attending Ek-lektif terhadap gairah belajar siswa dan prestasi belajar siswa

2. Tercapainya tujuan pokok bimbi-ngan konseling

3. Ekspresi wajah guru/konselor te-nag, ceria, tersenyum

4. Guru selaku konselor dalam atten-ding selalu berupaya untuk berpe-nampilan baik, seperti: kepala me-ngangguk jika setuju dan mela-kukan kontak pandang dengan sis-wa/klien

5. Posisi tubuh konselor agak con-dong kearah klien, jarak dekat, du-duk akan berhadapan atau berdam-pingan

6. Tangan konselor bervariasi me-lakukan gerakan tangan/lengan spontans berubah arah sebagai syarat menekankan ucapan

7. Kesabaran mendengarkan, aktif penuh perhatian, menunggu uca-pan klien hingga selesai.

8. Empati ikut merasakan apa yang dirasakan klien

9. Merefleksi/pematulan kembali pe-rasaan, pikiran pengalaman klien 10. Directing/mengarahkan klien 11. Paraphasing/dapat menangkap

pesan utama klien

12. Interprestasi/berupaya megulas pemikiran, perasaan, perilaku yang merujuk pada teori

13. Bertanya membuka percakapan dan menyampaikan pertanyaan tertutup terhadap klien

14. Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung

terhadap apa yang dikatakan klien

15. Bertindak sebagai leading/ me-mimpin arah pembicaraan 16. Penyimpulan

sementara/Summariing

17. Memberi kesempatan kepada klien untuk feed back/mengambil kilah baik dari hal-hal yang telah dibicarakan

18. Penyimpulan hasil secara berta-hap guna meningkatkan kualitas diskusi

19. Pemberian nasehat, informasi dan merencanakan tindakan selanjut-nya

Setting Lokasi Penelitian tin-dakan Kelas ini ruang kelas IX-C dan ruang guru BP SMP Negeri 6 Bang-kalan Kabupaten BangBang-kalan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum

Peneliti selaku konselor menyu-sun perencanaan penelitian tindakan kelas dalam bimbingan konseling in-dividual terhadap tiga orang siswa yang mempunyai kesaman permasa-lahan belajar melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending

Identifikasi Masalah Tahap Kerja Penyebab Keputusan Bertindak Usaha Pemecahan/Mengat asi Masalah 1 2 3 Berbicara kotor / tidak senonoh, bertengkar Kurang keteladanan dan perhatian dari orang tua Pengendalian diri sebagai tindak lanjut agar siswa

tidak berbicara, memberi tugas dan

berdoa

(10)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

217 Siklus I terdiri dari empat taha-pan yaitu : perencanaan, imple-mentasi, observasi, evaluasi dan refleksi.

1. Perencanaan

a. Mendiagnosis permasalahan belajar siswa, penyebab per-masalahan dirumuskan b. Guru menyampaikan

pena-nganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-lang-kah Teknik Eklektif dan Perilaku Attending

c. Guru/Konselor menganalisis data tentang klien

d. Guru/Konselor

melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan klien

e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang per-kembangan masalah selan-jutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling

f. Merancang instrumen penga-matan dan wawancara

2. Implementasi

Bimbingan dilaksanakan di ruang guru menggunakan Pen-dekatan Eklektif dan Perilaku Attending peneliti mengamati penanganan permasalahan bela-jar siswa yang terdiri dari : a. Tahap Awal (10 menit) :

pukul 11.00 – 11.10,

Konselor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefi-nisikan masalah, Bimbingan Konseling dilaksanakan

se-belum kegiatan belajar me-ngajar ; yaitu pukul 11.00 Guru selaku konselor me-ngajark tiga orang siswa yang bermasalah sama ke ruang guru. Satu persatu klien dipanggil, mereka du-duk berhadapan dengan guru /konselor.

b. Tahap pertengahan (45 me-nit) ; pukul 11.10 – 11.55,

Konselor langsung menu-ju kepermasalahan mereka ; yaitu tentang perkataan tin-dak senonoh. Secara bergan-tian konselor menanyai kli-en; dimulai dari X, Y, dan Z. c. Tahap akhir (5 menit) ; pukul

11.55 – 12.00

3. Observasi dan Evaluasi,

Peneliti dan rekan guru ber-kolaborasi untuk melakukan pe-ngamatan, mengamati jalan-nya bimbingan kelompok dan Kon-seling Eklektif dengan Peri-laku Attending menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawan-cara.

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil penga-matan dan wawancara. Berda-sarkan hasil pengamatan siklus I yang belum menunjukan per-kembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk me-ngadakan perencanaan perbai-kan guna perbaiperbai-kan kegiatan konseling pelaksanan siklus II.

2. Siklus II 1. Perencanan

(11)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

218 a. Mendiagnosis permasalahan

belajar siswa, penyebab per-masalahan dirumuskan b. Guru menanyakan

penanga-nan permasalahan belajar sis-wa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-lang-kah Eklektif Attending c. Guru/Konselor menganalisis

data tentang klien

d. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kele-mahan-kelemahan klien e. Diagnosis masalah prognosis

atau prediksi tentang per-kembangan masalah selan-jutnya pemecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

f. Merancang instrumen penga-matan dan wawancara

2. Implementasi

Pada implementasi guru ke-las selaku konselor melaksana-kan bimbingan konseling me-ngadakan Pendekatan Eklektif Attending di ruang guru, selan-jutnya peneliti mengamati pena-nganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :

a. Tahap awal (10 menit) pukul 11.00 – 11.10

Tindakan I, Konselor

berta-nya untuk membuka percakapan dengan klien raut dengan wajah yang menunjukan keramahan.

Tindakan 2, Dalam siklus II

Konselor melakukan kegiatan Attending cukup baik kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak

pandang dengan siswa/klien. Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum. Posisi tubuh konselor condong kearah klien, konselor mendengarkan penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar menung-gu penjelasan klien.

Tindakan 3, Empati

konse-lor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien)

Tindakan 4, Konselor

me-minta klien untuk menjelaskan lebih lanjut jauh tentang pe-rasaan X berupa pertanyaan terbuka.

Tindakan 5, Karena klien

masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan kembali perasaan, pikiran, pengalaman klien

Tindakan 6, Konselor

menggali perasan, pengalaman, dan pikiran klien karena keba-nyakan tertutup/menyimpan ra-hasia, tidak mau bahkan tidak dapat berterus terang

b. Tahap Pertengahan (45 menit) pukul 11.10 – 11.55

Konselor belajar dengan de-finisi masalah bersama-sama klien; tujuan untuk mengolah maalah klien yang sudah di-definisikan maka konselor me-lakukan :

Tindakan 1, Guru selaku

konselor bertindak sebagai leading / memimpin agar klien tidak melantur

Tindakan 2, Konselor

laksanakan paraphrasing / me-nangkap pesan utama / fokus

(12)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

219 klien, konselor mengatakan inti pesan utama klien yang berbe-lit-belit

Tindakan 3, Konselor

mela-kukan directing / mengarahkan agar klien bermain peran; ber-buat sesuatu, menghayal seba-gaimana kejadian yang ditutur-kan kepada konselor

Tindakan 4, Konselor

men-coba menaksir keinginan X

Tindakan 5, Konselor

mem-bantu klien untuk memperjelas perubahan sikap yang mestinya dapat mereka lakukan

Tindakan 6, Saat klien

mengatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang berten-tangan dengan apa yang dike-mukakan maka konselor me-ngadakan

Tindakan 7, Guru selaku

konselor mengadakan Minimal Encouragement atau memberi-kan dorongan langsung terha-dap apa yang dikatakan klien. Oh …ya…, terus…lalu…Dan …kemudian…. Wah ….mmmh.

Tindakan 8, Konselor

mem-berikan informasi, merencana-kan tindamerencana-kan selanjutnya

Tindakan 9, Konselor

mem-berikan manfaat

Tindakan 10, Konselor

memberikan manfaat pada klien untuk feed back/ mengambil ki-lah balik dari hal-hal yang teki-lah dibicarakan

c. Tahap akhir / tahap Action (5 menit) pukul 11.55 – 12.00

Tindakan 1, Konseling

me-nyampaikan hasil secara ber-tahap guna meningkatkan kua-litas diskusi, memperjeles fokus pada wawancara konseling

Tindakan 2, Konselor perlu

mendorong klien untuk me-ngatakan hal yang sebenarnya melalui attending yang baik

Tindakan 3, Menjelang

akhir konseling konselor mem-bantu klien untuk merencana-kan/ memprogram untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya

Tindakan 4, Menilai / evaluasi (“Bagaimanakah pera-saan nanda sekarang?”)

Tindakan 5, Mengakhiri

proses konseling

3. Siklus III 1. Perencanaan

a. Konselor dan peneliti men-diagnosis kembali permasa-lahan belajar siswa penyebab permasalahan dirumuskan b. Guru mengupayakan

pena-nganan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-lang-kah Eklektif Attending c. Guru kelas IX melaksanakan

sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kele-mahan-kelemahan klien d. Diagnosis masalah prognosis

atau prediksi tentang per-kembangan masalah selan-jutnya pemecahan masalah-an, tindak lanjut dan

(13)

pe-Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

220 ninjauan hasil-hasil konse-ling.

2. Implementasi

Pada prinsipnya implement-tasi siklus III seperti pada siklus II ; konselor lebih mengopti-malkan penanganan masalah melalui Teknik Eklektif dan Perilaku Attending pada : Ta-hap awal, taTa-hap pertengahan dan tahap akhir ; yaitu konselor bertanya untuk membuka perca-kapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan keramahan, penampilan guru juga baik; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan siswa cukup santai, tenang, dan ramah. Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, tangan digerakan sesuai kebutuhan un-tuk lebih menyakinkan klien. Konselor berusaha ikut mera-sakan apa yang diramera-sakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi ha-tinya. Juga kesedihannya. Kon-selor memuji ide X, guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberi-kan dorongan langsung terha-dap apa yang dikatakan klien. Oh …..ya….., terus…. Dan …..kemudian ….. Wah…. Mmmhh. konselor memberi ke-sempatan pada klien untuk feed back/ mengambil alih balik dari hal-hal yang telah dibicarakan.

3. Observasi dan Evaluasi

Peneliti dan rekan guru ber-kolaborasi untuk melakukan

pe-ngamatan, mengamati jalannya bimbingan individual dan Ek-lektif Attending serta menilai respon siswa, malakukan pe-mantauan hasil pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil penga-matan dan wawancara. Berda-sarkan hasil pengamatan siklus III, telah menunjukan perkem-bangan, maka peneliti atau kon-selor sepakat untuk menganalisa data, dan penyusunan laporan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara.

Pembahasan Per Siklus

Siklus I, Siklus I terdiri dari empat

tahapan yaitu : perencanaan, imple-mentasi, observasi, evaluasi dan ref-leksi

1. Perencanaan

a. Mendiagnosis permasalahan be-lajar siswa penyebab permaala-han dirumuskan

b. Guru mengupayakan penanga-nan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah teknik Eklektif dan Perilaku Attending c. Guru / Konselor menganalisis

data tentang klien

d. Guru kelas IX melaksanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelema-han klien

e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi tentang perkemba-ngan masalah selanjutnya pe-mecahan masalah, tindak lanjut

(14)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

221 dan peninjauan hasil-hasil kon-seling

f. Merancang instrument penga-matan dan wawancara

2. Implementasi

Pada saat implementasi konse-lor melaksanakan bimbingan kon-seling menggunakan Pendekatan Konseling Eklektif dengan Peri-laku Attending, peneliti mengamati penanganan permasalahan belajar siswa yang terdiri dari :

a. Tahap awal (10 menit) , Kon-selor mengajak klien X, Y, dan Z untuk mendefinisikan masa-lah. Bimbingan konseling dilak-sanakan sebelum kegiatan bela-jar mengabela-jar, yaitu pukul 11.00 guru selaku konselor mengajak tiga orang siswa yang berma-salah sama ke ruang kelas. Satu persatu dipanggil, mereka du-duk berhadapan dengan guru /konselor. Guru menyapa klien-nya dengan raut wajah yang kaku, dan jengkel mereka ber-kata yang kurang senonoh. Sambil menundukan kepala; klien membalas sapaan guru-nya.

b. Tahap Pertengahan (45

me-nit), Konselor langsung menuju

ke permasalahan ; yaitu berkata tidak senonoh. Konselor berbi-cara sambil melemparkan pan-dangan tajam kearah siswa, guru menanyai terus menerus X, Y, dan Z ; konselor sama sekali tidak memberi kesempa-tan X, Y, dan Z untuk men-jawab. Dengan pertanyaan se-rupa, ditambah raut wajah yang

kaku, tegang, agak marah, dan suara agak keras, terkesan me-ngadili tampak sekali. Klien hanya menjawab; ya dan tidak saja, sehingga keterangan be-lum banyak diperoleh pada saat pertengahan. Konselor kemudi-an berpeskemudi-an bahwa kemudi-anak seko-lah tidak boleh berbicara kotor dan bertengkar dengan siapa saja, serta hal ini tidak boleh diulang lagi. Guru menekankan /menerapkan sanksi bahwa apa-bila perbuatan ini diulang lagi; maka mereka akan dikeluarkan dari sekolah. Guru meminta siswa untuk berjanji tidak me-ngulang lagi kejadian diatas dan segera meminta maaf, dan bersalaman kepada teman. Sis-wa satu persatu maju untuk me-ngucapkan janji tidak mengu-lang lagi perbuatannya dan ber-salaman meminta maaf.

c. Tahap Akhir (5 menit), Kon-selor mengingatkan sekali lagi bahwa anak sekolah tidak boleh berbicara kotor dan bertengkar dengan siapa saja, hal ini tidak boleh diulang lagi. Guru mene-kankan bahwa apabila perbu-atan ibi diulang lagi akan dike-luarkan dari sekolah. Guru meminta siswa untuk berjanji tidak mengulang lagi kejadian diatas. Kemudian konselor me-ngatakan bahwa mereka besok sisang pukul 11.00 agar datang ke sekolah, dan guru berpesan agar mereka berpamitan kepada orang tua. Guru mengatakan bahwa siswa boleh keluar

(15)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

222 menanti lonceng tanda masuk, bersiap untuk belajar bersama siswa yang lain.

d. Observasi dan Evaluasi, Pene-liti dan rekan guru berkolabo-rasi melakukan pengamatan me-ngamati jalannya bimbingan kelompok dan Pendekatan Kon-seling Eklektif dengan Perilaku Attending; menilai respon sis-wa, melakukan pemantauan ha-sil pengamatan dan wawancara. e. Refleksi, Mendiskusikan hasil

pengamatan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus I belum menunjukan per-kembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk menga-dakan perencanaan perbaikan guna perbaikan kegiatan bimbi-ngan konseling pada pelaksana-an siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

a. Mendiagnosis permasalahan be-lajar siswa, penyebab permasa-lahan dirumuskan

b. Guru mengupayakan penanga-nan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending

c. Guru/ konselor menganalisis data tentang klien

d. Guru kelas IX melakanakan sintesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelema-han-kelemahan klien

e. Diagnosis masalah prognosis atau presiksi tentang

perkem-bangan masalah selanjutnya pe-mecahan masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil kon-seling

f. Merancang instrument penga-matan dan wawancara

2. Implementasi

Pada implementasi guru kelas selaku konselor melaksanakan bimbingan konseling mengguna-kan Konseling Elekrik dengan Perilaku Attending. Peneliti me-ngamati penanganan permasalahan belajar terdiri dari :

a. Tahap awal (10 menit)

Tindakan I : Konselor

ber-tanya untuk membuka perca-kapan dengan klien raut wajah sudah menunjukan keramahan masih tampak agak kaku

Tindakan 2 : Dalam

kegi-atan Attending ; penampilan gu-ru sudah baik ; Kepala me-ngangguk jika setuju dan kon-selor melakukan kontak pan-dang dengan siswa/klien Eks-presi wajah konselor, tenang seria, tersenyum. Posisi tubuh konselor belum condong ke arah klien, konselor mende-ngarkan penjelasan dari siswa dengan cukup perhatian, sabar menunggu penjelasan klien. Tetapi ketika X mau berkata jujur.

Tindakan 3 : Empati

kon-selor (berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien) be-lum tampak; karena pandangan konselor tajam memandang pa-da X sehingga X pa-dalam men-jawab tidak berani memandang

(16)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

223 konselor, klien belum terbuka untuk mengemukakan isi hati dari lubuk hati yang paling da-lam, dan ia belum mau menge-mukakan penderitaannya.

Tindakan 4 : Konselor

me-minta klien untuk menjelaskan lebih jauh tentang perasaan X berupa pertanyan terbuka (“me-ngapa kamu sering berbicara kotor?”) guru/konselor sudah diam sesaat untuk memberi kesempatan klien untuk me-nyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru. Namun klien masih diam saja (konselor perlu bersikap santai, perlu kesabaran, diam sejenak, mung-kin sambil menanyai klien lain-nya dahulu, apabila klien belum mau berterus terang).

Tindakan 5 : Karena kita

masih diam saja, maka konselor mencoba untuk merefleksikan memantulkan kembali tentang perasan, pikiran, pengalaman klien (“nampaknya nanda mera-sa menyemera-sal. Itu baik. Benarkah demikian?” itu berarti X sebe-narnya anak yang baik. Bisakah nanda mengemukakan kejadian selengkapnya kepada bapak?”)

Tindakan 6 : Konselor

menggali perasaan , pengala-man, dan pikiran klien karena kebanyakan klien tertutup/ me-nyimpan rahasia, tidak mau bahkan tidak dapat terus terang (Bapak yakin kamu dapat men-jelaskan lebih jauh ide untuk mencapai cita-cita menjadi

po-lisi, menjadi pemain sepak bola terkenal?”)

b. Tahap pertengahan (45

menit)

Konselor bekerja dengan definisi masalah bersama-sama klien ; tujuannya untuk mengo-lah masamengo-lah klien yang sudah didefinisikan maka konselor melakukan :

Tindakan I, Guru selaku

konselor bertindak sebagai lea-ding/memimpin agar klien tidak melantur, maka konselor me-mimpin arah pembicaraan se-hingga mencapai tujuan kon-seling (Menurut Bapak rencana yang kamu sampaikan baik sekali, coba waktunya perlu diatur lebih cepat, supaya ke-giatan belajar siswa tetap ber-jalan lancar sekaligus kamu dapat mengembangkan hobi bermain sepak bola?”)

Tindakan 2, Konselor

me-laksanakan

paraphrasing/menangkap pesan utama/fokus klien, konselor me-ngatakan inti pesan utama klien berbelit-belit. Konselor me-nangkap pesan X, rasa keta-kutan karena dihadang X, Y, dan Z. terangkanlah tentang dia! Apakah ada sesuatu yang perlu disampaikan? Bagaimanakah perasaan Nanda saat itu? Da-patkan Nanda kemukakan hal itu selanjutnya kepada Bapak?”

Tindakan 3, Konselor

mela-kukan directing/ mengarahkan agar klien bermaian peran, ber-buat sesuatu, menghayal

(17)

sesu-Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

224 atu bagaimana kejadian yang dituturkan kepada konselor. (“Apakah Nanda bisa menjelas-kan secara apa adanya? Bagai-manakah sikap, kata-kata X ketika mengancam ?”)

Tindakan 4, Konselor

men-coba menaksir keinginan X untuk membentuk group sepak bola dibawah pimpinannya, ka-rena X mempunyai bakat sepak bola tendangannya kuat sekali (“nanda seolah-olah berkeingi-nan untuk mengajak teman-temannya membentuk kelom-pok dan berlatih sepak bola. Apakah demikian?”)

Tindakan 5, Konselor

mem-bantu klien untuk memperjelas perubahan sikap mestinya dapat dilakukan (“nampaknya Nanda belum mengatakan yang sebe-narnya. Adakah yang Nanda maksudkan di ejek, kemudian membalas? Barangkali Nanda merasa menyesal, namun nasi sudah menjadi bubur. Yang sudah berlalu biarlah berlalu yang penting untuk hari esok marilah kita rencanakan kegi-atan yang lebih baik”)

Tindakan 6, Saat klien

me-ngatakan hal yang tidak sama dengan perasaan, sorot mata, kegelisahan yang bertentangan dengan apa yang dikemukakan maka konselor mengadakan konfrontasi (“Nanda tidak ada masalah, tetapi mengapa Nanda gelisah sekali?”)

Tindakan 7, Guru selaku

konselor mengadakan Minimal

Encouragment atau memberi-kan dorongan langsung terha-dap apa yang dikatakan klien. Oh … ya… terus …. Dan … kemudian…..wah….

mmmmmd….

Tindakan 8, Konselor

mem-beri informasi, merencanakan tindakan selanjutnya (“tahukah Nanda isi tata tertib sekolah kita?”)

Tindakan 9, Konselor

mem-beri nesehat (Nanda sudah cu-kup besar, apakah masih me-merlukan nasehat dari Bapak?”)

Tindakan 10, Konselor

memberi kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah dibicarakan. (Setelah kita berbincang-bincang selama 10 menit, Bapak harap, nanda salah dapat menyimpulkan pembicaraan kita. Coba katakan apa sajakah yang dapat nanda simpulkan?”)

c. Tahap Akhir / Tahap Action

(5 menit)

Tindakan I, Konseling

me-nyimpulkan hasil secara berta-hap guna meningkatkan kualitas diskusi, menjelaskan fokus pda wawancara konseling (“Baik-lah, Bapak pikir Nanda sudah mempunyai satu keputusan namun masih belum mantap. Cobalah Nanda katakan. Bapak pasti akan mendengarkan!”)

Tindakan 2, Konselor perlu

mendorong klien untuk menga-takan hal yang sebenarnya me-lalui Attending yang baik,

(18)

(“Bo-Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

225 lehkan Nanda berbicara kotor, bertengkar dengan teman? Me-ngapa tidak boleh? Nampaknya Nanda masih ragu lagi me-nyatakan hal itu tidak boleh?”)

Tindakan 3, Menjelang

akhir konseling, konselor mem-bantu klien untuk merencakana memprogramkan untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya (“Nah apakah tidak lebih baik Nanda mulai menyusun rencana baik berpedoman hasil pembicaraan kita? Kalau begitu tindakan apakah yang sebenarnya Nanda lakukan? Adakah usul yang ingin disampaikan kepada ayah, ibu, dan guru?”)

Tindakan 4, Menilai/

eva-luasi (“Bagaimanakah perasaan Nanda sekarang?”)

Tindakan 5, Mengakhiri

proses konseling (“Jika tidak ada lagi yang nanda sampaikan apakah dapat kita akhiri?”)

3. Observasi dan Evaluasi,

Peneliti dan rekan guru berko-laborasi untuk melakukan penga-matan, mengamati jalannya bim-bingan konseling melalui pende-katan Eklektif attending serta menilai respon siswa, melakukan pemantauan hasil pengamatan dan wawancara.

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengama-tan dan wawancara hasil penga-matan siklus II belum menunjukan perkembangan, maka peneliti dan guru/konselor sepakat untuk me-ngadakan perencanaan perbaikan

guna perbaikan kegiatan bim-bingan konseling pada pelaksanaan siklus III.

Siklus III

1. Perencanaan

a. Konselor dan peneliti mendi-agnosis kembali permasalahan belajar siswa penyebab perma-salahan dirumuskan

b. Guru mengupayakan pengama-nan permasalahan belajar siswa menggunakan tahapan-tahapan atau langkah-langkah Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending

c. Guru/konselor menganalisis da-ta tenda-tang klien

d. Guru kelas IX melakukan sin-tesis data untuk mengenal kekuatan-kekuatan dan kelema-han-kelemahan klien

e. Diagnosis masalah prognosis atau prediksi perkembangan masalah, selanjutnya pemeca-han masalah, tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling

2. Implementasi, Pada prinsipnya

implementasi siklus III seerti pada siklus II, hanya konselor lebih mengoptimalkan penanganan ma-salah melalui Konseling Eklektif dengan Perilaku Attending pada : Tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir : yaitu konselor pada bertanya untuk membuka-percakapan dengan raut wajah yang sudah menunjukan kerama-han, penampilan guru juga baik ; kepala mengangguk jika setuju dan konselor melakukan kontak pandang dengan cukup santai,

(19)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

226 tenag, ceria, dan ramah. Posisi tbuh konselor agak condong ke arah klien, tangan digerakan sesuai kebutuhan untuk lebih menyakin-kan klien. Konselor mendengarmenyakin-kan penuh perhatian, dan kesabaran empati konselor berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan klien sehingga X, Y, dan Z terbuka untuk mengemukakan isi hatinya, juga kesedihannya. Konselor me-muji ide X untuk membentuk group sepak bola, dan menasehati belajar giat agar cita-cita menjadi polisi dapat tercapai. Guru selaku konselor mengadakan Minimal Encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien. Oh… ya …, terus…. lalu…. an… kemu-dian…. wah….mmh… konselor memberi kesempatan pada klien untuk feed back / mengambil kilah balik dari hal-hal yang telah dibicarakan.

3. Observasi dan Evaluasi.

Peneliti dan rekan guru berkola-borasi untuk melakukan pengama-tan, mengamati jalannya bimbi-ngan konseling melalui pendekatan Eklektif attending serta menilai respon siswa, melakukan peman-tauan hasil pengamatan dan wa-wancara

4. Refleksi

Mendiskusikan hasil pengama-tan dan wawancara. Berdasarkan hasil pengamatan siklus III, hasil telah menunjukan perkembangan, maka peneliti dan konselor sepakat untuk menganalisis data, dan

pe-nyusunan laporan berdasarkan ha-sil pengamatan dan wawancara. Proses Menganalisa Data

Berdasarkan tindakan pada sik-lus I; belum memberikan hasil yang berarti, karena guru selaku konselor pada aspek attending dan aspek Ek-lektif masih berekspresi kaku, muram dan marah. Sering konselor menga-lihkan pandangan terutama pada saat klien berbicara. Score penilaian pada siklus I adalah 40.00 predikat nilai kurang baik didalam konselor mena-ngani permasalahan belajar siswa. Guru/konselor dan peneliti sepakat akan mengadakan perubahan peren-canaan dan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembimbingan dan konseling siswa.

Attending siklus II; ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ceria. Konselor sudah melakukan kontak pandang dengan klien, mela-kukan anggukan kepala tanda setuju, menggeleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala konselor tegak juga kecon-dongan tubuh konselor ke arah klien cukup namun keakraban belum nam-pak, gerakan tangan konselor belum nampak, gerakan tangan konselor belum bermakna sesuai kebutuhan (konselor dapat mengusap kepala klien sebagai tanda sayang penuh hatian) kesabaran mendengarkan per-lu dipertahankan, dan meninggikan suara konselor agar diakhiri apabila klien diam/tidak memberikan respon terhadap pertanyaan guru/konselor.

Hasil score penilaian = 50.00 karena itu guru/konselor dan peneliti

(20)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

227 sepakat mengadakan perbaikan lagi. Pada siklus III dengan pengoptimalan penghampiran klien secara tenang, ramah, sabar ceria akrab penuh perha-tian dan kasih sayang akan membuat klien nyaman, aman, tenang, tersen-tuh dan dekat, sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan perkembangan “yaitu : 88, 33 predi-kat pembimbing amat baik. Secara lebih jelasnya gambaran hasil per-kembangan kegiatan guru dalam kon-seling teknik eklektif dengan perilaku attending dapat dilihat dalam gambar berikut ini :

Tabel 4.1

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus 1

NO Tingkah Laku Yang diamati

Penilaian

3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien 1 2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 1

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan 1 4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan 1 5 Konselor sabar mendengarkan, aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat kesepakatan

1

bereaksi), perhatian terarah kepada lawan bicara/klien

6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien

1

7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan termasuk penderitaan

1

8 Konselor

merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan, pikiran, pengalaman klien

1

9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien bersaing peran, berbuat sesuatu,

menghayal sesuatu sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor

1

10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori

1

11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori

1

12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

1

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

2

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien

1

15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan sehingga

(21)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

228

mencapai tujuan konseling 16 Guru/konselor diam sesaat

untuk memberikan kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru

1

17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari hal-hal yang telah dibicarakan

1

18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada wartawan konseling

1

19 Konselor memberi nasehat 2 20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya 2 JUMLAH 8 16 NILAI SCORE PEROLEHAN 24 Predikat = 24 : 60 x 100 = 43,33 Kurang Tabel 4.2

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II

NO Tingkah Laku Yang diamati

Penilaian

3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien 1 2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 1

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan 2 4 Tangan konselor bervariasi melakukan gerakan tangan/lengan 2

spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan 5 Konselor sabar

mendengarkan, aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan bicara/klien

2

6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien

1

7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan termasuk penderitaan

2

8 Konselor

merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan, pikiran, pengalaman klien

2

NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian

3 2 1

9 Konselor melakukan

directing/mengarahkan agar klien bersaing peran, berbuat sesuatu, menghayal sesuatu sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor

2

10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori

2

11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori

1

12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

2

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada klien

2 14 Guru selaku konselor mengadakan

minimal encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien

1

15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya,

(22)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

229

agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan konseling

16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru

2

17 Konselor menyimpulkan

sementara/Summarizing. Memberi kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari hal-hal yang telah dibicarakan

2

18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna

meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada wartawan konseling

1

19 Konselor memberi nasehat 2

20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya

2

JUMLAH 26 7

NILAI SCORE PEROLEHAN 33

Predikat = 24 : 60 x 100 = 55 Kurang

Tabel 4.3

Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus III

NO Tingkah Laku Yang diamati

Penilaian

3 2 1

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Penampilan guru saat attending baik; kepala mengangguk jika setuju dan melakukan kontak pandang dengan siswa/klien 2 2 Ekspresi wajah guru/konselor tenang, ceria, tersenyum 2

3 Posisi tubuh konselor agak condong kearah klien, jarak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan 3 4 Tangan konselor bervariasi melakukan 3 gerakan tangan/lengan spontan berusaha arah sebagai isyarat menekaknkan ucapan 5 Konselor sabar

mendengarkan, aktif, penuh perhatian, menunggu ucapan klien sehingga selesai, diam, (menanti saat kesepakatan bereaksi), perhatian terarah kepada lawan bicara/klien

3

6 Empati konselor ikut merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien

2

7 Keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi lubuk yang paling dalam, semua yang dirasakan termasuk penderitaan

3

8 Konselor

merefleksi/memantulkan kembali tentang perasaan, pikiran, pengalaman klien

3

NO Tingkah Laku Yang diamati Penilaian 3 2 1 (1) (2) (3) (4) (5) 9 Konselor melakukan directing/mengarahkan agar klien bersaing peran, berbuat sesuatu,

menghayal sesuatu sebagaimana kejadian I yang dituturkan kepada konselor

3

10 Konselor melaksanakan paraphasing/menangkap pesan utama klien, perasaan, perilaku dengan merujuk pada teori

2

11 Interprestasi/ upaya konselor berupaya untuk mengulas pemikiran, perasaan, perilaku dengn merujuk pada teori

2

12 Konselor bertanya untuk membuka percakapan dengan klien

3

13 Konselor menyampaikan pertanyaan tertutup kepada

(23)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

230

klien

14 Guru selaku konselor mengadakan minimal encouragment atau memberikan dorongan langsung terhadap apa yang dikatakan klien

2

15 Guru selaku konselor bertindak sebagai leading/memimpinnya, agar tidak melantur, konselor memimpin arah pembicaraan sehingga mencapai tujuan konseling

2

16 Guru/konselor diam sesaat untuk memberikan kesempatan klien untuk menyampaikan perasaan, pikiran atau usul kepada guru

3

17 Konselor menyimpulkan sementara/Summarizing. Memberi kesempatan pada klien untuk feed back/ mengambil balik dari hal-hal yang telah dibicarakan

3

18 Konseling menyimpulkan hasil secara bertahap guna meningkatkan kualitas diskusi, memperjelas fokus pada wartawan konseling

2

19 Konselor memberi nasehat 3 20 Konselor memberi informasi, merencanakan tindakan selanjutnya 3 JUMLAH 39 15 - NILAI SCORE PEROLEHAN 54 Predikat = 24 : 60 x 100 = 90,00 Amat Baik Tabel 4.4

Hasil Observasi Kepribadian siswa

No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS I 1 KS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 = 25 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = 2 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 = 25 3 TT 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 17 = 42,5 JUMLAH PREDIKA T 37 : 12 x 10 = 30,83 Kurang Sekali Kurang Predikat > 75 = baik 60 = sedang < 60 = kurang No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS II 1 KS 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 10 = 25 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Predikat > 75 = baik 60 = sedang < 60 = kurang 2 AR 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 10 = 25 3 TT 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 = 75 JUMLAH PREDIKA T 50 : 12 x 10 = 41,66 Kurang No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jumlah SIKLUS III 1 KS 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 = 25 4 = Baik Sekali 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang Predikat > 75 = baik 60 = sedang < 60 = kurang 2 AR 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 10 = 25 3 TT 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 34 = 85 JUMLAH PREDIKA T 74 : 12 x 10 = 61,66 Sedang Keterangan :

1. Tidak berbicara kotor 2. Tidak bertengkar

3. Membuka diri, berterus terang 4. Bekerjasama

5. Berani bertanya dan berpendapat 6. Berpartisifasi aktif

7. Berani berpendapat 8. Ceria, gembira 9. Menerima nasehat 10. Merencanakan tindakan

(24)

Mengatasi Permasalahan Belajar Siswa Melalui Konseling Eklektif, Yani Siti Rokiyah

231 Tabel 4.5

Perkembangan Kepribadian Siswa Kelas IX yang Diminati

NO NAMA SISWA SIKLUS RATA-RATA KET I II III 1 2 3 4 5 6 7 1 KS 25 25 50 33,33 Kurang 2 AR 25 25 50 33,33 Kurang 3 TT 42,5 75 85 67,50 Baik JUMLAH 92,5 125 185 134,16 RATA_RATA 30,80 41,66 81,66 44,72 Tabel 4.6

Perkembangan Kegiatan Guru Dalam Bimbingan Konseling Teknik Eklektif dan Perilaku Attending Kelas

IX Semester I Tahun 2015-2016 NO NAMA SISWA SIKLUS RA TA-RA TA K ET I II III 1 2 3 4 5 6 7 Teknik Eklektif dan Perilaku Attending 40, 00 50, 00 88,3 3 59,4 4 Predikat Ku ran g Ku ran g Ama t Baik

Demikian pula dengan hasil wawancara menunjukan respon yang positif, serta hasil observasi Kepri-badian Klien pada siklus I, II, dan III diperolehkan hasil 30,83 predikat kurang baik sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang/cukup baik. Bimbingan konseling terhadap tiga siswa X, Y dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya

attending konselor selaku guru kelas, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkemba-ngan perubahan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif. Gambaran lebig jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

Gambar 4.2 : Perkembangan Kepribadian Siswa Pembahasan Umum

Berdasarkan tindakan pada siklus I; belum memberikan hasil yang berarti karena guru selaku kon-selor pada aspek attending dan pada spek Eklektif masih berekspresi kaku, muram dan marah karena konselor sering mengalihkan pandangan, teru-tama saat klien berbicara. Maka data pada score penilaian pada siklus I adalah 40,00 predikat nilai kurang baik dalam konselor menangani per-masalahan belajar siswa.

Attending siklus II, ekspresi wajah konselor agak tenang, dan ce-ria, konselor sudah melakukan kontak pandang terhadap klien, melakukan anggikan kepala tanda setuju, meng-geleng sebagai tanda setuju tetapi masih kaku, karena posisi kepala

kon-0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Siklus I Siklus II Siklus III

Series 1 Column1 Series 3

(25)

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 208-233

232 selor tegak juga kecondongan tubuh konselor belum bermakna sesuai ke-butuhan (konselor dapat mengusap kepala klien sebagai tanda kasih sayang penuh perhatian) kesabaran mendengarkan perlu dipertahankan, dan meningginya suara konselor agar dihindari apabila klien diam/klien memberikan respon terhadap perta-nyaan guru/konselor hasil score peni-laian pada siklus II = 50,00

Kemudian hasil pada siklus III melalui pengoptimalan penghampiran klien secara tenag, ramah, sabar, ceria, akrab, penuh perhatian, dan kasih sayang; membuat klien merasa nyaman, aman, tenang, tersentuh dan dekat;sehingga pada siklus III hasil pengamatan menunjukan perkemba-ngan; yaitu 88,33 predikat amat baik. Berdasarkan Data Hasil Observasi perkembangan Kepribadian Siswa pada Siklus I, II, dan III menunjukan perkembangan hasil yang meningkat pada siklus berikutnya yaitu : 30,80 ; 41,66 kemudian pada siklus III meningkat lagi menjadi 61,66 srta rata-rata kepribadian siswa adalah 44,72 ; hal ini berarti penanganan-penanganan bimbingan konseling de-ngan menggunakan Pendekatan Ek-lektif Attending menunjukan keberha-silan penelitian tindakan kelas. Ber-dasarkn data-data yang didapat pada siklus I, II, dan III setelah dibandingkan, diungkapkan dalam bentuk kata-kata. Penjelasan perban-dingan sebagai fenomena yang dapat dipergunakan untuk membandingkan tolak ukur dan merefleksikan peneliti dan guru selaku konselor atas kelema-han yang terekam, data yang

disaji-kan, berupa tabel yang memuat secara nominal dan setelah ditentukannya diskripsi kearah kecenderungan tinda-kan guru selaku konselor dan reaksi-nya dalam bentuk partisifasi aktif, bekerja sama, berani bertanya, tidak berbicara kotor, tidak bertengkar, berani berpendapat, membuka diri, berterus terang, ceria, gembira, mene-rima nasehat, dan merencanakan tin-dakan.

Cara Pengambilan Kesimpulan

Hasil pengumpulan data, analisis data, pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh peneliti dan guru selaku konselor melalui ketekunan pengamanan, perpanjangan keikut-sertaan peneliti, triangulasi, dan reviem informan sebagai kunci (Moelong, 1995) dalam penelitian tindakan kelas siklus I, II, dan III yang dipergunakan peneliti dan guru untuk mengambil keputusan. Maka dari hasil analisis data; Hasil Observasi Kegiatan Guru dan Data Hasil Observasi Kepribadian Klien pada situs I, II, dan III diperoleh hasil 30,83 presikat kurang sekali, siklus II = 41,66 predikat kurang dan pada siklus III = 61,66 predikat sedang /cukup baik. Bimbingan Konseling terhadap tiga siswa X, Y, dan Z yang bermasalah tidak berhenti pada siklus III, tetapi masih berkelanjutan melalui upaya attending konselor selaku guru, juga peneliti sekaligus sebagai kepala sekolah memantau terus perkemba-ngan tingkah laku klien agar klien lebih mantap untuk bertindak positif

Gambar

Gambar 4.2 : Perkembangan  Kepribadian Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari hasil kegiatan penelitian ini adalah terpilih tiga genotipe jarak pagar yang dalam kondisi tan- pa pengairan di musim kemarau memiliki

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran Concept Attainment Model dan Discovery Learning pada pokok materi Evolusi

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat mengetahui keinginan pelanggan dan kekurangan perusahaan mengenai layanan yang ditawarkan dengan cara

Pengaruh harga dan kualitas produk secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pengaruh dari salah satu variabel. Maka kedua

[r]

HASIL PERHITUNGAN PANJANG RUPTURE PERIODE OKTOBER

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU

Dari evaluasi kinerja protokol DYMO untuk sistem monitoring lahan pertanian dengan lama waktu simulasi yang berbeda yaitu 6, 10, dan 20 jam, banyaknya traffic