• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card)

Implementasi merupakan aspek yang sangat penting dalam keseluruhan proses pembuatan kebijakan. Pelaksanaan suatu kebijakan merupakan hal yang terpenting bahkan lebih penting dibandingkan dengan pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan menjadi impian atau hanya rencana yang tersimpan apabila tidak dapat di implementasikan.6

Jadi implementasi adalah pemahaman yang sebenarnya dan menjadi sebuah program yang dinyatakan berlaku dan dirumuskan dan menjadi fokus penerapan kebijakan antara lain kejadian atau kegiatan yang telah di sahkan dalam pedoman kebijakan suatu perusahaan maupun kebijakan yang berdampak baik untuk masyarakat. B. Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card)

1. Pengertian Kartu observasi bahaya

Kartu observasi bahaya merupakan kartu yang digunakan sebagai alat untuk membantu dalam melakukan proses inspeksi untuk setiap karyawan yang tidak mengenal jabatan, pekerjaan maupun lingkungan kerja.7

Program kartu observasi bahaya digunakan untuk mengamati tingkah laku manusia dan lingkungan kerja. Program implementasi kartu observasi bahaya menjelaskan secara sistematik proses perubahan perilaku yang dilakukan selama pekerja tersebut sedang melakukan proses kerja.

Kartu observasi bahaya merupakan hasil adaptasi dari STOP Card (Safety

Training Observation Program) yang dikembangkan oleh Dupont. STOP Card

merupakan lembar isian mengenai kondisi tidak aman (unsafe condition), tindakan tidak aman (unsafe action), ataupun nearmiss (nyaris terjadi kecelakaan) yang ditemukan oleh seseorang dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Setiap orang dibekali STOP Card untuk di isi. Di dalamnya terdapat isian mengenai kejadian, tanggal kejadian, lokasi, tindakan yang dilakukan, dan lain-lain.8

Cara kerja dari STOP Card adalah dengan mengungkap fakta-fakta sederhana yang membahayakan keselamatan kerja dan lingkungan, seperti pengemudi atau penumpang kendaraan yang tak mau mengenakan safety belt, genangan air di dekat

(2)

tangga, ada yang merokok di dalam kabin tank truck pengangkut minyak mentah, tidak pakai helm saat bekerja, tidak tersedia tempat pembuangan sampah plastik, dan lain-lainnya.8

Setiap pekerja dibekali berlembar-lembar STOP Card, dan petugas dari bagian

Health Safety Environment secara rutin menindaklanjuti setiap laporan di dalam

STOP Card. Departemen HSE juga memberikan apresiasi tersendiri kepada pekerja yang banyak memberikan masukan di dalam STOP Card tadi, misalkan, dengan hadiah uang. Cara seperti itu, kesadaran akan keselamatan kerja, lingkungan hidup, dan kesehatan, dari hari ke hari mengalami peningkatan di dalam diri pekerja. Bagaimanapun, pekerja di lapanganlah yang lebih tahu resiko yang dihadapinya. Dan pekerjalah yang menanggung resiko terberat apabila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa dirinya.8

2. Tujuan Implementasi kartu observasi bahaya

Implementasi kartu observasi bahaya bertujuan untuk memberikan arahan dan petujuk kepada pekerja bagaimana cara mendokumentasikan temuan tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman sehingga kecelakaan kerja dapat di cegah atau tidak terjadi di tempat kerja. Kualitas implementasi kartu observasi bahaya yang dibuat akan memberikan timbal balik yang efektif bagi perusahaan dalam upaya meningkatkan kualitas keselamatan kerja.7

Implementasi kartu observasi bahaya ditujukan untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan cara mengamati tindakan yang tidak aman dan melakukan komunikasi perbaikan. Kemampuan komunikasi secara baik dan merubah sikap setiap pekerja. implementasi kartu observasi bahaya tidak digunakan untuk menghukum, tetapi untuk mengingatkan, memberikan arahan serta meningkatkan kepedulian pekerja tentang aspek K3. Penerapan implementasi kartu observasi bahaya diharapkan dapat membantu memberikan keterampilan yang diperlukan oleh karyawan dalam menciptakan budaya keselamatan kerja yang tinggi. Dengan program implementasi kartu observasi bahaya kinerja tentang keselamatan di tempat kerja menjadi lebih baik dan lingkungan kerja menjadi lebih aman.7

(3)

3. Tahapan pelaksanaan pemantauan perilaku K3L dengan implementasi kartu observasi bahaya.

Dalam melakukan pengamatan kerja yang tidak aman, maka pekerjaan tersebut harus segera di hentikan sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. Tindakan selanjutnya adalah melakukan komunikasi dengan orang yang berperilaku tidak aman tersebut dengan disertai pemberian feedback yang bersifat korektif agar pekerja tersebut sadar dan tidak diulangi kembali. apabila diketahui ada pekerja yang berperilaku kerja tidak aman, maka observer harus melakukan komunikasi dengan pekerja tersebut dan memberikan reinforcement terhadap perilaku kerja aman yang telah dibuatnya sehingga pekerja tersebut merasa puas dan akan mengulangi perilaku kerja aman tersebut. Adapun langkah langkah pengamatan bahaya di tempat kerja adalah sebagai berikut.7

a. Menentukan

Langkah ini penting dikarenakan banyak orang perlu mengambil keputusan dalam berfikir mengenai keselamatan kerja sehingga perlu diluangkan waktu untuk melakukan pengamatan ke tempat kerja anda.

b. Berhenti

Dalam tahapan berhenti, observer berhenti sejenak didekat pekerja yang diamati untuk melakukan observasi keselamatan baik dari tindakan atau kondisi lingkungan kerja yang aman maupun tidak aman, sehingga apabila pekerja yang dilihat sebagai objek observasi dapat dilihat secara tegas apa yang sedang dikerjakannya. Jika hanya memandang sekilas, maka observasi yang dilakukan tidak sempurna.

c. Memantau atau menganalisa

Dalam tahapan pelaksanaan, observer mengamati pekerja dengan cara saksama dan sistematis. Yaitu dengan memperhatikan segala sesuatu yang dikerjakannya, fokuskan pada perilaku aman dan tidak aman tetapi dengan memperhatikan checklist kartu pengamatan. Pada kartu laporan pengamatan bahaya terdapat 8 (delapan) kategori yang menjadi fokus pengamatan pada saat melakukan observasi diantaranya;

(4)

1. Mengikuti prosedur (following procedure)

2. Menggunakan alat dan peralatan (use of tools or equipment) 3. Tidak memakai alat pelindung diri ( PPE not used)

4. Kurangnya kesadaran (inattention/lack of awareness) 5. Sistem pengaman (protective systems)

6. Perkakas, alat dan kendaraan (tools, equipment and vehicles) 7. Terpapar saat bekerja (work exposures to)

8. Lingkungan tempat kerja (work place environment / layout) d. Bertindak

Pada saat observer memantau atau menganalisa perilaku pekerja ataupun lingkungan kerja, maka observer harus berdiskusi dengan karyawan yang diamati, diskusikan mengenai hal-hal yang tidak aman sehingga pekerja yang bersangkutan mengerti terhadap tindakan yang tidak aman tersebut. Hal ini merupakan suatu bentuk komunikasi yang positif, dengan tujuan mampu merubah sikap setiap individu sebagai bentuk koreksi terhadap kebiasaan kerja yang tidak aman dan memberikan pujian untuk memperkuat kebiasaan kerja yang aman, namun dalam program pemantauan program pemantauan perilaku K3L dengan menggunakan kartu observasi bahaya tidak mengenal adanya punishment atau hukuman terhadap perilaku kerja tidak aman. Karena hal tersebut tidak akan merubah perilaku kerja tidak aman secara permanen. e. Melaporkan

Setelah bertindak dengan melakukan komunikasi secara positif dengan pekerja, kemudian melakukan tindakan observer sendiri dengan mengisi kartu observasi bahaya. Pada saat pelaporan pengamatan ini tidak diperbolehkan menyebutkan nama pekerja, jenis kelamin atau identitas lainnya yang mudah dikenali terhadap pekerja yang di observasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar pekerja tidak menaruh curiga terhadap observasi tersebut, sebab tujuan observasi ini bukan untuk mencari siapa yang salah tetapi untuk memperbaiki perilaku kerja.

4. Keunggulan dan kelemahan program observasi terhadap penerapan keselamatan kerja menggunakan kartu observasi bahaya.7

(5)

a. Keunggulan

1. Dapat mendetaksi semua penyebab langsung dari penyebab kecelakaan dan mempunyai kartu keselamatan yang dapat digunakan sebagai pengingat (reminder) terhadap kejadian yang telah ditemukan untuk dilakukan perbaikan segera, sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan kerja yang disebabkan perbuatan tidak aman.

2. Penerapannya sangat mudah, murah dan setiap perusahaan dapat menerapkan di tempat kerjanya dengan berpedoman pada lima prinsip dasar dari metode program implementasi kartu observasi bahaya terhadap penerapan keselamatan kerja menggunakan kartu observasi bahaya itu memutuskan tempat dan kegiatan yang diamati, behenti didekat kegiatan yang sedang dilakukan, mengamati seluruh kegiatan yang sedang berlangsung, melakukan tindakan perbaikan segera apabila didapatkan perbuatan tidak aman, melaporkan kejadian yang diamati pada kartu observasi bahaya dengan memberikan penjelasan terhadap perbuatan-perbuatan yang diamati serta penjelasan mengenai tindakan perbaikan yang telah diambil untuk dijadikan sebagai pengingat (reminder).

3. Hasilnya sangat efektif, terbukti dengan adanya data statistik oleh peusahaan Dupont Group yang telah memnerapkannya.

4. Departemen HSSE yang ada di MontD„Or Oil Tungkal Ltd dapat mengetahui semua potensi bahaya yang ada dengan melihat kartu observasi bahaya serta dapat melihat rincian perbuatan yang telah diambil oleh masing-masing pengawas setempat.

5. Dapat membantu departemen HSSE dalam inspeksi keselamtan kerja

6. Dapat memaksimalkan program pencegahan kecelakaan kerja di MontD„Or Oil Tungkal Ltd.

b. Kelemahan

1. Hanya dapat mendetaksi penyebab langsung dari kecelakaan, untuk sampai ke penyebab dasar memerlukan pemikiran sendiri dari pengawas yang besangkutan.

(6)

2. Harus ada dukungan dan kerjasama yang erat serta melibatkan semua pihak dari tenaga kerja, pengawas, departemen HSE terutama pihak manajemen, apabila tidak ada kerjasama yang erat dari bebagai pihak, maka catatan dan rincian yang ada pada kartu observasi bahaya atau Hazard Observation

Card itu akan sia-sia.

C. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya yang penting dalam melakukan proses operasional baik dalam sektor tradisional maupun sektor modern, terlebih lagi pada kelompok masyarakat yang sedang beralih dari kebiasaan lama (tradisional) ke kebiasaan yang baru (modern) yang biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang tidak dapat ditanggulangi.2

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang dapat mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di atas dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerja.9

Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.10

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerja, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(7)

menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.11

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.

1. Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut:12

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerjabaik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:13

a. Agar setiap pekerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan perlindungan kesehatan gizi pekerja.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g. Agar setiap pekerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 3. Syarat – syarat keselamatan kerja antara lain.14

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

(8)

c. Memberikan kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kajadian lain yang membahayakan.

d. Memberi pertolongan pada kecelakaan e. Member alat pelindung diri pada para pekerja

f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,asap, uap, gas, aliran udara, cuaca, sinar radiasi, kebisingan dan getaran.

g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

h. Memperoleh penerangan cukup dan sesuai.

i. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik. j. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

k. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban l. Menerapkan ergonomi di tempat kerja

m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat perlakuan dan penyimpanan barang

p. Mencegah terkena aliran lsitrik yang berbahaya.

q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

D. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak kehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta, benda atau property maupun korban jiwa yang terjadi dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian kecelakaan kerja mengandung unsur- unsur sebagai berikut.15

1. Tidak diduga semula oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan.

2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.

(9)

3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang-kurangnya menimbulkan gangguan proses kerja.

Terdapat banyak faktor yang menimbulkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau produksi, antara lain karena.16

1. Faktor manusia

Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan karena sikap yang tidak wajar seperti pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut. Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah atau dalam keadaan sakit. Diperkirakan 85% dari kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh faktor manusia. Hal ini dikarenakan pekerja itu sendiri (manusia) yang tidak memenuhi keselamatan.15

2. Faktor Mekanik

Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Tidak tersedia alat-alat pengaman. Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam kesedaan tidak baik atau tidak layak pakai lagi.

Kecelakaan kerja dapat dikategorikan dalam beberapa akibat yang ditimbulkannya seperti.16

a. Meninggal dunia, termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya.

b. Cacat permanen total adalah cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh, seperti: kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki. Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh.

c. Cacat permanen sebagian adalah cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi.

(10)

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku K3

Terdapat beberapa unsur – unsur pokok dalam perilaku K3 di tempat kerja.17 Unsur- unsur tersebut antara lain pendidikan, masa kerja, pengetahuan, persepsi, sikap, jenis pekerjaan, tempat kerja dan pelatihan.

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang menggambarkan orang tersebut telah menjalani pendidikan formal pada suatu instansi pendidikan dengan bukti yang diperoleh yaitu tanda tamat menempuh pendidikan pada setiap instansi pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diimbangi dengan pengetahuan mengenai berbagai macam bidang ilmu.18

Pendidikan merupakan bentuk usaha untuk meningkatkan sikap kedewasaan seseorang sehingga meningkat juga tanggung jawab moral dari segala bentuk perbuatan yang dilakukannya.19 Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja seseorang.20

2. Jabatan

Jabatan merupakan sekumpulan pekerjaan yang berisikan berbagai yang berhubungan antara satu tugas dengan tugas yang lainnya dimana dalam proses pelaksanaanya memerlukan kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang sama meskipun berasal dari berbagai tempat yang berbeda.21 jabatan suatu pekerjaan akan memerlukan sebuah tanggung jawab yang lebih besar. Semakin tinggi jabatan seseorang maka tanggung jawab orang tersebut juga semakin besar pula. Jabatan tinggi seseorang akan berdampak terhadap adanya pemikiran dan tanggung jawab yang lebih besar pula.22 Sehingga dapat disimpulkan bahwa jabatan seseorang akan memberikan pengaruh pada orang tersebut yang disebabkan oleh tanggung jawab yang diterima juga semakin tinggi pula dalam melakukan suatu tindakan.

3. Masa kerja

Masa kerja dihitung berdasarkan sejak terjadinya hubungan antara pekerja dengan pengusahan atau sejak pertama kali pekerja mulai bekerja pada suatu perusahaan yang didasarkan pada perjanjian kerja.23 Masa kerja merupakan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang yang dapat menentukan perkembangan

(11)

dalam melakukan pekerjaan dan jabatan. Masa kerja akan membuat seseorang menjadi lebih betah dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan berbagai faktor, antara lain adaptasi terhadap lingkungan kerja yang telah dilakukan oleh pekerja tersebut, adaptasi terhadap lingkungan kerja akan menjadikan pekerja tersebut menjadi nyaman dalam melakukan pekerjaanya. Faktor lain yaitu kebijakan dari sebuah instansi terhadap jaminan hidup yang diberikan instansi kepada pekerja.22

Masa kerja akan berpengaruh terhadap kinerja seseorang. Pengalaman yang diterima oleh seorang pekerja akan menjadi sebuah persepsi sehingga akan menentukan apakah pengaruh yang diterima secara positif maupun negatif.24

4. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari proses pembelajaran melalui sistem alat indra yang berfungsi untuk mengungkapkan antara keinginan dengan kenyataan.25 Pengalaman yang dimiliki oleh seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalanan yang didapat dari orang lain. Pengetahuan seseorang dapat dilihat dari bagaimana cara seseorang tersebut menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya baik secara lisan maupun secara tulisan.25 Dari beberapa pengertian tentang pengetahuan maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah proses yang dilalui yang digunakan untuk memberikan pembelajaran dalam mengungkap kebenaran baik yang bersumber dari pengalaman pribadi maupun dari orang lain sehingga akan menentukan seseorang dalam bersikap dan mengambil tindakan. 5. Persepsi

Persepsi merupakan perasaan setuju atau tidak setuju yang didasarkan atas dorongan dari diri sendiri maupun dorongan yang berasal dari proses keikutsertaan orang lain. Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja merupakan faktor esensial demi keberhasilan keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan. Pandangan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab dari semua orang harus menjadi pemikiran atau persepsi seluruh karyawan.25 Merujuk dari pembahasan persepsi sebelumnya diambil kesimpulan bahwa persepsi adalah sebuah respon dari stimulus yang diberikan dan diterima individu yang belum diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata.

(12)

6. Sikap

Sikap seseorang menggambarkan perasaan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek tertentu. Sikap merupakan respon yang tidak tampak oleh individu.25 Sikap akan memberikan dampak yang positif maupun negatif pada perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh pengalaman pekerjaan yang terdahulu maupun masa depan.26 Dari uraian diatas sikap merupakan gambaran seseorang yang masih belum tampak dari individu yang dipengaruhi oleh pengalaman terdahulu untuk memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang yang diharapkan masa depannya lebih membaik.

7. Jenis pekerjaan.

Jenis pekerjaan merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan barang atau jasa dimanapun merupakan sebuah pekerjaan. Pekerjaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tenaga fisik maupun kemampuan memutar otak demi memenuhi target menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat.27 Jenis pekerjaan merupakan kegiatan yang memanfaatkan tenaga fisik atau memutar otak untuk memenuhi target keberhasilan seseorang. Jenis pekerjaan akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam sikap dan perilakunya.

8. Tempat kerja

Tempat kerja merupakan sumber mata pencaharian seseorang. Perusahaan atau instansi biasanya memiliki orang-orang yang berfungsi sebagai penggerak proses suatu produksi. Dapat dikatakan juga bahwa tempat kerja merupakan bagian kecil dalam sebuah institusi barang atau jasa yang menjadi lokasi seorang pekerja melakukan pekerjaan.28 Sehingga tempat kerja merupakan lokasi bekerja dalam melakukan pekerjaan yang memiliki pengaruh juga dalam individu bersikap dan berperilaku karena faktor kondisi lingkungan kerjanya.

9. Pelatihan

Pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3. Pelatihan merupakan komponen utama dari beberapa program keselamatan dan kesehatan kerja. Dengan pendidikan dan pelatihan, pekerja

(13)

mengetahui faktor-faktor yang beresiko di tempat kerja, resiko bahaya, kerugian akibat kecelakaan yang ditimbulkan, bagaimana kerja yang baik serta mengetahui tanggung jawab dan tugas dari manajemen untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya potensial.29 Pelatihan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) fokus lebih pada segi bahaya atau resiko dari pekerjaan, aturan dari K3, dan perilaku kerja yang aman dan berbahaya.30 Dari pembahasan disimpulkan bahwa pelatihan merupakan usaha dalam meningkatkan ketrampilan seseorang yang bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bahaya yang dapat terjadi.

F. Kerangka Teoritik

Gambar 2.1 Kerangka Teoritik

Perilaku K3

Kualitas Implementasi Kartu Observasi Bahaya Pendidikan Masa Kerja Jabatan Pengetahuan Persepsi Sikap Jenis Pekerjaan Tempat Pekerjaan Pelatihan HOC

(14)

G. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual * Variabel pengganggu tidak dilakukan pengukuran H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara faktor pendidikan, masa kerja dan jabatan dengan kualitas implementasi kartu observasi bahaya di perusahaan MontD‟Or Oil Tungkal Ltd”.

Kualitas Implementasi Kartu Observasi Bahaya

Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Tempat Kerja, Pelatihan HOC,

Masa Kerja, Jenis Pekerjaan Pendidikan

Masa Kerja

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Teoritik
Gambar 2.2  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait