• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KUWE (Gnathanodon speciosus) BERDASARKAN JENIS PAKAN AWAL YANG DIBERIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KUWE (Gnathanodon speciosus) BERDASARKAN JENIS PAKAN AWAL YANG DIBERIKAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Pemberian pakan awal yang tepat pada stadia awal pemeliharaan larva akan sangat berpengaruh terhadap sintasan dan kesiapan larva dalam pertumbuhannya menuju stadia selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jenis pakan awal yang berbeda terhadap pola pemangsaan dan pertumbuhan larva ikan kuwe (Gnathanodon speciosus). Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri atas 3 perlakuan pemberian pakan awal berbeda(A. rotifer, B. gonad kerang, dan C. kuning telur) dan 3 ulangan. Pemberian pakan awal dimulai saat larva berumur D-2–D-10, selanjutnya diberikan nauplii Artemia dan pakan buatan hingga mencapai fase yuwana (D-30). Pengamatan dilakukan dari mulai D-1–D-10 setelah penetasan, selanjutnya secara periodik 5 hari sampai dengan D-30. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pemangsaan larva terhadap pakan mulai terjadi pada larva D-2. Pola pemangsaan larva dari ketiga perlakuan pemberian pakan menunjukkan hasil relatif sama. Pengamatan pada lambung menunjukkan jumLah pakan yang berimbang sesuai jenis pakan yang diberikan pada larva hingga D-10 pemeliharaan. Pada akhir penelitian diketahui bahwa perlakuan B memberikan nilai pertumbuhan dan SR yang lebih tinggi (10,99 mm; 27,10 mg; dan 21,97%) dibanding perlakuan A (10,27 mm; 21,94 mg; dan 17,90%) dan C (11,01 mm; 25,20 mg; dan 17,17%). Walaupun dari ketiga perlakuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang signifikan, namun pemberian pakan gonad kerang dan kuning telur ternyata mampu menjadi alternatif subtitusi rotifer sebagai pakan awal bagi larva Kuwe.

KATA KUNCI: larva ikan kuwe, pakan awal, pola pemangsaan PENDAHULUAN

Ikan kuwe (Gnathanodon speciosus) merupakan salah satu spesies kandidat pengembangan budidaya laut yang cukup potensial (Gushiken, 1983). Ikan ini mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena di samping sebagai ikan hias saat masih yuwana juga merupakan ikan konsumsi dengan nilai jual yang cukup tinggi. Sebagai ikan hias pada ukuran 3–5 cm, ikan ini mempunyai kisaran harga jual Rp 3.000,-–Rp 5.000,- per ekor. Sedangkan sebagai ikan konsumsi, mulai ukuran 300–400 g, ikan ini mempunyai kisaran harga jual Rp 15.000,-–Rp 20.000,- per ekor (Anonim, 2009).

Sebagian besar produksi ikan kuwe sampai saat ini masih bergantung dari hasil tangkapan alam. Oleh karena itu, dengan meningkatnya permintaan ikan kuwe maka penguasaan dan perbaikan teknologi pembenihannya harus terus dikembangkan (Setiadharma et al., 2006). Pada proses pembenihan, kendala yang sering dihadapi adalah kematian yang tinggi pada fase yang disebut critical periods atau periode kritis pada masa pemeliharaan larva (Lavens et al., 1995). Kualitas telur yang ditebar merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kondisi tersebut (Melianawati et al., 2007). Kesiapan larva untuk melakukan pemangsaan awal pakan yang sesuai dengan bukaan mulut dan sifat biologi pencernaan pakan larva (Prijono et al., 1996) serta ketersediaan pakan alami yang mengandung nilai gizi yang tinggi sangat mutlak diperlukan sebagai asupan pakan awal bagi larva stadia awal (Aslianti & Azwar, 1992).

Ketersediaan pakan merupakan hal yang mutlak pada sebuah proses pemeliharaan larva. Rotifer jenis Brachionus rotundiformis, merupakan pakan alami yang sering digunakan sebagai pakan awal bagi larva. Akan tetapi keberadaan rotifer ini sangat tergantung pada kondisi alam dan ketersediaan plankton dalam perairan. Ismi et al., 2006 menyatakan bahwa gonad kerang dan emulsi kuning telur (Melianawati et al., 2006) mampu digunakan sebagai pakan awal dan mampu meningkatkan sintasan larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus) hingga 3,97% (Aslianti, 2008). Nutrisinya yang cukup

POLA PEMANGSAAN DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN KUWE (

Gnathanodon speciosus

)

BERDASARKAN JENIS PAKAN AWAL YANG DIBERIKAN

Afifah*), Titiek Aslianti*), dan Cindy Silvia Hadi**) *) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut

Jl. Br. Gondol Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Kotak Pos 140 Singaraja, Bali 81101 E-mail: rimgdl@indosat.net.id

(2)

tinggi, ukurannya sesuai dengan bukaan mulut larva serta penggunaannya yang mudah diperoleh dan praktis diduga menjadi faktor keberhasilannya.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pakan awal yang berbeda terhadap pola pemangsaan, sehingga dapat diketahui jenis pakan awal yang mampu memberikan pertumbuhan yang lebih optimal yang pada gilirannya dapat meningkatkan sintasan pada proses pembenihan larva ikan kuwe.

BAHAN DAN METODE

Telur ikan kuwe dengan kepadatan 10 butir/L ditebar dalam 9 buah bak fiber berbentuk silinder volume 1 m3, yakni meliputi 3 bak perlakuan dengan masing-masing 3 kali ulangan. Manajemen

pakan dimulai dengan pemberian Nannochloropsis sp. pada D-0 setelah telur menetas. Selanjutnya diberikan pakan awal sesuai perlakuan dari D-0 hingga D-10. Perlakuan pemberian pakan awal berupa rotifer (A) sebanyak 5 ind./mL di awal dan meningkat bertahap sesuai umur larva. Sedangkan pemberian pakan awal berupa gonad kerang (B) dan kuning telur (C) masing-masing sebanyak 3 mg bobot basah yang dilarutkan dan disaring ke dalam media pemeliharaan. Selanjutnya dari D-10 dIberikan pakan berupa nauplii Artemia dan pakan buatan hingga mencapai fase yuwana (D-30) (Tabel 1).

Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah pola pemangsaan dan laju pertumbuhan larva ikan kuwe. Pengamatan pola pemangsaan dilakukan setiap hari mulai larva umur 2 hari hingga 10 hari, selanjutnya periodik setiap 5 hari hingga D-30 masa pemeliharaan larva. Sampel yang diamati adalah larva ikan kuwe dalam kondisi hidup dengan pengambilan acak sebanyak 10 ekor larva dari setiap perlakuan. Data yang diambil meliputi panjang total (TL), bobot badan (BW) serta pola pemangsaan larva.

Pada pengamatan pola pemangsaan, sampel diambil dari organ pencernaan larva, selanjutnya ditempatkan pada single concave object glass dan ditutup dengan cover glass. Pengamatan pola pemangsaannya melalui pengitungan jumlah rotifer, gonad kerang, kuning telur, nauplii Artemia dan pakan buatan di dalam organ pencernaannya. Jumlah masing-masing pakan yang terdapat pada usus digolongkan menjadi banyak (+++), sedang (++), dan sedikit (+). Data yang terhimpun, dihitung berdasarkan persentase masing-masing pakan. Untuk mengetahui jenis pakan tersebut dibandingkan dengan bentuk dan ukuran partikelnya yakni menurut Aslianti (2008), bahwa ukuran dari rotifer (140–200 μm), gonad kerang (±62,84 μm), dan kuning telur ayam (±73,44 μm). Setiap pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop Olympus C-35AD-4 dengan ketelitian 0,001 mm.

Parameter penunjang dalam penelitian ini meliputi sintasan pada akhir masa pemeliharaan dan data kualitas air (meliputi: salinitas, suhu, pH, NH3, NO2, NO3, dan PO4) yang diambil secara periodik setiap minggu selama masa pemeliharaan hingga larva D-30. Pergantian air dan penyiponan dasar bak juga dilakukan mulai dari D-10 untuk menjaga kualitas air pemeliharaan larva agar tidak terakumulasi sisa pakan yang dapat membahayakan bagi sintasan larva.

*) Pemberian pakan sesuai masing-masing perlakuan hingga D-10

Tabel 1. Skema manajemen pemberian pakan selama pemeliharaan larva ikan kuwe

0-1 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

Nannochloropsis sp. Perlakuan *)

A. Rotifer (ind./mL) B. Gonad kerang (g) C. Kuning telur ayam (g) Naupli artemia (ind./mL) Pakan buatan (g)

Pakan yang diberikan Masa pemeliharaan (hari ke-)

=== +++++++++++++++++++++++++++++++ ++++++++++ ++++++++++ =================== ================

(3)

Data yang didapatkan dianalisis menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) version 12.0 for windows. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan perbedaan jenis pakan awal dan 3 ulangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis keragaman (one-way ANOVA).

HASIL DAN BAHASAN

Pengamatan pola pemangsaan pada larva ikan kuwe dengan perbedaan pakan yang diberikan pada stadia awal adalah sebagaimana pada Gambar 1. Pemberian pakan awal yang tepat akan sangat berpengaruh pada perkembangan awal larva untuk dapat hidup dan berkembang ke tahap selanjutnya. Masa kritis biasa terjadi pada saat pergantian sumber nutrisi yakni peralihan dari fase penyerapan kuning telur dan butir minyak sebagai nutrisi (endogenous) ke fase pemangsaan pakan dari luar tubuh (exogenous) (Helfman et al., 1997). Pada D-2 hingga D-10, pola pemangsaan yang terjadi oleh larva sepenuhnya tergantung dari pakan yang diberikan. Pada perlakuan A terlihat larva 100% mengkonsumsi rotifer, sedangkan pada 2 perlakuan lainnya terlihat nilai konsumsi yang berimbang antara rotifer dengan gonad kerang (B) maupun rotifer dengan kuning telur (C).

Gambar 1. Pola pemangsaan larva ikan kuwe pada ketiga perlakuan selama masa pemeliharaan

perlakuan A 0% 20% 40% 60% 80% 100% D1 D3 D5 D7 D9 D15 D25

Day after hatching (DAH)

pe rs en ta se pe m an gs aan pakan buatan artemia rotifer perlakuan B 0% 20% 40% 60% 80% 100% D1 D3 D5 D7 D9 D15 D25

Day after hatching (DAH)

pe rs en ta se p em an gsa an pakan buatan artemia gonad tiram rotifer perlakuan C 0% 20% 40% 60% 80% 100% D1 D3 D5 D7 D9 D15 D25

Day after hatching (DAH)

pe rs en ta se p em an gsa an pakan buatan artemia kuning telur rotifer

(4)

Jumlah konsumsi pakan awal tertinggi pada perlakuan B dan C adalah pada D-2 kemudian persentasenya mulai sedikit menurun seiring dengan bertambahnya umur hingga D-10. Hal ini diasumsikan bahwa ukuran partikel pakan sudah relatif terlalu kecil seiring berkembangnya bukaan mulut larva. Persyaratan pakan yang sesuai adalah mengandung nilai gizi yang tinggi, bergerak, mudah dicerna, serta berukuran kecil yakni lebih kecil dari bukaan mulut larva, sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva (Effendi, 2004). Ditambahkan oleh Hadi (2009) bahwa bukaan mulut larva ikan kuwe pada D-2 adalah ± 112 μm sedangkan ukuran rotifer sebesar 169.570±30.480 μm, gonad tiram sebesar 78.340±12.470 μm, dan kuning telur 60.660±4.830 μm. Dari pola konsumsi pakan yang terbentuk dapat diketahui bahwa gonad kerang (B) dan kuning telur (C) mampu menjadi pakan pengganti maupun pakan pengkaya dari rotifer pada pemeliharaan larva ikan kuwe pada stadia awal.

Pada D-10 pemeliharaan mulai diberikan pakan berupa Artemia serta pakan buatan. Pola pemangsaan yang terbentuk dari ketiga perlakuan relatif sama. Persentase konsumsi larva terhadap Artemia dan pakan buatan mulai meningkat seiring bertambahnya umur, yakni terlihat hingga D-30 masa pemeliharaan. Di samping mempunyai ukuran pakan yang lebih besar, Artemia dan pakan buatan juga mengandung kadar nutrisi yang lebih tinggi yang dibutuhkan oleh larva dalam masa pertumbuhannya. Sunyoto (1993) menyatakan bahwa aktivitas pemangsaan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, kualitas nutrisi, bukaan mulut, dan daya penglihatan larva terhadap pakan.

Dari hasil uji One Way Anova (analisis keragaman) dengan α = 0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan di antara ketiga pakan awal yang diberikan. Walaupun demikian dapat diketahui bahwa pemberian pakan berupa gonad kerang (B), dan kuning telur (C) mampu memberikan nilai pertumbuhan panjang dan bobot badan larva relatif lebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan awal hanya berupa rotifer (A) (Gambar 2). Pertumbuhan panjang total hingga akhir penelitian (D-30) menunjukkan hasil bahwa pada perlakuan C (11,373±0,272 mm) tidak berbeda dengan perlakuan B (10,996±1,016 mm) akan tetapi sedikit lebih baik daripada perlakuan A (10,271±0,432 mm). Demikian juga dengan bobot badan yang dihasilkan. Perlakuan B (27,100±4,680 mg) memberikan hasil yang tertinggi dilanjutkan perlakuan C (25,200±2,547 mg) dan A (21,947±3,916 mg).

Pemberian pakan yang sesuai, baik dari segi ukuran, jenis, jumLah, dan waktu pemberian maupun nutrisi yang dikandungnya akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan, kemampuan larva dalam menghadapi serangan penyakit dan sintasan larva (Haryanti et al., 1994). Sintasan larva hingga akhir penelitian, didapatkan hasil terbaik pada perlakuan B yakni 21,97%, selanjutnya perlakuan A (17,17%) dan perlakuan C (17,90 %). Kualitas dan jumlah pakan yang tercukupi merupakan salah satu faktor dengan peranan paling penting dalam proses perkembangan larva (Poernomo, 2003), meningkatkan derajat efisiensi penggunaan serta persentase sintasan larva yang dipelihara (Handayani, 2006). 0 2 4 6 8 10 12 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D15 D20 D25 D30

Day after hatching (DAH)

Pa nj an g to ta l (m m ) A B C 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 D1 D10 D15 D20 D25 D30

Day after hatching (DAH)

Bo bo t bad an ( m g) A B C

Gambar 2. Grafik pertumbuhan panjang total (TL) dan bobot badan (BW) larva ikan kuwe selama masa pemeliharaan

(5)

Kualitas air yang didapatkan selama masa pemeliharaan larva masih berada dalam kisaran yang normal dan bisa ditoleransi oleh larva, sebagaimana tertera pada Tabel 2. Palinggi et al. (2002) melaporkan bahwa pada pemeliharaan ikan kuwe, Caranx sexfasciatus, suhu air media pemeliharaan adalah sekitar 26°C–35°C. Effendi (2003) menyatakan bahwa nilai DO pada perairan air laut adalah berkisar ± 7 mg/L, sedangkan nilai pH yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik adalah sekitar 7–8,5. Ditambahkan oleh Boyd (1982) kisaran amoniak (NH3) yang aman bagi kehidupan larva adalah < 0,1 mg/L; nitrit NO2 < 1 mg/L; nitrat NO3 < 0,2 mg/L; dan untuk kadar fosfat PO4 < 1 mg/L.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan awal berupa gonad kerang dan kuning telur mampu menghasilkan nilai pertumbuhan dan sintasan yang relatif lebih tinggi sehingga dapat menjadi alternatif substitusi rotifer sebagai pakan awal pada larva ikan kuwe (Gnathanodon speciosus).

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2009. Budidaya ikan kuwe. www.hobiikan.blogspot.com. Diakses pada 13 Mei 2009.

Aslianti, T. & Azwar, Z.I. 1992. Kombinasi makanan alami dan makanan buatan pada pemeliharaan larva bandeng, Chanos chanos Forskal. J. Penelitian Budidaya Pantai, 8(4): 1–8.

Aslianti, T. 2008. Pertumbuhan dan sintasan ikan kakap merah Lutjanus sebae berdasarkan jenis pakan yang diberikan pada larva stadia awal. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas II Fakultas Sains dan Teknologi UNAIR Surabaya, hlm. 187–192.

Boyd, C.E. 1982. Water quality management for pond fish culture. Elsevier Scientific Publishing Com-pany, Auburn University Alabama, 482 pp.

Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Penerbit Kanisius Jogjakarta, 258 hlm.

Effendi, M.I. 2004. Metoda biologi perikanan cetakan II. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Gushiken, S. 1983. Revision of the Carangid fish of Japan. Galaxea, 2: 135–264.

Hadi, C.S. 2009. Pengaruh perbedaan jenis pakan awal terhadap sifat bologi larva ikan kuwe (Gnathanodon speiosus). Skripsi. Fakultas Peternakan Jurusan Perikanan. Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta, 89 hlm.

Helfman, G.S., Collete, B., & Facey, D.E. 1997. The Diversity of Fishes. United States of America: Blackwell Science, Inc.

Handayani, S. 2006. Pengaruh penggunaan tepung kepala udang windu pada pakan buatan terhadap pertumbuhan dan sintasan benih lobster air tawar (Cherax albertisi). Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Haryanti, Ismi, S., & Khalik, A. 1994. Studi penggunaan pakan mikro dan alami dengan perbandingan berbeda dalam pemelihraan larva udang windu, Penaeus monodon. J. Penelitian Budidaya Pantai,

Tabel 2. Data kualitas air selama masa pemeliharaan larva ikan kuwe

A B C Suhu (°C) 29-33 29-33 29-33 DO (mg/L) 4,4-4,86 4,3-4,74 4,6-5,2 pH 7,97-8,16 7,96-8,15 7,99-8,20 Salinitas (ppt) 34 34 34 NH3 (mg/L) 0,013-0,599 0,015-0,599 0,22-0,515 NO2 (mg/L) 0,023-0,189 0,034-0,244 0,014-0,141 NO3 (mg/L) 0,240-0,414 0,013-0,624 0,210-0,287 PO4 (mg/L) 0,079-0,242 0,082-0,242 0,077-0,264

(6)

10(1): 35–47.

Ismi, S., Suwirya, K., Wardoyo, & Aslianti, T. 2006. Pemeliharaan larva kerapu sunu (Plectropomus leopardus) dengan kombinasi pakan awal yang berbeda. Laporan teknis hasil penelitian BBRPBL Gondol Tahun Anggaran 2006, 7 hlm.

Lavens, P., Sorgeloos, P., Dhert, P., & Devresse, B . 1995. Larval Foods. Broodstock management and egg and larval quality. Blackwell Science.

Melianawati, R., Andamari, R., & Suwirya, K. 2006. Upaya pemeliharaan larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). Pengembangan Teknologi Budidaya Perikanan. Pusat Riset Perikanan Budidaya, hlm. 408–414

Melianawati, R., Suwirya, K., & Andamari, R. 2007. Penggunaan kuning telur ayam sebagai alterna-tive pakan awal bagi larva ikan kerapu sunu (Plectropomus leopardus). J. Aqucultura Indonesiana, 7(1): 27–35.

Palinggi, N.N., Rachmansyah, & Usman. 2002. Pengaruh pemberian sumber lemak berbeda dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan kuwe, Caranx sexfasciatus. J. Pen. Perik. Indonesia, 8(3): 25–29. Prijono, A., Sumiarsa, G.S., & Yasa, N.S. 1996. Pengaruh tipe rotifer untuk pakan awal eksogen terhadap

mutu benih bandeng (Chanos chanos). J. Pen. Perik. Indonesia, II(2): 48–54.

Poernomo, A. 2003. Peluang pasar kerapu. Makalah pada acara diseminasi Teknologi Budidaya Kerapu, Gondol – Singaraja, 10 februari 2003, 12 hlm.

Setiadharma, T., Syahidah, D., Alit, A.A.K., Prijono, A., & Asmanik. 2006. Produksi missal benih ikan kuwe (Gnathanodhon speciosus Forskall) dengan perbaikan manajemen pakan dan lingkungan. Laporan Hasil Riset BBRPBL Gondol 2007, hlm. 119–124.

Sunyoto, P. 1993. Nutrisi jasad pakan sebagai salah satu kendala pada pembenihan ikan laut di Indo-nesia. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta, hlm. 11–2.

Gambar

Gambar 1. Pola pemangsaan larva ikan kuwe pada ketiga perlakuan selama masa pemeliharaan
Gambar 2. Grafik pertumbuhan panjang total (TL) dan bobot badan (BW) larva ikan kuwe selama masa pemeliharaan
Tabel 2. Data kualitas air selama masa pemeliharaan larva ikan kuwe

Referensi

Dokumen terkait

- Ukiran corak ini biasanya terdapat dalam bentuk papan tebuk tidak silat. Awan Bentuk Huruf, Larik

Berdasarkan observas pada pembelajaran Dasar Elektronika khususnya materi Kapasitor di SMKN 13 Medan ditemukan bahwa pembelajaran Dasar Elektronika masih kurang dikarenakan

Data primer yang dimaksud adalah data yang didapatkan dari hasil observasi lapangan secara langsung untuk mengetahui kondisi kawasan tersebut dan melakukan

Adapun langkah-langkah pembentukan model peramalan dengan menggunakan metode time series Box Jenkins dilakukan dengan empat tahap yaitu identifikasi kestasioneran

Kecurigaan akan adanya GNAPS dicurigai bila dijumpai gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah infeksi

Bahan yang digunakan adalah 65 ekor ikan Guppy (Poecilia reticulata), yang merupakan sebagai objek yang akan diamati, berukuran kecil dengan panjang ± 5 cm; air

Untuk itu ditahun 2013 ini rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Cirebon rekan-rekan generasi muda mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi

KOTA GORONTALO DAN SMP NEGERI 6 KOTA GORONTALO. Kasia Iyai, Maryam Rahim, Murhima A.Kau. “Studi Komparasi Tentang Kerja sama Guru Bidang Studi dengan Guru Bimbingan Konseling