• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR DAN KLASIFIKASI DARI SEL BAKTERI, VIRUS, DAN FUNGI MAKALAH. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR DAN KLASIFIKASI DARI SEL BAKTERI, VIRUS, DAN FUNGI MAKALAH. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR DAN KLASIFIKASI DARI SEL BAKTERI, VIRUS, DAN FUNGI MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Strategi Belajar Mengajar yang dibina oleh Bpk. Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes.

Oleh:

Kelompok 3 Offering B :

Afif Saifudin (120341421993) Nisaul Lauziah (120341421967) Pipit Tri Handayani (120341421987) Putri Islamingtyas (120341421991)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM S1 PENDIDIKAN BIOLOGI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seiring berkembangnya teknologi dalam industri sains, ilmu mikrobiologi kini lebih mudah di pelajari. Saat ini perkembangan ilmu mikrobiologi sangatlah pesat. Mulai dari permasalahan yang sederhana sampai yang kompleks kini bisa di pelajari. Literatur yang ada pun semakin banyak.

Dalam konteks mikrobiologi tentunya ada organisme penting yang harus dii palajari. Misalnya saja bakteri, virus, dan fungi. Organisme tersebut paling banyak di teliti oleh para ilmuwan. Hal itu karena organisme tersebut memiliki keanekaragaman yang cukup luas. Mulai dari struktur, perkembangbiakan, dan sebagainya. Maka dari itu, makalah ini di buat untuk dijadikan literatur bagi pembaca yang ingin mendapatkan informasi mengenai struktur, klasifikasi, perkembangbiakan, maupun peranan bakteri, virus, dan fungi.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana struktur sel, klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan bakteri? 2. Bagaimana struktur sel, klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan virus? 3. Bagaimana struktur sel, klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan fungi?

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur sel klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan bakteri 2.1.1 Struktur sel bakteri

Bakteri memiliki bentuk sel yang bervariasi, bulat (coccus), batang (bacillus) dan engkung (vibrio, coma atau spiral). Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron Sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya sekitas 0,2 - 2,0 Mikron dan panjangnya 0,7 - 3,7 mikron. Bagian tubuh bakteri pada umumnya dapat dibagi atas 3 bagian yaitu dinding sel, protoplasma (di dalamnya terdapat membrane sel, mesosom, lisosom, DNA, endospora), dan bagian yang terdapat di luar dinding sel seperti kapsul, flagel, pilus. Di antara bagian tersebut ada yang selalu didapatkan pada sel bakteri, yaitu membran sel, ribosom dan DNA.Bagian-bagian ini disebut sebagai invarian. Sedangkan bagian-bagian yang tidak selalu ada pada setiap sel bakteri, misalnya dinding sel, flagel, pilus, dan kapsul. Bagian-bagian ini disebut varian.

Susunan bagian-bagian utama sel bakteri, dijelaskan sebagai berikut. a. Membran sel

Membran sel merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di sebelah dalam dinding sel, tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Bagi membran sel sangat vital, bagian ini merupakan batas antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika membran sel pecah atau rusak, maka sel bakteri akan mati. Membran sel terdiri atas dua lapis molekul fosfolipid. Pada lapisan fosfo-lipid ini terdapat senyawa protein dan karbohidrat dengan kadar berbeda-beda pada berbagai sel bakteri.

b. Ribosom

Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat sintesa protein. Bentuknya berupa butir-butir kecil dan tidak diselubungi membran. Ribosom tersusun atas protein dan RNA.

c. DNA (Deoxyribonucleic Acid)

DNA merupakan materi genetik, terdapat dalam sitoplasma. DNA bakteri berupa benang sirkuler (melingkar). DNA bakteri berfungi sebagai pengendali sintesis protein bakteri dan pembawa sifat. DNA bakteri terdapat pada bagian menyerupai

(4)

inti yang disebut nukleoid. Bagian ini tidak memiliki membran sebagaimana inti sel eukariotik.

d. Dinding sel

Dinding sel bakteri tersusun atas makromolekul peptidoglikan yang terdiri dari monomer-monomer tetrapeptidaglikan (polisakarida dan asam amino). Berdasarkan susunan kimia dinding selnya, bakteri dibedakan atas bakteri gram-positif dan bakteri gramnegatif. Susunan kimia dinding sel bakteri gram-negatif lebih rumit daripada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri grampositif hanya tersusun atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal, sedangkan dinding sel bakteri gram-negatif terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar tersusun atas protein dan polisakarida, lapisan dalamnya tersusun atas peptidoglikan yang lebih tipis dibanding lapisan peptidoglikan pada bakteri gram-positif. Dinding sel bakteri berfungsi untuk memberi bentuk sel, memberi kekuatan, melindungi sel dan menyelenggarakan Pertukaran zat antara sel dengan lingkungannya.

e. Flagel

Flagel merupakan alat gerak bagi bakteri, meskipun tidak semua gerakan bakteri disebabkan oleh flagel. Flagel berpangkal pada protoplas, tersusun atas senyawa protein yang disebut flagelin, sedikit karbohidrat dan pada beberapa bakteri mengandung lipid. Jumlah dan letak flagel pada berbagai jenis bakteri bervariasi. Jumlahnya bisa satu, dua, atau lebih, dan letaknya dapat di ujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Jumlah dan letak flagel dijadikan salah satu dasar penggolongan bakteri.

f. Pilus

Pada permukaan sel bakteri gram-negatif seringkali terdapat banyak bagian seperti benang pendek yang disebut pilus atau fimbria (jamak dari pilus). Pilus merupakan alat lekat sel bakteri dengan sel bakteri lain atau dengan bahan-bahan padat lain, misalnya makanan sel bakteri.

g. Kapsul

Kapsul merupakan lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel bakteri. Pada mumnya kapsul tersusun atas senyawa polisakarida, polipeptida atau protein-polisakarida (glikoprotein). Kapsul berfungsi untuk perlindungan diri terhadap antibodi yang dihasilkan sel inang. Oleh karenanya kapsul hanya didapatkan pada bakteri pathogen.

(5)

h. Endospora

Di antara bakteri ada yang membentuk endospora. Pembentukan endospora merupakan cara bakteri mengatasi keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan antara lain: panas, dingin, kering, tekanan osmosis dan zatkimia tertentu. Jika kondisi lingkungan membaik maka endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri. Endospora bakteri tidak berfungsi sebagai alat perkembangbiakan, tetapi sebagai alat perlindungan diri.

2.2.2 Klasifikasi bakteri

Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi: a. Berdasarkan bentuk tubuhnya

1) Kokus (bulat)

a. Streptokokus, misalnya Streptococcus pyrogenes. b. Stafilokokus, misalnya Staphylococcus aureus. c. Diplokokus, misalnya Diplococcus pnemoniae. 2) Basil (batang)

a) Basilus, misalnya Eschericcia coli. b) Streptobasil, misalnya Bacillus anthracis. 3) Vibrio (koma)

Vibrio, misalnya Vibrio cholerae. 4) Spirillum (spiral)

(6)

b. Berdasarkan kedudukan flagella pada selnya 1. Monotrik

Monotrik, berflagel satu pada salah satu ujung. 2. Amfitrik

Amfitrik, flagel masing-masing satu pada kedua ujung. 3. Lofotrik

Lofotrik, berflagel banyak di satu ujung. 4. Peritrik

Peritrik, berflagel banyak pada semua sisi tubuh.

c. Berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain) 1. Bakteri gram-positif

Bakteri gram-positif, dinding sel lebih sederhana, banyak mengandung peptidoglikan. Misalnya Micrococcus, Staphylococcus, Leuconostoc, Pediococcus dan Aerococcus.

2. Bakteri gram-negatif

Bakteri gram-negatif, dinding sel lebih kompleks, peptidoglikan lebih sedikit. Misalnya Escherichia, Citrobacter, Salmonella, Shigella, Enterobacter, Vibrio, Aeromonas, Photobacterium, Chromabacterium, Flavobacterium.

d. Berdasarkan kebutuhan oksigen 1. Bakteri aerob

Bakteri aerob, bakteri yang membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus.

(7)

2. Bakteri anaerob

Bakteri anaerob, tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi, misalnya Micrococcus denitrificans.

e. Berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik) 1. Autotrop

Autotrop, menyusun makanan sendiri dari bahan-bahan anorganik. Bakteri autotrop, berdasarkan sumber energinya dibedakan atas: fotoautotrop (sumber energi dari cahaya) dan kemoautotrop (sumber energi dari hasil reaksi kimia). 2. Heterotrop

Heterotrop, tidak menyusun makanan sendiri, memanfaatkan bahan organik jadi yang berasal dari organisme lain. Termasuk bakteri heterotrop adalah bakteri saprofit, yaitu bakteri yang mendapat makanan dengan menguraikan sisa-sisa organisme.

2.1.3 Perkembangbiakan bakteri

Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan dua cara yaitu: a. Reproduksi aseksual

Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner, artinya mbelahan terjadi secara langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan.

Masing-masing sel anakan akan membentuk dua sel anakan lagi, demikian seterusnya. Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua kopi DNA identik, diikuti pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel anak bakteri.

b. Reproduksi seksual

Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari dua individu ke dalam satu sel. Pada eukariota,proses seksual secara meiosis dan fertilisasi mengkombinasi DNA dari dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan DNA bakteri yang datang dari individu-individu yang berbeda. Proses-proses ini adalah pembelahan transformasi, transduksi dan konjugasi. 1) Transformasi

(8)

Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik - perputaran segmen DNA dengan cara pindah silang (crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda.

2) Transduksi

Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel inang ke sel inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus. Keduanya dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga. Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus dibungkus di dalam kapsid, dan faga lengkapnya dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian kecil dari DNA sel inang yang terdegradasi menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena tidak memiliki materi genetik sendiri. Walaupun demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis, faga dapat menempel pada bakteri lain dan menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan dari sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian dapat menggantikan daerah homolog dari kromosom sel kedua. Kromosom sel ini sekarang memiliki kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehingga rekombinasi genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini disebut dengan transduksi umum karena gen-gen bakteri ditransfer secara acak.

Untuk transduksi khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam siklus lisogenik genom faga temperat terintegrasi sebagai profaga ke dalam kromosom bakteri inang, di suatu tempat yang spesifik. Kemudian ketika genom faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini membawa serta bagian

(9)

kecil dari DNA bakteri yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri seperti ini menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-sama dengan genom faga. Transduksi khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-gen yang berada di dekat tempat profaga pada kromosom tersebut.

3) Konjugasi dan Plasmid

Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang berhubungan sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah transfer satu arah, yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan "pasangannya" menerima gen. Donor DNA, disebut sebagai "jantan", menggunakan alat yang disebut piliseks untuk menempel pada resipien (penerima) DNA dan disebut sebagai "betina". Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA. Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari kromosom bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversible ke dalam kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan sebagai bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi normal. Walaupun demikian, gengen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik, yang mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di dalam populasi bakteri.

2.1.4 Peranan Bakteri

Dalam kehidupan, bakteri memiliki peran sebagai berikut: a. Bakteri fotosintetik

Bakteri fotosintetik mengandung bentuk klorofil khusus yang disebut bakteriklorofil yang tergabung di dalam membran mesosom. Dengan peralatan ini, bakteri dapat menjalankan fotosistem I tetapi tidak fotosistem II (yang menerangkan ketidakmampuannya menggunakan H2O sebagai sumber elektron).

(10)

Kebanyakan bakteri fotosintetik itu anaerob obligat, mereka tidak tahan terhadap oksigen bebas. Jadi terbatas pada habitat, seperti permukaan sedimen di dasar kolam. Di tempat-tempat seperti itu, mereka memanfaatkan energi cahaya apapun yang melalui ganggang hijau dan tumbuhan air yang tumbuh dalam air di atasnya. b. Bakteri kemoautotrop

Beberapa bakteri tak berwarna juga mempunyai kemampuan seperti organisme berklorofil, yaitu mampu membuat karbohidrat dari bahan mentah anorganik, tetapi mereka tidak menggunakan energi cahaya untuk melakukan hal itu. Pengubahan karbon dioksida menjadi karbohidrat dapat pula terjadi dalam sel-sel hewan seperti pada sel-sel tumbuhan. Reaksi "gelap" yang menentukan juga diketahui berlangsung dalam sel-sel bakteri kemoautotrop. Mereka memperoleh energi dan elektron-elektron dengan melaksanakan oksidasi beberapa substansi tereduksi yang ada di alam sekitarnya. Energi bebas tersedia oleh oksidasi ini kemudian digunakan untuk pembuatan karbohidrat. Bakteri belerang yang kemoautotrop mengoksidasi H2S di tempat tinggalnya (mata air belerang) sehingga menghasilkan energi.

2.2 Struktur sel, klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan virus 2.2.1 Struktur virus

Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi kimiawinya. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA atau DNA. Asam nukleat ini dikelilingi oleh mantel protein (protein sub unit) yang disebut kapsomer. Susunan kapsomer-kapsomer tersebut dinamakan kapsid. Istilah mantel, kulit atau kapsid sering digunakan untuk menamai lapisan terluar dari virus ini. Virus telanjang hanya terdiri dari asam nukleat dan bersama kapsomer atau dinamakan virus nukleokapsid. Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks seperti misalnya membran, terutama ditemukan pada virus yang menyerang hewan dan beberapa fage. Membran yang menyusun virus ini merupakan membran lipid bilayer dan protein, biasanya glikoprotein. Meskipun glikoprotein pada membran virus tersebut dirakit oleh virus, lipidnya merupakan bawaan dari sel inangnya (Kusnadi, 2003).

Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks lagi, dalam arti bahwa virus mungkin mengandung enzim yang diperlukan untuk replikasi asam nukleatnya. Juga beberapa mungkin memiliki karbohidrat yang terikat pada pembungkus protein

(11)

(glikoprotein), dan yang lain dibungkus membran yang diperoleh sewaktu muncul dari sel inang (Volk, 1988). Struktur virus dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kapsid

Kapsid virus melindungi asam nukleat yang terbungkus dari perusakan fisik dan hidrolisis enzimatik oleh nuklease sel inang. Kapsid mempunyai tempat pengikatan yang memungkinkan virus menempel pada tempat reseptor yang khas pada sel inang. Pada akhirnya, kapsid tersebut bertanggung jawab terhadap bentuk virion (Volk, 1988).

b. Asam Nukleat Virus

Asam nukleat untuk setiap famili virus bersifat khas bagi kelompok taksonomi tersebut. Beberapa memiliki DNA berbenang ganda (dsDNA), sedangkan yang lain mempunyai DNA berbenang tunggal (ssDNA), dan bisa juga dsRNA atau ssRNA. Asam nukleat virus DNA selalu dalam satu potongan. Akan tetapi, beberapa virus RNA mengandung genom beruas yang di dalamnya asam nukleatnya terdapat pada sejumlah potongan yang terpisah (Volk, 1988).

c. Pembungkus Virus

Kombinasi kapsid dan asam nukleat dikenal sebagai nukleokapsid. Akan tetapi, sejumlah besar virus hewan diselubungi oleh pembungkus tambahan yang diperolenya selama tahap akhir replikasi sewaktu virion menonjol keluar melewati daerah khusus membran sel inang. Pada daerah khusus ini, protein sel inang digantikan dengan polipeptida dan glikoprotein yang disandi virus. Beberapa glikoprotein ini mempunyai fungsi khusus, terutama penempelannya pada reseptor sel inang untuk memulai masuknya virion ke dalam sel. Di samping protein dan glikoprotein, pembungkus virus mengandung 20 hingga 30 persen lipida, yang seluruhnya berasal dari membran sel inang. Jadi, pembungkus virus secara struktural sama dengan membran sel inang yang hanya berbeda pada adanya protein dan glikoprotein yang disandi virus (Volk, 1988).

2.2.2 Klasifikasi virus

Virus hanya memiliki salah satu jenis asam nukleat, yaitu DNA atau RNA saja. Asam nukleat virus berbeda dalam ukuran, jumlah dan karakteristikanya DNA virus berbeda dengan struktur DNA sel pada umumnya. Bila kita mengenal DNA merupakan

(12)

struktur rantai ganda, pada virus ditemukan virus yang memiliki DNA rantai tunggal. Begitu pula halnya dengan virus RNA, bila biasanya kita mengenal struktur RNA rantai tunggal, maka pada virus, ditemukan virus yang memiliki RNA rantai ganda. Dalam diagram di bawah digambarkan klasifikasi virus yang memiliki struktur asam nukleat dan inang yang berbeda-beda.

ss: single stranded (rantai tunggal) ds : double stranded (rantai ganda)

Gambar (isi angka) : Klasifikasi Virus (Brock & Madigan dalam Kusnadi, 2003) Klasifikasi virus dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, antara lain: 1. Klasifikasi berdasarkan sel inang

a. Virus Bakteri (Bakteriofage)

Hanya sedikit virus bakteri yang memiliki membran, selebihnya virus bakteri tidak memiliki membran. Kebanyakan virus bakteri memiliki struktur yang kompleks dengan struktur kepala dan ekor yang kompleks. Fungsi dari ekor pada virus adalah memasukkan asam nukleat ke dalam sel inang. Virus bakteri merupakan virus yang pertama kali dipelajari untuk memahami karakteristik replikasi virus, dan banyak di antar virus bakteri digunakan sebagai alat dalam rekayasa genetika (Kusnadi, 2003). Contoh virus bakteri adalah virus T4 yang menyerang bakteri Echerichia coli.

(13)

Virus mikroorganisme eukariot adalah virus yang sel inangnya adalah mikroorganisme yang tergolong eukariot, seperti protozoa dan fungi. Virus ini terutama mengandung RNA. Contohnya adalah virus yang menyerang jamur yang dinamakan Mycovirus.

c. Virus Hewan

Virus hewan dapat berupa virus DNA dan RNA. Kebanyakan virus RNA hewan memiliki membran. Membran virus ini berasal dari membran sel inang yang diinfeksi oleh virus tersebut (Kusnadi, 2003). Contohnya adalah Herpesvirus (virus herpes) pada manusia.

d. Virus Tanaman dan Viroid

Virus tanaman mirip dengan virus hewan dalam hal morfologi dan tipe dari asam nukleat. Virus tanaman dapat menyebabkan prubahan warna pada tanaman, menghambat pertumbuhan tanaman, dan menyebabkan kebusukan pada tanaman.

Sel tanaman terlindung dari penyakit oleh dinding sel yang bersifat impermeabel. Virus masuk melalui ke dalam tanaman melalui luka yang dibawa oleh parasit tanaman lain seperti nematoda, fungi, dan kebanyakan insekta yang mengisap cairan tanaman. Sekali tanaman tersebt terinfeksi virus makan tanaman tersebut dapat menyebarkan infeksinya pada tanaman lain melalui pollen atau benihnya.

Beberapa penyakit tanaman juga dapat disebabkan oleh viroid, potongan pendek RNA telanjang yang hanya terdiri atas 300-400 nukleotida tanpa mantel protein. Nukleotida-nukleotida tersebut berpasangan di dalam sel tanaman sehingga struktur molekulnya tertutup, melipat-lipat, dan berbentuk tiga dimensi. Dengan struktur yang demikian, viroid sukar dikenali sehingga tidak dapat dihancurkan oleh enzim selular (Kusnadi, 2003). Viroid belum pernah dijumpai di sel hewan. Kemungkinannya adalah bahwa asam nukleat yang tidak terlindung seperti itu akan cepat dirusakkan oleh nuklease yang terdapat dalam sel hewan (Volk, 1988).

Contoh virus tumbuhan adalah Tobaco mosaic virus (TMV) yang menyebabkan mosaik tembakau.

2. Klasifikasi berdasarkan struktur tubuh

a. Virus sederhana: memiliki kapsid + materi genetik Contohnya Adeno virus dan Papiloma virus

(14)

b. Virus berselubung: memiliki kapsid + materi genetik + membran (envelope) Contohnya HIV dan Herpesvirus

c. Virus kompleks: memiliki bentuk yang khusus Contohnya: bakteriofage

3. Klasifikasi virus mengikuti ICTV (International Commite on Taxonomy of Viruses) Klasifikasi virus hanya terdiri dari 3 tingkat takson, yaitu famili, genus, dan spesies. Nama famili diakhiri dengan viridae, sedangkan nama genus diakhiri dengan virus. Nama spesies menggunakan bahasa Inggris dan diakhiri dengan virus. Jenis virus yang udah teridentifikasi saat ini sekitar dua ribu spesie.

Contoh klasifikasi sistem ICTV untuk virus penyebab penyakit AIDS adalah sebagai berikut:

Famili: Retroviridae Genus: Lentivirus

Spesies: Human immunodeficiency virus (HIV)

4. Klasifikasi berdasarkan tipe asam nukleat penyusun tubuhnya a. Virus RNA

 Famili: Picornaviridae Genus: Enterovirus Spesies:

 Poliovirus  poliomielitis

 Coxsackie virus  miokarditis, perikarditis  Famili: Reoviridae Genus: Orbivirus Spesies:  Bluetongue virus Genus: Rotavirus Spesies:

 Rotavirus A  diare infantil  Famili: Togaviridae

(15)

Spesies:

 Rubella virus  german measles  Famili: Bunyaviridae

Spesies:

 California encephalistis virus  ensefalitis  Famili: Orthomyxoviridae

 Famili: Paramyxoviridae Genus: Paramyxovirus Spesies:

 Parainfluenza virus  infeksi berat pernapasan, bronkiolitis, pneumonia (anak)

 Mumps virus  epidemic parotitis  Famili: Rhabdoviridae

Genus: Lyssavirus Spesies:

 Rabies virus  rabies  Famili: Retroviridae

Spesies:

 Leukosis virus  leukemia, sarkoma hewan  Bittner virus  karsinoma tikus

 Famili: Arenaviridae Spesies:

 LCM virus  meningitis aseptik  Lassa fever virus  lassa lever  Famili: Coronaviridae

Genus: Corona virus Spesies:

(16)

b. Virus DNA

 Famili: Papovaviridae Spesies:

 Papillomavirus  wats

 Polyomavirus  onkogenik pada tikus

 SV 40 virus  onkogenik pada sel manusia dan rodentia  Famili: Parvoviridae

Spesies:

 Adeno-associated virus  Virus H1 dan H3

 Adenovirus  infeksi mata dan saluran pernapasan  Famili: Herpesviridae

Spesies:

 Herpes-simpleks virus  fever-blister, cervical cancer  Herpes-zoster virus  burkitt lymphoma, mononucleos  Famili: Iridoviridae

Spesies:

African swine fever virus  African swine fever  Famili: Poxviridae

(17)

Spesies:

 Variola virus  variola

 Vaccinia virus  komplikasi vaksinasi

 Molloscum contangiosum virus  benign skin nodule  Famili: Hepadnaviridae

Spesies:

 Hepadnavirus  hepatitis akut dan kronik

2.2.3 Perkembangbiakan virus

Untuk melakukan reproduksi, partikel virus harus menginfeksi inang untuk mensintesa semua komponen yang diperlukan dalam membuat lebih banyak partikel virus. Komponen-komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang baru dibentuk itu harus keluar dari sel inang untuk dapat menginfeksi kembali sel-sel lain. Tahapan reproduksi virus secara umum dilakukan dalam enam langkah, yaitu:

(18)

1. Adsorpsi

Penyerapan virion pada reseptor yang khas pada sel inang merupakan tahap pertama dari infeksi. Diperlukan adanya reseptor untuk virus dapat melakukan perlekatan pada membrane sel inang.

2. Penetrasi (Penetration)

Penembusan ini terjadi dengan penelanan virion utuh atau fusi pembungkus virus dengan membrane sel inang sehingga hanya nukleokapsid yang dimungkinkan memasuki sel.

3. Pelepasan selubung (Uncoating)

Melepaskan asam nukleat virus dari kapsid yang membuatnya dapat dicapai enzim yang akan menyalin, menerjemahkan, dan mereplikasinya.

4. Sintesa komponen virus

Asam nukleat diterjemahkan untuk memproduksi kapsid telanjang, direplikasi untuk memproduksi lebih banyak asam nukleat virus.

Pada virus DNA biasanya berlangsung selama 5-15 jam sedangkan pada virus RNA berlangsung selama 3-10 jam.

5. Perakitan (Assembly)

Perakitan komponen virus menjadi nukleokapsid terjadi segera setelah replikasi asam nukleat virus. Perakitan umumnya terjadi di inti sel untuk virus DNA dan di sitoplasma untuk virus RNA.

6. Pelepasan virion

Pelepasan virion yang telah diselesaikan merupakan tahapan akhir dalam multiplikasi virus. Virus yang terdapat sebagai nukleokapsid telanjang dilepaskan dengan lisis sel inang. Virus yang terbungkus akan dilepaskan dengan penonjolan melewati daerah membrane sel inang yang khas, tempat protein dan glikoprotein yang disandi oleh virus telah menggantikan yang biasanya terdapat pada membrane sel inang.

(19)

2.2.4 Peranan virus

Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika. Melalui terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen baik (penyembuh) yang disebut vaksin. Contohnya pembuatan vaksin polio, rabies, hepatitis B, influenza, cacar, dan vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) untuk cacar gondong, dan campak.

Pada umumnya virus bersifat rnerugikan. Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus dapat menginfeksi tumbuhan, hewan, dan manusia sehingga menimbulkan penyakit.

(20)

2.3 Struktur sel, klasifikasi, perkembangbiakan dan peranan fungi 2.3.1 Struktur sel fungi

Secara umum sel fungi terdiri dari dinding sel, membran sel, dan sitoplasma yang mengandung reticulum endoplasma, nucleus, nucleolus, vakuola penyimpanan, mitokondria dan organel-organel lain. Berikut ini akan dibahas beberapa struktur dari sel fungi.

1. Kapsul

Beberapa spesies fungi selnya dapat menghasilkan lapisan pembungkus luar yang berlendir atau lapisan yang lebih kompak berupa kapsul yang tersusun atas polisakarida yang bersifat cair dan dapat menyebabkan pelekatan dan penggumpalan sel-sel yang berada saling berdekatan. Polisakarida pembentuk kapsul dari spesies yang berbeda dapat berbeda-beda dalam jumlah, komposisi kimia, sifat antigenic, viskositas maupun kelarutannya.

Kapsul tidak berpengaruh terhadap permeabilitas maupun fungsi lain dari dinding maupun membran sel. Tetapi karena sifatnya yang berlendir, material dari kapsul dapat mempengaruhi pertumbuhan fungi dengan cara mencegah lepasnya tunas dari sel ragi atau mencegah pemencaran sel ragi dalam air atau udara.

2. Dinding Sel

Dinding sel merupakan salah satu komponen penting dari fungi dan merupakan 15% sampai 30 % dari berat kering fungi. Dinding sel berfungsi menyebabkan kekakuan sel dan kekuatan pada sel serta mencegah terjadinya shok akibat tekanan osmotik pada membran sel. Pada umumnya dinding sel ragi lebih tebal (200-300 nm) disbanding sel kapang (200 nm).

Komposisi senyawa dinding sel didominasi oleh karbohidrat, yaitu sekitar 80% atau lebih. Karbohidrat dapat terdiri dari beberapa macam polisakarida. Jumlah dan perbandingan dari macam-macam polisakarida tersebut dalam tiap species bisa berbeda-beda. Polisakarida utama yang terdapat dalam dinding sel fungi adalah khitin yaitu polisakarida yang dibangun oleh monomer berupa N-actylglukosamin. Disamping itu bias ditemui polisakarida lain yaitu chitosan (monomernya d-glukosamin), selulosa (monomer D-glukosa), glukan (monomernya D-glukosa) dan manan (monomer D-manosa). Perbandingan dan jumlah dari polisakarida-polisakarida tersebut dapat menentukan antigen apa yang dikandung dalam dinding sel fungi, sehingga karena perbandingan dan jumlah dari polisakarida setiap species berbeda maka kemungkinan antigen yang terbentuk dari setiap species berbeda pula. Analisis antigen yang terkandung dalam dinding sel fungi ini dapat dijadikan sebagai alat yang baik untuk klasifikasi dan filogeni fungi. Beberapa species fungi dapat diidentifikasi dengan

(21)

menggunakan antibody monoclonal yang dikenakan pada natigen yang terkandung pada dinding selnya.

Kurang lebih 10% dinding sel fungi dibangun oleh protein dan glikoprotein. Protein tersebut termasuk enzim yang terdapat pada dinding sel, beberapa enzim ekstraseluler dan protein structural yang melintasi rantai polisakarida. Konsentrasi protein dinding lebih tinggi pada daerah yang berdekatan dengan membran sel. Protein dinding mengandung sejumlah besar asam amino dengan ikatan sulfur dan sulfur dioksida. Ikatan disulfida lebih banyak terdapat pada dinding kapang daripada dinding sel ragi.

3. Membran Sel

Fungi mempunyai membran bilayer yang serupa komposisinya dengan membran bilayer yang terdapat pada sel eukariot tingkat tinggi. Memberan sel berfungsi melindungi sitoplasma, mengatur pemasukan dan pengeluaran zat, memfasilitasi sintesis dinding sel dan memfasilitasi sintesis kapsul. Membran sel mengandung beberapa macam fosfolipid dengan jumlah relatif bervariasi untuk setiap species. Fosfolipid yang paling banyak dijumpai adalah fosfatidilkolin, fosfatidiletanolamin. Sedangkan yang dijumpai dalam jumlah sedikit adalah fosfatidilserin, fosfatidilinositol dan fosfatidilgliserol. Kandungan fosfolipid-fosfolipid tersebut dapat bervariasi bukan saja dalam species yang berbeda tetapi juga pada varietas dalam satu species dan juga bergantung pada kondisi tumbuhnya. Tidak seperti bakteri, membran sel fungi mempunyai kesamaan dengan membran sel eukariot tinggi yaitu mengandung sterol. Sterol merupakan bahan penting dalam menentukan kelulushidupan dari suatu fungi. Sterol yang penting dalam membran sel fungi adalah ergosterol dan zymosterol, sedangkan pada sel mamalia, membrannya mengandung kolesterol.

4. Isi Sitoplasma

Sel fungi, baik ragi maupun kapang sering mengandung lebih dari satu inti. Keseluruhan suatu hifa dapat dianggap selalu mempunyai inti sel lebih dari satu atau multinukleat, dimana selalu terjadi kesinambungan dari sitoplasma yang ada dalam tiaptiap sel yang membangun hifa tersebut. Hal ini disebabkan oleh dinding pemisah atau septa yang memisahkan tiap-tiap sel tersebut mempunyai pori. Pada fungi tingkat tinggi, pori pada septanya dapat membuka dan menutup guna mengatur aliran dari isi sitoplasma sepanjang hifa dan mengatur perpindahan organel-organel (termasuk inti) diantara sel-sel yang membangun hifa tersebut.

Mitokondria pada fungi serupa dengan pada hewan dan tumbuhan. Jumlah mitokondria pada sel dapat sangat bervariasi dan berhubungan dengan tingkat aktivitas respirasi dari sel tersebut. Sebagai contoh proses perkecambahan spora pada fungi

(22)

meningkatkan aktivitas respirasi. Pada beberapa species, perkecambahan spora sangat berhubungan dengan konsumsi energi, peningkatan jumlah mitokondria dan peningkatan perbandingan jumlah DNA pada mitokondria dibanding DNA sel.

Sel-sel dari banyak fungi mempunyai vakuola yang spesifik dan merupakan organel yang cukup kompleks. Vakuola dapat mengandung beberapa macam enzim hidrolitik. Vakuola juga dapat berfungsi menyimpan ion-ion dan metabolit-metabolit tertentu seperti asam amino, polifosfat dan senyawa-senyawa lain. Pada sel ragi dapat juga ditemukan perangkat-perangkat sekretori dan mekanisme transport tertentu.

2.3.2 Klasifikasi Fungi

Pada umumnya klasifikasi fungi terutama didasarkan pada cirri-ciri spora seksual yang dihasilkannya, misalnya zygospora, askospora, basidiospora atau oospora. Disamping itu adanya macam-macam tubuh buah yang dihasilkan selama tahap-tahap seksual dalam daur hidupnya dapat dijadikan dasar dalam klasifikasi. Fungi yang telah diketahui tingkat seksualnya disebut fungi sempurna atau perfek. Fungi yang belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya dinamakan fungi imperfek. Karena belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya, perlu digunakan cirri-ciri lain diluar tingkat seksual untuk mengklasifikasikannya. Ciri yang dapat digunakan mencakup morfologi spora aseksual dan miseliumnya. Terdapat 4 divisio fungi perfek yaitu Oomycotina, zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina serta division Deuteromycotina atau fungi imperfekti.

1. Divisio Oomycotina

Kelompok ini mengalami reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu oosfer (gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium, menghasilkan oospora. Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihailkan dalam sporangium.

Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak bersepta). Ciri ini seringkali dijadikan patokan bahwa kelompok tersebut dianggap fungi tingkat rendah atau fungi primitive dalam skala evolusi.

Salah satu fungi patogen tersebut adalah Phytophthora infestans. Phytophthora infestans tidak hanya menyebabkan penyakit pada tanaman kentang tetapi dapat juga menyerang tanaman-tanaman lain yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Tanaman tersebut diantaranya cokelat, lada, kina, kelapa, cengkeh, tembakau dan jarak. Contoh lain dari divisio ini adalah Saprolegnia yaitu fungi yang sering ditemukan pada bangkai serangga. Fungi ini adalah contoh fungi saprofit. Selain itu

(23)

fungi dari kelompok Oomycotina yang bersifat patogen adalah Phytium. Fungi tersebut dapat menyebabkan penyakit bususk pada kecambah tembakau, kina, bayam dan nenas. Fungi ini mudah menyerang pada persemaian yang tanahnya sangat lembab.

2. Divisio Zygomycotina

Divisio ini melakukan reproduksi seksual dengan cara konjugasi yang melibatkan fusi dua gamet menghasilkan zigospora. Reproduksi aseksualnya dengan menghasilkan spora yang terkandung dalam konidium atau sporangium.

Hifa dari fungi ini sama halnya dengan Oomycotina, tidak bersepta (non-septa). Hifa relatif besar dan berkembang baik dengan miselium yang bercabang-cabang. Kelompok ini dianggap sudah lebih berkembang disbanding Oomycotina meskipun bila dibandingkan dengan Ascomycotina dan Basidiomycotina masih dianggap lebih primitif. Fungi ini merupakan fungi yang umum terdapat di udara dan tanah. Contoh Rhyzopus dan Mucor. Keduanya mempunyai struktur dan penampilan yang hampir sama, hanya pada Rhyzopus dapat ditemukan adanya percabangan hifa khusus yang menembus substrat yang menyerupai akar disebut rhizoid.

Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora. Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung membentuk spoangium. Sporangium yang masuk berwarna hitam. Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh membentuk benang baru.

Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut : dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu, kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina hanya istilah

(24)

saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel, disebut betina kalau menerima isi sel.

3. Divisio Ascomycotina

Ciri Khusus dari Divisi Ascomycotina adalah dapat menghasilkan spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.

a.Reproduksi secara sesksual

Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya menjadi lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum. Saluran itu disebut trikogin. Melalui saluran trikogin inilah inti sel dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium. Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga. Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh beberapa hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang, dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium, bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau askokarp.

Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa baru. b.Reproduksi Secara Aseksual

Selain reproduksi secara seksual, Fungi ini juga melakukan perkembangbiakkan secara aseksual melalui pembentukan tunas, pembentukan konidia, fragmentasi. Warna spora dan konidia bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan kebiruan, dan juga ada yang merah oranye.

(25)

Ukuran tubuh Ascomycotina ada yang mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat dengan mata). Golongan Fungi ini ada yang hidup saprofit, parasit dan ada pula yang bersimbiosis.

4. Divisio Basidiomycotina

Divisi Basidiomycota umumnya merupakan Fungi makroskopik, dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping, jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik, misalnya jamur barat.

Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip payung misalnya pada jamur merang yang kalian amati. Basidiomycotina ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur tiram, jamur shiltake, dan lainnya.

Hifa Basidiomycotina memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora basidum.

Secara singkat daur hidup Basidiomycota :Hifa (+) bertemu hifa (-) inti dari hifa (+) pindah ke hifa(-) hifa dikariotik tumbuh miselium muncul basidiokarp membentuk basidium spora basidium.

5. Divisio Deuteromycotina

Kelompok fungi yang belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya dikelompokan dalam suatu kelompok khusus yaitu kelompok fungi imperfekti atau dinamakan Deuteromycotina. Bila kemudian ditemukan cara perkembangbiakan seksualnya, maka fungi tersebut dikeluarkan dari kelompok ini dan dimasukan dalam divisio tertentu sesuai dengan cirri perkembangbiakan seksual yang dihasilkannya. Perkembangbiakan aseksual dari kelompok ini adalah dengan konidium seperti pada Ascomycotina.

Diperkirakan terdapat 1500 species fungi yang belum diketahui tingkat reproduksi seksualnya sehingga dimasukan dalam kelompok Deuteromycotina. Beberapa fungi yang hidup parasit pada manusia dan hewan kebanyakan masuk dalam divisio ini. Sebagai contoh Histoplasma capsulatum yang menyebabkan koksidiomikosis. Ketiga penyakit ini merupakan infeksi sistemik Hitoplasmosis

(26)

adalah mikosis intraseluler pada system retikuloendotelium yang melibatkan jaringan limfatik, paru-paru, system syaraf pusat dan organ-organ lain pada tubuh. Blastomikosis adalah infeksi pernapasan yang kronis yang dapat menyebar ke paru-paru,tulang dan kulit.

2.3.3 Perkembangbiakan Fungi

Secara alami fungi dapat berkembang biak dengan berbagai cara baik secara aseksual maupun secara seksual. Secara aseksual fungi bereproduksi dengan cara pembelahan, penguncupan dan pembentukan spora aseksual. Pada reproduksi seksual, terjadi peleburan dua sifat dari sel induk , sehingga individu baru yang dihasilkannya merupakan gabungan dari kedua sifat sel induknya.

1. Reproduksi Aseksual

Reproduksi aseksual pada fungi dapat melalui proses pembelahan atau pertunasan. Perbedaan mendasar dari kedua proses tersebut adalah bahwa sel anak yang dihasilkannya pada proses pembelahan relatif sama dengan sel induknya, sedangkan pada pertunasan sel anak yang dihasilkan tidak selalu sama ukurannya dengan sel induk dan sering tunas atau kuncup yang dihasilkan sel induk tidak segera dipisahkan. Kedua proses reproduksi ini banyak terjadi pada ragi. Disamping itu fungi dengan mudah dapat bereproduksi aseksual dengan cara fragmentasi atau pemisahan sebagian miseliumnya, sehingga terbentuk koloni individu baru. Dengan ketiga cara di atas memang fungi telah dapat bereproduksi. Namun untuk menghasilkan penyebaran yang lebih luas dan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, fungi melakukan reproduksi aseksual dengan menghasilkan spora aseksual. Spora pada umumnya bersifat resisten terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Disamping itu spora sangat ringan sehingga mudah disebarkan oleh angin. Beberapa spora juga dilengkapi dengan dengan permukaan yang kasar sehingga mempermudah penempelannya pada hewan sebagai pembawa spora tersebut ke lokasi baru. Dengan sifat spora demikian, spora selain berfungsi menghasilkan individu baru juga berfungsi menyebarkan species fungi tersebut ke tempat yang lebih luas. Spora aseksual ini dibentuk dengan mudah dan dalam jumlah yang lebih besar. Ada beberapa macam spora aseksual yang dapat ditemukan pada fungi.

(27)

 Konidiospora

Konidiospora atau disebut konidium dibentuk di di ujung atau di sisi suatu hifa. Konidiospora ini dihasilkan pada ujung atau sisi suatu hifa khusu yang disebut konidiofor. Susunan atau letak dari konidium pada konidiofornya dapat bervariasi.  Sporangiospora

Spora bersel satu ini terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium di ujung hifa khusus yang disebut sporangiofor. Sporangiospora ada yang motil disebut zoospora dan ada yang non motil disebut . Motilitas dari zoospora disebabkan adanya flagella.

 Oidospora

Oidospora atau disebut oidia saja. Spora bersel resisten terhadap keadaan lingkungan yang buruk. Spora ini terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.

 Klamidospora

spora aseksual bersel satu yang berdinding tebal dan sangat resisten terhadap keadaan lingkungan yang buruk. Spora ini terbentuk dari penebalan bagian-bagian tertentu dari suatu hifa somatik.

 Blastospora

Spora aseksual yang ditemukan pada sel-sel ragi. Blastospora merupakan tunas atau kuncup yang terdapat pada sel ragi tersebut.

(28)

2. Reproduksi Seksual

Reproduksi seksual dari fungi diawali dengan terjadinya plasmogami (penyatuan sitoplasma) dari dua individu yang cocok dimana sitoplasma yang bersatu tersebut masing-masing membawa inti yang terkandung di dalamnya. Kariogami adalah penyatuan atau fusi nucleus dari kedua individu untuk membentuk nucleus yang diploid (2n). Kariogami dapat langsung terjadi setelah plasmogami tetapi dapat pula ditunda. Penundaan kariogami ini sering terjadi pada beberapa fungi tingkat tinggi, sehingga dalam perkembangannya pada miselium dapat dilihat sel-sel yang binukleat (berinti dua). Setelah terjadi kariogami, cepat atau lambat akan terjadi meiosis yang akan akan menghasilkan materi genetic, reduksi (dari 2n menjadi n) dan pembelahan menghasilkan empat sel haploid. Sel-sel reproduksi yang dihasilkan dengan cara ini disebut spora seksual (karena dihasilkan melalui proses penyatuan dua inti dari individu yang berbeda). Spora seksual yang dihasilkan dari peleburan dua inti tersebut, terbentuk labih jarang, lebih kemudian dan dalam jumlah yang lebih sedikit disbanding spora aseksual. Disamping itu spora semacam itu terbentuk hanya dalam keadaan tertentu saja. Hal ini menyebabkan banyak fungi yang sampai saat ini belum diketahui reproduksi atau spora seksualnya.

Tipe spora seksual diantaranya adalah sebagai berikut:  Askospora

Spora ini bersel satu dan dan terbentuk di dalam suatu struktur semacam pundi atau kantung yang dinamakan askus. Biasanya terdapat delapan askospora pada setiap askus.

 Basidiospora

(29)

 Zigospora

spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi (disebut juga gametangia) saling melebur.

 Oospora

spora yang terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium bisa ada satu atau beberapa oosfer.

(30)

Spora aseksual maupun spora seksual dapat dilindungi oleh suatu struktur khusus yang sangat terorganisasi yang disebut tubuh buah atau fruiting bodies.

2.3.4 Peranan Fungi Peran Menguntungkan

1. Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus karbon, yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh organism.

2. Sebagai decomposer kedua kelompok tersebut dapat menguraikan sisa-sisa tumbuhan,bangkai hewan dan bahan-bahan organic lainnya dan hasil penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga dapat menyuburkan tanah.

3. Selain itu fungi saprofit bersama dengan protozoa dan bakteri saprofit merupakan organisme yang dapat menguraikan sampah

4. Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi, terutama dari kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah: bir, roti, asam sitrat atau 2 hidroksipropan,1,2,3, asam trikasboksilat.

5. Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh fungi Penicllium notatum

6. Dapat sebagai bahan baku sumber makanan baru yaitu protein sel tunggal (PST) 7. Sumber makanan bagi manusia, contoh: Agaricus campestris, Volvariella volvaceae,

Lentinus edodes, Pleurotes, Tuber melanosporum, Boletus spp., Cantharellus cibaricus dan lain-lain.

Peran Merugikan

1. Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun bahan-bahan lain yang penting bagi manusia.

(31)

2. Fungi dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai ekonomi seperti kulit, kayu, tekstil dan bahan-bahan baku pabrik lainnya.

3. Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit. Fungi pada umumnya lebih sering menyebabkanpenyakit pada tumbuhan dibanding pada hewan atau manusia

4. Fungi dapat menghasilkan racun, racun yang dihasilkan beberapa fungi seperti seperti Amanita phalloides, A. muscaria maupun Aspergillus flavus (menghasilkan aflatoksin), dapat sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bakteri memiliki bentuk sel yang bervariasi, bulat (coccus), batang (bacillus) dan lengkung (vibrio, coma atau spiral). Umumnya sel bakteri yang berbentuk bulat berdiameter sekitar 0,7 - 1,3 mikron Sedangkan sel bakteri berbentuk batang lebarnya sekitas 0,2 - 2,0 Mikron dan panjangnya 0,7 - 3,7 mikron. Bakteri dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk tubuh, Kokus (bulat), Basil (batang), Vibrio (koma), Spirillum (spiral); berdasarkan kedudukan flagella pada selnya, monotrik, amfitrik, lofotrik, pelitrik; berdasarkan pewarnaan Gram (Gram strain), gram positif dan gram negatif; berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri aerob dan anaerob; berdasarkan cara memperoleh makanan (bahan organik), bakteri autotrof dan heterotrof. Bakteri dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Bakteri memiliki peran yang menguntungkan dan merugikan.

2. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA atau DNA. Asam nukleat ini dikelilingi oleh mantel protein (protein sub unit) yang disebut kapsomer. Susunan kapsomer-kapsomer tersebut dinamakan kapsid. Klasifikasi virus meliputi; berdasarkan sel inang, virus Bakteri (Bakteriofage), virus Mikroorganisme Eukariot, virus Hewan, virus tanaman dan viroid; berdasarkan struktur tubuh, virus sederhana, virus berselubung, virus kompleks; berdasarkan tipe asam nukleat penyusun tubuhnya, virus RNA dan virus DNA. Untuk melakukan reproduksi, partikel virus harus menginfeksi inang untuk mensintesa semua

(32)

komponen yang diperlukan dalam membuat lebih banyak partikel virus. Kebanyakan virus merugikan, tetapi ada yang digunakan sebagai terapi gen.

3. Secara umum sel fungi terdiri dari dinding sel, membran sel, dan sitoplasma yang mengandung reticulum endoplasma, nucleus, nucleolus, vakuola penyimpanan, mitokondria dan organel-organel lain. klasifikasi fungi terutama didasarkan pada cirri-ciri spora seksual yang dihasilkannya, misalnya zygospora, askospora, basidiospora atau oospora. Fungi dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Fungi memiliki peran menguntungkan dan merugikan.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih memperhatikan tentang efektivitas materi. Sehingga apa yang ditulis itu singkat, padat, dan bermanfaat. Daftar Rujukan

Dawidjoseputro. 1996. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: djambatan Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. JICA. Bandung: FMIPA UPI Pelczar, m. J. 1998. Dasar-dasar mikrobiologi. Jakarta: UI press Volk, Wesley A. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait