MAKALAH FARMASETIKA II MAKALAH FARMASETIKA II
Sediaan Krim (
Sediaan Krim ( CremoresCremores ) )
Oleh : Oleh :
Dwi Dwi Justitia Justitia Aprilia Aprilia G1F011009G1F011009
Yolita Yolita Satya Satya Gitya Gitya Utami Utami G1F011010G1F011010
Thea Thea Widi Widi Indiani Indiani G1F011011G1F011011
Inas Inas Ghausani Ghausani G1F011012G1F011012
Iin Iin Solihati Solihati G1F011013G1F011013
Kharisma Kharisma Aditiya Aditiya Rasyid Rasyid G1F011014G1F011014
Kurnia Kurnia Puspa Puspa Harleynda Harleynda G1F011015G1F011015
Gima Gima Amezia Amezia Sari Sari G1F011016G1F011016
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANKESEHATAN JURUSAN FARMASI JURUSAN FARMASI PURWOKERTO PURWOKERTO 2012 2012
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmasetika dengan membahas sediaan cream. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh kami . Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Purwokerto, 30 Maret 2012
I. Definisi Krim (Cremores)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Menurut Formularium Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Secara Tradisional istilah krim digunakan untuk sediaan setengah padat yang
mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak(a/m) atau minyak dalam air (m/a) (Budiasih, 2008).
MenurutAnsel, krim di definisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air minyak atau minyak air.
Menurut Lachman II, krim merupakan sistem emulsi sediaan s emipadat dengan penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya.
Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan ke
arah lambung. Menurut definisi tersebut yang termasuk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir, injeksi, dan lainnya.
PENGGOLONGAN KRIM
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alcohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu :
1. Tipe M/A atau O/W (Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Likuida dan Semi Solida, hal 122)
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis
lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.
Contoh : vanishing cream
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing ) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
2. Tipe A/M atau W/O, yaitu minyak terdispersi dalam air
(Diktat Kuliah Teknologi Farmasi Likuida dan Semi Solida, hal 122)
Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, missal Ca.
Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda. Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Contoh : cold cream
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
KELEBIHAN & KEKURANGAN SEDIAAN KRIM
a. Kelebihan sediaan krim, yaitu : 1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat 5. Tidak lengket terutama tipe m/a
6. Memberikan rasa dingin (cold cream) berupa tipe a/m 7. Digunakan sebagai kosmetik
8. Bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun.
b. Kekurangan sediaan krim, yaitu :
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas 2. Mudah pecah disebabkan dalam pembuatan formula tidak pas
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu system campuran terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan. (Delvina,2011)
II. Teori Pembentukan
1. Metode Pelelehan ( fusion) Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh diaduk sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.
2. Metode Triturasi Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir. Di sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan zat khasiatnya. Pada skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu
tahap pembuatan ke tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu . Kontaminasi
dengan kotoran . Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap.
Formulasi dan Metode Pembuatan
Formula pembentuk krim: Krim merupakan sediaan semi solid, berupa emulsi minyak dalam air atau air dalam minyak. Berikut ini adalah bahan – bahan penyusun sediaan krim:
1. Zat berkhasiat Sifat fisika dan kimia dari bahan atau zat berkhasiat dapat menentukan cara pembuatan dan tipe krim yang dapat dibuat, apakah krim tipe minyak dalam air atau tipe air dalam minyak.
2. Minyak Salah satu fase cair yang bersifat nonpolar
3. Air. Salah satu fase cair yang bersifat polar. Untuk pembuatan digunakan air yang telah dididihkan dan segera digunakan setelah dingin.
4. Pengemulsi: Umumnya berupa surfaktan anion, kation atau nonion.pemilihan surfaktan didasarkan atas jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe minyak – air digunakan zat pengemulsi seperti trietanolaminil stearat dan golongan sorbitan, polisorbat, poliglikol, sabun. Untuk membuat krim tipe air-minyak digunakan zat pengemulsi seperti lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, setaseum dan emulgida.
III. Teori Preparasi Preparasi sediaan non steril
Sediaan steril melliputi capsul, puyer, atau krim yang tidak tersedia di pasaran.
Preparasi harus dilaksanakan didalam Cytotoxic Drug Safety Cabinet. Operator harus menggunakan pakaian pelindung lengkap.
Untuk sediaan serbuk gunakan mortir dalam kantong plastik untuk menghindari
serbuk berterbangan.Laminair Air Flow dalam kondisi off.
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya agar tidak memegang sediaan
dengan tangan langsung, gunakan sendok atau sarung tangan untuk menghindari kontaminasi.
Semua alat yang digunakan (mortir,stampler, alat penghitung tablet ) harus segera
dicuci dan dikeringkan dengan kasa disposible. (Harpendranani, 2012)
o BAHAN-BAHAN PENYUSUN KRIM
Formula dasar krim, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat dalam minyak, bersifat asam
Contoh : asam asetat, paraffin liq, octaceum,cera, vaselin, dan lain-lain. 2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh : Natr, Tetraborat (borax, Na. Biborat), TEA, NAOH, KOH, gliserin, dll
o Bahan
–
bahan penyusun krim, antara lain : - Zat berkhasiat- Minyak
- Air
- Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol, trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG. (Anonim,2010)
o Bahan
–
bahan tambahan dalam sediaan krim, antara lain : Bahan pengawer sering digunakan umumnya metal paraben 0,12 – 0,18 % propel
paraben 0,02 – 0,05 %.
Pendapur à untuk mempertahankan PH sediaan Pelembab
Antioksidan à untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak
tak jenuh. (Delvina,2010)
ALASAN PEMBUATAN SEDIAAN KRIM (CREAM)
Alasan pembuatan preparat ini untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut
jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi yang dipakai pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a ( minyak dalam air ) atau
emulsi a/m ( air dalam minyak ), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat
terapeutik yang akan dimasukan ke dalam emulsi. Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat bercampurnya dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat yang di emulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada dan sifatnya yang meramalkan fase emulsi yang dihasilkan .
Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air. Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi melalui kulit ( absorpsi perkutan ) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran partikel dari fase dalam. (Anonim,2009)
IV. Teori Pembuatan Sediaan yang Baik
Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain:
. Kontaminasi dengan kotoran
. Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap. (Anonim,2009)
Dasar – dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi: 1. Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan.
Bahan padat dalam suatu sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan untuk menghilangkan partikel asing yang dapat ter jadi akibatadanya partikel yang terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
2. Pemanasan dan pendinginan
Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan bahan berkhasiat, pencampuran bahan- bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi. Pembuatan sediaan semi solid
dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses homogenisasi bahan- b ahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit, kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan-bahan yang termolabil.
3. Pencampuran
Pencampuran terdiri tiga macam: a. Pencampuran bahan padat.
Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba sama.
b. Pencampuran untuk larutan.
Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
c. Pencampuran semi solida.
Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan alat pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat dengan sigma blade dapat
membersihkan salep/ krim yang menempel pada dinding wadah dan menjamin homogenitas produk serta proses transfer panas lebih baik.
4. Penghalusan dan Homogenisasi.
Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan adalah penghalusan dan
homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan baik. (Anonim,2009)
Masa penyimpanan semua jenis obat mempunyai batas waktu, karena lambat laun obat akan terurai secara kimiawi akibat pengaruh cahaya, udara dan suhu. Akhirnya khasiat obat akan berkurang. Tanda2 kerusakan obat kadangkala tampak dengan jelas, misalnya bila larutan bening menjadi keruh dan bila warna suatu krim berubah tidak seperti awalnya
ataupun berjamur. Akan tetapi dalam proses rusaknya obat tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk dan baunya obat tidak berubah, namun kadar zat aktifnya sudah banyak berkurang, atau terurai dengan membentuk zat-zat beracun. (lestari, sri, 2008)
Berikut ini tips penyimpanan obat yang benar yang dapat dilakukan di rumah. Cara penyimpanan
• Jauhkan dari jangkauan anak -anak
Jika anda punya kebiasaan untuk menyimpan obat ditempat yang mudah terlihat agar mudah ingat untuk meminumnya, tinggalkan wadah obat yang kosong ditempat itu dan simpan obatnya pada tempat yang tidak mudah dijangkau anak-anak.
• Simpan dalam wadah aslinya beserta label dan petunjuknya
Jika anda ingin menyimpan obat dalam wadah lain, simpan wadah aslinya beserta label dan petunjuknya jika sewaktu-waktu diperlukan dikemudian hari.
• Pastikan wadah tertutup rapat setelah digunakan. Tempat penyimpanan
• Simpan sesuai dengan petunjuk yang tertera
Kebanyakan obat dapat disimpan pada tempat sejuk dan kering yaitu pada suhu kamar yang jauh dari sumber panas. Jika obat tidak tahan terhadap cahaya maka dapat digunakan botol bewarna coklat atau botol plastik yang tidak tembus cahaya. Beberapa obat harus disimpan di
lemari pendingin tapi jangan disimpan di freezer.
• Kotak obat yang terkunci adalah tempat penyimpanan yang ideal sepanjang kotak tersebut diletakkan ditempat sejuk dan kering. Jangan menyimpan kotak obat dikamar mandi karena lembab.
Obat yang harus dibuang
Obat adalah zat kimia yang bisa berbahaya jika tidak tepat cara mengkonsumsinya. Obat yang harus di buang (dimusnahkan) yaitu jika :
• Sudah melebihi tanggal kedaluwarsa dari yang tertera pada label obat.
• Terjadi perubahan fisik obat yaitu terjadi perubahan warna, bau dan bentuk walaupun belum lewat tanggal kedaluwarsa.
mengalami perubahan misalnya dari sirup yang kental menjadi encer, krim yang encer menjadi keras dsb. Jangan mencoba mencicipi rasa obat jika sdh ada perubahan fisik. • Tidak diketahui identitas obat yang bisa menjelaskan tentang nama, kegunaan, cara
penggunaan dan efek samping. Jangan menebak-nebak identitas obat yang tidak jelas. Jika membutuhkan informasi sebaiknya hubungi dokter atau apoteker.
Cara memusnahkan obat yang sudah tidak terpakai
Obat yang sudah tidak terpakai sebaiknya tidak dibuang begitu saja ke tempat sampah, hal ini untuk menghindari ada yang mengambil kembali obat ter sebut. Sebelum dibuang sebaiknya obat dibuka dari kemasannya kemudian isinya dihancurkan (jika berbentuk padat) atau dikosongkan dari wadahnya jika bentuknya cair atau setengah padat (salep, krim dll) Karena obat bisa berbahaya jika tidak tepat cara memperlakukannya maka upaya untuk menyimpan obat dengan cara yang benar dapat menghindari terjadinya kecelakaan. Jangan sampai kecerobohan dan keteledoran membawa musibah dan bencana. (lestari, sri, 2008)
VI. Cara Pemakaian
Cremores merupakan sedian berupa setengah padat yang pemakaiannya berupa pemakaian luar yakni dengan dioleskan pada kulit , tujuan pemakaiaan krim untuk
Daftar Pustaka
Ansel, Howard C.2005.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI-Press.Jakarta.
Anonim. 2009http://www.x3-prima.com/2009/05/cream.html diakses pada tanggal 28 Maret 2012
Anonim.Bahan-bahan Penyusun Krim.2010. http://80emapotekonline.blogspot.com /2010_10_12_archive.html diakses pada tanggal 28 Maret 2012
Anonim.Preparasi Sediaan Non Steril.2012.http://harpendranani.blogspot.com/2012/01/ penanganan-sitostatila.html diakses pada tanggal 28 Maret 2012
Anonim,1978.Formularium Nasional edisi II. Departemen kesehatan RI.Jakarta Anonim,1979.Farmakope Indonesia edisi III.Departemen kesehatan RI.Ja karta Anonim,1995.Farmakope Indonesia edisi IV.Departemen kesehatan RI.Jakarta
Lestari, sri. 2008 . cara menyimpan obat yang benar . http://mentaridakwah.blogspot.com diakses pada tanggal 29 Maret 2012