• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERIAN KLAUSUL PELUNASAN DAN PEMBEBASAN TERKAIT PENGUNDURAN DIRI SEKUTU KOMPLEMENTER CV. MIB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBERIAN KLAUSUL PELUNASAN DAN PEMBEBASAN TERKAIT PENGUNDURAN DIRI SEKUTU KOMPLEMENTER CV. MIB"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBERIAN KLAUSUL PELUNASAN DAN PEMBEBASAN TERKAIT PENGUNDURAN DIRI SEKUTU KOMPLEMENTER CV. MIB

Viria Chandra

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected])

H. Heru Pringgondani Sanusi

(Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: [email protected])

ABSTRAK

Dalam sebuah Persekutuan Komanditer pasti terjadi peristiwa keluarnya salah satu sekutu karena meninggal ataupun pengunduran diri, tetapi banyak dari peristiwa tersebut diberikan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab si sekutu yang tidak jelas batasnya membuat sekutu tidak bisa dituntut atas segala perbuatanya terdahulu. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: apakah dengan pengunduran diri sekutu komplementer membuat sebuah CV bubar dan apakah dengan pemberian pelunasan dan pembebasan membuat sekutu bebas dari tanggung jawab secara murni. Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis-normatif. Data diolah dengan metode kualitatif. Penarikan kesimpulan dengan dengan metode deduktif. Kesimpulan penelitian ini, adalah: CV. MIB tidak akan bubar karena mundurnya YM, karena di dalam akta pendiriannya telah di perjanjikan survivorship clause yang menyatakan bahwa CV tetap berdiri walaupun salah satu sekutu ada yang keluar sewaktu-waktu dari CV, dan YM tidak bebas dari tanggung jawab secara murni, tanggung jawab yang dibebaskan hanya tanggung jawab yang ada diantara YM, AT, SM dan NNL sedangkan tanggung jawab terhadap pihak ketiga tetap dipikul oleh YM pada waktu sebagai sekutu komplementer di CV. MIB membuat perikatan dengannya.

Kata kunci : Persekutuan Komanditer, Sekutu Komplementer, Pelunasan dan

(2)

2

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Hukum Perusahaan di Indonesia memberikan banyak pilihan bentuk perusahaan yang dapat digunakan oleh para calon pengusaha untuk memulai usahanya, mulai dari badan usaha yang tidak berbadan hukum seperti Persekutuan Perdata, Firma dan Persekutuan Komanditer (CV) sampai dengan badan usaha yang berbadan hukum seperti Perseroan Terbatas (PT).

Pada perkembangannya juga bentuk-bentuk badan usaha ini mengalami perkembangan dalam usahanya, seperti contohnya kita kenal ada sebuah Persekutuan Komanditer yang modalnya terdiri atas saham-saha atau sering dikenal sebagai CV atas saham. Perkembangan lainnya juga mengadopsi hukum-hukum kebiasaan baik pada sistem hukum-hukum Eropa Kontinenal seperti sekarang ataupun sistem hukum Anglo Saxon (Civil Law) seperti pada negara Singapura, Inggris dan lainnya.

Perkembangan ini membawa CV kearah yang lebih baik dan juga ada tidak baik. Dikatakan tidak baik karena kita ketahui untuk sebuah CV dasar hukumnya ada pada KUHPerdata dan KUHD, sedangkan perkembangan hukum sekarang semakin banyak dan membuat para pengusaha menggunakan dasar-dasar hukum yang sekarang dan tidak diatur jelas oleh KUHPerdata dan KUHD.

Seperti pada CV. MIB sebuah CV yang didirikan pada tahun 2010, yang memiliki sekutu yakni AT, SM dan YM pada awalnya sebagai para pendiri. Tetapi pada tahun 2011 YM selaku sekutu komplementer dari CV. MIB mengundurkan diri dan digantikan oleh NNL sebagai sekutu komplementer yang baru. Peristiwa mengunduran diri YM ini ternyata juga diikuti dengan pelunasan dan pembebasan tanggung jawab YM diantara para sekutu lainnya dan sebaliknya begitu juga.

Pelunasan dan pembebasan atau lebih sering dikenal dengan sebutan acquit et de charge adalah sebuah praktik dari perusahaan dimana orang dinyatakan bebas dari tanggung jawabnya atas suatu kewajiban yang telah ia lakukan dengan baik. Pemberian ini banyak dikenal dalam bentuk usaha PT, dimana direksi sebagai orang yang menjalankan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawabnya, wajib

(3)

3

melaporkan laporan tahunan kepada RUPS sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas. Jika dinilai oleh para pemegang saham dalam RUPS bahwa laporan itu telah benar dan memenuhi kriteria, maka RUPS akan menyetujui laporan tersebut dan seorang direksi dan komisaris dalam hal ini yang mengawasi pembuatan laporan tersebut akan diberikan pelunasan dan pembebasan atas segala tanggung jawab dan tuntutan dari laporan tahunan tersebut.1

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa CV adalah sebuah firma, tetapi memiliki seseorang sekutu komanditer. Maka dari itu sifat-sifat dari firma pastilah ada apa CV itu sendiri secara tidak langsung yang kita ketahui bersama salah satunya adalah persekutuan yang mengutamakan kerjasama antara para sekutu yang bersifat pertemanan dan persekutuan yang artinya firma memiliki kesatuan kerja yang sangat kuat diantara sekutunya.2 Yang membuat jika adanya salah satu sekutu komplementernya yang keluar, maka eksistensi dari persekutuan tersebut sendiri menjadi tidak ada, dan harus bubar. Maka dari itu jika pada suatu saat sekutu komplementer baik dalam firma atau CV keluar mengundurkan diri, ditambah dengan pengunduran diri tersebut membuat sekutu komplementer yang keluar bebas dari tanggung jawab karena diberikan pelunasan dan pembebasan oleh para sekutu lainnya. hal ini menjadi membingungkan terkait bagaimana tanggung jawab sekutu yang keluar tersebut diselesaikan, jika ada perjanjian-perjanjian pada pihak ketiga yang dia buat atas nama persekutuan selama ia bekerja atau masalah-masalah yang timbul di kemudian hari yang tidak bisa diketahui.

Maka dari itu dalam jurnal ini akan dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah sebuah persekutuan komanditer (CV) menjadi bubar karena pengunduran diri seorang sekutu komplementer?

1 Agus Riyanto,”’Acquit Et De Charge’ Direksi” (On-Line), tersedia di: http://business-law.binus.ac.id/2017/01/21/acquit-et-de-charge-direksi/ (27 Januari 2017).

(4)

4

2. Apakah dengan pemberian pelunasan dan pembebasan (acquit et de charge) terkait pengunduran diri sekutu komplementer membuat sekutu komplementer lama bebas dari tanggung jawab?

B. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Objek penelitian yang penulis gunakan adalah Akta Pendirian ‘CV. MIB” Nomor 01 tanggal 9 Desember 2010 dan Akta Pemasukan, Pengeluaran dan Perubahan “CV. MIB” Nomor 02 tanggal 30 April 2011, dimana dalam Akta Pemasukan, Pengeluaran dan Perubahan “CV. MIB” Nomor 02 tersebut terdapat permasalahan mengenai “Tanggung Jawab”.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian yuridis- normatif. Penelitian yuridis-normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara hanya meneliti bahan pustaka.3 Dengan sifat penelitian yaitu deskriptif dimaksudkan untuk memberikan sebuah data tentang manusia keadaan atau gejala-gejala lainnya dengan sedetail mungkin, hal ini dapat mempertegas hipotesa-hipotesa, dan membantu memperkuat teori-teori lama dan menyusun kerangka teori-teori baru.4

3. Data dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan untuk menganalisis objek penelitian di dalam karya ilmiah (Skripsi) ini adalah Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa peraturan perundang-undangan dan literatur lainnya yang berhubungan dengan permsalahan yang dianalisis. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, yaitu :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat berupa :

3Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hal. 13-14.

(5)

5

1. Norma atau kaidah dasar, yaitu UUD 1945, KUHPerdata, KUHD, Akta Pendirian “CV. MIB” Nomor 01, dan Akta Pemasukan, Pengeluaran dan Perubahan “CV. MIB” Nomor 02.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan persekutuan komanditer serta pelunasan dan pembebasan (acquit et de charge).

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder; contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya.5

4. Cara Pengumpulan data

Penulis melakukan penelitian ini dengan cara Pengumpulan data melalui studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen akta pendirian dan perubahan CV. MIB, ketentuan-ketentuan tentang CV dalam KUHPerdata dan KUHD studi kepustakaan ini dilakukan di beberapa tempat seperti perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti dan Crystal of Knowledge di Universitas Indonesia, maupun mengakses data melalui internet. serta didukung oleh bahan hukum sekunder untuk melakukan penelitian.

5. Cara Penarikan Kesimpulan

Metode penarikan kesimpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deduktif, dimana menarik kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum ke arah kesimpulan yang bersifat khusus.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Mengenai Bubarnya CV. MIB Karena Pengunduran Diri Sekutu Komplementer.

Jika ingin membicarakan karakteristik persekutuan, tidak bisa rasanya tidak membahas 2 bentuk usaha lainnya yaitu persekutuan perdata dan firma. Karena persekutuan perdata menjadi bentuk awal dari bentuk usaha yang baik diatur

5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 13.

(6)

6

dalam KUHPerdata maupun KUHD, yang artinya juga bentuk-bentuk usaha yang diatur di KUHD harus mengikuti juga peraturan di KUHPerdata.6 Maka itu perlu kita ketahui bahwa persekutuan komanditer itu adalah sebuah firma yang mempunyai satu atau lebih seorang sekutu komanditer, yang posisinya tidak turut campur dalam pengurusan dan penguasaan persekutuan, atau lebih sering disebuh firma dalam bentuk khusus.7 Sedangkan firma adalah sebuah sebuah maatschap (persekutuan perdata) yang menjalankan badan usaha atas nama bersama, dan semua sekutu tanpa dikecualikan bisa membuat perikatan antara firma dengan pihak ketiga, yang nantinya mereka juga akan bertanggung jawab atas seluruh akibat baik kerugian ataupun hutang yang timbul dari firma secara tanggung menanggung.8 Maka dari itu sebagai bentuk paling dasar dari persekutuan, aturan-aturan dalam persekutuan perdata berlaku juga bagi firma, serta peraturan-aturan firma ditambah persekutuan perdata berlaku juga bagi persekutuan komanditer.

Sebuah persekutuan komanditer juga didirikan dengan cara-cara yang sama dengan mendirikan firma. Pendirian sebuah persekutuan komanditer pada dasarnya adalah sebuah perjanjian, karena mengacu pada definisi Pasal 1618 KUHPerdata bahwa persekutuan adalah sebuah perjanjian diantara para pendiri, maka dari itu dalam perjanjian pendirian CV, berlaku juga hukum-hukum tentang perjanjian seperti Pasal 1320 KUHPerdata tentang sayarat sah sebuah perjanjian yang harus ditaati oleh para pihak serta Pasal 1338 KUHPerdata sebagai hak dari para pembuat perjanjian untuk menentukan isi perjanjiannya sendiri.9 Nantinya perjanjian diantara para pendiri tersebut lebih sering disebut sebagai Anggaran Dasar Persekutuan dibuatkan Akta Otentik oleh notaris yang nantinya menjadi Akta Pendirian Persekutuan. Karena dalam Pasal 22 KUHD jelas di terangkan bahwa Akta Pendirian CV harus dibuat dalam bentuk otentik oleh seorang

6 C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 1992), hal.64.

7 H.M.N. Purwostujipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2: Bentuk-Bentuk

Perusahaan (Jakarta: Djambatan, 2007), hal. 74.

8 R. Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi,

Yayasan, Wakaf (Bandung: P.T. Alumni, 2001), hal. 53.

9 Heru P. Sanusi, et.al. Hukum Dagang (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2008), hal. 23.

(7)

7

Notaris.10 Setelah itu masih ada kewajiban selanjutnya yang harus dipenuhi oleh para pendiri, yaitu mendaftarkan akta pendirian tersebut ke Kepaniteraan Pengadilan Negeri domisil dari CV tersebut. Selanjutnya setelah didaftarkan minimal petikan-petikan akta yang ditentukan dalam Pasal 26 KUHD harus di umumkan ke dalam Berita Negara. Jika kedua hal ini tidak dilakukan saat akta pendirian CV telah jadi maka ada sanksi yang harus di tanggung oleh para pendiri yaitu:

a. Bidang usaha CV menjadi umum guna kepentingan pihak ketiga, maksudnya CV tersebut tidak memiliki suatu kegiatan usaha tertentu yang nantinya memudahkan pihak ketiga dalam menggugat atau meminta pertanggungjawaban.

b. Jika CV telah dibangun untuk jangka waktu tertentu, berubah menjadi didirikan tidak ada jangka waktu tertentu

c. Tidak ada pengecualian bagi sekutu untuk bertindak keluar, semua sekutu menjadi berhak keluar.11

Persekutuan Komanditer didirikan untuk mewujudkan tujuan para pendiri, pada saat tujuan telah tercapai, atau satu dan dua lain hal bisa membuat persekutuan komanditer tersebut bubar. Sebab bubarnya CV tidak diatur di dalam KUHD, karena memang tentang pembubaran telah diatur dalam Pasal 1646 KUHPerdata, yaitu antara lain:

a. Jika jangka waktu pendirian persekutuan itu telah lewat

b. Musnahnya barang sertah telah diselesaikannya usaha yang menjadi tugas pokok dan alasan didirikannya CV.

c. Adanya kehendak sendiri dari para sekutu untuk membubarkan persekutuannya.

d. Salah satu sekutu meninggal dunia.12

Dari keempat sebab tersebut sebab adanya kehendak dari para sekutu menjadi paling unik menurut Penulis. CV yang berdiri tanpa jangka waktu tertentu bisa bubar atas dasar suatu hal yaitu apabila salah satu atau beberapa sekutunya

10 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 22. 11 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 29. 12 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1646.

(8)

8

mengundurkan diri yang dalam hal ini melepaskan kedudukan sebagai sekutu kepada sekutu lainnya.13 Selain apa yang telah diatur dalam KUHPerdata, dalam KUHD juga diatur bahwa jika membubarkan CV sebelum waktu tertentu, atau sebagai akibat dari pengunduran diri ataupun memperpanjang jangka waktu pendirian harus dibuatkan akta perubahan yang didaftarkan ke Kepaniteraan dan diumumkan ke Berita Negara.14

Seperti yang terjadi pada CV. MIB, sebuah Persekutuan Komanditer yang didirikan oleh 3 orang yaitu AT, SM dan YM pada perjalananya yaitu pada tanggal 30 April 2011 terjadi peristiwa dimana YM mengundurkan diri dari CV. MIB yang lalu digantikan oleh NNL sebagai sekutu komplementer. Jika melihat dari sebab bubarnya persekutuan, seharusnya CV. MIB menjadi bubar karena pengunduran diri YM. Tetapi peristiwa tersebut membuat CV tetap berjalan dan hanya dibuatkan akta perubahannya yang lalu didaftarkan dan diumumkan ke Berita Negara.

Sifat firma yang paling menonjol tentang kerjasama diantara para pendirinya inilah yang membuat firma bubar hanya dengan keluarnya salah satu sekutu.15 Tetapi jika kita perhatikan dan ingat-ingat lagi bahwa apa yang diatur didalam buku ketiga KUHPerdata sifatnya adalah mengatur, yang artinya para pihak dapat mengatur lain sesuai kesepakatan para pihak dan sejauh tidak bertentangan dengan undang-undang. Para ahli hukum yaitu Polak dan Van Brakel juga berpendapat bahwa apa yang diatur di dalam Pasal 1646 poin ketiga yang diatur selanjutnya dalam Pasal 1649 KUHPerdata bukan sebuah peraturan yang bersifat paksaan yang artinya jika sewaktu-waktu ada sekutu yang mengundurkan diri, seketika persekutuan harus bubar, tetapi sebab ini dapat diantisipasi yang artinya disimpangi dengan klausa perjanjian yang telah disepakati oleh para pendiri.16 Karena kembali lagi kita tahu bersama bahwa CV lahir dari sebuah kesepakatan diantara para pendirinya, dan karena itu saling bersepakat untuk mengatur hal-hal apa saja yang akan mereka lakukan serta beberapa aturan secara terperinci dalam

13 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1649. 14 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Pasal 31. 15 Op.Cit., M. Yahya Harahap, hal. 8.

(9)

9

menjalankan persekutuan, maka asas kebebasa kontrak berlaku yang artinya para pihak yang membuat perikatan bebas mengatur isi perikatannya sepanjang tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum, karena perikatan itu kan menjadi perjanjian bagi mereka.17. Menurut M. Yahya Harahap ada sebuah klausul yang disebut survivorship clause atau janji persekutuan tetap ada, yang mengatur bahwa persekutuan tetap berjalan walaupun ada sekutu yang keluar karena mengundurkan diri atau meninggal dunia.18

Maka dari itu para pihak dalam kasus ini dapat bersepakat mengatur bahwa CV. MIB tetap berjalan walaupun ada salah sekutu yang keluar. Hal ini telah diatur AT, SM dan NNL pada awal pendirian di pasal 3, 12 dan 14 Akta Pendirian CV. MIB yang menjelaskan bahwa CV. MIB tetap berjalan walaupun kedepannya ada salah satu sekutu yang keluar. Dengan diatur begitu maka dengan keluarnya YM tidak membuat CV. MIB bubar, melainkan cukup dibuatkan Akta Perubahan yang menjelaskan adanya pergantian sekutu komplementer dari YM menjadi NNL sebagai pengganti kedudukan baru YM.

2. Analisa Mengenai Tanggung Jawab YM Yang Telah Mengundurkan Diri dan Diberikan Pelunasan dan Pembebasan (Acquit Et De Charge)

Tanggung jawab para sekutu baik di persekutuan perdata, firma dan CV adalah hal yang paling penting dibahas dan diatur sebelum sebuah persekutuan itu berdiri. Karena kita ketahui bersama bahwa ketiga bentuk badan usaha ini tidak berbadan hukum yang artinya juga jika terjadi tanggung jawab misalnya berupa ganti rugi, maka yang harus bertanggung jawab adalah para sekutunya sampai harta pribadi. Maka dari itu ada beberapa tanggung jawab yang lahir saat sebuah persekutuan berdiri bagi para pihak, tanggung jawab ini sering disebut sebagai hubungan internal dan eksternal para sekutu.

Hubungan internal para sekutu di dalam sebuah CV tidak jauh beda dengan dalam firma, dengan begitu ada beberapa tanggung jawab/ hubungan yang lahir diantara para sekutu CV yaitu:

17 Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT. Intermasa, 2010), hal. 13. 18 Op.Cit., M. Yahya Harahap, hal. 14.

(10)

10

a. Yang pertama, jelas terlihat dalam Pasal 1624 sampai Pasal 1641 KUHPerdata tentang pemasukkan modal dan pembagian keuntungan dan kerugian di dalam CV. Keuntungan dan kerugian dapat ditentukan bebas oleh para pihak (kecuali tidak untuk ketentuan salah satu sekutu tidak mendapat keuntungan), tetapi jika tidak diatur maka berlakulah asas keseimbangan daripada inbreng.19 Tetapi untuk kerugian ada beberapa hal khusus yang berbeda pada CV, untuk sekutu komplementer jika terjadi kerugian maka sekutu tersebut bertanggung jawab penuh sampai harta pribadi secara tanggung renteng bersama sekutu komplementer lainnya.20 Untuk sekutu komanditer jika ada kerugian tanggung jawab gantinya hanya sebatas pada modal yang telah ia masukkan kedalam persekutuan, dan tidak bertanggung jawab atas sisa kerugian dan tidak menyentuh harta pribadinya.21

b. Selanjutnya yaitu pengurusan bahwa hanya sekutu komplementerlah yang berhak melakukan pengurusan, sedangkan sekutu komanditer tidak.

c. Yang terakhir yaitu tentangn penentuan nama persekutuan.

Selanjutnya hubungan eksternal para sekutu adalah sebuah poin penting untuk membahas tanggung jawab sekutu terhadap pihak ketiga karena dalam CV tanggung jawab eksternalnya sebatas ada pada sekutu komplementer. Sebagai konsekuensi dari kedudukan sekutu komplementer yang harus bertanggung jawab terhadap pengurusan CV, maka ia juga harus bertindak keluar guna menjalankan tujuan dari CV tersebut. Pada dasar semua sekutu komplementer bisa bertindak keluar untuk mewakili CV. Akan tetapi dapat diatur sebaliknya dalam perjanjian pendirian bahwa hanya ada seorang diantara sekutu komplementer yang berhak mewakili CV dalam pengurusan keluar.22

Dalam dunia bisnis sudah tidak asing juga tentang hukum kebiasaan yang dikenal dengan pelunasan dan pembebasan/ release and discharge atau dalam

19 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pasal 1633. 20 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 18. 21 Op.Cit., HMN. Purwosutjipto, hal. 89.

22 Fred B.G. Tumbuan, “Hubungan Hukum Internal dan Eksternal Para Sekutu”. (Makalah yang disampaikan pada Seminar Hukum Dagang, yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 29-30 Juli 1987), hal. 1

(11)

11

bahasa perancis yaitu acquit et de charge. Ini adalah sebuah hukum kebiasaan yang lahir di Negara-negara yang menganut sistem hukum anglo saxon/ civil law. Pada dasarnya pelunasan dan pembebasan ini adalah sebuah hal yang mengatur tentang pelepasan dan pembebasan seseorang dari suatu kewajiban, beban atau tuduhan, dan diartikan juga sebagai tindakan membebaskan seseorang dari kewajiban dan tanggung jawab atau secara hukum menyatakan tidak bersalahnya seseorang yang dituduh melakukan kejahatan.23 Sedangkan menurut para ahli di Indonesia yaitu Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja menyatakan bahwa acquit et de charge sendiri hanya sebuah pembebasan tanggung jawab seseorang, yang mana tanggung jawab tersebut diberikan kepada sipemberi kebebasan dan pelunasan, dan juga tidak termasuk pertanggung jawaban bersifat pidana.24

Di Negara Inggris salah satu Yurisprudensi dan sejarah cikal bakalnya hukum kebiasaan ini ada pada kasus Cutter v Powell pada tahun 1795.25 Dari yurisprudensi tersebut dan selanjutnya yurisprudensi lainnya, maka disimpulkan bahwa sebenarnya pelunasan dan pembebasan tanggung jawab dari seseorang barulah dapat diberikan oleh sipemberi apabila seseorang yang diberikan tanggung jawab tersebut telah melaksanakan tanggung jawabnya (ada sesuatu yang harus dikerjakan dari si pember) dengan baik dan penuh. Tetapi kembali lagi penuh atau sebagiannya tanggung jawab diselesaikan, masih dimungkinkan sipenerima menerima pembebasan dengan syarat bahwa para pihak sebelumnya telah mengatur kesepakatan tersebut.

Pada perkembagannya dikenal pembebasan dengan kontrak, maksudnya adalah pemberian acquit et de charge ini dapat diberikan baik secara tertulis ataupun lisan. Tertulis artinya dapat dituangkan dalam suatu perjanjian dan para pihak bebas mengatur dan saling membebaskan tanggung jawab diantara para pihak. Namun, pemberhentian atau pengaturan perjanjian tersebut hanya aka efektif jika adanya persetujuan dan kepuasan

23 Henry Campbell Black, “Black’s Law Dictionary Fifth Edition : Definition of the Terms and

Phrases of American and English Jurisprudence Ancient and Modern”, Kamus Hukum (St. Paul Minn: West Publishing Co., 1979), hal. 23.

24 Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 116.

(12)

12

Persetujuan maksudnya adalah bahwa adanya kesepakatan diantara para pihak untuk saling memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab, ini juga sudah tidak asing lagi karena merupakan syarat mutlak untuk timbulnya sebuah perjanjian. Dan kepuasan disini maskudnya adalah adanya sebuah pertimbangan yang matang, pertimbangan menjadi elemen penting ketika perjanjian dibuat maupun dibatalkan.26

Terakhir dalam pemberian pelunasan dan pembebasan ada beberapa hal yang patut diperhatikan yaitu:

a. Bahwa pelunasan dan pembebasan hanya membebaskan tanggung jawab yang timbul diantara si pemberi dan si penerima pelunasan dan pembebasan. b. Bahwa tanggung jawab yang dibebaskan haruslah tanggung jawab yang

memang terlihat oleh si pemberi dan pemberi tahu bahwa tanggung jawab itu telah dilaksanakan dengan baik.

c. Bahwa pelunasan dan pembebasan hanya membebaskan tanggung jawab perdatanya saja, sedangkan tanggung jawab pidana tetap melekat pada si penerima dan baru dinyatakan bebas oleh hakim dalam pembuktiannya di pengadilan.27

Pada peristiwa pengunduran diri ini juga ada sesuatu hal yang unik. Dinyatakan dalam Akta perubahan CV. MIB bahwa saat YM mengundurkan diri, maka pada saat itu juga diberikan pelunasan dan pembebasan tangung jawab diantara para sekutu yang sekarang dengan YM dan begitu juga sebaliknya, sehingga tidak bisa diminta pertanggung jawabannya di kemudian hari. Dari klausul yang telah dijelaskan diatas menjelaskan bahwa dengan YM keluar dari CV. MIB ia tidak lagi bertanggung jawab atas segala hal yang ada dalam CV. MIB pada saat dia masih menjadi sekutu komplementer. Jika ada tanggung jawab timbul, maka YM tidak bisa dimintakan pertanggung jawaban

26 Ibid., hal. 201

27 Arif Wicaksana, “Beberapa Hal Yang Berkaitan Dengan Perseroan Terbatas”. (Makalah yang disampaikan pada mata kuliah Hukum Korporasi dan Kepailitan, pada Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta, 4 Oktober 2016), hal. 4.

(13)

13

Tetapi dalam hal ini tidak semua tanggung jawab YM bisa di bebaskan, karena pemberian pelunasan dan pembebasan disini hanya diberikan atas tanggung jawab yang timbul diantara YM, AT, SM dan NNL. Artinya tanggung jawab pengurusan CV. MIB di dalam selama YM sebagai sekutu komplementer itulah yang dibebaskan dari tuntutan-tuntutan. Sedangkan kita ketahui bahwa ada tibul tanggung jawab keluar terhadap pihak ketiga sebagai konsekuensi dari hubungan eksternal sekutu komplementer. Maka dari itu jika sewaktu-waktu ditemukan adanya tanggung jawab baik kerugian ataupun tuntutan dari pihak ketiga, maka YM dan para sekutu lainnya tetap bertanggungjawab untuk mengganti kerugian pihak ketiga tersebut sebagaimana porsinya. Karena tanggung jawab itu timbul diantara pihak ketiga dan YM, maka tidak dibebaskan seperti yang tertulis dalam klausul (tanggung jawab diantara para sekutu), maka dari itu YM bertanggung jawab sampai harta pribadi, sedangkan AT dan SM bertanggung jawab sebatas modal yang dimasukkan kedalam CV. MIB.

D. PENUTUP 1. Kesimpulan

a. Dengan keluarnya YM dari CV. MIB karena pengunduran diri tidak membuat CV. MIB menjadi karena pengunduran tersebut. Pada dasar sebuah persekutuan komanditer (CV) adalah sebuah firma dalam bentuk khusus, dan firma memiliki sebuah sifat badan usaha yang ciri khas ada pada sifat individu dari sekutu-sekutu yang seharusnya tidak boleh mundur dari persekutuan dan apabila ada sekutu yang keluar, memang seharusnya CV yang merupakan bentuk awal dari firma, seharusnya menjadi bubar. Tetapi perlu diingat bahwa pendirian sebuah persekutuan itu merupakan kesepakatan di antara para pihak yang menjadi perikatan bagi mereka, maka di sini berlakulah asas-asas dan peraturan dari hukum perikatan yaitu dimana para pihak yang membuat perikatan itu bebas menentukan isi dari perjanjian mereka, karena itulah yan nantinya juga menjadi undang-undang bagi mereka yang membuat (pacta sunt servanda). Maka dari itu akibat ini bisa disimpangi oleh para pihak dengan sebuah janji yang dituangkan dalam akta

(14)

14

pendirian bahwa CV akan terus berjalan walau ada sekutu yang keluar yang disebut survivorship clause. Dengan begitu untuk CV. MIB yang sekutu komplementernya yaitu YM keluar mengundurkan diri tidak membuat CV. MIB bubar, karena pada saat pendirian para sekutu memperjanjikan hal tersebut pada Pasal 11 Akta Pendirian, sehingga yang hanya perlu dilakukan CV. MIB selanjutnya adalah mencari pengganti YM karena ia hanya satu-satunya sekutu komplementer di CV. MIB. Akhirnya masuklah NNL menggantikan YM dan sesuai ketentuan Pasal 31 KUHD bahwa peristiwa-peristiwa penting salah satunya keluarnya sekutu atau masuknya sekutu baru harus dibuatkan akta ontentik dan didaftarkan ke Kepaniteraan serta diumumkan pada berita negara. Akhirnya CV. MIB membuat Akta Pemasukan, Pengeluaran dan Perubahan Perseroan Komanditer “CV. MIB” karena telah terjadi peristiwa dimana YM keluar mengundurkan diri dan digantikan oleh NNL sebagai sekutu komplementer yang baru

b. Bahwa dengan pemberian pelunasan dan pembebasan tanggung jawab dari NNL, AT dan SM kepada YM tidak menjadikan tanggung jawab YM menjadi bebas seluruh dan sepenuhnya. Karena jelas dalam Akta Pengeluaran, Pemasukan dan Perubahan Perseroan Komanditer “CV. MIB” menyatakan membebasan tanggung jawab yang hanya ada di antara para pihak di dalam akta tersebut yakni AT, SM, YM dan NNL. Maksudnya pelunasan dan pembebasan yang ada di dalam klausul di Akta Perubahan CV. MIB di sini adalah hanyalah tanggung jawab YM terhadap AT, SM dan NNL sebagai contoh tanggung jawab YM ikut mengganti rugi dengan sifat tanggung renteng sampai harta pribadi, atau dipersalahkan atas laporan atau pengurusan YM yang telah terlihat oleh AT dan SM selama menjadi sekutu komplementer. Sedangkan jika ada tanggung jawab terhadap pihak ketiga yang mengikat YM karena kewenangan YM mewakili CV. MIB keluar untuk mewakili CV, tanggung jawab YM yang terlihat pada saat pemberian pelunasan dan pembebasan, atau tanggung jawab YM yang diberikan pelunasan dan pembebasan tapi diketahui membuat CV. MIB mengalami kerugian, AT, SM dan NNL yang masih ada didalam CV. MIB tersebut

(15)

15

berhak mengikut sertakan YM untuk bertanggung jawab dengan ikut serta mengganti kerugian yang disebabkan oleh hal-hal tersebut.

6. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah Penulis jelaskan diatas, maka Penulis juga ingin memberikan saran dengan tujuan agar tidak ada lagi tindakan-tindakan sekutu yang tidak jelas kedudukan hukumnya yang dapat merugikan banyak pihak. Saran Penulis adalah sebagai berikut:

a. Bahwa peraturan-peraturan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang perlu dilakukan pembaharuan seperti kejelasan kedudukan sekutu guna untuk mengimbangin perkembangan hukum bisnis yang begitu pesat di Indonesia

b. Pemberian pelunasan dan pembebasan perlu diberikan sebuah wawasan dan pengetahuan lebih dalam untuk mendukung perkembangan bisnis di Indonesia, Karena ini sudah sangat banyak dilakukan dalam praktik

hukum bisnis di Indonesia.

E. REFERENSI (DAFTAR PUSTAKA) BUKU

Harahap, M. Yahya. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika, 2015. Kansil, C.S.T. Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika, 1992.

Macintyre, Ewan. Bussiness Law. Great Britain: Pearson Education, 2001. Purwostujipto, H.M.N. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 2:

Bentuk-Bentuk Perusahaan. Jakarta: Djambatan, 2007.

Ridho, R. Ali. Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf. Bandung: P.T. Alumni, 2001. Sanusi, Heru P., et.al. Hukum Dagang. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas

Trisakti, 2008.

Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

(16)

16

_______, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia, 2008. Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermasa, 2010.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Seri Aspek Hukum Dalam Bisnis: Persekutuan Perdata Firma, dan Persekutuan Komanditer. Jakarta: Kencana, 2004.

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

ARTIKEL & JURNAL

Tumbuan, Fred B.G. Hubungan Hukum Internal dan Eksternal Para Sekutu, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Jakarta, 29-30 Juli 1987.

Wicaksana, Arif. Beberapa Hal Yang Berkaitan Dengan Perseroan Terbatas, Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta, 4 Oktober 2016.

KAMUS

Black, Henry Campbell. Black’s Law Dictionary Fifth Edition: Definition of the Terms and Phrases of American and English Jurisprudence Ancient and Modern. Kamus Hukum. St. Paul Minn: West Publishing Co., 1979.

ON-LINE

Riyanto, Agus. “’Acquit Et De Charge’ Direksi”. (On-Line), tersedia di: http://business-law.binus.ac.id/2017/01/21/acquit-et-de-charge-direksi/ (27 Januari 2017).

Referensi

Dokumen terkait