Pengelolaan Terpadu SDA
(Integrated Water Resources
Management = IWRM)
Latar Belakang
Indonesia adalah negeri kepulauan
dengan potensi air yang luar biasa
Secara hidrometeorologi, potensi kita
adalah salah satu yang terbaik di Asia
Pengelolaan Sumberdaya Air
Terpadu
Ketersediaan air permukaan tidak berimbang
Benua Luas Penduduk Potensi Air Potensi Ketersediaan juta km2 juta jiwa km3/tahun mm/tahun m3/kapita
Eropa 10,46 685 2.900 277 4.234
Amerika Utara 24,25 448 7.700 316 17.188
Afrika 30,10 708 4.040 134 5.706
Asia 43,48 3.403 13.508 311 3.969
Amerika Selatan 17,86 315 12.030 674 38.190
Australia & Oseania
8,95 29 2.400 268 83.624
Dunia 135,10 5.588 42.578 315 7.620
Jawa 0,13 123 187 1.406 1.523
Bali, NTT dan NTB 0,09 11 60 698 5.447
Kalimantan 0,19 14 247 1.321 18.026
Sumatera 0,47 41 738 1.567 18.132
Sulawesi 0,54 10 1.008 1.884 97.363
Maluku dan Papua 0,49 4 981 1.994 247.821
Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu
Pengelolaan sumberdaya air secara terpadu:
Proses terkoordinasi dalam pengembangan danpengelolaan air, tanah dan sumberdaya alam terkait yang memberi manfaat maksimal bagi kemaslahatan masyarakat tanpa mengganggu keberlanjutan ekosistem (Biltonen, 2002)
Satu sungai, satu rencana, satu pengelolaan terpadu
DAS adalah kesatuan terkecil dari pengelolaan air
Aspek pengelolaan:
› Daerah tangkapan hujan
› Kuantitas
› Kualitas
› Pengendalian banjir
› Lingkungan sungai
Ke b e rla njuta n (Sa ve nije , 1997):
› Te knis
› Fina nsia l
› Ke le m b a g a a n
› So sia l
› Eko no m i
Ada 3 fenomena penting yg perlu
dicermati dlm kaitan dgn pengelolaan
SDA di Indonesia :
1.
Permintaan thdp air dr berbagai
sektor kehidupan cenderung
meningkat
2.
Penurunan kondisi SDA
Akibat : perkembangan pemukiman di
kota, industri, pertambangan dan energi
listrik
Peningkatan permintaan ini telah
menimbulkan
kelangkaan
sehingga timbul
kompetisi dan konflik dlm pengalokasian
baik di sektor pertanian maupun
Penurunan kondisi SDA
Peningkatan permintaan dan
terjadinya kelangkaan air diikuti
pula oleh penurunan kondisi SDA
dlm bentuk
Kerusakan Daerah
Tangkapan
dan
Pencemaran Air
,
sehingga terjadi kekeringan di
Krisis Pengelolaan
Krisis pengelolaan yg ditandai
oleh ketidak-mampuan
kerangka kebijakan, kerangka
hukum, kerangka kelembagaan
dan kapasitas SDM dalam
Ketiga fenomena tersebut
mengindikasikan semakin
meningkatnya kompleksitas
pengelolaan SDA shg diperlukan
adanya keterpaduan dalam
pengelolaan dan pembaharuan
kebijakan
Dalam kaitan ini pemerintah RI sdh
melakukan upaya pembaharuan
Pengertian dan Prinsip2
Pengelolaan SDA Terpadu
Pengelolaan SDA secara terpadu
(IWRM) adalah suatu proses yg
mengedepankan pembangunan
pengelolaan sumberdaya terkait
lainnya secara terkoordinasi dlm
rangka memaksimalkan resultan
ekonomi dan kesejahteraan sosial
secara adil tanpa mengorbankan
Prinsip2 pengelolaan air secara terpadu ini
dikembangkan sebagai respon terhadap pola
pengelolaan SDAir yg diterapkan selama ini
yg cenderung terpisah-pisah (fragmented)
Hal ini telah menimbulkan persoalan seperti
banjir, interusi air laut, pencemaran dsb
Keterpaduan ini mencakup :
Keterpaduan
pada sistem alam
(natural system) dan
Keterpaduan pengelolaan pada
sistem alam
(natural system)
1.
Keterpaduan antara hulu-hilir
2.
Keterpaduan kuantitas dan kualitas
3.
Keterpaduan air permukaan dan bawah
tanah
4.
Keterpaduan penggunaan lahan dan
penggunaan air
5.
Keterpaduan
green water
dan blue water
6.
Keterpaduan pengelolaan air tawar dan
Keterpaduan pengelolaan pada
sistem manusia
(human system)
1.
Keterpaduan antar sektor dalam
pembuatan kebijakan nasional
(cross-sectoral integration in national policy
development)
2.
Keterpaduan semua stakeholders dlm
perencanaan dan pengambilan keputusan
Dalam mewujudkan IWRM
ada 3 kriteria utama
Efisiensi ekonomi
Keadilan
Elemen penting dlm kerangka
dan pendekatan IWRM
Lingkungan yg memungkinkan (enabling
environment) dlm bentuk kebijakan
nasional, peraturan/UU, dan informasi
ttg stakeholders pengelolaan SDAir
Peran kelembagaan (institusional roles)
pemerintah dan stakeholders pd
berbagai tingkatan
1.
Tanggung jawab pengelolaan dan
perlindungan SDA terbagi (fragmented)
diantara berbagai instansi pemerintah :
Kemen Kimpraswil, Pertanian,
2.
Sebagian besar air (± 85%) digunakan utk
irigasi dgn efisiensi pengaliran rendah (±
40%). Secara ekonomi nilai air utk
penggunaan ini rendah.
Ketika permintaan dari sektor lain meningkat
(utk minum, industri dsb) maka cenderung
terjadi relokasi air dr kegiatan pertanian ke
non-pertanian.
Timbul isu persoalan jaminan air bagi petani
yg merupakan kelompok yg lemah dlm
3.
Pengelolaan SDAir di Indonesia
bias sisi penyediaan (supply) yg
ditandai oleh perlakuan terhadap
air sbg sumberdaya yang
ketersediaannya tdk terbatas,
peran pemerintah dalam hal ini
P
ERLUNYA PERUBAHAN PARADIGMA,
KEBIJAKAN DAN STRATEGIFaktor-faktor penyebab diperlukannya perubahan kebijakan dan strategi :
1.
Perubahan lingkungan strategi internal :reformasi, demokratisasi, otonomi daerah, good governance dsb...
2.
Perubahan lingkungan strategi eksternal:globalisasi, perdagangan bebas, permasalahan lingkungan global....
3.
Kecenderungan yg nyata dr kenaikan bisnis air pd level lokal, nasional dan global 4.
Keterbatasan kemampuan negara dlmmanajemen pengembangan SDA khususnya dlm konservasi dan penyediaan air bersih
5.
Berkurangnya ketersediaan air (water supply) dan meningkatnya kebutuhan air (waterdemand)
6.
Kerugian dan kerusakan yg luar biasa akibat kekeringan dan kebanjiran7.
Perumusan dan implementasi kebijakan ygdilakukan pemerintah dalam manajemen SDA belum optimal
Pe ruba ha n pa ra digm a da la m
pe nge lola a n SDA se pe r t i
t e la h dije la sk a n ya it u :
Perubahan cara pandang filosofi dr
ekonomi liberal menuju ekonomi
ekologi
Kepentingan domain sosial ekonomi :
dr kepentingan tunggal mengarah
Dari sisi pelaku (stakeholders)
perubahan yg diperlukan
:
Perubahan pola pikir
(mind-set changes)
Perubahan perilaku
(behavioral changes)
OTONOMI DAERAH
Otda di Indonesia dimulai tahun 1999
yaitu dengan disyahkannya UU No.22
thn 1999 ttg Pemerintah Daerah yang
kemudian disempurnakan dengan UU
No.32 thn 2004.
Keuntungan (khususnya dlm SDA)
Mempermudah dan mempercepat
penyelesaian masalah dan
tantangan yg muncul secara lokal
Mengurangi beban persoalan di
pusat
Kerugian (khususnya dlm SDA)
Desentralisasi dpt mendatangkan
kerugian :
1.
Mengurangi eksternalitas positif
dan meningkatkan yg negatif
2.
Meningkatkan biaya artikulasi
Eksternalitas positif dpt berupa
dukungan bagi perkembangan
ekonomi masyarakat, tingkat
kesehatan rata-rata masyarakat dan
kelestarian lingkungan hidup
Eksternalitas negatif yg timbul akibat
degradasi sumberdaya air menjadi
Artikulasi merupakan proses yg
menghubungkan tindakan unit yang satu
dengan tindakan dari unit-unit lainnya.
Artinya akan lebih banyak waktu, energi serta
biaya yg diperlukan utk mengkoordinasikan
bagian-bagian yg masing-masing memiliki
otonomi.
Contoh : utk pengamanan
catchment area,
Keuntungan internal misalnya
terpenuhi skala ekonomi utk jaringan
irigasi sehingga tercapai efisiensi.
Desentralisasi yg mengabaikan hal ini
akan menyebabkan hilangnya