41
4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan
Data hasil belajar siswa sebelum perlakuan adalah data hasil belajar siswa
yang diperoleh dari pretest. Dalam penelitian ini yang menjadi data hasil belajar
siswa sebelum perlakuan adalah hasil pretest siswa kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pretest tersebut yaitu bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
4.1.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria
1 33,33 3 9,4% kurang
2 41,67 9 28,1% Hampir cukup
3 50 10 31,2% cukup
4 58,33 7 21,9% Cukup baik
5 66,67 3 9,4% Baik
Jumlah 32 100%
Grafik 4.1 Histogram Pretest Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol di atas,
dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33
adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 9 orang
(28,1%), siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 10 orang (31,2%), siswa yang
memperoleh nilai 58,33 adalah 7 orang (21,9%), dan siswa yang memperoleh nilai
66,67 adalah 3 orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) :
F) 49,48.
4.1.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen berikut ini:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria
1 33,33 4 16% Kurang
2 41,67 6 24% Hampir cukup
3 50 6 24% cukup
4 58,33 6 24% Cukup baik
5 66,67 3 12% Baik
Grafik 4.2 Histogram Pretest Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen di atas,
dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33
adalah 4 orang (16%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 6 orang (24%),
siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh
nilai 58,33 adalah 6 orang (24%), dan siswa yang memperoleh nilai 66,67 adalah
3 orang (12%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 49,33.
4.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan
Data hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah data hasil belajar siswa
yang diperoleh dari pemberian posttest. Dalam penelitian ini yang menjadi data
hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah hasil posttest siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas
eksperimen bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau
kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran atau perlakuan tertentu. Data dari
hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam
4.1.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol
Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol
No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria
1 53,85 3 9,4% cukup
2 61,54 8 25% Hampir baik
3 69,23 10 31,2% Cukup baik
4 76,92 5 15,6% baik
5 84,62 3 9,4% baik
6 92,31 3 9,4% Sangat baik
Jumlah 32 100% 2261,56
Grafik 4.3 Histogram Posttest Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol di atas,
dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 53,85
adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 8 orang (25%),
memperoleh nilai 76,92 adalah 5 orang (15,6%), siswa yang memperoleh nilai
84,62 adalah 3 orang (9,4%), dan siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 3
orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 70,67.
4.1.2.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat
pada tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen berikut ini:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria
1 53,85 2 8% cukup
z2 61,54 2 8% Hampir baik
3 69,23 1 4% Cukup baik
4 76,92 6 24% baik
5 84,62 7 28% baik
6 92,31 4 16% baik
7 100 3 12% Sangat baik
Jumlah 25 100% 2023,11
Grafik 4.4 Histogram Posttest Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen di
atas, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai
53,85 adalah 2 orang (8%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 2 orang
(8%), siswa yang memperoleh nilai 69,23 adalah 1 orang (4%), siswa yang
memperoleh nilai 76,92 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh nilai
84,62 adalah 7 orang (28%), siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 4 orang
(16%), dan siswa yang memperoleh nilai 100 adalah 3 orang (12%), dengan
rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 80,92.
4.2 Pengujian Persyaratan Analisis 4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Perhitungan dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS 16,0 for window. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest
Eksperimen
Posttest
Eksperimen
Pretest
Kontrol
Posttest
Kontrol
N 25 25 32 32
Normal Parametersa Mean 49.3332 80.9244 49.4794 70.6738
Std. Deviation 10.73696 13.15974 9.45086 10.95492
Most Extreme Differences Absolute .162 .180 .171 .209
Positive .162 .109 .171 .209
Negative -.159 -.180 -.147 -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .812 .902 .966 1.180
Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .390 .309 .123
a. Test distribution is Normal.
Pada tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas
tabel di atas adalah bahwa signifikansi untuk pretest kelas eksperimen, posttest
kelas eksperimen, pretest kelas kontrol, dan posttest kelas kontrol masing-masing
adalah sebesar 0,526, 0,390, 0,309, dan 0,123. Karena signifikansi untuk seluruh
variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan
posttest kelas ekperimen dan kontrol berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai hasil pretest
kedua kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01
(sebagai kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas
eksperimen). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Test of Homogeneity of Variances
Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.798 1 55 .376
Berdasarkan tabel 4.6 Test of Homogeneity of Variance di atas dapat
diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,376. Karena signifikansi lebih dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
mempunyai varian yang sama. Hal ini juga ditunjukan oleh angka Levene Statistic
sebesar 0,798 yang artinya semakin kecil nilai Levene Statistic maka semakin
besar tingkat homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. df1= jumlah
kelompok data-1 atau 2-1 = 1 sedangkan df2 = jumlah data-jumlah kelompok data
atau 57-2 = 55.
4.3 Analisis Data
Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga analisis
data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik. Yang mana hasil
pengujian atau analisis datanya perlu dipaparkan.
4.3.1 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Kontrol
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas
yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS
16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Pretest_Kontrol 32 33.33 66.67 49.4794 9.45086
Posttest_Kontrol 32 53.85 92.31 70.6738 10.95492
Valid N (listwise) 32
Pada tabel 4.7 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel
pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai
pretest rata-rata 49,4794 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi 66,67.
Sedangkan standar deviasinya sebesar 9,45086. Variabel posttest kelas kontrol
dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata
70,6738 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 92,31. Sedangkan standar
deviasinya sebesar 10,95492. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa
nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 21,1944 (70.6738 –
49,4794).
4.3.2 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Eksperimen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas
eksperimen adalah sebanyak 12 item soal untuk pretest dan 13 item soal untuk
posttest yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan
bantuan SPSS 16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel
4.8 berikut:
Tabel 4.8 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest_Eksperimen 25 33.33 66.67 49.3332 10.73696
Posttest_Eksperimen 25 53.85 100.00 80.9244 13.15974
Pada tabel 4.8 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel
pretest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai
nilai pretest rata-rata 49,3332 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi
66,67. Sedangkan standar deviasinya sebesar 10,73696. Variabel posttest kelas
eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai nilai posttest
rata-rata 80,9244 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 100,00.
Sedangkan standar deviasinya sebesar 13,15974. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar
31,5912 (80,9244 – 49,3332).
4.3.3 Perbedaan Nilai Posttest Kelas Kontrol Dengan Nilai Posttest Kelas Eksperimen
Untuk mengetahui perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan posttest kelas
eksperimen, penulis menggunakan perbandingan rata-rata nilai posttest antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dihitung menggunakan bantuan program
SPSS 16.0 for windows pada uji correlate bevariate dengan melihat pada tabel
descriptive statistics. Hasil analisis perbedaan nilai postest kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Posttest_Kontrol 70.6738 10.95492 32
Posttest_Eksperimen 80.9244 13.15974 25
Berdasarkan tabel 4.9 Descriptive Statistics di atas, maka dapat diketahui
bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 70,6738. Rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen sebesar 80,9244. Dengan demikian Nampak jelas bahwa
rata-rata nilai posttest kelas kontrol berbeda dengan rata-rata nilai posttest kelas
eksperimen. Perbedaan tersebut adalah sebesar 10,2506.
4.4 Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui atau membandingkan kelas
inkuiri dalam pembelajaran) dan kelas kontrol (kelas yang menggunakan model
konvensional) terhadap hasil belajar IPA.
Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu uji t. Hasil dari
analisis uji t diketahui dengan cara pertama yaitu membandingkan nilai thitung >
ttabel penghitungan ttabeldilihat pada tingkat α = 5%, cara kedua yaitu Sig (2-tailed)
< α = 5% (0,05) , maka Ha diterima dan H0 ditolak. Kriterianya adalah sebagai
berikut:
1) Jika Prob t hitung < Prob 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
terdapat pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual tipe inkuiri
2) Jika Prob t hitung > Prob 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual tipe inkuiri
Hasil uji hipotesis dengan uji t-test tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan
4.11 berikut:
Tabel 4.10 Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Posttest Eksperimen 25 80.9244 13.15974 2.63195
Tabel 4.11 Independent Samples Test
Posttest Equal variances assumed Equal variances not assumed
Levene's Test for Equality
of Variances
F .753
Sig. .389
t-test for Equality of Means T 3.209 3.137
Df 55 46.475
Sig. (2-tailed) .002 .003
Mean Difference 10.25065 10.25065
Std. Error Difference 3.19434 3.26764
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower 3.84906 3.67505
Upper 16.65224 16.82625
Berdasarkan tabel 4.11 Group Statistics di atas dapat kita lihat bahwa
rata-rata nilai posttest (mean) kelas eksperimen dan kontrol adalah 80,9244 dan
70,6738. Hal demikian berarti rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik
daripada rata-rata nilai kelas kontrol karena 80,9244 > 70,6738.
Kemudian untuk melihat pengaruh dari treatment/perlakuan yang diberikan
pada kelas eksperimen dapat kita lihat pada tabel 4.15 Independent Samples Test,
oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,209 > 2,004) dengan signifikansi (0,002 <
0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh dalam pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Pada perbedaan
rata-rata (mean difference) terlihat angka perbedaan rata-rata sebesar 10,25065, maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas
kontrol) tidak memiliki varian yang sama, sehingga hipotesis yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
kontekstual tipe inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri
Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran
adalah sebesar 0,002 yang berarti penggunaan model pembelajaran kontekstual
tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03.
4.5 Pembahasan
Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan penelitian pada dua
kelas yang tidak berhubungan yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01 (sebagai
kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas eksperimen).
Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan/treatment dalam
pembelajaran masing-masing kelas. Masing-masing kelas tersebut diberi
perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, sedangkan di kelas
kontrol mengunakan metode kenvensional tetapi dengan materi pembelajaran
yang sama yaitu “Gaya Gravitasi”. Hal demikian ini dilakukan yaitu unutk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui hasil
tes (posttest) yang diberikan setelah pembelajaran, yang kemudian dianalisis
menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.
Selain dilihat dari hasil analisis data, pengaruh penerapan model
pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat juga dilihat dari lembar observasi.
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tindakan guru dalam penerapan
pembelajaran kontekstual inkuiri di kelas eksperimen. Tindakan guru dalam
pembelajaran kontekstual inkuiri sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan
pembelajaran kontekstual inkuiri.
Di dalam kelas, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari empat sampai lima orang yang sederajat dari kemampuan, jenis
kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya
kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa
untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.
ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman
sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.
Para siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya masing-masing.
Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa kepada siswa. Setiap siswa
memikirkan sebuah jawaban untuk diri mereka sendiri, lalu berpasangan dengan
pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Setelah itu,
pasangan ini kemudian membagi jawaban kepada satu kelompok mereka dan
berdiskusi untuk kesepakatan jawaban kelompok. Akhirnya kelompok maju
mempresentasikan jawaban mereka ditanggapi oleh kelompok lain untuk
mensepakati jawaban dengan seluruh kelas. Hasil penilaian lembar observasi
penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri dapat dilihat pada lampiran.
Selain itu di dalam pembelajaran ini terdapat faktor yang diduga
menghambat atau mempengaruhi hasil belajar siswa misalnya, Metode
kontekstual inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau kognitif
dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses
belajar mengajar dan Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran
kontekstual tipe inkuiri, hasil yang diperoleh lebih baik dibanding dengan
pembelajaran konvensional. Dilihat dari posttest kelompok eksperimen lebih
tinggi dibanding nilai posttest kelompok kontrol dan lembar observasi dalam
penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri .
4.5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis
deskriptif untuk kelas kontrol, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar
siswa kelas kontrol. Berdasarkan tabel 4.11 Descriptive Statistics, dapat dilihat
bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,4794 dan rata-rata nilai posttest sebesar
70,6738. Dari rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa
rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 70,6738 > 49,4794. Artinya antara
(70,6738 – 49,4794). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar
siswa kelas kontrol dari 49,4794 ke 70,6738 yaitu sebesar 41,95%.
4.5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis
deskriptif untuk kelas eksperimen, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar
siswa kelas eksperimen. Berdasarkan tabel 4.12 Descriptive Statistics, dapat
dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,3332 dan rata-rata nilai posttest
sebesar 80,9244. Dari rata-rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas
bahwa rata-rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 80,9244 > 49,3332. Artinya
antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar
31,5912 (80,9244 – 49,3332). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa kelas kontrol dari 49,3332 ke 80,9244 yaitu sebesar 62,35%.
4.5.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dibahas
sebelumnya, maka dapat dilihat perbedaan dari hasil belajar siswa kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Dari hasil uji hipotesis yang telah dijelasken di atas,
menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran kontekstual tipe inkuiri lebih baik dari pada kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran. Hasil uji
tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe
inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten
Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 (kelas eksperimen).
Hal ini terbukti dari hasil statistik yang sudah dianalisis menunjukan hasil
yang sangat signifikan dengan probabilitas di bawah 0,05 yaitu 0,002, yang
artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu model
pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata nilai posttes siswa kelas eksperimen yang
lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kelas kontrol, yaitu 80,9244 >
Berdasarkan hasil perhitungan statistik di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh tehadap hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru,