• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Metode Pembelajaran Kontekstual Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar pada Mata Pelajaran IPA T1 292008269 BAB IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

41

4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Sebelum Perlakuan

Data hasil belajar siswa sebelum perlakuan adalah data hasil belajar siswa

yang diperoleh dari pretest. Dalam penelitian ini yang menjadi data hasil belajar

siswa sebelum perlakuan adalah hasil pretest siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Pretest tersebut yaitu bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa.

4.1.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada

tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol berikut ini:

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 33,33 3 9,4% kurang

2 41,67 9 28,1% Hampir cukup

3 50 10 31,2% cukup

4 58,33 7 21,9% Cukup baik

5 66,67 3 9,4% Baik

Jumlah 32 100%

(2)

Grafik 4.1 Histogram Pretest Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol di atas,

dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33

adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 9 orang

(28,1%), siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 10 orang (31,2%), siswa yang

memperoleh nilai 58,33 adalah 7 orang (21,9%), dan siswa yang memperoleh nilai

66,67 adalah 3 orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) :

F) 49,48.

4.1.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil pretest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat

pada tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen berikut ini:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 33,33 4 16% Kurang

2 41,67 6 24% Hampir cukup

3 50 6 24% cukup

4 58,33 6 24% Cukup baik

5 66,67 3 12% Baik

(3)

Grafik 4.2 Histogram Pretest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen di atas,

dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 33,33

adalah 4 orang (16%), siswa yang memperoleh nilai 41,67 adalah 6 orang (24%),

siswa yang memperoleh nilai 50 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh

nilai 58,33 adalah 6 orang (24%), dan siswa yang memperoleh nilai 66,67 adalah

3 orang (12%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 49,33.

4.1.2 Data Hasil Belajar Siswa Setelah Perlakuan

Data hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah data hasil belajar siswa

yang diperoleh dari pemberian posttest. Dalam penelitian ini yang menjadi data

hasil belajar siswa setelah perlakuan adalah hasil posttest siswa kelas kontrol dan

kelas eksperimen. Posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas

eksperimen bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau

kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran atau perlakuan tertentu. Data dari

hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam

(4)

4.1.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol

Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas kontrol dapat dilihat pada

tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol berikut ini:

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 53,85 3 9,4% cukup

2 61,54 8 25% Hampir baik

3 69,23 10 31,2% Cukup baik

4 76,92 5 15,6% baik

5 84,62 3 9,4% baik

6 92,31 3 9,4% Sangat baik

Jumlah 32 100% 2261,56

Grafik 4.3 Histogram Posttest Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol di atas,

dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 53,85

adalah 3 orang (9,4%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 8 orang (25%),

(5)

memperoleh nilai 76,92 adalah 5 orang (15,6%), siswa yang memperoleh nilai

84,62 adalah 3 orang (9,4%), dan siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 3

orang (9,4%), dengan rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 70,67.

4.1.2.2 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen

Data hasil posttest yang diberikan kepada kelas eksperimen dapat dilihat

pada tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen

No Nilai Frekuensi Porsentase (f %) kriteria

1 53,85 2 8% cukup

z2 61,54 2 8% Hampir baik

3 69,23 1 4% Cukup baik

4 76,92 6 24% baik

5 84,62 7 28% baik

6 92,31 4 16% baik

7 100 3 12% Sangat baik

Jumlah 25 100% 2023,11

(6)

Grafik 4.4 Histogram Posttest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen di

atas, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa. Siswa yang memperoleh nilai

53,85 adalah 2 orang (8%), siswa yang memperoleh nilai 61,54 adalah 2 orang

(8%), siswa yang memperoleh nilai 69,23 adalah 1 orang (4%), siswa yang

memperoleh nilai 76,92 adalah 6 orang (24%), siswa yang memperoleh nilai

84,62 adalah 7 orang (28%), siswa yang memperoleh nilai 92,31 adalah 4 orang

(16%), dan siswa yang memperoleh nilai 100 adalah 3 orang (12%), dengan

rata-rata nilai pretest (mean) adalah ((N.F) : F) 80,92.

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis 4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah penyebaran data

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan

teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test. Perhitungan dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS 16,0 for window. Hasil uji normalitas dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pretest

Eksperimen

Posttest

Eksperimen

Pretest

Kontrol

Posttest

Kontrol

N 25 25 32 32

Normal Parametersa Mean 49.3332 80.9244 49.4794 70.6738

Std. Deviation 10.73696 13.15974 9.45086 10.95492

Most Extreme Differences Absolute .162 .180 .171 .209

Positive .162 .109 .171 .209

Negative -.159 -.180 -.147 -.108

Kolmogorov-Smirnov Z .812 .902 .966 1.180

Asymp. Sig. (2-tailed) .526 .390 .309 .123

a. Test distribution is Normal.

Pada tabel 4.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test di atas

(7)

tabel di atas adalah bahwa signifikansi untuk pretest kelas eksperimen, posttest

kelas eksperimen, pretest kelas kontrol, dan posttest kelas kontrol masing-masing

adalah sebesar 0,526, 0,390, 0,309, dan 0,123. Karena signifikansi untuk seluruh

variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan

posttest kelas ekperimen dan kontrol berdistribusi normal.

4.2.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai hasil pretest

kedua kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01

(sebagai kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas

eksperimen). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Test of Homogeneity of Variances

Pretest

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.798 1 55 .376

Berdasarkan tabel 4.6 Test of Homogeneity of Variance di atas dapat

diketahui bahwa signifikansi sebesar 0,376. Karena signifikansi lebih dari 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa nilai antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

mempunyai varian yang sama. Hal ini juga ditunjukan oleh angka Levene Statistic

sebesar 0,798 yang artinya semakin kecil nilai Levene Statistic maka semakin

besar tingkat homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. df1= jumlah

kelompok data-1 atau 2-1 = 1 sedangkan df2 = jumlah data-jumlah kelompok data

atau 57-2 = 55.

4.3 Analisis Data

Penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif, sehingga analisis

data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan statistik. Yang mana hasil

pengujian atau analisis datanya perlu dipaparkan.

4.3.1 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Kontrol

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas

(8)

yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS

16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Pretest_Kontrol 32 33.33 66.67 49.4794 9.45086

Posttest_Kontrol 32 53.85 92.31 70.6738 10.95492

Valid N (listwise) 32

Pada tabel 4.7 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel

pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai

pretest rata-rata 49,4794 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi 66,67.

Sedangkan standar deviasinya sebesar 9,45086. Variabel posttest kelas kontrol

dengan jumlah data (N) sebanyak 32 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata

70,6738 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 92,31. Sedangkan standar

deviasinya sebesar 10,95492. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa

nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 21,1944 (70.6738 –

49,4794).

4.3.2 Peningkatan Nilai Pretest Posttest Pada Kelas Eksperimen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest dan posttest kelas

eksperimen adalah sebanyak 12 item soal untuk pretest dan 13 item soal untuk

posttest yang berbentuk pilihan ganda. Analisis deskriptif dilakukan dengan

bantuan SPSS 16,0 for windows. Hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel

4.8 berikut:

Tabel 4.8 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest_Eksperimen 25 33.33 66.67 49.3332 10.73696

Posttest_Eksperimen 25 53.85 100.00 80.9244 13.15974

(9)

Pada tabel 4.8 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa variabel

pretest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai

nilai pretest rata-rata 49,3332 dengan nilai terendah 33,33 dan nilai tertinggi

66,67. Sedangkan standar deviasinya sebesar 10,73696. Variabel posttest kelas

eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 25 siswa mempunyai nilai posttest

rata-rata 80,9244 dengan nilai terendah 53,85 dan nilai tertinggi 100,00.

Sedangkan standar deviasinya sebesar 13,15974. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai posttest kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar

31,5912 (80,9244 – 49,3332).

4.3.3 Perbedaan Nilai Posttest Kelas Kontrol Dengan Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Untuk mengetahui perbedaan nilai posttest kelas kontrol dan posttest kelas

eksperimen, penulis menggunakan perbandingan rata-rata nilai posttest antara

kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dihitung menggunakan bantuan program

SPSS 16.0 for windows pada uji correlate bevariate dengan melihat pada tabel

descriptive statistics. Hasil analisis perbedaan nilai postest kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Posttest_Kontrol 70.6738 10.95492 32

Posttest_Eksperimen 80.9244 13.15974 25

Berdasarkan tabel 4.9 Descriptive Statistics di atas, maka dapat diketahui

bahwa rata-rata nilai posttest kelas kontrol sebesar 70,6738. Rata-rata nilai

posttest kelas eksperimen sebesar 80,9244. Dengan demikian Nampak jelas bahwa

rata-rata nilai posttest kelas kontrol berbeda dengan rata-rata nilai posttest kelas

eksperimen. Perbedaan tersebut adalah sebesar 10,2506.

4.4 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui atau membandingkan kelas

(10)

inkuiri dalam pembelajaran) dan kelas kontrol (kelas yang menggunakan model

konvensional) terhadap hasil belajar IPA.

Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis

dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu uji t. Hasil dari

analisis uji t diketahui dengan cara pertama yaitu membandingkan nilai thitung >

ttabel penghitungan ttabeldilihat pada tingkat α = 5%, cara kedua yaitu Sig (2-tailed)

< α = 5% (0,05) , maka Ha diterima dan H0 ditolak. Kriterianya adalah sebagai

berikut:

1) Jika Prob t hitung < Prob 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya

terdapat pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

2) Jika Prob t hitung > Prob 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya

tidak ada pengaruh dalam pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kontekstual tipe inkuiri

Hasil uji hipotesis dengan uji t-test tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan

4.11 berikut:

Tabel 4.10 Group Statistics

Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Posttest Eksperimen 25 80.9244 13.15974 2.63195

(11)

Tabel 4.11 Independent Samples Test

Posttest Equal variances assumed Equal variances not assumed

Levene's Test for Equality

of Variances

F .753

Sig. .389

t-test for Equality of Means T 3.209 3.137

Df 55 46.475

Sig. (2-tailed) .002 .003

Mean Difference 10.25065 10.25065

Std. Error Difference 3.19434 3.26764

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower 3.84906 3.67505

Upper 16.65224 16.82625

Berdasarkan tabel 4.11 Group Statistics di atas dapat kita lihat bahwa

rata-rata nilai posttest (mean) kelas eksperimen dan kontrol adalah 80,9244 dan

70,6738. Hal demikian berarti rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih baik

daripada rata-rata nilai kelas kontrol karena 80,9244 > 70,6738.

Kemudian untuk melihat pengaruh dari treatment/perlakuan yang diberikan

pada kelas eksperimen dapat kita lihat pada tabel 4.15 Independent Samples Test,

oleh karena nilai t hitung > t tabel (3,209 > 2,004) dengan signifikansi (0,002 <

0,05), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh dalam pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Pada perbedaan

rata-rata (mean difference) terlihat angka perbedaan rata-rata sebesar 10,25065, maka

secara statistik dapat disimpulkan bahwa kedua kelas (kelas eksperimen dan kelas

kontrol) tidak memiliki varian yang sama, sehingga hipotesis yang menyatakan

bahwa ada pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran

kontekstual tipe inkuiri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri

Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang Tahun pelajaran

(12)

adalah sebesar 0,002 yang berarti penggunaan model pembelajaran kontekstual

tipe inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar

IPA siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03.

4.5 Pembahasan

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan penelitian pada dua

kelas yang tidak berhubungan yaitu kelas V SD Negeri Kebumen 01 (sebagai

kelas kontrol) dan kelas V SD Negeri Kebumen 03 (sebagai kelas eksperimen).

Penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan perlakuan/treatment dalam

pembelajaran masing-masing kelas. Masing-masing kelas tersebut diberi

perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, sedangkan di kelas

kontrol mengunakan metode kenvensional tetapi dengan materi pembelajaran

yang sama yaitu “Gaya Gravitasi”. Hal demikian ini dilakukan yaitu unutk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata hasil pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol melalui hasil

tes (posttest) yang diberikan setelah pembelajaran, yang kemudian dianalisis

menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows.

Selain dilihat dari hasil analisis data, pengaruh penerapan model

pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat juga dilihat dari lembar observasi.

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui tindakan guru dalam penerapan

pembelajaran kontekstual inkuiri di kelas eksperimen. Tindakan guru dalam

pembelajaran kontekstual inkuiri sudah sesuai dengan langkah-langkah penerapan

pembelajaran kontekstual inkuiri.

Di dalam kelas, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok yang

terdiri dari empat sampai lima orang yang sederajat dari kemampuan, jenis

kelamin, suku/ras dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa

untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar.

(13)

ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman

sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Para siswa duduk berpasangan dengan kelompoknya masing-masing.

Kemudian guru memberikan lembar kerja siswa kepada siswa. Setiap siswa

memikirkan sebuah jawaban untuk diri mereka sendiri, lalu berpasangan dengan

pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Setelah itu,

pasangan ini kemudian membagi jawaban kepada satu kelompok mereka dan

berdiskusi untuk kesepakatan jawaban kelompok. Akhirnya kelompok maju

mempresentasikan jawaban mereka ditanggapi oleh kelompok lain untuk

mensepakati jawaban dengan seluruh kelas. Hasil penilaian lembar observasi

penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri dapat dilihat pada lampiran.

Selain itu di dalam pembelajaran ini terdapat faktor yang diduga

menghambat atau mempengaruhi hasil belajar siswa misalnya, Metode

kontekstual inkuiri terlalu menekankan pada proses/aspek intelektual atau kognitif

dan kurang memperhatikan dominan afektif atau aspek emosional dari proses

belajar mengajar dan Sarana untuk mengetes penyelidikan belum cukup tersedia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran

kontekstual tipe inkuiri, hasil yang diperoleh lebih baik dibanding dengan

pembelajaran konvensional. Dilihat dari posttest kelompok eksperimen lebih

tinggi dibanding nilai posttest kelompok kontrol dan lembar observasi dalam

penerapan pembelajaran kontekstual inkuiri .

4.5.1 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis

deskriptif untuk kelas kontrol, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar

siswa kelas kontrol. Berdasarkan tabel 4.11 Descriptive Statistics, dapat dilihat

bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,4794 dan rata-rata nilai posttest sebesar

70,6738. Dari rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas bahwa

rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 70,6738 > 49,4794. Artinya antara

(14)

(70,6738 – 49,4794). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar

siswa kelas kontrol dari 49,4794 ke 70,6738 yaitu sebesar 41,95%.

4.5.2 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Berdasarkan hasil analisis data yang digambarkan melalui penyajian analisis

deskriptif untuk kelas eksperimen, maka dapat diketahui peningkatan hasil belajar

siswa kelas eksperimen. Berdasarkan tabel 4.12 Descriptive Statistics, dapat

dilihat bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 49,3332 dan rata-rata nilai posttest

sebesar 80,9244. Dari rata-rata nilai pretest dan posttest tersebut terlihat jelas

bahwa rata-rata posttest lebih baik dari pretest yaitu 80,9244 > 49,3332. Artinya

antara rata-rata nilai pretest dan posttest mempunyai selisih nilai yaitu sebesar

31,5912 (80,9244 – 49,3332). Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil

belajar siswa kelas kontrol dari 49,3332 ke 80,9244 yaitu sebesar 62,35%.

4.5.3 Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil analisis data dan uji hipotesis yang telah dibahas

sebelumnya, maka dapat dilihat perbedaan dari hasil belajar siswa kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Dari hasil uji hipotesis yang telah dijelasken di atas,

menunjukan bahwa hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran kontekstual tipe inkuiri lebih baik dari pada kelas kontrol yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam pembelajaran. Hasil uji

tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe

inkuiri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas V di SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten

Semarang Tahun pelajaran 2011/2012 (kelas eksperimen).

Hal ini terbukti dari hasil statistik yang sudah dianalisis menunjukan hasil

yang sangat signifikan dengan probabilitas di bawah 0,05 yaitu 0,002, yang

artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu model

pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Hal ini juga ditunjukan dari rata-rata nilai posttes siswa kelas eksperimen yang

lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kelas kontrol, yaitu 80,9244 >

(15)

Berdasarkan hasil perhitungan statistik di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri berpengaruh tehadap hasil

belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Kebumen 03, Kecamatan Banyubiru,

Gambar

tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol berikut ini:
Grafik 4.1 Histogram Pretest Kelas Kontrol
Grafik 4.2 Histogram Pretest Kelas Eksperimen
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol
+4

Referensi

Dokumen terkait

Huffman Edna K., Health Information Management, Tenth Edition AHIMA, (Berwyn, Illionis: Physician Record Company , 1994) 2.. Shauw Patricia

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis mempunyai pemikiran bahwa pembelajaran konstruktivisme dan evaluasinya dapat diterapkan di dalam mata kuliah

38 Pengadaan Pakaian Kerja Lapangan/Pakaian Olah Raga/Pakaian Khusus Hari-Hari Tertentu. Barang 1

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Program kebijakan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru diawali dengan musyawarah antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari variabel inersia konsumen (X1) dan kepuasan pelanggan (X2) berpengaruh positif terhadap niat beli ulang

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis faktor leverage, opini audit, dan laba/rugi operasi, baik secara simultan maupun secara parsial, terhadap audit delay

peserta yang berbadan usaha harus memiliki surat izin untuk menjalankan kegiatan / usaha SIUP alat peraga pendidikan Kualifikasi Non Kecil, dan TDP yang

Hal tersebut senada dengan pendapat Maman ukas (1999:97) mengatakan bahwa para manajer diwajibkan mempunyai keterampilan dasar manajerial yaitu conceptual skills,