PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT
MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING
di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto
SKRIPSI
Oleh :
Fina Husniati
(D33209007)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PRODI BIMBINGAN KONSELING
ABSTRAK
FinaHusniati , Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui Layanan Bibliokonseling di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Skripsi, Tarbiyah Kependidikan Islam, 2016.
Bibliokonseling yaitu yang menggunakan bacaan literatur.Layanan
Bibliokonseling menggunakan buku sebagai medianya, baik buku bacaan maupun buku diary yang dapat digunakan untuk apapun yang dialami seseorang. Dipercayai membaca berdampak pada perubahan sikap, perasaan dan tingkah laku menjadi lebih dewasa setelah membacanya sendiri .
Layanan bibliokonseling diadakan guru Bk, agar guru BK dapat mengungkap masalah siswa yang introvert, pendiam atau takut kepada guru BK, dan beranggapan bahwa guru BK hanya menangani siswa yang bermasalah.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP Islam Al hidayah Mojokerto dengan judul: Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert melalui layanan bibliokonseling untuk mengetahuigambaran motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah, Pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto, Pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Alhidayah Mojokerto. Dan yang dibahas di penelitian ini adalah mengenai gambaran motivasi diri bagi siswa introvert, pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert, pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah.
Terkait dengan penelitian di atas peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menggunakan metode pengumpulan data: Observasi, interview, dan dokumentasi. Dan adapun yang menjadi sampel dipenelitian ini adalah: kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, TU, dan siswa siswi SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Adapun langkah dalam teknis analisis data meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi data.
Dari hasil yang dilakukan peneliti maka disipulkan gambaran motivasi diri bagi siswa introvert cukup membantu guru BK di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert bisa teratasi dan pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa cukup bagus bagus. Seiring perkembangan-perkembangan teknologi, media, dan tekhnik-tekhnik konseling ini, layanan bibliokonseling diminati siswa dalam mengungkapkan masalah-masalahnya kepada guru BK.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… … i
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI……… iii
MOTTO………. iv
PERSEMBAHAN………. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……… vi
ABSTRAK……….. vii
KATA PENGANTAR……… ix
DAFTAR ISI……… xii
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang……… 1
B. Rumusan Masalah……… 10
C. Tujuan penelitian……….. 10
D. Manfaat Penelitian……… 11
E. Definisi Operasional………. 12
F. Metode Penelitian………. 12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……… 16
2. Informan Penelitian……….. 16
3. Tahapan Penelitian………. 16
4. Metode Pengumpulan Data……… 17
5. Analisis data………... 21
G. SistematikaPembahasan………. 27
BAB II LANDASAN TEORI……….. 28
A. Motivasi………... 30
1. Pengertian Motivasi ………. 30
2. Pengertian Motivasi Diri (Intrinsik)………. 35
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi diri (intrinsik)…… 39
B. Introvert……… 42
1. Pengertian Introvert……….. 42
2. Ciri-ciri kepribadian introvert……….. 45
C. Bibliokonseling………... 48
1. Pengertian Bibliokonseling……… 48
2. TujuanBibliokonseling……….. 50
3. Kegunaan Bibliokonseling……… 52
4. Kelebihan dan Kelemahan Bibliokonseling………. 53
5. Langkah-langkah Pelaksanaan Bibliokonseling……….. 55
D. Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui Layanan Bibliokonseling ………. 56
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN………... 58
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian………... 58
1. Profil SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………... 58
2. Visi dan Misi……….. 59
3. Keadaan Guru SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………… 61.
4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Islam Al Hidayah
Mojokerto……….. 63
5. Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………. 65.
B. Penyajian data……… 68
1. Gambaran motivasi diri Bagi siswa Introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………. 68
2. Pelaksanaan Layanan Bibliokonseling bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto……… 71
3. Pelaksanaan Layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert……… 72
C. Analisis Data………. 79
BAB IV PENUTUP………. 84
A. Kesimpulan………... 84
B. Saran………. 85.
DAFTAR PUSTAKA……….. …………. 86
Lampiran-Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan
cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan
berbagai faktor dalam upaya mancapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu
sendiri maupun masyarakat pada umumnya.1
Para peserta didik memandang sekolah sebagai suatu lembaga yang dapat
mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orang tua menaruh harapan kepada sekolah
untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil dan berakhlak
mulia. Hal ini sesuai dengan yang termaktub dalam UU no 20 Th 2003 Bab II pasal 3
yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.2
Proses belajar mengajar di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa
tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya didalam kedewasaan masing-
masing. Tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam berbagai aspek
1
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:Remaja
Rosydakarya, 2005), hal. 3
2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),(
Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 7
kepribadian, sehingga menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri didalam
dan ditengah-tengah masyarakat.3
Manusia dilahirkan di dunia ini dengan membawa keunikan masing-masing,
dan dalam menjalani kehidupannya manusia selalu dihadapkan oleh masalah-masalah
yang harus mereka selesaikan. Beberapa dari mereka dapat menyelesaikan masalah
yang ada tanpa perlu bantuan orang lain, akan tetapi diantara mereka ada yang
memerlukan bantuan dari orang lain. Hal ini juga terjadi di sekolah, untuk membantu
menyelesaikan masalah manusia di sekolah (siswa, guru, staf sekolah dan orang tua
siswa) maka sekolah melaksanakan layanan bimbingan konseling yang sesuai dengan
tujuan tersebut.4
Banyak penulis sejak tahun 1970-an telah mengungkapkan banyak sumber
permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak, remaja dan pemuda itu terutama sekali
berada di luar diri mereka sendiri. Sikap orang tua dan anggota keluarga, keadaan
keluarga secara keseluruhan, pengaruh film- televise- video, iklim kekerasan dan
kekurang disiplinan yang kurang berlangsung di masyarakat, kelompok-kelompok
yang bertindak menyimpang dan berbagai faktor negatif lainnya dalam kehidupan
sosial di luar sekolah. semuanya menunjang timbulnya masalah-masalah pada
anak-anak remaja dan pemuda.5
Usia remaja merupakan masa di mana perkembangan kejiwaan manusia
sedang tahap pancaroba. Masa remaja biasanya didefinisikan sebagai masa antara
anak-anak dengan masa dewasa, posisi tengah-tengah inilah kemudian mengakibatkan
3
Hadari Nawawi, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Dan Penyuluhan, ( Jakarta:Ghalia Indonesia,
1986), hal. 7
4
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Pentuluhan di Sekolah,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 1-2
5
Prof. Dr. H. Prayitno, M.sc. Ed. Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 1999), hal 26
perkembangan kejiwaannya menjadi labil.6 Masa remaja dapat pula dikatakan sebagai
masa bermasalah, setiap periode memang mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun
masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja
laki-laki maupun perempuan. 7
Pada masa bermasalah inilah seorang individu tentunya sangat membutuhkan
adanya sikap keterbukaan dalam dirinya sehingga seorang individu (remaja) dapat
dengan mudah mengungkapkan gejolak jiwa dan perasaannya serta
masalah-masalahnya kepada orang lain. Setiap orang apabila seorang remaja tentunya akan
merasa senang apabila orang lain dapat memahaminya dan mengerti perasaannya,
sehingga mereka akan merasa simpati kepada orang yang mau mengerti perasaan dan
penderitaannya. Apabila rasa simpati itu telah tercipta, maka biasanya mereka akan
dengan mudah menerima saran atau nasehat kita. 8
Dalam perkembangan kepribadian remaja, tentunya banyak hal yang dapat
mempengaruhi diantaranya adalah teman-teman sebaya. Teman-teman sebaya ini
mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara yaitu konsep diri remaja
merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya.
Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian
yang diakui oleh kelompoknya. 9 Akan tetapi sangat disayangkan bahwa
ketidakmampuan remaja dalam menilai siapa dirinya (self concept) mengakibatkan
terjadinya kesalahan dalam menilai dirinya (miss self concept) yang akhirnya
menjadikan remaja cenderung menutup diri terhadap lingkungan dimana mereka
tinggal bahkan lebih tragis lagi sehingga mereka merasa asing berada dalam
6
Drs. Andi Mappiare, Psikologi Remaja, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1982) hal. 1
7
Prof. DR. Zakiyah darajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang ), hal .69
8 Ibid.
9
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan, ( Jakarta : Erlangga, 1997), hal. 235
lingkungannnya. Adapun ciri-ciri anak yang berkepribadian introvert (menutup diri)
yaitu : cenderung lebih suka “memasuki” dunia imaginer, bisa merenung yang kreatif,
produksi dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaan-perasaan yang subyektif,
pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya sendiri dan sedikit perhatian pada
dunia luar, perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara
menyolok, biasanya melahirkan ekspresinya dengan cara-cara yang halus yang jarang
ditemukan pada individu-individu lain, sikapnya “tertutup”, sehingga jika ada
konflik-konflik disimpannya dalam hati dan ia berusaha menyelesaikan sendiri, banyak
pertimbangan, sering mengadakan analisis dan kritik diri, sensitif terhadap kritik,
pengalaman-pengalaman pribadi bersifat mengendap dalam kenangan yang kuat,
apalagi hal-hal yang bersifat pujian atau celaan tentang dirinya, pemurung dan
cenderung selalu bersikap menyendiri, serta kurang bergaul dan lemah lembut tindak
dan sikapnya, serta punya pandangan idealis.10
Sedangkan siswa sebagai anak didik, dalam proses belajar baik di sekolah
maupun di luar sekolah sering mengalami masalah, baik yang berasal dari diri sendiri
maupun dari luar (lingkungan). Faktor dari diri sendiri di antaranya adalah faktor
biologis dan psikologis. Sedangkan faktor dari luar meliputi keluarga, tempat belajar,
keadaan perekonomian keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Pada saat-saat inilah layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat berfungsi
untuk membantu siswa dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut.11
Djumhur, Moh. Surya mengemukakan bahwa jenis masalah-masalah yang di
alami siswa, sekurang-kurangnya dapat digolongkan atas 6 (enam) kelompok masalah
10
http//qym7882.blogspot.com/2009/04/tipe-kepribadian.html.
11
Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Dan Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),
hal 26
yaitu, masalah pengajaran atau belajar, masalah pendidikan, masalah pekerjaan,
masalah penggunaan waktu senggang, masalah sosial, dan masalah pribadi.12
Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang ada pada siswa, guru
bimbingan dan konseling yang ada di sekolah bertujuan untuk memberi bantuan
kepada individu (siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka
dapat memahami dirinya sendiri sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan
membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangan remaja akhir secara optimal
sebagai makhluk tuhan, sosial, dan pribadi.
Peran guru bimbingan dan konseling adalah mendampingi siswa dalam
beberapa hal, antara lain dalam perkembangan belajar, mengenal diri sendiri dan
peluang masa depan mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, dan
menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi
masalah pribadi (kesulitan belajar, masalah hubungan dengan teman, atau masalah
dengan keluarga).
Program bimbingan dan konseling yang ada telah disosialisasikan oleh guru
bimbingan dan konseling kepada seluruh siswa untuk dimanfaatkan sesuai masalah
dan kebutuhannya siswa masing-masing. Di sisi lain banyak sekali permasalahan
yang dihadapi siswa di mana membutuhkan bantuan seorang konselor dalam
pemecahannya masalahnya. Misalnya saja ada beberapa siswa yang memiliki
hambatan atau permasalahan dalam dirinya dengan tidak mengetahui bakat, minat,
dan potensi sehingga tidak berkembang secara optimal sehingga terbuang sia-sia
bakat, minat, dan potensi yang ada, serta beberapa masalah pribadi seperti keluarga
atau pergaulan yang menghambat psikologisnya.13
12
Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Padang:Angkasa Raya, 1987) hal
29-31
13
Abu Ahmadi, Bimbingan Konseling Di Sekolah, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal 137
Dalam mencapai tujuan tersebut guru pembimbing harus melakukan berbagai
upaya, salah satu upaya yang sekaligus menjadi ujung tombak dari keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan konseling tidak bisa dilakukan oleh
sembarang orang, dalam arti untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan kemampuan
khusus tentang praktek konseling, karena kegiatan konseling bukan kegiatan
menasehati, memahami atau sekedar obrolan biasa.14
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, konselor
menggunakan layanan bibliokonseling. Bibliokonseling yaitu layanan yang
menggunakan bacaan literatur. Teknik bibliokonseling menggunakan buku sebagai
medianya, baik buku bacaan maupun buku diary yang dapat digunakan untuk apapun
yang dialami seseorang. Dengan membaca berdampak pada perubahan sikap,
perasaan dan tingkah laku menjadi lebih dewasa setelah membacanya sendiri.15
Berdasarkan kenyataan dan realita di sekolah sering di temui berbagai
masalah, salah satunya yang menyangkut kepribadian siswa yang tertutup (introvert)
yang takut untuk mengungkapkan permasalahan yang di hadapi siswa baik di sekolah
maupun di rumah yang bersifat pribadi secara langsung kepada konselor. Sehingga
konselor merasa perlu untuk memberikan penjelasan kepada siswa, dengan
keterbatasan waktu yang ada di sekolah. Bibliokonseling yang sudah dirancang oleh
konselor dengan mempertimbangkan tujuan, ciri klien, material, sasaran metode, dan
evaluasi akan membantu klien memperoleh informasi tentang masalah-masalah yang
dihadapinya. Perolehan informasi tersebut dapat mengubah tingkah laku kalau klien
betul-betul mamatuhinya. Setelah membaca sebuah buku misalnya, klien dapat
mengubah tingkah lakunya dengan mengikuti anjuran-anjuran, nasehat,
pandang-14
Setiawati, Bimbingan Dan Konseling Antara Ada Dan Tiada, (http//www. Pikiran-rakyat.com), Akses,
20/03/2016
15
Ibid. 42
pandangan hidup, kebajikan-kebajikan hidup yang ditulis oleh pengarang dalam buku
tersebut atau mengubah sikapnya terhadap suatu hal yang dianutnya. Ia dapat tingkah
laku ideal dalam suatu bacaan dan menghindari tingkah laku yang dianggapnya tidak
baik dari tokoh yang tidak disenangi.
Dengan menggunakan buku bacaan sebagai alat untuk membantu siswa, guru
bimbingan dan konseling punya banyak alternatif bantuan untuk membimbing siswa,
khususnya yang mengalami masalah. Dari komik, buku cerita, koran atau majalah,
novel, hingga buku yang tergolong berat seperti tulisan ilmiah, semua dimanfaatkan.
Untuk siswa yang cenderung sulit membaca buku teks, guru Bimbingan dan
Konseling bisa memilihkan komik atau cerpen yang disukai siswa. Buku bacaan yang
ditunjuk harus sesuai dengan masalah siswa. Dengan demikian, setelah membaca
buku tersebut, siswa terbantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, buku
yang digunakan harus sesuai dengan usia perkembangan siswa, sehingga bahasa
dalam buku tersebut dapat dipahami dengan mudah.
Tujuan dari bibliokonseling pada dasarnya sama dengan tujuan bimbingan
yaitu membantu para anggota agar dapat membantu dirinya sendiri. Melalui
bibliokonseling, disajikan informasi yang dibutuhkan atau sesuai dengan nilai
karakter yang ingin mereka bangun. Dengan mêngetahui informasi yang ada dalam
bahan bacaan, mereka dapat membentuk tingkah lakunya secara umum, secara khusus
membentuk sikap, persepsi, mengubah prasangka sosial dan perubahan lainnya.16
Langkah-langkah yang di gunakan dalam bibliokonseling yaitu 17:
a. Perilaku, penuh harapan dan keseriusan.
b. Membaca, buku yang mulai di berikan.
16
Fendahapsari, Teknik Bibliotherapy untuk Pelatihan Kecerdasan Sosial, (Palangka Raya :Universitas
Palangka Raya.2012), hal. 38
17
P. Gill White, ph.D, Bibliotherapy For Breaved Sibling, ( America : sibling Connection. 2006) hal 86.
c. Mengevaluasi, mengevaluasi apa yang sudah diperoleh dari bacaan tersebut
bersama dengan terapis atau dengan teman dekat.
d. Berkreasi, menuangkan apa yang ada dalam pikiran pembaca setelah
memperoleh sesuatu dari yang dibacanya.
Setelah melakukan observasi di SMP Islam Al Hidayah, dari hasil wawancara
dengan Guru BK, mendapat informasi kegiatan yang ada di sekolah, bidang
bimbingan apa saja dan sarana yang diberikan Guru BK kepada siswa untuk
melakukan bimbingan konseling.
Di SMP Islam Al Hidayah Guru bimbingan dan konseling memberikan
sarana-sarana untuk memudahkan Guru BK memberikan bimbingan konseling,
menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi siswa di sekolah salah satunya yang
ada di SMP Islam Al Hidayah yaitu Guru BK menggunakan layanan bibliokonseling,
Guru BK selalu menginformasikan kepada semua siswa, apabila ada yang mempunyai
masalah pribadi atau sosial dan siswa masih bingung dalam menyelesaikan masalah
tersebut, Dengan itu guru BK menggunakan layanan bibliokonseling.
Dari fenomena yang telah dipaparkan diatas dan yang telah ada di SMP Islam
Al Hidayah, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi
sebuah judul ”PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT
MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING DI SMP ISLAM “AL- HIDAYAH”
MOJOKERTO”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian permasalahan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
secara logika dan dapat dipandang sebagai suatu masalah dan harus dicari jawabannya
melalui penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah
Mojokerto?
2. Bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert untuk
meningkatkan motivasi diri di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto?
C. Tujuan Penelitian
Dalam setiap kegiatan yang terencana dan terarah pasti didasarkan atas satu
tujuan. Bertolak dari perumusan masalah yang telah di sebutkan diatas, maka dapat
disebutkan tujuan penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam
Al Hidayah Mojokerto.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa
introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk
meningkatkan motivasi diri di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Mampu memberikan masukan positif bagi lembaga untuk digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan tentang
penelitian. Selain itu Penelitian ini di harapkan dapat memberi pemahaman
yang mendalam tentang Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert
Melalui Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto .
3. Bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi serta input tentang urgensi
dari eksistensi bimbingan dan konseling bagi sebuah lembaga penanganan
sehingga dapat melakukan penanganan yang lebih professional
E. Definisi Konseptual
Penelitian ini berjudul “Peningkatan Motivasi Diri bagi Siswa Introvert
melalui Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto”. Dalam
rangka untuk pedoman penelitian, supaya tidak ada kesalahpahaman dalam
mengartikan judul tersebut, ada beberapa istilah yang akan peneliti jelaskan yaitu
sebagai berikut:
1. Motivasi diri (Intrinsik) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.18
Jadi yang dimaksud dengan motivasi diri (intrinsik) adalah suatu bentuk
motivasi yang berasal dari dalam diri individu untuk meyikapi suatu tugas dan
pekerjaan yang diberikan kepada individu.
2. Introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu, yang lebih
pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam
suatu kelompok, menyendiri di rumah atau antisosial dan senang introspektif
serta sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri.19
Ciri-ciri Individu-individu yang mempunyai kepribadian introvert yaitu
penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar
berhubungan dengan individu lain, kurang dapat menarik individu lain. Individu
tersebut menyesuaikan diri dengan batinnya sendiri dengan baik. Bahaya tipe
18
Sardiman A.M, Interaksi & motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers 2011), hal. 89
19
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang,2007) hal. 55
introvert yaitu jika jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, maka individu dengan
tipe kepribadian seperti dapat lepas dari dunia obyektifnya. 20
Jadi yang dimaksud introvert adalah suatu karakter pribadi seseorang yang
pendiam, lebih cenderung kepada menyendiri dan menyimpan perasaan.
3. Bibliokonseling adalah pendekatan bimbingan dan konseling dengan
menggunakan informasi atau pengetahuan yang terdapat dalam buku
pustaka.21 Jenis buku yang di gunakan yaitu novel, majalah,
artikel,cerpen,Koran.
Jadi yang dimaksud dengan bibliokonseling adalah media untuk membantu
konseli dalam mengatasi masalah pribadi yang melalaui buku. Buku merupakan
media yang digunakan untuk membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan
kepada klien.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimanan diungkapkan
oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya
perilaku, motivasi, tindakan-tindakan dan lain-lain secara holistic (menyeluruh) dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.22
Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji suatu dengan menggunakan metode
ilmiah.
Maka metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
20
http://akhisbina.blogspot.co.id/2013/06/kepribadian-anak-introvert.html.(diakses tanggal 20/03/2016)
21
B.J. Zucaro, “the use of bibliotherapy among sixth grades to affect attitude change toward american negroes”, dissertation abstract international, 1972. Hlm.13
22
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006). Hal. 6
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana diungkapkan
oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya
perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic (menyeluruh) dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.23 Bogdan dan Taylor
(1975), mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati. 24 Dengan pendekatan ini diharapkan data yang diperoleh
adalah data deskriptif, yaitu Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui
Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif mengambil
masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian ini dilaksanakan, sehingga
pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula, dan belum tentu relevan
bisa digunakan untuk waktu yang akan datang. Oleh karena itu penelitian deskriptif
tidak selalu menuntut hipotesis.
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif-Kualitatif yaitu penelitian yang
bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik
populasi serta berusaha menggambarkan situasi atau kejadian.
Menurut Pidarta penelitian deskriptif-kualitatif adalah penelitian kualitatif
yang berfungsi hanya memotret saja penelitian kualitatif mempunyai 11 (sebelas)
karakteristik yang membedakan dengan penelitian lainnya. Pertama, latar alamiah.
23
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 6
24
Ibid.
Peneliti dalam penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada
konteks dari satu keutuhan (entity) sehingga perlu memasuki dan melibatkan sehingga
waktunya dalam latar atau situs yang diteliti. Kedua, manusia sebagai alat
(instrument). Peneliti atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan
data utama yang sekaligus terlibat dalam berperan serta pada situasi penelitian.
Ketiga, metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau pengumpulan dokumen.
Keempat, analisis data secara induktif. Kelima, mengarahkan pada bidang penyusunan
teori substantive yang berasal dari kata (grounded theory). Keenam, data-data yang
dikumpulkan berupa deskriptif yaitu kata-kata, gambar, bukan angka yang
merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa, alas an apa dan bagaimana terjadinya.
Ketujuh, lebih mementingkan proses dari pada hasil. Kedelapan, adanya batas yang
ditentukan oleh fokus. Kesembilan, adanya criteria khusus untuk keabsahan.
Kesepuluh, desain bersifat sementara yang terus menerus disesuaikan dengan
kenyataan di lapangan. Kesebelas, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama.25
2. Informan Penelitian
Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh. Dalam hal ini yang
menjadi sumber data adalah :
a. Kepala sekolah guna memperoleh data mengenai gambaran umum penelitian.
b. Guru Bimbingan dan Konseling, guna memperoleh gambaran pelaksanaan
layanan bibliokonseling dan gambaran anak introvert.
c. Guru Mata Pelajaran untuk memperoleh tentang gambaran siswa yang
introvert.
3. Tahapan Penelitian
25
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal 3-8
Untuk tahapan penelitian terdiri atas tahapan pra lapangan, tahap pekerjaan
lapangan (penggalian data), dan tahapan analisa data.26
1. Tahapan pra lapangan
Tahapan pra lapangan merupakan orientasi untuk memperoleh gambaran
mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan grand tour observation.
Adapun tahap-tahapannya sebagai berikut: menyusun rencana pelaksanaan penelitian,
memilih lapangan, mengurus permohonan penelitian, memilih dan memanfaatkan
informasi serta mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan penelitian.
2. Tahapan Pekerja Lapangan (penggalian data)
Tahapan ini di mana penelitian memasuki lapangan dan turut serta melihat
aktifitas dengan melakukan beberapa tahapan, yakni: memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data
serta dokumen. 27 Dalam hal ini peneliti menggunakan instrument wawancara,
dokumentasi.
3. Tahapan Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke
dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema28
Dalam tahapan ini penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara serta data
tertulis untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisis data dengan
menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, verifikasi dan simpulan.
4. Metode pengumpulan data
26
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal, 127
Pengumpulan data merupakan fase yang sangat strategis untuk dihasilkannya
penelitian kualitatif yang bermutu, untuk itu dalam penelitian kualitatif diperlukan
kehadiran langsung peneliti di lapangan guna mempelajari fenomena dan fakta-fakta
yang ada. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data-data di lapangan dapat
dilaksanakan secara simultan dengan analisisnya pada waktu proses penelitian sedang
berlangsung.
Peneliti metode pengumpulan data harus sesuai dengan jenis penelitian yang
dilakukan karena masing-masing penelitian mempunyai karakteristik masing-masing
untuk mengungkapkan lebih dalam mengenai peningkatan motivasi diri bagi siswa
introvert melalui layanan bibliokonseling di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.29
Untuk menunjang keberhasilan penelitian kualitatif, maka catatan lapangan
dapat dilakukan melalui observasi partisipan yang kemudian diikuti wawancara,
meninjau ulang data dokumenter dan kegiatan pengumpulan lain yang terkait. Karena
keberhasilan penelitian kualitatif tergantung bagaimana rincian, ketepatan dan
keluasan catatan lapangan.
Dalam usaha pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pembahasan laporan
ini, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Metode Observasi
Metode observasi adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung
menggunakan mata tanpa adanya pertolongan alat standart lain untuk keperluan
tertentu.30
29
Ibid. hal 121
30
Moh. Nizar, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hal 175
Observasi merupakan suatu data teknik untuk mengamati secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, bauk di
sekolah maupun di luar sekolah. Observasi merupakan salah satu teknik yang
sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa.31
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara tidak langsung
ataupun langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. 32
Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil data-data penelitian berupa:
data-data profil sekolah, data guru-guru bimbingan konseling, data siswa dan sarana
prasarana sekolah.
2. Metode Wawancara
Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dengan yang ditanya
dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).33
Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara
penanya dan penjawab. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan obyektif, setiap
wawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik dengan responden, yaitu
suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden bersedia bekerja sama,
bersedia menjawab pertanyaan, dan memberi informasi sesuai pikiran dan keadaan
yang sebenarnya.
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan konseli guna
mendapatkan data dan informasi secara lengkap dan nyata dari konseli secara
31
Muh. Surya dan Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya.
2001).hal 51
32
I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah, (bandung: CV. Ilmu, 1975) hal 51
33
Moh. Nizar, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 193-194
langsung. Penulis juga mengadakan wawancara dengan guru pembimbing, wali kelas
dan konseli untuk mengetahui peningkatan motivasi diri bagi siswa introvert melalui
layanan bibliokonseling di sekolah ini.
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan
dokumen-dokumen sebagai sumber data. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa:
buku raport, buku induk murid, catatan kesehatan siswa, dan rekaman. 34 Dalam
penelitian kualitatif, penggunaan dokumen merupakan sumber data yang berupa
bahasa tulisan, foto atau dokumen elektronik. Metode dokumentasi bermanfaat dalm
melengkapi hasil pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,
transkip, buku dan sebagainya.35 Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik36. Seperti yang dijelaskan dokumen itu dapat berupa
arsip-arsip, atau rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini.
2. Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data-data tersebut. Analisis menurut Noeng Muhajir merupakan upaya untuk mencari serta
menata pemahaman peneiti tentang kasuk yang diteliti dan menjadikan sebagai
temuan bagi orang lain.37
34
Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar pelaksanaan BK di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008)
Hal. 207
35
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pengantar, (Yogyakarta : Rineka cipta, 1998), hal 236
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 137
37
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rake Sarasin, 1996) hal. 171
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga
dapat mudah difahami dan analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data.38
Karenanya analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna deskriptif, penjernisan
dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan seringkali melukiskannya
di dalam kata-kata dari pada angka.
Untuk maksud tersebut, data tertentu saja perlu di susun ke dalam pola
tertentu. Karenanya setiap catatan harian yang dihasilkan dalam pengumpulan data
perlu direduksi dan dimasukkan dalam pola, kategori, fokus atau tema yang hendak
difahami dan dimengerti “duduk masalahnya”.
Dan akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan tertentu dari
hasil pemahaman dan pengertiannya. Pengumpulan data, reduksi data, display data,
dan pengambilan kesimpulan bukanlah suatu siklus yang berlangsung secara linier,
melainkan suatu siklus yang interaktif.
Analisis data adalah proses pengelompokan, membuat suatu urutan,
menyingkatkan data, sehingga menjadi makna yang berguna dalam memecahkan
masalah.39
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dat,
memilih-milihnya menjasi satuan yang dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan
memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam analisis data kualitatif ada yang
mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan komponen-komponen.
38
Ibid. hal 244
39
Moh, Nasir, Metode Penelitian,(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983),hal. 146
Dengan merujuk beberapa pandangan di atas, analisis data dalam penelitian ini
adalah proses mencari dan menata dan mengenai peningkatan motivasi diri bagi siswa
introvert melalui layanan bibliokonseling.
Sesuai dengan karakteristik data yang dikumpulkan peneliti akan
menggunakan pendekatan analisis data kualitatif. Langkah-langkah dalam analisis
penelitian ini menggunakan pendekatan yang disarankan oleh Nasution, yaitu: (1)
reduksi data, (2) display data, (3) Verifikasi dan simpulan. Ketiga cara tersebut saling
berkaitan dan merupakan alat kegiatan analisis yang memungkinkan data menjadi
bermakna. Dengan kata lain data penelitian dianalisis secara diskriptif kualitatif,
artinya data disajikan secara sistematis untuk selanjutnya dibahas sesuai dengan teori
ilmiah yang mendukung kajian data tersebut.40
1.Reduksi data (data reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi juga dikatakan sebagai proses
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting
dan dicari tema dan polanya.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti
ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
40
Imam Suprayugo, Metodologi Penelitian Agama, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), hal 191-195
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.41
Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diketik/ditulis dalam bentuk
uraian atau laporan yang rinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan
menambah kesulitan bila tidak dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan ini perlu
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah”
ditingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data
yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan
juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila
diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.42
Reduksi data dilakukan dengan tujuan agar diperoleh data yang ramping,
penting sederhana dan mudah diabstraksikan. Melalui proses reduksi akan dipilih data
yang terampil (living in) dan data yang terbuang (living out). Proses reduksi data
dilakukan setiap kali analisis tiap hasil yang didapatkan.
2.Penyajian data (data display)
Sajian data ( data display) merupakan cerita atau narasi logis yang diselingi
dengan gambar, skema, matrik, table, rumus, dan lain-lain. Ada 9 model penyajian
data yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman, yaitu:
a. Model dipakai untuk mendeskripsikan data penelitian dalam bentuk organigram, peta
geografis dan lain-lain.
41
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 247
42
Nasution, “Matode Penelitian Naturalistik Kualitatif”, (Bandung: Tarsito, 1988), hal 129
b. Model yang dipakai untuk memantau ada tidakanya atau sudah terkumpulnya data
atau belum dari komponen atau dimensi penelitian dalam bentuk data atau chek list
matrik.
c. Model yang dipakai untuk mendeskripsikan perkembangan antara waktu yang
dinyatakan dalam deskripsi verbal dengan satu kata atai frosa.
d. Model yang berupa matrik tata peran yang dipakai untuk mendeskripsikan pendapat,
sikap, guru bimbingan konseling dan kepala sekolah.
e. Model yang berupa matrik konsep terklaster yang menyatakan hubungan variable
yang diberi penjelasan atau criteria pengklasteran.
f. Model yang berupa matrik tentang efek atau pengaruh yang dipakai untuk
menyatakan dan mendeskripsikan suatu perubahan, perbedaan antara sebelum dan
sesudah perubahan.
g. Model yang berupa matrik dinamika lokasi yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan dinamika perubahan lokasi.
h. Model yang berupa daftar kejadian yang disusun secara kronologis atau diklasterkan.
i. Model yang berupa jaringan klausa dari sejumlah kejadian yang diteliti.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.43 Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah difahami tersebut.
3.Verifikasi Data
43
Ibid. , hal 249
Verifikasi dan simpulan ( verification dan conclusion) merupakan kegiatan
analisis yang dilakukan sepanjang penelitian kualitatif, tidak hanya pada akhir
penelitian kuantitatif. Sejak awal pengumpulan data harus diikuti dengan perbuatan
simpulan-simpulan sementara. Pada tahapan akhir, simpulan-simpulan ini harus
diverifikasi pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya
disusun simpulan.
Simpulan hasil penelitian merupakan intisari penelitian yang menggambarkan
pendapat terkahir berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang disusun sesuai dengan
metode berpikir yang digunakan apakah induktif atau deduktif. Oleh sebab itu
simpulan yang diambil berdasarkan interpretasi data dan pembahasannya harus
relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian.44
Kegiatan untuk menarik kesimpulan dan verifikasi, apabila kesimpulan yangh
dikemukakan pada tahap awaldidukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lspsngsn mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya). Verifikasi
merupakan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus
diuji kebenarannya, ke kokohannya dan kecocokannya. Reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada
saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data.
Menurut Miles dan Huberman dalam penarikan kesimpulan dan Verifikasi,
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
44
Ibid, hal 191-197
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.45
G. Sistematika Pembahasan
Agar skripsi ini menjadi satu kesatuan yang sistematis, maka pembahasannya
akan di susun sebagai berikut:
Bab I : Dalam hal ini penulis memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
operasional, metodelogi penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II : Dalam bab ini memaparkan kajian teori yaitu motivasi diri (intrinsik)
meliputi: Pengertian motivasi, pengertian motivasi diri (intrinsik), faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi diri (intrinsik). Kajian tentang Introvert meliputi: Pengertian
introvert, ciri-ciri anak introvert. Kajian tentang Bibliokonseling meliputi: pengertian
bibliokonseling, tujuan bibliokonseling, kelebihan dan kelemahan bibliokonseling,
langkah-langkah pelaksanaan bibliokonseling.
Bab III : Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian, penyajian data tentang
gambaran umum SMP Islam Al Hidayah Mojokerto yang meliputi: profil, letak
geografis, keadaan lingkungan, penyajian data dan analisis data.
Bab IV : Penutup memuat kesimpulan yang diambil dari permasalahan yang
telah dibahas, juga disampaikan saran-saran penulis sebagai masukan agar yang baik
dapat dipertahankan dan yang kurang dapat diperbaiki.
45
Ibid. hal 252
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Tinjauan Mengenai Motivasi Diri ( Intrinsik)
A. Pengertian Motivasi
Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang dalam bahasa inggris to
move berarti adalah kata kerja yang artinya menggerakkan. Motivasi itu sendiri
dalam bahasa inggris adalah motivation yaitu sebuah kata benda yang artinya
penggerakan.
Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keingianan dan tenaga
penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu.1
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktiviatas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.2
Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.3
Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan jika dia tidak suka,
maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. 4
Motivasi merupakan Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya
(energy), atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan
1
Alex sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003). Hal. 265
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011). Hal. 70
3
M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007). Hal.60
4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Wali Pers,2010), hal. 75
(preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion,
motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari .5
Menurut Sumadi Suryabrata motivasi merupakan keadaan yang terdapat
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan tertentu.6
Menurut Mc Donald motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri
seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. 7
Menurut Hamzah B. Uno Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu
mengandung tema atau model sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. 8
Menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah pendorongan, suatu usaha yang
disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.9
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.10
5
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul,
(Bandung:PT. Remaja Rosydakarya, 2007). Hal 37
6
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 101
7
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),hal. 206
8
Hamzah B.Uno,Teori Motivasi dan Pengukuran, (Jakarta:Bumi Aksara 2000), hal. 1-2
9
Ibid. Hal. 71
10
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2003),
hal.73
Menurut Sumadi Suryabrata “Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
sesuatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang
dapat disimpulkan karena adanya sesuatu yang dapat kita simpulkan. Tiap
aktifitasyang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam
diri orang itu, kekuatan inilah yang disebut motivasi”.11
Menurut R. Ibrahim & Nana Syaodih S, ”Motivasi atau biasa disebut
dorongan atau kebutuhan merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau
siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Tenaga pendorong
atau motif pada seseorang mungkin cukup besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia
suadah bisa berbuat”. Tetapi motivasi dari luar juga sangat diperlukan, karena
motivasi yang bersifat internal saja masih kurang cukup untuk mendorong seseorang
melakukan sesuatu, maka diperlukan motivasi yang bersifat eksternal, yaitu guru,
orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Karena tiap individu pada hakekatnya
memerlukan motif eksternal sebagai pendorong dalam dirinya untuk mencapai suatu
tujuan. 12 Siswa dikatakan mempunyai motivasi tinggi jika terdapat ciri-ciri sebagai
berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam jangka waktu
lama tidak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Lebih senang bekerja mandiri.
11
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara 1993), hal.70-71
12
R.Ibrahim & Nana Syaodih, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta:PT.Rineka Cipta 2003), hal. 27-28
d. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang sehingga kurang kreatif).
e. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu benar menurut logika.
f. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.13
Apabila siswa memiliki ciri-ciri di atas, berarti siswa itu memiliki motivasi
yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik, kalau siswa
tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara
mandiri, siswa tidak akan terjebak dalam sesuatu yang rutinitas dan mekanis.
Dari pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi,
dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang atau suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Ahmad Rohani menjelaskan fungsi motivasi belajar bagi siswa, yaitu14:
1) Memberi semangat dan mengaktifkan siswa supaya tetap berminat dan siaga.
2) Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti perbuatan belajar.
3) Memusatkan perhatian siswa pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan
pencapaian tujuan belajar.
4) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka panjang.
B. Pengertian Motivasi Diri (Intrinsik)
13
Sardiman A.M, Interaksi & motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers 2011), hal. 83
14
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990). Hal. 11
Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang ada di dalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin mengetahui
seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya.15
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.16
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi
belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai
nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar
semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,
bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau
hadiah, dan sebagainya.17
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang
bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini timbul tanpa
pengaruh luar. Motivasi yang berasal dari dalam dapat berupa: keinginan untuk
15
W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,(Jakarta: PT Gramedia. 1984). Hal. 27
16
Ibid. Hal.89
17
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Asdi Mahasatya,2002). Hal.115
berhasil, keinginan untuk memperoleh pengetahuan, keinginan untuk terampil serta
keinginan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.18
Menurut Chapbell motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang
dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas. Ada hubungan langsung antara kerja dan
penghargaan, artinya apabila tugas sudah selesai dikerjakan, maka dapat langsung
dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri seseorang.19
Elliot dkk mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai sesuatu dorongan yang
ada di dalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan gembira
setelah melakukan serangkaian tugas. Bekerja menurut mereka merupakan hal yang
menyenangkan dan terutama juga pada individu-individu yang tertarik didalamnya.
Wiersma mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah seseorang yang termotivasi
secara intinsik ketika individu tersebut bekerja dan beraktivitas bukan untuk
mendapatkan reward (hadiah) itu sendiri.
Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefinisikan sebagai
ketertarikan dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam pekerjaan itu
sendiri. Sedangkan Hirts mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan
individu tentang tingkat, yang mana sesuatu aktivitas dapat dilakukan dengan nyaman
dan atas dasar keinginan diri sendiri.
18
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara2005). Hal.162
19
M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2010). Hal, 84
Beach mengatakan motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika
seseorang menikmati suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan
tugas dari aktivitas tersebut.20
Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam individu sendiri).
Adanya motivasi ini menunjukkan peserta didik menyadari bahwa kegiatan
pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan
kebutuhannya. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang
sebenarnya yang timbul dari dalam diri sendiri. Jadi motivasi ini tidak dipengaruhi
dari luar. Dalam hal ini, ujian, hadiah, atau sejenisnya tidak diperlukan karena tidak
akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapatkan hadiah itu.
Misalnya:
1. Belajar karena ingin tahu cara pemecahannya.
2. Keinginan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu.
3. Keinginan untuk memperoleh infomasi dan pengertian.
4. Keinginan untuk sukses.
5. Keinginan diterima oleh orang lain.21
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau
keingintahuan (curiousity), sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh
bentuk-bentuk insentif atau hukuman. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang
20
Ibid. hal. 84-87
21
A. Tabriani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya, 1989).
Hal. 97-98
disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman,
moitvasi yang terbentuk oleh faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.22
motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor
pendorong dari dalam diri (internal) individu. Individu yang digerakkan oleh
motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil
yang terlibat dalam kegiatan itu.
motivasi intrinsik merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal
dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki oleh
seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat
untuk mencapai tujuan.
Motivasi intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi
individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.23
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik
adalah suatu bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri individu dalam menyikapi
suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan kepada individu dan membuat tugas dan
pekerjaan tersebut mampu memberikan kepuasan batin bagi individu sendiri.
C. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi Intrinsik
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu24 :
1. adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2. adanya dorongan dankebutuhan dalam belajar.
22
Ibid. hal. 7
23
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud. 2005). Hal. 90
24
Ibid. hal. 22
3. adanya harapan dan cita-cita masa depan.
4. adanya penghargaan dalam belajar.
5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6. adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Menurut teori Herzberg, faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik
yaitu25:
1. Prestasi
Kebutuhan untuk berprestasi yaitu keinginan manusia untuk memperjuangkan tugas
dan melibatkan usaha individu dalam menghadapi lawan dan tantangan.
2. Pengakuan
Pengakuan adalah keinginan untuk diakui secara social dan keinginan untuk terampil.
Sementara reputasi adalah penghargaan orang lain terhadap individu karena
kecakapannya. Individu akan merasa dihargai apabila pengalamannya digunakan
dalam partisipasi menyelesaikan tugas yang lebih rumit dan penting.
3. Pekerjaan itu sendiri
Individu senang dengan pekerjaannya karena pekerjaan itu sendiri. Individu menyukai
pekerjaan tersebut karena diikuti dengan minat dan bakat yang dimiliki. Individu
merasa pekerjaan yang ada menjadi sesuatu yang menantang untuk berkembang dan
menjadi lebih baik.
25
Ibid, hal 92-93
4. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah keinginan manusia agar dapat mengerjakan tugas dengan baik
dan memadai. Hal ini berarti individu mempunyai keinginan untuk merasa dapat
melakukan tugas dan tanggung jawab yang diharapkan.
5. Kemajuan
Individu merasa bahwa pekerjaan yang diperoleh sekarang ini memberikan kemajuan
dalam bekerja. Pekerjaan memberikan kesempatan bagi individu untuk menambah
wawasan, mengembangkan bakat, dan kemajuan.
6. Perkembangan
Sejalan dengan kemajuan, perkembangan mempunyai dimensi yang banyak dan
jangkauan yang lebih luas. Kemajuan tidak hanya dalam bidang kerja, tetapi
meluas pada bidang kehidupan. Prestasi kerja dan pekerjaan akan memberikan
kepercayaan pada diri sendiri untuk mengembangkan diri pada segi kehidupan
yang lain seperti bersosialisasi, mengembangkan bakat, dan menambah wawasan
dan pengetahuan.
Hasibuan (2007) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik, antara
lain :
a. Tanggung jawab.
b. Penghargaan.
c. Pekerjaan itu sendiri.
2. Tinjauan Tentang Introvert
A. Pengertian Introvert
Introvert dalam segi bahasa artinya bersifat tertutup.26 Sedangkan dalam
pengertiannya introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu, yang
lebih pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam
suatu kelompok, menyendiri di rumah atau antisosial dan senang introspektif serta
sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri.27
Introvert merupakan kepribadian manusia yang tertutup, sehingga mereka
cenderung memilih untuk sendirian atau bertemu dengan sedikit orang. Orang dengan
tipologi kepribadian introvert adalah orang yang mengarahkan orang ke dunia dalam.
Orang Introvert lebih berpikir ke arah subjektif atau dirinya sendiri.
Oleh karena itu rata-rata orang yang berkepribadian introvert kurang
menikmati keramaian. Wajar jika orang yang interovert biasanya memilih berkarir
dalam bidang yang tidak banyak bertemu dengan banyak orang seperti sekretaris,
peneliti, akuntan. Biasanya para introverthanya berbicara seperlunya, kalau memang
ada informasi yang ingin dia sampaikan. Dan mereka hanya berbicara mengenai apa
yang memang ingin mereka bicarakan. Pada kadar yang tinggi orang introvert jika
ditanya akan diam terlebih dahulu memikirkan apa yang akan mereka ucapkan,
setelah itu baru mereka berbicara.
Menurut Jung, dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist, introvert adalah aliran
energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif.28
Menurut Carl Gustav Jung, orang-orang introvert adalah mereka yang
terampil dalam melakukan perjalanan ke “dunia dalam”, yaitu diri mereka sendiri.
26
Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola: 1994). Hal.270
27
Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang,2007) hal. 55
28
SJess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011). hlm. 137.
Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak
perenungan dan berkontemplasi. Pada akhirnya, mereka menjadi orang yang
memahami dirinya, berpendirian keras, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan
mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya.
Introvert adalah orang yang lebih cenderung kepada menyendiri dan
menyimpan perasaan. 29
Introvert adalah kepribadian manusia yang lebih berkaitan dengan dunia
dalam pikiran manusia itu sendiri. Jadi manusia yang memiliki sifat introvert ini lebih
cenderung menutup diri dari kehidupan luar. Orang introvert adalah orang yang lebih
banyak berpikir dan lebih sedikit beraktifitas. Mereka juga orang-orang yang lebih
senang berada dalam kesunyian atau kondisi yang tenang, dari pada di tempat yang
terlalu banyak orang.
Menurut ahli psikologi pribadi introvert yaitu sifat bawaan dasar dari seorang
yang tertutup lebih senang menstimulasi atau berdialog dengan dirinya sendiri.
Seorang introvert dapat dilihat dari kebiasaan dia sejak kecil, bila anak yang lain lebih
aktif, senang beraktivitas, senang menceritakan semua kegiatannya, berbeda dengan
anak introvert, dia lebih menyendiri di kamar atau ruangan tertutup. Maka tidak heran
kalau anak introvert menyukai kamarnya.
Introvert yaitu kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari
lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu
biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Mereka
29
Prof. DR. Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang, ), hlm.95
biasanya pendiam dan suka menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena merasa
kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.30
Dapat disimpulkan, bahwa anak introvert adalah sebuah sifat dan karakter
yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan
mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Namun, orang introvert tidak
sepenuhnya senang menyendiri, hanya saja mereka lebih memilih untuk memiliki
segelintir teman dekat namun padat seperti buku. Maksudnya adalah, teman yang
memiliki cerminan pengetahuan dan pengalaman yang ada di hidup ini. Seorang
Introvert pun tidak pernah menceritakan tentang hal yang bersifat pribadi kepada
sembarang orang. Mereka memilih orang yang tertentu yang ia percaya.
B. Ciri-ciri anak kepribadian Introvert
Kepribadian yang khas dari introvert adalah pendiam, pemalu, mawas diri,
gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang
sudah akrab, cenderung merencanakan lebih dahulu, melihat dahul sebelum
melangkah, dan curiga, tidak suka kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari
dengan keseriusan, dan menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga
perasaannya secara tertutup, jarang berperilaku agresif, tidak menghilangkan
kemarahannya, dapat dipercaya, dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai
standar etika yang tinggi.
Seorang introvert cenderung untuk lebih menikmati kondisi mental pribadi,
yang semangatnya akan meningkat saat berefleksi, dan berkurang saat harus
berinteraksi, kurang banyak berbicara saat dalam kelompok dan menikmati kegiatan
yang dapat dilakukan sendirian atau bersama teman dekat, lebih memilih untuk
30
Paul Henry Mussen.,Perkembangan dan Kepribadian Anak, (jakarta: Arcan, 1994). Hal. 54