• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING DI SMP ISLAM AL HIDAYAH MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING DI SMP ISLAM AL HIDAYAH MOJOKERTO."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT

MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING

di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto

SKRIPSI

Oleh :

Fina Husniati

(D33209007)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PRODI BIMBINGAN KONSELING

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

FinaHusniati , Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui Layanan Bibliokonseling di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Skripsi, Tarbiyah Kependidikan Islam, 2016.

Bibliokonseling yaitu yang menggunakan bacaan literatur.Layanan

Bibliokonseling menggunakan buku sebagai medianya, baik buku bacaan maupun buku diary yang dapat digunakan untuk apapun yang dialami seseorang. Dipercayai membaca berdampak pada perubahan sikap, perasaan dan tingkah laku menjadi lebih dewasa setelah membacanya sendiri .

Layanan bibliokonseling diadakan guru Bk, agar guru BK dapat mengungkap masalah siswa yang introvert, pendiam atau takut kepada guru BK, dan beranggapan bahwa guru BK hanya menangani siswa yang bermasalah.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMP Islam Al hidayah Mojokerto dengan judul: Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert melalui layanan bibliokonseling untuk mengetahuigambaran motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah, Pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto, Pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Alhidayah Mojokerto. Dan yang dibahas di penelitian ini adalah mengenai gambaran motivasi diri bagi siswa introvert, pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert, pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah.

Terkait dengan penelitian di atas peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menggunakan metode pengumpulan data: Observasi, interview, dan dokumentasi. Dan adapun yang menjadi sampel dipenelitian ini adalah: kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling, TU, dan siswa siswi SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Adapun langkah dalam teknis analisis data meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi data.

Dari hasil yang dilakukan peneliti maka disipulkan gambaran motivasi diri bagi siswa introvert cukup membantu guru BK di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto. Pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert bisa teratasi dan pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa cukup bagus bagus. Seiring perkembangan-perkembangan teknologi, media, dan tekhnik-tekhnik konseling ini, layanan bibliokonseling diminati siswa dalam mengungkapkan masalah-masalahnya kepada guru BK.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… … i

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI……… iii

MOTTO………. iv

PERSEMBAHAN………. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……… vi

ABSTRAK……….. vii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……… xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Rumusan Masalah……… 10

C. Tujuan penelitian……….. 10

D. Manfaat Penelitian……… 11

E. Definisi Operasional………. 12

F. Metode Penelitian………. 12

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian……… 16

2. Informan Penelitian……….. 16

3. Tahapan Penelitian………. 16

(8)

4. Metode Pengumpulan Data……… 17

5. Analisis data………... 21

G. SistematikaPembahasan………. 27

BAB II LANDASAN TEORI……….. 28

A. Motivasi………... 30

1. Pengertian Motivasi ………. 30

2. Pengertian Motivasi Diri (Intrinsik)………. 35

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi diri (intrinsik)…… 39

B. Introvert……… 42

1. Pengertian Introvert……….. 42

2. Ciri-ciri kepribadian introvert……….. 45

C. Bibliokonseling………... 48

1. Pengertian Bibliokonseling……… 48

2. TujuanBibliokonseling……….. 50

3. Kegunaan Bibliokonseling……… 52

4. Kelebihan dan Kelemahan Bibliokonseling………. 53

5. Langkah-langkah Pelaksanaan Bibliokonseling……….. 55

D. Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui Layanan Bibliokonseling ………. 56

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN………... 58

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian………... 58

1. Profil SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………... 58

2. Visi dan Misi……….. 59

3. Keadaan Guru SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………… 61.

(9)

4. Keadaan Sarana dan Prasarana di SMP Islam Al Hidayah

Mojokerto……….. 63

5. Organisasi Bimbingan dan Konseling SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………. 65.

B. Penyajian data……… 68

1. Gambaran motivasi diri Bagi siswa Introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto………. 68

2. Pelaksanaan Layanan Bibliokonseling bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto……… 71

3. Pelaksanaan Layanan bibliokonseling untuk meningkatkan motivasi diri bagi siswa introvert……… 72

C. Analisis Data………. 79

BAB IV PENUTUP………. 84

A. Kesimpulan………... 84

B. Saran………. 85.

DAFTAR PUSTAKA……….. …………. 86

Lampiran-Lampiran

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan

cita-cita pribadi individu. Pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

berbagai faktor dalam upaya mancapai kehidupan yang bermakna, baik bagi individu

sendiri maupun masyarakat pada umumnya.1

Para peserta didik memandang sekolah sebagai suatu lembaga yang dapat

mewujudkan cita-cita mereka. Sementara orang tua menaruh harapan kepada sekolah

untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar, terampil dan berakhlak

mulia. Hal ini sesuai dengan yang termaktub dalam UU no 20 Th 2003 Bab II pasal 3

yang berbunyi:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.2

Proses belajar mengajar di sekolah dimaksudkan untuk membantu siswa

tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya didalam kedewasaan masing-

masing. Tumbuh dan berkembang secara maksimal dalam berbagai aspek

1

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan., Landasan Bimbingan Dan Konseling, (Bandung:Remaja

Rosydakarya, 2005), hal. 3

2

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),(

Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 7

(11)

kepribadian, sehingga menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri didalam

dan ditengah-tengah masyarakat.3

Manusia dilahirkan di dunia ini dengan membawa keunikan masing-masing,

dan dalam menjalani kehidupannya manusia selalu dihadapkan oleh masalah-masalah

yang harus mereka selesaikan. Beberapa dari mereka dapat menyelesaikan masalah

yang ada tanpa perlu bantuan orang lain, akan tetapi diantara mereka ada yang

memerlukan bantuan dari orang lain. Hal ini juga terjadi di sekolah, untuk membantu

menyelesaikan masalah manusia di sekolah (siswa, guru, staf sekolah dan orang tua

siswa) maka sekolah melaksanakan layanan bimbingan konseling yang sesuai dengan

tujuan tersebut.4

Banyak penulis sejak tahun 1970-an telah mengungkapkan banyak sumber

permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak, remaja dan pemuda itu terutama sekali

berada di luar diri mereka sendiri. Sikap orang tua dan anggota keluarga, keadaan

keluarga secara keseluruhan, pengaruh film- televise- video, iklim kekerasan dan

kekurang disiplinan yang kurang berlangsung di masyarakat, kelompok-kelompok

yang bertindak menyimpang dan berbagai faktor negatif lainnya dalam kehidupan

sosial di luar sekolah. semuanya menunjang timbulnya masalah-masalah pada

anak-anak remaja dan pemuda.5

Usia remaja merupakan masa di mana perkembangan kejiwaan manusia

sedang tahap pancaroba. Masa remaja biasanya didefinisikan sebagai masa antara

anak-anak dengan masa dewasa, posisi tengah-tengah inilah kemudian mengakibatkan

3

Hadari Nawawi, Administrasi Dan Organisasi Bimbingan Dan Penyuluhan, ( Jakarta:Ghalia Indonesia,

1986), hal. 7

4

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Pentuluhan di Sekolah,

(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 1-2

5

Prof. Dr. H. Prayitno, M.sc. Ed. Drs. Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 1999), hal 26

(12)

perkembangan kejiwaannya menjadi labil.6 Masa remaja dapat pula dikatakan sebagai

masa bermasalah, setiap periode memang mempunyai masalah sendiri-sendiri, namun

masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh remaja

laki-laki maupun perempuan. 7

Pada masa bermasalah inilah seorang individu tentunya sangat membutuhkan

adanya sikap keterbukaan dalam dirinya sehingga seorang individu (remaja) dapat

dengan mudah mengungkapkan gejolak jiwa dan perasaannya serta

masalah-masalahnya kepada orang lain. Setiap orang apabila seorang remaja tentunya akan

merasa senang apabila orang lain dapat memahaminya dan mengerti perasaannya,

sehingga mereka akan merasa simpati kepada orang yang mau mengerti perasaan dan

penderitaannya. Apabila rasa simpati itu telah tercipta, maka biasanya mereka akan

dengan mudah menerima saran atau nasehat kita. 8

Dalam perkembangan kepribadian remaja, tentunya banyak hal yang dapat

mempengaruhi diantaranya adalah teman-teman sebaya. Teman-teman sebaya ini

mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara yaitu konsep diri remaja

merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya.

Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian

yang diakui oleh kelompoknya. 9 Akan tetapi sangat disayangkan bahwa

ketidakmampuan remaja dalam menilai siapa dirinya (self concept) mengakibatkan

terjadinya kesalahan dalam menilai dirinya (miss self concept) yang akhirnya

menjadikan remaja cenderung menutup diri terhadap lingkungan dimana mereka

tinggal bahkan lebih tragis lagi sehingga mereka merasa asing berada dalam

6

Drs. Andi Mappiare, Psikologi Remaja, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1982) hal. 1

7

Prof. DR. Zakiyah darajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang ), hal .69

8 Ibid.

9

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan, ( Jakarta : Erlangga, 1997), hal. 235

(13)

lingkungannnya. Adapun ciri-ciri anak yang berkepribadian introvert (menutup diri)

yaitu : cenderung lebih suka “memasuki” dunia imaginer, bisa merenung yang kreatif,

produksi dan ekspresi-ekspresinya diwarnai oleh perasaan-perasaan yang subyektif,

pusat kesadaran dirinya adalah kepada egonya sendiri dan sedikit perhatian pada

dunia luar, perasaan halus dan cenderung untuk tidak melahirkan emosi secara

menyolok, biasanya melahirkan ekspresinya dengan cara-cara yang halus yang jarang

ditemukan pada individu-individu lain, sikapnya “tertutup”, sehingga jika ada

konflik-konflik disimpannya dalam hati dan ia berusaha menyelesaikan sendiri, banyak

pertimbangan, sering mengadakan analisis dan kritik diri, sensitif terhadap kritik,

pengalaman-pengalaman pribadi bersifat mengendap dalam kenangan yang kuat,

apalagi hal-hal yang bersifat pujian atau celaan tentang dirinya, pemurung dan

cenderung selalu bersikap menyendiri, serta kurang bergaul dan lemah lembut tindak

dan sikapnya, serta punya pandangan idealis.10

Sedangkan siswa sebagai anak didik, dalam proses belajar baik di sekolah

maupun di luar sekolah sering mengalami masalah, baik yang berasal dari diri sendiri

maupun dari luar (lingkungan). Faktor dari diri sendiri di antaranya adalah faktor

biologis dan psikologis. Sedangkan faktor dari luar meliputi keluarga, tempat belajar,

keadaan perekonomian keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.

Pada saat-saat inilah layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat berfungsi

untuk membantu siswa dalam mencari jalan keluar dari masalah tersebut.11

Djumhur, Moh. Surya mengemukakan bahwa jenis masalah-masalah yang di

alami siswa, sekurang-kurangnya dapat digolongkan atas 6 (enam) kelompok masalah

10

http//qym7882.blogspot.com/2009/04/tipe-kepribadian.html.

11

Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Dan Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999),

hal 26

(14)

yaitu, masalah pengajaran atau belajar, masalah pendidikan, masalah pekerjaan,

masalah penggunaan waktu senggang, masalah sosial, dan masalah pribadi.12

Dengan adanya permasalahan-permasalahan yang ada pada siswa, guru

bimbingan dan konseling yang ada di sekolah bertujuan untuk memberi bantuan

kepada individu (siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka

dapat memahami dirinya sendiri sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan

membantu mereka mencapai tugas-tugas perkembangan remaja akhir secara optimal

sebagai makhluk tuhan, sosial, dan pribadi.

Peran guru bimbingan dan konseling adalah mendampingi siswa dalam

beberapa hal, antara lain dalam perkembangan belajar, mengenal diri sendiri dan

peluang masa depan mereka, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, dan

menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu, serta mengatasi

masalah pribadi (kesulitan belajar, masalah hubungan dengan teman, atau masalah

dengan keluarga).

Program bimbingan dan konseling yang ada telah disosialisasikan oleh guru

bimbingan dan konseling kepada seluruh siswa untuk dimanfaatkan sesuai masalah

dan kebutuhannya siswa masing-masing. Di sisi lain banyak sekali permasalahan

yang dihadapi siswa di mana membutuhkan bantuan seorang konselor dalam

pemecahannya masalahnya. Misalnya saja ada beberapa siswa yang memiliki

hambatan atau permasalahan dalam dirinya dengan tidak mengetahui bakat, minat,

dan potensi sehingga tidak berkembang secara optimal sehingga terbuang sia-sia

bakat, minat, dan potensi yang ada, serta beberapa masalah pribadi seperti keluarga

atau pergaulan yang menghambat psikologisnya.13

12

Syahril dan Riska Ahmad, Pengantar Bimbingan Dan Konseling, (Padang:Angkasa Raya, 1987) hal

29-31

13

Abu Ahmadi, Bimbingan Konseling Di Sekolah, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal 137

(15)

Dalam mencapai tujuan tersebut guru pembimbing harus melakukan berbagai

upaya, salah satu upaya yang sekaligus menjadi ujung tombak dari keseluruhan

kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan konseling tidak bisa dilakukan oleh

sembarang orang, dalam arti untuk melakukan kegiatan ini dibutuhkan kemampuan

khusus tentang praktek konseling, karena kegiatan konseling bukan kegiatan

menasehati, memahami atau sekedar obrolan biasa.14

Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, konselor

menggunakan layanan bibliokonseling. Bibliokonseling yaitu layanan yang

menggunakan bacaan literatur. Teknik bibliokonseling menggunakan buku sebagai

medianya, baik buku bacaan maupun buku diary yang dapat digunakan untuk apapun

yang dialami seseorang. Dengan membaca berdampak pada perubahan sikap,

perasaan dan tingkah laku menjadi lebih dewasa setelah membacanya sendiri.15

Berdasarkan kenyataan dan realita di sekolah sering di temui berbagai

masalah, salah satunya yang menyangkut kepribadian siswa yang tertutup (introvert)

yang takut untuk mengungkapkan permasalahan yang di hadapi siswa baik di sekolah

maupun di rumah yang bersifat pribadi secara langsung kepada konselor. Sehingga

konselor merasa perlu untuk memberikan penjelasan kepada siswa, dengan

keterbatasan waktu yang ada di sekolah. Bibliokonseling yang sudah dirancang oleh

konselor dengan mempertimbangkan tujuan, ciri klien, material, sasaran metode, dan

evaluasi akan membantu klien memperoleh informasi tentang masalah-masalah yang

dihadapinya. Perolehan informasi tersebut dapat mengubah tingkah laku kalau klien

betul-betul mamatuhinya. Setelah membaca sebuah buku misalnya, klien dapat

mengubah tingkah lakunya dengan mengikuti anjuran-anjuran, nasehat,

pandang-14

Setiawati, Bimbingan Dan Konseling Antara Ada Dan Tiada, (http//www. Pikiran-rakyat.com), Akses,

20/03/2016

15

Ibid. 42

(16)

pandangan hidup, kebajikan-kebajikan hidup yang ditulis oleh pengarang dalam buku

tersebut atau mengubah sikapnya terhadap suatu hal yang dianutnya. Ia dapat tingkah

laku ideal dalam suatu bacaan dan menghindari tingkah laku yang dianggapnya tidak

baik dari tokoh yang tidak disenangi.

Dengan menggunakan buku bacaan sebagai alat untuk membantu siswa, guru

bimbingan dan konseling punya banyak alternatif bantuan untuk membimbing siswa,

khususnya yang mengalami masalah. Dari komik, buku cerita, koran atau majalah,

novel, hingga buku yang tergolong berat seperti tulisan ilmiah, semua dimanfaatkan.

Untuk siswa yang cenderung sulit membaca buku teks, guru Bimbingan dan

Konseling bisa memilihkan komik atau cerpen yang disukai siswa. Buku bacaan yang

ditunjuk harus sesuai dengan masalah siswa. Dengan demikian, setelah membaca

buku tersebut, siswa terbantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Selain itu, buku

yang digunakan harus sesuai dengan usia perkembangan siswa, sehingga bahasa

dalam buku tersebut dapat dipahami dengan mudah.

Tujuan dari bibliokonseling pada dasarnya sama dengan tujuan bimbingan

yaitu membantu para anggota agar dapat membantu dirinya sendiri. Melalui

bibliokonseling, disajikan informasi yang dibutuhkan atau sesuai dengan nilai

karakter yang ingin mereka bangun. Dengan mêngetahui informasi yang ada dalam

bahan bacaan, mereka dapat membentuk tingkah lakunya secara umum, secara khusus

membentuk sikap, persepsi, mengubah prasangka sosial dan perubahan lainnya.16

Langkah-langkah yang di gunakan dalam bibliokonseling yaitu 17:

a. Perilaku, penuh harapan dan keseriusan.

b. Membaca, buku yang mulai di berikan.

16

Fendahapsari, Teknik Bibliotherapy untuk Pelatihan Kecerdasan Sosial, (Palangka Raya :Universitas

Palangka Raya.2012), hal. 38

17

P. Gill White, ph.D, Bibliotherapy For Breaved Sibling, ( America : sibling Connection. 2006) hal 86.

(17)

c. Mengevaluasi, mengevaluasi apa yang sudah diperoleh dari bacaan tersebut

bersama dengan terapis atau dengan teman dekat.

d. Berkreasi, menuangkan apa yang ada dalam pikiran pembaca setelah

memperoleh sesuatu dari yang dibacanya.

Setelah melakukan observasi di SMP Islam Al Hidayah, dari hasil wawancara

dengan Guru BK, mendapat informasi kegiatan yang ada di sekolah, bidang

bimbingan apa saja dan sarana yang diberikan Guru BK kepada siswa untuk

melakukan bimbingan konseling.

Di SMP Islam Al Hidayah Guru bimbingan dan konseling memberikan

sarana-sarana untuk memudahkan Guru BK memberikan bimbingan konseling,

menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi siswa di sekolah salah satunya yang

ada di SMP Islam Al Hidayah yaitu Guru BK menggunakan layanan bibliokonseling,

Guru BK selalu menginformasikan kepada semua siswa, apabila ada yang mempunyai

masalah pribadi atau sosial dan siswa masih bingung dalam menyelesaikan masalah

tersebut, Dengan itu guru BK menggunakan layanan bibliokonseling.

Dari fenomena yang telah dipaparkan diatas dan yang telah ada di SMP Islam

Al Hidayah, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut menjadi

sebuah judul ”PENINGKATAN MOTIVASI DIRI BAGI SISWA INTROVERT

MELALUI LAYANAN BIBLIOKONSELING DI SMP ISLAM “AL- HIDAYAH”

MOJOKERTO”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian permasalahan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang

secara logika dan dapat dipandang sebagai suatu masalah dan harus dicari jawabannya

melalui penelitian sebagai berikut:

(18)

1. Bagaimana motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam Al Hidayah

Mojokerto?

2. Bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa introvert untuk

meningkatkan motivasi diri di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto?

C. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan yang terencana dan terarah pasti didasarkan atas satu

tujuan. Bertolak dari perumusan masalah yang telah di sebutkan diatas, maka dapat

disebutkan tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana motivasi diri bagi siswa introvert di SMP Islam

Al Hidayah Mojokerto.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling bagi siswa

introvert di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.

3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan layanan bibliokonseling untuk

meningkatkan motivasi diri di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

Mampu memberikan masukan positif bagi lembaga untuk digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan kecerdasan spiritual siswa.

2. Bagi peneliti

Penelitian ini sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan tentang

penelitian. Selain itu Penelitian ini di harapkan dapat memberi pemahaman

yang mendalam tentang Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert

Melalui Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto .

3. Bagi ilmu pengetahuan

(19)

Penelitian ini hendaknya dapat dijadikan referensi serta input tentang urgensi

dari eksistensi bimbingan dan konseling bagi sebuah lembaga penanganan

sehingga dapat melakukan penanganan yang lebih professional

E. Definisi Konseptual

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Motivasi Diri bagi Siswa Introvert

melalui Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto”. Dalam

rangka untuk pedoman penelitian, supaya tidak ada kesalahpahaman dalam

mengartikan judul tersebut, ada beberapa istilah yang akan peneliti jelaskan yaitu

sebagai berikut:

1. Motivasi diri (Intrinsik) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.18

Jadi yang dimaksud dengan motivasi diri (intrinsik) adalah suatu bentuk

motivasi yang berasal dari dalam diri individu untuk meyikapi suatu tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepada individu.

2. Introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu, yang lebih

pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam

suatu kelompok, menyendiri di rumah atau antisosial dan senang introspektif

serta sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri.19

Ciri-ciri Individu-individu yang mempunyai kepribadian introvert yaitu

penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar

berhubungan dengan individu lain, kurang dapat menarik individu lain. Individu

tersebut menyesuaikan diri dengan batinnya sendiri dengan baik. Bahaya tipe

18

Sardiman A.M, Interaksi & motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers 2011), hal. 89

19

Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang,2007) hal. 55

(20)

introvert yaitu jika jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, maka individu dengan

tipe kepribadian seperti dapat lepas dari dunia obyektifnya. 20

Jadi yang dimaksud introvert adalah suatu karakter pribadi seseorang yang

pendiam, lebih cenderung kepada menyendiri dan menyimpan perasaan.

3. Bibliokonseling adalah pendekatan bimbingan dan konseling dengan

menggunakan informasi atau pengetahuan yang terdapat dalam buku

pustaka.21 Jenis buku yang di gunakan yaitu novel, majalah,

artikel,cerpen,Koran.

Jadi yang dimaksud dengan bibliokonseling adalah media untuk membantu

konseli dalam mengatasi masalah pribadi yang melalaui buku. Buku merupakan

media yang digunakan untuk membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan

kepada klien.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimanan diungkapkan

oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya

perilaku, motivasi, tindakan-tindakan dan lain-lain secara holistic (menyeluruh) dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.22

Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk

menemukan, mengembangkan dan menguji suatu dengan menggunakan metode

ilmiah.

Maka metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

20

http://akhisbina.blogspot.co.id/2013/06/kepribadian-anak-introvert.html.(diakses tanggal 20/03/2016)

21

B.J. Zucaro, “the use of bibliotherapy among sixth grades to affect attitude change toward american negroes”, dissertation abstract international, 1972. Hlm.13

22

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006). Hal. 6

(21)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana diungkapkan

oleh Moleong bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya

perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic (menyeluruh) dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.23 Bogdan dan Taylor

(1975), mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati. 24 Dengan pendekatan ini diharapkan data yang diperoleh

adalah data deskriptif, yaitu Peningkatan Motivasi Diri Bagi Siswa Introvert Melalui

Layanan Bibliokonseling Di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif mengambil

masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian ini dilaksanakan, sehingga

pemanfaatan temuan penelitian ini berlaku pada saat itu pula, dan belum tentu relevan

bisa digunakan untuk waktu yang akan datang. Oleh karena itu penelitian deskriptif

tidak selalu menuntut hipotesis.

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif-Kualitatif yaitu penelitian yang

bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik

populasi serta berusaha menggambarkan situasi atau kejadian.

Menurut Pidarta penelitian deskriptif-kualitatif adalah penelitian kualitatif

yang berfungsi hanya memotret saja penelitian kualitatif mempunyai 11 (sebelas)

karakteristik yang membedakan dengan penelitian lainnya. Pertama, latar alamiah.

23

Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2006), hal. 6

24

Ibid.

(22)

Peneliti dalam penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada

konteks dari satu keutuhan (entity) sehingga perlu memasuki dan melibatkan sehingga

waktunya dalam latar atau situs yang diteliti. Kedua, manusia sebagai alat

(instrument). Peneliti atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpulan

data utama yang sekaligus terlibat dalam berperan serta pada situasi penelitian.

Ketiga, metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau pengumpulan dokumen.

Keempat, analisis data secara induktif. Kelima, mengarahkan pada bidang penyusunan

teori substantive yang berasal dari kata (grounded theory). Keenam, data-data yang

dikumpulkan berupa deskriptif yaitu kata-kata, gambar, bukan angka yang

merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa, alas an apa dan bagaimana terjadinya.

Ketujuh, lebih mementingkan proses dari pada hasil. Kedelapan, adanya batas yang

ditentukan oleh fokus. Kesembilan, adanya criteria khusus untuk keabsahan.

Kesepuluh, desain bersifat sementara yang terus menerus disesuaikan dengan

kenyataan di lapangan. Kesebelas, hasil penelitian dirundingkan dan disepakati

bersama.25

2. Informan Penelitian

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh. Dalam hal ini yang

menjadi sumber data adalah :

a. Kepala sekolah guna memperoleh data mengenai gambaran umum penelitian.

b. Guru Bimbingan dan Konseling, guna memperoleh gambaran pelaksanaan

layanan bibliokonseling dan gambaran anak introvert.

c. Guru Mata Pelajaran untuk memperoleh tentang gambaran siswa yang

introvert.

3. Tahapan Penelitian

25

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal 3-8

(23)

Untuk tahapan penelitian terdiri atas tahapan pra lapangan, tahap pekerjaan

lapangan (penggalian data), dan tahapan analisa data.26

1. Tahapan pra lapangan

Tahapan pra lapangan merupakan orientasi untuk memperoleh gambaran

mengenai latar belakang penelitian dengan melakukan grand tour observation.

Adapun tahap-tahapannya sebagai berikut: menyusun rencana pelaksanaan penelitian,

memilih lapangan, mengurus permohonan penelitian, memilih dan memanfaatkan

informasi serta mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan penelitian.

2. Tahapan Pekerja Lapangan (penggalian data)

Tahapan ini di mana penelitian memasuki lapangan dan turut serta melihat

aktifitas dengan melakukan beberapa tahapan, yakni: memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data

serta dokumen. 27 Dalam hal ini peneliti menggunakan instrument wawancara,

dokumentasi.

3. Tahapan Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke

dalam pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema28

Dalam tahapan ini penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara serta data

tertulis untuk selanjutnya penulis segera melakukan analisis data dengan

menggunakan langkah-langkah reduksi data, display data, verifikasi dan simpulan.

4. Metode pengumpulan data

26

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal, 127

(24)

Pengumpulan data merupakan fase yang sangat strategis untuk dihasilkannya

penelitian kualitatif yang bermutu, untuk itu dalam penelitian kualitatif diperlukan

kehadiran langsung peneliti di lapangan guna mempelajari fenomena dan fakta-fakta

yang ada. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data-data di lapangan dapat

dilaksanakan secara simultan dengan analisisnya pada waktu proses penelitian sedang

berlangsung.

Peneliti metode pengumpulan data harus sesuai dengan jenis penelitian yang

dilakukan karena masing-masing penelitian mempunyai karakteristik masing-masing

untuk mengungkapkan lebih dalam mengenai peningkatan motivasi diri bagi siswa

introvert melalui layanan bibliokonseling di SMP Islam Al Hidayah Mojokerto.29

Untuk menunjang keberhasilan penelitian kualitatif, maka catatan lapangan

dapat dilakukan melalui observasi partisipan yang kemudian diikuti wawancara,

meninjau ulang data dokumenter dan kegiatan pengumpulan lain yang terkait. Karena

keberhasilan penelitian kualitatif tergantung bagaimana rincian, ketepatan dan

keluasan catatan lapangan.

Dalam usaha pengumpulan data yang dibutuhkan dalam pembahasan laporan

ini, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung

menggunakan mata tanpa adanya pertolongan alat standart lain untuk keperluan

tertentu.30

29

Ibid. hal 121

30

Moh. Nizar, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), hal 175

(25)

Observasi merupakan suatu data teknik untuk mengamati secara langsung

ataupun tidak langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, bauk di

sekolah maupun di luar sekolah. Observasi merupakan salah satu teknik yang

sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa.31

Observasi merupakan suatu teknik untuk mengamati secara tidak langsung

ataupun langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik di

sekolah maupun di luar sekolah. 32

Teknik ini digunakan penulis untuk mengambil data-data penelitian berupa:

data-data profil sekolah, data guru-guru bimbingan konseling, data siswa dan sarana

prasarana sekolah.

2. Metode Wawancara

Wawancara berarti proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dengan yang ditanya

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).33

Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara

penanya dan penjawab. Untuk memperoleh informasi yang tepat dan obyektif, setiap

wawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik dengan responden, yaitu

suatu situasi psikologis yang menunjukkan bahwa responden bersedia bekerja sama,

bersedia menjawab pertanyaan, dan memberi informasi sesuai pikiran dan keadaan

yang sebenarnya.

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan konseli guna

mendapatkan data dan informasi secara lengkap dan nyata dari konseli secara

31

Muh. Surya dan Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya.

2001).hal 51

32

I. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan Disekolah, (bandung: CV. Ilmu, 1975) hal 51

33

Moh. Nizar, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 193-194

(26)

langsung. Penulis juga mengadakan wawancara dengan guru pembimbing, wali kelas

dan konseli untuk mengetahui peningkatan motivasi diri bagi siswa introvert melalui

layanan bibliokonseling di sekolah ini.

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan

dokumen-dokumen sebagai sumber data. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa:

buku raport, buku induk murid, catatan kesehatan siswa, dan rekaman. 34 Dalam

penelitian kualitatif, penggunaan dokumen merupakan sumber data yang berupa

bahasa tulisan, foto atau dokumen elektronik. Metode dokumentasi bermanfaat dalm

melengkapi hasil pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

transkip, buku dan sebagainya.35 Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik36. Seperti yang dijelaskan dokumen itu dapat berupa

arsip-arsip, atau rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

data-data tersebut. Analisis menurut Noeng Muhajir merupakan upaya untuk mencari serta

menata pemahaman peneiti tentang kasuk yang diteliti dan menjadikan sebagai

temuan bagi orang lain.37

34

Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar pelaksanaan BK di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008)

Hal. 207

35

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pengantar, (Yogyakarta : Rineka cipta, 1998), hal 236

36

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 137

37

Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rake Sarasin, 1996) hal. 171

(27)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga

dapat mudah difahami dan analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data.38

Karenanya analisis kualitatif fokusnya pada penunjukan makna deskriptif, penjernisan

dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan seringkali melukiskannya

di dalam kata-kata dari pada angka.

Untuk maksud tersebut, data tertentu saja perlu di susun ke dalam pola

tertentu. Karenanya setiap catatan harian yang dihasilkan dalam pengumpulan data

perlu direduksi dan dimasukkan dalam pola, kategori, fokus atau tema yang hendak

difahami dan dimengerti “duduk masalahnya”.

Dan akhirnya peneliti dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan tertentu dari

hasil pemahaman dan pengertiannya. Pengumpulan data, reduksi data, display data,

dan pengambilan kesimpulan bukanlah suatu siklus yang berlangsung secara linier,

melainkan suatu siklus yang interaktif.

Analisis data adalah proses pengelompokan, membuat suatu urutan,

menyingkatkan data, sehingga menjadi makna yang berguna dalam memecahkan

masalah.39

Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dat,

memilih-milihnya menjasi satuan yang dapat dikelola, mentesiskannya, mencari dan

memutuskan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam analisis data kualitatif ada yang

mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan komponen-komponen.

38

Ibid. hal 244

39

Moh, Nasir, Metode Penelitian,(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983),hal. 146

(28)

Dengan merujuk beberapa pandangan di atas, analisis data dalam penelitian ini

adalah proses mencari dan menata dan mengenai peningkatan motivasi diri bagi siswa

introvert melalui layanan bibliokonseling.

Sesuai dengan karakteristik data yang dikumpulkan peneliti akan

menggunakan pendekatan analisis data kualitatif. Langkah-langkah dalam analisis

penelitian ini menggunakan pendekatan yang disarankan oleh Nasution, yaitu: (1)

reduksi data, (2) display data, (3) Verifikasi dan simpulan. Ketiga cara tersebut saling

berkaitan dan merupakan alat kegiatan analisis yang memungkinkan data menjadi

bermakna. Dengan kata lain data penelitian dianalisis secara diskriptif kualitatif,

artinya data disajikan secara sistematis untuk selanjutnya dibahas sesuai dengan teori

ilmiah yang mendukung kajian data tersebut.40

1.Reduksi data (data reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi juga dikatakan sebagai proses

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

dan dicari tema dan polanya.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Seperti yang telah dikemukakan, semakin lama peneliti

ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan

40

Imam Suprayugo, Metodologi Penelitian Agama, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), hal 191-195

(29)

memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.41

Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diketik/ditulis dalam bentuk

uraian atau laporan yang rinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan

menambah kesulitan bila tidak dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan ini perlu

direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang

penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan “mentah”

ditingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Data

yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, dan

juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila

diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode pada aspek-aspek

tertentu.42

Reduksi data dilakukan dengan tujuan agar diperoleh data yang ramping,

penting sederhana dan mudah diabstraksikan. Melalui proses reduksi akan dipilih data

yang terampil (living in) dan data yang terbuang (living out). Proses reduksi data

dilakukan setiap kali analisis tiap hasil yang didapatkan.

2.Penyajian data (data display)

Sajian data ( data display) merupakan cerita atau narasi logis yang diselingi

dengan gambar, skema, matrik, table, rumus, dan lain-lain. Ada 9 model penyajian

data yang dinyatakan oleh Miles dan Huberman, yaitu:

a. Model dipakai untuk mendeskripsikan data penelitian dalam bentuk organigram, peta

geografis dan lain-lain.

41

Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal 247

42

Nasution, “Matode Penelitian Naturalistik Kualitatif”, (Bandung: Tarsito, 1988), hal 129

(30)

b. Model yang dipakai untuk memantau ada tidakanya atau sudah terkumpulnya data

atau belum dari komponen atau dimensi penelitian dalam bentuk data atau chek list

matrik.

c. Model yang dipakai untuk mendeskripsikan perkembangan antara waktu yang

dinyatakan dalam deskripsi verbal dengan satu kata atai frosa.

d. Model yang berupa matrik tata peran yang dipakai untuk mendeskripsikan pendapat,

sikap, guru bimbingan konseling dan kepala sekolah.

e. Model yang berupa matrik konsep terklaster yang menyatakan hubungan variable

yang diberi penjelasan atau criteria pengklasteran.

f. Model yang berupa matrik tentang efek atau pengaruh yang dipakai untuk

menyatakan dan mendeskripsikan suatu perubahan, perbedaan antara sebelum dan

sesudah perubahan.

g. Model yang berupa matrik dinamika lokasi yang dipergunakan untuk

mendeskripsikan dinamika perubahan lokasi.

h. Model yang berupa daftar kejadian yang disusun secara kronologis atau diklasterkan.

i. Model yang berupa jaringan klausa dari sejumlah kejadian yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Namun yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.43 Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah difahami tersebut.

3.Verifikasi Data

43

Ibid. , hal 249

(31)

Verifikasi dan simpulan ( verification dan conclusion) merupakan kegiatan

analisis yang dilakukan sepanjang penelitian kualitatif, tidak hanya pada akhir

penelitian kuantitatif. Sejak awal pengumpulan data harus diikuti dengan perbuatan

simpulan-simpulan sementara. Pada tahapan akhir, simpulan-simpulan ini harus

diverifikasi pada catatan-catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya

disusun simpulan.

Simpulan hasil penelitian merupakan intisari penelitian yang menggambarkan

pendapat terkahir berdasarkan uraian-uraian sebelumnya yang disusun sesuai dengan

metode berpikir yang digunakan apakah induktif atau deduktif. Oleh sebab itu

simpulan yang diambil berdasarkan interpretasi data dan pembahasannya harus

relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian.44

Kegiatan untuk menarik kesimpulan dan verifikasi, apabila kesimpulan yangh

dikemukakan pada tahap awaldidukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lspsngsn mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya). Verifikasi

merupakan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam

seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus

diuji kebenarannya, ke kokohannya dan kecocokannya. Reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada

saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data.

Menurut Miles dan Huberman dalam penarikan kesimpulan dan Verifikasi,

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

44

Ibid, hal 191-197

(32)

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan

yang kredibel.45

G. Sistematika Pembahasan

Agar skripsi ini menjadi satu kesatuan yang sistematis, maka pembahasannya

akan di susun sebagai berikut:

Bab I : Dalam hal ini penulis memaparkan pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

operasional, metodelogi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II : Dalam bab ini memaparkan kajian teori yaitu motivasi diri (intrinsik)

meliputi: Pengertian motivasi, pengertian motivasi diri (intrinsik), faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi diri (intrinsik). Kajian tentang Introvert meliputi: Pengertian

introvert, ciri-ciri anak introvert. Kajian tentang Bibliokonseling meliputi: pengertian

bibliokonseling, tujuan bibliokonseling, kelebihan dan kelemahan bibliokonseling,

langkah-langkah pelaksanaan bibliokonseling.

Bab III : Bab ini berisi tentang laporan hasil penelitian, penyajian data tentang

gambaran umum SMP Islam Al Hidayah Mojokerto yang meliputi: profil, letak

geografis, keadaan lingkungan, penyajian data dan analisis data.

Bab IV : Penutup memuat kesimpulan yang diambil dari permasalahan yang

telah dibahas, juga disampaikan saran-saran penulis sebagai masukan agar yang baik

dapat dipertahankan dan yang kurang dapat diperbaiki.

45

Ibid. hal 252

(33)

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Mengenai Motivasi Diri ( Intrinsik)

A. Pengertian Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang dalam bahasa inggris to

move berarti adalah kata kerja yang artinya menggerakkan. Motivasi itu sendiri

dalam bahasa inggris adalah motivation yaitu sebuah kata benda yang artinya

penggerakan.

Motif manusia merupakan dorongan, hasrat, keingianan dan tenaga

penggerak lainnya, yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu.1

Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk

melakukan aktiviatas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.2

Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.3

Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi

tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan jika dia tidak suka,

maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. 4

Motivasi merupakan Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya

(energy), atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan

1

Alex sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003). Hal. 265

2

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011). Hal. 70

3

M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007). Hal.60

4

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Wali Pers,2010), hal. 75

(34)

(preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak (to move, motion,

motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari .5

Menurut Sumadi Suryabrata motivasi merupakan keadaan yang terdapat

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

pencapaian suatu tujuan tertentu.6

Menurut Mc Donald motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri

seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan. 7

Menurut Hamzah B. Uno Motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang

yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam

dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu

mengandung tema atau model sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. 8

Menurut Ngalim Purwanto motivasi adalah pendorongan, suatu usaha yang

disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk

bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.9

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling”dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.10

5

Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul,

(Bandung:PT. Remaja Rosydakarya, 2007). Hal 37

6

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 101

7

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998),hal. 206

8

Hamzah B.Uno,Teori Motivasi dan Pengukuran, (Jakarta:Bumi Aksara 2000), hal. 1-2

9

Ibid. Hal. 71

10

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2003),

hal.73

(35)

Menurut Sumadi Suryabrata “Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang

yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai

sesuatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi adalah hal yang

dapat disimpulkan karena adanya sesuatu yang dapat kita simpulkan. Tiap

aktifitasyang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam

diri orang itu, kekuatan inilah yang disebut motivasi”.11

Menurut R. Ibrahim & Nana Syaodih S, ”Motivasi atau biasa disebut

dorongan atau kebutuhan merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau

siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Tenaga pendorong

atau motif pada seseorang mungkin cukup besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia

suadah bisa berbuat”. Tetapi motivasi dari luar juga sangat diperlukan, karena

motivasi yang bersifat internal saja masih kurang cukup untuk mendorong seseorang

melakukan sesuatu, maka diperlukan motivasi yang bersifat eksternal, yaitu guru,

orang tua, teman, buku-buku dan sebagainya. Karena tiap individu pada hakekatnya

memerlukan motif eksternal sebagai pendorong dalam dirinya untuk mencapai suatu

tujuan. 12 Siswa dikatakan mempunyai motivasi tinggi jika terdapat ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam jangka waktu

lama tidak berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

c. Lebih senang bekerja mandiri.

11

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara 1993), hal.70-71

12

R.Ibrahim & Nana Syaodih, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta:PT.Rineka Cipta 2003), hal. 27-28

(36)

d. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang sehingga kurang kreatif).

e. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakini itu benar menurut logika.

f. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.13

Apabila siswa memiliki ciri-ciri di atas, berarti siswa itu memiliki motivasi

yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan baik, kalau siswa

tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara

mandiri, siswa tidak akan terjebak dalam sesuatu yang rutinitas dan mekanis.

Dari pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi

merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan sikap, kebutuhan, persepsi,

dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang atau suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Ahmad Rohani menjelaskan fungsi motivasi belajar bagi siswa, yaitu14:

1) Memberi semangat dan mengaktifkan siswa supaya tetap berminat dan siaga.

2) Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti perbuatan belajar.

3) Memusatkan perhatian siswa pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan

pencapaian tujuan belajar.

4) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan jangka panjang.

B. Pengertian Motivasi Diri (Intrinsik)

13

Sardiman A.M, Interaksi & motivasi belajar mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers 2011), hal. 83

14

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1990). Hal. 11

(37)

Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang ada di dalamnya aktivitas

belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin mengetahui

seluk beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya.15

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu.16

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Motivasi instrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi

belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai

nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar

semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,

bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau

hadiah, dan sebagainya.17

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang

bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini timbul tanpa

pengaruh luar. Motivasi yang berasal dari dalam dapat berupa: keinginan untuk

15

W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar,(Jakarta: PT Gramedia. 1984). Hal. 27

16

Ibid. Hal.89

17

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Asdi Mahasatya,2002). Hal.115

(38)

berhasil, keinginan untuk memperoleh pengetahuan, keinginan untuk terampil serta

keinginan untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.18

Menurut Chapbell motivasi intrinsik adalah penghargaan internal yang

dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas. Ada hubungan langsung antara kerja dan

penghargaan, artinya apabila tugas sudah selesai dikerjakan, maka dapat langsung

dirasakan adanya perasaan menyenangkan pada diri seseorang.19

Elliot dkk mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai sesuatu dorongan yang

ada di dalam diri individu yang mana individu tersebut merasa senang dan gembira

setelah melakukan serangkaian tugas. Bekerja menurut mereka merupakan hal yang

menyenangkan dan terutama juga pada individu-individu yang tertarik didalamnya.

Wiersma mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah seseorang yang termotivasi

secara intinsik ketika individu tersebut bekerja dan beraktivitas bukan untuk

mendapatkan reward (hadiah) itu sendiri.

Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefinisikan sebagai

ketertarikan dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam pekerjaan itu

sendiri. Sedangkan Hirts mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan

individu tentang tingkat, yang mana sesuatu aktivitas dapat dilakukan dengan nyaman

dan atas dasar keinginan diri sendiri.

18

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara2005). Hal.162

19

M. Nur Ghufron & Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2010). Hal, 84

(39)

Beach mengatakan motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika

seseorang menikmati suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan

tugas dari aktivitas tersebut.20

Motivasi Intrinsik, yaitu dorongan untuk mencapai tujuan-tujuan yang

terletak di dalam perbuatan belajar (adanya rangsangan dari dalam individu sendiri).

Adanya motivasi ini menunjukkan peserta didik menyadari bahwa kegiatan

pendidikan yang sedang diikutinya bermanfaat bagi dirinya karena sejalan dengan

kebutuhannya. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang

sebenarnya yang timbul dari dalam diri sendiri. Jadi motivasi ini tidak dipengaruhi

dari luar. Dalam hal ini, ujian, hadiah, atau sejenisnya tidak diperlukan karena tidak

akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk mendapatkan hadiah itu.

Misalnya:

1. Belajar karena ingin tahu cara pemecahannya.

2. Keinginan untuk mendapatkan ketrampilan tertentu.

3. Keinginan untuk memperoleh infomasi dan pengertian.

4. Keinginan untuk sukses.

5. Keinginan diterima oleh orang lain.21

Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat atau

keingintahuan (curiousity), sehingga seseorang tidak lagi termotivasi oleh

bentuk-bentuk insentif atau hukuman. Sedangkan motivasi ekstrinsik ialah motivasi yang

20

Ibid. hal. 84-87

21

A. Tabriani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remadja Karya, 1989).

Hal. 97-98

(40)

disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman,

moitvasi yang terbentuk oleh faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.22

motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor

pendorong dari dalam diri (internal) individu. Individu yang digerakkan oleh

motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil

yang terlibat dalam kegiatan itu.

motivasi intrinsik merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal

dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki oleh

seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat

untuk mencapai tujuan.

Motivasi intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi

individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.23

Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik

adalah suatu bentuk motivasi yang berasal dari dalam diri individu dalam menyikapi

suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan kepada individu dan membuat tugas dan

pekerjaan tersebut mampu memberikan kepuasan batin bagi individu sendiri.

C. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Motivasi Intrinsik

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu24 :

1. adanya hasrat dan keinginan berhasil.

2. adanya dorongan dankebutuhan dalam belajar.

22

Ibid. hal. 7

23

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Depdikbud. 2005). Hal. 90

24

Ibid. hal. 22

(41)

3. adanya harapan dan cita-cita masa depan.

4. adanya penghargaan dalam belajar.

5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6. adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Menurut teori Herzberg, faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik

yaitu25:

1. Prestasi

Kebutuhan untuk berprestasi yaitu keinginan manusia untuk memperjuangkan tugas

dan melibatkan usaha individu dalam menghadapi lawan dan tantangan.

2. Pengakuan

Pengakuan adalah keinginan untuk diakui secara social dan keinginan untuk terampil.

Sementara reputasi adalah penghargaan orang lain terhadap individu karena

kecakapannya. Individu akan merasa dihargai apabila pengalamannya digunakan

dalam partisipasi menyelesaikan tugas yang lebih rumit dan penting.

3. Pekerjaan itu sendiri

Individu senang dengan pekerjaannya karena pekerjaan itu sendiri. Individu menyukai

pekerjaan tersebut karena diikuti dengan minat dan bakat yang dimiliki. Individu

merasa pekerjaan yang ada menjadi sesuatu yang menantang untuk berkembang dan

menjadi lebih baik.

25

Ibid, hal 92-93

(42)

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah keinginan manusia agar dapat mengerjakan tugas dengan baik

dan memadai. Hal ini berarti individu mempunyai keinginan untuk merasa dapat

melakukan tugas dan tanggung jawab yang diharapkan.

5. Kemajuan

Individu merasa bahwa pekerjaan yang diperoleh sekarang ini memberikan kemajuan

dalam bekerja. Pekerjaan memberikan kesempatan bagi individu untuk menambah

wawasan, mengembangkan bakat, dan kemajuan.

6. Perkembangan

Sejalan dengan kemajuan, perkembangan mempunyai dimensi yang banyak dan

jangkauan yang lebih luas. Kemajuan tidak hanya dalam bidang kerja, tetapi

meluas pada bidang kehidupan. Prestasi kerja dan pekerjaan akan memberikan

kepercayaan pada diri sendiri untuk mengembangkan diri pada segi kehidupan

yang lain seperti bersosialisasi, mengembangkan bakat, dan menambah wawasan

dan pengetahuan.

Hasibuan (2007) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik, antara

lain :

a. Tanggung jawab.

b. Penghargaan.

c. Pekerjaan itu sendiri.

2. Tinjauan Tentang Introvert

A. Pengertian Introvert

(43)

Introvert dalam segi bahasa artinya bersifat tertutup.26 Sedangkan dalam

pengertiannya introvert adalah suatu karakter pribadi yang bersifat individu, yang

lebih pendiam, sedikit bicara dan lebih suka menjadi pendengar yang baik dalam

suatu kelompok, menyendiri di rumah atau antisosial dan senang introspektif serta

sibuk dengan kehidupan internal mereka sendiri.27

Introvert merupakan kepribadian manusia yang tertutup, sehingga mereka

cenderung memilih untuk sendirian atau bertemu dengan sedikit orang. Orang dengan

tipologi kepribadian introvert adalah orang yang mengarahkan orang ke dunia dalam.

Orang Introvert lebih berpikir ke arah subjektif atau dirinya sendiri.

Oleh karena itu rata-rata orang yang berkepribadian introvert kurang

menikmati keramaian. Wajar jika orang yang interovert biasanya memilih berkarir

dalam bidang yang tidak banyak bertemu dengan banyak orang seperti sekretaris,

peneliti, akuntan. Biasanya para introverthanya berbicara seperlunya, kalau memang

ada informasi yang ingin dia sampaikan. Dan mereka hanya berbicara mengenai apa

yang memang ingin mereka bicarakan. Pada kadar yang tinggi orang introvert jika

ditanya akan diam terlebih dahulu memikirkan apa yang akan mereka ucapkan,

setelah itu baru mereka berbicara.

Menurut Jung, dalam Jess Feist dan Gregory J. Feist, introvert adalah aliran

energi psikis ke arah dalam yang memiliki orientasi subjektif.28

Menurut Carl Gustav Jung, orang-orang introvert adalah mereka yang

terampil dalam melakukan perjalanan ke “dunia dalam”, yaitu diri mereka sendiri.

26

Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola: 1994). Hal.270

27

Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UPT Universitas Muhammadiyah Malang,2007) hal. 55

28

SJess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011). hlm. 137.

(44)

Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri dengan melakukan banyak

perenungan dan berkontemplasi. Pada akhirnya, mereka menjadi orang yang

memahami dirinya, berpendirian keras, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, dan

mengetahui apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya.

Introvert adalah orang yang lebih cenderung kepada menyendiri dan

menyimpan perasaan. 29

Introvert adalah kepribadian manusia yang lebih berkaitan dengan dunia

dalam pikiran manusia itu sendiri. Jadi manusia yang memiliki sifat introvert ini lebih

cenderung menutup diri dari kehidupan luar. Orang introvert adalah orang yang lebih

banyak berpikir dan lebih sedikit beraktifitas. Mereka juga orang-orang yang lebih

senang berada dalam kesunyian atau kondisi yang tenang, dari pada di tempat yang

terlalu banyak orang.

Menurut ahli psikologi pribadi introvert yaitu sifat bawaan dasar dari seorang

yang tertutup lebih senang menstimulasi atau berdialog dengan dirinya sendiri.

Seorang introvert dapat dilihat dari kebiasaan dia sejak kecil, bila anak yang lain lebih

aktif, senang beraktivitas, senang menceritakan semua kegiatannya, berbeda dengan

anak introvert, dia lebih menyendiri di kamar atau ruangan tertutup. Maka tidak heran

kalau anak introvert menyukai kamarnya.

Introvert yaitu kecenderungan seorang anak untuk menarik diri dari

lingkungan sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu

biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Mereka

29

Prof. DR. Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : Bulan Bintang, ), hlm.95

(45)

biasanya pendiam dan suka menyendiri, merasa tidak butuh orang lain karena merasa

kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.30

Dapat disimpulkan, bahwa anak introvert adalah sebuah sifat dan karakter

yang cenderung menyendiri. Mereka adalah pribadi yang tertutup dan

mengesampingkan kehidupan sosial yang terlalu acak. Namun, orang introvert tidak

sepenuhnya senang menyendiri, hanya saja mereka lebih memilih untuk memiliki

segelintir teman dekat namun padat seperti buku. Maksudnya adalah, teman yang

memiliki cerminan pengetahuan dan pengalaman yang ada di hidup ini. Seorang

Introvert pun tidak pernah menceritakan tentang hal yang bersifat pribadi kepada

sembarang orang. Mereka memilih orang yang tertentu yang ia percaya.

B. Ciri-ciri anak kepribadian Introvert

Kepribadian yang khas dari introvert adalah pendiam, pemalu, mawas diri,

gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang

sudah akrab, cenderung merencanakan lebih dahulu, melihat dahul sebelum

melangkah, dan curiga, tidak suka kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari

dengan keseriusan, dan menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga

perasaannya secara tertutup, jarang berperilaku agresif, tidak menghilangkan

kemarahannya, dapat dipercaya, dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai

standar etika yang tinggi.

Seorang introvert cenderung untuk lebih menikmati kondisi mental pribadi,

yang semangatnya akan meningkat saat berefleksi, dan berkurang saat harus

berinteraksi, kurang banyak berbicara saat dalam kelompok dan menikmati kegiatan

yang dapat dilakukan sendirian atau bersama teman dekat, lebih memilih untuk

30

Paul Henry Mussen.,Perkembangan dan Kepribadian Anak, (jakarta: Arcan, 1994). Hal. 54

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk 1) Memperoleh gambaran seberapa tinggi tingkat motivasi siswa kelas VIII mengikuti layanan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi, dengan mengunakan tipe

Kegunaan Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap teori layanan penguasaan konten dalam meningkatkan konsep diri positif siswa

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian secara keseluruhan mengenai hubungan kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi siswa SMP Hati Suci, maka dapat

Abstrak : Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tingkat penerimaan diri siswa sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok, untuk mengetahui

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar melalui layanan konseling kelompok dengan teknik modeling simbolik pada siswa kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi belajar pada siswa SMP Islam Kader Bangsa Bekasi, dengan mengunakan tipe

Pada penelitian ini setelah siswa mendapatkan layanan penguasaan konten mereka mampu menunjukkan perubahan yaitu menjadi siswa yang dapat menerima keadaan diri, bisa bertanggung jawab