• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya maka dapat disusun Pedoman Teknis Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014. Tujuan penyusunan pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan.

Pedoman ini masih bersifat umum, sehingga masih perlu dijabarkan kembali menjadi Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota guna menyesuaikan dengan kondisi setempat.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sehingga dapat tersusunnya buku pedoman ini.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 3

C. Tujuan 4

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 5

A.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan.. .. 5

B. Spesifikasi Teknis 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 13

A. . Ruang Lingkup... 13 B. . Pelaksana Kegiatan... 13

C. Lokasi, Jenis dan Volume 14

D. Simpul Kritis 14

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN... 16

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN

PENDAMPINGAN 18

A. Tim Pembina Pusat 18

B. Tim Pelaksana Provinsi 19

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota 20

D. TKP dan PLP-TKP 22

(4)

VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS 24

A. Tujuan 24

B. Sasaran 24

C. Pelaksanaan 25

VII. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 27

VIII. PEMBIAYAAN 28

IX. PENUTUP 29

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2014

30

Lampiran 2. Kegiatan Operasional TKP dan PLP-TKP Kapas Tahun 2014

31

Lampiran 3. Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas Tahun 2014

32

Lampiran 4. Rekapitulasi Rencana Usaha Kelompok (RUK)/RUB

33

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kapas (Gossypium hirsutum L) tanaman penghasil serat yang merupakan bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dari serat alam. Kebutuhan bahan baku kapas terus meningkat, seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang mendorong semakin berkembang-nya industri Tekstil dan Produksi Tekstil (TPT) di dalam negeri, terlihat dengan meningkatnya industri pemintalan khususnya untuk serat kapas dari sekitar 6,1 juta spindle tahun 1997 menjadi sekitar 7,8 juta spindle pada saat ini, atau dalam 15 tahun terakhir mengalami pertumbuhan sekitar 2% per tahun.

(7)

dibangun selanjutnya harus memenuhi syarat dan merupakan hasil kebun benih dari beberapa jenjangan (benih dasar menjadi benih pokok; benih pokok menjadi benih sebar).

Kinerja pengembangan kapas nasional hingga saat ini masih sangat rendah, jika dilihat dari segi kapasitas ginnery yang ada dan aktif sekitar 54.000 ton kapas berbiji hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku serat sebesar 8%. Rendahnya kinerja pengembangan kapas nasional tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: i) lahan yang tersedia kurang potensial untuk kapas, umumnya lahan tadah hujan yang ketersediaan airnya terbatas; ii) waktu tanam tidak optimal sehingga sering mengalami kekeringan dan gagal panen; iii) benih tidak tersedia secara 6 tepat; iv) aplikasi pemupukan belum memenuhi standar 5 tepat (jumlah, jenis, waktu, tempat dan harga); v) pemeliharaan tanaman belum optimal; dan vi) kelembagaan petani belum tertata dengan baik.

(8)

areal dan produksi tanaman kapas. Penggunaan dana APBN-TP tersebut diharapkan tepat sasaran meningkatkan kinerja perkapasan nasional, efektif dan efisien, maka perlu adanya acuan pelaksanaan berupa Pedoman Teknis Pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014, yang nantinya dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan oleh Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

B. Sasaran Nasional

Sasaran nasional dari kegiatan penanaman tanaman kapas adalah : meningkatnya produksi, produktivitas dan mutu kapas agar kontribusi serat kapas terhadap industri TPT dalam negeri dapat meningkat.

C. Tujuan

Tujuan kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014 adalah:

1. Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu kapas berbiji melalui penanaman kapas sesuai standar teknis yang benar, sehingga mampu meningkatkan kontribusi serat kapas pada industri tekstil dan produk tekstil (ITPT) dalam negeri.

(9)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014 dilakukan melalui pendekatan :

1. Manajemen kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi usaha, mempermudah akses pembinaan, akses perolehan informasi (perkembangan teknologi, pasar, dll) bagi petani.

2. Penyediaan benih untuk penanaman kapas dilakukan melalui pembangunan KBS tahun 2013 sumber anggaran APBN, sedangkan kekurangannya dipenuhi melalui mekanisme belanja barang dan jasa oleh Dinas Perkebunan Provinsi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

3. Kerjasama kemitraan antara petani dengan perusahaan pengelola setempat yang telah dikukuhkan dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan.

Metode pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014 dilakukan dengan rangkaian kegiatan, sebagai berikut:

(10)

2. Membangun jejaring kerja antar instansi terkait antara lain: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) Malang, BBP2TP, UPT/UPTD Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, tenaga kontrak pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) yang ada di lokasi kegiatan, perusahaan pengelola/mitra dan kelompok tani, sehingga terjalin keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

3. Pemilihan calon petani dan calon lahan (CP/CL) dilakukan oleh Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten/Kota bersama perusahaan pengelola dan petugas pendamping lapangan (TKP dan PLP-TKP) setempat. CP/CL terpilih tersebut diusulkan kepada Kepala Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi/Kabupaten untuk ditetapkan sebagai petani peserta kegiatan penanaman kapas MT. 2014. Hal ini diharapkan dapat diselesaikan sebelum bulan Februari 2014.

4. Hal-hal pokok yang perlu dimuat dalam penetapan CP/CL adalah: lokasi penanaman, perusahaan pengelola/mitra, nama kelompok tani, nama-nama anggota kelompok, nomor rekening kelompok, dan luas lahan terukur peserta.

(11)

diatur lebih detail dalam: (i) Juklak yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi; dan (ii) Juknis yang dikeluarkan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/ kota.

Penataan kelembagaan petani/kelompok tani mengacu pada ketentuan yang berlaku, diantaranya:

1. Organisasi kelompok tani kapas seyogyanya dapat mengakomodir kepentingan dan perkembangan masing-masing anggotanya, sehingga kegiatan usaha tani dalam kelompok dapat dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah hidup berkelompok.

2. Dalam menjalankan kegiatan kelompok perlu dilengkapi dengan aturan-aturan organisasi yang disepakati bersama anggotanya, antara lain: tupoksi dalam struktur organisasi kelompok, tata cara penetapan pengurus kelompok, mekanisme dan tata hubungan kerja antara berbagai stakeholder kapas, tata cara pengambilan keputusan kelompok, pengawasan kinerja pengurus, rapat anggota kelompok, dll.

(12)

4. Dalam rangka keberlanjutan usaha tani kapas, disarankan petani dapat menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung pada kelompok sebagai penambahan modal kelompok atas dasar kesepakatan bersama agar dapat menghasilkan kegiatan serupa pada musim tanam berikutnya.

5. Pendampingan teknis secara intensif dilakukan oleh petugas teknis dan tenaga kontrak pendamping yang dibantu oleh petugas pembantu pendamping (TKP dan PLP-TKP).

Fasilitasi pemerintah dalam pelaksanaan kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 ditampung dalam DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan TA 2014, dilaksanakan oleh Satuan Kerja Dinas yang membidangi perkebunan provinsi sebagai dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Penggunaan dana TP tersebut difokuskan pada kegiatan yang meliputi:

1. Penanaman Tanaman Kapas

Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 dengan dukungan berupa: (i) benih kapas (100%) sesuai standar kebutuhan teknis budidaya; dan (ii) sebagian sarana pupuk (25%).

(13)

Pemberdayaan Petani Kapas, Persiapan, Pengawalan, dan monev.

3. Pengadaan pupuk, dan obat-obatan dilakukan melalui proses pengadaan barang dan jasa dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku.

B. Spesifikasi Teknis

1. Penanaman Kapas

a. Lokasi

Spesifikasi teknis untuk lokasi dilihat dari kesesuaian lahan dan iklim yang dibutuhkan untuk penanaman kapas.

Ketepatan pemilihan lokasi dengan memperhatikan iklim, ketinggian tempat, intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan dan kelembaban udara, jenis tanah, kesuburan, tekstur, kedalaman permukaan air tanah, pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman kapas.

b. Petani Sasaran

(14)

minimal 17 tahun atau sudah berkeluarga, berdomisili di lokasi pengembangan.

2) Petani peserta tergabung dalam kelompok tani dan mau mengikuti aturan yang ditetapkan Pedoman Teknis/Juklak/Juknis, serta bersedia mengikuti petunjuk/ bimbingan dan ketentuan teknis dari petugas teknis lapangan/pendamping. 3) Petani peserta penanaman kapas dipilih

dari petani yang berkemampuan dan mau meningkatkan produktivitas kapas melalui usaha budidaya yang baik dan benar di atas sebidang lahan yang diusahakan sendiri dan melaksanakannya secara berkelompok serta mau memelihara

tanamannya dengan bersedia

melaksanakan budidaya kapas melalui penerapan teknis budidaya yang baik dan benar.

4) Penetapan petani/kelompok tani terpilih oleh KPA Satker Dinas Provinsi/Kabupaten berdasarkan atas rekomendasi dari tim verifikator (calon petani dan calon lahan harus diverifikasi terlebih dahulu oleh tim verifikator) demikian juga bila terjadi perubahan

c. Benih Kapas

(15)

2014 adalah benih kapas unggul dengan varietas Kanesia/Karisma.

2) Bantuan benih kapas yang diberikan kepada petani per hektar sebesar 7 kg untuk benih varietas Kanesia/Karisma. Pemakaian benih disesuaikan dengan jenis benih dan kondisi lahan.

3) Kemurnian benih > 98% dengan daya kecambah minimal 80%.

(16)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014 adalah:

1. Fasilitasi penanaman kapas tahun 2014 seluas 5.600 ha tersebar pada 18 Kabupaten di Provinsi Bali, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan. 2. Operasional dan pelatihan tenaga kontrak

pendamping (TKP) dan pembantu lapangan TKP (PLP-TKP) di wilayah pengembangan kapas.

3. Pemberdayaan petani kapas di 4 provinsi pada 18 kabupaten, seperti pada lampiran 4.

4. Pembinaan, pengendalian, pengawalan, dan pendampingan kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014.

B. Pelaksana Kegiatan

1. Pelaksana Pusat : Direktorat Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.

2. Pelaksana Provinsi : Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, Bali, NTB dan NTT.

(17)

4. Petani/kelompok tani yang berada di wilayah tersebut diatas setelah verifikasi CP/CL dan disahkan dengan SK Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Lokasi penanaman kapas seluas 5.600 ha pada 18 Kabupaten di Provinsi Bali, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan (rincian pada lampiran 1).

2. Lokasi, jenis dan volume operasional TKP/PLP-TKP dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Lokasi, jenis dan volume pelaksanaan Pemberdayaan Petani Kapas dapat dilihat pada

lampiran 3.

D. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 ada beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Adapun simpul kritis dalam kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 diantaranya adalah :

1. Tahap sosialisasi dan asistensi oleh Pusat, Tim Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten.

(18)

3. Tahap pengadaan dan penyaluran Benih yang bersertifikat dan berlabel oleh rekanan pemenang tender yang telah mengikuti proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.

(19)

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

Bantuan untuk kegiatan penanaman tanaman kapas tahun 2014 berupa bantuan dana operasional kegiatan dan bantuan bahan dengan tahapan pelaksanaannya sebagai berikut :

1. Dinas Perkebunan Provinsi menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang mengacu pada pedoman teknis pelaksanaan kegiatan dari Pusat, dan mensosialisasikan kepada Dinas Yang Membidangi Perkebunan Kabupaten;

2. Dinas yang membidangi Perkebunan Kabupaten menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) kegiatan;

3. Pencairan dana berdasarkan usulan kelompok tani (RUK) yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dengan melampirkan SK penetapan petani atau kelompok tani penerima bantuan;

(20)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 dilakukan oleh: Tim Pembina Pusat, Tim Pelaksana Provinsi, Tim Teknis Kabupaten/Kota, dan Petugas TKP dan PLP-TKP, dengan tugas masing-masing sebagai berikut :

A. Tim Pembina Pusat

Tim Pembina Pusat dikoordinasikan oleh Direktorat Tanaman Semusim, bertugas:

1. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat Pusat dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan.

2. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dengan Tim Pelaksana Provinsi dalam rangka pemantauan, evaluasi dan pengendalian serta membantu mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di tingkat lapangan.

(21)

4. Menyusun Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014.

5. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

B. Tim Pelaksana Provinsi

Tim Pelaksana Provinsi dikoordinasikan oleh

Dinas yang membidangi perkebunan provinsi, bertugas :

1. Melakukan koordinasi pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi terkait di tingkat provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan.

2. Melakukan sosialisasi dengan Tim Teknis kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan penanaman tanaman kapas tahun 2014 di kabupaten/kota setempat.

3. Melakukan pengawalan, pemantauan, monitoring, evaluasi serta membantu mengupayakan penyelesaian masalah yang dihadapi di lapangan.

(22)

kabupaten/kota dan tembusan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.

5. Bersama Tim Teknis di kabupaten/kota membangun kemitraan yang produktif antara petani dan perusahaan pengelola/ mitra/koperasi.

6. Menyusun dan menyampaikan laporan perkembangan kinerja per kabupaten kepada Tim Pembina Pusat melalui Direktur Jenderal Perkebunan cq. Direktur Tanaman Semusim, yang mencakup: i) lokasi penanaman (kecamatan); ii) luas areal terdaftar/terukur; iii) jumlah petani peserta/kelompok tani; iv) penyaluran benih dan sarana produksi; v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/produktivitas; viii) perkembangan jumlah tabungan pada rekening kelompok; dan ix) laporan keuangan Satker pengelola dana TP yang dibuat sesuai sistem/peraturan yang berlaku.

C. Tim Teknis Kabupaten/Kota

Tim Teknis Kabupaten/Kota dikoordasikan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di kabupaten/ kota, bertugas :

(23)

efisiensi dan efektivitas pelaksanaan teknis lapangan.

2. Melakukan sosialisasi kepada petani/kelompok tani sasaran.

3. Melakukan pendaftaran, seleksi dan verifikasi CP/CL.

4. Menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Penanaman Tanaman Kapas Tahun 2014 yang ada di daerahnya dengan mengacu Juklak yang dibuat oleh Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan Pedoman Teknis yang dibuat Direktorat Jenderal Perkebunan. Juknis tersebut disampaikan ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan tembusan kepada Ditjen. Perkebunan cq. Direktorat Tanaman Semusim di Jakarta.

5. Bersama Tim Pelaksana Provinsi membangun kemitraan yang produktif antara petani dan perusahaan pengelola/mitra/koperasi.

6. Melakukan bimbingan teknis,

monitoring/pengawalan/pemantauan, dan pengendalian ke lokasi kegiatan.

7. Membantu kelompok tani peserta penanaman kapas dalam menyusun RUK/RDKK.

(24)

petani peserta/kelompoktani; iii) luas areal terdaftar/terukur; iv) penyaluran benih dan sarana produksi (pupuk dan obat-obatan); v) luas tertanam; vi) luas panen; vii) produksi/produktivitas; viii) perkembangan jumlah modal usaha petani pada rekening kelompok, dll; dan ix) permasalahan serta rencana tindak lanjut.

D. TKP dan PLP-TKP

1. Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapang Pembantu TKP (PLP-TKP) merupakan ujung tombak dari pelaksanaan kegiatan penanaman tanaman kapas, mulai dari sosialisasi program, pendataan CP/CL, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen kapas berbiji sampai dengan penimbangan dan penjualan hasil. Mereka merupakan penghubung antara petani dengan pihak dinas baik kabupaten, provinsi maupun perusahaan pengelola.

2. TKP dan PLP-TKP berdomisili di lokasi pengembangan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping petani.

(25)
(26)

VI. PEMBERDAYAAN PETANI KAPAS

Pemberdayaan petani adalah rangkaian proses memfasilitasi petani melalui kegiatan sosialisasi, pelatihan, pendampingan, dan asistensi. Kegiatan ini dilaksanakan secara sistematis, terarah dan berkesinambungan dalam upaya mengakumulasi potensi yang dimiliki. Diharapkan potensi tersebut menjadi suatu kekuatan dalam melakukan kerjasama menuju peningkatan kesejahteraan.

A. Pelaksanaan

1. Metode Pelaksanaan

Pemberdayaan petani kapas dilaksanakan secara swakelola melalui anggaran APBN Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Pemberdayaan petani difasilitasi oleh Dinas Perkebunan tingkat Provinsi bekerjasama dengan dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten wilayah pengembangan kapas dengan melibatkan petugas pendamping lapangan (TKP dan PLP-TKP).

(27)

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan

Tahapan pemberdayaan petani mencakup: a. Sosialisasi program kegiatan.

b. Inventarisasi kelompok tani peserta kegiatan penanaman tanaman kapas.

c. Penetapan calon peserta pelatihan (pengurus kelompok atau anggota yang ditunjuk untuk mewakili).

d. Penyelenggaraan pelatihan petani kapas. e. Penyusunan laporan.

(28)

VII.MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Agar penggunaan anggaran APBN menjadi tertib sesuai dengan output kegiatan dan dapat dipertanggung jawabkan secara administrasi, keuangan maupun fisik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi.

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan, yaitu (1) sebelum mulai kegiatan (ex-ante) untuk mengetahui persiapan pelaksanaan di lapangan dan mengantisipasi potensi masalah yang mungkin timbul, (2) saat dilakukan kegiatan (on going) untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi, dan (3) setelah dilakukan kegiatan untuk mengevaluasi kegiatan berdasarkan pencapaian target yang ditetapkan.

(29)

VIII. PEMBIAYAAN

(30)

IX. PENUTUP

(31)

Lampiran 1.

Kegiatan Penanaman Kapas Tahun 2014

No. Provinsi Kabupaten Volume (Ha)

1 Bali Buleleng 80

Karang Asem 70

2 NTB Lombok Barat 50

Lombok Tengah 50

Lombok Timur 50

Sumbawa 50

Lombok Utara 50

3 NTT Sumba Timur 50

Sumba Tengah 50

Sumba Barat 50

Sumba Barat Daya 50

1 Sulawesi Selatan Bantaeng 1.000

Bulukumba 1.200

Bone 1.000

Soppeng 500

Wajo 600

Jeneponto 500

Takalar 200

(32)

Lampiran 2.

Kegiatan Operasional TKP dan PL-TKP Kapas Tahun 2014

NO PROVINSI VOLUME

1 BALI 16 Orang

2 NTB 21 Orang

3 NTT 20 Orang

4 SULSEL 33 Orang

(33)

Lampiran 3.

Kegiatan Pemberdayaan Petani Kapas Tahun 2014

No. PROVINSI VOLUME

1 BALI 2 KT

2 NTB 5 KT

3 NTT 4 KT

4 SULSEL 21 KT

(34)

Lampiran 4.

REKAPITULASI RENCANA USAHA KELOMPOK/ RENCANA USAHA BERSAMA

Kepada Yth :

Kuasa Pengguna Anggaran …...

Provi si/Kab/Kota ………

Sesuai dengan Surat Keputusa *)……… o or...ta ggal...te ta g pe etapa

kelompok tani sasaran kegiatan... sesuai Rencana Usaha Kelompok (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB) terlampir dengan rekapitulasi kegiatan sebagai berikut :

No. Kegiatan Jumlah Biaya (Rp)

1 2 3

1. Dst.

Jumlah

Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor...tanggal....,

Menyetujui,

Ketua Kelompok, Ketua Tim Teknis,

... ...

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Diponegoro, dan Famboaman (Kode Lelang : 4173041) pada BAB III Instruksi Kepada Peserta (IKP) Point 33 tentang Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya dimana “Pokja

Mendapatkan hasil etanol yang berbeda-beda setiap konsentrasi pelarut dan lama wktu fermentasi, berikut dibahas pengaruh waktu fermentasi terhadap volume etanol, persen

Dengan demikian, pada penelitian siswa dibagi ke dalam 4 (empat) kelompok, yaitu : 1) siswa dengan motivasi kuat yang diberikan perlakuan dengan bentuk tes pilihan ganda,

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan mencuci tangan (posttest) sebagian besar atau 63,2% responden diketahui memiliki perilaku mencuci tangan yang cukup dan

(2) Sejak mulai tanggal pemberian tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Pegawai Negeri Sipil yang telah menerima tunjangan

Dari pemaparan hasil penelitian yang ditemukan tersebut banyak adanya persamaan mengenai karya-karya foto potret yang dapat dianggapkan bahwa anggota UKM Serufo

Dalam Pemanggilan fungsi secara nilai maka data yang dikirimkan lewat argumen akan diterima oleh parameter dalam fungsi. Data yang diterima oleh parameter adalah berupa nilai

Saat ini lembaga sekolah sedang mengalami krisis civic education. Dalam hal ini, pendidikan sejarah merupakan salah satu alternatif yang perlu