Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
PERNYATAAN...…... iv
UCAPAN TERIMA KASIH... v
ABSTRAK... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL ………... x
DAFTAR GAMBAR... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...……. 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ………...…….. 5
E. Sistematika Penulisan ...……... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kursi Tamu ...……. 10
1. Sejarah Perkembangan Kursi ... 10
2. Jenis-jenis Kursi ... 12
B. Bahan Baku Atau Material Kursi ...…….. 13
1. Kayu Jati ... 13
2. Konsep Dasar Memilih Material ...….... 13
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Ornamen Pada Kursi Tamu ...……... 20
1. Pengertian Ornamen ... 20
2. Motif dan Pola Pada Ornamen ... 21
3. Teknik Perwujudan/Penggambaran Ornamen ... 24
4. Corak Seni Ornamen ………... 24
5. Fungsi Ornamen ………... 27
6. Teknik Penyelesaian Ornamen ………... 33
7. Gaya Ukiran Jepara ………... 40
D. Proses Pembuatan Kursi ... 48
1. Membuat Desain Kursi ...……. 48
2. Pengerjaan Kontruksi ...….. 53
3. Pembuatan Ornamen ...….. 53
4. Perakitan ...….. 55
5. Finishing ...….. 55
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian ...………... 59
B. Lokasi penelitian dan Objek Penelitian ...…. 60
C. Instrumen penelitian ... 61
D. Teknik Pengumpulan Data……….………... 62
E. Teknik analisis Data ...…… 67
F. Tahap-tahap penelitian ...…... 69
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Profil perusahaan ...……... 75
1. Pendiri CV Jepara Lestari Furniture Art ...………... 75
2. Sistem Produksi Jepara Lestari …………... 83
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Pembahasan ……….……... 89
1. Bahan ...………... 89
2. Ornamen Jepara Lestari Furnitur Art ...………..………... 98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...…... 133
B. Rekomendasi ...……... 134
DAFTAR PUSTAKA ………... 136
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga
yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur,
tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di
permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya
dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari buku dan
lain-lain.
Furnituree dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain
sebagainya. Furnituree sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan
dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang
halus.
.
Haryanto, Eko. (2004: 17) mengatakan kata furnituree berasal dari bahasa Prancis fourniture yang artinya perabotan rumah tangga. Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furnituree punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya. Dalam kata lain, mebel atau furnituree adalah semua benda yang ada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir.
Barang-barang furnituree harganya dipengaruhi oleh bahan yang digunakan
dalam pembuatannya, karena bahan yang digunakan menentukan kualitas dari
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
semakin rumit proses pengerjaan atau pembuatan ornamen yang terdapat pada benda
furniture tersebut maka harganya pun akan semakin mahal.
Kualitas bahan tergantung dari jenis kayu dan umur kayu. Karena kualitas
jenis kayu sangat beraneka ragam mulai dari yang paling kuat, sedang dan tidak
kuat. Di Kalimantan Barat, banyak sekali jenis kayu yang dapat digunakan untuk
menjadi bahan pembuatan furniture. Walaupun memang pada kenyataannya kualitas
kekuatan dan ketahanannya tidak seperti jenis kayu Jati. Akan tetapi jenis-jenis kayu
lokal tersebut dapat dijadikan sebagai bahan alternatif atau sebagai bahan tambahan
untuk kayu jati.
Kabupaten Bengkayang adalah salah satu kabupaten yang ada di Kalimantan
Barat yang sangat kaya akan bahan baku. Seperti berbagai jenis kayu, rotan dan
lain-lain, secara geografis letaknya sangat strategis, merupakan lintasan antara Negara
Malaysia dan brunai darusalam selain itu juga merupakan lintasan antar kabupaten
di provinsi Kalimantan barat. Sampai saat ini kayu dan rotan yang ada belum
dimanfaatkan secara maksimal hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia (SDM)
yang masih sangat rendah, sehingga tidak ada keinginan untuk mengolah
bahan-bahan yang ada menjadi barang yang bernilai tinggi. Selama ini bahan-bahan kayu seperti
itu lebih banyak digunakan untuk pembuatan rumah, untuk dinding, lantai rumah,
pintu dan jendela, Padahal kayu-kayu itu masih bisa digunakan untuk dibuat
barang-barang lain yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Pada saat ini di Kalimantan Barat sebenarnya sudah ada usaha-usaha mebel
yang dibuat yang mengolah kayu dengan produksi yang dihasilkan, yaitu: lemari
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
maupun kualitas pengerjaan kurang baik dan perkembangan desainnya sangat
lambat. Desain furniture yang ada masih sangat sederhana, belum ada kreasi yang
baik dan inovatif dalam desainnnya. Hal itu dikarenakan rendahnya pendidikan para
pengerajin kayu, dan kurangnya pengetahuan mereka tentang desain.
Di salah satu kecamatan yang ada di kabupaten Bengkayang, yaitu
kecamatan Sanggau Ledo saat ini ada usaha furniture yang membuat barang-barang
furniture rumah tangga seperti lemari, kursi, meja, dipan, buffet, dan lain sebagainya
dari bahan kayu dengan kualitas yang sudah sangat baik. Adapun nama perusahaan
tersebut adalah “CV. Jepara Lestari Furniture Art”. Perusahaan ini adalah
perusahaan satu-satunya yang memproduksi barang-barang furniture rumah tangga
yang ada di kecamatan Sanggau Ledo. Salah satu produk unggulan perusahaan ini
adalah kursi tamu, kursi tamu yang mereka buat banyak sekali peminatnya. Hal ini
dikarenakan kursi-kursi tamu yang dibuat sangat baik kualitasnya, baik dari segi
bahan maupun dari segi keindahan atau nilai estetisnya.
Pada kursi tamu yang diproduksi oleh CV. Jepara Lestari Furniture Art dapat
dijumpai ornamen-ornamen yang sangat indah, kualitas pengerjaannya sangat baik.
Ornamen-ornamen tersebut biasanya berbentuk tumbuh-tumbuhan yang diukir pada
bagian-bagian tertentu pada kursi tamu, sehingga membuat tampilan kursi tamu
yang diproduksi oleh CV. Jepara Lestari Furniture Art sangat cantik dan unik.
Namun, dari setiap ornamen yang dijumpai pada barang-barang furniture
rumah tangga yang diproduksi, tidak ditemukan ornamen-ornamen yang bernuansa
etnik daerah tempat usaha ini dibuat. Padahal banyak sekali ornamen-ornamen etnik
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berbagai motif tradisional Kalimantan yang telah ada sejak lama dan sudah cukup
terkenal, seperti motif burung enggang, bunga terong dan sebagainya.
Bila dilihat dari hasil ukiran ornamen-ornamen dan ketahanan kursi tamu
yang ada, sudah pasti CV Jepara lestari furniture Art membuat kursi tamu dengan
material kayu yang sangat baik, karena jika kayu yang memiliki kualitas yang tidak
baik di pahat atau diukir hasilnya tidak akan baik, permukaan bekas pahatan akan
berbulu dan akan ada retakan. Selain itu tentunya jika kualitas material kayu yang
digunakan untuk membuat kursi tamu tidak baik, maka kekuatan dan ketahanan
kursi tamu pasti sangat buruk yaitu mudah lapuk dan mudah patah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas akhirnya penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul Kajian Material dan Motif Ragam Hias
pada Kursi Tamu: Studi Kasus “Toko CV Jepara Lestari Furniture Art Di
Sanggau Ledo Kalimantan Barat”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana profil CV. Jepara Lestari Art Furniture yang ada di Kecamatan
Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang?
2. Jenis Kayu apa yang dipakai CV Jepara Lestari Furniture Art untuk membuat
berbagai macam kursi tamu?
3. Motif Ragam hias apa yang terdapat kursi-kursi tamu yang diproduksi oleh
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui profil perusahaan CV. Jepara Lestari Art Furnituree yang
ada di Kecamatan Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Kayu yang dipakai oleh CV Jepara Art Lestari
dalam membuat berbagai macam kursi tamu?
3. Untuk mengetahui Motif Ragam hias yang terdapat pada kursi tamu yang
diproduksi oleh CV Jepara Art Lestari?
D. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua
pihak, diantaranya:
1. Untuk penulis
a. Guna menambah ilmu pengetahuan serta wawasan tentang seni rupa
khususnya mengenai kerajinan kriya kayu..
b. Untuk menambah wawasan tentang pengaruh ilmu desain terhadap
produk karya seni khususnya kursi ukir Jepara.
c. Untuk meningkatkan kepedulian terhadap hasil karya seni masyarakat
serta menumbuhkan rasa cinta terhadap karya seni rupa khususnya kriya
kayu.
d. Untuk menjalin kerjasama yang baik antara peneliti, pengrajin, seniman,
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Untuk Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI
a. Untuk Mahasiswa, guna menambah wawasan mahasiswa khususnya
Mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa tentang kriya kayu atau
furnituree.
b. Untuk dosen, dapat menjadi referensi atau bahan materi bagi dosen Seni
Rupa UPI khususnya dosen mata kuliah kriya kayu.
3. Untuk Pengrajin atau Wirausahawan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi
pengusaha untuk mengembangkan kreativitas bagi para pengerajin dan
wirausahawan di desa Sidas Sanggau Ledo Kabupaten Bengkayang untuk bisa
berkarya lebih baik dan berkualitas serta dapat mengembangkan kerajinan
kriyanya.
4. Untuk Pemerintah Daerah
Untuk membantu pemerintah daerah di Desa Lesa Bela Kec. Sanggau
Ledo kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat guna melestarikan serta
mengembangkan usaha-usaha kecil yang bergerak dibidang kriya kayu,
sehingga dapat mempermudah proses bantuan baik dalam pembinaan,
pengembangan, serta pelestarian yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat secara khusus dan pemerintah daerah secara
umum.
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dan informasi, serta menambah pengetahuan bagi masyarakat umum tentang
kriya kayu, dan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kerajinan kriya kayu
serta meningkatkan apresiasi bagi para pembaca tanpa mengabaikan nilai estetis
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Variabel Kompleks Simpel Variabel Atribut Parameter Value
1 Material Furniture Kayu Jati Jati Ja-Teng Klas A med 30 keatas
Klas B med 20-30
klas C med 10-20
Jati Ja-bar
Jati Kebon
Logam Baja Stainless steel
Aluminium
Besi
2 Motif Ragam Hias Stilasi Flora pohon rambat
buah bunga
Stilasi Fauna binatang darat
Binatang air
Burung
Stilasi alam benda senjata rumah adat kolam, laut gunung, matahari
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka
berikut ini penulis membagi pokok pembahasan yang terdiri atas:
1. BAB I Pendahuluan; pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, teknik pengolahan data, objek penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. BAB II Furniture; pada bab ini memuat tentang konsep dan teori yang
relevan tentang pengertian furniture dari segi desain, alat dan bahan, fungsi,
dan ornamen serta penjelasan mengenai furniture itu sendiri.
3. BAB III Metode Penelitian; pada bab ini memuat tentang penjelasan secara
rinci mengenai rancangan penelitian, prosedur penelitian, alat ukur dan
teknik analisis furniture kursi dari bahan kayu. Umumnya penelitian ini
dimulai dengan pengumpulan data, dilanjutkan dengan dilakukannya
analisis.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan; pada bab ini memuat hasil
analisis data mengenai media dan ornamen furniture kursi dari bahan kayu
dan pembahasan sesuai dengan hasil analisis.
5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi; pada bab ini memuat tentang
kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian mengenai Furniture Kursi dari
Bahan Kayu, serta data-data yang telah dianalisis sebelumnya sesuai dengan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam proses penelitian ada hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu metode penelitian, karena dalam proses penelitian, metode penelitian
merupakan bagian terpenting dari proses penelitian, tujuannya agar suatu
proses penelitian bisa terserah sesuai dengan objek yang akan diteliti.
Metode dalam arti sesungguhnya (Yunani : Methodas) adalah cara atau
jalan. Sedangkan menurut Dedi Mulyana (2001 : 145) metode adalah
proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problema
dan mencari jawaban atas semua pendekatan untuk mengkaji topik
penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis. Metode ini dianggap paling tepat untuk membedah
berbagai persoalan yang sedang diteliti yaitu menganalisa furnitur kursi
dengan bahan dasar kayu. Sesuai dengan pendapat Sukmadinata, (2006:72)
yang menjelaskan bahwa:
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari ungkapan di atas, maka penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu,
misalnya suatu kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang,
proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang sedang terjadi, atau
tentang kecendrungan yang sedang berlangsung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan bahan dan visualisasi, dalam
penelitian ini akan membahas tentang material, peralatan, ornamen, dan teknik
pembuatan dari furniture kursi yang terbuat dari bahan dasar kayu jati.
Kemudian metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif karena metode penelitian ini menekankan pada
makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu dalam konteks tertentu, dan
lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
dengan melihat perkembangan furnitur tersebut dari waktu ke waktu.
B. Lokasi Dan Objek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah CV. Lestari
Furniture Art. Yang berlokasi di Jl. Raya Ledo-Subah, Desa Lesa Bela,
Kec. Ledo, Kabupaten Bengkayang Kalimantan barat.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah kursi tamu dari
bahan dasar kayu jati yang menitik beratkan pada material, dan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu C. Instrumen Penelitian
Intrumen penelitan adalah alat untuk mengumpulkan data yang
diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana diungkapkan oleh Sugiyono,
(2008:102) bahwa: “instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati”.
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti membuat instrumen
penelitian, serta terjun langsung ke lapangan dengan teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hal ini selaras dengan oleh sugiyono: dalam
penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu
sendiri”.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Variabel atau
Aspek Indikator
Teknik Pengumpulan
Data
1 Material
1. Material dasar
2. Material pelengkap
Wawancara
Observasi
Studi pustaka
Dokumentasi
2 Ornamen
1. Jenis ornamen
2. Penempatan ornamen
3. Fungsi ornamen
Wawancara
Observasi
Studi pustaka
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Beberapa metode pengumpulan data yang dilakukan penulis, yaitu:
1. Observasi Langsung
Teknik pengamatan langsung merupakan teknik pengumpulan
data yang paling banyak dipakai dalam penelitian kulitatif. Teknik
observasi merupakan suatu metode dengan cara langsung datang pada
objek yang dituju. Pada proses ini, penulis bertindak sebagai pengamat
benda yaitu kursi tamu.
Saat observasi berlangsung diperlukan pendekatan tersendiri,
agar data yang diharapkan mudah diperoleh. Karena itu, penulis harus
banyak terlibat dalam berbagai hal di lapangan. Danim (2002:121)
menjelaskan “...ketika berada di lapangan peneliti kualitatif banyak
berurusan dengan fenomena. Fenomena itu perlu didekati oleh peneliti
dengan terlibat langsung pada situasi sebenarnya, tidak cukup meminta
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan yaitu tempat
kursi tamu dibuat, di CV Jepara Lestari Furniture Art.
Dengan terjun langsung ke lapangan diharapkan akan
terkumpul data selengkapnya dan seobjektif mungkin. Hal ini tidak lain
agar terbentuk suatu keakraban antara peneliti dengan objek yang
diteliti. Ini menjadi penting kerena peneliti merupakan instrumen utama
dalam penelitian, tanpa hubungan ini proses penelitian tidak akan
terlaksana. Hubungan ini berpengaruh bukan hanya pada peneliti dan
objek yang diteliti, melainkan juga pada desain penelitian secara
keseluruhan (Alwasilah, 2003:144).
2. Wawancara
Menurut Nasution (1988:73), mengatakan :
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (responden) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jadi tujuan wawancara tidak lain adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran atau hati responden bagaimana pandangan tentang dunia, yaitu hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi.
Maksud dari pendapat di atas adalah dalam teknik wawancara
peneliti harus mengetahui alam pikiran responden, tujuannya agar
terjadi feed back (umpan balik) di dalam suattu interaksi. Terkadang
banyak peneliti tidak mengetahui pola pikir seseorang (responden), saat
wawancara berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan suatu keuletan dan
kesabaran guna memperoleh hasil yang diharapkan sesuai dengan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data dengan teknik wawancara ini, berguna untuk melengkapi
data hasil observasi di lapangan sebagai pengalaman subjektif. Pada
penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan
data. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam
mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis data dan
pendokumentasian. Pada teknik ini penulis mewawancarai seseorang
yang dapat dijadikan sumber data. Yaitu, para informan atau manusia
sumber yang latar belakangnya memiliki disiplin ilmu yang berkaitan
dengan penelitian seperti; orang yang tahu proses pembuatan kursi yaitu
para pekerja atau karyawan yang bekerja di tempat usaha.
Sebagai langkah awal, penulis melakukan wawancara dengan
pemilik usaha. Teknik wawancara yang dilakukan penulis adalah teknik
wawancara tidak berstruktur artinya, penulis hanya mengajukan
sejumlah pertanyaan yang mengundang jawaban subjektif secara bebas.
Hal ini dilakukan pada langkah awal, agar suasana tidak kaku dan tidak
membuat informasi kaget atau bingung pada saat pertama kali
wawancara. Pada saat wawancara, penulis selalu mencoba menciptakan
suasana yang kondusif, memberikan penjelasan mengenai fokus yang
dibicarakan. Pada saat memasuki inti wawancara, situasi yang kondusif
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada akhir wawancara, penulis mencoba menyimpulkan isi
wawancara, kemudian merencanakan jadwal wawancara selanjutnya dan
tindak lanjut yang akan dilakukan.
Langkah selanjutnya, penulis mendatangi dan mewawancarai
beberapa karyawan yang secara langsung terlibat dalam proses
pembuatan kursi tamu. Disana penulis harapkan banyak mendapatkan
informasi data tambahan tentang kursi tamu. Hasil semua wawancara
tersebut penulis analisis, kemudian untuk menambah data yang kurang
penulis mencari referensi buku, jurnal, ensiklopedia atau studi pustaka
lainnya yang bisa menguatkan, menjelaskan atau mendukung informasi
hasil wawancara tersebut. Tetapi terkadang penulis mencoba sebaliknya,
yaitu mencari referensi terlebih dahulu kemudian membahasnya pada
saat wawancara.
3. Dokumen
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan
teknik untuk mendapatkan data yang lebih luas mengenai pokok-pokok
kajian untuk dijadikan bahan dalam penyusunan data, sehingga dapat
dijadikan bahan perbandinganan merupakan bukti otentik dalam
penyusunan laporan. Sebagai sumber data, dokumentasi berperan penting
untuk menguji dan menafsirkan data.
Proses pendokumentasian penelitian ini berupa foto. Penulis
memotret kursi tamu secara rinci menurut bagian-bagian kursi tamu
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
itu guna memperjelas bagian-bagian yang penting dalam sebuah kursi
tamu. dan untuk mempermudah pada tahap analisis data berdasarkan
ornamen dan material pada kursi tamu yang sedang diteliti. Selanjutnya,
foto tersebut dianalisis satu persatu menurut bagian-bagian kursi tamu
secara terpisah-pisah, yang mengacu pada bentuk keseluruhan kursi
tamu.
3. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk melengkapi data primer. Data
primer merupakan data pokok dari permasalahan yang sedang dibahas.
Data yang diperoleh dari studi kepustakaan merupakan data sekunder
yang memperkuat data primer. Data sekunder ini berkaitan dengan
masalah-masalah yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data-data
tersebut berkaitan dengan budaya, geografis, sejarah, bentuk, fungsi, dan
ornamen kursi tamu.
Data yang diperoleh dari studi pustaka ini, lebih efektif dan
efisien dari waktu, biaya dan tenaga. Terkadang data hasil observasi
yang dilakukan oleh penulis, banyak terdapat pada saat studi pustaka.
Walaupun demikian pengamatan dilapangan harus tetap dilakukan
sebagai pelengkap dalam pengumpulan data, agar data yang terkumpul
lebih akurat dan ini akan membantu pada saat analisis data. Studi
pustaka penelitian ini dilakukan di perpustakaan UPI, perpustakaan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Studi pustaka ini melibatkan berbagai literatur disiplin ilmu
lainnya, seperti dari berbagai disiplin ilmu sejarah, antropologi-budaya,
sastra, sosiologi, politik dan persenjataan tradisional. Berbagai kajian
disiplin ilmu tersebut, penulis klasifikasikan lalu disusun dan
dirumuskan selanjutnya dianalisis.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dari proses penelitian. Tahap ini
merupakan tahap yang paling penting dalam penelitian. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan selama penelitian berlangsung, hal ini bertujuan
agar data yang terkumpul dapat dengan mudah dianalisis pada akhir
penelitian.
Tahap analisis data merupakan tahap pemberian makna terhadap
data-data yang diperoleh dalam penelitian. Dalam tahap ini, berbagai
sumber data primer dan sekunder (pokok dan tambahan) dirumuskan, lalu
sumber data tersebut disusun dan dihubungkan kemudian ditafsirkan. Suatu
data dihubungkan dengan data-data lainnya, sehingga menjadi sebuah
“rekonstruksi” yang mamuat permasalahan terhadap pokok-pokok
permasalahan penelitian, lalu langkah akhir disimpulkan berdasarkan
berbagai penafsiran data dari berbagai sumber.
Dalam menganalisis data yang diperoleh di lapangan penulis
membagi dua jenis data, yaitu data primer dan sekunder. Yang termasuk
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
produk (kursi tamu), wawancara dan dokumentasi. Sedangkan data
sekunder berupa hasil-hasil studi pustaka. Analisis yang utama dalam kajian
penelitian ini adalah bentuk ornamen dan material yang digunakan dalam
pembuatan kursi tamu.
Variabel utama penelitian ini adalah mengenai ornamen kursi
tamu yang merupakan furnitur rumah tangga dan yang menjadi indikator
variabel adalah kualitas dan keunikan material kursi tamu di CV. Jepara
Lestari Furniture Art. Sedangkan yang menjadi analisis penelitian ini yang
mengacu pada variabel dan indikator penelitian adalah kajian mengenai
bentuk keunikan ornamen dan kualitas material kursi tamu.
Langkah pertama tahap analisis ini adalah menganalisis data
primer mengenai ornamen lebih didahulukan, karena penulis beranggapan
kajian mengenai sejarah perkembangan ornamen, dimulai dari
perkembangan kebudayaan masyarakat dimana ornamen itu berasal.
Langkah selanjutnya, setelah mengkaji ornamen, maka penulis
menganalisis material kursi tamu mulai dari kekuatan, keamanan, dan
kenyamanan dari material tersebut. Analisis ornamen kursi tamu diperoleh
berdasarkan pengamatan langsung, pemotretan, dan wawancara bersama
narasumber yang berkompeten dibidangnya.
Setelah analisis data primer selesai umtuk melengkapi kekurangan
yang ada, maka penulis menganalisis data skunder. Data sekunder yaitu data
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ini yaitu, studi pustaka. Studi pustaka dilakukan pada saat awal penelitian
dan selama penelitian berlangsung.
Untuk menganalisis kursi tamu yang ada di CV Jepara Lestari
Furniture Art, penulis menganalisis data sekunder dengan menggunakan
sudut pandang kajian disiplin ilmu lainnya yang dianggap relevan dengan
penelitian ini. Adapun disiplin ilmu tersebut yaitu, sejarah, budaya, sastra,
sosiologi, geografi, dan antropologi. Dari kajian tersebut maka akan
diketahui perkembangan kursi tamu secara umum.
Dengan adanya hubungan dari berbagai cabang ilmu tersebut,
maka langkah selanjutnya penulis menghubungkannya dengan kajian ilmu
yang khusus mempelajari mengenai ornamen baik dari pandang eksoteri
kursi tamu (wujud bendanya) meliputi bahan, pembuatan, atau dari sudut
pandang isoteri (isi) makna, fungsi dan manfaat.
F. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian sangatlah penting karena akan membantu
terhadap sesuatu yang akan diteliti agar tidak melenceng dari masalah yang
akan dibahas. Menurut Arikunto, (1998:16), secara garis besar tahap-tahap
penelitian ada tiga tahap, yaitu pembuatan rancangan penelitian, pelaksanaan
penelitian, dan pembuatan laporan penelitian.
Tahap-tahap penelitian:
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap ini merupakan tahap yang paling mendasar dalam
mengawali jalannya penelitian. Pada tahap ini penulis merasa kesulitan
untuk mencari topik sekaligus judul penelitian. Pada awalnya ada
beberapa rancangan judul penelitian yang sempat penulis siapkan, tetapi
dari beberapa judul tersebut setelah dipertimbangkan penulis belum
menemukan judul yang sesuai dengan keinginan. Saat penulis berada
dalam kebingungan dan keragu-raguan, secara tidak sengaja penulis
melihat kursi tamu yang penuh dengan ukiran-ukiran yang indah. Kursi
tamu adalah furnitur rumah tangga yang terus mengalami perkembangan
baik dari segi ornamen maupun dari segi material.
Puji Tuhan, pada saat penulis mencari tempat yang cocok
untuk melakukan penelitian, penulis menemukan satu CV yang
membuat kursi-kursi tamu dengan material dari bahan kayu yang pada
tampilannya sangat menarik sekali penuh dengan ukiran
ornamen-ornamen. Adapun tempat usaha tersebut adalah di desa Lesa Bela,
kecamatan Sanggau Ledo Kalimantan Barat. Untuk mengawali
penelitian ini penulis bertemu langsung dengan pemilik CV Jepara
Lestari Furnitur Art, dan mengemukakan ketertarikan penulis untuk
melakukan penelitian di tempat usahanya. Dan keinginan penulis
mendapat sambutan baik oleh Siswanto selaku pemilik usaha.
Setelah penulis menentukan lokasi penelitian, maka setelah itu
penulis mendapatkan gambaran rumusan masalah penelitian, tujuan dan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kajian penelitian yang terangkai dalam judul “Analisis Material dan
Ornamen Kursi Tamu di Sanggau Ledo Kalimantan Barat”.
2. Penyusunan rancangan penelitian
Rancangan penelitian atau proposal penelitian skripsi
merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan dalam penyusunan
laporan penelitian (skripsi). Tahap ini adalah sebagai tindak lanjut dari
penentuan judul, perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitain.
Pada tahap ini, penulis melakukan persiapan-persiapan yang meliputi,
studi pendahuluan, merumuskan fokus penelitian dan memilih metode
pendekatan yang sesuai dengan kajian yang akan diteliti. Sebagaimana
layaknya penelitian ilmiah, maka dalam tahap ini penulis menyusun
“desain” penelitian untuk kemudian dikonsultasikan dengan pihak
program studi. Untuk mendapat masukan, peneliti mengikuti seminar
proposal skripsi, kemudian ditentukanlah dosen pembimbing skripsi.
Pada tahap ini, terjadi beberapa perubahan rancangan
penelitian, baik itu dari rumusan masalah, maksud dan tujuan ataupun
redaksi judul skripsi. Setelah seminar proposal itu selesai, barulah
penulis mendapatkan dosen pembimbing dan pengesahan judul dari
ketua jurusan. Setelah itu, proposal yang telah disetujui dosen
pembimbing kemudian diperbanyak untuk diajukan kepada rektorat
melalui BAAK untuk mendapatkan surat pengesahan judul dan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Proses bimbingan
Proses bimbingan merupakan tahap yang pokok dan sangat
diperlukan untuk menentukan langkah-langkah dalam proses skripsi ini.
Proses bimbingan penelitian ini dilaksanakan pada saat awal, ketika
penelitian berlangsung, hingga persiapan ujian sidang. Karena lokasi
penelitian ini berada di luar pulau dan jaraknya sangat jauh, jadi proses
bimbingan hanya lewat telepon atau lewat SMS. Hal itu karena, penulis
banyak menghabiskan waktu dilokasi penelitian. Tetapi walaupun
demikian, proses bimbingan ini dapat berjalan dan penulis banyak
mendapat masukan dari dosen pembimbing.
Saat berlangsungnya proses bimbingan penulis membuat
laporan penulisan setiap bab, yang kemudian diajukan kepada dua dosen
pembimbing. Langkah awal, penulis melakukan bimbingan rancangan
skripsi kepada dosen pembimbing dua. kemudian selelah mendapatkan
berbagai masukan rancangan tersebut disampaikan kepada dosen
pembimbing satu, untuk melengkapi kekurangan dari hasil bimbingan
sebelumnya. Prosedur bimbingan ini dimulai dari bab I sebagai
pendahuluan, kemudiun setelah direvisi (diperbaiki) dilanjutkan ke bab
II sebagai landasan teoritik, lalu bab III metode penelitian, bab IV
pembahasan penelitian dan terakhir bab V kesimpulan, beserta daftar
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4. Mengurus perizinan
Mengurus perizinan merupakan suatu persoalan yang tidak
dapat diabaikan begitu saja, apalagi kegiatan demikian melibatkan
banyak pihak ke arah penelitian. Tahapan ini dilakukan untuk
memperlancar proses penelitian di lokasi penelitian. Mengurus perizinan
merupakan bukti, bahwa penulis adalah benar-benar resmi (legal) dari
pihak akademis (mahasiswa) Universitas Pendidikan Indonesia (UP1).
Perizinan yang dimaksud berupa surat-surat baik surat keterangan
maupun surat pengantar dari pihak akademik (UPI) kepada pihak yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Proposal yang telah disetujui oleh dosen pembimbing dan
pihak jurusan, merupakan syarat atau lampiran yang harus disertakan
dalam mengajukan surat perizinan penelitian kepada pihak Dekan
melalui fakultas, kemudian mendapat surat pengantar untuk ditunjukan
kepada pihak Rektorat melalui BAAK, tujuannya untuk mendapatkan
surat perizinan melakukan penelitian ke lokasi yang dituju.
Setelah surat perizinan dari rektorat selesai, maka selanjutnya
surat perizinan tersebut ditunjukan kepada pihak pemilik CV Jepara
Lestari Furniture Art di tempat lokasi.
5. Tahap kegiatan lapangan
Kegiatan dilapangan dilaksanakan sebelum dan saat penelitian
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tempat lokasi penelitian, dan membuat jadwal atau menetapkan waktu
yang tepat untuk penelis melakukan penelitian.
Langkah selanjutnya, maka mulailah penulis melakukan
penelitian di lokasi penelitian. Penelitian pertama dilakukan 3 (tiga) hari
setelah penulis melakukan survey, kemudian penulis melakukan
beberapa kali penelitian lagi sampai penulis mendapatkan data yang
cukup sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh penulis.
6. Penulisan laporan
Penulisan laporan yaitu menyusun dan membuat laporan sesuai
dengan prosedur yang dilakukan peneliti, ini adalah tahap akhir dari
proses sebuah penelitian. Setelah data yang dibutuhkan cukup, penulis
mulai memilah-milah data sesuai dengan keperluannya masing-masing,
setelah semuanya siap dan tersusun, akhirnya penulis mulai menulis
laporan yang berupa tulisan yang bersifat deskriptif.
Dalam penulisan ini penulis sering melakukan bimbingan dengan
dosen pembimbing, agar laporan yang dibuat bisa diperbaiki
kesalahannya, itu dilakukan terus-menerus sampai akhirnya dianggap
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data tentang Kursi tamu yang dibuat dari
bahan dasar kayu jati di CV. Jepara Lestari Furnitur Art, maka dapat
diambil kesimpulan akhir bahwa pendiri CV Jepara Lestari Furniture Art
adalah seorang pengusaha furniture yang berasal dari Jepara, yang sekarang
berdomisili di Sanggau Ledo Kalimantan Barat, pemilik CV Jepara Lestari
Furniture Art adalah Siswanto, Siswanto adalah putra ke lima dari lima
bersaudara dari pasangan Abu (ayah) dan Subaeha (ibu).
Adapun jenis kayu yang dijadikan material utama dalam pembuatan
furniture kursi tamu adalah kayu jati. Kayu jati adalah kayu yang memiliki
kualitas ketahanan dan kekuatan sangat baik, kayu jati mengandung
semacam minyak endapan dalam sel-sel kayunya sehingga tahan terhadap
serangan rayap dan cuaca walau tanpa divernis. Selain kayu jati ada
beberapa material tambahan yang digunakan dalam pembuatan kursi tamu,
yang fungsinya hanya sebagai pendukung dari material utama.
Motif ragam hias atau ornamen yang ada pada kursi tamu adalah
motif ragam hias yang berasal dari Jepara, motif ragam hias yang berupa
stilasi dari daun, batang,tumbuh-tumbuhan yang masih muda (motif
Lunglungan) yang dikombinasikan dengan motif bunga, atau buah bahkan
tumbuh-Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tumbuhan (flora) dengan motif binatang burung (fauna). Gaya motifnya
dalah gaya motif simetris, yaitu selalu ada keseimbangan arah gerak daun
dan jumlahnya yang selalu sama antara kanan dan kirinya. Motif-motif
tersebut adalah motif yang memang merupakan ciri khas dari motif ragam
hias seni ukir Jepara.
B. Rekomendasi
1. Bagi pelaku atau pengusaha
Untuk ornamen perlu penambahan dengan ornamen-ornamen yang
ada di Kalimantan Barat, hal ini agar masyarakat disekitar tempat usaha
furnitur ini dibuat akan lebih tertarik dengan semua benda-benda furnitur
rumah tangga yang dibuat atau diproduksi. Untuk penambahan ornamen
tersebut harus memunculkan image Kalimantan Barat.
2. Bagi instansi terkait
Furnitur rumah tangga adalah barang-barang yang memiliki nilai
estetis dan kegunaan, oleh karena itu perlu mendapatkan dukungan dan
perhatian bagi instansi-instansi terkait agar tetap terjaga keberadaan dan
perkembangannya. Pemerintah hendaknya harus bisa membina, mendidik
dan memberikan pelatihan serta mendukung dalam bentuk penyediaan
berupa modal kepada usaha-usaha kecil menengah agar usaha-usaha
seperti ini bisa berkembang dengan baik dan membantu dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara.
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Masyarakat hendaknya memberikan apresiasi yang positif dan
dukungan bagi para pengusaha, khususnya pengusaha furnitur rumah
tangga yang menggunakan bahan dasar kayu. Bersama-sama kembali
menggali segala potensi yang ada yang bisa dikembangkan dan bisa
dijadikan hal yang mengutungkan baik untuk diri kita maupun keuntungan
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Aldersey, Hugh. 1992. World Design, Nationalism and Globalism in Design. New York:
Rizzoli
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Renika Cipta
Basrawi & suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Renika Cipta
Bonnef, Marcel. 1998. Les Bandes Dessinees Indonesiennes, diIndonesiakan oleh Rahayu
S Hidayat. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Buchori, Imam. 1999. Desain Memulihkan dan Memperkuat Perekonomia
Nasional. Jakarta: Pusat Desain Nasional
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada:
Jakarta
Dormer, Peter. 1990. The Meaning of Modern Design. London: Thames and Hudson.
Furchan, A. (2004). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Gustami, SP. 2000. Seni Kerajinan Furnitur Ukir Jepara, Kajian Estetik Melalui
Pendekatan Multidisiplin. Yogyakarta: Penerbit Kanasius.
Haryanto, Eko. 2004. Ragam Hias Kursi Kayu Tungal Jawa tengah abad ke
17-20. Tesis Program Studi Desain, Institut Teknologi Bandung. Bandung:
ITB
Laporan Riset Unggulan-ITB. 2005. Transformasi Nilai Estetis Pada Desain Furnitur
Yordanus, 2013
Kajian Material dan Motif Ragam Hias Pada Kursi Tamu : Studi Kasus “CV.Jepara Lestari Furniture Art di Sanggau Ledo, Kalimantan Barat”
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pheasant S. Ergonomic, work and healt. Macmillan 1991
Rais & Suhirman (1999). Penuntun Belajar Mengukir Kayu Bagi Pemula. Yogyakarta:
Adicita Karya Nusa.
Sachari, Agus. 1999. Modernisme: Tinjauan Historis Desain Modern. Jakarta :
Balai Pustaka.
Sellato, Bernard (2002). Innermost Bornéo: studies in Dayak cultures. NUS Press
Yudoseputro, Wiyoso. (1983). Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta: Debdikbud
Yuliman, Sanento & Setiawan Sabana. (1983). Lingkup Seni Rupa. Bandung: ITB
Internet
http://jeparafurnitur. Com
http://jepara-crafter.com
http://pasarmeubel.com
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=INT
http://homelivingindonesia.com
http://senibudayakami.blogspot.com/search/label/Unsur%20Seni%Rupa
http://mazgun.wordpress.com/2009/10/12unsur-rupa-dan-komposisi/