• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN MATEMATIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN MATEMATIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN MATEMATIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

RUDINI TRIYADI 0902070

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KEMAMPUAN MATEMATIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

Oleh Rudini Triyadi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rudini Triyadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KEMAMPUAN MATEMATIS DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

RUDINI TRIYADI

0902070

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBINGBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed. NIP. 196210111991011001

Pembimbing II,

Siti Fatimah, M.Si., Ph.D. NIP. 19680823199432002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika,

(4)

ABSTRAK

Rudini Triyadi (0902070), Kemampuan Matematis Ditinjau dari Perbedaan Gender.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan matematis apa saja yang menonjol pada laki-laki maupun perempuan jika dilihat dari pengkajian pengaruh dari perbedaan fisiologis dan psikologis otak pada laki-laki dan perempuan. Cara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan perbedaan fisiologis dan psikologis otak jika dilihat dari perbedaan gender pada siswa dan dikaitkan dengan data-data mengenai kemampuan-kemampuan matematis. Sehingga dapat ditemukan kemampuan matematis yang lebih menonjol baik pada laki-laki maupun perempuan. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki tingkatan kemampuan pemahaman matematis yang setara serta perempuan memiliki kemampuan komunikasi matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan penalaran matematis, dan kemampuan pemecahan matematis yang lebih menonjol dibandingkan dengan laki-laki.

Kata kunci: perbedaan fisiologis otak, perbedaan psikologis otak, perbedaan gender, kemampuan matematis.

ABSTRACT

Rudini Triyadi (0902070), Mathematical Ability Seen from Gender Differences.

This study aims to see what mathematical skills that prominent in men and women when seen from the assessment of physiological and psychological differences effect in their brains. The way to collect data for this research is collect the data which related to the physiological and psychological differences in the brain when seen from gender differences in students and associated with the data on the mathematical abilities. So it will be known which mathematical ability that more prominent in both men and women. Results of the research showed that men and women have equal levels of understanding skills of mathematics and women have prominent ability in mathematical communication ability, mathematical connection ability, mathematical reasoning ability, and mathematical problem solving ability than men .

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Perbedaan Otak Laki-Laki Dan Perempuan ... 11

1. Perbedaan Struktural Otak Laki-Laki dan Perempuan ... 11

a. Ukuran Otak ... 11

b. Gray Matter Dan White Matter ... 12

2. Perbedaan Fungsional Otak Laki-Laki dan Perempuan ... 13

a. Masalah Otak Kiri dan Otak Kanan ... 14

3. Perbedaan Perkembangan Otak Laki-Laki dan Perempuan ... 15

a. Korpus Kalosum ... 15

b. Sistem Limbik ... 16

c. Inferior Lobe Parietal ... 16

B. Kemampuan Matematis ... 17

(6)

2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 19

3. Kemampuan Koneksi Matematis ... 21

4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 22

5. Kemampuan Penalaran Matematis ... 23

C. Penelitian yang Relevan ... 25

1. Karakteristik Intuisi Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender ... 25

2. Perbedaan Kemampuan Matematis Antara Laki-laki dan Perempuan Disebakan oleh Faktor Sosial ... 28

3. Perbedaan Gender dalam Kemampuan Intrinsik untuk Matematika dan Sains ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Metode ... 32

B. Sumber Data Penelitian ... 33

C. Teknik Pengumpulan data ... 34

1. Studi Dokumentasi ... 34

2. Observasi ... 35

3. Wawancara ... 35

D. Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 35

F. Rencana Pengujian Keabsahan Data ... 36

1. Uji Kredibilitas ... 36

a. Perpanjangan Pengamatan ... 36

b. Peningkatan Ketekunan ... 37

c. Triangulasi ... 37

d. Diskusi dengan Teman ... 38

e. Analisis Kasus Negatif ... 38

f. Member Check ... 39

(7)

3. Uji Defendabilitas ... 39

4. Uji Konfirmabilitas ... 40

G. Keterbatasan Penelitian ... 40

H. Jadwal Kegiatan ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Pengaruh Fisiologis dan Kerja Otak Berdasarkan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Siswa ... 43

1. Perbedaan Struktur dan Perkembangan Otak ... 43

2. Perbedaan Fungsional ... 52

3. Perbedaan Bahan Kimia Penyusun Otak dan Hormon ... 53

B. Pengaruh Psikologis Berdasarkan Perbedaan Gender Terhadap Kemampuan Siswa ... 60

C. Perbedaan Kelebihan Dalam Kemampuan Siswa Berdasarkan Perbedaan Gender ... 63

1. Kemampuan Matematis Laki-laki ... 63

a. Kemampuan Pemahaman Matematis Laki-laki ... 63

b. Kemampuan Komunikasi Matematis Laki-laki ... 65

c. Kemampuan Koneksi Matematis Laki-laki ... 67

d. Kemampuan Penalaran Matematis Laki-laki ... 68

e. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Laki-laki ... 70

2. Kemampuan Matematis Perempuan ... 72

a. Kemampuan Pemahaman Matematis Perempuan ... 72

b. Kemampuan Komunikasi Matematis Perempuan ... 74

c. Kemampuan Koneksi Matematis Perempuan ... 76

d. Kemampuan Penalaran Matematis Perempuan ... 77

e. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Perempuan ... 80

D. Pembahasan Perbandingan Kemampuan Matematis Laki-laki dan Perempuan ... 82

(8)

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ………... 91

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Pembelajaran matematika di sekolah erat kaitannya dengan pencapaian kemampuan-kemampuan matematis itu sendiri. Pembelajaran matematika dilaksanakan harus memperhatikan tujuan-tujuan dari pembelajaran matematika itu sendiri. Dalam KTSP (2006) menyatakan bahwa:

(10)

Ϯ

Dari tujuan pembelajaran matematika berdasarkan KTSP di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematis meliputi: (1) kemampuan pemahaman matematis, (2) kemampuan penalaran matematis, (3) kemampuan pemecahan masalah matematis, (4) kemampuan komunikasi matematis, (5) kemampuan koneksi matematis.

Kemampuan matematis didefinisikan oleh NCTM (1999) sebagai,

"Mathematical power includes the ability to explore, conjecture and reason logically to solve non-routine problems, to communicate about and through

mathematics and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity”.

Kemampuan matematika mencakup kemampuan untuk mengeksplorasi, menentukan praduga dan memberikan alasan yang logis untuk memecahkan masalah non-rutin, untuk mengkomunikasikan ide tentang matematika, serta untuk menghubungkan ide-ide dalam matematika dan antara matematika serta aktivitas intelektual lainnya. Kemampuan matematika ini berarti dapat digunakan dalam menghadapi permasalahan, baik dalam matematika maupun kehidupan nyata.

Pembelajaran matematika di sekolah bukan hanya bertujuan agar siswa sekedar memahami materi matematika yang diajarkan. Hal ini barulah tujuan pembelajaran yang paling dasar. Selain memahami materi matematika yang diajarkan, pembelajaran matematika juga mempunyai tujuan pengembangankemampuan dalam matematikayang lain.

(11)

ϯ

(8) kemampuan berpikir analitis, (9) kemampuan berpikir kreatif, (10) kemampuan berpikir kritis, (11) kemampuan pemecahan masaalah matematis.

Dari sekian banyak kemampuan matematis yang ada yang telah dikutip dari berbagai sumber maka akan diambil kemampuan matematis yang lebih sesuai dalam mencapai tujuan pembelajaran matematis di Indonesia, berikut adalah kemampuan-kemampuan matematis tersebut, yaitu kemampuan pehamaman matematis, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan koneksi matematis, kemampuan pemecahan masalah matematis dan kemampuan penalaran matematis dan mungkin dapat dikembangkan dengan meneliti kemampuan matematis lainnya dikemudian hari.

Jika dilihat dari tujuan pembelajaran matematika yang diterapkan di Indonesia, dapat dilihat bahwa posisi pembelajaran matematika adalah sebagai target yang berarti kemampuan-kemampuan matematis yang terdapat dalam pembelajaran matematika itulah yang ingin dicapai. Oleh karena penguasaan kemampuan matematis ini penting guna menunjang pencapain tujuan pembelajaran matematika, maka penting dikembangkan cara untuk memperoleh serta mengembangkan kemampuan-kemapuan matematis tersebut.

(12)

ϰ

Pembicaraan mengenai tentang perbedaan otak laki-laki dan perempuan berkembang pesat dalam beberapa generasi terakhir. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya riset yang dilakukan tentang perbedaan fisik antara otak laki-laki dan otak perempuan serta menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki memang berbeda. Kajian riset membahas tentang penyebab dari banyaknya perbedaan emosional, tingkah laku, pola berpikir dan kecerdasan yang ditunjukkan oleh laki -laki dan perempuan ini. Hasil riset yang ditunjukkan adalah ditemukan banyak perbedaan secara struktur atau fisiologis dari otak laki-laki dan perempuan itu sendiri. Perbedaan dari struktur atau fisiologis otak ini bisa mengakibatkan perbedaan perilaku, pengembangan, dan pengolahan kognitif antara pria dan wanita.

Salah satu hasil penelitian mengakatakan bahwa “In particular, my position was (and still is) that the cognitive and brain system that have evolved to enable movement in and the the representation of three-dimensional space are more

highly elaborated in boys and men than in girls and women” (Geary, 1998). Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan spasial tiga-dimensi laki-laki lebih baik atau berkembang dibandingkan dengan perempuan. Lebih lanjut, penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan belajar dengan cara yang berbeda dengan laki-laki karena kemampuan yang dimiliki dan cara berpikir yang berbeda. Dari hasil penelitian tersebut berimplikasi besar bagi teori pendidikan dan pengembangannya. Sesuai dengan pendapat Evania (2011: 56) yang menyatakan bahwa “Anak perempuan belajar dengan cara yang berbeda dengan anak laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh cara berpikir keduanya yang berbeda. Itu berarti bahwa pendidik harus mengajarkan sesuatu kepada keduanya dengan cara yang berbeda pula”.

Dalam pendidikan berbasis otak Jensen, E. (2011) menyatakan bahwa

(13)

ϱ

Oleh karena itu untuk memaksimalkan fungsi otak dalam melaksanakan suatu pembelajaran maka pendidik harus memperhatikan kerja dan fungsi otak termasuk perbedaan-perbedaan di dalamnya agar pencapaian tujuan pembelajaran dapat lebih maksimal. Fugsi dan kerja otak harus diakomodasi lingkungan kerjanya agar dapat bekerja secara optimal seperti yang telah dikemukanakan oleh Jensen (2011: 8) bahwa “….tidak ada intelegensi atau kemampuan akan berkembang, kecuali jika ada lingkungan model yang memadai”.

Seperti yang dilansir oleh Softpedia (2013), tim peneliti University of California dan beberapa universitas di Madrid, Spanyol menyatakan bahwa “Meskipun perempuan memiliki otak sekiranya delapan persen lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki, namun mereka bisa melakukan berbagai tugas lebih cepat dan lebih baik”. Pada penelitian lainnya Hensley (2009) menyebutkan bahwa

“Otak laki-laki 11 - 12 % lebih besar dibandingkan dengan otak perempuan. Otak laki-laki memiliki 4% lebih banyak neuron atau sel penyusun otak dibandingkan dengan otak perempuan, dan otak laki-laki mempunyai 100 gram otot otak lebih banyak dibandingkan dengan otak perempuan”.

Para ahli menyelidiki dan menjelaskan bahwa menurut penemuan mereka, hal ini dikarenakan neuron yang menyusun otak perempuan berkomunikasi lebih baik anatra satu dengan yang lainnya, daripada neuron yang ditemukan di dalam otak laki-laki atau dapat dikatakan bahwa otak perempuan memiliki dendrit atau penghubung sel otak yang lebih banyak.

Selain dari ukurannya, otak laki-laki dan perempuan juga berbeda dalam beberapa bagian pada otak lainnya, yaitu: (1) ukuran korpus kalosum yaitu jembatan yang menghubungkan otak kiri dan otak kanan; (2) bagian otak yang mengatur tentang produksi dan proses bahasa; (3) sistem limbik yaitu sistem yang mengatur perasaan serta hormon; dan (4) inferior-parietal-lobule yaitu bagian yang bertanggung jawab akan kemampuan matematika.

(14)

ϲ

berkembang daripada pria”. Perbedaan ini mengakibatkan perempuan dapat menggunakan kedua belah otaknya secara seimbang lebih baik dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan yang kedua yaitu perbedaan ukuran bagian otak yang mengatur tentang produksi dan proses bahasa. Pada perempuan bagian ini lebih berkembang sehingga perempuan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam hal yang berhubungan dengan kemampuan verbal. Perbedaan yang ketiga terletak pada perbedaan sistem limbik yaitu bagian yang mengatur perasaan dan sistem hormon. Muhammad (2011: 103) menyatakan bahwa “Wanita mempunyai sistem limbik yang lebih besar daripada pria. Hal menyebabkan wanita lebih emosional karena tugas sitem limbik adalah mengatur emosi”. Dengan kata lain perempuan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengerti perasaan mereka sendiri dan mengekspresikannya. Perbedaan yang terakhir adalah perbedaan ukuran inferior lobe parietal yaitu bagian yang bertanggung jawab pada kemampuan matematika seseorang. Pada laki-laki bagian ini lebih besar dibandingkan perempuan, terutama pada bagian otak kirinya. Sejalan dengan Muhammad (2011: 103) yang menyatakan “Inferior lobe parietal (ILP) pada pria pun lebih besar daripada wanita.” dan “Pada pria ILP disebelah kiri lebih besar dibadningkan sebelah kanan. Sedangkan pada wanita, ILP sebelah kanan lebih besar dibandingkan dengan ILP di sebelah kiri.” Sehingga pada umumnya membuat laki-laki memiliki kemampuan matematika yang lebih baik dibandingkan perempuan. Oleh karena adanya perbedaan pada beberapa bagian otak di atas yang berimplikasi pada fungsi dan cara kerja otak masing-masing baik laki-laki maupun perempuan sehingga terdapat perbedaan pula pada fungsi dan cara kerja otaknya.

Geary (1999) menjelaskan bahwa “The male advantage is most evident in high-ablity sample and for the solving of word problems and items that require

(15)

ϳ

sebelumnya Inferior Lobe Parietal (ILP) pada otak laki-laki lebih besar, yang bertanggung jawab akan kemampuan matematika seseorang. Pada umumnya otak kiri pada laki-laki lebih banyak digunakan dan bagian ILP yang berada pada otak kiri ini juga lebih besar dimiliki oleh laki-laki sehingga membuat laki-laki memiliki kemampuan yang lebih untuk hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas yang menggunakan otak sebelah kiri.

Perempuan menggunakan kedua bagian otaknya secara seimbang karena bagian korpus kalosum pada otak perempuan lebih besar seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa bagian frontal dari korteks dan bagian temporal dari korteks pada perempuan lebih terorganisasi dengan baik dan memiliki volum yang lebih besar. Sehingga mengakibatkan perempuan memiliki kemampuan bahasa yang lebih kuat atau dapat dikatakan kemampuan bahasa atau verbalnya lebih dominan.

Trevor Robbins dalam Savitri (2013) menyatakan “Peneltian ini menunjukkan bahwa pada perempuan semakin kecil hippocampuss, maka semakin baik kerjanya. Ukuran struktur tidak selalu berkaitan dengan seberapa baik melakukan dan menyelesaikan tugasnya.” Para ahli menyelidiki tentang kerja hippocampus

dan menjelaskan bahwa menurut hasil penemuan, kerja otak perempuan lebih efektif dan efisien dikarenakan neuron yang menyusun otak perempuan berkomunikasi lebih baik antara satu dengan yang lainnya, daripada neuron yang ditemukan dalam otak laki-laki. Karena itulah perempuan memiliki kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa harus melibatkan neuron dalam jumlah besar pada prosesnya. Ditambahkan juga, ukuran yang lebih kecil dapat mewakili kemasan sel saraf yang lebih intens atau sinyal yang lebih aktif pada perempuan, sehingga mereka dapat bekerja lebih efektif dan efisien dalam berbagai hal.

(16)

ϴ

matematika yang berbasis pengoptimalan kerja otak. Sehingga berdasarkan urain diatas hal yang akan diteliti adalah “Kemampuan Matematis Ditinjau dari Perbedaan Gender”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada analisis deskriptif hubungan antara kemampuan-kemampuan matematis dengan perbedaan fungsi dan kerja otak laki -laki dan perempuan, dengan judul “Kemampuan Berpikir Matematis Ditinjau dari Perbedaan Gender”. Aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Pengaruh perbedaan fisiologis dan kerja otak berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan siswa.

2. Pengaruh perbedaan psikologis berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan siswa.

3. Kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada laki-laki ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak serta psikologis berdasarkan perbedaan gender.

4. Kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada perempuan ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak serta psikologis berdasarkan perbedaan gender.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja pengaruh perbedaan fisiologis dan kerja otak berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan siswa?

2. Apa saja pengaruh perbedaan psikologis berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan siswa?

(17)

ϵ

4. Apa saja kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada perempuan ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak serta psikologis berdasarkan perbedaan gender?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perbedaan kemampuan otak berdasarkan gender dengan kemampuan-kemampuan matematis yang ada.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan:

1. Mengetahui pengaruh perbedaan fisiologis dan kerja otak berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan berpikir siswa.

2. Mengetahui pengaruh perbedaan psikologis berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan berpikir siswa.

3. Mengetahui kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada laki -laki ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak dan psikologis berdasarkan perbedaan gender.

4. Mengetahui kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada perempuan ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak dan psikologis berdasarkan perbedaan gender.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat secara praktis dan manfaat secara teoritis. Berikut adalah manfaat dari penelitian ini:

1. Manfaat Praktis

(18)

ϭϬ

memperhatikan fisiologis dan kerja otak dalam pencapaian tujuan pembelajarannya.

b. Dengan ditemukannya pengaruh perbedaan psikologis berdasarkan perbedaan gender pada kemampuan berpikir siswa, maka akan sangat berguna untuk pengembangan pembelajaran matematika yang memperhatikan psikologis dalam pencapaian tujuan pembelajarannya. c. Dengan ditemukannya kemampuan matematis yang berkembang lebih

baik pada laki-laki ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak dan psikologis berdasarkan perbedaan gender, maka akan sangat berguna untuk memaksimalkan potensi kemampuan matematis yang dimiliki oleh laki-laki sehingga dapat memajukan ilmu matematika kedepannya dan dapat membantu dalam perencaan pembelajaran matematika untuk mengembangkan potensi yang ada.

d. Dengan ditemukannya kemampuan matematis yang berkembang lebih baik pada perempuan ditinjau dari perkembangan fisiologis dan kerja otak dan psikologis berdasarkan perbedaan gender, maka akan sangat berguna untuk memaksimalkan potensi kemampuan matematis yang dimiliki oleh perempuan sehingga dapat memajukan ilmu matematika kedepannya dan dapat membantu dalam perencaan pembelajaran matematika untuk mengembangkan potensi yang ada.

2. Manfaat Teoritis

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode

Untuk menemukan hubungan antara kemampuan berpikir matematis dengan perbedaan gender, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Sugiyono (2013) menyatakan bahwa salah satu masalah yang cocok untuk diteliti menggunakan metode penelitian kualitatif adalah untuk mengembangkan teori. Metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun melalui data yang diperoleh melalui lapangan. Teori yang demikian dibangun melalui Grounded Theory. Dengan metode kualitatif peneliti pada tahap awalnya melakukan penjelajahan, selanjutnya melakukan pengumpulan data yang mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang berupa hubungan antar gejala. Hipotesis tersebut selanjutnya diverifikasi dengan pengumpulan data yang lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan menjadi tesis atau teori. Grounded Theory adalah metodologi penelitian kualitatif yang berusaha membangun teori

berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisis (Glaser, 1998: 89; Glaser & Straus, 1967; Myers, 2009; Strauss dan Corbin 1990). Grounded Theory didefinisikan sebagai metodologi yang berusaha secara induktif menemukan teori dengan cara peneliti mengembangkan teori dari suatu topik dan secara simultan mendasarkan teori pada data atau observasi empiris (Martiin dan Turner, 1986). Kekuatan utama Grounded Theory adalah pengembangan induktif teori dari data yang tersedia untuk menjelaskan suatu fenomena sosial. Metodologi dari Grounded Theory ini dirasa cocok dengan fokus penelitian, rumusan masalah dan

tujuan penelitian ini berdasarkan definisi dan karakteristik dari Grounded Theory ini.

(20)

33

analisis hubungan secara mendetail, penjabaran perbedaan fungsi dan kerja otak, penjabaran perbedaan kemampuan otak, hubungan kemampuan otak bila dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan matematika dan cara memaksimalkan hubungan dari hasil analisis tersebut. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.

Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.Dengan digunakannya metode kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini bukan karean metode ini lebih baru, dan lebih mengikuti trend atau kecenderungan yang sedang marak tetapi permasalahan lebih tepat dicarikan jawabannya dengan metode kualitatif.

Pemaparan hasil penelitian akan dibuat dalam bentuk deskriptif, dengan tujuan pembaca dapat mendapatkan informasi lengkap dari hasil penelitian ini. Semua hubungan yang ditunjukkan dari kemampuan matematis dan perbedaan gender akan dijelaskan secara terperinci agar hasil penelitian ini dapat diterima keabsahannya tentunya dengan dukungan teknik analisis data dari metode kualitatif.

B. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emik, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan.

(21)

34

artikel, dan laporan penelitian terdahulu dan sumber data manusia guna menunjang hasil studi dokumentasi.

Yang dijadikan sebagai sumber data manusia adalah siswa-siswa dari sekolah yang notabene berasal dari sekolah terbaik di kota Bandung yang dipilih berdasarkan level kemampuan matematika yaitu level rendah, sedang, dan tinggi dari tiap gendernya. Jadi ada enam orang siswa yang menjadi sumber data yang akan diobservasi dan diwawancara. Alasan memilih sampel ini adalah peneliti mengetahui kemampuan level kemampuan matematis siswa karena peneliti berkesempatan mengajar di kelas siswa tersebut selama empat bulan dari hasil evalusi proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dalam empat bulan tersebut peneliti dapat menelaah dan mengevaluasi kemampuan matematis siswa yang berada di kelas tersebut dari berbagai aspek seperti keaktifan siswa di dalam kelas yang dilihat dari sejauh mana siswa berpartisipasi, prestasi yang ditunjukkan dalam pembelajaran matematika yang dilihat dari nilai akademik siswa, serta perkembangan kemampuan matematis siswa dalam menjalani pembelajaran sehari-hari yang dilihat dari tugas-tugas individu maupun kelompok dari siswa. Sehingga peneliti akhirnya mendapatkan sampel yang diinginkan sesuai dengan level kemampuan matematis yang dibutuhkan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian yang luas serta mendalam, maka dilakukan beberapa upaya dalam pengumpulan data yang dibutuhkan melalui beberapa cara, yaitu:

1. Studi Dokumentasi

(22)

35

berdasarkan perbedaan gender, untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan-kemampuan matematika yang akan digunakan dalam penulisan laporan penelitian yang disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. 2. Observasi

Observasi digunakan dalam menyusun latar belakang penelitian, menentukan fokus penelitian, dan dalam penulisan pembahasan serta hasil penelitian. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi langsung dan terus terang dengan harapan dapat medapatkan data yang sebenar-benarnya tanpa ada manipulasi dari objek yang diobservasi.

3. Wawancara

Data yang dikumpulkan melalui wawancara ini akan digunakan sebagai data-data pendukung dari fakta-fakta yang telah ditemukan pada studi dokumentasi sehingga dalam pemaparan hasil penelitian dapat dijelaskan secara lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Dengan wawancara tidak terstruktur diharapkan akanmendapatkan banyak informasi yang lebih mendalam atau hal-hal baru yang mungkin dapat menunjang penulisan pembahasan dan hasil penelitian. Dengan wawancara tidak terstruktur ini membuat peneliti lebih terbuka pada masukan-masukan yang mungkin ditemukan setelah proses wawancara dilakukan.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri. Namun setelah fokus penelitian menjadi jelas maka dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang dapat mempertajam dan melengkapi hasil pengamatan dan studi dokumentasi dalam penelitian ini. Instrumen yang akan dipersiapkan adalah instrumen observasi dan wawancara guna membantu penulisan hasil studi dokumentsi dari penelitian ini.

(23)

36

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif naratif. Teknik ini diterapkan melalui tiga alur yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi mengacu pada yang dikatakan oleh Miles dan Huberman (1984), yaitu:

“Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.”

Pada proses reduksi data ini, peneliti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah doreduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Proses selanjutnya adalah penyajian data, data disajikan dalam bentuk tabel. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Selain menggunkan tabel, penyajian data juga dilakukan dalam bentuk uraian singkat yang mendeskripsikan tabel yang telah disajikan.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan ini digunakan dalam menjawab semua rumusan masalah yang telah ditentukan. Temuan dalam penulisan kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan ini dapat digunakan sebagai hipotesis, dan bia didukung oleh data yang luas, maka akan dapat menjadi suatu teori baru.

F. Rencana Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keabsahan data melalui: 1. Uji Kredibilitas

(24)

37

a. Perpanjangan Pengamatan

Pengamatan tidak hanya dilakukan satu kali tetapi dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan data yang pasti. Pengamatan pertama dilakukan di dalam kelas guna mendapatkan fakta lapangan dalam penulisan latar belakang. Pengamatan kedua masih dilakukan di dalam kelas mendapatkan siswa yang sesuai kriteria untuk digunakan pada proses observasi individu dan wawancara selanjutnya. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada satu kelas saja tapi dilakukan pada tiga kelas yang dimana peneliti berkesempatan melakukan kegiatan belajar mengajar di dalamnya.Pengamatan selanjutnya dilakukan apda saat observasi dan wawancara setiap individu sampelnya.

b. Peningkatan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat ditulis secara sistematis dimulai dari proses penulisan proposal, pelaksanaan pengamatan, dan penulisan laporan penelitian.

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian secara cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/ dipercaya atau tidak.

(25)

38

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data, dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan caramendapatkan data atau hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah buku teks, hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan makalah. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan dalam berbagai kesempatan, pagi, siang dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Apabilanara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.

d. Diskusi dengan Teman

Diskusi dengan teman sejawat dilakukan dengan mendiskusikan hasil penelitian yang masih bersifat sementara kepada teman-teman mahasiswa sejenjang yang jurusannya berkaitan langsung dengan masalah yang diteliti. Melalui diskusi ini banyak pertanyaan dan saran. Pertanyaan yang berkenaan dengan data yang belum bisa terjawab, maka peneliti kembali ke lapangan untuk mencarikan jawabannya. Dengan demikian data menjadi semakin lengkap.

e. Analisis Kasus Negatif

(26)

39

data yang negatif tersebut mendapat kesepakatan sehingga berubah menjadi data yang tidak berbeda. Namun demikian terdapat beberapa kasus yang sangat ekstrim perbedaanya sehingga, hal tersebut merupakan bahan bagi peneliti untuk terjun lagi ke lapangan.

f. Member Check

Pengujian kredibilitas data dengan member check, dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber data yang telah memberikan data, yaitu siswa-siswi yang diwawancara serta melakukan pengecekan terhadap dokumen-dokumen yang digunakan dalam studi dokumentasi.

2. Uji Transferabilitas

Uji Tranferabilitas ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Tranferabilitas berkenaan dengan sejauh mana hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. Untuk mendapatkan derajat tranferabilitas yang tinggi, tergantung pada kemampuan peneliti mengangkat makna-makna esensial dan temuan penelitiannya, melakukan refleksi serta analisis kritis yang ditunjukkan dalam pembahasan penelitian.

“Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut di tempat lain, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan urain dengan rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atu tidaknya untuk mengaplikasikan hsil penelitian tersebut di tempat lain.” (Sugiyono, 2013: 130).

(27)

40

3. Uji Defendabilitas

Uji defendabilitas disebut reabilitas dalam penelitian kuantitatif. Suatu penelitian dapat disebut reliable adalah apabila orang lain dapat mengulangi atau mereplikasi proses penelitian tersebut.

“Dalam penelitian kualitatif, uji defendabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini perlu di uji defendabilitasnya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Untuk itu pengujian defendabilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menetukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampaimembuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.” (Sanafiah Faisal, 1990).

4. Uji Konfirmabilitas

Uji konfirmabilitas disebut uji obyektivitas pebelitian dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan.

“Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas. Dalam penelitian harus ada proses, jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.” (Sugiyono, 2013: 131).

G. Keterbatatasan Penelitian

(28)

41

school baik laki-laki maupun perempuan agar lebih mendapatkan data dari

lapangan yang lebih lengkap dan akurat, tetapi karena di daerah peneliti melakukan penelitian tidak terdapat single-sex school maka metode penelitiannya pun disederhanakan menjadi yang tertera di atas. Dari segi waktu pun, peneliti merasakan kurangnya waktu untuk melakukan penelitian karena kesibukan sekolah yang dimaksudkan untuk diteliti. Dari segi kemampuan, peneliti belum mampu melakukan penelitian skala besar seperti yang direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, atas saran dna bimbingan dari pembimbing maka dilakukan penyederhaan dalam metode penelitian ini.

[image:28.595.40.584.233.731.2]

H. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan Penulisan Skripsi

No. Kegiatan Pelaksanaan

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

1. Penentuan judul proposal penelitian

2. Bimbingan dan memulai penulisan proposal.

3.

Perumusan dan

penyempurnaan proposal penelitian.

4.

Bimbingan dalam

penyempurnaan proposal penelitian.

5. Penyusunan penelitian lebih lanjut.

6. Revisi proposal penelitian.

(29)

42

8. Seminar proposal penelitian.

9.

Revisi proposal penelitian dan pembuatan instrumen penelitian.

10. Pengumpulan data.

11. Pengolahan dan analisis data.

12. Bimbingan hasil pengolahan dan analisis data.

13. Penyusunan laporan penelitian.

14. Penyetujuan laporan penelitian.

15.

Penggandaan laporan penelitian dan pendaftaaran sidang.

16.

Publikasi hasil penelitian melalui seminar atau sidang (Jurusan/ fakultas/

universitas) dan jurnal ilmiah.

(30)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada BAB IV, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kelebihan kemampuan laki-laki jika dilihat dari fisiologis dan kerja otak adalah lebih agresif dalam menanggapi suatu hal, lebih cepat dalam memberikan perhatian pada perubahan lingkungan fisik, lebih cepat dalam menanggapi perubahan lingkungan fisik, memiliki integrasi persepsi sensorik, koordinasi dan pusat kendali yang lebih baik, lebih memiliki kepercayaan diri yang tinggi, lebih memiliki sifat penonjolan diri, lebih memiliki keinginan berkompetisi, lebih efektif dan fokus pada tugas dan proyek, lebih baik penglihatannya pada tempat yang memiliki kuantitas cahaya tinggi, memiliki dasar kemampuan spasial yang jauh lebih baik dan memiliki dasar kemampuan penalaran abstrak yang lebih baik. Sedangkan kelebihan kemampuan yang dimiliki perempuan jika dilihat dari fisiologis dna kerja otaknya adalah memiliki kemampuan berbahasa yang lebih awal, memiliki perkembangan kemampuan verbal dan komunikasi yang lebih cepat, memiliki kemampuan verbal dan komunikasi yang lebih baik, merespon informasi lebih cepat, dapat melakukan multitasking, memiliki proses bahasa yang lebih efisien, memiliki kontrol emosi yang lebih efisien, memiliki kapasitas memori yang lebih besar sehingga membantu proses mengingat, cenderung memiliki akses yang lebih banyak pada pendeskripsian bahasa secara emosional pada tugas menulis, lebih efektif dalam multitasking, lebih baik penglihatannya pada tempat yang kuantitas cahayanya rendah, dan memiliki daya tahan belajar yang lebih baik sehingga membuat mereka lebih konsiten dalam belajar.

(31)

laki-laki. Selain itu perempuan juga memproses informasi yang bersifat emosi verbal lebih cepat. Laki-laki kadang-kadang memerlukan berjam-jam untuk memproses emosi dan mengatur informasi yang sama sebagai seperti seorang perempuan. Kemampuan emosional yang lebih lemah ini membuat laki-laki lebih rapuh secara emosional daripada yang kita pikirkan yang berefek pada kemungkinan akan tidak dapat belajar secara lebih pada pagi hari. Laki-laki dapat lebih rapuh seperti itu karena ia tidak dapat mengatur dan membimbing emosinya sendiri pada proses pengolahan emosi dan verbalisasi dari emosi tersebut secepat yang saudara perempuannya lakukan, dan kerapuhan yang dimilikinya tersebut berdampak pada kemampuannya untuk mengikuti proses pembelajaran pada hari tersebut. Tetapi setelah laki-laki melewati masa emosionalnya maka kemampuan belajarnya akan kembali efektif dan sebaliknya perempuan mungkin akan diliputi stres yang lebih ketika telah melewati tahap awal menghadapi stres dan mengakibatkan kemampuan belajar mereka menurun.

3. Dari penelitian ini kemampuan matematis laki-laki mayoritas berada dibawah kemampuan matematis perempuan, dan hanya kemampuan koneksi matematis dan kemampuan pemecahan masalah matematis yang level kemampuannya berada pada tingkatan yang sama dengan perempuan. Tetapi perbedaan pada tiga kemampuan matematis lainnya tidak jauh levelnya, tiap kemampuan berada tepat satu level dibawah kemampuan matematis perempuan.

4. Kemampuan matematis yang lebih unggul pada perempuan adalah kemampuan pemahaman matematis, kemampuan komunikasi matematis, dan kemampuan penalaran matematis.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan diantaranya sebagi berikut:

(32)

0

ini masih sedikit informasi yang dapat diperoleh untuk dijaidkan sumber atau bahan pendukung dalam penelitian ini sehingga sumber yang dapat dipakai untuk peneliti lanjuta menjadi lebih beragam.

2. Selain itu disarankan bagi peneliti lanjutan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai metode yang mungkin dapat digunakan guna memaksimalkan potensi kemampuan matematis baik laki-laki maupun perempuan.

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Evania, Putri. (2011). Menguak Rahasia Otak Perempuan. Yogyakarta: Sinar Kejora.

Geary, David C. (1999). Sex Differences in Mathematical Abilities: Commentary on the Math-Fac Retreival Hypothesis. University of Missouri of Columbia.

Hensley, Amber. (2009). 10 Big Differences Between Men’s and Women’s Brain. [Online]. Tersedia: http://www.mastersofhealthcare.com/blog/2009/10-big-differences-between-mens-and-womens-brains/ [7 Maret 2013]

Hudoyo, Herman. (1985). Teori Belajar Dalam Proses Belajar-Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud.

Hudoyo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. JICA. Universitas Negeri Malang

Jensen, Eric. (2011). Pembelajaran Berbasis-Otak. Jakarta: Indeks.

Kurniawan, Oktavianus E. (20--). Indikator Penalaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://id.scribd.com/doc/97373145/INDIKATOR-PENALARAN-MATEMATIKA [28 Juli 2013]

Muhammad, As’adi. (2011). Rahasia Perbedaan Otak Pria dan Wanita.

Yogyakarta: Flash Book.

NCTM. (1999). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics.Reston, VA : NCTM

Safitri, Ayunda W. (2013). Peneliti Temukan Perbedaan Cara Kerja Otak

Laki-laki dan Perempuan. [Online]. Tersedia:

http://techno.okezone.com/read/2013/03/04/56/770832/peneliti-temukan-perbedaan-cara-kerja-otak-perempuan-dan-laki-laki [7 Maret 2013]

Sanafiah, Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang. YA.

Sastrosudirjo, S.S. (1988). Hubungan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Belajar untuk Siswa SMP. Jurnal Kependidikan no.1 Tahun ke 18: IKIP Yogyakarta.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfa Beta.

(34)

92

Sukadijo, G.R. (1999). Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta: Gramedia.

Sumarmo, U. (1994). Suatu Alternatif Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi matematika pada Guru dan Siswa SMP. Laporan penelitian IKIP Bandung. Bandung: Tidak diterbitkan.

Thobroni, Muhammad dam Mustofa, Arif. (2011). Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan PraktikPembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Jadwal Kegiatan Penulisan Skripsi

Referensi

Dokumen terkait

Adapun faktor pendukung penyuluh agama Islam dalam memberikan bimbingan terhadap calon mempelai di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tamalate adalah keharmonisan dalam suatu hubungan

Keunggulan kegiatan ekonomi dalam pengembangan perkebunan kabupaten Kampar meliputi : a) memiliki akses (kedekatan jarak) dengan kota Pekan baru ibu kota propinsi Riau, Bandara

Sedangkan dalam penelitian Tugas Akhir ini, perbedaan dari penelitian A’yun adalah koreksi geometrik yang akan digunakan yaitu metode affine dan polynomial orde-2,

Bank Rakyat Indonesia cabang Iskandar Muda Medan juga membuat kebijakan untuk melakukan silang posisi atau rotasi bertujuan juga untuk menutupi kebijakan promosi mereka yang

During the training the author did the research entitled: “ DETERMINATION OF ANTIOXIDANT ACTIVITY AND BETALAIN PIGMENT OF FREEZE DRIED RED BEET ( BETA VULGARIS

Salah satu yang sangat berharga dari tipe test kits pada industry wireless LAN adalah yang digunakan untuk mengetes kabel dan konektor. • Kit terdiri dari sinyal

7) Melakukan normalisasi matrik keputusan dengan cara menghitung nilai dari rating setiap kriteria ternormalisasi (rij) dari alternatif Ai pada kritera Cj seperti

dari arsitektur tradisional yang Kalimantan Timur miliki. Lamin merupakan bentuk arsitektur tradisional Dayak di.. Kalimantan Timur. Lamin sangant khas dengan