1 A. Latar Belakang M asalah
Tant angan mendasar umat Islam bukan sekedar t ant angan ekonomi,
polit ik, sosial, dan budaya. Tant angan besar umat Islam sekarang adalah
t ant angan pemikiran yang merupakan akar t ant angan umat Islam pada bidang
lain. Pemikiran kelompok liberal misalnya, lebih banyak mengadopsi cara
pandang Barat yang kemudian diadopsi lagi oleh cendekiawan M uslim untuk
mengkrit isi Islam agar dapat memperkenalkan “ perubahan” at au “ pembaruan
pemikiran” . Hal ini berdampak besar t erhadap penerapan syariat yang sudah
baku (mutlak), diantaranya mengenai pandangan t erhadap hakikat perempuan
dan berbagai kewajiban syar‘i yang mengit arinya.
Ada pemandangan menarik untuk dicermat i dewasa ini. M akin maraknya
wanit a t ampil mengenakan jilbab, seolah mencipt akan kesan religi/ agamis.
Wanit a pemakai jilbab dianggap t elah memiliki kesadaran t inggi untuk
menjalankan syariat Islam (menutup aurat ) secara baik dan sempurna. Sayang,
fenomena ini t idak dibarengi dengan respon posit if semua pihak. Gugat an dan
argumen-argum en sinis t ent ang jilbab kian massif beredar di masyarakat .
Berpijak pada asas kebebasan pribadi dan pembebasandari st rukt ur
int erpret asi baru at as dokt rin agama Islam. M ereka berpendapat pakaian (jilbab)
yang t elah diwajibkan Allah Ta
ʻ
ala untuk dikenakan kaum muslimah adalahproduk budaya warisan bangsa Arab. Jilbab dianggap bukan kewajiban agama.
M uslimah yang mengenakan jilbab, hanya disebut mengikut i t radisi Arab saja,
bukan menjalankan syariat (M ulia, 2008: 2). M usdah menambahkan bahwa jilbab
adalah produk budaya Arab yang hanya wajib unt uk kaum wanit a Arab saat itu,
bahkan hanya wajib untuk wanit a masa Rasulullah saja. Bahkan pemikir liberal
lain, Asghar Ali Engineer menyat akan bahwa jilbab merupakan prakt ek yang t ak
beradab (Engineer, 2003: 103).
Permasalahan hukum pemakaian jilbab adalah persoalan lama yang selalu
digaungkan oleh kelompok pemikir liberal. M ereka m enyat akan bahwa
pemakaian jilbab/
ḥ
imâr t idak wajib, dan mengenakan pakaian cukup disesuaikanst andar dan et ika kesopanan yang berlaku. Apabila
ḥ
imâr (kerudung) t idak lagidiperlukan sebagai identit as muslimah, maka
ḥ
imâr menjadi tidak wajib (Fayumi,2002: 8).
Kelompok pemikir liberal mendasarkan argumen mereka pada kaidah
ushûliyah, “ al-ibrah bi al-khu
ș
ûș
al-sabab lâ bi ‘umûm al-lafẓ
i” (pengambilanhukum di ambil berdasarkan kekhususan kont eks t urunnya na
ṣ
, bukan padakeumuman bunyi lafalnya). Asymawi misalnya, dengan t egas menyat akan bahwa
maksud perint ah memanjangkan pakaian dalam ayat dan hadis t ent ang jilbab
perempuan yang kurang t erhormat at au alasan lainnya, yaitu agar perempuan
t erhormat bebas dari kejahat an at au perlakuan buruk. Jadi, jika dilihat kont eks
sekarang, ajaran t ersebut sudah t idak relevan lagi, sebab sist em perbudakan
sudah t idak ada (Shihab, 2004: 155-167). Pendapat lain bahkan menyat akan
bahwa kerudung adalah simbol yang rumit. M emakai kerudung merupakan
fenomena jamak yang memiliki berbagai macam ma’na dan fungsi dalam banyak
kont eks yang berbeda. Karena it u, masyarakat harus lebih akurat untuk
memproklamirkan kerudung sebagai t radisi Islam sebagaimana simbol
penindasan at as wanit a didalam masyarakat Islam (Sukendar, 2011: 64).
Upaya dekonst ruksi hukum-hukum syariat yang t erkait dengan
perempuan, khususnya t ent ang kewajiban pemakaian jilbab, mengandung imbas
yang sangat luar biasa t erhadap pola pikir dan tingkah laku (kebiasaan
keseharian) masyarakat . Bermula dari interpret asi kelompok pemikir liberal
inilah kemudian berkembang argumen yang bermacam-macam mengenai jilbab.
Secara umum, pemikir liberal ini mengemukakan berbagai alasan t ent ang
pemakaian jilbab –bukan sebagai syariat Islam-- yang semakin marak di
masyarakat , antara lain sebagai berikut :
Pertama, alasan filosofis, yaitu pemakaian jilbab karena kecenderungan
ke arah kerahiban dan perjuangan melawan kenikmat an nafsu manusiawi.
Kedua, alasan keamanan. Pada masa lalu, pihak yang kuat seringkali menindas
memakai pakaian t ert utup (jilbab) agar tidak diganggu. Ketiga, alasan psikologis.
Pemakaian jilbab diduga unt uk menut upi kekurangan (aib), dan meraih prest ise
yang t inggi di masyarakat, at au adanya at uran yang dipaksakan oleh kepala
keluarga at au inst it usi (M uthahari, 1990: 35). Keempat, alasan ekonomis, yaitu
t erkait dengan eksploit asi laki-laki kepada wanit a dengan menugaskannya
melakukan aneka akt ivit as untuk kepent ingan laki-laki (Shihab, 2004: 39).
Sebagai t ambahan, alasan ekonomis juga t erkait dengan t ingginya biaya
perawat an rambut sehingga mendorong wanit a untuk lebih memilih
menutupinya dengan jilbab.
Agaknya berbagai alasan t ersebut lah yang menjadi fakt or ut ama
penyebab hipermoralit as perempuan muslimah akhir-akhir ini. Efek domino yang
kemudian muncul adalah fenomena jilbab gaul, jilbab poni, jilbab t rendi, jilbab
sampir, jilbab cekik, jilbab t elanjang, bahkan hingga memakai jilbab untuk
melegalkan pacaran, memperoleh st atus (penghormat an) masyarakat, at au
menutupi identit as samaran. Na
ʻ
ûż
u billâh.Some w omen cover from cust om, ot hers ow ing to st at e law, ot hers in a secularizing societ y for various personal reasons. In t imes past , women w ore t he niqâb as a mark of w ealt h and stat us...(Beberapa wanit a menggunakan penut up dari (karena) kebiasaan, yang lain karena hukum negara, yang lain dalam suatu masyarakat sekuler untuk berbagai alasan pribadi. Di masa lalu, wanit a mengenakan niqâb sebagai t anda kekayaan dan st atus.…(M armorst ein, 1954: 7).
Pemikiran penafsiran al-Qur’an tokoh pemikir liberal dan sejenisnya di
pemikiran liberal ini bukan hanya berkembang di lingkungan masyarakat umum
at au akademisi. Lebih menyedihkan, ia bahkan merambah ke lingkungan
pesant ren di Indonesia. M elalui ‘permak’an yang begit u rapi, wacana
dekonst ruksi syariat semakin t ampak dengan menggunakan alasan-alasan
pembaruan dan keset araan perempuan. Penyebarannyapun bukan hanya
melalui orasi lisan at aupun t at ap muka langsung, tet api juga melalui media cet ak,
buku, art ikel, dan juga t ulisan lepas dalam dunia maya. Diant ara deret an t okoh
yang t urut menyebarkan pemikiran di at as ant ara lain Nasr Hamid Abu Zayd,
Amina Wadud, Fatima M ernissi, Riffaat Hasan.
Kebanyakan t okoh ini menganggap bahwa t erdapat indikasi ket idakadilan
dalam penafsiran ulamâ’ salaf yang harus segera diubah. It ulah sebab kelompok
ini melakukan dekonst ruksi-dekonst ruksi penafsiran yang dianggap relevan
dengan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri. Bermula dari kesalahan dan
dekonst ruksi konsep wahyu dan juga t afsir yang dibangun kaum liberal di at as,
maka hukum syariat pun kemudian bergeser jauh dari maqâ
ṣ
îd (t ujuan)nya.Dekonst ruksi syariat dijadikan sebagai salah satu cara untuk bisa memahami
Islam dengan menggunakan framework Barat , khususnya dokt rin Humanisme
yang t elah direncanakan. Langkah awal dalam upaya dekonst ruksi syariat adalah
dengan merubah cara menafsirkan t eks-t eks keagamaan. Berawal dari
framew ork dekonst ruksi wahyu ini kemudian berkembang menjadi dekonst ruksi
syariat yang berimbas pada dekonst ruksi akidah/ kepercayaan, bahkan
Upaya dekonst ruksi syariat jilbab sert a efek ket impangan pemikiran
kelompok pemikir liberal di at as berpot ensi mendangkalkan pemikiran bahkan
akidah umat Islam. Pandangan sepert i ini melahirkan kerancuan berpikir dan cara
pandang yang salah, sehingga pemahaman mengenai syariat Islam bergeser jauh
dari maqâ
ṣ
îd (tujuan)nya. Pengikut argumen liberal ini umumnya akan sampaipada kesimpulan bahwa jilbab adalah bagian dari t radisi/ budaya, t idak wajib,
bersifat eksklusif, at au bahkan lebih t egas dinyat akan bahwa jilbab tidak selalu
berkait an dengan Islam, pemakainya dianggap sebagai kaum Fundamentalis,
kolot / kuno, bahkan di beberapa Negara hak mereka it u dilarang dan diperangi.
Jilbab di beberapa negara disebut sebagai a pot ent symbol of t he progress or
regress of a nat ion, simbol ampuh untuk menget ahui kemajuan at au
ket erbelakangan suatu bangsa (Bullock, 2002: 2).
B. Perumusan M asalah
Tesis ini mencoba unt uk menjawab beberapa perumusan masalah
berikut ini:
1. Bagaimanakah tinjauan ulama’ t erhadap ayat al-Qur’an t ent ang jilbab
dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandangan mereka t ent ang t afsir?2. Bagaimanakah int erpret asi kelompok pemikir liberal t erhadap ayat
al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan3. Bagaimana krit ik t erhadap int erpret asi kelompok pemikir liberal
t ent ang ayat jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan t ent angaplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia?
C. Tujuan Dan M anfaat
Tujuan disusunnya t esis ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menget ahui bagaimana tinjauan ulama’ t erhadap ayat
al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, dan pandanganmereka t ent ang tafsir.
2. Untuk menget ahui bagaimana int erpret asi kelompok pemikir liberal
t erhadap ayat al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59,dan pandangan mereka t ent ang t afsir.
3. Untuk menganalisa dan memberikan krit ik t erhadap int erpret asi
kelompok pemikir liberal t ent ang ayat jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâbayat 59, dan t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia.
Sedangkan manfaat penelit ian ini secara akademis adalah:
1. M enambah khazanah keilmuan t ent ang met odologi interpret asi ayat
2. M emberikan inspirasi bagi peneliti berikut nya, sehingga akan
t erbent uk wacana pemikiran Islam yang int egral melalui kontiunit as
kajian-kajian al-Qur’an dan t afsir, sesuai dengan Islamic w orldview .
Adapun manfaat penelitian secara prakt is adalah:
1. M embuka wawasan masyarakat m engenai kesalahan-kesalahan
int erpret asi ayat al-Qur’an oleh kelompok pemikir liberal t ent ang
jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dan meluruskannya berdasarkant injauan t afsir ulama.
2. M emberi jawaban dan solusi t erhadap permasalahan sosial
masyarakat, khususnya t erkait hukum pemakaian jilbab sesuai Islamic
Worldview yang dikembangkan ulama’.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan t ent ang jilbab sudah banyak dilakukan baik yang
berkait an dengan pro dan kont ra, manfaat, atau makna filosofi yang
t erkandung didalamnya. Namun pembahasan yang bersifat menyeluruh
t erkait dengan krit ik int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang ayat
al-Qur’an t ent ang jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, apalagi yangmensinergikannya dengan t injauan t erhadap tafsir ulama pendahulu
belum pernah peneliti t emukan hingga berakhirnya penelitian ini.
1. Skripsi Diah Ulfah, mahasiswi al-a
ḥ
wâl al-syakhsiyyah jurusan syariahUIN Sunan Kalijaga Yogyakart a, berjudul “ Studi Krit is Terhadap
Pemikiran Jaringan Islam Liberal (JIL) t ent ang Pemakaian Jilbab” , t ahun
2008. Berdasarkan penelitiannya, Diah mengkrit isi penyat aan Jaringan
Islam Liberal (JIL) bahwa jilbab bukan sebuah ajaran agama Islam,
t et api hanya bent uk adat belaka. M enurut Diah, pernyat aan JIL
t ersebut t idak benar karena maqâ
ṣ
îd al-syarîah (t ujuan syariat ) yangdikemukakan adalah berdasar kacamat a Barat dan mengesampingkan
hujjah al-Qur’an dan al-Sunnah.
2. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Fat khi Nur (2005) dengan judul “ Studi
Analisis Terhadap Pendapat M uhammad Syahrur t ent ang Hukum
M emakai Jilbab Bagi Wanit a” . Kesimpulan Fat khi Nur adalah perlu
unt uk mempert imbangkan aspek sosio-kult ural dalam berist inba
ṭ
masalah jilbab untuk mempert imbangkan aspek halal-haramnya. Ia
mengat akan munculnya berbagai fenomena sosial yang dipengaruhi
oleh perkembangan t eknologi sekiranya dapat menjadi alat bantu
ist inba
ṭ
hukum unt uk menentukan halal haramnya jilbab.3. Skripsi yang dit ulis oleh Qoidud Duwal (2009), mahasiswa al-a
ḥ
w âlal-syakhsiyyah, fakult as Syariah Universit as Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakart a berjudul “ Konsep Jilbab dalam Hukum Islam (Studi
kecenderungannya untuk mengikut i pendapat Husein M uhammad
yang menyatakan bahwa jilbab merupakan t radisi yang berfungsi
sebagai pembeda st at us sosial masyarakat , dan bukan pembeda st atus
agama seseorang.
4. Tesis oleh Wahyuni Eka Put ri, S. Th. I., yang berjudul “ Realit a Sosial dan Pendalaman Syariat (Pemahaman Sant riwat i Nurul Ummah
Terhadap Syariat Berjilbab dalam Al-Qur’an)” . Tesis ini dit elit i di
Program Pascasarjana Universit as Islam Negeri Yogyakart a, konsent rasi
bidang akidah dan filsafat pada t ahun 2011. Kesimpulan Wahyuni
dalam t esis ini adalah pemahaman sant riwat i Nurul Ummah t erhadap
syariat jilbab sudah t erkonst ruk sebagaimana t ahapan t eori sosiologi
Pet er L. Berger t ent ang ekst ernalisasi, objekt ivasi, dan int ernalisasi.
Berdasar t eori ini, Wahyuni menyat akan bahwa penget ahuan jilbab
sant riwati berawal dari penget ahuan mendasar bahwa jilbab secara
konsep dan prakt ek adalah syariat . Prakt ek jilbab adalah sebuah
fakt asit as objekt if yang secara bert ahap akan berimplikasi pada
t ingkah laku masyarakat .
Selain penelitian-penelitian di at as, peneliti tidak lagi menemukan
t ulisan-tulisan lain yang membahas t ent ang krit ik jilbab kecuali sekedar
kajian dalam bentuk buku, majalah at au art ikel-art ikel lepas yang
buku M . Quraish Shihab, yang berjudul “ Jilbab, Pakaian W anit a
M uslimah, Pandangan Ulama M asa Lalu dan Cendekiaw an
Kont emporer” , yang kemudian dikrit isi oleh DR. Adian Husaini melalui
art ikelnya yang berjudul “ M endiskusikan Jilbab di Pusat Studi Al-Qur’an”
dalam Cat at an Akhir Pekan(CAP) Adian Husaini ke-163 di sit us
www.hidayatullah.com. dan buku kecil DR. Ahmad Zain An-Najah yang
berjudul “ Jilbab menurut Syariat Islam, M eluruskan Pandangan Prof. Dr.
Quraish Shihab” sebagai sint esis at as pendapat Quraish Shihab yang
cenderung tidak t egas dalam menet apkan hukum jilbab.
E. Kerangka Teori
Islam adalah nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi
M uhammad
Ș
alla Allâhu ‘Alaihi wa Sallam. M akna “ Islam” digambarkandalam sabda beliau:
ﱃﺎﻌﺗ ﷲا ﻲﺿر ﺮﻤﻋ ﻦﻋ
...
ﻢﻠﺳو ﻪﻟآو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر لﺎﻘﻓ
:
مﻼﺳﻹا
مﻮﺼﺗو ةﺎﻛﺰﻟا ﰐﺆﺗو ةﻼﺼﻟا ﻢﻴﻘﺗو ﷲا لﻮﺳر اﺪﻤﳏ نأو ﷲا ﻻإ ﻪﻟإ ﻻ نأ ﺪﻬﺸﺗ نأ
ﻼﻴﺒﺳ ﻪﻴﻟإ ﺖﻌﻄﺘﺳا نإ ﺖﻴﺒﻟا ﺞﲢو نﺎﻀﻣر
. . . }
ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور
{
Hadis Nabi di at as t elah menggambarkan bagaimana konsep Islam
secara sederhana dan universal sesuai Islamic worldview. M enurut Syed
Naquib al-Att as, Islam merupakan sat u-satunya agama murni yang
dit urunkan oleh Allah, yang memiliki gambaran penyerahan diri seorang
hamba kepada khaliknya.
There is only one genuine revealed religion, and it s name is given as Islam, and the people who follow t his religion are praised by God as t he best among mankid...Islam, t hen, is not merely a verbal noun signifying ‘submission’: it is also t he name of part icular religion descript ive of t rue submission, as w ell as t he definit ion of religion: submission t o God. (Hanya ada sat u agama murni yang dit urunkan dan namanya Islam. Dan orang-orang yang mengikut i agama ini dipuji oleh Tuhan sebagai manusia yang t erbaik. M aka itu bukan hanya kat a benda yang mengindikasikan penyerahan, itu juga bisa diart ikan sebuah nama agama tert ent u yang menggambarkan penyerahan sejat i sebagaimana definisi agama (penyerahan kepada Tuhan). (Al-Att as, 1995: 3-7)
Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang pert ama dan
ut ama. Secara t egas al-Qur’an menyat akan bahwa Nabi M uhammad
adalah Nabi t erakhir (QS. Al-A
ḥ
zâb: 45), sehingga syariat Islam yangdit urunkan kepada Nabi M uhammad t ersebutpun sudah purna (QS.
Al-M â’idah: 3). Namun, seiring dengan perkembangan zaman, berkembang
pemikiran bahwa ijtihad merupakan suatu keniscayaan guna merespon
fenomena dan problemat ika hukum Islam agar tet ap
ṣ
aḥ
Îh fî kulli zamânw a makân. Diant ara fenomena problemat ika at au isu kont roversial yang
masih selalu menjadi perdebat an adalah permasalahan jilbab. Landasan
pokok dari hukum pemakaian jilbab dalam al-Qur’an adalah Surat
ﺎ َﻬﱡـﻳَأﺎ َ ﻳ
ﱡ ِ ﱯﱠﻨﻟا
ْ ﻞُﻗ
َﻚ ِﺟا َ وْزﻷ
ِﺗﺎَﻨ َ ـﺑ َ و
َﻚ
ِءﺎ َ ﺴِﻧ َ و
َﲔِﻨ ِﻣْﺆ ُ ﻤْﻟا
َﲔِﻧْﺪُ ﻳ
ﱠﻦِﻬْﻴَﻠ َﻋ
ْ ﻦِﻣ
ﱠﻦِﻬِﺒﻴِﺑﻼ َ ﺟ
َﻚِﻟَذ
َﱏْدَأ
ْنَأ
َ ﻦْﻓ َ ﺮْﻌ ُـﻳ
ﻼَﻓ
َ ﻦْﻳَذْﺆ ُـﻳ
َنﺎَﻛَ و
ُﻪﱠﻠﻟا
ا ً رﻮُﻔَﻏ
ﺎ ً ﻤﻴ ِﺣَ ر
.
Wahai Nabi, kat akanlah kepada ist eri-ist erimu, anak-anak perempuanmu dan ist eri-ist eri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka t idak diganggu. Dan Allah adalah M aha Pengampun lagi M aha Penyayang (Depart emen Agama, 2004: 427).
Kat a “ Jilbâb” dalam al-Qur’an dit ulis dalam bent uk jamak, yait u
“ Jalâbîb” (jilbab-jilbab). Jilbab secara bahasa berma’na pakaian at au baju
kurung yang longgar (Âbâdy, 2004: 96). Secara ist ilah, jilbab adalah
pakaian wanit a yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
t elapak t angan. Jenis kain dan potongan pakaian t ersebut dibuat
sedemikian rupa sehingga t idak t ampak bentuk dan lekuk-lekuk t ubuhnya
yang menimbulkan rangsangan (Ist adiyant a, 1984: 13).
M enurut Ibnu ‘Abbas dan Qatâdah sebagaimana dikut ip Baidan,
jilbâb adalah pakaian yang menut up pelipis dan hidung meskipun kedua
mat a pemakainya t erlihat namun t et ap menutup dada dan bagian
mukanya (Baidan, 1999: 118). Imam Ibnu Rajab dalam kit abnya Fat
ḥ
ulBârî, menjelaskan bahwa jilbab adalah mulâ’ah yang menut upi seluruh
badan, dirangkap di at as al-
ṡ
aub (baju rumah), yang biasa disebut ‘izâr.Quraish Shihab, mengart ikan jilbab sebagai baju kurung yang longgar
Intinya, jilbab adalah pakaian syar`i berupa baju kurung (bisa
milhafah, mulâ’ah, izâr at au gamis), yang dirangkapkan di at as pakaian
keseharian di rumah (Siauw, 2013: 80-81). Sejauh ini, perbedaan
pendapat ulama t erkait wacana jilbab adalah mengenai batas aurat
wanit a. Pendapat pert ama menyat akan bahwa seluruh tubuh wanit a
adalah aurat (Burhanuddin, 2003: 308-310). Kemudian pendapat kedua
menyat akan bahwa aurat wanit a adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan
t elapak t angan (asy-Syâfi’î, 1972: 89). Pendapat kedua ini adalah
pendapat yang banyak diikuti oleh mayorit as ulama. Tet api, ke
ṣ
arîḥ
an(kejelasan) dasar hukum jilbab ini diint erpret asi at au dit anggapi berbeda
oleh mayorit as masyarakat Indonesia, dan para pemikir liberal pada
khususnya. M akna jilbab di Indonesia kini bergeser, bahkan mengalami
evolusi. M ayorit as masyarakat masih menganggap bahwa jilbab adalah
set iap kain at au sejenisnya yang digunakan sebagai penutup kepala.
Kelompok pemikir liberal beranggapan bahwa jilbab dipandang
sebagai bent uk t radisi Arab pat riarki lokal, bersifat prevent if, dan tidak
relevan untuk dit erapkan dalam budaya sekarang (khususnya kont eks
keIndonesiaan). Jilbab bukan kewajiban muslimah, perint ah t ersebut
kedudukannya sebagai adat kebiasaan orang Arab, bahkan dipengaruhi
adat -istiadat sebelum Arab (Rahman, 2001: 25). M et ode ini jelas berbeda
berbagai penget ahuan dan keahlian khusus dalam menafsirkan ayat
al-Qur’an. (al-Qa
ṭṭ
ân, 1973: 244-245).Langkah bijak menghadapi permasalahan-permasalahan
kont emporer umat , sepert i permasalahan jilbab hendaknya dilakukan
penelitian dan pengkajian yang lebih det ail. Art inya, dalam menet apkan
dalil hujjah t erhadap kasus baru, perlu ada kecermat an dalam penelit ian,
t ermasuk dalam menent ukan maqâ
ṣ
îd al-syarîʻ
ah (t ujuan syariat / hukum)t ersebut untuk mem elihara kepent ingan umat at as dasar keadilan dan
keseimbangan agar t idak melewat i bat as at aupun merugikan (Qar
ḍ
awi,1987: 53-54). Konsep wahyu yang ot ent ik, laf
ẓ
an w a maʻ
nan min Allâh,jelas t idak memungkinkan al-Quran menerima model penafsiran
hermeunet ik ala bible yang menghasilkan kerelat ivan hukum Islam. Al
Qur’an t erjaga lafal, makna, dan bacaannya dari masa ke masa (lihat QS.
Al-
Ḥ
ijr: 9). Ini akan sangat berbeda dengan orang yang m elihat agama –t ermasuk Islam– sebagai ‘gejala budaya’. Kewajiban jilbab bersumber dari
al-Qur’an yang bersifat ot ent ik dan final, maka pelaksanaan (kewajiban
jilbab) t ersebut juga ot entik dan final –Qa
ṭ
‘î--, t idak perlu dit afsirkanulang at au dicari relevansinya t erlebih dahulu. Kesimpangsiuran t ent ang
perint ah (syariat) jilbab yang t ersebar di masyarakat dapat dipahami
karena berawal dari kesalahan cara pikir at au pola pandang t ent ang
F. M etode Penelitian
M et ode penelit ian adalah langkah-langkah yang berkait an dengan
apa yang akan dibahas. Sebuah penelit ian harus dapat
dipert anggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena it u diperlukan
met ode-met ode yang t epat dan dapat digunakan selama penelit ian
berlangsung, sehingga diperoleh dat a yang valid. Uraian mengenai
pert anggungjawaban yang dibahas meliputi:
1. Jenis Penelitian
Kajian ini murni berdasarkan kajian perpust akaan/library
research dengan menggunakan dat a-dat a yang berupa
naskah-naskah dan t ulisan dari buku yang bersumber dari khazanah
kepust akaan. Terkait dengan penelitian ini, karya at au kajian yang di
maksud adalah buku, art ikel, at au majalah t ent ang int erpret asi jilbab
kelompok pemikir liberal dan kit ab-kit ab t afsir yang dit ulis oleh para
ulama. Sumber referensi lain adalah dat a dari media int ernet dan
perpust akaan digit al sepert i al-M akt abah al-syâmilah, al-Qur’an
digit al, dan berbagai sumber referensi online lain.
2. Pendekatan Penelitian
Penelit ian ini berupaya menyelidiki krit ik int erpret asi
itu pendekat an yang digunakan adalah hist oris-filosofis (Arikunto,
1992: 25). Pendekat an historis berart i penelit ian yang digunakan
adalah penyelidikan krit is t erhadap keadaan-keadaan, perkembangan
sert a pengalaman di masa lampau dan menimbang secara cukup t elit i
dan hati-hati t erhadap bukt i validit as dari sumber sejarah sert a
int erpret asi dari sumber ket erangan t ersebut. Pendekat an ini
digunakan untuk menggambarkan kenyat aan-kenyat aan sejarah yang
berkait an dengan pemikiran kelompok pemikir Liberal, sehingga
dapat dipelajari fakt or historis int ernal-ekst ernal yang mempengaruhi
pemikirannya. Sedangkan pemikiran filosofis digunakan untuk
mengkaji dan menganalisis keseluruhan dat a yang diperoleh dari
pendekat an hist oris.
Sifat penelit ian yang digunakan untuk membahas polemik
jilbab ini yaitu deskript if-analitik. M et ode deskript if digunakan untuk
mengumpulkan dan memaparkan dat a-dat a yang berkait an dengan
t afsir ulama dan int erpret asi kelompok pemikir liberal. Sedangkan
met ode analisis digunakan dalam rangka uraian analisa dat a untuk
melemahkan at au menguat kan argumen mereka.
3. Sumber Penelitian
Bahan-bahan yang dijadikan sumber dat a adalah
macam yait u sumber primer dan sekunder (M uhajir, 1999: 15).
Sumber referensi primer adalah dat a yang diperoleh dari sumber asli
at au langsung. Termasuk sumber primer disini adalah t erkait
pemikiran kelompok pemikir liberal, sepert i buku Islam Liberal
(Varian-varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002) karya Dr.
Zuly Qodir, Women and Islam an Hist orical and Theological Enquiry
dan Women’s Rebellion and Islamic M emory karya Fat ima M ernissi;
buku Fat ima M ernissi dan Riffat Hassan, Set ara di Hadapan Allah:
Relasi Laki-Laki dan Perempuan dalam Tradisi Islam Pat riarkhi, yang
dit erbit kan oleh LSPA Yayasan Prakarsa-Yogyakart a; buku DR. IR.
M uhammad Shahrur, “M et odologi Fiqih Islam Kont emporer” , t erbit an
eLSAQ Press, Yogyakart a t ahun 2004; buku Husein M uhammad yang
berjudul Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kiai Pesant ren,
Fiqh Perempuan: Refleksi Kiyai at as Wacana Agama dan Gender,
yang dit erbit kan oleh LKiS Jogjakart a pada t ahun 2008, dan buku
karya Abdul M ust aqim, Paradigma Tafsir Feminis, M embaca
al-Qur’an dengan Optik Perempuan, St udi Pemikiran Riffat Hasan
t ent ang Isu Gender dalam Islam.
Selain buku-buku, referensi primer juga penulis dapat kan
melalui tulisan-t ulisan berupa art ikel-art ikel di jejaring sosial sepert i
t ulisan Siti M usdah M ulia berjudul “ M emaknai Jilbab: M emahami
akses pada Rabu, 16 M aret 2011; art ikel berjudul “ M enyoal Agama di
Balik Jilbab,” dalam ht tp:/ / musdahmulia.blogspot .com. t ert anggal 4
Juli 2010, yang peneliti akses pada 1 M aret 2011; art ikel berjudul
“ Saya Keberat an Kalau Jilbab Dipaksakan,” yang juga ditulis langsung
oleh Sit i M usdah M ulia dalam situs ht tp:/ / islamlib.com. Kemudian
t ulisan Nong Darol M ahmada yang merupakan resensi dari judul
buku yang sama yait u “ Kritik at as Jilbab” karya Sa
ʻ
id al-Asymâwi pada4 Juni 2003 dalam situs www.islamlib.com., dan tulisan Abd. M oqsith
Ghazali, bert ajuk “ Syahrur” dalam situs sama.
Sumber referensi sekunder adalah sumber yang sudah
t ersedia sehingga kit a t inggal mencari at au mengumpulkan. Sumber
sekunder yang penelit i gunakan ant ara lain kit ab-kit ab t afsir ulama
otorit atif, sepert i: kit ab Tafsîr Ibnu
ʻ
Abbâs, Tafsîr Al-Qur’an al-‘Aẓ
îm,karya ’Ibnu Ka
ṡ
îr, Tafsîr al-M arâgî karya Imam al-M arâgî, Tafsîrasy-Sya
ʻ
râw î karya Imam asy-Syaʻ
râwî, M arâḥ
Labîd Tafsîr al-Naw âwî,Tafsîr al-Ba
ḥ
ru al-M uḥ
îṭ
, Tafsîr Âyât al-Aḥ
kâm min al-Qur’an, karyaM uhammad ‘Alî a
ṣ
-Ș
âbûnî, Aisâr Tafâsîr li Kalâmi ‘Aliyyîal-Kabîr karya asy-Syaikh al-Jazâirî, Tafsîr al-Kasyâf karya Imam
az-Zamakhsyârî, Tafsîr al-Jalâlain karya Imam Jalaluddin al-Suyu
ṭ
î,Ṣ
aḥ
îḥ
al-Bukhârî,
Ṣ
aḥ
îḥ
al-M uslîm, Syaraḥ
Ḥ
adîṡ
Arbaʻ
în karya ImamNawawi, buku Asbabun Nuzul: Lat ar Belakang Historis Turunnya Ayat
dkk., sert a kit ab-kit ab t afsir, hadis, dan kaidah-kaidah fiq
ḥ
iyah lainyang relevan.
Termasuk dat a sekunder adalah art ikel-art ikel khusus t ent ang
gerakan feminisme yang dit ulis oleh pakar-pakar pemikiran Islam,
sepert i DR. Adian Husaini dengan art ikelnya yang berjudul
“ Keset araan Gender: Konsep dan Dampaknya t erhadap Islam” ,
kemudian art ikel “ M enelusuri Paham Keset araan Gender dalam St udi
Islam: Tantangan t erhadap Konsep Wahyu dan Ilmu dalam Islam
Indonesia” oleh Henri Shalahuddin, M A., art ikel “ St udi Krit is
Terhadap Tafsir Feminis: Studi Pemikiran Amina Wadud at as
Keset araan Gender dalam Al-Qur’an” oleh Kart ika Pemilia Lest ari dan
Rica Noviyanti, sert a berbagai art ikel-art ikel t erkait krit ik jilbab at au
wacana liberal lain.
4. M etode Analisis
Analisis dat a adalah proses m engat ur urut an dat a,
mengorganisasikan ke dalam suatu rumusan kat egori dan uraian
dasar, sehingga dapat dit emukan t ema dan dapat dirumuskan
hipot esis kerja yang disarankan untuk menganalisis dat a (M oleong,
1995: 112). Untuk t esis ini, peneliti menggunakan analisa berpikir
dedukt if, yait u suatu met ode penarikan kesimpulan yang dimulai dari
(Hadi, 1993:97). Pernyat aan khusus dimaksud adalah perint ah jilbab
kepada ist ri Nabi, put ri Nabi, dan wanit a Arab masa Rasulullah saw.
Sedangkan pernyat aan umum mengacu pada kewajiban jilbab
kepada seluruh wanit a mukminat di berbagai penjuru dunia.
Set elah dilakukan analisa dengan met ode di at as, kemudian
dat a dianalisis lagi dengan menggunakan perspektif Islamic
worldview yakni melalui lima (5) t ahapan met ode. Pert ama, t a
ṣ
w îr,yait u melakukan deskripsi analit is berdasarkan met odologi ilmiah
dengan pandangan Islam. Pada t ahap ini peminjaman (borrow ing
process) m et ode-met ode yang di bangun oleh perkembangan ilmu
penget ahuan perlu dikaji secara krit is selekt if dengan menjadikan
Islam sebagai basic of know ledge and science.
Kedua, t a’
ṣ
il, yaitu mengembalikan dan mendasarkan segalamasalah pada sumber ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah
dengan pemahaman yang benar sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah Saw dan generasi al-sâbiqûn al-awwalûn (orang-orang
yang pert ama kali masuk Islam), sehingga Islam dalam kont eks ini
merupakan basic of know ledge and science. Ket iga, t arsyîd, yait u
mempert aut kan ant ara al-a
ṣ
lah (orisinalit as) dengan al-mu’aṣ
arah(realit as kekinian) dengan komit men t erhadap nilai-nilai dan
dasarnya, sehingga realit as dapat diarahkan menuju idealisme Islam,
bukan kont ekst ualisasi yang mengarah kepada deislamisasi at au
sekularisasi dan liberalisasi.
Keempat , t a
ṭ
wîr, yaitu melakukan pengembangan at asperkembangan pemikiran dan peradaban Islam dan t emuan-t emuan
kajian at au penelitian sebagai peradaban alt ernatif (al-badîl al-
ṡ
aqâfî,
ﻰـﻓﺎﻘـﺜﻟا ﻞـﻳﺪـﺒﻟا
) yang selalu solutif t erhadap problemat ika kehidupandan memberikan arah pada perkembangan jaman dengan bingkai
paradigma Islam. M et ode kelima adalah t an
ẓ
ir, yaitu krit ik t erhadapt eori-t eori penget ahuan yang ada dengan pandangan Islam,
reformulasi at as t eori yang ada, at au membangun teori baru dalam
pemikiran dan peradaban Islam dengan pandangan dunia Islam at au
Islamic w orldview. (Hidayat , 2009: 3-7)
G. Sistematika Penulisan
Tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab pertama m erupakan
bab pendahuluan yang berisi t ent ang Lat ar Belakang M asalah; Rumusan
M asalah; Tujuan dan M anfaat Penelitian; Tinjauan Pust aka; Kerangka
Bab kedua, berkait an dengan konsep jilbab perspekt if ulama dan
t ant angan t afsir kont emporer, meliputi t a
ʻrif surat
al-Aḥ
zâb ayat 59(meliput i asbâbun nuzûl dan kandungan makna harfiah ayat ), konsep
jilbab dalam perspekt if Islamic w orldview yang meliputi pengert ian
Islamic w orldview , jilbab dalam t erminologi Islam (t erma jilbab, dasar
hukum dan sabab nuzûl pemakaian jilbab, dan syarat -syarat jilbab), sert a
konsep t afsir al-Qur’an dan met odenya (meliputi karakt erist ik t afsir dan
mufassir, sert a met ode t afsir al-Qur’an).
Bab ketiga, dijelaskan t ent ang int erpret asi kelompok pemikir
liberal t erhadap ayat al-Qur’an dan pandangan mereka t ent ang t afsir
jilbab dalam Surat al-A
ḥ
zâb ayat 59, t erdiri dari kilas pandang Islamliberal, krit ik kelompok pemikir liberal at as penafsiran ulama t erhadap
surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 (meliput i krit ik jilbab sebagai t radisi bangsa Arab;t idak ada dalil yang menunjukkan kewajiban jilbab, bentuk, dan bat as
aurat yang jelas; sumber hukum jilbab dari hadis Â
ḥ
âd t idak sah dijadikanhujjah; penafsiran ulama harus dit afsir ulang (reint erpret asi), jilbab
merupakan bent uk pengekangan dan penindasan perempuan; jilbab
bukan t anda ket akwaan at au kemuliaan perem puan), sert a pandangan
kelompok pemikir liberal t ent ang t afsir al-Qur’an, meliputi t afsir itu
empiris-relat if, aplikasi paham relat ivisme dalam bat asan aurat , dan
Bab keempat, berisi t elaah krit is t erhadap int erpret asi kelompok
pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dankrit ik t ent ang aplikasi penerapan syariat jilbab di Indonesia, meliputi
analisis krit ik int erpret asi kelompok pemikir liberal t ent ang perint ah jilbab
dalam surat al-A
ḥ
zâb ayat 59 dengan sub kajian analisis sabab nuzûl,bat as-bat as aurat wanit a (dalil-dalil al-Qur’ân al-Karîm, dan dalil-dalil
al-Ḥ
adîṡ
), sert a analisis diskursus t erma jilbab dan kritik relevansi ayat .Pembahasan krit ik t erhadap aplikasi penerapan syariat jilbab di
Indonesia, meliputi argument asi hist orisit as jilbab, argument asi maqâ
ṣ
îdal-syarîah, dan argument asi penegakan hak asasi manusia.
Bab kelima, merupakan bab penut up yang t erdiri dari simpulan