• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ULANG GEROBAK SAMPAH YANG ERGONOMIS (Studi Kasus UPTD Kecamatan Delanggu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN ULANG GEROBAK SAMPAH YANG ERGONOMIS (Studi Kasus UPTD Kecamatan Delanggu)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERANCANGAN ULANG GEROBAK SAMPAH YANG

ERGONOMIS (Studi Kasus: UPTD Kecamatan Delanggu)

Skripsi

\

Oleh :

Ferdy Nugroho

I1306039

Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

(2)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah berdasarkan sifatnya ada sampah organik dan anorganik. Jenis-jenis sampah tersebut ada yang bisa diuraikan kembali dan ada juga yang tidak bisa terurai yang menjadi ancaman serius terhadap lingkungan. Sebagian sampah yang tidak dapat teruraikan masih bisa diolah atau didaur ulang karena memiliki nilai jual misalnya saja plastik, kertas dan pakaian. Tempat pembuangan akhir sampah sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk. Penyumbang sampah terbesar adalah dari sampah perumahan misalnya sisa-sisa bahan dan bungkus makanan. Dengan adanya sampah-sampah ini tentunya kita membutuhkan orang-orang yang mau membersihkan supaya lingkungan kita menjadi nyaman.

Salah satu lembaga lembaga pemerintah yang mengurusi tentang sampah adalah Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD). Dengan adanya UPTD ini diharapkan bisa membuat lingkungan menjadi bersih, tetapi sebenarnya masyarakat juga dapat membantu UPTD dengan kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya. UPTD ini mempunyai 16 pekerja, yang mengurusi tentang sampah ada 4 pekerja dan memiliki 4 gerobak sampah.

(3)

commit to user

ditempuh operator gerobak sampah sekitar satu kilometer dalam aktivitas ini membutuhkan waktu 2 jam. Jam kerja operator sampah adalah dua kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00 dan 16.00.

Dengan desain gerobak sampah yang tidak ergonomis terutama di bagian pegangan gerobak sampah menyebabkan operator gerobak sampah tidak nyaman dalam bekerja. Pada saat operator menjalankan gerobak sampah posisi operator membungkuk, karena pegangan gerobak tidak disesuaikan dengan posisi kerja operator. Dalam posisi kerja yang tidak nyaman tersebut operator merasa sakit di segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan, telapak tangan dan kaki. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dirancang ulang gerobak sampah dengan menggunakan pendekatan anthropometri pada dimensi tubuh pengguna. 

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang ulang gerobak sampah yang ergonomis untuk membantu kenyamanan operator gerobak sampah dalam bekerja.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu menghasilkan rancangan gerobak sampah yang ergonomis untuk membantu kenyamanan operator gerobak sampah dalam bekerja.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Memudahkan operator gerobak sampah dalam melakukan aktivitas pengangkutan sampah menggunakan gerobak sampah hasil rancangan.

1.5 BATASAN MASALAH

(4)

commit to user

ini data anthropometri yang digunakan adalah dimensi tubuh karyawan UPTD di Kecamatan Delanggu yang berjumlah 4 orang.

1.6ASUMSI – ASUMSI

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitas volume gerobak sampah 1.5 m³ dengan berat sampah 150 kg.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab, seperti dijelaskan pada halaman selanjutnya.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II : STUDI PUSTAKA

Berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan, selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian dari awal sampai penelitian selesai.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

(5)

commit to user

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data; interpretasi hasil merupakan ringkasan singkat dari hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan.

(6)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam

penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta

menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 Gambaran Umum UPTD Cabang Kecamatan Delanggu

UPTD cabang kecamatan delanggu merupakan badan milik pemerintah

dalam bidang pekerjaan umum yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

bagi masyarakat. Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut berupa peningkatan

kebersihan perkotaan dan infrastruktur jalan. Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis

Kelayakan Transportasi dan Kebersihan Jalan Dalam Penyelenggaraan Pelayanan

Publik. UPTD cabang kecamatan delanggu beralamatkan di Gatak Delanggu

Klaten.

2.1.1 Visi dan Misi

Adapun visi dan misi UPTD ini adalah :

a. Visi

Terwujudnya sarana dan prasarana kota dan lingkungan permukiman yang

berkualitas untuk pertumbuhan dan perkembangan kota yang berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan.

b. Misi

• Meningkatkan kualitas perencanan teknis di bidang permukiman dan prasarana wilayah kualitas perencanaan dan pengawasan teknis dalam

penyediaan infrastruktur perkotaaan, sarana/prasarana permukiman,

gedung daerah dan fasilitas umum.

• Meningkatkan kualitas pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan kebersihan infrastruktur perkotaaan, sarana/prasarana permukiman,

(7)

commit to user

2.1.2 Tugas Pokok

a. Membersihkan infrastruktur pemerintahan dan lingkungan masyarakat.

b. Pengaspalan jalan.

c. Pembangunan fasilitas umum.

2.1.3 Data UPTD

a. Pegawai 16 orang, yang mengurusi tentang sampah 4 orang.

b. Luas tanah + 100 meter persegi.

c. Sarana : ruang kantor, masjid, toilet, garasi gerobak sampah dan gudang.

d. Sumber dana dari Pemerintah Kota Klaten dan donator masyarakat.

2.2 Sampah

2.2.1 Sampah Padat

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine

dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah

kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini

dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik

Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan

organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari

peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu

pembersihan kebun dan sebagainya. Sampah anorganik merupakan sampah yang

tidak bias terurai misalnya plastik, karet, mika dan sebagainya.

2.2.2 Sampah Cair

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak

diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Terdiri dari

limbah hitam dan limbah rumah tangga. Limbah hitam sampah cair yang

dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya Limbah

rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat

(8)

commit to user

2.3 Pengertian Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan

nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara

anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk

memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan

manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan

bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979).

Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa secara umum tujuan dari penerapan

ergonomi adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan

mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat

perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja

ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai

manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang

benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya

meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan

kepuasann dapat terpelihara. Berat beban maksimal seseorang mengangkat

(9)

commit to user

Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat

bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :

a. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang

dibutuhkan.

b. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha

menuju tujuan bersama.

Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu

menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak

dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia

sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara

efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan

2.4 Anthropometridalam Ergonomi

Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan

jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang

bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak

dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai

ukuran anthropometri tubuh manusia maupun penerapan data-data antrhropometri

manusia.

2.4.1 Pengertian Anthropometri

Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan

metri yang berarti “ukuran”. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus

mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan

perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya

(Panero dan Zelnik, 1979). Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua

kategori, antara lain (Pullat, 1992):

a. Dimensi struktural (statis)

Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi

(10)

commit to user

badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi

atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

b. Dimensi fungsional (dinamis)

Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai

posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi

fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan

gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu.

Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain

(Wignjosoebroto, 1995):

a. Perancangan areal kerja

b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya

c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,

dan lain-lain

d. Perancangan lingkungan kerja fisik

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah

dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):

a. Keacakan/random

Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas

sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih

akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.

b. Jenis kelamin

Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk

kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi

segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis

kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.

c. Suku bangsa

Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang

tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu

negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya

(11)

commit to user

jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.

d. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu:

• Balita • Anak-anak • Remaja • Dewasa • Lanjut usia

Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk

anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai

batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia

mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya

elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

e. Jenis pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam

seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai

postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran

pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

f. Pakaian

Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh

bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya

terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin

manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif

lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas

pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus

mempunyai pakaian khusus.

g. Faktor kehamilan pada wanita

Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau

dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan

analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

(12)

commit to user

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu

dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi

untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta

merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam

pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan

jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus

untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan

lain-lain.

2.4.2 Dimensi Anthropometri

Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran

produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang

akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil

dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.4 di

bawah ini.

Gambar 2.1 Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Keterangan gambar 2.1 di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

(13)

commit to user

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan

dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

(14)

commit to user

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi anthropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan

pada tabel 2.1.

2.4.3 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Anthropometri

Penerapan data anthropometri, distribusi yang umum digunakan adalah

distribusi normal (Nurmianto, 1996). Dalam statistik, distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile

sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia

secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi

perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada.

Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada

berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga

data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik,

sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di

ujung-ujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus

merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan

data anthropometri disajikan dalam bentuk percentile.

Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi

yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu

data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari

populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi

yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu

pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi

badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan

(15)

commit to user

Anthropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional Aeronotika dan penerbangan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA)

merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya

saja. Untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot,

presentil pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih

besar daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya,

dan dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat

badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar. Dapat juga dikatakan

bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai lebih besar daripada 2% pilot

yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilot-pilot terberat. Jadi, berapapun

besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k tersebut merupakan nilai yang

lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang dari yang terbesar (100k)%.

Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang

membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan

terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut.

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran

dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu

data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50

mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering

digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan

asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok.

Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.

Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil.

Pertama, suatu persentil anthropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk

satu data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data

tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang

sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini

hanya merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena

seseorang dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki

persentil ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang

(16)

commit to user

Gambar 2.2 Ilustrasi Persentil

Sumber: Panero dan Zelnik, 2003

Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri dijelaskan pada gambar 2.6 dan dalam tabel 2.2 di

bawah ini.

Gambar 2.3 Distribusi normal dengan data anthropometri Sumber : Nurmianto, 1996

Tabel 2.1 Jenis percentile dan cara perhitungan distribusi normal

Persentil Perhitungan

1-St

2.5-th

5-th

10-th

50-th

x - 2.325 σ x

(17)

commit to user

x 90-th

95-th

97.5-th

99-th

x + 1.28 σ x

x + 1.645 σ x

x + 1.96 σ x

x + 2.325 σ x Sumber : Nurmianto, 1996

2.4.4 Aplikasi Data Anthropometri dalam Perancangan Produk

Penggunaan data anthropometri dalam penentuan ukuran produk harus

mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk yang dirancang bisa

sesuai dengan ukuran tubuh pengguna (Wignjosoebroto, 2003) yaitu :

a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim

Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk yaitu :

• Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.

• Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada)

Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan

yaitu

• Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile terbesar misalnya 90-th, 95-th, atau 99-th percentile.

• Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan

percentile terkecil misalnya 1-th, 5-th, atau 10-th percentile

b. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang

ukuran tertentu (adjustable).

Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup

fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai

macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini

maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang

nilai 5-th, 50-th, dan 95-th.

(18)

commit to user

Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh manusia atau

dalam rentang 50-th percentile.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam

proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang

bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana

yang nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data

structural body dimension ataukah functional body dimension,

c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk

tersebut,

d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran

yang fleksibel atau ukuran rata-rata,

e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai

persentil yang lain yang dikehendaki,

f. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan

nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan

data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian

yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.

2.4.5 Identifikasi kebutuhan

Tahap ini merupakan jembatan penghubung antara pengguna sebagai

target pasar dengan perusahaan pengembangan produk. Proses identifikasi

kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dalam proses

pengembangan produkl dan merupakan tahapan yang mempunyai hubungan

(19)

commit to user

pesaing dan menetapkan spesifikasi produk (Ulrich, 2001). Identifikasi kebutuhan

pelanggan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data awal

Pengumpulan data awal berhubungan dengan konsumen dan pengalaman

penggunaan dari produk yang dikembangkan ini. Terdapat dua metode dalam

pengumpulan data mentah yang banyak digunakan adalah wawancara, dan

observasi produk saat digunakan (Ulrich, 2001).

Metode yang paling dianjurkan adalah wawancara, karena wawancara

relatif lebih berbiaya rendah dan dengan wawancara tim pengembang produk

dapat merasakan lingkungan penggunaan produk tersebut (Ulrich, 2001).

Pada metode wawancara ini telah terdapat suatu pedoman mengenai

jumlah wawancara yang harus dilakukan, 10 wawancara dirasa kurang sedangkan

50 buah wawancara akan menjadi terlalu banyak. Wawancara dapat diadakan

secara berurutan, dan dihentikan bila tidak ada lagi kebutuhan konsumen yang

baru yang terungkap oleh wawancara tambahan (Ulrich, 2001).

Pertanyaan-pertanyaan yang biasa digunakan dalam wawancara ini adalah

meliputi kapan dan mengapa menggunakan produk ini, beri contoh penggunaan

produk, apa yang anda sukai dari produk yang ada saat ini, hal apa saja yang

dipertimbangkan saat membeli produk, dan perbaikan apa yang diharapkan

terhadap produk (Ulrich, 2001).

b. Intepretasi data mentah menjadi kebutuhan konsumen

Kebutuhan konsumen diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan

merupakan hasil intepretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh

dari konsumen. Berikut ini pedoman dalam mengintepretasikan data awal yaitu

ekspresikan kebutuhan sebagai ”apa yang harus dilakukan ?” atau ” bagaimana

melakukannya ?”, ekspresikan kebutuhan sama spesifiknya seperti data mentah,

gunakan pernyataan positif bukan negatif, ekspresikan kebutuhan sebagai atribut

dari produk, dan hindari kata ”harus” atau ”sebaiknya” (Ulrich, 2001).

c. Pengorganisasian kebutuhan menjadi hierarki

Hasil dari pengorganisasian ini menghasilkan daftar yang berisi satu set

kebutuhan-kebutuhan primer yang masing-masing tergolong lebih lanjut

(20)

commit to user

d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan

Terdapat dua pendekatan dasar dari tahapan ini yaitu pengadaan pada

konsensus dari anggota tim berdasarkan pada pengalaman mereka saat bersama

konsumen dan pengadaan pada hasil penilaian tingkat kepentingan dengan survey

lebih lanjut pada konsumen (Ulrich, 2001).

2.4.6 Penetapan Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan

oleh sebuah perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan istilah “kebutuhan

produk” atau “ karakteristik engineering” untuk hal ini. Target spesifikasi dibuat

setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi tetapi sebelum konsep dikembangkan.

Hasil dari spesifikasi produk adalah matrik kebutuhan. Matrik tersebut

menjelaskan tentang keinginan konsumen dan karakteristik engineering yang ada

untuk memenuhi keinginan tersebut (Ulrich, 2001).

2.5 Nordic Body Map (NBM)

Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk

mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai

sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada

Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena

mengandung subjektivitas yang tinggi.

Gambar 2.4 Nordic Body Map

(21)

commit to user

2.6Mekanika Konstruksi

2.6.1 Statika

Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban

terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga

dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau

beban (Popov, 1991).

Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis

perletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban

yang ditahan oleh perletakan masing-masing adalah:

a. Tumpuan rol

Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus

bidang peletakannya.

Gambar 2.5 Tumpuan rol Sumber : Popov, 1991

b. Tumpuan sendi

Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya

selalu menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki

satu gaya.

Gambar 2.6 Tumpuan sendi Sumber : Popov, 1991 c. Tumpuan jepitan

Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen

sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya.

Dari kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam

(22)

commit to user

Gambar 2.7 Tumpuan sendi Sumber : Popov, 1991

2.6.2 Gaya

Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja

padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan

pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga

keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila

resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan

kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0 (Popov, 1991).

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam

menjadi bergerak atau sebaliknya (Popov, 1991). Dalam ilmu statika berlaku

hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi :

a. Gaya Luar

Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar

sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi (Popov,

1991). Sedangkan beban adalah beratnya beban atau barang yang

didukung oleh suatu konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan

menjadi beberapa macam yaitu :

• Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti

dining, penutup lantai dll.

• Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan,

ataupun beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil

(kendaraan), kereta dll.

• Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur. Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban

segitiga.

• Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik. • Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau

(23)

commit to user

b. Gaya dalam

Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan

perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya

perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka

besarnya gaya akan bergantung pada struktur gaya luar (Popov, 1991).

c. Gaya geser (Shearing Force Diagram)

Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang

arah garis kerjanya tegak lurus (⊥) pada sumbu batang yang ditinjau

seperti tampak pada Gambar 2.11.

Gambar 2.8 Sketsa prinsip statika kesetimbangan Sumber : Popov, 1991

Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+)

bergantung dari arah gaya.

Gambar 2.9 Sketsa shearing force diagram

Sumber : Popov, 1991

d. Gaya normal (Normal force)

Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban

yang arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau (Popov,

1991).

Gambar 2.10 Sketsa normal force

(24)

commit to user

Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada

gambar diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan,

sedang bertanda (+) batang tertarik.

e. Momen

Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang

terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut (Popov,

1991).

Gambar 2.11 Sketsa moment bending (+) Sumber : Popov, 1991

Gambar 2.12 Landasan Sketsa moment bending (-) Sumber : Popov, 1991

Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang

senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:

• Ditinjau dari arah kanan

Gambar 2.13 Landasan arah kanan Sumber : Popov, 1991

• Ditinjau dari arah kiri

Bila searah jarum jam (+)

Bila berlawanan jarum jam (-)

(25)

commit to user

Gambar 2.14 Landasan arah kiri Sumber : Popov, 1991

2.6.3 Perhitungan Rangka

Profil adalah batang yang digunakan pada konstruksi, ada beberapa jenis

profil yang digunakan pada pembuatan konstruksi mesin yaitu profil L, profil I,

Profil U, dan lain-lain (Popov, 1991). Perhitungan kekuatan rangka yang

digunakan yaitu profil U.

a. Profil U

Kekuatan profil yang digunakan pada konstruksi dapat dihitung

menggunakan persamaan 2.1 di bawah ini.

• Berat tumpuan maksimum

A Yx9,81m/s

Fls= ... .persamaan 2.1

dengan;

Fls = Berat Tumpuan (m/s2)

Y = Berat (kg)

A = Tumpuan

2.7 Penelitian Sebelumnya

Perancangan ulang gerobak angkut dengan pendekatan anthropometri oleh

Febriyanto Anno Putro (2009). Penelitian ini membahas mengenai perancangan

gerobak angkut yang ditinjau dari segi anthropometri. Data anthropometri

didapatkan dari pengukuran langsung pengguna gerobak di Pasar Klewer. Data

antropometri yang diukur adalah tinggi mata berdiri, tinggi siku berdiri, panjang

lengan bawah, lebar tangan, diameter genggaman tangan. Data anthropometri

tersebut diolah dengan uji kecukupan dan uji keseragaman kemudian

mengaplikasikan pada mannequin pro. Hasil penelitian didapatkan untuk merancang gerobak angkut yang proses pengangkatan kotak pakaian pada gerobak

(26)

commit to user

rancangan yang baru, sehingga tidak memerlukan pengikatan kotak pakaian

(27)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada gambar. 3.1 sebagai berikut.

(28)

commit to user

Diagram alir penelitian yang digambarkan di atas, setiap tahapannya akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam sub bagian berikut ini.

3.1Tahap Identifikasi Masalah

Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada sub bab berikut ini.

3.1.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti serta mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal ilmiah, dan tugas akhir mahasiswa teknik industri yang terkait dengan tema penelitian.

3.1.2 Studi Lapangan

Studi Lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari keadaan pekerja saat melakukan aktivitas khususnya aktivitas menarik gerobak sampah di tempat penelitian dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, dan wawancara kepada para pekerja dengan tujuan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

3.1.3 Perumusan Masalah

(29)

commit to user

3.1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah menghasilkan alat rancangan grobak angkut yang digunakan agar ergonomis dan sesuai dengan dimensi tubuh pengguna.

3.1.5 Manfaat Penelitian

Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang berupa rancangan gerobak sampah ini adalah mendapatkan hasil rancangan gerobak sampah yang ergonomis dan nyaman digunakan bagi pengguna.

3.2Tahap Pengumpulan Data

Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai perancangan gerobak sampah yang baru, sebagai berikut:

3.2.1 Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dengan cara pengambilan gambar berupa kondisi awal pekerja saat menggunakan gerobak yang ada sebelumnya yang berada di tempat pembuangan sampah.

3.2.2 Wawancara

(30)

commit to user

3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map

Kuisioner yang diberikan kepada operator gerobak sampah di UPTD Delanggu, dalam mengidentifikasi keluhan pekerja pada bagian otot dan rasa nyeri melalui kuisioner nordic body map. Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic bodymap yang diberikan kepada empat operator gerobak sampah. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja.

3.2.4 Identifikasi Gerobak Sampah

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi garobak sebelumnya yang digunakan untuk bekerja. Selain itu identifikasi dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan gerobak sampah yang digunakan sebelumnya serta perlunya proses perancangan gerobak sampah yang baru.

3.3Penyusunan Konsep Perancangan

Penyusunan konsep perancangan gerobak sampah dilakukan dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan tersebut perlu dilakukan konsep perancangan gerobak sampah yang baru, dengan tujuan untuk menghasilkan gerobak sampah yang baru yang dapat mengurangi tingkat kelelahan. Konsep perancangan dalam hal ini dijelaskan pada sub bab sebagai berikut:

3.3.1Kebutuhan Berdasarkan Keluhan Dan Keinginan

(31)

commit to user

3.3.2Penentuan Ide Perancangan (Idea)

Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas, maka dapat dikembangkan suatu solusi pemecahan masalah. Penentuan solusi perancangan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan yang berasal dari penelitian. Pada penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh yaitu dengan merancang sebuah gerobak sampah yang baru. Perancangan gerobak sampah yang baru tersebut bertujuan untuk mengurangi atau meminimalkan keluhan.

3.3.3Pengembangan Ide Perancangan (Development)

Tahap ini merupakan penjelasan tentang perancangan gerobak sampah yang baru yang berisi tentang penentuan dimensi gerobak sampah, spesifikasi komponen, bill of material serta memodelkan hasil rancangan ke dalam gambar yang kemudian diwujudkan dalam bentuk prototipe produk.

3.4Perhitungan Teknik

Perhitungan teknik dalam perancangan digunakan untuk mengetahui kekuatan hasil rancangan terhadap beban yang diterima. Perhitungan yang dilakukan pada tahap ini meliputi perhitungan gaya serta perhitungan lain yang terkait di dalamnya.

3.5Estimasi Biaya

Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perancangan gerobak sampah yang baru. Biaya yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material.

3.6Tahap Analisis

Tahap analisis dilakukan untuk menganalisis hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya.

3.7Tahap Kesimpulan dan Saran

(32)

commit to user

(33)

commit to user

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Permasalahan dalam penelitian akan lebih mudah untuk diselesaikan

bilamana ada data yang berkaitan langsung dengan permasalahan. Penyelesaian

dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data

sebagai dasar analisis terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi.

4.1Pengumpulan Data

Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Agustus 2010

yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Metode

untuk mendapatkan data awal dilakukan identifikasi masalah yang dialami

operator saat melakukan aktivitas dengan menggunakan gerobak sampah yang

sudah ada sebelumnya, pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara,

dan data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang gerobak sampah yang

baru.

4.1.1 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar ataupun gerakan pada

saat operator melakukan aktivitas jalan dengan menggunakan gerobak sampah

yang sudah ada sebelumnya. Pola aktivitas jalan yang dilakukan oleh operator saat

[image:33.612.132.510.223.464.2]

menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya dapat dilihat pada

[image:33.612.133.503.552.697.2]

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Aktivitas proses penarikan gerobak sampah yang dilakukan oleh operator saat menggunakan gerobak yang sudah ada sebelumnya

No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko

1

Aktivitas operator saat mengambil dan memegang gerobak

Sikap kerja: segmen tubuh bagian kaki menekuk, lengan ke bawah, telapak tangan menggenggam dan punggung membungkuk

(34)

commit to user

Tabel 4.1 Aktivitas proses penarikan gerobak sampah yang dilakukan oleh operator saat menggunakan gerobak yang sudah ada sebelumnya (lanjutan)

No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko

2 Aktivitas operator saat mengambil gerobak posisi berdiri

Sikap kerja: segmen tubuh bagian punggung membungkuk , telapak tangan menggenggam dan lengan merenggang

Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian punggung, pergelangan tangan dan lengan 3 Aktivitas operator saat menjalankan gerobak sampah

Sikap kerja: segmen tubuh bagian kepala merunduk, punggung membungkuk, lengan menahan beban dan kaki menekuk berjalan maju

Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian kepala, leher, punggung, pinggang lengan dan kaki 4 Aktivitas penuangan sampah ke dalam bak gerobak sampah

Sikap kerja : lengan menahan beban dan tangan ke atas

Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian lengan

Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa terdapat

empat aktivitas yang dilakukan oleh operator antara lain aktivitas saat mengambil

dan memegang gerobak sampah, aktivitas saat mengambil posisi jongkok

kemudian melakukan proses aktivitas jalan dan saat menuangkan sampah ke

dalam bak gerobak sampah. Aktivitas jalan yang dilakukan oleh operator dengan

menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya dapat menyebabkan

ketidaknyamanan dalam bekerja.

4.1.2Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari

operator gerobak sampah mengenai kesulitan dan keluhan yang dialami oleh

[image:34.612.131.507.103.471.2]
(35)

commit to user

wawancara dengan operator saat melakukan aktivitas diketahui bahwa operator

pada umumnya mengeluhkan adanya rasa sakit di segmen tubuh bagian kaki,

lengan, tangan dan punggung. Berdasarkan dari hasil wawancara juga dapat

diketahui keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami oleh operator

pada saat menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya.

4.1.3Identifikasi Gerobak Sampah Yang Saat Ini Digunakan

Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi gerobak sampah yang

sudah ada dan yang saat ini digunakan. Selain itu identifikasi dapat dijadikan

sebagai informasi awal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan gerobak sampah

yang sudah ada sebelumnya serta perlunya proses perancangan gerobak sampah

yang baru. Adapun kondisi gerobak sampah yang saat ini digunakan dapat dilihat

pada gambar 4.1 berikut.

Gambar 4.1 Gerobak Sampah yang saat ini digunakan

Berdasarkan kondisi tersebut, kelemahan gerobak sampah sebelumnya yang

saat ini digunakan yaitu hanya berfungsi sebagai alat pengankut sampah saja dan

belum dapat mengurangi keluhan maupun cidera yang dialami oleh operatornya.

Adapun ukuran gerobak sampah sebelumnya adalah tinggi gerobak sampah 142

cm, tinggi pegangan 55 cm, lebar pegangan 100 cm dan diameter lingkar

genggam 7.5 cm. Kelemahan tersebut jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan

resiko cidera lebih parah khususnya yang dialami operator gerobak sampah, untuk

itu perlu adanya perancangan gerobak sampah yang baru yang berfungsi untuk

(36)

commit to user

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan berdasarkan pengumpulan data yang sebelumnya

telah dilakukan. Adapun proses pengolahan data sebagai berikut.

4.2.1Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map

Persentase keluhan yang dialami oleh empat operator gerobak sampah dapat

dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik persentase keluhan tubuh operator gerobak sampah

Berdasarkan Gambar 4.2 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota

tubuh pekerja dapat diketahui bahwa empat pekerja mengalami keluhan yang

berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan terbesar

terjadi pada segmen tubuh bagian lengan atas bagian kiri, lengan atas bagian

kanan, punggung, pinggang kebelakang, lengan bawah bagian kiri, lengan bawah

bagian kanan, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan, telapak tangan

bagian kiri dan telapak tangan bagian kanan sebesar 100 %, segmen tubuh bagian

leher bagian bawah, lutut kiri dan lutut kanan sebesar 75 %, segmen tubuh bagian

betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan sebesar

50 %.

Dari hasil kuesioner nordic body map, untuk sikap kerja secara manual, dan

sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja

yang dapat menimbulkan kelelahan dan ketidaknyaman dalam bekerja.

25% 75% 25% 100% 0% 100% 0% 75% 50% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Le h e r B a g ia n A ta s Le h e r B a g ia n … Ba h u K ir i Ba h u K a n a n L e n g an A tas … L e n g an A tas … P u n ggu n g P in gga n g … P in ggu l … Pa n ta t Si k u K ir i S iku K a n a n Le n g a n B a w a h … Le n g a n B a w a h … Pe rg e la n g a n … Pe rg e la n g a n … Te la p a k Ta n g a n … Te la p a k Ta n g a n … Pa h a K ir i Pa h a Ka n a n L u tu t K ir i L u tu t K a n a n Bet is K ir i Bet is K a n a n Pe rg e la n g a n … Pe rg e la n g a n … T e la pa k K a ki K ir i T e la p a k K a ki … Pr o se n ta se

[image:36.612.141.504.209.463.2]

Bagian tubuh

(37)

commit to user

4.2.2Kebutuhan Berdasarkan Keluhan dan Keinginan

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada operator gerobak

sampah, maka diperoleh informasi tentang keluhan dan keinginan operator saat

melakukan proses aktivitas jalan dengan menggunakan gerobak sampah

sebelumnya dan yang saat ini digunakan. Setelah diperoleh data keluhan dan

keinginan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengelompokan data

berdasarkan keluhan dan keinginan kedalam sebuah tabel. Pengelompokan data

tersebut nantinya dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam

perancangan gerobak sampah yang baru. Adapun keluhan dan keinginan operator

dalam penggunaan gerobak sampah sebelumnya dan yang ada saat ini dapat

[image:37.612.140.504.212.585.2]

dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Keluhan Operator Gerobak Sampah

No Keluhan Jumlah

1

Pada saat mengambil pegangan gerobak sampah operator kurang nyaman, karena jarak antar pegangan gerobak terlalu lebar dan posisinya yang rendah mengakibatkan rasa sakit pada segmen tubuh bagian lengan, punggung, pinggang dan kaki.

2

2

Pada saat mengambil posisi berdiri, operator kurang nyaman terhadap genggaman gerobak sampah, karena diameter genggaman yang besar mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian telapak tangan.

3

3

Pada saat menuangkan tong ke dalam bak, operator kesulitan karena tinggi gerobak sampah terlalu tinggi mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian lengan.

3

4

Pada saat melakukan proses aktivitas jalan, operator kurang nyaman terhadap pegangan gerobak sampah yang terlalu rendah mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan dan kaki.

4

Tabel 4.2 menunjukkan hasil rekapitulasi data keluhan yang dialami

operator gerobak sampah ketika melakukan aktivitas jalan, dimana diperoleh hasil

tingkat keluhan terbesar pada segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan

dan kaki terjadi ketika proses aktivitas jalan berlangsung karena operator harus

menyesuikan dengan dimensi pegangan gerobak sampah yang terlalu rendah,

(38)

commit to user

dilakukan untuk mengetahui keinginan operator gerobak sampah tentang adanya

perancangan gerobak sampah yang baru. Hasil wawancara mengenai keinginan

untuk perancangan gerobak sampah yang baru dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut

[image:38.612.133.509.167.713.2]

ini.

Tabel 4.3 Rekapitulasi Keinginan Operator Gerobak Sampah

No Keluhan Responden Keinginan Operator

1

Pada saat mengambil pegangan

gerobak sampah operator kurang

nyaman, karena jarak antar pegangan

gerobak terlalu lebar dan posisinya

yang rendah mengakibatkan rasa

sakit pada segmen tubuh bagian

lengan, punggung, pinggang dan

kaki.

Operator menginginkan adanya

jarak pegangan gerobak sampah

yang sesuai dengan tubuh

operator dan nyaman digunakan

pada saat mengambil gerobak.

2

Pada saat mengambil posisi berdiri,

operator kurang nyaman terhadap

genggaman gerobak sampah, karena

diameter genggaman yang besar

mengakibatkan sakit pada segmen

tubuh bagian telapak tangan.

Operator menginginkan adanya

genggaman gerobak sampah yang

sesuai dengan diameter lingkar

genggam operator supaya dapat

memposisikan kedua tangannya

dengan nyaman.

3

Pada saat menuangkan tong ke dalam

bak, operator kesulitan karena tinggi

gerobak sampah terlalu tinggi

mengakibatkan sakit pada segmen

tubuh bagian lengan.

Operator menginginkan tinggi bak

gerobak sampah yang sesuai

dengan postur tubuh operator

supaya nyaman dalam

menuangkan sampah.

4

Pada saat melakukan proses aktivitas

jalan, operator kurang nyaman

terhadap pegangan gerobak sampah

yang terlalu rendah mengakibatkan

sakit pada segmen tubuh bagian

punggung, pinggang, lengan dan

kaki.

Operator menginginkan pegangan

gerobak sampah yang memiliki

tinggi sejajar dengan siku berdiri,

sehingga pada saat menjalankan

(39)

commit to user

4.2.3 Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk bertujuan untuk memunculkan “karakteristik

engineering” untuk menyusun desain gerobak sampah yang baru. “Karakteristik

engineering” melalui penterjemahan data hasil keinginan operator gerobak

sampah ke bahasa pabrikasi. “Karakteristik engineering” ini digunakan sebagai

dasar pertimbangan dalam menentukan konsep desain gerobak sampah yang baru.

Hasil pengumpulan data hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 4.4.

Beberapa keinginan pengguna akan diterjemahkan menjadi “Karakteristik

[image:39.612.136.508.208.689.2]

engineering” dalam perancangan desain sebagai berikut :

Tabel 4.4 Spesifikasi produk konsep desain Gerobak Sampah

No Keinginan

responden Idea

Karakteristik engineering 1 Operator menginginkan adanya jarak pegangan

gerobak sampah yang

sesuai dengan tubuh

operator dan nyaman

digunakan pada saat

mengambil gerobak.

Merancang posisi

pegangan gerobak

sampah yang memiliki

lebar sesuai dengan

dimensi tubuh

operator.

Pegangan gerobak

sampah terbuat dari

pipa besi yang posisi

pegangan terletak

didepan operator yang

jaraknya sesuai dengan

dimensi tubuh operator.

2

Operator

menginginkan adanya

genggaman gerobak

sampah yang sesuai

dengan diameter

lingkar genggam

operator supaya dapat

memposisikan kedua

tangannya dengan

nyaman.

Merancang

genggaman gerobak

sampah yang sesuai

dengan diameter

lingkar genggam

operator.

Pada genggaman

tangan gerobak sampah

terbuat dari pipa besi

yang bentuknya bulat

berdiameter sesuai

dengan lingkar

(40)
[image:40.612.135.507.95.465.2]

commit to user

Tabel 4.4 Spesifikasi produk konsep desain Gerobak Sampah (lanjutan)

No Keinginan

responden Idea

Karakteristik

engineering

3

Operator

menginginkan tinggi

bak gerobak sampah

yang sesuai dengan

postur tubuh operator

supaya nyaman dalam

menuangkan sampah.

Merancang tinggi

gerobak sampah yang

sesuai dengan postur

tubuh operator.

Tinggi gerobak sampah

sesuai dengan tinggi

bahu operator. 4 Operator menginginkan pegangan gerobak sampah yang memiliki tinggi

sejajar dengan siku

berdiri, sehingga pada

saat menjalankan

gerobak posisi tubuh

bisa stabil.

Merancang tinggi

pegangan gerobak

sampah yang sesuai

dengan dimensi tubuh

operator.

Pada pegangan gerobak

sampah tersebut posisi

pipa dari belakang

menuju kedepan sesuai

dengan tinggi siku

operator.

Dari tabel 4.4 diperoleh solusi perancangan, namun berdasarkan prioritas

maka solusi perancangan difokuskan pada solusi kedua dan ketiga, dimana solusi

tersebut adalah merancang gerobak sampah yang posisi pegangannya sejajar

dengan siku berdiri operator sekaligus memiliki diameter yang tepat dengan

genggaman operator untuk menahan beban gerobak sepenuhnya dan

mempertahankan posisi tubuh operator supaya stabil saat melakukan proses

aktivitas jalan.

4.2.4 Penentuan Data Anthropometri

  Perancangan gerobak sampah yang baru harus disesuaikan dengan data

(41)

commit to user

pengukuran data anthropometri terhadap operator. Data anthropometri yang

digunakan dalam perancangan gerobak sampah yang baru meliputi:

a. Tinggi siku berdiri (tsb)

b. Diameter lingkar genggam (dlg)

c. Lebar bahu (lb)

d. Tinggi bahu berdiri (tbb)

Data yang terkumpul, kemudian ditentukan perhitungan persentilnya,

untuk mendapatkan batas ukuran yang diperlukan. Persentil yang digunakan pada

perancangan alat bantu yang baru yaitu persentil 5, 50 dan 95. Penentuan

persentil ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa persentil ini dapat

mengakomodasi data persentil ke 5, 50 atau 95, sehingga populasi dapat terlayani

(Zelnik dan Panero, 2003). Persentil ini dapat dihitung berdasarkan rumus seperti

pada Tabel 4.5. Dengan contoh persentil untuk tinggi siku berdiri sebagai berikut:

P5 = 103.25 – (1.645 x 2.98) = 98.33

P50 = 103.25

P95 = 103.25 + (1.645 x 2.98) = 108.16

Berdasarkan perhitungan data tinggi siku berdiri nilai persentil ke-5 sebesar

98.33cm, nilai persentil ke-50 sebesar 103.25cm, dan nilai persentil ke-95 sebesar

[image:41.612.132.509.211.469.2]

108.16cm. Rekapitulasi hasil perhitungan persentil ditunjukkan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil Data Anthropometri

No Data yang diukur Simbol Rata-rata stdev P5 P50 P95

1 Tinggi siku berdiri tsb 103.25 2.98 98.33 103.25 108.16

2 Diameter lingkar

genggam dlg 4.15 0.26 3.71 4.15 4.58

3 Lebar bahu lb 44.25 3.5 38.49 44.25 50.00

4 Tinggi Bahu Berdiri tbb 134.25 2.98 129.33 134.25 139.16

4.3 Perancangan Gerobak Sampah

  Perancangan gerobak sampah yang baru ditentukan berdasarkan data

anthropometri operator gerobak sampah dan perhitungan persentil yang telah

dilakukan. Pada tahap ini dilakukan penentuan ukuran gerobak sampah yang baru.

(42)

commit to user

1. Tinggi pegangan gerobak sampah

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan tinggi gerobak

sampah adalah tinggi siku berdiri (tsb) dengan persentil ke-95. Penggunaan

persentil 95 dimaksudkan agar tinggi pegangan gerobak sampah tersebut dapat

mengakomodasi operator yang memiliki tinggi siku yang lebih tinggi.

Perhitungan tinggi alat bantu yang baru, sebagai berikut:

Tinggi pegangan gerobak sampah = tsb (P95)

= 108.16 cm

dengan;

tsb = tinggi siku berdiri

P95 = persentil 95

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh tinggi pegangan

gerobak sampah hasil rancangan sebesar 108.16 cm ~ 108 cm.

2. Lebar pegangan gerobak sampah

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan

gerobak sampah adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-95. Penggunaan

persentil 95 dimaksudkan agar operator yang memiliki lebar bahu lebih besar

memiliki ruang yang cukup ketika memegang pegangan gerobak sampah.

Perhitungan lebar pegangan gerobak sampah, sebagai berikut:

lebar pegangan gerobak sampah = lb (P95)

= 50 cm

dengan;

lb = lebar bahu

P95 = persentil 95

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar pegangan

gerobak sampah hasil rancangan sebesar 50 cm.

3. Diameter pegangan gerobak sampah

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter

pegangan gerobak sampah adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan

persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar operator bisa

memaksimalkan tekanan jari-jari dalam menggenggam pegangan gerobak

(43)

commit to user

kekuatan tekanan jari-jari operator. Perhitungan diameter pegangan gerobak

sampah, sebagai berikut:

Diameter pegangan gerobak sampah = dlg (P95)

= 4.58 cm

dengan;

dlg = diameter lingkar genggam

P95 = persentil 95

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh diameter pegangan

gerobak sampah hasil rancangan sebesar 4.58 cm ~ 4.5cm.

4. Tinggi bak gerobak sampah

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan tinggi bak

gerobak sampah adalah tinggi bahu berdiri (tbb) dengan persentil ke-5.

Penggunaan persentil 5 dimaksudkan agar operator yang bertubuh pendek bisa

menuangkan sampah ke dalam bak gerobak sampah dengan nyaman.

Perhitungan tinggi bak gerobak sampah, sebagai berikut:

lebar pegangan gerobak sampah = tbb (P5)

= 129.33 cm

dengan;

tbb = tinggi bahu berdiri

P5 = persentil 5

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh tinggi bak gerobak

[image:43.612.136.507.203.464.2]

sampah hasil rancangan sebesar 129.33 cm ~ 129cm.

[image:43.612.214.435.554.687.2]

Gambar rancangan detail gerobak sampah, dapat dijelaskan melalui

gambar berikut.

(44)
[image:44.612.175.447.82.565.2]

commit to user

Gambar 4.4 Tampak atas rangka gerobak sampah (2d)

Gambar 4.5 Tampak samping roda gerobak sampah (2d)

(45)
[image:45.612.134.509.88.476.2]

commit to user

Gambar 4.7 Tutup gerobak sampah (2d)

Ukuran rancangan gerobak sampah ditentukan dengan pertimbangan

beberapa faktor, seperti data anthropometri pekerja serta persentil yang

digunakan. Gambar rancangan hasil perhitungan dijelaskan melalui gambar 4.8

sebagai berikut.

Gambar 4.8 Rancangan gerobak sampah (3d)

Bagian gerobak sampah dibuat dengan spesifikasi ukuran sebagai berikut:

¾ Tinggi pegangan 108 cm.

¾ Jarak pegangan dengan bak 80 cm.

¾ Diameter genggaman tangan 45 mm.

¾ Lebar pegangan 50 cm.

¾ Panjang bak 150 cm.

¾ Lebar bak 100 cm.

(46)

commit to user

4.3.1 Bill of Material Rancangan Gerobak Sampah

Material penyusun produk gerobak sampah (bill of material) terdapat

beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut dirangkai menjadi satu

sehingga menjadi sebuah alat yang dapat dioperasikan. Gambar bill of material

[image:46.612.134.508.191.585.2]

rancangan gerobak sampah adalah sebagai berikut.

Gambar 4.9 Bill of material rancangan gerobak sampah

Berdasarkan gambar 4.9 dapat dijelaskan dari masing-masing komponen

penyusun produk beserta fungsinya, yaitu:

1. Gerobak sampah, merupakan gabungan dari beberapa komponen penyusun

yang berfungsi untuk membantu pekerjaan operator dalam melakukan

aktivitas.

2. Rangka dasar, merupakan gabungan rangka besi dengan proses pengelasan

yang berfungsi sebagai penyangga.

3. Bak gerobak, berfungsi sebagai tempat penampungan sampah. Terdiri dari

plat besi sebagai alas dan kawat strimin sebagai dinding gerobak sampah.

4. Sistem penggerak, berfungsi untuk menjalankan gerobak sampah. Dimana

terdiri dari as dan roda gerobak sampah.

4.3.2 Perhitungan Teknik

Perhitungan teknik gerobak sampah tersebut diperlukan untuk mengetahui

beban pada gerobak sebagai verifikasi desain.

1. Mencari beban yang bertumpu pada gerobak sampah Gerobak

Sampah

Bak

Rangka Sistem Gerak

Besi Las Plat Besi Kawat

(47)

commit to user

Bagian tempat yang bersentuhan langsung dengan beban adalah bagian as

roda dan bagian tengah kerangka utama. Bagian as roda adalah tempat

bertumpunya beban gerobak sampah dan permukaan alas ban yang dalam

perhitungan disebut beban gerobak sampah (Ftk) dan beban pada bak gerobak

sampah (Fls) . Bagian tengah kerangka utama adalah tempat bertumpunya beban

gerobak sampah (Fls).

Beban-beban yang bersentuhan langsung dengan gerobak sampah diukur

dengan menggunakan perhitungan volume bak gerobak sampah. Dari perhitungan

itu didapatkan berat gerobak sampah maksimum adalah 150 kg. Hasil persentase

[image:47.612.132.498.211.559.2]

beban dapat dilihat pada tabel 4.10

Gambar 4.10 Kondisi pembebanan pada rancangan gerobak sampah

a. Berat gerobak = berat maksimum gerobak

= 150 kg

Ftk = massa x g

= 150 kg x 9.81 m/s2 = 1471.5 N b.Berat tumpuan = berat tumpuan maksimum x g

2 Fls = 150 kg x 9.81 m/s2

2 = 735.75 N

2. Gaya pada tumpuan

Bagian as kedua roda gerobak sampah merupakan tumpuan dari beban

gerobak (Ftk). Dan gaya ke atas pada saat operator mengangkat gerobak adalah FA.

Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.11 FIS

(48)
[image:48.612.130.490.203.538.2]

commit to user

Gambar 4.11 Kondisi pengangkatan pada rancangan gerobak sampah

Gaya-gaya reaksi tumpuan gerobak smpah saat diangkat dapat dihitung dengan

menerapkan persamaan kesetimbangan ∑M= 0, dan O = FA x l2 + m x g x l1

• ∑M = 0

O = FA x l2 + m x g x l1

l1 = 500 x sm α

= 500 x 2/5 = 200 N

l2 = 750 + 800 cos α = 1550 cos α = 775 N

• FA = -m x g x 200

775

= -210 kg x 9.81 m/s2 x 200 N 775 N

= 531.09 N

• O = 531.09 x 775 N + 210 kg x 9.81 m/s2 x 200 N

= 412.01 N

4.4 Penentuan Spesifikasi

Spesifikasi produk ditentukan berdasarkan komponen-komponen yang

digunakan dalam perancangan gerobak sampah. Komponen ditentukan

berdasarkan pengetahuan peneliti tentang material ataupun peralatan, komponen,

selain itu juga melakukan konsultasi dengan pakar dalam penentuan komponen

tersebut. Komponen yang digunakan dalam penentuan perancangan gerobak

sampah meliputi:

(49)

commit to user

1. Pipa Besi

Pipa besi dipilih karena selain mampu menahan beban gerobak sampah

juga ringan dalam penggunaannya. Untuk itulah pipa besi dijadikan

[image:49.612.146.510.165.478.2]

sebagai rangka dalam pembuatan pegangan gerobak sampah tersebut.

Gambar 4.12 Pipa Besi

2. Besi Siku

Besi siku dipilih untuk pembuatan rangka pada bak gerobak sampah.

Bahan ini lebih cocok dan praktis digunakan dalam pembuatan

model-model persegi dan lebih irit dalam pengelasannya.

Gambar 4.13 Besi Siku

3. Roda Gerobak

Pada penopang gerobak sampah ini memilih roda dengan jeruji banyak,

supaya tahan terhadap beban berat. Dan diameter roda tersebut 54 cm

supaya pada saat berjalan roda bisa sesuai dengan keseimbangan bak

gerobak sampah.

[image:49.612.255.382.585.676.2]
(50)

commit to user

4. Kawat Strimin

Kawat strimin ini mempunyai diameter 20 mm. pada bagian dinding bak

gerobak sampah digunakan kawat ini supaya air yang menempel pada

sampah bisa keluar melalui celah-celah kecil tersebut.

[image:50.612.151.499.159.490.2]

Gambar 4.15 Kawat Strimin

5. Plat Besi

Plat besi ini dipilih sebagai lantai dasar bak gerobak sampah. Karena plat

ini sangat kuat menah

Gambar

gambar tidak ditunjukkan).
Gambar 2.2 Ilustrasi Persentil
Gambar 2.4 Nordic Body Map                               Sumber : Corlett, 1992
Gambar 2.5 Tumpuan rol
+7

Referensi

Dokumen terkait

dilakukan dengan menggunakan fitur yang dimiliki sistem informasi geografis yaitu menggunakan estimasi dengan perubahan warna terhadap kumpulan pelanggaran hukum.

Sebagiamana telah dibahas sebelumnya bahwa tujuan pengembangan OntoMotif adalah sebagai acuan dalam rangka penyediaan data kendaraan bermotor dan propertinya yang sering kali

- (Game Pertama) Dengan aba-aba guru, peserta didik diminta untuk mencari pasangan jawaban yang cocok dalam lembaran kerja siswa untuk menjawab pertanyaan

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotocopy atau cara lainnya tanpa ijin

[r]

Formulir monev eksternal Pengabdian kepada Masyarakat (terlampir) diisi oleh dosen penerima hibah di tandatangan oleh Ketua LPPM/LPM/UPPM dan disampaikan

Salah satu cara yang umumnya dilakukan untuk mendapatkan tubuh yang sesuai dengan impian tersebut adalah dengan melakukan diet.. Untuk itu aplikasi perencanaan diet

Strategi-strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kota Semarang untuk mengembangkan industri kecil dan menengah yang potensial belum menunjukkan hasil