commit to user
PERANCANGAN ULANG GEROBAK SAMPAH YANG
ERGONOMIS (Studi Kasus: UPTD Kecamatan Delanggu)
Skripsi
\
Oleh :
Ferdy Nugroho
I1306039
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah berdasarkan sifatnya ada sampah organik dan anorganik. Jenis-jenis sampah tersebut ada yang bisa diuraikan kembali dan ada juga yang tidak bisa terurai yang menjadi ancaman serius terhadap lingkungan. Sebagian sampah yang tidak dapat teruraikan masih bisa diolah atau didaur ulang karena memiliki nilai jual misalnya saja plastik, kertas dan pakaian. Tempat pembuangan akhir sampah sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk. Penyumbang sampah terbesar adalah dari sampah perumahan misalnya sisa-sisa bahan dan bungkus makanan. Dengan adanya sampah-sampah ini tentunya kita membutuhkan orang-orang yang mau membersihkan supaya lingkungan kita menjadi nyaman.
Salah satu lembaga lembaga pemerintah yang mengurusi tentang sampah adalah Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD). Dengan adanya UPTD ini diharapkan bisa membuat lingkungan menjadi bersih, tetapi sebenarnya masyarakat juga dapat membantu UPTD dengan kesadaran kita untuk membuang sampah pada tempatnya. UPTD ini mempunyai 16 pekerja, yang mengurusi tentang sampah ada 4 pekerja dan memiliki 4 gerobak sampah.
commit to user
ditempuh operator gerobak sampah sekitar satu kilometer dalam aktivitas ini membutuhkan waktu 2 jam. Jam kerja operator sampah adalah dua kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00 dan 16.00.
Dengan desain gerobak sampah yang tidak ergonomis terutama di bagian pegangan gerobak sampah menyebabkan operator gerobak sampah tidak nyaman dalam bekerja. Pada saat operator menjalankan gerobak sampah posisi operator membungkuk, karena pegangan gerobak tidak disesuaikan dengan posisi kerja operator. Dalam posisi kerja yang tidak nyaman tersebut operator merasa sakit di segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan, telapak tangan dan kaki. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu dirancang ulang gerobak sampah dengan menggunakan pendekatan anthropometri pada dimensi tubuh pengguna.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang ulang gerobak sampah yang ergonomis untuk membantu kenyamanan operator gerobak sampah dalam bekerja.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu menghasilkan rancangan gerobak sampah yang ergonomis untuk membantu kenyamanan operator gerobak sampah dalam bekerja.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Memudahkan operator gerobak sampah dalam melakukan aktivitas pengangkutan sampah menggunakan gerobak sampah hasil rancangan.
1.5 BATASAN MASALAH
commit to user
ini data anthropometri yang digunakan adalah dimensi tubuh karyawan UPTD di Kecamatan Delanggu yang berjumlah 4 orang.
1.6ASUMSI – ASUMSI
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapasitas volume gerobak sampah 1.5 m³ dengan berat sampah 150 kg.
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya. Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab, seperti dijelaskan pada halaman selanjutnya.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II : STUDI PUSTAKA
Berisi mengenai landasan teori yang mendukung dan terkait langsung dengan penelitian yang akan dilakukan dari buku, jurnal penelitian, sumber literatur lain, dan studi terhadap penelitian terdahulu.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang uraian langkah-langkah penelitian yang dilakukan, selain juga merupakan gambaran kerangka berpikir penulis dalam melakukan penelitian dari awal sampai penelitian selesai.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
commit to user
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Analisis berisi penjelasan dari output yang didapatkan pada tahapan pengumpulan dan pengolahan data; interpretasi hasil merupakan ringkasan singkat dari hasil penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan serta rekomendasi yang diberikan untuk perbaikan.
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 Gambaran Umum UPTD Cabang Kecamatan Delanggu
UPTD cabang kecamatan delanggu merupakan badan milik pemerintah
dalam bidang pekerjaan umum yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
bagi masyarakat. Upaya peningkatan kesejahteraan tersebut berupa peningkatan
kebersihan perkotaan dan infrastruktur jalan. Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor KEP/26/M.PAN/2/2004 tentang Petunjuk Teknis
Kelayakan Transportasi dan Kebersihan Jalan Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik. UPTD cabang kecamatan delanggu beralamatkan di Gatak Delanggu
Klaten.
2.1.1 Visi dan Misi
Adapun visi dan misi UPTD ini adalah :
a. Visi
Terwujudnya sarana dan prasarana kota dan lingkungan permukiman yang
berkualitas untuk pertumbuhan dan perkembangan kota yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
b. Misi
• Meningkatkan kualitas perencanan teknis di bidang permukiman dan prasarana wilayah kualitas perencanaan dan pengawasan teknis dalam
penyediaan infrastruktur perkotaaan, sarana/prasarana permukiman,
gedung daerah dan fasilitas umum.
• Meningkatkan kualitas pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan kebersihan infrastruktur perkotaaan, sarana/prasarana permukiman,
commit to user
2.1.2 Tugas Pokok
a. Membersihkan infrastruktur pemerintahan dan lingkungan masyarakat.
b. Pengaspalan jalan.
c. Pembangunan fasilitas umum.
2.1.3 Data UPTD
a. Pegawai 16 orang, yang mengurusi tentang sampah 4 orang.
b. Luas tanah + 100 meter persegi.
c. Sarana : ruang kantor, masjid, toilet, garasi gerobak sampah dan gudang.
d. Sumber dana dari Pemerintah Kota Klaten dan donator masyarakat.
2.2 Sampah
2.2.1 Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine
dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah
kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini
dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari
peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu
pembersihan kebun dan sebagainya. Sampah anorganik merupakan sampah yang
tidak bias terurai misalnya plastik, karet, mika dan sebagainya.
2.2.2 Sampah Cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak
diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Terdiri dari
limbah hitam dan limbah rumah tangga. Limbah hitam sampah cair yang
dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya Limbah
rumah tangga sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
commit to user
2.3 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan
nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan
bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979).
Tarwaka (2004) menjelaskan bahwa secara umum tujuan dari penerapan
ergonomi adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek
teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Suatu pengertian yang lebih komprehensif tentang ergonomi pada pusat
perhatian ergonomi adalah terletak pada manusia dalam rancangan desain kerja
ataupun perancangan alat kerja. Berbagai fasilitas dan lingkungan yang dipakai
manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tujuannya adalah merancang
benda-benda fasilitas dan lingkungan tersebut, sehingga efektivitas fungsionalnya
meningkat dan segi-segi kemanusiaan seperti kesehatan, keamanan, dan
kepuasann dapat terpelihara. Berat beban maksimal seseorang mengangkat
commit to user
Di pandang dari sistem, maka sistem yang lebih baik hanya dapat
bekerja bila sistem tersebut terdiri dari, yaitu :
a. Elemen sistem yang telah dirancang sesuai dengan apa yang
dibutuhkan.
b. Elemen sistem yang saling berinterksi secara terpadu dalam usaha
menuju tujuan bersama.
Sebagai contoh, sejumlah elemen mesin dirancang baik, belum tentu
menghasilkan suatu mesin yang baik pula, bila mana sebelumnya tidak
dirancang untuk berinteraksi antara satu sama tainnya. Demikian manusia
sebagai operator dalam manusia mesin. Bila pekerja tidak berfungsi secara
efektif hal ini akan mempengaruhi sistem secara keseluruhan
2.4 Anthropometridalam Ergonomi
Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja
adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan
jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang
bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai
ukuran anthropometri tubuh manusia maupun penerapan data-data antrhropometri
manusia.
2.4.1 Pengertian Anthropometri
Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan
metri yang berarti “ukuran”. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan
perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya
(Panero dan Zelnik, 1979). Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua
kategori, antara lain (Pullat, 1992):
a. Dimensi struktural (statis)
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi
commit to user
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi
atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.
b. Dimensi fungsional (dinamis)
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995):
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,
dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004):
a. Keacakan/random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih
akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.
b. Jenis kelamin
Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk
kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi
segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis
kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
c. Suku bangsa
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu
negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya
commit to user
jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.
d. Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu:
• Balita • Anak-anak • Remaja • Dewasa • Lanjut usia
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai
batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia
mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya
elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai
postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran
pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.
f. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya
terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin
manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif
lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas
pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus
mempunyai pakaian khusus.
g. Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan
analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
commit to user
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu
dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi
untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta
merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam
pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan
jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus
untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan
lain-lain.
2.4.2 Dimensi Anthropometri
Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran
produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang
akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil
dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada gambar 2.4 di
bawah ini.
Gambar 2.1 Anthropometri Untuk Perancangan Produk atau Fasilitas Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Keterangan gambar 2.1 di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
commit to user
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
commit to user
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data anthropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi anthropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan
pada tabel 2.1.
2.4.3 Aplikasi Distribusi Normal Dalam Anthropometri
Penerapan data anthropometri, distribusi yang umum digunakan adalah
distribusi normal (Nurmianto, 1996). Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile
sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia
secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi
perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada.
Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada
berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga
data-data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik,
sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di
ujung-ujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus
merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan
data anthropometri disajikan dalam bentuk percentile.
Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi
yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu
data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari
populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi
yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu
pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi
badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan
commit to user
Anthropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional Aeronotika dan penerbangan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA)
merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya
saja. Untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot,
presentil pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih
besar daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya,
dan dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat
badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar. Dapat juga dikatakan
bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai lebih besar daripada 2% pilot
yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilot-pilot terberat. Jadi, berapapun
besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k tersebut merupakan nilai yang
lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang dari yang terbesar (100k)%.
Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata, merupakan nilai yang
membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data bernilai terkecil dan
terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai tersebut.
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran
dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu
data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50
mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering
digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan
asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok.
Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.
Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil.
Pertama, suatu persentil anthropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk
satu data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data
tinggi duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang
sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini
hanya merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena
seseorang dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki
persentil ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang
commit to user
Gambar 2.2 Ilustrasi PersentilSumber: Panero dan Zelnik, 2003
Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri dijelaskan pada gambar 2.6 dan dalam tabel 2.2 di
bawah ini.
Gambar 2.3 Distribusi normal dengan data anthropometri Sumber : Nurmianto, 1996
Tabel 2.1 Jenis percentile dan cara perhitungan distribusi normal
Persentil Perhitungan
1-St
2.5-th
5-th
10-th
50-th
x - 2.325 σ x
commit to user
x 90-th95-th
97.5-th
99-th
x + 1.28 σ x
x + 1.645 σ x
x + 1.96 σ x
x + 2.325 σ x Sumber : Nurmianto, 1996
2.4.4 Aplikasi Data Anthropometri dalam Perancangan Produk
Penggunaan data anthropometri dalam penentuan ukuran produk harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk yang dirancang bisa
sesuai dengan ukuran tubuh pengguna (Wignjosoebroto, 2003) yaitu :
a. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk yaitu :
• Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.
• Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada)
Agar dapat memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran diaplikasikan
yaitu
• Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile terbesar misalnya 90-th, 95-th, atau 99-th percentile.
• Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan
percentile terkecil misalnya 1-th, 5-th, atau 10-th percentile
b. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan diantara rentang
ukuran tertentu (adjustable).
Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah sehingga cukup
fleksible untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai
macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam ini
maka data anthropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang
nilai 5-th, 50-th, dan 95-th.
commit to user
Produk dirancang berdasarkan pada ukuran rata-rata tubuh manusia atau
dalam rentang 50-th percentile.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam
proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang
bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana
yang nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
structural body dimension ataukah functional body dimension,
c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk
tersebut,
d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran
yang fleksibel atau ukuran rata-rata,
e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai
persentil yang lain yang dikehendaki,
f. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian
yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.
2.4.5 Identifikasi kebutuhan
Tahap ini merupakan jembatan penghubung antara pengguna sebagai
target pasar dengan perusahaan pengembangan produk. Proses identifikasi
kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dalam proses
pengembangan produkl dan merupakan tahapan yang mempunyai hubungan
commit to user
pesaing dan menetapkan spesifikasi produk (Ulrich, 2001). Identifikasi kebutuhan
pelanggan terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pengumpulan data awal
Pengumpulan data awal berhubungan dengan konsumen dan pengalaman
penggunaan dari produk yang dikembangkan ini. Terdapat dua metode dalam
pengumpulan data mentah yang banyak digunakan adalah wawancara, dan
observasi produk saat digunakan (Ulrich, 2001).
Metode yang paling dianjurkan adalah wawancara, karena wawancara
relatif lebih berbiaya rendah dan dengan wawancara tim pengembang produk
dapat merasakan lingkungan penggunaan produk tersebut (Ulrich, 2001).
Pada metode wawancara ini telah terdapat suatu pedoman mengenai
jumlah wawancara yang harus dilakukan, 10 wawancara dirasa kurang sedangkan
50 buah wawancara akan menjadi terlalu banyak. Wawancara dapat diadakan
secara berurutan, dan dihentikan bila tidak ada lagi kebutuhan konsumen yang
baru yang terungkap oleh wawancara tambahan (Ulrich, 2001).
Pertanyaan-pertanyaan yang biasa digunakan dalam wawancara ini adalah
meliputi kapan dan mengapa menggunakan produk ini, beri contoh penggunaan
produk, apa yang anda sukai dari produk yang ada saat ini, hal apa saja yang
dipertimbangkan saat membeli produk, dan perbaikan apa yang diharapkan
terhadap produk (Ulrich, 2001).
b. Intepretasi data mentah menjadi kebutuhan konsumen
Kebutuhan konsumen diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan
merupakan hasil intepretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh
dari konsumen. Berikut ini pedoman dalam mengintepretasikan data awal yaitu
ekspresikan kebutuhan sebagai ”apa yang harus dilakukan ?” atau ” bagaimana
melakukannya ?”, ekspresikan kebutuhan sama spesifiknya seperti data mentah,
gunakan pernyataan positif bukan negatif, ekspresikan kebutuhan sebagai atribut
dari produk, dan hindari kata ”harus” atau ”sebaiknya” (Ulrich, 2001).
c. Pengorganisasian kebutuhan menjadi hierarki
Hasil dari pengorganisasian ini menghasilkan daftar yang berisi satu set
kebutuhan-kebutuhan primer yang masing-masing tergolong lebih lanjut
commit to user
d. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhanTerdapat dua pendekatan dasar dari tahapan ini yaitu pengadaan pada
konsensus dari anggota tim berdasarkan pada pengalaman mereka saat bersama
konsumen dan pengadaan pada hasil penilaian tingkat kepentingan dengan survey
lebih lanjut pada konsumen (Ulrich, 2001).
2.4.6 Penetapan Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan
oleh sebuah perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan istilah “kebutuhan
produk” atau “ karakteristik engineering” untuk hal ini. Target spesifikasi dibuat
setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi tetapi sebelum konsep dikembangkan.
Hasil dari spesifikasi produk adalah matrik kebutuhan. Matrik tersebut
menjelaskan tentang keinginan konsumen dan karakteristik engineering yang ada
untuk memenuhi keinginan tersebut (Ulrich, 2001).
2.5 Nordic Body Map (NBM)
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk
mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map. Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai
sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada
Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena
mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.4 Nordic Body Map
commit to user
2.6Mekanika Konstruksi2.6.1 Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban
terhadap gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga
dapat dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau
beban (Popov, 1991).
Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis
perletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban
yang ditahan oleh perletakan masing-masing adalah:
a. Tumpuan rol
Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus
bidang peletakannya.
Gambar 2.5 Tumpuan rol Sumber : Popov, 1991
b. Tumpuan sendi
Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya
selalu menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki
satu gaya.
Gambar 2.6 Tumpuan sendi Sumber : Popov, 1991 c. Tumpuan jepitan
Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen
sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya.
Dari kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam
commit to user
Gambar 2.7 Tumpuan sendi Sumber : Popov, 19912.6.2 Gaya
Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja
padanya yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan
pada peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga
keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila
resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan
kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0 (Popov, 1991).
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam
menjadi bergerak atau sebaliknya (Popov, 1991). Dalam ilmu statika berlaku
hukum (Aksi = Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi :
a. Gaya Luar
Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar
sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi (Popov,
1991). Sedangkan beban adalah beratnya beban atau barang yang
didukung oleh suatu konstruksi atau bangunan beban dan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam yaitu :
• Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti
dining, penutup lantai dll.
• Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan,
ataupun beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil
(kendaraan), kereta dll.
• Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur. Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban
segitiga.
• Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik. • Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau
commit to user
b. Gaya dalamAkibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan
perlawanan sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka
besarnya gaya akan bergantung pada struktur gaya luar (Popov, 1991).
c. Gaya geser (Shearing Force Diagram)
Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang
arah garis kerjanya tegak lurus (⊥) pada sumbu batang yang ditinjau
seperti tampak pada Gambar 2.11.
Gambar 2.8 Sketsa prinsip statika kesetimbangan Sumber : Popov, 1991
Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+)
bergantung dari arah gaya.
Gambar 2.9 Sketsa shearing force diagram
Sumber : Popov, 1991
d. Gaya normal (Normal force)
Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban
yang arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau (Popov,
1991).
Gambar 2.10 Sketsa normal force
commit to user
Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada
gambar diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan,
sedang bertanda (+) batang tertarik.
e. Momen
Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang
terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut (Popov,
1991).
Gambar 2.11 Sketsa moment bending (+) Sumber : Popov, 1991
Gambar 2.12 Landasan Sketsa moment bending (-) Sumber : Popov, 1991
Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang
senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:
• Ditinjau dari arah kanan
Gambar 2.13 Landasan arah kanan Sumber : Popov, 1991
• Ditinjau dari arah kiri
Bila searah jarum jam (+)
Bila berlawanan jarum jam (-)
commit to user
Gambar 2.14 Landasan arah kiri Sumber : Popov, 1991
2.6.3 Perhitungan Rangka
Profil adalah batang yang digunakan pada konstruksi, ada beberapa jenis
profil yang digunakan pada pembuatan konstruksi mesin yaitu profil L, profil I,
Profil U, dan lain-lain (Popov, 1991). Perhitungan kekuatan rangka yang
digunakan yaitu profil U.
a. Profil U
Kekuatan profil yang digunakan pada konstruksi dapat dihitung
menggunakan persamaan 2.1 di bawah ini.
• Berat tumpuan maksimum
A Yx9,81m/s
Fls= ... .persamaan 2.1
dengan;
Fls = Berat Tumpuan (m/s2)
Y = Berat (kg)
A = Tumpuan
2.7 Penelitian Sebelumnya
Perancangan ulang gerobak angkut dengan pendekatan anthropometri oleh
Febriyanto Anno Putro (2009). Penelitian ini membahas mengenai perancangan
gerobak angkut yang ditinjau dari segi anthropometri. Data anthropometri
didapatkan dari pengukuran langsung pengguna gerobak di Pasar Klewer. Data
antropometri yang diukur adalah tinggi mata berdiri, tinggi siku berdiri, panjang
lengan bawah, lebar tangan, diameter genggaman tangan. Data anthropometri
tersebut diolah dengan uji kecukupan dan uji keseragaman kemudian
mengaplikasikan pada mannequin pro. Hasil penelitian didapatkan untuk merancang gerobak angkut yang proses pengangkatan kotak pakaian pada gerobak
commit to user
rancangan yang baru, sehingga tidak memerlukan pengikatan kotak pakaian
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada gambar. 3.1 sebagai berikut.
commit to user
Diagram alir penelitian yang digambarkan di atas, setiap tahapannya akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam sub bagian berikut ini.
3.1Tahap Identifikasi Masalah
Tahap ini diawali dengan studi pustaka, studi lapangan, perumusan masalah, penentuan tujuan penelitian dan menentukan manfaat penelitian. Langkah-langkah yang ada pada tahap identifikasi masalah tersebut dijelaskan pada sub bab berikut ini.
3.1.1 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai teori-teori dan konsep-konsep yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan yang diteliti serta mendapatkan dasar-dasar referensi yang kuat dalam menerapkan suatu metode yang digunakan. Studi pustaka dilakukan dengan membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal ilmiah, dan tugas akhir mahasiswa teknik industri yang terkait dengan tema penelitian.
3.1.2 Studi Lapangan
Studi Lapangan digunakan untuk mengetahui dan mempelajari keadaan pekerja saat melakukan aktivitas khususnya aktivitas menarik gerobak sampah di tempat penelitian dengan maksud untuk mendapatkan informasi awal yang lengkap serta menentukan masalah yang diangkat dalam penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan dengan pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, dan wawancara kepada para pekerja dengan tujuan untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh pekerja.
3.1.3 Perumusan Masalah
commit to user
3.1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah menghasilkan alat rancangan grobak angkut yang digunakan agar ergonomis dan sesuai dengan dimensi tubuh pengguna.
3.1.5 Manfaat Penelitian
Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian yang berupa rancangan gerobak sampah ini adalah mendapatkan hasil rancangan gerobak sampah yang ergonomis dan nyaman digunakan bagi pengguna.
3.2Tahap Pengumpulan Data
Tahap-tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung penelitian mengenai perancangan gerobak sampah yang baru, sebagai berikut:
3.2.1 Dokumentasi
Dokumentasi diperoleh dengan cara pengambilan gambar berupa kondisi awal pekerja saat menggunakan gerobak yang ada sebelumnya yang berada di tempat pembuangan sampah.
3.2.2 Wawancara
commit to user
3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map
Kuisioner yang diberikan kepada operator gerobak sampah di UPTD Delanggu, dalam mengidentifikasi keluhan pekerja pada bagian otot dan rasa nyeri melalui kuisioner nordic body map. Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic bodymap yang diberikan kepada empat operator gerobak sampah. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja.
3.2.4 Identifikasi Gerobak Sampah
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi garobak sebelumnya yang digunakan untuk bekerja. Selain itu identifikasi dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan gerobak sampah yang digunakan sebelumnya serta perlunya proses perancangan gerobak sampah yang baru.
3.3Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan gerobak sampah dilakukan dengan mengacu pada identifikasi masalah yang diperoleh. Data permasalahan tersebut perlu dilakukan konsep perancangan gerobak sampah yang baru, dengan tujuan untuk menghasilkan gerobak sampah yang baru yang dapat mengurangi tingkat kelelahan. Konsep perancangan dalam hal ini dijelaskan pada sub bab sebagai berikut:
3.3.1Kebutuhan Berdasarkan Keluhan Dan Keinginan
commit to user
3.3.2Penentuan Ide Perancangan (Idea)Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas, maka dapat dikembangkan suatu solusi pemecahan masalah. Penentuan solusi perancangan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan yang berasal dari penelitian. Pada penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh yaitu dengan merancang sebuah gerobak sampah yang baru. Perancangan gerobak sampah yang baru tersebut bertujuan untuk mengurangi atau meminimalkan keluhan.
3.3.3Pengembangan Ide Perancangan (Development)
Tahap ini merupakan penjelasan tentang perancangan gerobak sampah yang baru yang berisi tentang penentuan dimensi gerobak sampah, spesifikasi komponen, bill of material serta memodelkan hasil rancangan ke dalam gambar yang kemudian diwujudkan dalam bentuk prototipe produk.
3.4Perhitungan Teknik
Perhitungan teknik dalam perancangan digunakan untuk mengetahui kekuatan hasil rancangan terhadap beban yang diterima. Perhitungan yang dilakukan pada tahap ini meliputi perhitungan gaya serta perhitungan lain yang terkait di dalamnya.
3.5Estimasi Biaya
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk perancangan gerobak sampah yang baru. Biaya yang dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material.
3.6Tahap Analisis
Tahap analisis dilakukan untuk menganalisis hasil terhadap pengumpulan dan pengolahan data sebelumnya.
3.7Tahap Kesimpulan dan Saran
commit to user
commit to user
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Permasalahan dalam penelitian akan lebih mudah untuk diselesaikan
bilamana ada data yang berkaitan langsung dengan permasalahan. Penyelesaian
dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data
sebagai dasar analisis terhadap penyelesaian permasalahan yang dihadapi.
4.1Pengumpulan Data
Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Agustus 2010
yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat penelitian. Metode
untuk mendapatkan data awal dilakukan identifikasi masalah yang dialami
operator saat melakukan aktivitas dengan menggunakan gerobak sampah yang
sudah ada sebelumnya, pengamatan langsung, dokumentasi gambar, wawancara,
dan data anthropometri yang dibutuhkan untuk merancang gerobak sampah yang
baru.
4.1.1 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar ataupun gerakan pada
saat operator melakukan aktivitas jalan dengan menggunakan gerobak sampah
yang sudah ada sebelumnya. Pola aktivitas jalan yang dilakukan oleh operator saat
[image:33.612.132.510.223.464.2]menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya dapat dilihat pada
[image:33.612.133.503.552.697.2]Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Aktivitas proses penarikan gerobak sampah yang dilakukan oleh operator saat menggunakan gerobak yang sudah ada sebelumnya
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
1
Aktivitas operator saat mengambil dan memegang gerobak
Sikap kerja: segmen tubuh bagian kaki menekuk, lengan ke bawah, telapak tangan menggenggam dan punggung membungkuk
commit to user
Tabel 4.1 Aktivitas proses penarikan gerobak sampah yang dilakukan oleh operator saat menggunakan gerobak yang sudah ada sebelumnya (lanjutan)
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
2 Aktivitas operator saat mengambil gerobak posisi berdiri
Sikap kerja: segmen tubuh bagian punggung membungkuk , telapak tangan menggenggam dan lengan merenggang
Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian punggung, pergelangan tangan dan lengan 3 Aktivitas operator saat menjalankan gerobak sampah
Sikap kerja: segmen tubuh bagian kepala merunduk, punggung membungkuk, lengan menahan beban dan kaki menekuk berjalan maju
Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian kepala, leher, punggung, pinggang lengan dan kaki 4 Aktivitas penuangan sampah ke dalam bak gerobak sampah
Sikap kerja : lengan menahan beban dan tangan ke atas
Ketidaknyam anan pada segmen tubuh bagian lengan
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat diketahui bahwa terdapat
empat aktivitas yang dilakukan oleh operator antara lain aktivitas saat mengambil
dan memegang gerobak sampah, aktivitas saat mengambil posisi jongkok
kemudian melakukan proses aktivitas jalan dan saat menuangkan sampah ke
dalam bak gerobak sampah. Aktivitas jalan yang dilakukan oleh operator dengan
menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya dapat menyebabkan
ketidaknyamanan dalam bekerja.
4.1.2Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari
operator gerobak sampah mengenai kesulitan dan keluhan yang dialami oleh
[image:34.612.131.507.103.471.2]commit to user
wawancara dengan operator saat melakukan aktivitas diketahui bahwa operator
pada umumnya mengeluhkan adanya rasa sakit di segmen tubuh bagian kaki,
lengan, tangan dan punggung. Berdasarkan dari hasil wawancara juga dapat
diketahui keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan yang dialami oleh operator
pada saat menggunakan gerobak sampah yang sudah ada sebelumnya.
4.1.3Identifikasi Gerobak Sampah Yang Saat Ini Digunakan
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui kondisi gerobak sampah yang
sudah ada dan yang saat ini digunakan. Selain itu identifikasi dapat dijadikan
sebagai informasi awal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan gerobak sampah
yang sudah ada sebelumnya serta perlunya proses perancangan gerobak sampah
yang baru. Adapun kondisi gerobak sampah yang saat ini digunakan dapat dilihat
pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Gerobak Sampah yang saat ini digunakan
Berdasarkan kondisi tersebut, kelemahan gerobak sampah sebelumnya yang
saat ini digunakan yaitu hanya berfungsi sebagai alat pengankut sampah saja dan
belum dapat mengurangi keluhan maupun cidera yang dialami oleh operatornya.
Adapun ukuran gerobak sampah sebelumnya adalah tinggi gerobak sampah 142
cm, tinggi pegangan 55 cm, lebar pegangan 100 cm dan diameter lingkar
genggam 7.5 cm. Kelemahan tersebut jika tidak segera diatasi dapat menyebabkan
resiko cidera lebih parah khususnya yang dialami operator gerobak sampah, untuk
itu perlu adanya perancangan gerobak sampah yang baru yang berfungsi untuk
commit to user
4.2 Pengolahan DataPengolahan data dilakukan berdasarkan pengumpulan data yang sebelumnya
telah dilakukan. Adapun proses pengolahan data sebagai berikut.
4.2.1Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map
Persentase keluhan yang dialami oleh empat operator gerobak sampah dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Grafik persentase keluhan tubuh operator gerobak sampah
Berdasarkan Gambar 4.2 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota
tubuh pekerja dapat diketahui bahwa empat pekerja mengalami keluhan yang
berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan terbesar
terjadi pada segmen tubuh bagian lengan atas bagian kiri, lengan atas bagian
kanan, punggung, pinggang kebelakang, lengan bawah bagian kiri, lengan bawah
bagian kanan, pergelangan tangan kiri, pergelangan tangan kanan, telapak tangan
bagian kiri dan telapak tangan bagian kanan sebesar 100 %, segmen tubuh bagian
leher bagian bawah, lutut kiri dan lutut kanan sebesar 75 %, segmen tubuh bagian
betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan sebesar
50 %.
Dari hasil kuesioner nordic body map, untuk sikap kerja secara manual, dan
sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja
yang dapat menimbulkan kelelahan dan ketidaknyaman dalam bekerja.
25% 75% 25% 100% 0% 100% 0% 75% 50% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Le h e r B a g ia n A ta s Le h e r B a g ia n … Ba h u K ir i Ba h u K a n a n L e n g an A tas … L e n g an A tas … P u n ggu n g P in gga n g … P in ggu l … Pa n ta t Si k u K ir i S iku K a n a n Le n g a n B a w a h … Le n g a n B a w a h … Pe rg e la n g a n … Pe rg e la n g a n … Te la p a k Ta n g a n … Te la p a k Ta n g a n … Pa h a K ir i Pa h a Ka n a n L u tu t K ir i L u tu t K a n a n Bet is K ir i Bet is K a n a n Pe rg e la n g a n … Pe rg e la n g a n … T e la pa k K a ki K ir i T e la p a k K a ki … Pr o se n ta se
[image:36.612.141.504.209.463.2]Bagian tubuh
commit to user
4.2.2Kebutuhan Berdasarkan Keluhan dan Keinginan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada operator gerobak
sampah, maka diperoleh informasi tentang keluhan dan keinginan operator saat
melakukan proses aktivitas jalan dengan menggunakan gerobak sampah
sebelumnya dan yang saat ini digunakan. Setelah diperoleh data keluhan dan
keinginan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengelompokan data
berdasarkan keluhan dan keinginan kedalam sebuah tabel. Pengelompokan data
tersebut nantinya dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam
perancangan gerobak sampah yang baru. Adapun keluhan dan keinginan operator
dalam penggunaan gerobak sampah sebelumnya dan yang ada saat ini dapat
[image:37.612.140.504.212.585.2]dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Keluhan Operator Gerobak Sampah
No Keluhan Jumlah
1
Pada saat mengambil pegangan gerobak sampah operator kurang nyaman, karena jarak antar pegangan gerobak terlalu lebar dan posisinya yang rendah mengakibatkan rasa sakit pada segmen tubuh bagian lengan, punggung, pinggang dan kaki.
2
2
Pada saat mengambil posisi berdiri, operator kurang nyaman terhadap genggaman gerobak sampah, karena diameter genggaman yang besar mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian telapak tangan.
3
3
Pada saat menuangkan tong ke dalam bak, operator kesulitan karena tinggi gerobak sampah terlalu tinggi mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian lengan.
3
4
Pada saat melakukan proses aktivitas jalan, operator kurang nyaman terhadap pegangan gerobak sampah yang terlalu rendah mengakibatkan sakit pada segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan dan kaki.
4
Tabel 4.2 menunjukkan hasil rekapitulasi data keluhan yang dialami
operator gerobak sampah ketika melakukan aktivitas jalan, dimana diperoleh hasil
tingkat keluhan terbesar pada segmen tubuh bagian punggung, pinggang, lengan
dan kaki terjadi ketika proses aktivitas jalan berlangsung karena operator harus
menyesuikan dengan dimensi pegangan gerobak sampah yang terlalu rendah,
commit to user
dilakukan untuk mengetahui keinginan operator gerobak sampah tentang adanya
perancangan gerobak sampah yang baru. Hasil wawancara mengenai keinginan
untuk perancangan gerobak sampah yang baru dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut
[image:38.612.133.509.167.713.2]ini.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Keinginan Operator Gerobak Sampah
No Keluhan Responden Keinginan Operator
1
Pada saat mengambil pegangan
gerobak sampah operator kurang
nyaman, karena jarak antar pegangan
gerobak terlalu lebar dan posisinya
yang rendah mengakibatkan rasa
sakit pada segmen tubuh bagian
lengan, punggung, pinggang dan
kaki.
Operator menginginkan adanya
jarak pegangan gerobak sampah
yang sesuai dengan tubuh
operator dan nyaman digunakan
pada saat mengambil gerobak.
2
Pada saat mengambil posisi berdiri,
operator kurang nyaman terhadap
genggaman gerobak sampah, karena
diameter genggaman yang besar
mengakibatkan sakit pada segmen
tubuh bagian telapak tangan.
Operator menginginkan adanya
genggaman gerobak sampah yang
sesuai dengan diameter lingkar
genggam operator supaya dapat
memposisikan kedua tangannya
dengan nyaman.
3
Pada saat menuangkan tong ke dalam
bak, operator kesulitan karena tinggi
gerobak sampah terlalu tinggi
mengakibatkan sakit pada segmen
tubuh bagian lengan.
Operator menginginkan tinggi bak
gerobak sampah yang sesuai
dengan postur tubuh operator
supaya nyaman dalam
menuangkan sampah.
4
Pada saat melakukan proses aktivitas
jalan, operator kurang nyaman
terhadap pegangan gerobak sampah
yang terlalu rendah mengakibatkan
sakit pada segmen tubuh bagian
punggung, pinggang, lengan dan
kaki.
Operator menginginkan pegangan
gerobak sampah yang memiliki
tinggi sejajar dengan siku berdiri,
sehingga pada saat menjalankan
commit to user
4.2.3 Spesifikasi ProdukSpesifikasi produk bertujuan untuk memunculkan “karakteristik
engineering” untuk menyusun desain gerobak sampah yang baru. “Karakteristik
engineering” melalui penterjemahan data hasil keinginan operator gerobak
sampah ke bahasa pabrikasi. “Karakteristik engineering” ini digunakan sebagai
dasar pertimbangan dalam menentukan konsep desain gerobak sampah yang baru.
Hasil pengumpulan data hasil wawancara dapat dilihat pada tabel 4.4.
Beberapa keinginan pengguna akan diterjemahkan menjadi “Karakteristik
[image:39.612.136.508.208.689.2]engineering” dalam perancangan desain sebagai berikut :
Tabel 4.4 Spesifikasi produk konsep desain Gerobak Sampah
No Keinginan
responden Idea
Karakteristik engineering 1 Operator menginginkan adanya jarak pegangan
gerobak sampah yang
sesuai dengan tubuh
operator dan nyaman
digunakan pada saat
mengambil gerobak.
Merancang posisi
pegangan gerobak
sampah yang memiliki
lebar sesuai dengan
dimensi tubuh
operator.
Pegangan gerobak
sampah terbuat dari
pipa besi yang posisi
pegangan terletak
didepan operator yang
jaraknya sesuai dengan
dimensi tubuh operator.
2
Operator
menginginkan adanya
genggaman gerobak
sampah yang sesuai
dengan diameter
lingkar genggam
operator supaya dapat
memposisikan kedua
tangannya dengan
nyaman.
Merancang
genggaman gerobak
sampah yang sesuai
dengan diameter
lingkar genggam
operator.
Pada genggaman
tangan gerobak sampah
terbuat dari pipa besi
yang bentuknya bulat
berdiameter sesuai
dengan lingkar
commit to user
Tabel 4.4 Spesifikasi produk konsep desain Gerobak Sampah (lanjutan)
No Keinginan
responden Idea
Karakteristik
engineering
3
Operator
menginginkan tinggi
bak gerobak sampah
yang sesuai dengan
postur tubuh operator
supaya nyaman dalam
menuangkan sampah.
Merancang tinggi
gerobak sampah yang
sesuai dengan postur
tubuh operator.
Tinggi gerobak sampah
sesuai dengan tinggi
bahu operator. 4 Operator menginginkan pegangan gerobak sampah yang memiliki tinggi
sejajar dengan siku
berdiri, sehingga pada
saat menjalankan
gerobak posisi tubuh
bisa stabil.
Merancang tinggi
pegangan gerobak
sampah yang sesuai
dengan dimensi tubuh
operator.
Pada pegangan gerobak
sampah tersebut posisi
pipa dari belakang
menuju kedepan sesuai
dengan tinggi siku
operator.
Dari tabel 4.4 diperoleh solusi perancangan, namun berdasarkan prioritas
maka solusi perancangan difokuskan pada solusi kedua dan ketiga, dimana solusi
tersebut adalah merancang gerobak sampah yang posisi pegangannya sejajar
dengan siku berdiri operator sekaligus memiliki diameter yang tepat dengan
genggaman operator untuk menahan beban gerobak sepenuhnya dan
mempertahankan posisi tubuh operator supaya stabil saat melakukan proses
aktivitas jalan.
4.2.4 Penentuan Data Anthropometri
Perancangan gerobak sampah yang baru harus disesuaikan dengan data
commit to user
pengukuran data anthropometri terhadap operator. Data anthropometri yang
digunakan dalam perancangan gerobak sampah yang baru meliputi:
a. Tinggi siku berdiri (tsb)
b. Diameter lingkar genggam (dlg)
c. Lebar bahu (lb)
d. Tinggi bahu berdiri (tbb)
Data yang terkumpul, kemudian ditentukan perhitungan persentilnya,
untuk mendapatkan batas ukuran yang diperlukan. Persentil yang digunakan pada
perancangan alat bantu yang baru yaitu persentil 5, 50 dan 95. Penentuan
persentil ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa persentil ini dapat
mengakomodasi data persentil ke 5, 50 atau 95, sehingga populasi dapat terlayani
(Zelnik dan Panero, 2003). Persentil ini dapat dihitung berdasarkan rumus seperti
pada Tabel 4.5. Dengan contoh persentil untuk tinggi siku berdiri sebagai berikut:
P5 = 103.25 – (1.645 x 2.98) = 98.33
P50 = 103.25
P95 = 103.25 + (1.645 x 2.98) = 108.16
Berdasarkan perhitungan data tinggi siku berdiri nilai persentil ke-5 sebesar
98.33cm, nilai persentil ke-50 sebesar 103.25cm, dan nilai persentil ke-95 sebesar
[image:41.612.132.509.211.469.2]108.16cm. Rekapitulasi hasil perhitungan persentil ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Persentil Data Anthropometri
No Data yang diukur Simbol Rata-rata stdev P5 P50 P95
1 Tinggi siku berdiri tsb 103.25 2.98 98.33 103.25 108.16
2 Diameter lingkar
genggam dlg 4.15 0.26 3.71 4.15 4.58
3 Lebar bahu lb 44.25 3.5 38.49 44.25 50.00
4 Tinggi Bahu Berdiri tbb 134.25 2.98 129.33 134.25 139.16
4.3 Perancangan Gerobak Sampah
Perancangan gerobak sampah yang baru ditentukan berdasarkan data
anthropometri operator gerobak sampah dan perhitungan persentil yang telah
dilakukan. Pada tahap ini dilakukan penentuan ukuran gerobak sampah yang baru.
commit to user
1. Tinggi pegangan gerobak sampahData anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan tinggi gerobak
sampah adalah tinggi siku berdiri (tsb) dengan persentil ke-95. Penggunaan
persentil 95 dimaksudkan agar tinggi pegangan gerobak sampah tersebut dapat
mengakomodasi operator yang memiliki tinggi siku yang lebih tinggi.
Perhitungan tinggi alat bantu yang baru, sebagai berikut:
Tinggi pegangan gerobak sampah = tsb (P95)
= 108.16 cm
dengan;
tsb = tinggi siku berdiri
P95 = persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh tinggi pegangan
gerobak sampah hasil rancangan sebesar 108.16 cm ~ 108 cm.
2. Lebar pegangan gerobak sampah
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan lebar pegangan
gerobak sampah adalah lebar bahu (lb) dengan persentil ke-95. Penggunaan
persentil 95 dimaksudkan agar operator yang memiliki lebar bahu lebih besar
memiliki ruang yang cukup ketika memegang pegangan gerobak sampah.
Perhitungan lebar pegangan gerobak sampah, sebagai berikut:
lebar pegangan gerobak sampah = lb (P95)
= 50 cm
dengan;
lb = lebar bahu
P95 = persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar pegangan
gerobak sampah hasil rancangan sebesar 50 cm.
3. Diameter pegangan gerobak sampah
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan diameter
pegangan gerobak sampah adalah diameter lingkar genggam (dlg) dengan
persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar operator bisa
memaksimalkan tekanan jari-jari dalam menggenggam pegangan gerobak
commit to user
kekuatan tekanan jari-jari operator. Perhitungan diameter pegangan gerobak
sampah, sebagai berikut:
Diameter pegangan gerobak sampah = dlg (P95)
= 4.58 cm
dengan;
dlg = diameter lingkar genggam
P95 = persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh diameter pegangan
gerobak sampah hasil rancangan sebesar 4.58 cm ~ 4.5cm.
4. Tinggi bak gerobak sampah
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan tinggi bak
gerobak sampah adalah tinggi bahu berdiri (tbb) dengan persentil ke-5.
Penggunaan persentil 5 dimaksudkan agar operator yang bertubuh pendek bisa
menuangkan sampah ke dalam bak gerobak sampah dengan nyaman.
Perhitungan tinggi bak gerobak sampah, sebagai berikut:
lebar pegangan gerobak sampah = tbb (P5)
= 129.33 cm
dengan;
tbb = tinggi bahu berdiri
P5 = persentil 5
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh tinggi bak gerobak
[image:43.612.136.507.203.464.2]sampah hasil rancangan sebesar 129.33 cm ~ 129cm.
[image:43.612.214.435.554.687.2]Gambar rancangan detail gerobak sampah, dapat dijelaskan melalui
gambar berikut.
commit to user
Gambar 4.4 Tampak atas rangka gerobak sampah (2d)
Gambar 4.5 Tampak samping roda gerobak sampah (2d)
commit to user
Gambar 4.7 Tutup gerobak sampah (2d)
Ukuran rancangan gerobak sampah ditentukan dengan pertimbangan
beberapa faktor, seperti data anthropometri pekerja serta persentil yang
digunakan. Gambar rancangan hasil perhitungan dijelaskan melalui gambar 4.8
sebagai berikut.
Gambar 4.8 Rancangan gerobak sampah (3d)
Bagian gerobak sampah dibuat dengan spesifikasi ukuran sebagai berikut:
¾ Tinggi pegangan 108 cm.
¾ Jarak pegangan dengan bak 80 cm.
¾ Diameter genggaman tangan 45 mm.
¾ Lebar pegangan 50 cm.
¾ Panjang bak 150 cm.
¾ Lebar bak 100 cm.
commit to user
4.3.1 Bill of Material Rancangan Gerobak Sampah
Material penyusun produk gerobak sampah (bill of material) terdapat
beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut dirangkai menjadi satu
sehingga menjadi sebuah alat yang dapat dioperasikan. Gambar bill of material
[image:46.612.134.508.191.585.2]rancangan gerobak sampah adalah sebagai berikut.
Gambar 4.9 Bill of material rancangan gerobak sampah
Berdasarkan gambar 4.9 dapat dijelaskan dari masing-masing komponen
penyusun produk beserta fungsinya, yaitu:
1. Gerobak sampah, merupakan gabungan dari beberapa komponen penyusun
yang berfungsi untuk membantu pekerjaan operator dalam melakukan
aktivitas.
2. Rangka dasar, merupakan gabungan rangka besi dengan proses pengelasan
yang berfungsi sebagai penyangga.
3. Bak gerobak, berfungsi sebagai tempat penampungan sampah. Terdiri dari
plat besi sebagai alas dan kawat strimin sebagai dinding gerobak sampah.
4. Sistem penggerak, berfungsi untuk menjalankan gerobak sampah. Dimana
terdiri dari as dan roda gerobak sampah.
4.3.2 Perhitungan Teknik
Perhitungan teknik gerobak sampah tersebut diperlukan untuk mengetahui
beban pada gerobak sebagai verifikasi desain.
1. Mencari beban yang bertumpu pada gerobak sampah Gerobak
Sampah
Bak
Rangka Sistem Gerak
Besi Las Plat Besi Kawat
commit to user
Bagian tempat yang bersentuhan langsung dengan beban adalah bagian as
roda dan bagian tengah kerangka utama. Bagian as roda adalah tempat
bertumpunya beban gerobak sampah dan permukaan alas ban yang dalam
perhitungan disebut beban gerobak sampah (Ftk) dan beban pada bak gerobak
sampah (Fls) . Bagian tengah kerangka utama adalah tempat bertumpunya beban
gerobak sampah (Fls).
Beban-beban yang bersentuhan langsung dengan gerobak sampah diukur
dengan menggunakan perhitungan volume bak gerobak sampah. Dari perhitungan
itu didapatkan berat gerobak sampah maksimum adalah 150 kg. Hasil persentase
[image:47.612.132.498.211.559.2]beban dapat dilihat pada tabel 4.10
Gambar 4.10 Kondisi pembebanan pada rancangan gerobak sampah
a. Berat gerobak = berat maksimum gerobak
= 150 kg
Ftk = massa x g
= 150 kg x 9.81 m/s2 = 1471.5 N b.Berat tumpuan = berat tumpuan maksimum x g
2 Fls = 150 kg x 9.81 m/s2
2 = 735.75 N
2. Gaya pada tumpuan
Bagian as kedua roda gerobak sampah merupakan tumpuan dari beban
gerobak (Ftk). Dan gaya ke atas pada saat operator mengangkat gerobak adalah FA.
Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.11 FIS
commit to user
Gambar 4.11 Kondisi pengangkatan pada rancangan gerobak sampah
Gaya-gaya reaksi tumpuan gerobak smpah saat diangkat dapat dihitung dengan
menerapkan persamaan kesetimbangan ∑M= 0, dan O = FA x l2 + m x g x l1
• ∑M = 0
O = FA x l2 + m x g x l1
l1 = 500 x sm α
= 500 x 2/5 = 200 N
l2 = 750 + 800 cos α = 1550 cos α = 775 N
• FA = -m x g x 200
775
= -210 kg x 9.81 m/s2 x 200 N 775 N
= 531.09 N
• O = 531.09 x 775 N + 210 kg x 9.81 m/s2 x 200 N
= 412.01 N
4.4 Penentuan Spesifikasi
Spesifikasi produk ditentukan berdasarkan komponen-komponen yang
digunakan dalam perancangan gerobak sampah. Komponen ditentukan
berdasarkan pengetahuan peneliti tentang material ataupun peralatan, komponen,
selain itu juga melakukan konsultasi dengan pakar dalam penentuan komponen
tersebut. Komponen yang digunakan dalam penentuan perancangan gerobak
sampah meliputi:
commit to user
1. Pipa BesiPipa besi dipilih karena selain mampu menahan beban gerobak sampah
juga ringan dalam penggunaannya. Untuk itulah pipa besi dijadikan
[image:49.612.146.510.165.478.2]sebagai rangka dalam pembuatan pegangan gerobak sampah tersebut.
Gambar 4.12 Pipa Besi
2. Besi Siku
Besi siku dipilih untuk pembuatan rangka pada bak gerobak sampah.
Bahan ini lebih cocok dan praktis digunakan dalam pembuatan
model-model persegi dan lebih irit dalam pengelasannya.
Gambar 4.13 Besi Siku
3. Roda Gerobak
Pada penopang gerobak sampah ini memilih roda dengan jeruji banyak,
supaya tahan terhadap beban berat. Dan diameter roda tersebut 54 cm
supaya pada saat berjalan roda bisa sesuai dengan keseimbangan bak
gerobak sampah.
[image:49.612.255.382.585.676.2]commit to user
4. Kawat StriminKawat strimin ini mempunyai diameter 20 mm. pada bagian dinding bak
gerobak sampah digunakan kawat ini supaya air yang menempel pada
sampah bisa keluar melalui celah-celah kecil tersebut.
[image:50.612.151.499.159.490.2]
Gambar 4.15 Kawat Strimin
5. Plat Besi
Plat besi ini dipilih sebagai lantai dasar bak gerobak sampah. Karena plat
ini sangat kuat menah