iii
Universitas Kristen Maranatha intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode convenience sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determinannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan dimodifikasi oleh peneliti dan mengacu pada Teori Planned Behavior. Jumlah item 16 dengan validitas berkisar antara 0,370 - 0,793 dan reliabilitas sebesar 0,851.
Diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama ketiga determinan dalam mempengaruhi intention untuk minum obat secara teratur memberikan kontribusi sebesar 81,2%. Perceived behavioral control memberikan kontribusi terbesar terhadap intention untuk minum obat secara teratur yaitu sebesar 37,2%. Subjective norms memberikan kontribusi kedua terbesar terhadap intention untuk minum obat secara teratur yaitu sebesar 0,289. Kontribusi terkecil terhadap intention untuk minum obat secara teratur diberikan oleh attitude toward the behavior yaitu sebesar 15,0%. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sebanyak 61,67% responden memiliki intention yang kuat dan 38,33% responden memiliki intention yang lemah untuk minum obat secara teratur. Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik multiple regresi. Hasil uji signifikansi model regresi sebesar 0,00 dengan taraf kepercayaan 95%.
vii
Universitas Kristen Maranatha
Lembar Judul ... i
Lembar Pengesahan... ii
Abstrak ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ...vii
Daftar Tabel ...xi
Daftar Bagan ... xiii
Daftar Lampiran ...xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 10
1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Kegunaan Penelitian ... 11
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 11
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11
1.5 Kerangka Pemikiran ...12
1.6 Asumsi ... 21
viii
Universitas Kristen Maranatha
2.1.2 Intention ... 24
2.1.3 Attitude Toward The Behavior ... 25
2.1.4 Subjective Norms ... 27
2.1.5 Perceived Behavior Control ... 28
2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Terhadap Intention ... 29
2.1.7 Background Factors... 30
2.1.8 Control factor... 32
2.1.9 Target, Action, Context, and Time ... .….…. 33
2.2. Periode Masa Dewasa...………... 34
2.2.1. Karakteristik Masa Dewasa Awal ………. 34
2.2.2. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal... 35
2.2.3. Masa Dewasa Tengah...37
2.2.4. Perubahan Fisik Masa Dewasa Tengah...37
2.3. Penyakit Tuberkulosis (TBC)... 38
2.3.1. Pengertian TBC......….. 38
2.3.2. Gejala-gejala Penyakit TBC ………...…………... 38
2.3.3. Cara Penularan Penyakit TBC ………...………... 39
ix
Universitas Kristen Maranatha
3.1 Rancangan Penelitian ... 42
3.2 Skema Rancangan Penelitian ... 42
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 43
3.3.1 Variabel Penelitian ... 43
3.3.2 Definisi Operasional ... 43
3.4 Alat Ukur ... 44
3.4.1 Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya ... 44
3.4.2 Kisi-kisi Alat Ukur... 45
3.4.3 Sistem Penilaian ... 45
3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 46
3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...46
3.4.5.1 Validitas Alat Ukur...46
3.4.5.2 Reliabilitas Alat Ukur...47
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 47
3.5.1 Karakteristik Populasi ... 47
3.5.2 Teknik Penarikan Sampel ... 48
3.6 Teknik Analisis Data ... 48
x
Universitas Kristen Maranatha
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 53
4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan... 53
4.2 Gambaran Hasil Penelitian...54
4.2.1 Intention dan Determinan Intention... 54
4.2.2 Pengaruh Determinan-determinan Intention Terhadap Intention Untuk Minum Obat Secara Teratur... 56
4.2.3 Pengaruh Determinan-determinan Intention Secara Bersama-sama Terhadap Intention Untuk Minum Obat Secara Teratur... 57
4.2.4 Uji Hipotesis... 58
4.2.5 Tabulasi Silang Intention dan Determinan-determinan Intention...60
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...72
5.1 Kesimpulan... 72
5.2 Saran...73
DAFTAR PUSTAKA ...74
DAFTAR RUJUKAN ...75
xi
Universitas Kristen Maranatha
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan ... 35
Tabel 3.1 Tabel Alat Ukur ... 45
Tabel 3.2 Sistem Penilaian...45
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52
Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ………... 53
Tabel 4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan …………... 53
Tabel 4.4 Gambaran Hasil Penelitian Intention...54
Tabel 4.5 Gambaran Hasil Penelitian Determinan Attitude toward the behavior dalam Intention...54
Tabel 4.6 Gambaran Hasil Penelitian Determinan Subjective Norms dalam Intention...55
Tabel 4.7 Gambaran Hasil Penelitian Determinan Perceived Behavioral Control dalam Intention...55
Tabel 4.8 Pengaruh Determinan Intention terhadap Intention untuk minum obat secara teratur...56
Tabel 4.9 Pengaruh Determinan Intention Secara Bersama-sama terhadap Intention untuk minum obat secara teratur...57
Tabel 4.10 Signifikansi Attitude toward the behavior terhadap intention...58
Tabel 4.11 Signifikansi Subjective Norms terhadap intention...58
xii
Universitas Kristen Maranatha Behavior...60 Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Intention dan Subjective
Norms………...61 Tabel 4.16 Tabulasi Silang antara Intention dan Perceived Behavioral
xiii
Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.5 Skema Kerangka Pemikiran ...20 Bagan 2.1 Teori Planned Behavior ...24 Bagan 3.1 Skema prosedur penelitian ………...…...42 Bagan 4.1 Skema Pengaruh Determinan-Determinan Intention terhadap Intention
xiv
Universitas Kristen Maranatha Lampiran 2. Data Penunjang
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Intention dan Determinan-determinannya
Lampiran 4. Karakteristik Responden
Lampiran 5. Hasil jawaban data primer responden
Lampiran 6. Crosstabulation attitude toward the behavior dengan Data Penunjang Lampiran 7. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang
Lampiran 8. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Data Penunjang.
Lampiran 9. Uji Hipotesis
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama (inisial) :
Menyatakan bersedia untuk mengisi kuesioner yang bertujuan untuk penelitian Pengaruh Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Untuk Minum Obat Secara Teratur Pada Penderita TBC Di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung.
Saya bersedia dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Mengisi kuesioner ini secara sukarela tanpa paksaan
2. Mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh, sesuai dengan kondisi saya
3. Mengikuti seluruh instruksi dan prosedur yang ada dengan baik.
4. Memiliki hak untuk bertanya kepada tester apabila ada hal-hal yang tidak saya mengerti
Adapun surat pernyataan ini bersifat rahasia. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan (sukarela).
Bandung, Mei 2012
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, salah satu syarat kelulusan yang harus dipenuhi adalah menyusun skripsi. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Untuk Minum Obat Secara Teratur Pada Penderita TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka saudara dimohon kesediannya untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner ini. Data yang akan diperoleh nantinya akan dipergunakan untuk penelitian ini.
Saudara diharapkan untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Identitas dan kerahasiaan jawaban saudara akan dijaga.
Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
DATA PRIBADI
Pada halaman berikut ini terdapat sejumlah pertanyaan yang diakhiri dengan 2 kata yang berlawanan. Diantara 2 kata yang berlawanan tersebut terdapat 7 kemungkinan jawaban. Kemungkinan jawaban tersebut adalah sebagai berikut :
1 = sangat : jika Saudara merasa kata di sebelah kiri tersebut sangat sesuai dengan diri Saudara
2 = cukup : jika Saudara merasa kata di sebelah kiri tersebut cukup sesuai dengan diri saudara
3 = agak : jika Saudara merasa kata di sebelah kiri tersebut agak / sedikit sesuai dengan diri saudara
4 = netral : jika Saudara merasa kata di sebelah kiri dan kanan tidak sesuai dengan diri saudara
5 = agak : jika Saudara merasa kata di sebelah kanan tersebut agak / sedikit sesuai dengan diri saudara
6 = cukup : jika Saudara merasa kata di sebelah kanan tersebut cukup sesuai dengan diri saudara
7 = sangat : jika Saudara merasa kata di sebelah kanan tersebut sangat sesuai dengan diri Saudara
Perhatikan setiap pertanyaan dengan teliti dan lingkari angka yang
Contoh :
Cuaca di kota Bandung belakangan ini adalah
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
sangat cukup agak netral agak cukup sangat
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung sangat baik, maka lingkarilah angka 1 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung cukup baik, maka lingkarilah angka 2 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung agak baik, maka lingkarilah angka 3 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung tidak baik dan tidak buruk, maka lingkarilah angka 4 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung agak buruk, maka lingkarilah angka 5 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung cukup buruk, maka lingkarilah angka 6 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Jika Saudara berpikir bahwa cuaca di kota Bandung sangat buruk, maka lingkarilah angka 7 seperti ini :
baik : __1__:__2__:__3__:__4__:__5__:__6__:__7__: buruk
Dalam menentukan pilihan jawaban, pastikan Saudara mengisi semua
nomor dan tidak melingkari lebih dari 1 pilihan jawaban.
Jawablah setiap pertanyaan dibawah ini dengan cara melingkari angka yang menurut saudara paling menggambarkan diri saudara. Beberapa pertanyaan tampak mirip tapi pertanyaan tersebut ditunjukkan pada topik-topik yang berbeda. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
1. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang… Mudah dilakukan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Sulit dilakukan
2. Sebagian besar keluarga saya berpikir bahwa....
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus minum obat secara teratur
3. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang…… Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
4. Saya berencana untuk minum obat secara teratur
Sesuai dengan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak sesuai dengan diri saya diri saya
5. Saya sendiri yang memutuskan untuk minum atau tidak minum obat secara teratur
Setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak setuju
6. Teman saya berpikir bahwa ….
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus minum obat secara teratur
8. Saya ………… minum obat secara teratur
Berniat: 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak berniat
9. Saya yakin bahwa jika saya mau, saya dapat minum obat secara teratur Benar : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Salah
10. Dokter menuntut saya untuk minum obat secara teratur. Benar : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Salah
11. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang….
Menyenangkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak menyenangkan
12. Saya ………
Akan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak akan berusaha minum obat secara teratur
13.Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang….dilakukan Mungkin: 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Tidak mungkin
14.Perawat saya berpikir bahwa...
Saya harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya tidak harus minum obat secara teratur
15. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang.… Menguntungkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Merugikan
DATA PENUNJANG
Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan di bawah ini kemudian jawablah pertanyaan tersebut dengan cara memberi tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang menurut Saudara paling menggambarkan diri Saudara.
(Personal)
1. Saya adalah pribadi yang ...
a. senang berbicara dan senang berinteraksi dengan orang lain
b. pendiam dan lebih senang menikmati waktu sendiri daripada bersama orang lain
2. Bagi saya kesehatan itu merupakan hal yang ... a. penting
b. cukup penting c. kurang penting
3. Jenis emosi yang dominan didalam diri saya adalah ... a. semangat, senang dan ceria
b. mudah sedih dan mudah kecewa
(Informasi)
4. Saya memiliki informasi yang ... tentang cara pengobatan penyakit TBC. a. jelas
5. Selama ini saya ... untuk memperoleh informasi tentang penyakit TBC dan cara pengobatannya.
a. mudah b. sulit
(Dukungan sosial)
6. Dalam menjalani pengobatan TBC, saya ... dari keluarga a. memperoleh dukungan
b. kurang memperoleh dukungan
7. Keluarga saya ... ketika saya mengalami kesulitan a. mensupport
HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
INTENTION DAN DETERMINAN-DETERMINANNYA
A. Validitas Intention
No Item Koefisien Keterangan
4 0,517 Diterima
8 0,788 Diterima
12 0,692 Diterima
16 0,717 Diterima
B. Validitas Attitude Toward the Behavior
No Item Koefisien Keterangan
3 0,780 Diterima
7 0,370 Diterima
11 0,702 Diterima
15 0,377 Diterima
C. Validitas Subjective Norms
No Item Koefisien Keterangan
2 0,416 Diterima
6 0,793 Diterima
10 0,464 Diterima
14 0,487 Diterima
D. Validitas Perceived Behavioral Control
No Item Koefisien Keterangan
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Subjek Usia Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir
1 54 Laki - laki SD
2 34 Laki - laki SMU
3 58 Perempuan SD
4 56 Perempuan SD
5 26 Laki - laki SMP
6 33 Laki - laki SMP
7 25 Perempuan SMU
8 45 Perempuan SD
9 42 Laki - laki SMU
10 55 Laki - laki SD
11 26 Laki - laki SD
12 32 Perempuan SMU
13 28 Perempuan SMU
14 32 Perempuan S1
15 30 Laki - laki SMU
16 44 Perempuan SMU
17 20 Laki - laki SMU
18 19 Perempuan SMK
19 54 Perempuan SMP
20 43 Laki - laki SMU
21 20 Perempuan SMK
23 23 Perempuan SD
24 25 Laki - laki SMU
25 59 Laki - laki S1
26 34 Laki - laki SMU
27 60 Laki - laki STM
28 19 Laki - laki SMK
29 33 Perempuan S1
30 26 Laki - laki SMU
31 60 Laki - laki SD
32 47 Laki - laki STM
33 42 Perempuan SD
34 19 Laki - laki SMU
35 22 Perempuan SMP
36 25 Laki - laki SMK
37 37 Perempuan SD
38 34 Laki - laki SMU
39 25 Perempuan SD
40 26 Laki - laki SD
41 31 Perempuan SMU
42 26 Laki - laki SD
43 35 Perempuan SMU
44 60 Perempuan SMK
45 22 Laki - laki SD
KARAKTERISTIK RESPONDEN
47 45 Laki - laki SMP
48 19 Laki - laki SMP
49 19 Perempuan SMU
50 23 Laki - laki SMP
51 20 Laki - laki SMP
52 27 Perempuan D3
53 24 Perempuan SD
54 51 Laki - laki SMP
55 39 Laki - laki SMU
56 25 Perempuan SMK
57 42 Laki - laki SD
58 33 Perempuan SMP
59 48 Perempuan SD
CROSSTABULATION ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR DENGAN
DATA PENUNJANG
Tabel 6.1 Crosstabs antara Usia dengan Attitude Toward The Behavior
(ATB)
Usia ATB
Total
Positif Negatif
19-34 tahun 20 16 36
55,6% 44,4% 100%
35-60 tahun 14 10 24
58,3% 41,7% 100%
Total 34 26 60
56,7% 43,3% 100%
Tabel 6.2 Crosstabs antara Jenis Kelamin dengan Attitude Toward The
Behavior (ATB)
Jenis kelamin ATB
Total
Positif Negatif
Laki-laki 21 11 32
65,6% 34,4% 100%
Perempuan 13 15 28
46,4% 53,6% 100%
Total 34 26 60
Tabel 6.3 Crosstabs antara Pendidikan Terakhir dengan Attitude Toward The
Tabel 6.4 Crosstabs antara Kesehatan (nilai) dengan Attitude Toward The
Tabel 6.5 Crosstabs antara Memiliki Informasi dengan Attitude Toward The
Behavior (ATB)
Memiliki informasi
ATB
Total
Positif Negatif
Jelas 25 23 48
52,1% 47,9% 100%
Kurang jelas 9 3 12
75% 25% 100%
Total 34 26 60
CROSSTABULATION SUBJECTIVE NORMS DENGAN DATA
PENUNJANG
Tabel 7.1 Crosstabs antara Usia dengan Subjective Norms (SN)
Usia SN
Total
Positif Negatif
19-34 tahun 19 17 36
52,8% 47,2% 100%
35-60 tahun 12 12 24
50% 50% 100%
Total 31 29 60
51,7% 48,3% 100%
Tabel 7.2 Crosstabs antara Jenis Kelamin dengan Subjective Norms (SN)
Jenis kelamin SN
Total
Positif Negatif
Laki-laki 17 15 32
53,1% 46,9% 100%
Perempuan 14 14 28
50% 50% 100%
Total 31 29 60
Tabel 7.3 Crosstabs antara Pendidikan dengan Subjective Norms (SN)
Tabel 7.4 Crosstabs antara Dukungan Keluarga Saat Menjalani Pengobatan
Tabel 7.5 Crosstabs antara Ketika Mengalami Kesulitan dengan Subjective
Norms (SN)
Ketika mengalami
kesulitan
SN
Total
Positif Negatif
Support 29 29 58
50% 50% 100%
Kurang mensupport
2 0 2
100% 0% 100%
Total 31 29 60
CROSSTABULATION PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL DENGAN
DATA PENUNJANG
Tabel 8.1 Crosstabs antara Usia dengan Perceived Behavioral Control
(PBC)
Usia PBC
Total
Positif Negatif
19-34 tahun 22 14 36
61,1% 38,9% 100%
35-60 tahun 12 12 24
50% 50% 100%
Total 34 26 60
56,7% 43,3% 100%
Tabel 8.2 Crosstabs antara Jenis Kelamin dengan Perceived Behavioral
Control (PBC)
Jenis kelamin PBC
Total
Positif Negatif
Laki-laki 20 12 32
62,5% 37,5% 100%
Perempuan 14 14 28
50% 50% 100%
Total 34 26 60
Tabel 8.3 Crosstabs antara Pendidikan dengan Perceived Behavioral
Tabel 8.4 Crosstabs antara Kepribadian dengan Perceived Behavioral Control
Tabel 8.5 Crosstabs antara Jenis Emosi yang Dominan dengan Perceived
Tabel 8.6 Crosstabs antara Memperoleh Informasi dengan Perceived
Uji hipotesis
Hipotesis 1 : Signifikansi attitude toward the behavior terhadap intention
H0 : Attitude toward the behavior tidak berpengaruh signifikan terhadap intention.
H1 : Attitude toward the behavior berpengaruh signifikan terhadap intention.
Tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan nilai ttabel = 2,002
Hipotesis 2 : Signifikansi subjective norms terhadap intention
H0 : Subjective norms tidak berpengaruh signifikan terhadap intention.
H1 : Subjective norms berpengaruh signifikan terhadap intention.
Hipotesis 3 : Signifikansi perceived behavioral control terhadap intention
H0 : Perceived behavioral control tidak berpengaruh signifikan terhadap intention.
H1 : Perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap intention.
Tingkat signifikan (α) sebesar 5% dan nilai ttabel 2,002
Hipotesis 4 : Signifikansi attitude toward the behavior, subjective norms dan
perceived behavioral control secara bersama-sama terhadap intention
H0 : Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap intention.
H1 : Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap intention.
Tingkat signifikan (α ) sebesar 5%
Tabel 10.2 Output Uji F
ANOVAb
410.324 3 136.775 80.533 .000a
95.109 56 1.698
505.433 59
Regress ion Res idual Total Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X3, X2, X1 a.
Dependent Variable: Y b.
Kisi-Kisi Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya
Item
1. Attitude Toward The Behavior adalah sikap
mengenai baik atau buruk, penting atau tidak penting, menyenangkan atau tidak menyenangkan, menguntungkan atau merugikan untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung.
3. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang (Baik – Buruk)
7. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang (Penting – Tidak Penting)
11. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang…. (Menyenangkan – Tidak Menyenangkan)
15. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang.… (Menguntungkan – Merugikan)
2. Subjective Norms adalah persepsi penderita TBC
yang sedang menjalani pengobatan di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung terhadap keluarga, teman, dokter, dan perawat untuk mengharuskan
2. Sebagian besar keluarga saya berpikir bahwa
(Saya harus - Saya tidak harus) minum obat secara teratur 6. Teman saya berpikir bahwa….
atau tidak mengharuskan meminum obat secara teratur dan kesediaan untuk mematuhi orang-orang tersebut.
10. Dokter menuntut saya untuk minum obat secara teratur (Benar – Salah )
14. Perawat saya berpikir bahwa
(Saya harus – Saya tidak harus) minum obat secara teratur 3. Perceived Behavioral Control adalah persepsi
penderita TBC mengenai mampu atau tidak mampunya mereka untuk minum obat secara teratur, mudah atau sulit, mungkin atau tidak mungkin, setuju atau tidak setuju, benar atau salah untuk minum obat secara teratur.
1. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan (Mudah dilakukan - Sulit dilakukan)
5. Saya sendiri yang memutuskan untuk minum atau tidak minum obat secara teratur
(Setuju – Tidak Setuju)
9. Saya yakin bahwa jika saya mau, saya dapat minum obat secara teratur (Benar – Salah)
13. Bagi saya minum obat secara teratur merupakan hal yang .... dilakukan (Mungkin – Tidak Mungkin)
4. Intention adalah seberapa kuat niat penderita
TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung
untuk berencana, mencoba, dan berusaha untuk minum obat secara teratur.
8. Saya (Berniat – Tidak berniat) untuk minum obat secara teratur
12. Saya (Akan berusaha – Tidak akan berusaha) untuk minum obat secara teratur
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini secara optimal harus diselenggarakan upaya kesehatan bagi semua kehidupan seseorang. Menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (http://www.fakta.or.id/index.php?option=com_content&view=article&Itemid=11 8&id=154:uu-no-36-tahun-2009-tentang-kesehatan).
Universitas Kristen Maranatha Tahan Asam (BTA). TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening. Meskipun demikian, bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit TBC ini juga merupakan salah satu penyakit infeksi menular, yang mana penyebarannya dapat melalui udara dalam bentuk percikan dahak yang mengandung kuman bakteri yang keluar dengan cara batuk, bersin, maupun saat berbicara dengan penderita TBC, dimana kuman-kuman tersebut akan bersarang di paru-paru (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Penyakit Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dan telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan TBC sebagai kedaruratan dunia (global emergency) karena situasi TBC di dunia semakin memburuk dan jumlah kasus TBC meningkat serta banyak penderita yang tidak berhasil disembuhkan. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TBC baru dan 3 juta kematian akibat TBC di seluruh dunia (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Universitas Kristen Maranatha Dalam peringatan hari TBC Sedunia yang jatuh pada tanggal 24 Maret 2010 lalu, terungkap bahwa Indonesia berada di urutan ketiga setelah India dan China dalam masalah penderita TBC terbesar di dunia. Diperkirakan terdapat lebih dari 500 ribu orang yang menderita penyakit TBC di Indonesia. Di Jawa Barat penderita TBC terus meningkat mencapai 61.429 jiwa pada tahun 2010. Menurut Asisten Daerah Kesejahteraan Rakyat Pemprov Jawa Barat, Peri Supriatna, penderita TBC di Jabar sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu atau miskin yang berakhir pada kematian hingga mencapai 150 orang/tahun (www.Kapanlagi.com, Oktober 2010).
Diantara 500 ribu orang yang menderita TBC di Indonesia, sebanyak 2.220 orang berada di Kabupaten Bandung. Menurut Suhardiman, selaku Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, tingginya jumlah penderita TBC tersebut karena banyak daerah di Kabupaten Bandung yang kurang bersih, sehingga mengakibatkan bakteri BTA berkembang biak dengan cepat. Menurut Ketua Perkumpulan Pemberantasan Tuberkolosis Indonesia (PTTI) Jawa Barat, 85% penderita TBC di Jawa Barat berada pada usia produktif dan sebagian besar berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah serta berpendidikan rendah. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat pada tahun 2003 sebanyak 492 penderita TBC yang meninggal dunia atau setiap hari ada satu orang penderita TBC yang meninggal dunia ( www.Republika.com, Maret 2010).
Universitas Kristen Maranatha menetapkan strategi DOTS ( Directly Observes Treatment Short-course ) yang di rekomendasikan oleh WHO. DOTS pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995 dan telah di implementasikan secara meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Pengobatan penyakit TBC memiliki beberapa tujuan, yaitu agar dapat menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis), dan menurunkan resiko penularan. Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena penyakit TBC adalah secara umum dapat terlihat dari gejalanya terlebih dahulu yaitu batuk berdahak selama 2 - 3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari satu bulan. Di lihat dari gejala-gejala tersebut, penderita TBC harus melakukan pemeriksaan dahak (sputum) secara mikroskopis langsung dan rontgen bagian dada untuk memastikan apakah pasien mengidap positif TBC atau tidak (Departemen Kesehatan RI, 2008).
Universitas Kristen Maranatha hanya mencapai puncak tetapi juga mulai mengalami penurunan. Oleh sebab itu, kondisi kesehatan orang dewasa dapat ditingkatkan dengan mengurangi gaya hidup yang dapat merusak kesehatannya dan meningkatkan gaya hidup sehatnya. Begitu juga halnya yang dialami oleh penderita TBC ini.
Berdasarkan wawancara dengan 10 orang penderita TBC, pada saat pertama kali penderita mengetahui dirinya didiagnosa penyakit TBC, muncul berbagai perasaan dari dalam diri mereka. Perasaan terkejut, takut, dan malu kepada keluarga serta masyarakat sekitarnya, karena mereka mengetahui bahwa penyakit tersebut beresiko menular dan sulit untuk disembuhkan sehingga akan menimbulkan perasaan stress dalam diri mereka.
Berdasarkan wawancara dengan seorang perawat di bagian penyuluhan penyakit TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung, penyakit TBC dapat disembuhkan secara tuntas apabila penderita mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur sesuai dengan dosis yaitu minum obat 1 kali setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam arti keadaan perut masih kosong. Selain itu mengurangi makanan yang berminyak seperti goreng-gorengan dan mengkosumsi makanan yang bergizi dengan pola tinggi kabrohidrat dan protein untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Pengobatan yang dilakukan harus dengan cara meminum obat secara teratur sesuai waktu yang ditetapkan tersebut sangat penting agar obatnya bekerja secara sempurna untuk mencapai kesembuhan yang optimal.
Universitas Kristen Maranatha lingkungan rumah yang kurang bersih, kurangnya ventilasi-ventilasi udara, penggunaan bantal dan guling yang jarang di jemur, serta kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh paru-paru sehingga relatif akan mempermudah terkena TBC. Menurut perawat tersebut, penyakit TBC menular tetapi dapat di sembuhkan secara tuntas dengan cara mengikuti pengobatan yang diberikan dokter dan perawat dimana penderita TBC diharuskan menjalani proses pengobatan yang cukup lama yaitu 6 sampai 9 bulan dan harus rutin, tidak boleh terputus. Namun, pada kenyataannya banyak penderita TBC yang merasa sudah sembuh karena sudah tidak merasakan gejala-gejalanya lagi seperti tidak batuk-batuk, tidak merasakan sesak nafas dan tidak berkeringat lagi dimalam hari sehingga mereka memutuskan sendiri untuk berhenti mengkonsumsi minum obat secara teratur.
Pada umumnya, pengobatan penyakit TBC akan selesai dalam jangka waktu enam bulan, yang terdiri atas dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap intensif dimana penderita TBC harus minum obat selama dua bulan pertama setiap hari. Tahap kedua yaitu tahap lanjutan dimana penderita TBC harus minum obat tiga kali dalam seminggu selama empat bulan. (Yohannes L, 2008).
Universitas Kristen Maranatha kali setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam arti keadaan perut masih kosong, ternyata dalam pelaksanaannya minum obat secara teratur sangat sulit dilakukan karena beberapa alasan, antara lain penderita TBC malas menelan obatnya yang berukuran besar, terlambat bangun karena tidak terbiasa bangun pagi, malas dan bosan untuk mengikuti jadwal waktu minum obat yaitu minum obat 1 kali setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam keadaan perut masih kosong dan lupa harus minum obat sehingga membuat mereka mengalami kegagalan untuk sembuh secara tuntas.
Padahal, penderita TBC yang lalai meminum obatnya secara teratur selain akan gagal untuk mencapai kesembuhan juga akan mengakibatkan terjadinya kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) dan penderita TBC tersebut beresiko mengalami multidrug resistant (MDR), kuman berkembang lebih banyak sehingga menyerang organ lain, membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh, selain biaya yang semakin mahal, masa produktif yang hilang juga semakin banyak.
Universitas Kristen Maranatha Niat dalam teori Planned Behavior (Ajzen, 1991) disebut intention yaitu suatu keputusan mengerahkan usaha untuk melakukan suatu perilaku. Dalam penelitian ini adalah niat penderita TBC untuk minum obat secara teratur. Terdapat tiga determinan yang mempengaruhi intention yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control. Attitude toward the behavior merupakan sikap baik atau buruk, menarik atau membosankan, penting atau tidak penting, menguntungkan atau merugikan penderita TBC terhadap evaluasi dari konsekuensi untuk minum obat secara teratur. Subjective norms merupakan persepsi penderita TBC mengenai tuntutan dari keluarga (orangtua, istri dan suami), teman, dokter, dan perawat untuk mengharuskan atau tidak mengharuskan minum obat secara teratur, serta kesediaan penderita TBC untuk mematuhi orang-orang tersebut. Perceived behavioral control merupakan persepsi penderita TBC mengenai mampu atau tidak mampu dan mudah atau sulitnya untuk minum obat secara teratur.
Universitas Kristen Maranatha dirasakan tidak penting serta merugikan (attitude toward behaviour). Hal ini disebabkan karena mereka merasa malas menelan obatnya yang berukuran besar dan lelah harus menelan obat setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam arti keadaan perut masih kosong sehingga intention untuk minum obat secara teratur semakin lemah.
Sebanyak 12 orang (80%) penderita TBC mempersepsi bahwa keluarga (orangtua, istri dan suami) teman, dokter dan perawat menuntutnya (berupa teguran dan peringatan) untuk selalu meminum obat secara teratur agar mencapai kesembuhan secara tuntas dan terhindar dari kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti-Tuberkulosis (subjective norms), serta mereka memiliki kesediaan untuk mengikuti orang-orang tersebut, maka intention mereka untuk minum obat semakin kuat. Sebanyak 3 orang (20%) penderita TBC mempersepsi bahwa keluarga (orangtua, istri dan suami) teman, dokter dan perawat tidak menuntut mereka untuk selalu meminum obat secara teratur (subjective norms), serta mereka memiliki kesediaan untuk mengikuti orang-orang tersebut, maka intention mereka untuk minum obat semakin lemah.
Universitas Kristen Maranatha mempersepsi bahwa minum secara teratur merupakan hal yang sulit dilakukannya serta merasa adanya faktor-faktor yang menghambat hal tersebut (perceived behavioral control). Hal ini dikarenakan sulit mendapatkan obat karena jarak antara balai pengobatan jauh dari tempat tinggal, ia merasa kurang mampu menahan rasa bosan minum obatnya dan sulit untuk menelan obat-obatnya karena bentuk dari obatnya yang besar serta jumlah obat yang banyak untuk diminum sehingga intention mereka untuk minum obat semakin lemah.
Dari pemaparan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti intention dan determinan-determinannya untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tadi, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Universitas Kristen Maranatha Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang mendalam mengenai pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Ilmiah
Memberikan sumbangan informasi mengenai gambaran pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention, dan hubungan antar determinan-determinan intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC. Kepada peneliti-peneliti lain khususnya dalam bidang psikologi yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh intention dan determinan-determinannya.
Untuk menambah informasi dalam bidang ilmu psikologi kesehatan
mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya dari teori planned behavior pada penderita TBC.
1.4.2 Kegunaan Praktis
deteminan-Universitas Kristen Maranatha determinan yang di miliki oleh penderita TBC sehingga mereka dapat memotivasi penderita TBC agar memiliki intention yang kuat untuk minum obat secara teratur sehingga dapat mencapai kesembuhan secara tuntas.
Memberikan informasi kepada keluarga mengenai gambaran intention dan
determinan-determinan yang dimiliki penderita TBC sehingga mereka dapat mendukung dan memotivasi penderita TBC agar memiliki intention yang kuat dalam usahanya untuk meminum obat secara teratur sampai tuntas.
Memberikan informasi kepada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan ”X” Bandung mengenai intention dan determinan-determinannya yang di miliki mereka untuk meningkatkan kedisiplinan dalam minum obat secara teratur dan rutin.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah. Baik kesehatan diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan. Hidup yang sehat mencerminkan seseorang memiliki pola hidup sehat dalam menjaga dirinya dari berbagai penyakit. Salah satu penyakit akibat pola hidup tidak sehat adalah penyakit TBC. Penyakit TBC ini dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.
Universitas Kristen Maranatha memerlukan waktu yang lama yaitu 6 bulan. Cara pengobatan yang sangat penting dijalani penderita TBC ini adalah harus minum obat secara teratur sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Namun penderita TBC memiliki kecenderungan untuk berhenti minum obat apabila merasa gejalanya telah hilang seperti tidak batuk-batuk, tidak merasakan sesak nafas dan tidak berkeringat lagi dimalam hari sehingga mereka memutuskan sendiri untuk berhenti mengkonsumsi minum obat secara teratur, padahal bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat. Jika hal ini terjadi dan kuman tersebut menyebar, maka pengendalian TBC akan semakin sulit dilaksanakan sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk disembuhkan. Oleh karena itu penderita TBC harus memiliki niat yang kuat untuk dapat minum obat secara teratur.
Universitas Kristen Maranatha Determinan yang pertama yaitu attitude toward the behavior adalah sikap favourable atau unfavourable dalam menampilkan suatu perilaku yang dihasilkan dari evaluasi positif atau negatif terhadap suatu perilaku. Attitude toward the behavior terbentuk dari behavioral belief dan outcome evaluations yaitu keyakinan mengenai evaluasi dari konsekuensi menampilkan suatu perilaku. Jika penderita TBC yang memiliki keyakinan dengan minum obat secara teratur akan menghasilkan konsekuensi yang positif yaitu dapat sembuh secara tuntas, bisa lebih produktif lagi, bisa fokus kembali dalam melakukan pekerjaan maupun pendidikannya dan terhindar dari kekebalan ganda kuman TBC terhadap Obat Anti-Tuberkulosis (OAT) maka penderita TBC akan memiliki sikap yang favourable terhadap minum obat secara teratur. Sikap favourable ini, yaitu semangat untuk minum obat secara teratur dimanapun mereka berada dan tidak merasa bosan untuk melakukan hal itu sesuai dengan jadwal waktu minum obat (minum obat 1 kali setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam keadaan perut masih kosong). Sikap tersebut akan mempengaruhi intention untuk penderita TBC untuk minum obat secara teratur menjadi kuat.
Universitas Kristen Maranatha dan merasa gejalanya telah hilang sehingga sikap tersebut akan mempengaruhi intention untuk minum obat secara teratur menjadi lemah.
Determinan kedua yaitu subjective norms adalah persepsi mengenai tuntutan dari orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku tertentu dan kesediaan untuk mematuhi orang-orang tersebut. Tuntutan yang dipersepsi penderita TBC ini dapat berupa teguran atau peringatan dari keluarga (orangtua, istri dan suami), teman, dokter, dan perawat agar tidak lupa minum obat sesuai jadwalnya. Subjective norms terbentuk dari normative beliefs dan motivation to comply, yaitu keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok yang penting baginya akan menyetujui atau tidak menyetujui penampilan dari suatu perilaku dan kesediaan individu untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut.
Universitas Kristen Maranatha apabila mereka lupa minum obat, maka mereka akan mempersepsi bahwa keluarga (orangtua, istri, dan suami), teman, dokter, dan perawat tidak menuntut untuk minum obat secara teratur serta mereka memiliki kesedian mengikuti orang-orang tersebut, maka intention untuk minum obat secara teratur menjadi lemah.
Determinan ketiga yaitu perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan suatu perilaku. Perceived behavioral control terbentuk dari control beliefs dan power of control factors, yaitu keyakinan mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat dalam menampilkan suatu perilaku terhadap minum obat secara teratur. Jika penderita TBC memiliki keyakinan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung untuk minum obat secara teratur misalnya mudah mencari obat-obat yang diperlukannya, merasa mudah untuk minum obat secara teratur meskipun setiap minum obat harus dibantu dengan buah pisang terlebih dahulu, dapat minum obat sesuai dengan jadwal setiap pagi dengan waktu yang sama, 1 - 2 jam sebelum sarapan dalam arti keadaan perut masih kosong dan mampu bertahan dalam kebosanan maka mereka mempersepsi bahwa untuk minum obat secara teratur dirasakan mudah, sehingga intention untuk minum obat secara teratur menjadi kuat.
Universitas Kristen Maranatha menelan obat-obatnya karena bentuk dari obatnya yang besar serta jumlah obat yang banyak untuk diminum maka akan menimbulkan persepsi bahwa mereka tidak mampu untuk minum obat secara teratur, sehingga intention untuk minum obat secara teratur menjadi lemah.
Ketiga determinan akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention seseorang dalam menampilkan suatu perilaku. Pengaruh ketiga determinan tersebut terhadap intention dapat berbeda-beda satu sama lain. Ketiga determinan tersebut dapat sama-sama kuat mempengaruhi intention, atau dapat salah satu saja yang kuat dalam mempengaruhi intention, tergantung kepada determinan apa yang dianggap paling penting dalam mempengaruhi intention. Misalnya penderita TBC memiliki subjective norms yang positif dan determinan tersebut memiliki pengaruh yang paling kuat, maka intention penderita TBC untuk minum obat secara teratur akan kuat walaupun dua determinan yang lainnya negatif karena subjective norms merupakan determinan paling penting mempengaruhi niat penderita TBC untuk minum obat secara teratur. Sebaliknya, apabila subjective norms yang dimiliki oleh penderita TBC negatif dan kedua determinan lainnya positif, maka intention penderita TBC untuk minum obat secara teratur akan lemah. Hal ini dikarenakan bahwa subjective norms memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap intention.
Universitas Kristen Maranatha tuntas (attitude toward behavior positif) sehingga intentionnya untuk minum obat secara teratur menjadi kuat. Jika penderita TBC memiliki keyakinan bahwa selama ini mudah untuk memperoleh informasi tentang penyakit TBC dan cara pengobatannya yaitu minum obat secara teratur maka mereka mempersepsi minum obat secara teratur dirasakan mudah (perceived bahavioral control positif), sehingga akan memperkuat intentionnya untuk minum obat secara teratur. Jika penderita TBC memiliki keyakinan dalam menjalani pengobatan TBC mereka memperoleh dukungan dari keluarga seperti mengingatkannya minum obat secara teratur selama menjalani pengobatannya (subjective norms positif) sehingga akan memperkuat intentionnya untuk minum obat secara teratur. Jika penderita TBC memiliki keyakinan bahwa keluarganya memberikan support pada saat mereka mengalami kesulitan seperti menemani mereka ketika berobat (subjective norms positif) sehingga akan memperkuat intentionnya untuk sembuh secara tuntas.
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi penelitian
Dari kerangka pemikiran di atas, peneliti mempunyai asumsi, yaitu:
1. Kuat lemahnya intention penderita TBC untuk minum obat secara teratur dipengaruhi oleh attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control.
2. Determinan-determinan penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung untuk minum obat secara teratur memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap intention.
3. Penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung memiliki intention yang berbeda-beda untuk meminum obat secara teratur.
4. Ketiga beliefs yang membentuk determinan-determinan diatas, masing-masing juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti personal (kepribadian, nilai-nilai dan emosi); social; information (pengetahuan dan pengalaman) dan dukungan sosial.
1.7Hipotesis
Hipotesis Utama :
Universitas Kristen Maranatha Hipotesis Sekunder:
Hipotesis 1
Terdapat pengaruh antara attitude toward the behavior terhadap intention untuk meminum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung.
Hipotesis 2
Terdapat pengaruh antara subjective norms terhadap intention untuk meminum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung.
Hipotesis 3
Terdapat pengaruh antara perceived behavioral control terhadap intention untuk meminum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung.
Hipotesis 4
72 Universitas Kristen Maranatha KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada 60 orang penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Determinan perceived behavioral control yang memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar 37,2% terhadap intention untuk minum obat secara
teratur pada penderita TBC.
2. Ketiga determinan, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control secara bersama-sama mempengaruhi intention dengan kontribusi sebesar 81,2% pada penderita TBC yang sedang menjalani pengobatan di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung. 3. Determinan subjective norms memberikan kontribusi kedua terbesar yaitu
sebesar 28,9% bagi penderita TBC terhadap intention untuk minum obat secara teratur.
4. Determinan attitude toward the behavior memberikan kontribusi yang terkecil yaitu sebesar 15% bagi penderita TBC terhadap intention untuk minum obat secara teratur.
Universitas Kristen Maranatha perceived behavioral control adalah jenis emosi yang dominan pada penderita TBC. Attitude toward the behavior adalah nilai (pentingnya kesehatan) bagi penderita TBC untuk minum obat secara teratur.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Saran Ilmiah:
Untuk penelitian lebih lanjut, dapat mengukur belief-belief yang mendasari determinan-determinan intention dan pengaruhnya terhadap determinan itu sendiri.
Saran Praktis :
1. Bagi perawat di Balai Besar Kesehatan “X” Bandung disarankan memberikan penyuluhan secara rutin tentang manfaat minum obat secara teratur.
2. Bagi keluarga disarankan untuk memberikan dukungan secukupnya kepada penderita TBC dengan selalu membantu mengingatkan mereka untuk minum obatnya sehingga penderita TBC dapat meminum obatnya secara teratur sesuai dosis dan jadwalnya.
74
Universitas Kristen Maranatha Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open
University Press, McGraw-Hill Education.
Ajzen, Icek. 1991. Organizational of Behavior and Human Decision Processes. University of Massachusetts at Amherst.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi Kedua. Jakarta : Bakti Husada
Endrayanto., Sujarweni,W. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Edisi Pertama : Graha Ilmu.
Furlong. 2000. Research Methods and Statistics. Florida : Harcourt College Publishers.
Laban, Y. 2008. TBC - Penyakit dan Cara Pencegahannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Santrock, W. 2002. Life Span Development. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Siregar, S. 2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian : Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Pers.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Cetakan Kelima. Bandung : Penerbit Alfabeta.
75
Universitas Kristen Maranatha Intention Untuk Berhenti Menggunakan Narkoba Pada Pecandu
Narkoba Yang Sedang Menjalani Rehabilitasi Di Rumah Sakit “X”
Bogor. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Ariestya, Yofanny C. 2007. Studi Deskriptif Mengenai Intention Dan Determinan-Determinannya Dalam Pengelolaan Diabetes Dengan Diet Pada Pengidap
Diabetes Melitus Di Rumah Sakit “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
http://www.fakta.or.id/index.php?option=com_content&view=article&Itemid=11
8&id=154:uu-no-36-tahun-2009-tentang-kesehatan
www.Kapanlagi.com, diakses Oktober 2010