Universitas Kristen Maranatha viii
STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN PONDASI
DANGKAL DENGAN MENGGUNAKAN
EUROCODE 7
TERHADAP
NAVFAC
Sartika Yuni Saputri 0821029
Pembimbing: Ibrahim Surya, Ir., M. Eng.
ABSTRAK
Beberapa peraturan pondasi dangkal bertujuan menerapkan prinsip-prinsip umum dan persyaratan serta aplikasi aturan umum yang relevan pada desain geoteknik untuk konstruksi bangunan dan para pekerja teknik sipil, sehingga tercipta keselarasan dalam peraturan pondasi dangkal. Eurocode sendiri merupakan seperangkat aturan teknis yang diselaraskan dan dikembangkan oleh Komite Eropa untuk standarisasi desain struktur konstruksi di Uni Eropa. Filosofi dasar
eurocode yaitu sebagai altenatif dikarenakan perbedaan aturan di negara-negara anggota Uni Eropa, selain itu eurocode dimaksudkan sebagai pedoman acuan dalam mendesain pondasi.
Pembahasan dalam Tugas Akhir ini mencakup desain pondasi dangkal dengan metoda peraturan NAVFAC dan Eurocode 7, membandingkan hasil kapasitas dukung dan penurunan pada tanah lempung akibat beban vertikal sedangkan pada tanah pasir akibat beban vertikal dan lateral, dengan perhitungan manual.
Dengan menggunakan metoda peraturan NAVFAC, untuk kasus 1 didapatkan kapasitas daya dukung sebesar 273,703 kN/m2 dengan penurunan sebesar 0,1286 m dan untuk kasus 2 didapatkan kapasitas daya dukung sebesar 213,59 kN/m2 dengan penurunan sebesar 0,0009 m. Sedangkan untuk metoda Eurocode 7 didapatkan kapasitas dukung dan penurunan yang bervariasi karena tergantung pada pendekatan desain baik pada kondisi undrained dan drained.
Universitas Kristen Maranatha ix
COMPARATIVE STUDIES OF DESIGN SHALLOW
FOUNDATION BY USING THE EUROCODE 7 TO
NAVFAC
Sartika Yuni Saputri 0821029
Advisor: Ibrahim Surya, Ir., M. Eng.
ABSTRACT
Some rules of shallow foundation aims to apply the general principles and requirements as well as the application of general rules relevant to the geotechnical design for construction of buildings and civil engineering workers, so as to create harmony in the regulation of shallow foundation. Eurocode itself is a set of harmonized technical rules and developed by the European Committee for standardization construction of structural design in the European. The basic philosophy of the eurocode which as been divided due to the difference in rules in the Member States of the European Union, in addition to eurocode is intended as a reference guide in designing the Foundation.
The discussion in this final project includes the design of shallow foundation with NAVFAC regulatory methods and Eurocode 7, comparing the results of bearing capacity and decrease in clay soil due to the vertical load while in sandy soil due to vertical and lateral loads, with manual calculations.
By using the method of regulation of NAVFAC, To case 1 acquired the bearing capacity of 273,703 kN/m2 with settlement by 0,1286 m and to 2 case by the bearing capacity of 213,59 kN/m2 with settlement by 0,0009 m. As for the method of Eurocode 7 obtained bearing capacity and settlement varies depending on the design approach for both undrained and drained conditions.
Universitas Kristen Maranatha x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... ii
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Pendahuluan Eurocode ... 1
1.2Tujuan Penelitian ... 2
1.3Ruang Lingkup Penelitian ... 2
1.4Sistematika Penelitian ... 3
1.5Diagram Alir Penelitian ... 4
BAB II PONDASI DANGKAL 2.1Pendahuluan Pondasi ... 5
2.2Penggunaan Pondasi Dangkal ... 6
2.3Jenis Pondasi Dangkal ... 6
2.4Konstruksi Pondasi Dangkal ... 9
2.5Kriteria Pondasi Dangkal ... 11
BAB III PERATURAN PERENCANAAN PONDASI DANGKAL 3.1Bermacam Peraturan Pondasi Dangkal ... 13
3.2U.S. Code–Naval Facilities Engineering Command (NAVFAC) ... 13
3.2.1 Daya Dukung (NAVFAC) ... 13
3.2.2 Penurunan (NAVFAC) ... 19
Universitas Kristen Maranatha xi
3.3.1 Daya Dukung (EC7) ... 24
3.3.2 Penurunan (EC7) ... 29
3.3.3 Perancangan Pondasi Dangkal Menurut EC7 ... 31
3.4 Perbandingan Antara Kedua Macam Peraturan ... 38
BAB IV CONTOH PERANCANGAN 4.1Daya Dukung ... 39
4.1.1 Kasus 1 Pondasi Di Tanah Lempung Akibat Beban Vertikal 40 4.1.1.1 Desain Kasus 1 NAVFAC ... 41
4.1.1.2 Desain Kasus 1 EC7 ... 61
4.1.1.2.1 DA-1 Kombinasi 1 (Undrained) ... 61
4.1.1.2.2 DA-1 Kombinasi 2 (Undrained) ... 62
4.1.1.2.3 DA-1 Kombinasi 1 (Drained) ... 63
4.1.1.2.4 DA-1 Kombinasi 2 (Drained) ... 65
4.1.2 Kasus 2 Pondasi Di Tanah Pasir Akibat Beban Vertikal Dan Lateral ... 70
4.1.2.1 Desain Kasus 2 NAVFAC ... 70
4.1.2.2 Desain Kasus 2 EC7 ... 71
4.1.2.2.1 DA-1 Kombinasi 1 (Drained) ... 72
4.1.2.2.2 DA-1 Kombinasi 2 (Drained) ... 74
4.2Penurunan ... 79
4.2.1 Kasus 1 Pondasi Di Tanah Lempung Akibat Beban Vertikal 80 4.2.1.1 Desain Kasus 1 NAVFAC ... 81
4.2.1.2 Desain Kasus 1 EC7 ... 82
4.2.1.2.1 DA-1 Kombinasi 1 (Undrained) ... 83
4.2.1.2.2 DA-1 Kombinasi 2 (Undrained) ... 83
4.2.1.2.3 DA-1 Kombinasi 1 (Drained) ... 85
4.2.1.2.4 DA-1 Kombinasi 2 (Drained) ... 86
4.2.2 Kasus 2 Pondasi Di Tanah Pasir Akibat Beban Vertikal Dan Lateral ... 89
4.2.2.1 Desain Kasus 2 NAVFAC ... 89
4.2.2.2 Desain Kasus 2 EC7 ... 90
Universitas Kristen Maranatha xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
Universitas Kristen Maranatha xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian ... 4
Gambar 2.1 Pondasi Pelat Beton ... 10
Gambar 3.1 Daya Dukung Ultimit Pondasi dangkal Dengan Beban Vertikal Konsentris ... 13
Gambar 3.2 Kurva e-log p, Perhitungan Penurunan Total Untuk Kondisi Pembebanan yang Bervariasi ... 22
Gambar 3.3 Tingkat Waktu Konsolidasi Pada Drainase Arah Vertikal Dengan Pembebanan Seketika ... 23
Gambar 3.4 Bagan Alir Desain Spread Fo undation NAVFAC ... 36
Gambar 3.5 Bagan Alir Desain Spread Fo undation Eurocoede 7 ... 37
Universitas Kristen Maranatha xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Pondasi Dangkal ... 7
Tabel 2.2 Penurunan Pondasi Yang Diijinkan ... 12
Tabel 3.1 Nilai Nominal Daya Dukung Tekanan Yang Diijinkan Untuk Spread Foundation ... 16
Tabel 3.2 Bentuk Dan Faktor Kekakuan Untuk Menghitung Penurunan Titik Di Area Pembebanan Pada Permukaan Elastic Half-Space ... 19
Tabel 3.2a Untuk Kedalaman Tak Terhingga ... 19
Tabel 3.2b Untuk Kedalaman Terbatas dan Lapisan Bawah Bersifat Kaku 20
Tabel 3.3 Model Perhitungan Metode Langsung Dan tidak Langsung ... 30
Tabel 3.4 Kategori Geoteknik Yang Sesuai Dengan Penelitian, Desain Dan Jenis Struktur ... 32
Tabel 3.5 Faktor Parsial Terhadap Tindakan ( F) Atau Efek Dari Tindakan ( E) ... 33
Tabel 3.6 Faktor Parsial Untuk Parameter Tanah ( M) ... 33
Tabel 3.7 Faktor Parsial Resistensi ( R) Untuk Spread Foundation ... 34
Tabel 3.8 Kombinasi Untuk ( M) ... 34
Tabel 4.1 Faktor Parsial Untuk Desain Pendekatan 1 ... 40
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan Daya Dukung Untuk NAVFAC dan Eurocode 7 Pada Kasus 1 ... 68
Tabel 4.3 Tabel Perhitungan Daya Dukung Untuk NAVFAC dan Eurocode 7 Pada Kasus 2 ... 78
Tabel 4.4 Tabel Perhitungan Penurunan Untuk NAVFAC dan Eurocode 7 Pada Kasus 1 ... 88
Tabel 4.5 Tabel Perhitungan Penurunan Untuk NAVFAC dan Eurocode 7 Pada Kasus 2 ... 91
Tabel 4.6 Ringkasan Kapasitas Daya Dukung Berdasarkan Contoh Kasus Perancangan ... 92
Universitas Kristen Maranatha xv
Universitas Kristen Maranatha xvi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
A' Luas efektif pondasi B Lebar pondasi Bx Lebar pondasi arah x
By Lebar pondasi arah y
B', L' Lebar efektif pondasi bc, bq, b Faktor dasar pondasi
bx Lebar kolom arah x
by Lebar kolom arah y
Cc Indeks kompresi
Cv Koefisien konsolidasi
Cα Indeks pemampatan skunder c Kohesi
cu,d Karakteristik nilai desain c
c' Kohesi efektif Df Kedalaman pondasi
E Modulus elastisitas tanah e Angka pori
e Eksentrisitas eo Angka pori awal
ep Angka pori pada saat konsolidasi primer selesai
F Beban gempa fc' Kuat tekan beton
fy Kuat leleh baja tulangan
H2dr Panjang maksimum yang harus ditempuh air tanah untuk keluar atau lintasan drainase
h tebal pondasi
ic, iq, i Faktor inclination beban
Universitas Kristen Maranatha xvii
Mux Momen arah x akibat beban terfaktor
Muy Momen arah y akibat beban terfaktor
Mv Koefisien kompressibilitas
P Beban terpusat
Pu Gaya aksial akibat beban terfaktor
po Tegangan efektif overburden
q Beban merata yang bekerja qc Tahanan ujung konus rata-rata sc, sq, s Faktor bentuk pondasi
Tv Faktor konsolidasi tergantung dari derajat konsolidasi
t Waktu
t1 Waktu penurunan konsolidasi primer
t2 Waktu penurunan konsolidasi skunder
U Derajat konsolidasi dalam persen
v Poisson’s ratio
αs Posisi kolom (dalam = 40, tepi = 30, sudut = 20)
Sudut resultan yang diukur dari sumbu vertikal Berat volume tanah
b Berat beton bertulang sat Berat volume jenuh w Berat volume air
Δe Perubahan angka pori
Δp Tegangan akibat beban luar ϕ Sudut geser dalam
Universitas Kristen Maranatha xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram Pengaruh R. E. Fadum (1948) Untuk NAVFAC Kasus 1 93 Lampiran 2 Diagram Pengaruh R. E. Fadum (1948) Untuk EC7 DA1
(Undrained) ... 94
Lampiran 3 Diagram Pengaruh R. E. Fadum (1948) Untuk EC7 DA1 (Undrained) ... 95
Lampiran 4 Diagram Penurunan Seketika Untuk Tanah Kohesif ... 96
Lampiran 5 Metode Perhitungan Schmertmann ... 97
Lampiran 6 Lampiran Nasional D ... 99
Lampiran 7 Data Tanah ... 102
Universitas Kristen Maranatha 93
LAMPIRAN 1
Universitas Kristen Maranatha 94
LAMPIRAN 2
Universitas Kristen Maranatha 95
LAMPIRAN 3
Universitas Kristen Maranatha 96
LAMPIRAN 4
DIAGRAM PENURUNAN SEKETIKA UNTUK TANAH KOHESIF
Universitas Kristen Maranatha 97
LAMPIRAN 5
METODE PERHITUNGAN SCHMERTMANN
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
qc
(MP
a
)
Depth (m)
Data Sondir
Metode
Universitas Kristen Maranatha 98
[Lanjutan] LAMPIRAN 5
METODE PERHITUNGAN SCHMERTMANN
Δz (m) qc (MPa) E (MPa) Iz
0 5,5
1 1
2 2
0,02 0,02
0,01 0,01
Σ 0,02
Universitas Kristen Maranatha 99
Universitas Kristen Maranatha 100
Universitas Kristen Maranatha 101
Universitas Kristen Maranatha 102
LAMPIRAN 7
DATA TANAH
3.6.2. Perilaku Karakteristik Tanah
Dari data profil tanah yang berasal dari Laboraturium Mekanika Tanah Universitas Diponegoro pada Ruas Jalan Menganti – Wangon, data sondir dan boring di atas, diperoleh kesimpulan bahwa jenis tanah pada badan jalan adalah tanah lanau (lempung organik). Material tanah yang berupa lempung mempunyai ukuran butiran yang sangat kecil serta menunjukkan sifat kohesi dan sifat plastisitas. Kohesi menunjukkan sifat saling melekat antar butirannya, sedangkan sifat plastis menunjukkan kemungkinan berubah bentuk tanpa terjadi perubahan isi atau tanpa kembali kebentuk semula.
Berdasarkan survey lapangan yang telah dilakukan diketahui bahwa longsoran
terutama terjadi pada musim penghujan. Dugaan longsoran yang terjadi pada musim hujan untuk banyak kasus adalah karena tanah mempunyai sifat ekspansif yang akan
mengembang pada waktu terkena air.
Tanah lempung ekspansif adalah tanah yang tersusun dari mineral lempung yang mengandung mineral montnorrilonite yang mempunyai sifat kembang susut yang tinggi jika perubahan kadar air, sehingga banyak terjadi kerusakan jalan pada jalan yang melewati tanah ekspansif akibat dari proses kembang susut yang berulang setiap perubahan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya.
3.6.3. Parameter Tanah
Parameter tanah digunakan untuk mendeskripsikan sifat-sifat tanah dan perilaku karakteristik tanah. Setelah mendapatkan stratifikasi dari penampang melintang bidang longsoran yang mewakili daerah kajian, maka kita harus mendapatkan data-data yang menjelaskan properties dari tiap-tiap strata dalam steratifikasi tersebut.
Universitas Kristen Maranatha 103
dalam program Plaxis V. 7. 11 dengan model material Mohr-Coloumb adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6. Summary Of Soil Test
No No Lokasi
Kohesi merupakan gaya tarik menarik antar partikel tanah. Bersama dengan sudut geser tanah, kohesi merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformasi akibat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformasi dapat terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser. Nilai dari kohesi didapat dari engineering properties, yaitu dengan Triaxial Test dan Direct Shear Test.
Tidak dapat dicetak Tidak dapat dicetak
Universitas Kristen Maranatha 104
Tabel 3.7. Nilai Kohesi dari Direct Shear Test dan Triaxial Test U - U
Jenis Tanah Bore Hole Kedalaman (m)
Nilai c
Direct Shear Test
(kN/m2)
Triaxial Test U - U (kN/m2)
BH 4 0 – 5.6 11.70 - Lempung BH 1 0 – 7 19.61 26.4 Organik 1 BH 2 0 – 3 - 50
BH 4 5.6 – 16.6 11.28 15.7 Lempung BH 1 7 – 16.8 13.24 39.59 Organik 2 BH 2 3 – 10 12.23 50
BH 4 > 16.6 8.83 - Lempung BH 1 > 16.8 16.18 22 Kepasiran BH 2 > 14.2 9.81 -
BH 4 - - -
Pasir
BH 1 - - -
Kelempungan
BH 2 10 – 14.20 8.83 -
Sudut Geser Dalam ( φ )
Universitas Kristen Maranatha 105
Tabel 3.8. Nilai Sudut Geser Dalam dari Triaxial Test dan Direct Shear Test
Jenis Tanah Bore Hole
PLAXIS menggunakan Modulus Young sebagai modulus kekakuan dasar dalam model Mohr-Coloumb. Nilai parameter kekakuan yang diambil dalam perhitungan membutuhkan perhatian yang khusus di mana material tanah memperlihatkan sifat non-linear sejak dari awal pembebanan.
Ada beberapa data yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai modulus young, antara lain:
o Diagram tegangan – regangan dari Triaxial Test
Universitas Kristen Maranatha 106
Tabel 3.9. Nilai Modulus Young dari Triaxial Test dan Bore Log
Jenis Tanah Bore
Modulus Young (E)
Universitas Kristen Maranatha 107
Poisson’s Ratio ( ν )
Pemilihan Poisson’s Ratio pada model Mohr-Coloumb relatif sederhana apabila digunakan pada Gravity Loading (peningkatan nilai ΣMWeight dari 0 sampai 1 pada perhitungan
plastis). Nilai Poisson’s Ratio adalah antara 0,3-0,4. Pada model plastis nilai Poisson’sRatio
diambil nilai yang rendah, sebaliknya menggunakan model Mohr-Coloumb nilai Poisson’s
Ratio diambil nilai yang besar. Karena pengaruh sifat undrained nilai Poisson’s Ratio nilai terbesar yang dapat diambil 0.35. Untuk lempung organik atas dan lempung organik bawah digunakan 0.35, sedangkan untuk lempung kepasiran dan pasir kelempungan digunakan 0.3.
• Sudut Dilatansi ( ψ )
Pada tanah lempung nilai ψ = 0o, sudut dilatansi untuk tanah pasir tergantung pada kerapatan dan sudut gesernya, pada umumnya 30o. Pada sebagian besar kasus nilai ψ = 0o, untuk nilai
Tabel 3.10. Nilai Modulus Young dari Sondir
Universitas Kristen Maranatha 108
sudut geser kurang dari 30o.
• Berat Isi Tanah Kering ( γdry )
Nilai dari berat isi tanah kering juga didapat dari hasil pengujian tanah dengan Triaxial Test
dan juga Soil Test.
• Berat Isi Tanah Jenuh Air ( γsat )
Nilai dari berat isi tanah jenuh air didapat dengan menggunakan rumus:
Di mana :
Tabel 3.11. Berat Isi Tanah Kering dari Triaxial Test dan Soil Test
Universitas Kristen Maranatha 109
Gs : Specific Gravity
e : Angka Pori
γw : Berat Isi Air (10 kN/m3)
Nilai-nilai dari Gs, e dan γw didapat dari hasil pengujian tanah dengan Triaxial Test dan juga
Soil Test.
Keterangan:
Kuning: untuk data tanah lempung Merah muda: data untuk tanah pasir
sumber:ttp://eprints.undip.ac.id/34551/7/1577_chapter_III.pdf
Tabel 3.12. Berat Isi Tanah Jenuh dari Triaxial Test dan Soil Test
Jenis Bore Depth Triaxial Test Soil Test
Tanah Hole (m) Gs e γsat
(kN/m3) Gs e
γsat
(kN/m3)
BH 4 0 – 5.6 - - - 2.6218 1.1901 17.405
Lempung
Organik 1 BH 1 0 – 7 2.65 1.346 17.033 2.6927 1.3175 17.304
BH 2 0 – 3 - - - -
BH 4 5.6 – 16.6 2.65 2.029 15.447 2.6235 1.960 15.457 Lempung
Organik 2 BH 1 7 – 16.8 2.65 1.539 16.499 2.6247 1.5557 16.357
BH 2 3 – 10 2.65 1.560 16.445 2.6156 1.6783 16.032
BH 4 > 16.6 - - - 2.6924 1.9751 18.424
Lempung
Kepasiran BH 1 > 16.8 2.65 1.598 16.351 2.6595 1.5711 16.454
BH 2 > 14.2 - - - 2.6545 1.0766 17.967
BH 4 - - - -
Pasir
Kelempungan BH 1 - - - -
Universitas Kristen Maranatha 110
LAMPIRAN 8
DATA PEMBEBANAN
Data Konstruksi
1. Jenis : Beton Bertulang 2. Jumlah lantai : 3 lantai (0, 1, 2, Dak) 3. Tinggi : 3,5 m per lantai (10,5 m) 4. Lebar : 9,0 m
5. Panjang : 22,65 m 6. fc’ : 30 MPa 7. fy : 400 MPa
8. Fungsi : Gedung Perkantoran 9. DL : 1,5 kN/m2
10. LL : 2 kN/m2 11. Mux = Muy : 0,190 kNm
Universitas Kristen Maranatha 111
Kolom : 300/300 mm Pelat : 120 mm
Seismic Data
1. Lokasi : Banjarmasin 2. Jenis Tanah : Soft Clay
3. Menentukan Data Percepatan : Zona Gempa : 1 Percepatan Puncak Batuan : 0,03 Percepatan Muka Tanah : 0,08 Tc = 1 detik
Am = 0,2 Ar = 0,2
4. Menentukan Data Kondisi Struktur : I = 1.0
Universitas Kristen Maranatha 112
5. Perhitungan Beban Per Lantai :
Lantai Tinggi (m)
Berat Wx (kN)
Wx . Hx (kNm) 3 10,5 280,044 2940,462 2 7,5 1498,197 11236,48 1 3,5 1682,682 5889,387 Total 3460,923 20066,33
6. Perhitungan Periode Natural :
Berdasarkan SNI 1726-2002 Pasal 4.7.6 Untuk T ≤ Tc C = Am
Untuk T > Tc C = Ar / T, dimana Ar = Amx Tc
Untuk mendapatkan nilai
atau rumusan empirik untuk SRPM beton
Karena sistem sama maka sisi N-s dan W-E dianggap memiliki Ct sama, jadi menggunakan
rumus emipirk terlebih dahulu, dengan T = 0,43 detik < Tc = 1 detik
Ct = 0,2 detik
7. Perhitungan Base Shear :
C = 0,2 detik I = 1
R = 8,5
Wt = 3460,923 kN
Universitas Kristen Maranatha 113
8. Perhitungan Gaya Gempa :
Lantai Tinggi (m) Total 3460,923 20066,33
9. Menguji Kelansingan Cek perbandingan L / h
a. Lebar = 1,166667 < 3 tidak perlu koreksi di atap b. Panjang = 0,463576 < 3 tidak perlu koreksi di atap
10. Beban Gempa Per Node Arah S – N (Lebar)
Hijau: untuk data pembebanan
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan Eurocode
Untuk mengatasi adanya perbedaan kode nasional dan standar teknis spesifikasi
maka, negara-negara anggota Uni Eropa telah menyusun dan mengembangkan selama 30
tahun terakhir suatu peraturan bernama eurocode. Sehingga tercipta keselarasan aturan
teknis struktural dan geoteknik untuk teknik sipil yang bekerja pada perbedaan bahan
konstruksi seperti beton, baja, batu, kayu, aluminium dan bahan geoteknik (tanah dan
batu).
Eurocode adalah seperangkat aturan teknis yang diselaraskan dan dikembangkan
oleh Komite Eropa untuk standarisasi desain struktur konstruksi di Uni Eropa. Filosofi
dasar eurocode yaitu sebagai altenatif dikarenakan perbedaan aturan di negara-negara
anggota Uni Eropa, selain itu eurocode dimaksudkan sebagai pedoman acuan dengan
tujuan sebagai berikut :
• Sarana untuk membuktikan kepatuhan melalui persyaratan kekuatan mekanik dan stabilitas serta keamanan dalam kasus kebakaran yang ditetapkan oleh hukum Uni
Eropa.
• Dasar untuk rekayasa konstruksi dan spesifikasi kontrak.
• Kerangka untuk menciptakan spesifikasi teknis yang diselaraskan untuk produk bangunan.
Eurocode diterbitkan sebagai Standar Eropa yang terpisah, masing-masing
memiliki sejumlah bagian. Pada tahun 2002, sepuluh bagian eurocode telah dikembangkan
dan diterbitkan:
• EN 1990: Dasar desain struktural
• EN 1991: (Eurocode 1) Tindakan pada struktur
• EN 1992: (Eurocode 2) Desain struktur beton
2 Universitas Kristen Maranatha
• EN 1994: (Eurocode 4) Desain dari baja komposit dan struktur beton
• EN 1995: (Eurocode 5) Desain struktur kayu • EN 1996: (Eurocode 6) Desain struktur batu
• EN 1997: (Eurocode 7) Desain geoteknik
• EN 1998: (Eurocode 8) Desain struktur untuk resistensi gempa
• EN 1999: (Eurocode 9) Desain struktur aluminium
Eurocode merupakan standarisasi yang wajib digunakan bagi para pekerja teknik
sipil Eropa dan kemungkinan akan menjadi standar de-facto untuk sektor swasta - baik di
Eropa dan di seluruh dunia.
Saat ini telah banyak peraturan perancangan pondasi dangkal yang digunakan, oleh
sebab itu dalam tugas akhir ini akan membandingkan peraturan pondasi dangkal antara
NAVFAC dan Eurocode 7.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Membuat kajian literatur dan analisis perancangan pondasi dangkal dengan
menerapkan teori-teori dan metode-metode dalam bidang geoteknik.
2. Memahami peraturan perancangan pondasi dangkal yaitu Naval Facilities Engineering
Command(NAVFAC) dan Eurocode 7 (EC7).
3. Membandingkan hasil perhitungan peraturan perancangan pondasi dangkal
berdasarkan Naval Facilities Engineering Command (NAVFAC) dan Eurocode 7
(EC7).
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan peraturan perancangan pondasi dangkal yaitu Naval Facilities
3 Universitas Kristen Maranatha
2. Tipe struktur dalam perancangan pondasi ini ialah gedung perkantoran.
3. Pada contoh perancangan pondasi dangkal ini terdapat 2 contoh kasus, yaitu kasus 1
pada tanah lempung dan kasus 2 pada tanah pasir, dengan data tanah terlampir pada
lampiran 7.
4. Pembebanan yang bekerja yaitu pada tanah lempung akibat beban vertikal sedangkan
pada tanah pasir akibat beban vertikal dan lateral, dengan data tanah terlampir pada
lampiran 8.
5. Bentuk pondasi yang digunakan adalah persegi.
1.4 Sistematika Penelitian
Sistematika Penelitian adalah sebagai berikut:
BAB I, membahas pendahuluan eurocode, tujuan Penelitian, ruang lingkup Penelitian,
sistematika Penelitian dan diagram alir Penelitian.
BAB II, membahas studi pustaka mengenai penggunaan pondasi dangkal, jenis pondasi
dangkal, konstruksi pondasi dangkal dan kriteria utama pondasi dangkal.
BAB III, membahas dan membandingkan peraturan perancangan pondasi dangkal yaitu
Naval Facilities Engineering Command(NAVFAC) dan Eurocode 7 (EC7).
BAB IV, membahas studi kasus dari contoh perancangan yang menggunakan peraturan
perancangan pondasi dangkal yaitu Naval Facilities Engineering Command
(NAVFAC) dan Eurocode 7 (EC7).
4 Universitas Kristen Maranatha
1.5 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini digambarkan dalam bagan yang dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SELESAI STUDI LITERATUR
MULAI
PERANCANGAN PONDASI DANGKAL :
1. NAVFAC
2. EUROCODE 7
Universitas Kristen Maranatha 96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan contoh perancangan desain pondasi dangkal dengan
menggunakan NAVFAC dan Eurocode 7 dapat disimpulkan bahwa:
1. Contoh perancangan NAVFAC pada kasus 1 pondasi di tanah lempung akibat
beban vertikal, kapasitas dukung ultimat tanah pada dihitung menurut Meyerhoff
(1963).
2. Faktor parsial pada perhitungan Eurocode 7 yang terdiri dari faktor tindakan,
faktor parameter tanah dan faktor resistensi, penggunaannya disesuaikan dengan
desain pendekatan dan kondisi.
3. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung berdasarkan desain pendekatan 1, baik
pada kondisi undrained atau drained telah memenuhi syarat V! ≤ R!.
4. Hasil perhitungan kapasitas daya dukung dan penurunan pada contoh perancangan
desain pondasi dangkal dengan menggunakan NAVFAC dan Eurocode 7 dapat
dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
5.2 Saran
Eurocode 7 telah membuat kemajuan yang pesat dalam menerapkan faktor
parsial dalam desain pondasi dibandingkan prosedur konvensional yang menerapkan
faktor keamanan, oleh karena itu eurocode 7 dapat digunakan dalam desain pondasi
yang relevant.
Universitas Kristen Maranatha
97
DAFTAR PUSTAKA
1. British Standard., 2004. Eurocode 7: Geotechnical design-part 1: General
Rules, The European Standard EN 1997-1 has the status of British Standard.
2. Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian Dan Pengembangan., 2005.
Kajian Penerapan Konsep Faktor Keamanan Parsial Dalam Rekayasa
Pondasi, Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian Dan Pengembangan,
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan, Bandung.
3. Frank, R., Bauduin, C., Driscoll, R., Kavvadas, M., Ovesen, N.K., Orr, T., and
Schuppener, B. 2004. Designers’ Guide to EN 1997-1 Eurocode 7:
Geotechnical Design-General Rules, Thomas Telford Publishing, London.
4. Frank, R., Schuppener, B., Orr, T., and Simpson, B., 2008. Eurocodes
Background And Application, Dissemination Of Information For Training
Workshop, Brussels, 18 - 20 February 2008.
5. Kimmerling, Robert E., 2002. Geotechnical Engineering Circular No. 6
Shallow Foundations, PanGEO inc, Washington.
6. Naval Facilities Engineering Command., 1987. NAVFAC Design Manual 7.1 –
Soil Mechanics, Chapter 5.
7. Naval Facilities Engineering Command., 1987. NAVFAC Design Manual 7.2 –
Foundations and Earth Structures, Chapter 4.
8. Salgado, R., 2007. The Engineering of Foundation, McGraw-Hill, New York.
9. Martins, F, F., 2007. Design Of Spread Foundation According To The EC7