(Studi Deskriptif pada Pelatihan yang Diselenggarakan oleh BBPP Lembang)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian Syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
Oleh:
Nurry Merdekasari W 1001789
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KOMPETENSI PELATIH DAN
PENGALAMAN KERJA PESERTA
DENGAN HASIL PELATIHAN
(Studi Deskriptif pada Pelatihan yang
Diselenggarakan oleh BBPP Lembang)
Oleh
Nurry Merdekasari Wahidin
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nurry Merdekasari Wahidin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
TERHADAP KOMPETENSI PELATIH DAN PENGALAMAN KERJA PESERTA DENGAN HASIL PELATIHAN
(Studi Deskriptif Pelatihan yang Diselenggarakan oleh BBPP Lembang)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Prof.Dr.H Ishak Abdulhak, M.Pd 19490227 197703 1 002
Pembimbing II
Dr.Yanti Shantini, M.Pd 19730128 200501 2 001
Mengetahui,
DAFTAR ISI
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 8
C.Rumusan Masalah ... 9
D.Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
F. Struktur Organisasi ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
3. Peran Pelatih dalam Pelatihan ... 29
4. Peserta Pelatihan ... 30
5. Hasil Pelatihan ... 31
C.Pengalaman Kerja ... 32
1. Pengertian Pengalaman Kerja ... 32
3. Cara Memperoleh Pengalaman Kerja ... 33
4. Manfaat Pengalaman Kerja ... 34
D.Kerangka Pemikiran ... 35
E. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITAN ... 40
A.Gambar Umum Objek Penelitian ... 40
1. Lokasi Penelitian ... 40
1. Penentuan Skor Data Tiap Variabel ... 45
2. Kriteria Penilaian Instrumen ... 46
3. Penyusunan Instrumen ... 47
F. Proses Pengujian Instrumen ... 48
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilits ... 53
G.Teknik Pengumpulan Data ... 55
1. Observasi ... 55
2. Angket/Kuisioner ... 55
3. Studi Dokumentasi ... 56
H.Analisa Data ... 56
1. Persyaratan Uji Hipotesis ... 56
2. Pengujian Hipotesis ... 58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 61
A.Kondisi Objektif ... 61
B.Deskripsi Variabel Penelitian ... 64
2. Pengalaman Kerja Peserta ... 69
3. Hasil Pelatihan ... 72
4. Deskripsi Umum Kecenderungan Skor ... 74
C.Pengujian Hipotesis ... 76
1. Persyaratan Uji Hipotesis ... 76
2. Pengujian Hipotesis ... 81
D.Pembahasan ... 85
1. Keterkaitan antara Persepsi Peserta terhadap Kompetensi Pelatih dengan Hasil Pelatihan ... 85
2. Keterkaitan antara Pengalaman Kerja dengan Hasil Pelatihan ... 89
3. Keterkaitan antara Persepsi Peserta terhadap Komptensi Pe latih dan Pengalaman Kerja dengan Hasil Pelatihan ... 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94
A.Simpulan ... 94
1. Simpulan Umum ... 94
2. Simpulan Khusus ... 95
B.Saran ... 97
1. Bagi Lembaga ... 97
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 97
3. Bagi Pelatih ... 98
4. Bagi Peserta ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 99
ABSTRAK
KETERKAITAN ANTARA PERSEPSI PESERTA PELATIHAN TERHADAP KOMPETENSI PELATIH DAN PENGALAMAN KERJA PESERTA DENGAN HASIL PELATIHAN
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis akan kualitas hasil pelatihan yang dilaksanakan di BBPP Lembang, sehingga kemudian penulis berusaha untuk meneliti aspek yang dapat mempengaruhi hasil pelatihan dan melakukan penelitian mengenai keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai besarnya pengaruh kedua aspek tersebut terhadap hasil pelatihan.
Kajian pustaka yang relevan dengan penelitian yang dilakukan yaitu mengenai konsep persepsi meliputi pengertian dan proses persepsi, konsep pelatihan meliputi kompetensi pelatih, peran pelatih dalam pelatihan, peserta pelatihan, pelatihan dan hasil pelatihan, serta pengalaman kerja meliputi pengertian, faktor-faktor yang memepengaruhi, cara memperoleh dan manfaat pengalaman kerja.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah para peserta diklat yang dilaksanakan di BBPP Lembang periode 12 Mei s.d 20 Mei 2014 dengan jumlah sampel yang digunakan sebagai responden pada penelitian adalah 60 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket/kuisioner dan studi dokumentasi. Uji validitas dihitung menggunakan teknik korelasi product moment dan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha cronbach.
Hasil pelatihan ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dengan hasil pelatihan, dikarenakan faktor latar belakang peserta pelatihan cukup mendukung untuk mempersepsikan kompetensi yang dimiliki pelatih/instruktur di BBPP Lembang. Kemudian adanya keterkaitan antara pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan, karena dengan masa kerja yang cukup, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta penguasaan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan merupakan aspek pengalaman kerja yang akan mempermudah proses transfer ilmu dan pengetahuan dalam pelatihan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan secara bersama-sama antara persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih dan pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang. Artinya semakin baik persepsi pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan semakin tinggi pengalaman kerja peserta maka kualitas hasil pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang akan meningkat.
Untuk meningkatkan kualitas hasil pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi kepada para pelatih agar senantiasa meningkatkan kompetensinya, sehingga pelatih dapat melakukan proses pembelajaran dengan lebih baik. Selain itu, perlu dilakukan pemberian kriteria tertentu, seperti halnya pengalaman kerja minimum, sebagai syarat kepersertaan agar proses transfer ilmu dan pengetahuan akan menjadi lebih mudah dan hasil pelatihan akan menjadi lebih bermanfaat bagi peserta.
ABSTRACT
THE CORRELATION OF BOTH TRAINEE’S PERCEPTION ON INSTRUCTOR
COMPETENCY AND TRAINEE’S WORKING EXPERIENCE TO THE RESULT OF TRAINING
This research was based on the writer’s interest into the quality of training’s result held at BBPP Lembang, therefor the writer was trying to make a research on some aspects which could affecting the result of training and then doing a research on the correlation of both trainee’s perception on instructor competency and trainee’s working experience to the result of training inorder to gain some datas on how big the influence of those aspects to the result of training itself.
Some relevant literature’s study was done on the research helds, on the concept of perception including its definitons and processes, the concept of training including instructor’s competency, instructor’s role on the training, trainee, training and the result of training itself, also the concept of working experience including its definitions, affecting factors, how to gain it and its benefit.
Descriptive study was used as the research methodology and quantitavie approach as well used on this research. Populations of the research were training attendances held at BBPP Lembang on periode 12th to 20th May 2014 with 60 people asked to be the research sample. Data collection’s technique used in this research are observation, questionnaire and documentation study. Validity test was calculated using product moment correlation’s technique and reliability test using alpha chronbach formula.
The result of this research shows a correlation between trainee’s perception on instructor competency to the result of training, it caused by the traiece’s background whom was capable enough to make a perception on instructor competency at BBPP lembang. It also shows a correlation between trainee’s working experience to the result of training, since the trainee has enough working period, possessing enough knowledge level and skill, also mastering the ability to do their job, which was the aspects of working experience, it will make science and knowledge transfering process on the training easier. Therefore it could be concluded thats simultaneously there was a correlation of both trainee’s perception on instructor competency and trainee’s working experience to the result of training held by BBPP lembang. Which means, the better trainee’s perception on instructor competency and the higher trainee’s working experience, the better quality of training’s result held by BBPP lembang will be.
In order to improve the quality of training’s result, it is necessary to evaluate the trainers, to continuously improve their competency so they could do a better training process. In addition, it needs to make a regulation such as minimum working experience as a prerequirement to the trainee, in order to make the science and knowledge transfering process easier and the more benefit training’s result will be, for the trainee.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah merupakan faktor kunci dalam
reformasi ekonomi untuk menghadapi persaingan ekonomi global yang semakin
ketat (Ciptoningrum, 2013,hlm.1). Dalam hal ini sumber daya manusia memegang
peranan utama pada setiap kegiatan ekonomi. Meskipun suatu perusahaan atau
organisasi telah didukung oleh sarana dan prasana yang baik bahkan sumber dana
yang berlebih, akan tetapi tanpa dukungan sumber daya manusia yang kompeten,
kegiatan perusahaan atau organisasi tersebut tidak akan terselesaikan dengan baik,
karenanya kompetensi dan kualitas sumber daya manusia merupakan kunci pokok
yang akan menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan kegiatan di perusahaan.
Maka dari itu, pada saat ini kualitas sumber daya manusia menjadi fokus
penting setiap perusahaan maupun organisasi agar tetap dapat bertahan dan
berdaya saing. Sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas sangat
dibutuhkan untuk mendukung produktivitas dan aktivitas perusahaan maupun
organisasi agar visi misi perusahaan dapat berjalan dan tercapai dengan sempurna.
Berdasarkan hasil lengkap sensus pertanian 2013 (ST 2013) yang dirilis
Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan ini (1 Juli) menunjukkan jumlah
petani tanaman pangan berkurang cukup signifikan selama dasawarsa terakhir.
BPS mencatat, jumlah rumah tangga usaha tani padi, jagung, dan kedelai pada
2013 mengalami penurunan masing-masing sebanyak 58,4 ribu rumah tangga
(0,41 persen), 1,3 juta rumah tangga (20,4 persen), dan 314,8 ribu rumah tangga
(31,9 persen) dibandingkan dengan kondisi pada 2003. Penurunan jumlah rumah
tangga usaha padi dan jagung yang sangat besar terjadi di wilayah Sumatera dan
Kalimantan. Sementara itu, penurunan jumlah rumah tangga usaha kedelai yang
Penurunan tersebut disebabkan oleh dua hal yaitu petani tanaman pangan
telah beralih ke subsektor lain yang lebih atraktif dan ekonomis, misalnya,
subsektor perkebunan. Hal ini tercermin dari lonjakan jumlah rumah tangga
usaha tani perkebunan dalam 10 tahun terakhir. Hasil ST 2013 mencatat, lonjakan
petani kelapa sawit, karet, dan kakao masing-masing sebanyak 779,9 ribu rumah
tangga (115 persen), 1,2 juta rumah tangga (71,7 persen), dan 286,3 ribu rumah
tangga (15,1 persen) sepanjang 2003-2013. Serta petani tanaman pangan banyak
yang pensiun sebagai petani. Hal ini terkonfirmasi dari hasil ST 2013 yang
memperlihatkan bahwa jumlah rumah tangga pertanian telah berkurang sekitar 5
juta rumah tangga dalam 10 tahun terakhir.
Diduga mutasi petani tanaman pangan ke sektor non-pertanian disebabkan
sulitnya merengkuh kesejahteraan bila hanya mengandalkan usaha tani. Hasil SPP
2013 memperlihatkan, rata-rata pendapatan rumah tangga tani tanaman pangan
dari usaha pertanian hanya sekitar Rp11 juta per tahun atau kurang dari Rp1 juta
per bulan. Itu artinya, petani bakal sulit merengkuh kesejahteraan bila hanya
mengandalkan usaha tani. Betapa tidak, garis kemiskinan di daerah pedesaan pada
Maret 2014 sebesar Rp286.097 per kapita per bulan. Artinya, rumah tangga yang
terdiri dari empat anggota bakal berkategori miskin bila dalam sebulan memiliki
pengeluaran/pendapatan lebih kecil dari Rp1,2 juta.
Rendahnya rata-rata pendapatan petani tanaman pangan bertalian erat dengan
fakta bahwa sebagian besar petani tanaman pangan mengusahakan lahan yang
sempit. Faktanya, lebih dari separuh petani tanaman pangan mengelola lahan
pertanian kurang dari 0,5 hektare (petani gurem). Alhasil, skala usaha dan
efisiensi usaha tani menjadi sulit digapai.
Maka dari itu agar sektor pertanian meningkat dan produktivitas pertanian
terjaga, serta kebutuhan para petani terpenuhi diperlukan sumber daya manusia
menciptakan tenaga kerja yang mampu memenuhi kriteria kebutuhan SDM
tersebut. Bentuk upaya peningkatan dan pengembangan kompetensi sumber daya
manusia dapat dilakukan melalui berbagai proses, baik proses pendidikan,
pengalaman, pembelajaran maupun pelatihan, karena setiap proses tersebut akan
dapat meningkatkan kemampuan seseorang.
Proses pendidikan merupakan suatu landasan dasar bagi setiap individu SDM
untuk mengembangkan diri dan merupakan dasar tolak ukur kemampuan individu
tersebut.
Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1987 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1, menyebutkan:
“Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang”.
Suatu sarana yang dapat menunjang agar seseorang dapat meningkatkan
kemampuan individu dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya adalah melalui kegiatan pelatihan. Pengembangan SDM berkelanjutan
melalui pelatihan-pelatihan yang didesain sedemikian rupa, sesuai dengan
kebutuhan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga akan
diikuti oleh pertumbuhan hasil kerja sesuai dengan yang diharapkan. Menurut
Intruksi Presiden No.15 tahun 1974, menyebutkan:
“Pelatihan adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori”.
Friedman dan Yarbrough (dalam Sudjana, 2007, hlm. 4) mengemukakan
bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi
(instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan lain
sebagainya) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi.
setiap organisasi terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan
yang cepat terjadi. Melalui pelatihan, diharapkan karyawan akan berkembang
dengan baik sehingga mampu menghadapi tantangan perubahan.
Pelatihan yang diselenggarakan harus memperhatikan berbagai komponen,
menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2009, hlm. 51) ada beberapa komponen
yang harus diperhatikan dalam pelatihan yaitu:
1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat terukur.
2. Para Pelatih (Trainers) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional).
3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang
hendak dicapai
4. Metode pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tingkat
kemampuan pegawai yang menjadi peserta.
5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan
yang ditentukan.
Komponen-komponen tersebut diatas merupakan faktor penting terhadap
kelangsungan suatu pelatihan, Maka dari itu, semua komponen di atas harus
benar-benar diperhatikan. Dua komponen utama yang akan menjadi penentu
keberhasilan suatu pelatihan adalah tenaga pelatih dan peserta pelatihan.
Menurut Sudjana (2007, hlm. 236) pelatih berperan sebagai pengelola
pembelajaran melalui tiga fungsi pengelolaan pembelajaran yaitu perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian kegiatan dan hasil pembelajaran dalam pelatihan. Maka
dapat disimpulkan bahwa tenaga pelatih merupakan penentu dalam keberhasilan
penyampaian materi dalam suatu kegiatan pelatihan, sedangkan peserta akan
menjadi penentu/indikator keberhasilan kegiatan transfer materi ilmu/informasi
dalam pelatihan tersebut. Tenaga pelatih perlu menguasai metode pembelajaran
(perorangan atau kelompok), serta teknik-teknik dan media yang cocok untuk
digunakan dalam pembelajaran, sehingga kegiatan dalam pembelajaran dapat
juga memiliki kemampuan untuk mengevaluasi hasil pembelajaran sehingga dapat
membedakan perubahan perilaku peserta pelatihan pada saat sebelum dan setelah
mengikuti pelatihan. Pelatih hendaknya mampu melakukan kerjasama dan
koordinasi dengan para pelatih lainnya sehingga dapat terbentuk tim pelatih yang
dapat melakukan kerjasama sebagai satu kesatuan dalam pengelolaan
pembelajaran selama pelatihan. Seorang pelatih dituntut untuk memiliki
kemampuan (kompetensi) dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian sebagai
fungsi pengelolaan pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa instruktur/
tenaga pelatih adalah seseorang yang mengelola atau melatih seseorang untuk
mencapai keberhasilan tertentu.
Keberhasilan peserta didik bisa dilihat dari kompetensi seorang tenaga
pelatihnya. Menurut Spencer sebagaimana dikutip (Muzdalifah, 2012,hlm. 22) Kompetensi adalah „karakteristik yang mendasari seorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu
yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau
pada situasi tertentu. Berdasarkan pengertian kompetensi tersebut maka
kompetensi dapat dilihat dari karakteristik dasarnya, hubungan kausal dan
kriterianya. Kemudian kompetensi tersebut dapat dilihat dari aspek atau ranah
yang terkandung dalam konsep kompetensi di antaranya yaitu dari segi
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan.
Menurut Sudjana (2007, hlm. 240) “disamping kemampuan professional, secara ideal pelatihan diisyaratkan memiliki dasar kemampuan dasar, akademik,
personal, sosial, dan vokasional. Kompetensi dasar adalah kemampuan yang
berkaitan dengan materi yang dikuasai. Termasuk kedalam kemampuan ini adalah
pengetahuan dasar yang dipersyaratkan dalam penguasaan materi pelatihan yang
menjadi tanggung jawab pelatih dan pengetahuan dasar tentang pelatihan”. Maka
kualitas dan produktivitas peserta pelatihan, karena kompetensi tenaga pelatih
sebagai salah satu strategi pengembangan SDM memerlukan fungsi evaluasi
untuk mengetahui hasil dari penyelenggaraan program pelatihan tersebut. Namun
tidak dapat dipungkiri, bahwa faktor lain yang akan sangat mempengaruhi
keberhasilan suatu pelatihan adalah peserta pelatihan, karenanya setiap pelatihan
selalu ditujukan kepada peserta dengan persyaratan kompetensi tertentu. Hal ini
bertujuan supaya tercipta keselarasan dan kesamaan persepsi antara
penyelenggara dengan peserta pelatihan, sehingga tujuan pelatihan tersebut dapat
tercapai dengan baik dan akan memberikan hasil pelatihan yang bermanfaat.
Peserta pelatihan yang telah memenuhi persyaratan, diharapkan akan
mempermudah proses transfer ilmu/informasi dalam kegiatan pelatihan. Meskipun
demikian, kondisi yang terjadi tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan.
Hal ini bisa dimungkinkan oleh berbagai sebab, seperti tingkat kemampuan
pemahaman peserta, kondisi pengalaman kerja peserta dan juga persepsi peserta
terhadap kompetensi pelatih dalam pelatihan yang diikuti.
Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan
tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia (Sobur, 2013, hlm.446).
Dengan latar belakang yang berbeda, persepsi peserta terhadap suatu pelatihan
akan berbeda-beda. Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk
dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor
yang melekat pada objeknya, seperti: kontras, perubahan intensitas, pengulangan
(repetition), sesuatu yang baru (novelty) dan sesuatu yang menjadi perhatian orang
banyak. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut, seperti: pengalaman, pengetahuan, harapan,
kebutuhan, motivasi, emosi dan budaya. Perbedaan persepsi tersebut mungkin
terjadi dan akan turut mempengaruhi keberhasilan suatu pelatihan, karena faktor
Kebutuhan akan pelatihan sumber daya manusia atau tenaga kerja dan
besarnya manfaat dari pelatihan tersebut akan tetap tinggi seiring dengan
kemajuan ekonomi global. Begitupun halnya di bidang pertanian, kualitas dan
kompetensi petani, maupun penyuluh pertanian harus senantiasa ditingkatkan agar
tidak terjadi ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, sehingga
produktivitas pertanian akan terjaga dan bahkan dapat ditingkatkan. Oleh karena
itu, didirikanlah sebuah lembaga pelatihan pertanian pemerintah yang dikenal
dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di Lembang.
Balai Basar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang adalah sebuah lembaga
pelatihan yang bergerak dalam bidang pelatihan pertanian, yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kompetensi para petani maupun para penyuluh
pertanian, berupa pelaksanaan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis
dan profesi, serta pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis
di bidang pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian.
Jenis dan jenjang diklat pertanian di BBPP Lembang yaitu menggunakan
teknis administrasi dan penyelenggaraan diklat teknis pertanian. Dalam
penyelenggaraan proses belajar-mengajarnya yaitu untuk meningkatkan
kompetensi kerja dan kompetensi teknis bagi aparatur non aparatur pertanian.
Tenaga kediklatan adalah widyaiswara, pengelola lembaga diklat dan tenaga
kediklatan lainnya yang menyelenggarakan diklat. Tenaga kediklatan lainnya
adalah pejabat atau seseorang yang bukan widyaiswara, bukan pengelola lembaga
diklat, tetapi karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan
dalam pencapaian tujuan diklat. Program diklatnya yaitu serangkaian tahapan
penyelenggaraan diklat yang mencakup analisis kebutuhan diklat, perumusan
kebutuhan diklat, kurikulum dan silabus, pola diklat, metodologi diklat, modul
dan atau bahan ajar, serta evaluasi pembelajaran untuk menjamin tercapainya hasil
belajar. Kemudian dilakukan analisis jabatan/pekerjaan dimana dalam prosesnya
Adapun standar kompetensi kerja yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan
kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta
sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku.
BBPP Lembang sebagai lembaga pelatihan pertanian, senantiasa berupaya
untuk memberikan pembinaan kepada para petani maupun penyuluh pertanian
yang dilakukan berdasarkan kondisi faktual dan bersifat memecahkan masalah
yang ada serta sebagai proses pembelajaran melalui penyampaian informasi
terbaru mengenai kondisi dan teknologi pertanian. Pembinaan tersebut dituangkan
dalam berbagai bentuk pelatihan yang secara berkesinambungan dilaksanakan,
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan para petani maupun penyuluh pertanian.
Hasil belajar dalam pelatihan ini untuk mencapai tujuan yang diraih oleh peserta
diklat yang telah ditetapkan melalui perbuatan atau perilaku nyata yang harus
dilakukan oleh peserta di akhir diklat. Indikator Keberhasilan yaitu instruksional
khusus adalah ukuran keberhasilan diklat yang dicapai peserta diklat sesuai
dengan tujuan akhir untuk setiap mata diklat.
Selain sebagai media pembelajaran, pelatihan tersebut diharapkan akan dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kerja para peserta pelatihan.
Pengalaman kerja para peserta dan tambahan pengalaman yang didapat dalam
proses pelatihan, tentunya akan bermanfaat untuk mencapai produktivitas
pertanian yang lebih baik, karena semakin luas pengalaman kerja seseorang,
semakin terampil seseorang dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna
pula pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Hasil pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang dinyatakan baik
karena berdasarkan hasil monitoring pelaksanaan diklat, dalam pembelajarannya
berjalan efektif, hal ini ditunjukkan berdasarkan output telah dilatihnya 90 peserta
teknis budidaya jagung dan diklat teknis perbenihan jagung, dengan hasil rata-rata
peserta menguasai pemahaman materi. Kemudian dari aspek disiplin, motivasi,
kepemimpinan, kerjasama dan prakarsa peserta tergolong baik, sehingga sikap
peserta pada pelaksanaan diklat ini berjalan efektif.
Berdasarkan urain diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji
lebih dalam mengenai kondisi tersebut dengan melakukan penelitian yang
berjudul “Keterkaitan antara Persepsi Peserta Pelatihan terhadap Kompetensi
Pelatih dan Pengalaman Kerja Peserta dengan Hasil Pelatihan”. (Studi deskriptif
pada pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang).
B.Identifikasi Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini bahwa pelatihan pada periode 12 Mei s.d 20 Mei 2014
yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang menjadi perhatian peneliti untuk
menelitinya. Bahwa dalam sebuah pelatihan itu harus memenuhi 8 standar
nasional pendidikan yang terdiri dari standar kompetensi, isi, proses, pendidikan
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dan agar tidak terjadi kesalah
pahaman tentang masalah yang diteliti maka perlu diidentifikasi masalah yang
terkait dengan judul, yakni :
1. Terdapat perbedaan persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih yang
dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman serta
kemampuan pelatih dalam menyampaikan materi pelatihan
2. Latar belakang pendidikan terakhir tenaga pelatih yang beragam sehingga
mempengaruhi tingkat kemampuan pelatih dalam menyampaikan materi
3. Terdapat perbedaan kemampuan kompetensi tenaga pelatih yang berpengaruh
terhadap tingkat penguasaan materi sehingga turut menentukan efektivitas
proses pembelajaran dan hasil pelatihan.
4. Terdapat perbedaan latar belakang kondisi kerja dan pengalaman kerja peserta
yang disebabkan oleh perbedaan masa kerja dan asal satuan kerja setiap
peserta sehingga menimbulkan perbedaan kebutuhan individu peserta pada
pelatihan yang diikuti.
Penulis tidak akan mengkaji keseluruh permasalahan yang dihadapi oleh
BBPP Lembang, dalam penelitian ini hanya akan dikaji keterkaitan antara
persepsi peserta pelatihan terhadap komptensi pelatih dan pengalaman kerja
peserta dengan hasil pelatihan yang di selenggarakan di BBPP Lembang pada
periode 12 Mei s.d 20 Mei 2014.
C.Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan hasil temuan dilapangan maka penelitian ini menitik beratkan
kepada keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih
dan pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan yang dilakukan di Balai
Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi
pelatih dengan hasil pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang?
2. Bagaimana keterkaitan antara pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan
yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang?
3. Adakah keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi
pelatih dan pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan pada pelatihan
D.Tujuan Penelitian 1. Tujuam Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan
pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan pada pelatihan yang
diselenggarakan oleh BBPP Lembang.
2. Tujuan Khusus
Secara spesifik tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
memperoleh data mengenai:
a. Keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih
dengan hasil pelatihan pada pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP
Lembang.
b. Keterkaitan antara pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan pada
pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang.
c. Keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan
pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan pada pelatihan yang
diselenggarakan oleh BBPP Lembang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang sangat
berharga pada perkembangan ilmu pendidikan serta dapat memberikan kontribusi
yang berarti untuk pengembangan keilmuan pelatihan terutama dalam
kompetensinya.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi lembaga untuk memperbaiki dan meningkatkan
program-program pelatihan yang diselenggarakan. Bagi peserta pelatihannya
dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas peserta pelatihan pada proses
pelatihan. Kemudian bagi tenaga pelatihnya dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan referensi dalam pengembangan penelitian terhadap kompetensi
tenaga pelatih terhadap hasil pelatihan. Serta bagi peneliti sebagai sarana belajar
untuk mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan dengan meneliti langsung
sehingga dapat melihat, merasakan praktek-praktek pelatihan sebagai sarana untuk
belajar dan mengembangkan diri.
F. Stuktur Organisasi Skripsi
Penyusunan proposal skripsi ini disusun sesuai dengan sistematika penulisan
yang ditetapkan, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN : Berisi tentang latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian
dan struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN : Berisi tentang Konsep Persepsi meliputi
pengertian dan proses persepsi,Konsep Pelatihan meliputi kompetensi pelatih,
peran pelatih dalam pelatihan, peserta pelatih,pelatihan dan hasil pelatihan,
Pengalaman Kerja meliputi pengertian pengalaman kerja,faktor-faktor yang
mempengaruhi pengalaman kerja, cara memperoleh pengalaman kerja dan
BAB III METODE PENELITIAN : Berisi penjabaran yang rinci mengenai:
Gambar Umum Objek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi
Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengujian Instrumen, Teknik
Pengumpulan Data dan Analisa Data .
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN : Berisi tentang
Kondisi Objektif, Hasil Penelitian dan Pembahasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN :Berisi tentang kesimpulan yang di
40 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP)
Lembang yang terletak di wilayah sentra produksi sayuran dan tanaman hias yang
subur juga merupakan daerah agrobisnis. BBPP menjadi pusat tempat pelatihan
loka karya atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai pusat
informasi teknologi pertanian khususnya sayuran tanaman hias dan buah-buahan
dengan jangkauan nasional dan internasional.
Adapun yang menjadi alasan memilih tempat penelitian ini adalah karena
BBPP Lembang merupakan lembaga pelatihan pertanian yang cukup baik,
sehingga penulis merasa tertarik untuk meneliti persepsi perserta terhadap
komptensi pelatih dan pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan.
2. Subjek Penelitian a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, Sugiyono (2013,hlm 117).
Populasi dalam penelitian ini adalah para peserta diklat yang dilaksanakan di
BBPP Lembang periode 12 mei s.d 20 mei 2014. Uji coba kuisioner dilakukan
dengan melibatkan 30 orang peserta diklat sebagai responden, sedangkan jumlah
sampel yang akan digunakan sebagai reponden pada penelitian adalah 60 orang.
41
Sampel menurut Sugiyono (2013,hlm. 18) mengemukakan sampel merupakan
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi karena apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya akan dapat
Sampel yang diambil adalah para peserta diklat yang dilaksanakan di BBPP
Lembang pada periode tanggal 12 Mei 2014 sampai 20 mei 2014 yang berjumlah
60 orang. Setiap peserta pelatihan diberikan 1set kuisioner yang terdiri dari 52
pernyataan.
B.Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu rancangan yang dilakukan dalam
penelitian yang dimulai dari proses persiapan dan pelaksanaan penelitian.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dimulai dengan menyusun angket, mempersiapkan dan
memperbanyak kuisioner tersebut sebanyak jumlah peserta diklat, kemudian
meminta izin kepada pihak lembaga untuk menyebar angket dan menentukan
harinya.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti menyebar angket dengan cara membagikan
kuisioner tersebut secara langsung kepada para responden ketika responden telah
mengikuti pembelajaran di BBPP Lembang. Pada tahap ini diberikan penjelasan
singkat mengenai tata cara pengisian kuisioner dan kemudian responden diminta
untuk mengisi kuisioner sesuai dengan petunjuk yang sudah disampaikan.
3. Tahap Pengumpulan Angket
Setiap kuisioner yang sudah selesai diisi, kemudian dikumpulkan kembali
oleh peneliti. Pelaksanaan dan pengumpulan angket dilakukan pada hari yang
sama karena pengisian dilakukan dikelas setelah para peserta mengikuti
pembelajaran di BBPP Lembang.
C.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memberikan suatu kajian
mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keterkaitan antara persepsi peserta
pelatihan terhadap kompetensi pelatihan dan pengalaman kerja peserta dengan
hasil pelatihan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
menggunakan studi korelasional dan regresi untuk melihat hubungan dan
pengaruh variabel X terhadap Y. Variabel X terbagi menjadi dua yaitu
X1(persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih), X2 (pengalaman kerja peserta)
dan variabel Y (hasil pelatihan). Artinya penelitian ini berupaya untuk mengetahui
hubungan/ keterkaitan antara persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih dan
pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan.
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki. Adapun pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013.hlm
14) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian analisis data
bersifat kuantitatif/statistis dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan karena pendekatan yang digunakan yaitu pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian dan analisis. Menurut Sugiyono metode
kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
merupakan metode yang ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah yang
ilmiah yaitu kongkrit/empiris,objektif, terukur, rasional dan sistematis.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penggunaan istilah yang ada
dalam judul penelitian ini, maka perlu di jelaskan terlebih dahulu mengenai
landasan konseptual pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Persepsi
Persepsi adalah bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan
setelah rangsangan diterapkan kepada manusia (Alex, 2013,hlm.446). Pada
penelitian ini, persepsi yang dimaksud adalah tanggapan peserta pelatihan
terhadap kompetensi pelatih yang meliputi kompetensi andragogik, kepribadian,
professional dan sosial.
2. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah sebagai suatu ukuran tentang lama waktu atau masa
kerjanya yang telah ditempuh seseorang dalam memahami tugas – tugas suatu
pekerjaan dan telah melaksanakannya dengan baik (Foster, 2001.hlm. 40). Pada
penelitian ini, pengalaman kerja yang dimaksud adalah pengalaman kerja yang
telah dimiliki sebelumnya oleh peserta pelatihan yang diukur berdasarkan lama
waktu/masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, serta
penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.
3. Hasil pelatihan
Hasil pelatihan merupakan evaluasi dari kegiatan pelatihan dimana harapan
dan tujuan dari pelaksanaan pelatihan diklat dapat terpenuhi. Pada penelitian ini,
hasil yang dimaksud adalah tingkat keberhasilan program pelatihan yang dapat
diketahui dari reaksi peserta terhadap kegiatan pelatihan, proses belajar,
perubahan behavior dan hasil berupa peningkatan produktivitas peserta.
Keberhasilan suatu diklat dapat meningkatkan kinerja peserta pelatihan dan
meningkatkan kualitas lembaga.
Berdasarkan definisi operasional diatas maka variabel, pengembangan aspek
2.3Penguasaan
Hasil Pelatihan 3.1 Reaksi
3.2 Belajar
1. Penentuan Skor Data Tiap Variabel
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Kemudian variabel tersebut
dikembangkan dalam bentuk pernyataan lalu di angkat permasalahan yang ada
kemudian diturunkan menjadi kisi-kisi penelitian, yang kemudian dibuat semacam
angket atau kuesioner. Pernyataan yang terdapat di angket terdiri dari beberapa
aspek dan indikator penelitian.
Pada penelitian ini skala pengukuran yang digunakan yaitu skala likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi variabel. Kemudian indikator tersebut
berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa
kata-kata antara lain :
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu-ragu
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Dalam skala likert untuk pernyataan positif diberi bobot nilai 5,4,3,2,1 dan
untuk pernyataan negatif diberi bobot nilai 1,2,3,4,5. Bobot nilai setiap responden
dijumlahkan sehingga diperoleh skor total.
2. Kriteria Penilaian Instrumen
Hermana (dalam Sri Mulyani,2014,hlm.52) menjelaskan bahwa penentuan
kriteria nilai dilakukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai responden
dalam pendistribusian responden terhadap instrumen. Penentuan skor disusun
berdasarkan skor ideal maupun skor total dengan menggunakan presentase.
Dengan harapan dapat diperoleh gambaran mengenai bagaimana presentase
jawaban responden terhadap item pernyataan instrumen penelitian. Adapun
langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung presentase adalah sebagai
berikut:
a. Membuat tabel penolong untuk menghitung presentase dan katagori item
instrumen dari tiap-tiap aspek dengan format sebagai berikut:
Tabel 3.2 Persentase dan Katagori Item Instrumen
b. Menghitung skor aktual dari setiap jawaban berdasarkan aspeknya dengan cara
menjumlahkan setiap skor jawaban responden
c. Menghitung nilai skor ideal dari setiap jawaban untuk setiap aspeknya dengan
persamaan:
SI = jumlah itemx n x 5 (nilai maksimum skala likert)
Keterangan:
SI = Skor Ideal
n = jumlah reponden
d. Mencari perhitungan presntase dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
P= Skor Aktual/Skor Ideal x 100%
Keterangan :
P= Besar presentase yang dicari
Untuk memudahkan analisis dan interpretasi dari hasil tersebut, maka
perolehan presentase ditafsirkan ke dalam tiga rentang kategori pada tabel
dibawah ini :
Tabel 3.3 Katagori Penafsiran Skor Instrumen Penelitian
Rentang Kategori
0.00-33,33 Rendah/buruk
33,34-66,66 Sedang/cukup
66,67-100 Tinggi/baik
3. Penyusunan Instrumen
Pada proses pengembangan instrumen yang menjadi titik tolak dari
penyusunan ini adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti.
Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya
butir-butir pernyataan, kemudian untuk memudahkan penyusunan instrumen,
maka perlu digunakan kisi-kisi instrumen.
Kisi-kisi disusun secara sistematis disesuaikan dengan tujuan penelitian yang
sudah ditetapkan, kemudian kisi-kisi tersebut diuraikan berdasarkan indikatornya
sehingga dapat memudahkan dalam pembuatan angket. Dalam kisi-kisi instrumen
terdiri dari variabel, aspek, indikator dan jumlah item. Dalam penyusunan angket
tersebut kisi-kisi dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan angket, kemudian
dibuat petunjuk pengisian angket untuk menghindari kesalahan dalam pengisian
angket, setelah itu dibuat daftar pernyataan yang berdasarkan pada kisi-kisi yang
telah disusun, serta membuat pilihan jawaban yang terdiri dari lima pilihan yaitu
(1)Sangat Setuju, (2) Setuju, (3) Ragu-ragu, (4) Tidak Setuju dan (5) Sangat Tidak
Setuju.
Dalam penyusunan angket ini, variabel X1 (persepsi peserta terhadap
kompetensi pelatih) terdiri dari 25 pernyataan yang terdapat pada nomor 1 sampai
25 , X2 (pengalaman kerja peserta) terdiri dari 18 pernyataan yang terdapat pada
nomor 26 sampai 43 dan variabel Y (hasil pelatihan) terdiri dari 10 pernyataan
yang terdapat pada nomor 44 sampai 53.
F. Proses Pengujian Instrumen
Proses pengembangan instrumen penelitian dilakukan melalui proses
pengujian terhadap intrumen penelitian tersebut. Angket/kuisioner yang telah
disusun diuji cobakan kepada responden sebagai sampel dari penelitian, tujuannya
untuk mendapatkan data yang langsung valid, maka dari itu data yang telah
terkumpul diuji melalui pengujian validitas dan reliabilitas. Uji validitas untuk
mengetahui tingkat kesahihan, instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut
reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Uji coba instrumen dilakukan dengan melibatkan 30 orang peserta pelatihan
yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang periode 12 mei s.d 20 mei 2014. Uji
coba instrumen berupa kuisioner yang terdiri dari 53 pernyatan dengan variabel
X1 (persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih), X2(pengalaman kerja peserta)
dan variabel Y (hasil pelatihan).
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan
data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel, yang
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran datanya.
Data yang diperoleh dari uji coba instrumen kepada 30 orang responden
kemudian diolah dengan menggunakan pengujian validitas dan pengujian
reliabilitas sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas adalah satu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi sedangkan instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas
yang rendah (Suharsimi Arikunto, 2010,hlm.211). Dengan demikian variabel yang
akan diteliti adalah persepsi peserta terhadap komptensi pelatih (X1) yang terdiri
dari penalaran, tanggapan dan perasaan peserta akan kompetensi pelatih yang
terdiri dari kompetensi andragogik, kompetensi kepribadian, komptensi
professional dan kompetensi sosial. Pengalaman kerja peserta (X2) yang terdiri
dari lama waktu/masa kerja, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
dan penguasaan terhadap pekerjaan atau peralatan serta hasil pelatihan (Y) terdiri
Instrumen tersebut diuji cobakan pada sampel yang diambil dari populasi.
Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi product moment. Teknik korelasi ini digunakan
untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel atau
lebih. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Dimana :
rxy = koefisien korelasi product moment antara variabel X dan Y (
antara skor item dan skor total).
∑x = jumlah skor X (jumlah skor item). ∑y = jumlah skor Y (jumlah skor total). ∑x2
= jumlah Xkuadrat (jumlah skor item kuadrat).
∑y2
= jumlah Y kuadrat (jumlah skor total kuadrat).
n = jumlah responden (jumlah sampel).
Dalam pengujian validitas kuesioner ini, suatu item dapat dinyatakan valid
dengan ketentuan bahwa jika nilai r yang diperoleh dari perhitungan lebih dari
nilai item kritis product moment 5%, maka dapat dikatakan item pernyataannya
adalah valid, jika nilai r yang diperoleh dari perhitungan kurang dari
nilai item kritis product moment 5%, maka dikatakan tidak valid, atau dengan kata
lain rxy dikonsultasikan dengan harga r-tabel (df = n-k, df: derajat kebebasan, n:
jumlah responden – k: jumlah konstruk/ variabel X dan Y) dengan taraf kesalahan
< r-tabel, maka item pernyataan tidak valid (gugur). Berikut adalah hasil uji coba
instrumen:
Tabel 3.4 Hasil Uji Coba Pengujian Validitas
Variabel Persepsi Peserta Pelatihan terhadap Komptensi Pelatih
No.Item r.Hitung r.Tabel Ket.
1 0.673 0, 361 Valid
2 0,628 0, 361 Valid
3 0,724 0,361 Valid
4 0,663 0,361 Valid
5 0,850 0,361 Valid
6 0,619 0,361 Valid
7 0,684 0,361 Valid
8 0,629 0,361 Valid
9 0,711 0,361 Valid
10 0,610 0,361 Valid
11 0,665 0,361 Valid
12 0,682 0,361 Valid
13 0,693 0,361 Valid
14 0, 669 0,361 Valid
15 0,459 0,361 Valid
16 0,612 0,361 Valid
18 0,681 0,361 Valid
19 0,644 0,361 Valid
20 0,675 0,361 Valid
21 0,417 0,361 Valid
22 0,512 0,361 Valid
23 0,433 0,361 Valid
24 0,702 0,361 Valid
25 0,546 0,361 Valid
Sumber: Hasil Uji Coba Angket
Berdasarkan uji coba angket mengenai persepsi peserta terhadap kompetensi
pelatihan, hasilnya menunjukkan bahwa dari 25 item pernyataan yang dijawab
oleh responden semuanya valid.
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Pengujian Validitas
Variabel Pengalaman Kerja Peserta Pelatihan
No.Item r.Hitung r.Tabel Ket.
26 -0,032 0, 361 Tidak
Valid
27 0,630 0, 361 Valid
29 0,858 0,361 Valid
30 0,663 0,361 Valid
31 0,423 0,361 Valid
32 0,674 0,361 Valid
33 0,852 0,361 Valid
34 0,693 0,361 Valid
35 0,791 0,361 Valid
36 0,726 0,361 Valid
37 0,712 0,361 Valid
38 0,823 0,361 Valid
39 0,730 0,361 Valid
40 0,666 0,361 Valid
41 0,754 0,361 Valid
42 0,653 0,361 Valid
43 0,657 0,361 Valid
Sumber: Hasil Uji Coba Angket
Berdasarkan uji coba angket mengenai pengalaman kerja peserta, hasilnya
menunjukkan bahwa dari 18 item pernyataan yang dijawab oleh responden,
terdapat 1 item yang tidak valid yaitu item nomor 26, karena r tabel lebih besar
daripada r hitung sehingga item nomor 26 dinyatakan gugur dan tidak bisa
digunakan untuk pengambilan data selanjutnya.
Variabel Hasil Pelatihan
No.Item r.Hitung r.Tabel Ket.
44 0,656 0,361 Valid
45 0,729 0,361 Valid
46 0,823 0,361 Valid
47 0,816 0,361 Valid
48 0,880 0,361 Valid
49 0,816 0,361 Valid
50 0,871 0,361 Valid
51 0,827 0,361 Valid
52 0,816 0,361 Valid
53 0,852 0,361 Valid
Sumber: Hasil Uji Coba Angket
Berdasarkan data dari uji coba angket mengenai hasil pelatihan, hasilnya
menunjukkan bahwa dari 10 item pernyataan yang dijawab oleh responden
semuanya valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya tingkat keandalan alat
ukur dalam penggunaannya atau dengan kata lain alat ukur tersebut memiliki hasil
yang konsisten apabila digunakan berkali-kali. Jika instrumen dapat dipercaya
maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Menguji
dengan alasan skor dalam instrumen berskala 1-5. Rumusnya adalah sebagai
berikut:
Dimana: :
r = koefisien reliabilitas yang dicari
k = jumlah butir pernyataan
σi2
= varians butir-butir pernyataan
σ2
= varians skor tes.
Untuk mencari perhitungan varians (σ2) tiap butir soal digunakan rumus berikut
ini :
Dimana:
σi2
= varians butir pernyataan ke-n (misal ke-1, ke-2, ke-3 dan seterusnya).
Xi = jumlah skor jawaban subyek untuk butir pernyataan.
n = jumlah sampel.
Hasil dari harga indeks yang didapat dengan indeks reliabilitas dari Alpha
Cronbach yaitu: “Dinyatakan reliabel jika nilai α hitung ≥ 0,60 (paling tidak
mencapai 0,60), kemudian jika α hitung < 0,60 maka dinyatakan tidak reliabel. Jika α hitung mencapai 0,85 bahkan 0,90 dikatakan reliabilitas tinggi.”Berikut adalah hasil uji reliabilitas:
Variabel α hitung α standar Keterangan
X1 0,937 0,60 Reliabel
X2 0,922 0,60 Reliabel
Y 0,939 0,60 Reliabel
Sumber: Hasil Uji Coba Angket
Berdasarkan data dari uji coba angket mengenai hasil pelatihan, hasilnya
menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan yang disampaikan dalam kuisioner
adalah reliabel, karena α hitung lebih besar dari α standar.
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut, dapat diketahui
bahwa 53 item pernyatan adalah reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa intrumen
kuisioner dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya karena sudah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Sehingga dari 25 item pernyataan mengenai persepsi
peserta terhadap kompetensi pelatih, 18 item pernyataan mengenai pengalaman
kerja dan 10 item pernyataan mengenai hasil pelatihan yang telah dinyatakan
reliabel, masing-masing item tersebut kemudian diurutkan kembali dan kemudian
pernyataan yang telah diurutkan, kembali disebarkan kepada 60 orang peserta di
BBPP Lembang yang mengikuti pelatihan pada periode 12 Mei-20 Mei 2014.
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Observasi
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013, hlm 203) mengemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
participant observasion, selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan, maka
observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Angket/ Kuisioner
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efesien bila
penelitian tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Angket atau kuisioner cocok digunakan bila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Angket dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau tidak langsung. Uma Sakaran (dalam Sugiyono, 2013, hlm
200) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulam data yaitu: prinsip penulisan dan penampilan fisik.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu digunakan untuk memperoleh data dari objek yang
akan diteliti, tentang aktivitas belajar mengajar peserta diklat.
H.Analisa Data
Analisis data pada penelitian ini, dilakukan untuk mengungkapkan
keterkaitan antara variabel (X1) persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi
pelatih, variabel (X2) pengalaman kerja peserta pelatihan, dengan variabel (Y)
hasil pelatihan. Adapun langkah-langkah pengolahan analisis data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan Uji Hipotesis
Uji normalitas yang digunakan oleh peneliti adalah uji normalitas residual
dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program
SPSS. Uji normalitas residual bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji t dan
uji F mengasumsikan nilai residual telah mengikuti distribusi normal. Jadi pada
uji normalitas ini bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai
residualnya.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel
yang dianalisis (antara variabel terikat dengan variabel bebas) itu bersifat linier,
dengan kata lain setiap peningkatan atau penurunan kuantitas disuatu variabel
akan diikuti secara linier atau lurus oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di
variabel lainnya. Uji linearitas yang digunakan adalah uji linieritas regresi. Untuk
mengetahui kelinearan regresi perlu dilakukan pengujian hipotesis yaitu
merumuskan regresi linear dibandingkan dengan regresi nonlinear. Sedangkan
untuk menguji keberartian regresi dilakukan dengan pengujian hipotesis tentang
koefisien regresi, yaitu arah b sama dengan nol dibandingkan dengan koefisien
arah regresi tidak sama dengan nol. Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi
linier sederhana dan analisis regresi linier berganda.
1) Analisis Regresi Linear Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu
variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi
linier sederhana adalah:
Ŷ = a + bX
Dimana:
b :Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada perubahan variabel indipenden. Bila (+) arah garis
naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X : subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Harga a dan b dapat dicari dengan persamaanberikut :
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ∑ Dimana:
n : jumlah responden penelitian
2) Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah studi mengenai ketergantungan
variabel dependent (terikat) dengan satu atau lebih variabel independent dengan
tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata
variabel dependent berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui.
Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini, analisis regresi
berganda digunakan untuk menjawab bagaimana keterkaitan antara persepsi
peserta terhadap kompetensi pelatih dan pengalaman kerja peserta pelatihan
dengan hasil pelatihan. Persamaan yang digunakan dalam analisis regresi linear
berganda adalah sebagai berikut:
Ŷ = a + b1x1 + b2x2
Ŷ = variabel dependen (hasil pelatihan) a = konstanta nilai intersep
X1 = persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih
X2 = pengalaman kerja peserta
b1,2 = koefisien arah regresi/ koefisien variabel X1,2
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis yang dilakukan berupa pengujian hipotesis secara parsial
(Uji t) dan pengujian hipotesis secara simultan (Uji F).
a. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)
Secara parsial, masing-masing variabel X akan berpengaruh terhadap variabel
Y. Adapun langkah-langkah untuk menggunakan uji statistik T adalah sebagai
berikut :
1) Merumuskan hipotesis
Ho : b1, b2 = 0 atau sig t > α (0,05), Ho diterima dan Ha ditolak (tidak ada
pengaruh signifikan variabel X1, X2 terhadap variabel Y).
Ha : b1, b2≠ 0 atau sig t < α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima (ada pengaruh
signifikan variabel X1, X2 terhadap Y).
2) Memilih uji statistik T karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh
signifikan masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent.
3) Menentukan tingkat signifikan, yaitu α = 5%, derajat kebebasan (df) = n-k, n
adalah jumlah sampel, k adalah konstruk (jumlah variabel X dan Y)
untuk menentukan t tabel.
4) Menghitung t hitung dengan bantuan sarana komputer program "SPSS."
5) Membuat simpulan membandingkan t hitung dengan t tabel dan
membandingkan sig t dengan signifikan α = 5% (0,05).
Secara simultan, variabel X bersama-sama akan berpengaruh terhadap
variabel Y. Adapun langkah-langkah untuk menggunakan uji statistik F adalah
sebagai berikut :
1) Merumuskan hipotesis
Ho : b1, b2, = 0 atau sig F > α (0,05), Ho diterima dan Ha ditolak (tidak ada
pengaruh signifikan variabel X1, X2, terhadap variabel Y).
Ha : b1, b2≠ 0 atau sig F < α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima (ada pengaruh
signifikan variabel X1, X2 terhadap variabel Y).
2) Memilih uji statistik F karena ingin mengetahui apakah ada pengaruh
signifikan variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel
dependent.
3) Menentukan tingkat signifikan, yaitu α = 5%, derajat kebebasan (df) dengan
rumus df1(N1) = k-1, df2(N2) = n-k, k adalah konstruk (jumlah variabel X dan
Y), sedangkan n adalah jumlah sampel, untuk menentukan F tabel.
4) Menghitung F hitung dengan bantuan sarana komputer program "SPSS."
5) Membuat simpulan, membandingkan F hitung dengan F tabel, dan
membandingkan sig F dengan signifikan α = 5% (0,05 ).
c. Uji Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perubahan variabel terikat yang
disebabkan adanya perubahan variabel bebas dan digunakan dalam presentase.
Koefisien ini juga digunakan sebagai pendekatan atas suatu hubungan linier antara
variabel (X) lebih dari dua, digunakan rumus sebagai berikut:
R2= b1∑X1Y+ b2∑X2Y+ b3∑X3Y dst Y2
R2 = Besar koefisien determinasi.
b = Slope garis estimasi yang paling baik.
X = Nilai variabel X
Y = Nilai variabel Y
n (dst.) = Banyaknya data.
Nilai koefisien determinasi berganda ini adalah lebih besar dari 0 tetapi lebih
kecil dari 1, maka apabila:
1) Nilai koefisien determinasi menunjukkan angka mendekati 1, berarti variabel
bebas (X) memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel terikat (Y).
2) Nilai koefisien determinasi mendekati 0, berarti bahwa perubahan variabel
terikat (Y) banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel yang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran
yang berkenaan dengan hasil penelitian. Kesimpulan tersebut merupakan
ringkasan atau rangkuman peneliti secara terpadu terhadap pembahasan hasil
penelitian yang telah dikemukakan pada bab IV.
A.Simpulan
1. Simpulan Umum
Secara umum, data hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
keterkaitan antara persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan
pengalaman kerja peserta dengan hasil pelatihan, yang mana apabila terjadi
perubahan nilai persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan
begitupun halnya perubahan nilai tingkat pengalaman kerja peserta pelatihan, baik
secara parsial maupun simultan, maka akan mempengaruhi nilai dari kualitas hasil
pelatihan tersebut.
Sesuai dengan definisinya, secara sederhana persepsi dapat diartikan sebagai
tanggapan akan suatu rangsangan, sehingga perubahan nilai persepsi peserta
pelatihan terhadap kompetensi pelatih akan senantiasa terjadi seiring dengan
perubahan nilai kompetensi pelatih yang merupakan agen dalam pembelajaran.
Hal tersebut berarti bahwa semakin baik kompetensi pelatih (sebagai rangsangan)
maka akan semakin baik persepsi peserta terhadap kompetensi pelatih tersebut
(tanggapan) sehingga akan semakin baik pula hasil pelatihannya. Oleh karena itu,
pelatih harus memiliki kompetensi yang baik, meliputi kompetensi andragogik,
kepribadian, professional dan sosial. Selain itu, pelatih harus senantiasa menjaga
dan bahkan meningkatkan kompetensinya sehingga nilai kualitas dari hasil
Dalam aspek pengalaman kerja peserta, data penelitian menunjukkan bahwa
pengalaman kerja peserta yang baik memiliki keterkaitan positif dengan hasil
dimiliki oleh peserta, maka akan semakin baik pula hasil pelatihannya, karena
dengan dasar pengalaman kerja yang baik maka proses transfer ilmu pengetahuan
akan menjadi lebih mudah sehingga tujuan peserta dan pelatih dalam kegiatan
pelatihan tersebut dapat tercapai dengan baik.
Secara simultan, persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih dan
pengalaman kerja peserta, keduanya memiliki keterkaitan positif dengan hasil
pelatihan, yang berarti bahwa semakin baik persepsi peserta pelatihan terhadap
kompetensi pelatih dan semakin baik pengalaman kerja peserta, maka akan
semakin baik pula hasil pelatihannya. Data dalam penelitian ini mengungkapkan
bahwa pengalaman kerja memberikan pengaruh yang sedikit lebih besar dari
persepsi peserta pelatihan terhadap kompetensi pelatih.
2. Simpulan Khusus
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan khusus dari penelitian ini sebagai
berikut:
a. Keterkaitan antara Persepsi Peserta Pelatihan terhadap Kompetensi Pelatihan
dengan Hasil Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki persepsi yang baik mengenai kompetensi pelatih di BBPP Lembang
dimana kompetensi andragogik adalah kompetensi yang dianggap paling baik dan
kompetensi pribadi dirasa kurang apabila dibandingkan dengan kompetensi
lainnya.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana diketahui bahwa pola
korelasi yang terjadi antara variabel X1 persepsi peserta pelatihan terhadap
kompetensi pelatih dengan variabel Y hasil pelatihan adalah bersifat positif yang
berarti bahwa semakin baik persepsi peserta pelatihan terhadap kompentensi