PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI
SEKOLAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi
Oleh
Prima Hartio Waluyo 0900107
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER
TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI
SEKOLAH
Oleh
PRIMA HARTIO WALUYO 0900107
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Prima Hartio W 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
PRIMA HARTIO WALUYO 0900107
PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI
SEKOLAH
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Nuryadi, M.Pd. NIP. 197101171998021001
Pembimbing II
Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd. NIP. 196005181987032003
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi
Prima Hartio Waluyo
PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI
SEKOLAH ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam SMA N 2 Bandung pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif perhimpunan penjelajah dan kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA N 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakaan desain one group pretest-postest design. Pada kelompok sampel diberikan tes awal, treatment (perlakuan) dan tes akhir. Treatment (perlakuan) yang diberlakukan kepada kelompok sampel sebanyak 25 orang berupa program masa bimbingan (mabim). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuisioner/angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi pemimpin siswa di SMA N 2 Bandung. Selanjutnya uji t menggunakan pengolahan data SPSS 17 yang diperoleh hasil dari tabel t didapat (0,025;24) adalah 2,064. Maka nilai t output dapat digambarkan -0,768 < statistic tabel 2,064 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA N 2 Bandung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat direkomendasikan bahwa kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah dapat meningkatkan kepribadian pada potensi kepemimpinan siswa.
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EFFECT OF THE NATURE LOVERS ACTIVITIES Extracurricular LEADERSHIP POTENTIAL FOR THE IMPROVEMENT OF STUDENTS
IN SCHOOL
By : Prima Hartio Waluyo
0900107
ABSTRACT
This research was obtained from the data that is processed and analyzed by a computer software program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) Series 17 is known for initial tests with a sample of 25 people, middle limit (range) was 33, the minimum score is 182, the maximum score is 215 , the average is 200, 24, standard deviation is 9.9 and the variance is 98.02. Then for the final test with a sample of 25 people, middle limit (range) was 54, the minimum score is 180, the maximum score is 234, the average is 212.16, the standard deviation is 12.34 and the variance is 152.22. Further more, for the difference between the initial test and final test with a sample of 25 unknown people, middle limit (range) was 70, the minimum score is 28, the maximum score is 42, the average is 11.92, the standard deviation is 15.41 and variance is 237.41. Furthermore sig. While the t-test using SPSS 17 data processing obtained results obtained from table t (0.025; 24) is 2.064. Then the output value of t can be described -0.768 < 2.064 statistical tables means a significant difference between the nature lover in extracurricular activities to the improvement of students' leadership potential in SMA N 2 Bandung.
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Batasan Penelitian ... 10
F. Batasan Istilah ... 11
G. Anggapan Dasar ... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14
A. Pengertian Ekstrakurikuler ... 14
B. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15
C. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 16
D. Prinsip-prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 17
E. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Organisasi Pecinta Alam ... 21
H. Intepretasi Organisasi Pecinta Alam ... 21
1. Asal-usul dibentuknya Organisasi Pecinta Alam ... 24
2. Tujuan Organisasi Pecinta Alam ... 25
3. Nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam ... 26
4. Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 27
5. Urutan Ketua Dewan Pengurus Sejak Awal Hingga Sekarang ... 27
6. Keanggotaan di Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakulikuler GPA ... 28
7. Tahap Pendidikan Pada Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA 28 8. Visi dan Misi Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA... 29
9. Kegiatan-kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 29
I. Pengertian Kepemimpinan ... 30
J. Fungsi Kepemimpinan dan Peran Pemimpin ... 36
K. Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 40
L. Hipotesis ... 41
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 44
1. Metode Penelitian ... 44
2. Desain Penelitian ... 45
C. Definisi Operasional ... 46
D. Instrumen Penelitian ... 48
E. Uji Coba Instrumen... 51
1. Uji Validitas ... 52
2. Uji Reliabilitas ... 55
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi
1.Menghitung Skor Rata-rata ... 56
2.Menghitung Simpangan Baku ... 57
3.Menguji Normalitas ... 57
4.Menguji Homogenitas ... 58
5.Pengujian Signifikasi ... 58
6.Uji Hipotesis ... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Hasil Penelitian ... 60
1. Deskipsi Data ... 60
a. Deskripsi Data Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan ... 60
2. Uji Normalitas ... 62
3. Uji Homogenitas ... 63
4. Uji Hipotesis Penelitian Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 64
a. Terdapat Pengaruh yang Signifikan Antara Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi kepemimpinan Siswa di Sekolah . ... 64
B. Pembahasan ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Rekomendasi ... 68
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Fungsi Kepemimpinan ... 36
3.1 Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian ... 43
3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Uji Coba ... 47
3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 50
4.1 Deskripsi Data Angket peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa .. 61
4.2 Hasil Uji Normalitas Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan.... 62
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Prima Hartio Waluyo, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan
kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk
pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Kita membutuhkan habitus
baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini
1-20 tahun yang akan datang. Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada
umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor
kehidupannya sendiri.
Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang
memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan
kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya
dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun
kebutuhan masyarakat. Menyangkut hal tersebut juga sebetulnya dalam Undang
Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1
telah disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan tidak lepas dari yang namanya sebuah
program. Program yang sudah terencana maupun program yang baru akan dimuat
terhadap tujuan dari proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan di luar jam
pelajaran sekolah yaitu ekstrakurikuler. Menurut Oteng Sutisna (1983:57),
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain
bisa saling berbeda. Variansinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa,
dan kemampuan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
2
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan
kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa.
Menurut Suharsimi AK (1988:1) yang dimaksud dengan Program ialah
sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Farida Yusuf (1988:123) mendeskripsikan program merupakan kegiatan yang
direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan adalah kegiatan
pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa. Kegiatan ini dilakukan
pada sore hari bagi sekolah-sekolah yang masuk pagi dan dilaksanakan pagi hari
bagi yang masuk sore hari.
Menurut Suharsimi (1988:57), Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan
tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan
pilihan. Program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta
keunikannya meraih prestasi dan keterampilan yang bermakna bagi diri dan masa
depannya. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif
sekolah. Secara Yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki
landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri yang
harus dilaksanakan oleh sekolah, salah satu keputusan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah jam belajar
efektif di sekolah pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5 pasal 9 ayat 2 “pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (PORSENI), karya wisata, lomba
kreatifitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya.” Dalam bagian lampiran keputusan mendiknas ini juga dinyatakan liburan sekolah atau madrasah selama bulan ramadhan diisi dan
dimanfaatkan untu melaksanakan berbagai kegiatan, yang diarahkan pada
peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau amaliah agama termasuk kegiatan
ekstrakurikuler lainnya yang bermuatan moral.
Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi
3
Prima Hartio Waluyo, 2014
ekstrakurikuler dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk
mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga
negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama
dan terbiasa dengan kegiatan mandiri dan mampu menjadi seorang pemimpin
kelak.
Ekstrakurikuler merupakan suatu wadah eksternal yang dibentuk untuk
menuangkan minat dan bakat siswa di luar aktivitas belajar mengajar di sekolah
yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan prestasi.
Dan juga kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling
untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan
oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di
sekolah atau madrasah.
Keberadaan organisasi, himpunan atau kegiatan pecinta alam pada
ekstrakurikuler di masyarakat luas maupun di lingkungan dunia pendidikan
formal pada awalnya sering diharapkan menjadi wadah untuk menempa diri pada
lingkungan alam bebas. Sehingga kelompok pecinta alam di dalam melaksanakan
kegiatannya sering disebut dengan olah raga alam bebas. Berbagai program
kegiatan akan dialami oleh calon anggota, sebelum mereka berhak mendapat
keanggotaan organisasi pecinta alam tertentu, di mana pada akhirnya diharapkan
dapat memunculkan generasi yang tangguh sekaligus mencintai kelestarian alam.
Dalam perkembangannya aktivitas kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler
secara kuantitas semakin meningkat dan cukup menggembirakan, namun secara
kualitas perlu pembinaan yang lebih baik dan terarah. Meskipun mencintai alam
semula bersifat hobi semata, namun dengan tumbuhnya kegiatan pecinta alam
pada ekstrakurikuler memberi wadah aktivitas yang terprogram kegiatan di
lapangan maupun kegiatan-kegiatan yang lain dapat meningkatkan prestasi
maupun profesionalisme. Kegiatan organisasi maupun himpunan pecinta alam
merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.
Makna religius yang terdapat pada aspek mencintai alam, maksudnya adalah
4
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Kuasa, Maha Pencipta. Demikian juga di dalam Al-Qur‟an (QS. Al-Jatsiyah;
12-13) disebutkan bahwa :
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar dengan seijin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian dari kesenangan dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menunjukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat dari pada-Nya.
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat kekuasaan Allah bagi
kaum yang berfikir, (QS. Al-Jatsiyah; 12-13). Konsep di atas menunjukkan bahwa
dalam kegiatan mencintai alam setiap insan pecinta alam terlibat dalam proses
bersikap setia dan taat akan aturan atau tata nilai dan kaidah-kaidah organisasi
pecinta alam.
Organisasi kegiatan pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk
ke dalam kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini
memiliki beberapa aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek
rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.
Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur
pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan.
Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga
berfungsi memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan
peranan dalam masyarakat.
Tujuan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler bila mengacu kepada
nilai–nilai yang tertuang dalam kode etik pecinta alam maka, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan kegiatan pecinta alam hendaknya merupakan integrasi
dari kegiatan yang bersifat pendidikan jasmani dan rohani. Ada baiknya , uraian
berikut ini dijadikan sebagai acuan penentuan tujuan kegiatan pecinta alam pada
ekstrakurikuler, yakni:
1. Sebagai kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler mendukung usaha-usaha
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatannya yang bersifat fisik dan
non fisik sehingga diharapkan seorang anggota himpunan pecinta alam lebih
5
Prima Hartio Waluyo, 2014
dalam memandang dirinya sebagai makhluk Al-Khaliqnya, dalam
memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh
Allah SWT, dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan
sosialnya.
2. Untuk mengungkapkan gambaran empiris tentang perubahan perilaku, tingkat
internalisasi nilai-nilai dalam kode etik pecinta alam dalam sikap religius
pecinta alam setelah mengikuti kegiatan pecinta alam, serta upaya dalam
menemukan format pendidikan dasar kegiatan pecinta alam yang sesuai
dengan peningkatan prestasi, menyangkut materi pendidikan dasar, metode,
dan evaluasi.
3. Membuat “Kurikulum” Program organisasi pecinta alam, dalam format yang
disesuaikan secara normatif, tergantung kepada dimana organisasi tersebut
berada, misalnya; Kurikulum antara anggota pecinta alam yang profesional,
seperti Skygers (pelopor kelompok panjat tebing Indonesia), ORAD (olah
raga arus deras), Atau Penyelenggara Out bound, akan berbeda dengan Kurikulum organisasi pecinta alam.
4. Sudah saatnya kegiatan pecinta alam memiliki satu kurikulum dasar dalam
melaksanakan pendidikan secara nasional. meskipun begitu tidak bisa
dipungkiri bahwa masing-masing kegiatan pecinta alam memiliki kurikulum
sendiri, yang diklaim mungkin terbaik menurut mereka dibandingkan
kurikulum kegiatan pecinta alam yang lain. Untuk mempersatukannya
memang agak sulit, namun bukan berarti tidak bisa, diperlukan ekstra kerja
keras, dari semua pihak dan yang paling utama adalah adanya fasilitator yang
bisa mempersatukan pecinta alam-pecinta alam ini dan fasiltator yang paling
tepat adalah pemerintah.
Fungsi dari pada organisasi kegiatan pecinta alam mengikuti kaidah-kaidah
pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Yang
membedakannya terletak pada lingkup kegiatannya. Pendidikan sekolah
merupakan pendidikan formal, sedangkan kegiatan organisasi pecinta alam
6
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
yang terjadi adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru
atau instruktur dan peserta didik.
Telah kita ketahui bersama bahwa sebaik-baiknya kepemimpinan di dunia ini
adalah kepemimpinan Nabi Muhammad saw, karena kepemimpinan Rasulullah
adalah cermin kepemimpinan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Kepemimpinan Rasulullah ini yang menjadi panutan, tauladan dan harus
ditauladani oleh semua muslim.
َمْوَ يْلاَو َللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةََسَح ٌةَوْسُأ ِللا ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل
َرَكَذَو َرِخ ْْا
اًرِثَك َللا
: بازحأا ةروس( 12
)
Niscaya sungguh ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam Al-Qur'an dan
as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia mulai dari pribadi, berdua, keluarga
bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik
cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk
menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan merupakan fitrah bagi setiap manusia yang sekaligus
memotivasi pemimpin yang Islami. Manusia diamanahi Allah untuk menjadi
Khalifah (wakil Allah) di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta sekaligus sebagai hamba Allah yang
senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan
Allah. Menurut Sabda Rasulullah saw :
ثيدحا ... ِِتيِعَر ْنَع ٌلْوُ ئْسَم ْمُكلُكَو ٍعاَر ْمُكلُك
)حاك لا باتك ِ يراخبلا اور(
7
Prima Hartio Waluyo, 2014
Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah
telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi (fitrah),
serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimalkan potensi yang
dimilikinya.
Kepemimpinan berarti proses mempengaruhi anggota atau bawahannya untuk
menuju pada sebuah visi misi. Menurut (Numbery, 2010: 5) Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun.
Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang
memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-“ menjadi “pemimpin”
(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan
bersama.
Menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) Pengertian kepemimpinan adalah
panduan seorang pemimpin … kemampuan untuk memimpin. Bila dilihat dari sisi
arti kata saja, jelas ada perbedaan. Namun, dalam dunia nyata dan praktis pun
terasa sekali perbedaan. Bila lebih disederhanakan lagi kepemimpinan menurut
John adalah cara memberi arah terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Stephen Covey (Numbery,
2010: 2) dalam buku 7 Habbits Of Hightly Effective People yang menjadi best seller, ia menuliskan bahwa kepemimpinan adalah tindakan yang memastikan bahwa penempatan anak tangga tersebut pada dinding yang tepat Untuk menjadi
seorang pemimpin harus tahu kapan harus memberikan peran sebagai pemimpin
yang memberi arahan terhadap tim yang dipimpinnya, kapan harus membahas tata
kelola satu proses agar berjalan efisien dan efektif dan kapan ia mesti
memperhatikan bahwa suatu proses berjalan sesuai yang telah disepakati
Dengan adanya kekuatan saling mempengaruhi di antara semua anggota
kelompok dan kepemimpinannya, maka timbullah dinamika kelompok dalam
wujud bermacam-macam usaha dan tingkah laku yang kompleks di dalam suatu
wadah organisasi maupun kegiatan ekstrakurikuler, hal ini jelas diperlukan
8
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Kepemimpinan di sekolah pada siswa, khususnya di dalam suatu kegiatan
pecinta alam pada ekstrakurikuler dibentuk agar potensi siswa pada pendidikan
nilai adalah situasi yang berpengaruh tehadap pekembangan pengalaman dan
kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman,
harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana
yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana
bermusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dan sebagainya yang mengacu kepada
etika peserta didik. Semua situasi pendidikan tersebut berpengaruh terhadap
pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan
pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka.
Dalam mencapai peningkatan potensi kepemimpinan siswa banyak faktor
yang mempengaruhinya diantaranya kualitas sumber daya manusia, metode kerja,
lingkungan sekolah, gaya kepemimpinan dan fasilitas-fasilitas di sekolah yang
menunjang tercapainya tujuan peningkatan potensi kepemimpinan melalui
kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler dan lain sebagainya. Berkaitan dengan
hal tersebut dalam penelitian ini hanya akan membahas kegiatan pecinta alam
pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Salah
satu bagian dari muatan ekstrakurikuler di sekolah (point 6) menjelaskan pada
Program Perkemahan.
Kegiatan ini mendekatkan peserta didik dengan alam, karena itu agar kegiatan
ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap di alam terbuka, sejumlah kegiatan
seperti keorganisasian, pendidikan dan latihan dasar, perlombaan olahraga alam
terbuka, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberanian dan penyadaran
spiritual merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama program
perkemahan ini berlangsung.
Suasana dalam yang dinamis akan tercipta manakala di salah satu wadah
kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah mampu meningkatkan
potensi kepemimpinan peserta didik maupun anggotanya. Hal-hal yang dapat
mengembangkan sikap peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam
9
Prima Hartio Waluyo, 2014
Dari tujuan ekstrakurikuler diatas penulis menghubungkan dengan suatu
permasalahan yang terjadi di sekolah telah menyelenggarakan kegiatan pecinta
alam pada ekstrakurikuler yang regenerasinya dilakukan secara rutin disetiap
tahun diselenggarakan. Dari hasil pengamatan penulis berdasarkan informasi yang
diterima bahwa adanya pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler
terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, tersusun
pertanyaan penelitian yaitu apakah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler
memberikan pengaruh terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di
SMAN 2 Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Dalam hal ini penulis ingin membuat sebuah penelitian kepada Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Bandung pada saat pelaksanaan kegiatan pecinta alam
pada ekstrakurikuler berlangsung. Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang
dan pengalaman organisasi pecinta alam tingkat pelajar yang umurnya cukup lama
di kota Bandung.
Menurut (Nasution, 1988: 24) mengemukakan bahwa: “Tiap penelitian harus mempunyai tujuan yang akan dicapai”. Tujuan harus bertalian erat dengan masalah yang akan dipilih serta dianalisa masalah-masalah itu. Sesuai dengan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap
peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang penulis ajukan,
maka penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
10
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
a. Untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuan siswa yang mengikuti
kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler secara optimal, sehingga mereka
mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan
kebutuhan.
b. Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
c. Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata
pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam
kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler
dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan
minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara,
melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan
terbiasa dengan kegiatan mandiri juga mampu menjadi seorang
kepemimpinan kelak.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengalaman baru untuk lebih
meningkatkan semangat penelitian yang lainnya dan sebagai bahan untuk
mempelajari ilmu yang lainnya.
b. Bagi para penggiat pada kegiatan pecinta alam adalah sebagai bahan
rekomendasi untuk menentukan standar perekrutan calon anggota kegiatan
pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah.
E. Batasan Penelitian
Batasan masalah bukan batasan pengertian. Menurut (Arikunto, 2006: 14)
menjelaskan bahwa batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang
merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian.
Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan
11
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam penelitian agar masalah yang
akan diteliti lebih terarah dan dimaksudkan untuk memperjelas masalah-masalah
apa saja yang akan menjadi batasan dalam penelitian. Menurut (Surakhmad,
1990: 36) menjelaskan sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja
untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga
untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk
pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut”.
Selain itu juga batasan penelitian diperlukan agar permasalahan berada dalam
jangkauan kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian. Maka
permasalahan peneliti dibatasi sebagai berikut, dalam hal ini penulis melakukan
penelitian dengan variabel:
1. Meneliti tentang pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler
terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa.
2. Lokasi pada penelitian ini adalah Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2
Bandung.
3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif yang mengikuti
kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMAN 2 Bandung. Penulis akan
mengambil sampel sebanyak 25 orang.
F. Batasan Istilah
Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dan agar tidak terjadi salah
paham terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan
memberikan penjelasan mengenai beberapa istilah menurut para ahli. Adapun
istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh menurut (Arikunto, 2002: 139) “Adalah suatu bentuk penelitian
yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antar dua variabel
atau lebih.”
2. Batasan istilah menurut (Arikunto, 2006: 12), “Adalah bagian dari proposal
maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang
12
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
3. Program menurut (Suharsimi AK, 1988: 1) „Program ialah sederetan kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.‟
4. Ekstrakurikuler menurut (Suharsimi AK, 1988: 57), “Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada
umumnya merupakan kegiatan pilihan.”
5. Pecinta Alam menurut (Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam
se-Bandung Raya, 2002) pecinta alam yaitu “Sekelompok manusia, yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdidik, bertanggung jawab, dan
bertujuan untuk menjaga serta memelihara alam.”
6. Kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner (Harbani Pasolong, 2008: 5),
mengatakan „kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut
berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa.‟
7. Kepemimpinan menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) “Kepemimpinan adalah
panduan seorang kepemimpinan … kemampuan untuk memimpin, bila lebih
disederhanakan lagi kepemimpinan menurut John adalah cara memberi arah
terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.”
8. Menurut (Numbery, 2010: 5) “Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin”
(dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun. Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-" menjadi “pemimpin” (leadership) berarti “kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan
bersama.”
9. Menurut Peter Senge (Numbery, 2010: 178) “mengemukakan 5 hal yang
membedakan antara organisasi pembelajar dengan organisasi berpola
tradisional pada pembentukan kepemimpinan, 5 hal tersebut adalah: (1)
berfikir sistem, (2) keahlian pribadi, (3) model mental, (4) membangun visi
bersama, (5) pembelajaran kelompok.”
Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak
13
Prima Hartio Waluyo, 2014
dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalahpahaman dan salah
penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan
istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar diperlukan penulis sebagai pegangan dalam proses penelitian
dan sebagai titik tolak dari semua proses yang akan dikerjakan. Surakhmad
(Arikunto, 2005: 58) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggapan dasar atau postulat adalah „Sebuah titik tolak pemikiran yang keberadaannya diterima oleh penyelidik‟. Hal ini berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan
postulat yang berbeda.
Adapun anggapan dasar yang dipakai sebagai titik tolak landasan berfikir
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah kegiatan pecinta alam pada
ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa dapat memberi
pengaruh yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Sebagaimana diungkapkan dalam buku Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Kurikulum SMK (Depdikbud, 1984: 6) menjelaskan “Kegiatan yang dilakukan di
luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar
lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.”
Dengan demikian sejalan dengan adanya kepentingan pada pendidikan di
luar jam sekolah yaitu dari pengembangan potensi minat dan bakat siswa serta
peningkatan potensi kepemimpinan pada siswa-siswi anggota GPA di SMA
Negeri 2 Bandung, maka dari itu dengan penelitian ini akan tergambar Pengaruh
Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam menyusun suatu penelitian hingga menganalisis data untuk
mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan sumber
data. Pada umumnya sumber data pada penelitian disebut populasi dan sampel.
Menurut (Sugiyono, 2008: 67) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik
kesimpulannya.”
Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa populasi merupakan
keseluruhan individu atau data yang akan disajikan sebagai sumber penelitian.
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi
anggota aktif GPA SMA Negeri 2 Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.
(Sugiyono, 2011: 81) menjelaskan bahwa „Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.‟ Dalam melakukan penelitian semua individu dalam populasi tidak perlu diteliti mengingat membutuhkan waktu
yang lama dan biaya yang sangat besar. Lebih lanjut (Arikunto, 2002: 104)
menjelaskan bahwa „Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti.‟
Menurut (Sugiyono, 2001: 77) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel harus
dilakukan sedemikian rupa agar dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya melalui teknik pengambilan sampel atau teknik sampling tertentu.
Untuk menghitung teknik pengambilan sampel akurat yang diperlukan dalam
penelitian, maka penulis bersandar pada acuan yang telah ditawarkan oleh para
ahli. Misalnya, menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 134) besarnya sampel dalam
penelitian ditentukan dengan cara prosentase, “… apabila subjeknya kurang dari
43
Prima Hartio Waluyo, 2014
populasi. Selanjutnya apabila subjeknya besar lebih dari 100, maka dapat diambil
antara 10-15% atau 20-25% atau lebih … .”. Mengacu pada pendapat para ahli tersebut di atas, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang.
Untuk lebih jelas karakteristik sampel bisa dilihat pada tabel, yakni
nama-nama anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2
Bandung.
Tabel 3.1.
Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian
No Nama Kelas
1. Azis Hezan Triyono XI
2. Firdaus Adi Nugroho XI
3. M. Ismail Sabilillah XI
4. M Hazail K. XI
5. Aristyo K. H. X
6. Ananda Budi Subagja X
7. Nisa Faradhila XI
8. Ranestari Sastriani XI
9. Mariam Kemalarani XI
10. Miranda Dewi P. XI
11. M. Nizar S. XII
12. Ilham Fajar XII
13. Rijal Wrisaba R. X
14. Dhiya A. S. XII
15. Zaki Luqman X
16. Emile Nuraida Erawan X
17. Ristia Agiska X
18. Fakhri Muhammad X
19. Sintia Tri Yuliani X
20. Arkan Novendri XI
21. Andi Gustian X
44
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
23. Hanifah Harudini XII
24. Putri XII
25. Geraldy X
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat
menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh karena
itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk keberhasilan
penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang digunakan dalam
sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
sebuah penelitian tersebut.
Metode Penelitian Pendidikan menurut (Sugiyono, 2012: 6) merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada
gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi
masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan
penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan
data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai
dengan prosedur penelitian. Dalam penelitiannya ini penulis menggunakan
metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen ini (Surakhman, 1980: 149)
menjelaskan, ‟Metode penelitian eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk meihat suatu hasil.‟ Hasil yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kasual antara variabel-variabel yang diselidiki. Tujuan
eksperimen bukanlah pada pengumpulan deskripsi data melainkan pada penemuan
faktor penyebab dan faktor akibat.
Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
merupakan suatu metode dalam penelitian yang dapat digunakan untuk
menentukan pengaruh, baik kualitas maupun kualitas pada suatu peristiwa atau
45
Prima Hartio Waluyo, 2014
menggunakan metode eksperimen dalam pembuatannya, karena penulis ingin
melihat bahwa ada pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap
peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.
2. Desain Penelitian
Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta
pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, penggunaan
desain dalam penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yakni suatu desain yang membandingkan dengan keadaan sampel sebelum diberikan
perlakuan (treatment). Untuk lebih jelas langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1. Langkah-langkah Penelitian
Berdasarkan langkah-langkah kegiatan penelitian yang penulis susun dapat di
deskripsikan sebagai berikut:
a. Persiapan, yang meliputi pengumpulan proposal penelitian dengan studi
pustaka dan informasi dari berbagai pihak.
1) Orientasi lapangan, yaitu menghubungi institusi atau lembaga terkait yaitu
SMA Negeri 2 Bandung
POPULASI
SAMPEL
PERLKUAN (TREATMENT)
Pretest / Tes Awal
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
KESIMPULAN Posttest / Tes Akhir
46
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
2) Menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta memperoleh data
banyaknya sampel yang akan dijadikan sampel dengan melihat jumlah
anggota yang aktif.
3) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, berkaitan dengan
variabel-variabel yang akan diteliti.
4) Menentukan sampel dalam penelitian.
Sampel penelitian ini diambil dari anggota aktif GPA SMAN 2 Bandung.
5) Menyusun instrumen penelitian.
6) Dilaksanakannya uji coba instrumen penelitian untuk melihat seberapa jauh
tingkat validitas dan reliabilitas masing-masing item tes pada instrument uji
coba instrumen penelitian.
7) Melaksanakan pengumpulan data dan menyebarkan kuisioner/angket
penelitian kepada sampel kelompok kemudian diberikan treatment yakni program peningkatan potensi kepemimpinan berupa kurikulum Mabim (Masa
Bimbingan), dan menjelang akhir sampel melaksanakan tes akhir. Untuk data
program masa bimbingan secara lengkap, penulis uraikan pada bagian
lampiran.
8) Menganalisa data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat dan
menguji hipotesis penelitiannya.
9) Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai
sebuah karya ilmiah.
10) Adapun jumlah yang menjadi populasi dalam penelitian ini dari seluruh
anggota aktif kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2
Bandung sebanyak 150 orang yang diambil sampel menjadi 25 orang.
C. Definisi Operasional
Pengungkapan variabel kepemimpinan siswa didasarkan pada item-item yang
diangkat dari indikator-indikator dalam penelitian ini. Adapun indikator tersebut
yakni mengemukakan lima hal yang membedakan antara organisasi pembelajar
dengan organisasi berpola tradisional pada peningkatan potensi kepemimpinan
47
Prima Hartio Waluyo, 2014
pertanyaaan dalam kuesioner atau angket, penulis membuat kisi-kisi instrumen
terlebih dahulu. Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Peter Senge
dalam (Numbery, 2010: 178) menjelaskan bahwa “lima hal yang membedakan antara organisasi berpola tradisional pada pembentukan kekepemimpinanan yaitu:
(1) berfikir sistem (system thinking), (2) keahlian pribadi (personal mastery), (3) model mental (mental models), (4) membangun visi bersama (building shared vision), (5) pembelajaran kelompok (team learning).”
Pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel penelitian agar alat
pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti
mengembangkan berdasarkan batasan dari variabel penelitian, selanjutnya
ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel, sub variabel tersebut.
Kriteria masing-masing variabel penelitian dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Uji Coba
48
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
acuan pembuatan pernyataan pada kisi-kisi mengenai peningkatan potensi
kepemimpinan dalam mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di
sekolah berdasarkan pendapat di atas, antara lain: berfikir sistem, keahlian pribadi, model mental, membangun visi bersama, pembelajaran kelompok.
D. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka
diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data digunakan
agar dapat menggali keterangan dan memperoleh data mengenai variabel dalam
penelitian ini, yaitu instrumen peningkatan potensi kepemimpinan maka disusun
instrumen pengumpul data berupa kuisioner (angket) sebagai teknik utama.
Sedangkan untuk memperoleh data peningkatan potensi kepemimpinan siswa
diperoleh dari kuisioner/angket, juga diperoleh dari hasil observasi ke lapangan
dan studi dokumentasi. Angket (kuisioner), (Kartono, 1996: 217) “Angket atau kuisioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan jalan mengedarkan
daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sejumlah
subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya.” Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan
agar semua jawaban yang diberikan oleh sampel lebih mudah untuk dinilai karena
semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.
49
Prima Hartio Waluyo, 2014
memberi tanda pada jawaban yang dipilih.” Adapun beberapa alasan yang menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai berikut:
1) Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif.
2) Sampel akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.
3) Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.
Penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini
dilandasi oleh kenyataan yang dihadapi peneliti, seperti yang dikemukakan
(Arikunto, 2002: 124) sebagai berikut:
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sampel dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.
Selain itu, pertimbangan lain yang dijadikan dasar dalam penggunaan
kuisioner menurut (Arif, 1982: 70) yaitu:
a. agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan
diolah secara statistik.
b. dengan alat pengumpul data (kuisioner) tersebut memungkinkan dapat
diperoleh data yang objektif.
c. dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan
mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
Berdasarkan landasan tersebut, maka dalam penelitian ini untuk
mengungkapkan pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap
peningkatan potensi kepemimpinan siswa menggunakan angket pada skala yang
dapat mengungkapkan data yang diperoleh dari sampel dengan data nominal tak
sebenarnya. Hal ini seperti skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala
Likert. Menurut (Sukardi, 2003: 146) menjelaskan Skala Likert adalah sebagai
berikut:
50
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setujun setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial.” Untuk alternatif jawaban dibuat dari yang sangat positif sampai
sangat negatif. Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima
sampai dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam
angket melekat dalam diri sampel, semakin rendah nomor yang sampel pilih maka
pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri sampel.
Adapun kategori penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu
Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2,
dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan
negatif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak
Setuju (TS) = 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 5. Kategori penyekoran setiap
alternatif jawaban tampak dalam tabel.
Tabel 3.4.
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang
disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, (Arikunto, 2002: 138) menerangkan
sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.
51
Prima Hartio Waluyo, 2014
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada
sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Dengan
berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, maka yang menjadi
instrumen penelitian adalah kuesioner atau angket, hal ini dikarenakan sampel
dapat meluapkan apa yang dirasakannya secara mandiri dengan obyektif dan cepat
tanpa ada tekanan dan rasa takut dari siapapun.
Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan
memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk anggota
yang dalam penelitian ini diminta sebagai sampel diberikan pernyatan dan sampel
diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi tanda silang
(X) pada kolom 1, 2, 3, 4, 5 dengan tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS).
E. Uji Coba Instrumen
Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya,
maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat
validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal yang diajukan menjadi instrumen
penelitian.
Hal ini selaras dengan pernyataan dari (Arikunto, 2002: 211) yang
menyatakan bahwa „instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.‟ Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul data yang tidak baku maka harus mengukur kesahihan dan tingkat kepercayaan
untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat
ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah
penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka
hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen
dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian dilakukan penulis, sebelum
melaksanakan penelitian sesungguhnya. Uji coba instrumen dilakukan terhadap
52
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Angket peningkatan potensi kepemimpinan siswa ini di uji cobakan kepada
seluruh anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA pada tanggal 12 bulan
Desember 2013 dengan jumlah 25 orang.
1. Uji Validitas
Menurut (Arikunto, 1999: 160) „Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.‟ Uji validitas item dalam penelitian dimaksudkan agar item-item tes sesuai dengan indikator
setiap variabel. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap
skor butir item dengan skor total.
Apabila kita telah mengetahui hasil dari uji coba angket dan telah melakukan
pengujian mengenai angket sementara, maka langkah selanjutnya yaitu pengadaan
mengenai uji coba pengolahan data. Adapun sebelum melakukan uji coba
pengolahan data yang harus diperhatikan adalah metode mengenai pengadaan
instrumen.
Menurut (Arikunto, 2002: 142-143) mengenai metode pengadaan instrumen
yaitu sebagai berikut.
a. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menetukan variabel, kategorisasi
variabel.
b. Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala.
c. Penyutingan yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan,
surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang diperlukan.
d. Uji coba angket.
e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran.
f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan
mendasarkan diri pada yang diperoleh.
Sesuai dengan pernyataan di atas maka angket yang telah disusun kemudian
diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari
setiap butir pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang
53
Prima Hartio Waluyo, 2014
ini. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan alat ukur
atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang dilakukan juga
tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian harus relevan
untuk mencapai penelitian yang baik.
Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2008: 173) bahwa
dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,
maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen
yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil
penelitian yang valid dan reliabel.
Pelaksanaan Uji coba angket penulis dilaksanakan setelah disetujui oleh
dosen pembimbing. Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis
menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari
sampel. Mengenai validitas ini (Arikunto, 2002: 145) mengemukakan bahwa:
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.
b. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.
c. Merangking skor sampel dari skor yang tertinggi sampai yang terendah.
d. Menetapkan 50% sampel kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor
tinggi).
e. Menetapkan 50% sampel kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor
rendah).
f. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas
maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X =
n X
54
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Keterangan: X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah
Σ X = Jumlah skor
n = Jumlah sampel
g. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok
atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: S = Simpangan baku
X = Skor rata-rata n = Jumlah sampel
h. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara
kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan: Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya sampel kelompok atas
n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah
S1 = Simpangan baku kelompok atas
S2 = Simpangan baku kelompok bawah
i. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan
55
Prima Hartio Waluyo, 2014 2
X = Nilai rata-rata kelompok bawah
Sgab = Simpangan baku gabungan
n1 = Banyaknya sampel kelompok atas
n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah
j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat
kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2
k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.
2. Uji Reliabilitas
Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya
menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil
dan soal yang bernomor genap.
b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi
variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.
c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan
butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik
korelasi Pearson Product Moment.
Keterangan:
rxy = Koefisien yang dicari
XY = Jumlah perkalian skor X dan Y X2 = Jumlah skor X2
Y2 = Jumlah skor Y2 n = Jumlah sampel
d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan
menggunakan rumus Spearman Brown.
56
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen
rxy = Koefisien korelasi
e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan product moment sehingga diketahui kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini
menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengetesan, merupakan data yang masih
mentah. Agar data tersebut mempunyai arti, maka diperlukan pengolahan dan
analisis data secara statistik. Prosedur pengolahan data yang dipergunakan pada
umumnya bersumber pada buku statistik dari Nurhasan, 1999. Adapun data-data
yang ditempuh untuk pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menghitung skor rata-rata
Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok
dengan dengan rumus :
Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut :
S=
Keterangan :
S = simpangan baku yang dicari
57
Prima Hartio Waluyo, 2014
∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Menguji Normalitas
Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan lilliefors. Prosedur yang digunakan sebagai berikut :
a. Pengamatan , , ... dijadikan bilangan baku , , ... dengan
menggunakan rumus :
=
( dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari
sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F( ) = P(z ).
c. Selanjutnya menggunakan porsi hitung , , .... ∑ . jika proporsi ini dinyatakan S( ), maka :
S( ) =
-d. Menghitung selisih F( ) – S ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Untuk menolak atau menerima hypotesis, kita bandingkan dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari
daftar tabel. Dalam hal lainnya nol diterima.
4. Menguji Homogenitas
Menguji homogenitas. Menggunakan rumus sebagai berikut :
F =
Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari F
tabel distribusi dengan derajat kebebasan
58
Prima Hartio Waluyo, 2014
Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah
5. Pengujian Signifikansi
Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t
menggunakan rumus sebagai berikut :
a. Uji dua rata-rata (uji satu pihak) dengan menggunakan rumus :
t=
dimana
S² =
keterangan :
t = nilai t yang dicari (t hitung)
= nilai rata-rata kelompok 1
= nilai rata-rata kelompok 2
= simpangan baku gabungan
= banyaknya sampel kelompok 1
= banyaknya sampel kelompok 2
S = variansi kelompok 1
S = variansi kelompok 2
6. Uji Hipotesis
Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan menggunakan
uji kesamaan dua rata-rata (skor berpasangan) dengan melalui pendekatan statistik
uji t, dengan rumus sebagai berikut :
B
t =
Sb
√n
Arti tanda-tanda dalam rumus :
59
Prima Hartio Waluyo, 2014
B = Rata-rata beda
Sb = Simpangan baku beda n = Jumlah sampel
√ = Akar dari
Adapun langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai berikut :
a. Menghitung rata-rata beda.
b. Menghitung simpangan baku beda.
c. Mencari nilai t hitung.
d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada tabel t pada tp=0,95 dengan dkn-1.
e. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Jika
t
hitung> t
tabel maka hipotesis DITERIMA H1.Jika
t
hitung < t
tabel maka hipotesis DITOLAK. H0.f. Kriteria terima hipotesis
Jika - t ( 1 - 1/2 α ) < t < t ( 1 - 1/2 α )
g. Kesimpulan