• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI SEKOLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI SEKOLAH."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi

Oleh

Prima Hartio Waluyo 0900107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER

TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH

Oleh

PRIMA HARTIO WALUYO 0900107

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Prima Hartio W 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PRIMA HARTIO WALUYO 0900107

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Nuryadi, M.Pd. NIP. 197101171998021001

Pembimbing II

Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd. NIP. 196005181987032003

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

Prima Hartio Waluyo

PENGARUH KEGIATAN PECINTA ALAM PADA EKSTRAKURIKULER TERHADAP PENINGKATAN POTENSI KEPEMIMPINAN SISWA DI

SEKOLAH ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam SMA N 2 Bandung pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif perhimpunan penjelajah dan kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA N 2 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakaan desain one group pretest-postest design. Pada kelompok sampel diberikan tes awal, treatment (perlakuan) dan tes akhir. Treatment (perlakuan) yang diberlakukan kepada kelompok sampel sebanyak 25 orang berupa program masa bimbingan (mabim). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuisioner/angket. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi pemimpin siswa di SMA N 2 Bandung. Selanjutnya uji t menggunakan pengolahan data SPSS 17 yang diperoleh hasil dari tabel t didapat (0,025;24) adalah 2,064. Maka nilai t output dapat digambarkan -0,768 < statistic tabel 2,064 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA N 2 Bandung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat direkomendasikan bahwa kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah dapat meningkatkan kepribadian pada potensi kepemimpinan siswa.

(5)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFFECT OF THE NATURE LOVERS ACTIVITIES Extracurricular LEADERSHIP POTENTIAL FOR THE IMPROVEMENT OF STUDENTS

IN SCHOOL

By : Prima Hartio Waluyo

0900107

ABSTRACT

This research was obtained from the data that is processed and analyzed by a computer software program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) Series 17 is known for initial tests with a sample of 25 people, middle limit (range) was 33, the minimum score is 182, the maximum score is 215 , the average is 200, 24, standard deviation is 9.9 and the variance is 98.02. Then for the final test with a sample of 25 people, middle limit (range) was 54, the minimum score is 180, the maximum score is 234, the average is 212.16, the standard deviation is 12.34 and the variance is 152.22. Further more, for the difference between the initial test and final test with a sample of 25 unknown people, middle limit (range) was 70, the minimum score is 28, the maximum score is 42, the average is 11.92, the standard deviation is 15.41 and variance is 237.41. Furthermore sig. While the t-test using SPSS 17 data processing obtained results obtained from table t (0.025; 24) is 2.064. Then the output value of t can be described -0.768 < 2.064 statistical tables means a significant difference between the nature lover in extracurricular activities to the improvement of students' leadership potential in SMA N 2 Bandung.

(6)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Batasan Penelitian ... 10

F. Batasan Istilah ... 11

G. Anggapan Dasar ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14

A. Pengertian Ekstrakurikuler ... 14

B. Tujuan dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 15

C. Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler ... 16

D. Prinsip-prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler ... 17

E. Pembinaan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 19

(7)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Organisasi Pecinta Alam ... 21

H. Intepretasi Organisasi Pecinta Alam ... 21

1. Asal-usul dibentuknya Organisasi Pecinta Alam ... 24

2. Tujuan Organisasi Pecinta Alam ... 25

3. Nilai-nilai dalam Kode Etik Pecinta Alam ... 26

4. Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 27

5. Urutan Ketua Dewan Pengurus Sejak Awal Hingga Sekarang ... 27

6. Keanggotaan di Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakulikuler GPA ... 28

7. Tahap Pendidikan Pada Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA 28 8. Visi dan Misi Kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA... 29

9. Kegiatan-kegiatan Pecinta Alam Ekstrakurikuler GPA ... 29

I. Pengertian Kepemimpinan ... 30

J. Fungsi Kepemimpinan dan Peran Pemimpin ... 36

K. Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 40

L. Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 44

1. Metode Penelitian ... 44

2. Desain Penelitian ... 45

C. Definisi Operasional ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 48

E. Uji Coba Instrumen... 51

1. Uji Validitas ... 52

2. Uji Reliabilitas ... 55

(8)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

1.Menghitung Skor Rata-rata ... 56

2.Menghitung Simpangan Baku ... 57

3.Menguji Normalitas ... 57

4.Menguji Homogenitas ... 58

5.Pengujian Signifikasi ... 58

6.Uji Hipotesis ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskipsi Data ... 60

a. Deskripsi Data Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan ... 60

2. Uji Normalitas ... 62

3. Uji Homogenitas ... 63

4. Uji Hipotesis Penelitian Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa ... 64

a. Terdapat Pengaruh yang Signifikan Antara Kegiatan Pecinta Alam pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi kepemimpinan Siswa di Sekolah . ... 64

B. Pembahasan ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Rekomendasi ... 68

(9)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Fungsi Kepemimpinan ... 36

3.1 Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian ... 43

3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Uji Coba ... 47

3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 50

4.1 Deskripsi Data Angket peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa .. 61

4.2 Hasil Uji Normalitas Angket Peningkatan Potensi Kepemimpinan.... 62

(10)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

(11)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

Prima Hartio Waluyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

kehidupan seseorang karena melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan

kecerdasan, keterampilan, mengembangkan potensi diri dan dapat membentuk

pribadi yang bertanggung jawab, cerdas dan kreatif. Kita membutuhkan habitus

baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kehancuran bangsa ini

1-20 tahun yang akan datang. Karakter bisa digambarkan sebagai sifat manusia pada

umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor

kehidupannya sendiri.

Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang

memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan

kemampuannya secara optimal, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya

dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun

kebutuhan masyarakat. Menyangkut hal tersebut juga sebetulnya dalam Undang

Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 1

telah disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan tidak lepas dari yang namanya sebuah

program. Program yang sudah terencana maupun program yang baru akan dimuat

terhadap tujuan dari proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan di luar jam

pelajaran sekolah yaitu ekstrakurikuler. Menurut Oteng Sutisna (1983:57),

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara satu sekolah dan sekolah yang lain

bisa saling berbeda. Variansinya sangat ditentukan oleh kemampuan guru, siswa,

dan kemampuan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk

(13)

2

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai macam keterampilan dan

kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran biasa.

Menurut Suharsimi AK (1988:1) yang dimaksud dengan Program ialah

sederetan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Farida Yusuf (1988:123) mendeskripsikan program merupakan kegiatan yang

direncanakan untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan adalah kegiatan

pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa. Kegiatan ini dilakukan

pada sore hari bagi sekolah-sekolah yang masuk pagi dan dilaksanakan pagi hari

bagi yang masuk sore hari.

Menurut Suharsimi (1988:57), Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan

tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan

pilihan. Program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta

keunikannya meraih prestasi dan keterampilan yang bermakna bagi diri dan masa

depannya. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler lebih mengandalkan inisiatif

sekolah. Secara Yuridis, pengembangan kegiatan ekstrakurikuler memiliki

landasan hukum yang kuat, karena diatur dalam surat Keputusan Menteri yang

harus dilaksanakan oleh sekolah, salah satu keputusan Menteri Pendidikan

Nasional RI No. 125/U/2002 tentang kalender pendidikan dan jumlah jam belajar

efektif di sekolah pengaturan kegiatan ekstrakurikuler dalam keputusan ini terdapat pada Bab 5 pasal 9 ayat 2 “pada tengah semester 1 dan 2 sekolah melakukan kegiatan olahraga dan seni (PORSENI), karya wisata, lomba

kreatifitas atau praktek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan pendidikan seutuhnya.” Dalam bagian lampiran keputusan mendiknas ini juga dinyatakan liburan sekolah atau madrasah selama bulan ramadhan diisi dan

dimanfaatkan untu melaksanakan berbagai kegiatan, yang diarahkan pada

peningkatan akhlak mulia, pemahaman atau amaliah agama termasuk kegiatan

ekstrakurikuler lainnya yang bermuatan moral.

Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan yang diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman

terhadap berbagai mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi

(14)

3

Prima Hartio Waluyo, 2014

ekstrakurikuler dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk

mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga

negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama

dan terbiasa dengan kegiatan mandiri dan mampu menjadi seorang pemimpin

kelak.

Ekstrakurikuler merupakan suatu wadah eksternal yang dibentuk untuk

menuangkan minat dan bakat siswa di luar aktivitas belajar mengajar di sekolah

yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi dan prestasi.

Dan juga kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling

untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,

bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan

oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di

sekolah atau madrasah.

Keberadaan organisasi, himpunan atau kegiatan pecinta alam pada

ekstrakurikuler di masyarakat luas maupun di lingkungan dunia pendidikan

formal pada awalnya sering diharapkan menjadi wadah untuk menempa diri pada

lingkungan alam bebas. Sehingga kelompok pecinta alam di dalam melaksanakan

kegiatannya sering disebut dengan olah raga alam bebas. Berbagai program

kegiatan akan dialami oleh calon anggota, sebelum mereka berhak mendapat

keanggotaan organisasi pecinta alam tertentu, di mana pada akhirnya diharapkan

dapat memunculkan generasi yang tangguh sekaligus mencintai kelestarian alam.

Dalam perkembangannya aktivitas kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler

secara kuantitas semakin meningkat dan cukup menggembirakan, namun secara

kualitas perlu pembinaan yang lebih baik dan terarah. Meskipun mencintai alam

semula bersifat hobi semata, namun dengan tumbuhnya kegiatan pecinta alam

pada ekstrakurikuler memberi wadah aktivitas yang terprogram kegiatan di

lapangan maupun kegiatan-kegiatan yang lain dapat meningkatkan prestasi

maupun profesionalisme. Kegiatan organisasi maupun himpunan pecinta alam

merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler.

Makna religius yang terdapat pada aspek mencintai alam, maksudnya adalah

(15)

4

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Kuasa, Maha Pencipta. Demikian juga di dalam Al-Qur‟an (QS. Al-Jatsiyah;

12-13) disebutkan bahwa :

Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar dengan seijin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian dari kesenangan dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia menunjukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya sebagai rahmat dari pada-Nya.

Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat kekuasaan Allah bagi

kaum yang berfikir, (QS. Al-Jatsiyah; 12-13). Konsep di atas menunjukkan bahwa

dalam kegiatan mencintai alam setiap insan pecinta alam terlibat dalam proses

bersikap setia dan taat akan aturan atau tata nilai dan kaidah-kaidah organisasi

pecinta alam.

Organisasi kegiatan pecinta alam dalam melaksanakan kegiatannya termasuk

ke dalam kategori olah raga alam bebas, di mana olah raga alam bebas ini

memiliki beberapa aspek yang harus terpenuhi, yakni aspek cinta alam, aspek

rekreasi, serta aspek pendidikan jasmani dan rohani.

Aspek cinta alam mengandung unsur pendidikan dan unsur religius. Unsur

pendidikan memiliki fungsi sebagai upaya pewarisan nilai-nilai dan kepercayaan.

Nilai-nilai seperti kejujuran, solidaritas, gotong-royong. Pendidikan juga

berfungsi memberi latihan kepada generasi muda untuk memegang fungsi dan

peranan dalam masyarakat.

Tujuan kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler bila mengacu kepada

nilai–nilai yang tertuang dalam kode etik pecinta alam maka, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan kegiatan pecinta alam hendaknya merupakan integrasi

dari kegiatan yang bersifat pendidikan jasmani dan rohani. Ada baiknya , uraian

berikut ini dijadikan sebagai acuan penentuan tujuan kegiatan pecinta alam pada

ekstrakurikuler, yakni:

1. Sebagai kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler mendukung usaha-usaha

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kegiatannya yang bersifat fisik dan

non fisik sehingga diharapkan seorang anggota himpunan pecinta alam lebih

(16)

5

Prima Hartio Waluyo, 2014

dalam memandang dirinya sebagai makhluk Al-Khaliqnya, dalam

memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh

Allah SWT, dalam memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungan

sosialnya.

2. Untuk mengungkapkan gambaran empiris tentang perubahan perilaku, tingkat

internalisasi nilai-nilai dalam kode etik pecinta alam dalam sikap religius

pecinta alam setelah mengikuti kegiatan pecinta alam, serta upaya dalam

menemukan format pendidikan dasar kegiatan pecinta alam yang sesuai

dengan peningkatan prestasi, menyangkut materi pendidikan dasar, metode,

dan evaluasi.

3. Membuat “Kurikulum” Program organisasi pecinta alam, dalam format yang

disesuaikan secara normatif, tergantung kepada dimana organisasi tersebut

berada, misalnya; Kurikulum antara anggota pecinta alam yang profesional,

seperti Skygers (pelopor kelompok panjat tebing Indonesia), ORAD (olah

raga arus deras), Atau Penyelenggara Out bound, akan berbeda dengan Kurikulum organisasi pecinta alam.

4. Sudah saatnya kegiatan pecinta alam memiliki satu kurikulum dasar dalam

melaksanakan pendidikan secara nasional. meskipun begitu tidak bisa

dipungkiri bahwa masing-masing kegiatan pecinta alam memiliki kurikulum

sendiri, yang diklaim mungkin terbaik menurut mereka dibandingkan

kurikulum kegiatan pecinta alam yang lain. Untuk mempersatukannya

memang agak sulit, namun bukan berarti tidak bisa, diperlukan ekstra kerja

keras, dari semua pihak dan yang paling utama adalah adanya fasilitator yang

bisa mempersatukan pecinta alam-pecinta alam ini dan fasiltator yang paling

tepat adalah pemerintah.

Fungsi dari pada organisasi kegiatan pecinta alam mengikuti kaidah-kaidah

pendidikan dan pengajaran yang dilakukan di sekolah pada umumnya. Yang

membedakannya terletak pada lingkup kegiatannya. Pendidikan sekolah

merupakan pendidikan formal, sedangkan kegiatan organisasi pecinta alam

(17)

6

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

yang terjadi adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru

atau instruktur dan peserta didik.

Telah kita ketahui bersama bahwa sebaik-baiknya kepemimpinan di dunia ini

adalah kepemimpinan Nabi Muhammad saw, karena kepemimpinan Rasulullah

adalah cermin kepemimpinan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Kepemimpinan Rasulullah ini yang menjadi panutan, tauladan dan harus

ditauladani oleh semua muslim.

َمْوَ يْلاَو َللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةََسَح ٌةَوْسُأ ِللا ِلوُسَر ِِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

َرَكَذَو َرِخ ْْا

اًرِثَك َللا

: بازحأا ةروس( 12

)

Niscaya sungguh ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam Al-Qur'an dan

as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia mulai dari pribadi, berdua, keluarga

bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik

cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk

menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.

Kepemimpinan merupakan fitrah bagi setiap manusia yang sekaligus

memotivasi pemimpin yang Islami. Manusia diamanahi Allah untuk menjadi

Khalifah (wakil Allah) di muka bumi, yang bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta sekaligus sebagai hamba Allah yang

senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan

Allah. Menurut Sabda Rasulullah saw :

ثيدحا ... ِِتيِعَر ْنَع ٌلْوُ ئْسَم ْمُكلُكَو ٍعاَر ْمُكلُك

)حاك لا باتك ِ يراخبلا اور(

(18)

7

Prima Hartio Waluyo, 2014

Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah

telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi (fitrah),

serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimalkan potensi yang

dimilikinya.

Kepemimpinan berarti proses mempengaruhi anggota atau bawahannya untuk

menuju pada sebuah visi misi. Menurut (Numbery, 2010: 5) Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” (dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun.

Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang

memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-“ menjadi “pemimpin”

(leadership) berarti kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan

bersama.

Menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) Pengertian kepemimpinan adalah

panduan seorang pemimpin … kemampuan untuk memimpin. Bila dilihat dari sisi

arti kata saja, jelas ada perbedaan. Namun, dalam dunia nyata dan praktis pun

terasa sekali perbedaan. Bila lebih disederhanakan lagi kepemimpinan menurut

John adalah cara memberi arah terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan menurut Stephen Covey (Numbery,

2010: 2) dalam buku 7 Habbits Of Hightly Effective People yang menjadi best seller, ia menuliskan bahwa kepemimpinan adalah tindakan yang memastikan bahwa penempatan anak tangga tersebut pada dinding yang tepat Untuk menjadi

seorang pemimpin harus tahu kapan harus memberikan peran sebagai pemimpin

yang memberi arahan terhadap tim yang dipimpinnya, kapan harus membahas tata

kelola satu proses agar berjalan efisien dan efektif dan kapan ia mesti

memperhatikan bahwa suatu proses berjalan sesuai yang telah disepakati

Dengan adanya kekuatan saling mempengaruhi di antara semua anggota

kelompok dan kepemimpinannya, maka timbullah dinamika kelompok dalam

wujud bermacam-macam usaha dan tingkah laku yang kompleks di dalam suatu

wadah organisasi maupun kegiatan ekstrakurikuler, hal ini jelas diperlukan

(19)

8

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Kepemimpinan di sekolah pada siswa, khususnya di dalam suatu kegiatan

pecinta alam pada ekstrakurikuler dibentuk agar potensi siswa pada pendidikan

nilai adalah situasi yang berpengaruh tehadap pekembangan pengalaman dan

kesadaran nilai pada peserta didik. Situasi dapat berupa suasana yang nyaman,

harmonis, teratur, akrab dan tenang. Sebaliknya, situasi dapat berupa suasana

yang kurang mendukung bagi perkembangan peserta didik, misalnya suasana

bermusuhan, semrawut, acuh tak acuh, dan sebagainya yang mengacu kepada

etika peserta didik. Semua situasi pendidikan tersebut berpengaruh terhadap

pengembangan kesadaran moral siswa, karena hal itu melibatkan

pertimbangan-pertimbangan psikologis seperti persepsi, sikap, kesadaran dan keyakinan mereka.

Dalam mencapai peningkatan potensi kepemimpinan siswa banyak faktor

yang mempengaruhinya diantaranya kualitas sumber daya manusia, metode kerja,

lingkungan sekolah, gaya kepemimpinan dan fasilitas-fasilitas di sekolah yang

menunjang tercapainya tujuan peningkatan potensi kepemimpinan melalui

kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler dan lain sebagainya. Berkaitan dengan

hal tersebut dalam penelitian ini hanya akan membahas kegiatan pecinta alam

pada ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa. Salah

satu bagian dari muatan ekstrakurikuler di sekolah (point 6) menjelaskan pada

Program Perkemahan.

Kegiatan ini mendekatkan peserta didik dengan alam, karena itu agar kegiatan

ini tidak hanya sekedar hiburan atau menginap di alam terbuka, sejumlah kegiatan

seperti keorganisasian, pendidikan dan latihan dasar, perlombaan olahraga alam

terbuka, kegiatan intelektual, uji ketahanan, uji keberanian dan penyadaran

spiritual merupakan jenis kegiatan yang dapat dikembangkan selama program

perkemahan ini berlangsung.

Suasana dalam yang dinamis akan tercipta manakala di salah satu wadah

kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah mampu meningkatkan

potensi kepemimpinan peserta didik maupun anggotanya. Hal-hal yang dapat

mengembangkan sikap peserta didik untuk dapat terlibat aktif dalam

(20)

9

Prima Hartio Waluyo, 2014

Dari tujuan ekstrakurikuler diatas penulis menghubungkan dengan suatu

permasalahan yang terjadi di sekolah telah menyelenggarakan kegiatan pecinta

alam pada ekstrakurikuler yang regenerasinya dilakukan secara rutin disetiap

tahun diselenggarakan. Dari hasil pengamatan penulis berdasarkan informasi yang

diterima bahwa adanya pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler

terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di sekolah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, tersusun

pertanyaan penelitian yaitu apakah kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler

memberikan pengaruh terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa di

SMAN 2 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Dalam hal ini penulis ingin membuat sebuah penelitian kepada Sekolah

Menengah Atas Negeri 2 Bandung pada saat pelaksanaan kegiatan pecinta alam

pada ekstrakurikuler berlangsung. Kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di

Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang

dan pengalaman organisasi pecinta alam tingkat pelajar yang umurnya cukup lama

di kota Bandung.

Menurut (Nasution, 1988: 24) mengemukakan bahwa: “Tiap penelitian harus mempunyai tujuan yang akan dicapai”. Tujuan harus bertalian erat dengan masalah yang akan dipilih serta dianalisa masalah-masalah itu. Sesuai dengan

rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui

seberapa besar pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap

peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang penulis ajukan,

maka penulisan ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

(21)

10

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

a. Untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuan siswa yang mengikuti

kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler secara optimal, sehingga mereka

mampu mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan

kebutuhan.

b. Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

c. Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai mata

pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam

kehidupan sehari-hari, melalui kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler

dan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan

minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara,

melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama dan

terbiasa dengan kegiatan mandiri juga mampu menjadi seorang

kepemimpinan kelak.

2. Secara Praktis

a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan dan pengalaman baru untuk lebih

meningkatkan semangat penelitian yang lainnya dan sebagai bahan untuk

mempelajari ilmu yang lainnya.

b. Bagi para penggiat pada kegiatan pecinta alam adalah sebagai bahan

rekomendasi untuk menentukan standar perekrutan calon anggota kegiatan

pecinta alam pada ekstrakurikuler di sekolah.

E. Batasan Penelitian

Batasan masalah bukan batasan pengertian. Menurut (Arikunto, 2006: 14)

menjelaskan bahwa batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang

merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya melalui penelitian.

Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan

(22)

11

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam penelitian agar masalah yang

akan diteliti lebih terarah dan dimaksudkan untuk memperjelas masalah-masalah

apa saja yang akan menjadi batasan dalam penelitian. Menurut (Surakhmad,

1990: 36) menjelaskan sebagai berikut: “Pembatasan ini diperlukan bukan saja

untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga

untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk

pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut”.

Selain itu juga batasan penelitian diperlukan agar permasalahan berada dalam

jangkauan kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian. Maka

permasalahan peneliti dibatasi sebagai berikut, dalam hal ini penulis melakukan

penelitian dengan variabel:

1. Meneliti tentang pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler

terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa.

2. Lokasi pada penelitian ini adalah Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2

Bandung.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota aktif yang mengikuti

kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMAN 2 Bandung. Penulis akan

mengambil sampel sebanyak 25 orang.

F. Batasan Istilah

Untuk memperjelas masalah yang akan dikaji dan agar tidak terjadi salah

paham terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini, maka penulis akan

memberikan penjelasan mengenai beberapa istilah menurut para ahli. Adapun

istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh menurut (Arikunto, 2002: 139) “Adalah suatu bentuk penelitian

yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antar dua variabel

atau lebih.”

2. Batasan istilah menurut (Arikunto, 2006: 12), “Adalah bagian dari proposal

maupun laporan penelitian tempat peneliti memberikan penjelasan tentang

(23)

12

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

3. Program menurut (Suharsimi AK, 1988: 1) „Program ialah sederetan kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.‟

4. Ekstrakurikuler menurut (Suharsimi AK, 1988: 57), “Kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada

umumnya merupakan kegiatan pilihan.”

5. Pecinta Alam menurut (Forum Komunikasi Keluarga Besar Pecinta Alam

se-Bandung Raya, 2002) pecinta alam yaitu “Sekelompok manusia, yang

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, terdidik, bertanggung jawab, dan

bertujuan untuk menjaga serta memelihara alam.”

6. Kepemimpinan menurut Kouzes dan Posner (Harbani Pasolong, 2008: 5),

mengatakan „kepemimpinan adalah penciptaan cara bagi orang untuk ikut

berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa.‟

7. Kepemimpinan menurut Talbot (Numbery, 2010: 2) “Kepemimpinan adalah

panduan seorang kepemimpinan … kemampuan untuk memimpin, bila lebih

disederhanakan lagi kepemimpinan menurut John adalah cara memberi arah

terhadap proses yang sedang berjalan agar sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai.”

8. Menurut (Numbery, 2010: 5) “Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin”

(dalam bahasa Inggris lead) yang berarti tuntun. Berarti, di dalamnya ada dua pihak, yaitu dipimpin (anggota organisasi) dan yang memimpin (pimpinan). Setelah ditambah awalan “pe-" menjadi “pemimpin” (leadership) berarti “kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan

bersama.”

9. Menurut Peter Senge (Numbery, 2010: 178) “mengemukakan 5 hal yang

membedakan antara organisasi pembelajar dengan organisasi berpola

tradisional pada pembentukan kepemimpinan, 5 hal tersebut adalah: (1)

berfikir sistem, (2) keahlian pribadi, (3) model mental, (4) membangun visi

bersama, (5) pembelajaran kelompok.”

Pentingnya peneliti memberikan penjelasan tentang pengertian ini agar pihak

(24)

13

Prima Hartio Waluyo, 2014

dengan peneliti. Sehingga agar tidak terdapat kesalahpahaman dan salah

penafsiran terhadap ruang lingkup penelitian ini maka penulis menjelaskan

istilah-istilah yang dianggap penting dalam penelitian ini.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar diperlukan penulis sebagai pegangan dalam proses penelitian

dan sebagai titik tolak dari semua proses yang akan dikerjakan. Surakhmad

(Arikunto, 2005: 58) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggapan dasar atau postulat adalah „Sebuah titik tolak pemikiran yang keberadaannya diterima oleh penyelidik‟. Hal ini berarti bahwa setiap penyelidik dapat merumuskan

postulat yang berbeda.

Adapun anggapan dasar yang dipakai sebagai titik tolak landasan berfikir

dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah kegiatan pecinta alam pada

ekstrakurikuler terhadap peningkatan potensi kepemimpinan siswa dapat memberi

pengaruh yang nantinya dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Sebagaimana diungkapkan dalam buku Proses Belajar Mengajar di Sekolah

Kurikulum SMK (Depdikbud, 1984: 6) menjelaskan “Kegiatan yang dilakukan di

luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar

lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum.”

Dengan demikian sejalan dengan adanya kepentingan pada pendidikan di

luar jam sekolah yaitu dari pengembangan potensi minat dan bakat siswa serta

peningkatan potensi kepemimpinan pada siswa-siswi anggota GPA di SMA

Negeri 2 Bandung, maka dari itu dengan penelitian ini akan tergambar Pengaruh

Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi

(25)

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam menyusun suatu penelitian hingga menganalisis data untuk

mendapatkan gambaran sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan sumber

data. Pada umumnya sumber data pada penelitian disebut populasi dan sampel.

Menurut (Sugiyono, 2008: 67) dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh penulis untuk mempelajari dan kemudian tarik

kesimpulannya.”

Dari pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa populasi merupakan

keseluruhan individu atau data yang akan disajikan sebagai sumber penelitian.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa-siswi

anggota aktif GPA SMA Negeri 2 Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

(Sugiyono, 2011: 81) menjelaskan bahwa „Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.‟ Dalam melakukan penelitian semua individu dalam populasi tidak perlu diteliti mengingat membutuhkan waktu

yang lama dan biaya yang sangat besar. Lebih lanjut (Arikunto, 2002: 104)

menjelaskan bahwa „Sampel adalah sebagian atau mewakili sebagian populasi yang diteliti.‟

Menurut (Sugiyono, 2001: 77) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel harus

dilakukan sedemikian rupa agar dapat menggambarkan keadaan populasi yang

sebenarnya melalui teknik pengambilan sampel atau teknik sampling tertentu.

Untuk menghitung teknik pengambilan sampel akurat yang diperlukan dalam

penelitian, maka penulis bersandar pada acuan yang telah ditawarkan oleh para

ahli. Misalnya, menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 134) besarnya sampel dalam

penelitian ditentukan dengan cara prosentase, “… apabila subjeknya kurang dari

(26)

43

Prima Hartio Waluyo, 2014

populasi. Selanjutnya apabila subjeknya besar lebih dari 100, maka dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih … .”. Mengacu pada pendapat para ahli tersebut di atas, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 25 orang.

Untuk lebih jelas karakteristik sampel bisa dilihat pada tabel, yakni

nama-nama anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2

Bandung.

Tabel 3.1.

Daftar Nama-nama Anggota Sampel Penelitian

No Nama Kelas

1. Azis Hezan Triyono XI

2. Firdaus Adi Nugroho XI

3. M. Ismail Sabilillah XI

4. M Hazail K. XI

5. Aristyo K. H. X

6. Ananda Budi Subagja X

7. Nisa Faradhila XI

8. Ranestari Sastriani XI

9. Mariam Kemalarani XI

10. Miranda Dewi P. XI

11. M. Nizar S. XII

12. Ilham Fajar XII

13. Rijal Wrisaba R. X

14. Dhiya A. S. XII

15. Zaki Luqman X

16. Emile Nuraida Erawan X

17. Ristia Agiska X

18. Fakhri Muhammad X

19. Sintia Tri Yuliani X

20. Arkan Novendri XI

21. Andi Gustian X

(27)

44

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

23. Hanifah Harudini XII

24. Putri XII

25. Geraldy X

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ilmiah sangat

menentukan tercapainya tujuan pemecahan masalah dalam penelitian. Oleh karena

itu diperlukan suatu metode tertentu agar data dapat terkumpul untuk keberhasilan

penelitian. Mengenai jenis dan bentuk metode penelitian yang digunakan dalam

sebuah penelitian biasanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

sebuah penelitian tersebut.

Metode Penelitian Pendidikan menurut (Sugiyono, 2012: 6) merupakan cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada

gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi

masalah dalam bidang pendidikan. Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Tujuan

penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan

data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai

dengan prosedur penelitian. Dalam penelitiannya ini penulis menggunakan

metode eksperimen. Mengenai metode eksperimen ini (Surakhman, 1980: 149)

menjelaskan, ‟Metode penelitian eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk meihat suatu hasil.‟ Hasil yang akan menegaskan bagaimanakah kedudukan perhubungan kasual antara variabel-variabel yang diselidiki. Tujuan

eksperimen bukanlah pada pengumpulan deskripsi data melainkan pada penemuan

faktor penyebab dan faktor akibat.

Berdasarkan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

merupakan suatu metode dalam penelitian yang dapat digunakan untuk

menentukan pengaruh, baik kualitas maupun kualitas pada suatu peristiwa atau

(28)

45

Prima Hartio Waluyo, 2014

menggunakan metode eksperimen dalam pembuatannya, karena penulis ingin

melihat bahwa ada pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap

peningkatan potensi kepemimpinan siswa di SMA Negeri 2 Bandung.

2. Desain Penelitian

Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta

pokok masalah yang ingin diungkapkan. Atas dasar hal tersebut, penggunaan

desain dalam penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design, yakni suatu desain yang membandingkan dengan keadaan sampel sebelum diberikan

perlakuan (treatment). Untuk lebih jelas langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 3.1. Langkah-langkah Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah kegiatan penelitian yang penulis susun dapat di

deskripsikan sebagai berikut:

a. Persiapan, yang meliputi pengumpulan proposal penelitian dengan studi

pustaka dan informasi dari berbagai pihak.

1) Orientasi lapangan, yaitu menghubungi institusi atau lembaga terkait yaitu

SMA Negeri 2 Bandung

POPULASI

SAMPEL

PERLKUAN (TREATMENT)

Pretest / Tes Awal

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

KESIMPULAN Posttest / Tes Akhir

(29)

46

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

2) Menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta memperoleh data

banyaknya sampel yang akan dijadikan sampel dengan melihat jumlah

anggota yang aktif.

3) Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan, berkaitan dengan

variabel-variabel yang akan diteliti.

4) Menentukan sampel dalam penelitian.

Sampel penelitian ini diambil dari anggota aktif GPA SMAN 2 Bandung.

5) Menyusun instrumen penelitian.

6) Dilaksanakannya uji coba instrumen penelitian untuk melihat seberapa jauh

tingkat validitas dan reliabilitas masing-masing item tes pada instrument uji

coba instrumen penelitian.

7) Melaksanakan pengumpulan data dan menyebarkan kuisioner/angket

penelitian kepada sampel kelompok kemudian diberikan treatment yakni program peningkatan potensi kepemimpinan berupa kurikulum Mabim (Masa

Bimbingan), dan menjelang akhir sampel melaksanakan tes akhir. Untuk data

program masa bimbingan secara lengkap, penulis uraikan pada bagian

lampiran.

8) Menganalisa data dengan menggunakan teknik analisis data yang tepat dan

menguji hipotesis penelitiannya.

9) Mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai

sebuah karya ilmiah.

10) Adapun jumlah yang menjadi populasi dalam penelitian ini dari seluruh

anggota aktif kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA SMA Negeri 2

Bandung sebanyak 150 orang yang diambil sampel menjadi 25 orang.

C. Definisi Operasional

Pengungkapan variabel kepemimpinan siswa didasarkan pada item-item yang

diangkat dari indikator-indikator dalam penelitian ini. Adapun indikator tersebut

yakni mengemukakan lima hal yang membedakan antara organisasi pembelajar

dengan organisasi berpola tradisional pada peningkatan potensi kepemimpinan

(30)

47

Prima Hartio Waluyo, 2014

pertanyaaan dalam kuesioner atau angket, penulis membuat kisi-kisi instrumen

terlebih dahulu. Kisi-kisi dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Peter Senge

dalam (Numbery, 2010: 178) menjelaskan bahwa “lima hal yang membedakan antara organisasi berpola tradisional pada pembentukan kekepemimpinanan yaitu:

(1) berfikir sistem (system thinking), (2) keahlian pribadi (personal mastery), (3) model mental (mental models), (4) membangun visi bersama (building shared vision), (5) pembelajaran kelompok (team learning).

Pembuatan alat ukur untuk masing-masing variabel penelitian agar alat

pengumpul data yang dipergunakan valid dan reliabel, maka peneliti

mengembangkan berdasarkan batasan dari variabel penelitian, selanjutnya

ditentukan ciri umum dan indikator dari setiap variabel, sub variabel tersebut.

Kriteria masing-masing variabel penelitian dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Uji Coba

(31)

48

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

acuan pembuatan pernyataan pada kisi-kisi mengenai peningkatan potensi

kepemimpinan dalam mengikuti kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler di

sekolah berdasarkan pendapat di atas, antara lain: berfikir sistem, keahlian pribadi, model mental, membangun visi bersama, pembelajaran kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis maka

diperlukan instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data digunakan

agar dapat menggali keterangan dan memperoleh data mengenai variabel dalam

penelitian ini, yaitu instrumen peningkatan potensi kepemimpinan maka disusun

instrumen pengumpul data berupa kuisioner (angket) sebagai teknik utama.

Sedangkan untuk memperoleh data peningkatan potensi kepemimpinan siswa

diperoleh dari kuisioner/angket, juga diperoleh dari hasil observasi ke lapangan

dan studi dokumentasi. Angket (kuisioner), (Kartono, 1996: 217) “Angket atau kuisioner adalah penyelidikan mengenai suatu masalah dengan jalan mengedarkan

daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan secara tertulis pada sejumlah

subjek untuk mendapatkan jawaban (tanggapan, respon) tertulis seperlunya.” Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup, dimaksudkan

agar semua jawaban yang diberikan oleh sampel lebih mudah untuk dinilai karena

semua alternatif jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu.

(32)

49

Prima Hartio Waluyo, 2014

memberi tanda pada jawaban yang dipilih.” Adapun beberapa alasan yang menyebabkan penulis menggunakan angket tertutup yaitu sebagai berikut:

1) Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti bersifat kuantitatif.

2) Sampel akan lebih leluasa dalam memberikan jawaban.

3) Waktu yang diperlukan relatif singkat dalam menghimpun data.

Penggunaan kuisioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini

dilandasi oleh kenyataan yang dihadapi peneliti, seperti yang dikemukakan

(Arikunto, 2002: 124) sebagai berikut:

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sampel dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.

Selain itu, pertimbangan lain yang dijadikan dasar dalam penggunaan

kuisioner menurut (Arif, 1982: 70) yaitu:

a. agar hasil pengukuran terhadap variabel yang diteliti dapat dianalisa dan

diolah secara statistik.

b. dengan alat pengumpul data (kuisioner) tersebut memungkinkan dapat

diperoleh data yang objektif.

c. dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian dilakukan dengan

mudah serta lebih dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.

Berdasarkan landasan tersebut, maka dalam penelitian ini untuk

mengungkapkan pengaruh kegiatan pecinta alam pada ekstrakurikuler terhadap

peningkatan potensi kepemimpinan siswa menggunakan angket pada skala yang

dapat mengungkapkan data yang diperoleh dari sampel dengan data nominal tak

sebenarnya. Hal ini seperti skala yang penulis gunakan adalah dengan Skala

Likert. Menurut (Sukardi, 2003: 146) menjelaskan Skala Likert adalah sebagai

berikut:

(33)

50

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

respons dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setujun setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Sedangkan menurut Sugiyono (2009: 132), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial.” Untuk alternatif jawaban dibuat dari yang sangat positif sampai

sangat negatif. Dalam altenatif jawaban terdapat rentang nomor dari angka lima

sampai dengan angka satu. Angka lima menunjukkan bahwa pernyataan dalam

angket melekat dalam diri sampel, semakin rendah nomor yang sampel pilih maka

pernyataan tersebut semakin terisolasi jauh dari diri sampel.

Adapun kategori penyekoran untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu

Sangat Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2,

dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 1. Kategori untuk setiap butir pernyataan

negatif, yaitu Sangat Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Ragu-ragu (R) = 3, Tidak

Setuju (TS) = 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) = 5. Kategori penyekoran setiap

alternatif jawaban tampak dalam tabel.

Tabel 3.4.

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang

disebut instrumen. Mengenai instrumen ini, (Arikunto, 2002: 138) menerangkan

sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.

(34)

51

Prima Hartio Waluyo, 2014

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada

sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Dengan

berdasarkan pada metode penelitian yang telah penulis pilih, maka yang menjadi

instrumen penelitian adalah kuesioner atau angket, hal ini dikarenakan sampel

dapat meluapkan apa yang dirasakannya secara mandiri dengan obyektif dan cepat

tanpa ada tekanan dan rasa takut dari siapapun.

Pengumpulan data akan lebih efisien ditinjau dari segi biaya, tenaga, dan

memudahkan untuk mengolahnya, angket dalam penelitian yaitu untuk anggota

yang dalam penelitian ini diminta sebagai sampel diberikan pernyatan dan sampel

diminta menanggapi pernyataan yang diberikan dengan cara memberi tanda silang

(X) pada kolom 1, 2, 3, 4, 5 dengan tanggapan Sangat Setuju (SS), Setuju (S),

Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS) atau Sangat Tidak setuju (STS).

E. Uji Coba Instrumen

Setelah angket tersusun dengan bentuk yang telah direncakan sebelumnya,

maka selanjutnya harus diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat

validitas dan reliabilitas dari setiap butir soal yang diajukan menjadi instrumen

penelitian.

Hal ini selaras dengan pernyataan dari (Arikunto, 2002: 211) yang

menyatakan bahwa „instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.‟ Artinya suatu instrumen atau alat pengumpul data yang tidak baku maka harus mengukur kesahihan dan tingkat kepercayaan

untuk mengungkap data dari variabel yang tepat agar dapat diterima sebagai alat

ukur dalam penelitian yang dilakukan. Karena apabila kita melakukan sebuah

penelitian dan menggunakan alat ukur atau instrumen yang tidak relevan, maka

hasil dari penelitian yang dilakukan juga tidak relevan. Oleh karena itu instrumen

dalam sebuah penelitian harus relevan untuk mencapai penelitian yang baik.

Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian dilakukan penulis, sebelum

melaksanakan penelitian sesungguhnya. Uji coba instrumen dilakukan terhadap

(35)

52

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Angket peningkatan potensi kepemimpinan siswa ini di uji cobakan kepada

seluruh anggota kegiatan pecinta alam ekstrakurikuler GPA pada tanggal 12 bulan

Desember 2013 dengan jumlah 25 orang.

1. Uji Validitas

Menurut (Arikunto, 1999: 160) „Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.‟ Uji validitas item dalam penelitian dimaksudkan agar item-item tes sesuai dengan indikator

setiap variabel. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara setiap

skor butir item dengan skor total.

Apabila kita telah mengetahui hasil dari uji coba angket dan telah melakukan

pengujian mengenai angket sementara, maka langkah selanjutnya yaitu pengadaan

mengenai uji coba pengolahan data. Adapun sebelum melakukan uji coba

pengolahan data yang harus diperhatikan adalah metode mengenai pengadaan

instrumen.

Menurut (Arikunto, 2002: 142-143) mengenai metode pengadaan instrumen

yaitu sebagai berikut.

a. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menetukan variabel, kategorisasi

variabel.

b. Penulisan butir soal atau item kuesioner, penyusunan skala.

c. Penyutingan yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan,

surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang diperlukan.

d. Uji coba angket.

e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan

saran-saran.

f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik, dengan

mendasarkan diri pada yang diperoleh.

Sesuai dengan pernyataan di atas maka angket yang telah disusun kemudian

diuji cobakan kepada sampel untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas dari

setiap butir pertanyaan. Dari uji coba angket akan diperoleh sebuah angket yang

(36)

53

Prima Hartio Waluyo, 2014

ini. Karena apabila kita melakukan sebuah penelitian dan menggunakan alat ukur

atau instrumen yang tidak relevan, maka hasil dari penelitian yang dilakukan juga

tidak relevan. Oleh karena itu instrumen dalam sebuah penelitian harus relevan

untuk mencapai penelitian yang baik.

Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2008: 173) bahwa

dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data,

maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel. Jadi instrumen

yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil

penelitian yang valid dan reliabel.

Pelaksanaan Uji coba angket penulis dilaksanakan setelah disetujui oleh

dosen pembimbing. Setelah pelaksanaan uji coba angket, selanjutnya penulis

menentukan tingkat validitas dan reliabilitas terhadap setiap butir pernyataan dari

sampel. Mengenai validitas ini (Arikunto, 2002: 145) mengemukakan bahwa:

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mencari validitas

adalah sebagai berikut:

a. Memberikan skor pada masing-masing pernyataan.

b. Menjumlahkan skor pada seluruh jumlah butir pernyataan.

c. Merangking skor sampel dari skor yang tertinggi sampai yang terendah.

d. Menetapkan 50% sampel kelompok atas (kelompok yang memperoleh skor

tinggi).

e. Menetapkan 50% sampel kelompok bawah (kelompok yang memperoleh skor

rendah).

f. Mencari skor rata-rata dari setiap butir penyataan, baik untuk kelompok atas

maupun kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X =

n X

(37)

54

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Keterangan: X = Nilai rata-rata untuk kelompok atas dan kelompok bawah

Σ X = Jumlah skor

n = Jumlah sampel

g. Mencari simpangan baku dari setiap butir pernyataan baik untuk kelompok

atas maupun untuk kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan: S = Simpangan baku

X = Skor rata-rata n = Jumlah sampel

h. Mencari simpangan baku gabungan untuk setiap butir pernyataan antara

kelompok atas dan kelompok bawah dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan: Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya sampel kelompok atas

n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah

S1 = Simpangan baku kelompok atas

S2 = Simpangan baku kelompok bawah

i. Mencari nilai t-hitung untuk tiap butir pernyataan dengan menggunakan

(38)

55

Prima Hartio Waluyo, 2014 2

X = Nilai rata-rata kelompok bawah

Sgab = Simpangan baku gabungan

n1 = Banyaknya sampel kelompok atas

n2 = Banyaknya sampel kelompok bawah

j. Penentuan nilai t tabel dalam taraf signifikansi 0,05 atau tingkat

kepercayaan 95% dengan derajat kesahihan = n1+n2-2

k. Menetukan kriteria yaitu t hitung lebih besar dari pada t tabel maka valid.

2. Uji Reliabilitas

Setelah menghitung validitas dari setiap butir pernyataan, maka selanjutnya

menentukan reliabilitas, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membagi soal yang valid menjadi dua bagian yaitu soal yang bernomor ganjil

dan soal yang bernomor genap.

b. Skor dari butir-butir soal yang bernomor ganjil dikelompokan menjadi

variabel X dan skor dari butir-butir soal genap dijadikan variabel Y.

c. Mengkorelasikan antara skor butir-butir soal yang bernomor ganjil dengan

butir-butir soal yang bernomor genap, dengan menggunakan rumus teknik

korelasi Pearson Product Moment.

Keterangan:

rxy = Koefisien yang dicari

XY = Jumlah perkalian skor X dan Y X2 = Jumlah skor X2

Y2 = Jumlah skor Y2 n = Jumlah sampel

d. Mencari reliabilitas koefisien seluruh perangkat item tes dengan

menggunakan rumus Spearman Brown.

(39)

56

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

Keterangan: rii = Reliabilitas instrumen

rxy = Koefisien korelasi

e. Menentukan r-tabel dengan pendekatan product moment sehingga diketahui kriteria penentuan kesimpulan r-hitung lebih besar dari r-tabel, hal ini

menunjukan instrumen penelitian ini dapat dipercaya atau reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengetesan, merupakan data yang masih

mentah. Agar data tersebut mempunyai arti, maka diperlukan pengolahan dan

analisis data secara statistik. Prosedur pengolahan data yang dipergunakan pada

umumnya bersumber pada buku statistik dari Nurhasan, 1999. Adapun data-data

yang ditempuh untuk pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata

Menghitung skor rata-rata tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok

dengan dengan rumus :

Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut :

S=

Keterangan :

S = simpangan baku yang dicari

(40)

57

Prima Hartio Waluyo, 2014

∑(x- )² = jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji Normalitas

Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan lilliefors. Prosedur yang digunakan sebagai berikut :

a. Pengamatan , , ... dijadikan bilangan baku , , ... dengan

menggunakan rumus :

=

( dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari

sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F( ) = P(z ).

c. Selanjutnya menggunakan porsi hitung , , .... ∑ . jika proporsi ini dinyatakan S( ), maka :

S( ) =

-d. Menghitung selisih F( ) – S ( ) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.

Untuk menolak atau menerima hypotesis, kita bandingkan dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari

daftar tabel. Dalam hal lainnya nol diterima.

4. Menguji Homogenitas

Menguji homogenitas. Menggunakan rumus sebagai berikut :

F =

Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika F hitung lebih kecil dari F

tabel distribusi dengan derajat kebebasan

(41)

58

Prima Hartio Waluyo, 2014

Pengaruh Kegiatan Pecinta Alam Pada Ekstrakurikuler Terhadap Peningkatan Potensi Kepemimpinan Siswa Di Sekolah

5. Pengujian Signifikansi

Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji t

menggunakan rumus sebagai berikut :

a. Uji dua rata-rata (uji satu pihak) dengan menggunakan rumus :

t=

dimana

S² =

keterangan :

t = nilai t yang dicari (t hitung)

= nilai rata-rata kelompok 1

= nilai rata-rata kelompok 2

= simpangan baku gabungan

= banyaknya sampel kelompok 1

= banyaknya sampel kelompok 2

S = variansi kelompok 1

S = variansi kelompok 2

6. Uji Hipotesis

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dengan menggunakan

uji kesamaan dua rata-rata (skor berpasangan) dengan melalui pendekatan statistik

uji t, dengan rumus sebagai berikut :

B

t =

Sb

√n

Arti tanda-tanda dalam rumus :

(42)

59

Prima Hartio Waluyo, 2014

B = Rata-rata beda

Sb = Simpangan baku beda n = Jumlah sampel

√ = Akar dari

Adapun langkah-langkah yang ditempuh ialah sebagai berikut :

a. Menghitung rata-rata beda.

b. Menghitung simpangan baku beda.

c. Mencari nilai t hitung.

d. Mencari batas penerimaan hipotesis pada tabel t pada tp=0,95 dengan dkn-1.

e. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Jika

t

hitung

> t

tabel maka hipotesis DITERIMA H1.

Jika

t

hitun

g < t

tabel maka hipotesis DITOLAK. H0.

f. Kriteria terima hipotesis

Jika - t ( 1 - 1/2 α ) < t < t ( 1 - 1/2 α )

g. Kesimpulan

Gambar

Tabel
Gambar 2.1 Kode Etik Pecinta Alam Indonesia  .......................................................
Tabel 3.1.
Gambar 3.1. Langkah-langkah Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan harga dan paket konsumsi masyarakat tersebut dihitung dengan formula statistik menjadi sebuah angka gabungan (agregat) yang disebut IHK. BAB II

Brand image sendiri sebenarnya adalah kumpulan keyakinan atas suatu merek (Kotler, 2003). Berbagai atribut-atribut yang melekat pada produk dengan merek

Dari hasil penelitian yang di- lakukan dapat disimpulkan bahwa minum seduhan asam Jawa sebagai obat batuk tradisional terbukti dapat meningkatkan nilai spirometri

4.1 Pengaruh Konsentrasi Lactobacillus plantarum dan Lama Fermentasi terhadap Nilai Kadar Asam Sianida Tepung Kulit Singkong Manihot esculenta Terfermentasi Penambahan

Aktiviti Kebarangkalian. Oleh kerana para guru seringkali menggunakan dadu sebagai alat bantu mengajar di dalam matapelajaran kebarangkalian, penyelidik ingin mencadangkan alat

Defense Advanced Research Projects Agency(DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang bagaimana caranya menghubungkan sejumlah komputer sehingga membentuk jaringan

Strategi yang dapat dilakukan untuk peningkatan daya saing hortikultura Indonesia adalah: (1) meningkatkan kesadaran para pelaku usaha agar mematuhi regulasi-regulasi

Znanstvenik Viktor Frankl razvio je originalnu i dosjetljivu tezu. Sveopća zamisao španjolskog carstva, što je imala svoje korijene u biblijskoj, rimskoj. Augustinovoj i