DAMPAK KEGIATAN OLAHRAGA TERHADAP FUNGSI
SOSIAL SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Oleh
Riko Septian 0908901
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
2014
DAMPAK KEGIATAN OLAHRAGA TERHADAP FUNGSI
SOSIAL SISWA
Oleh
Riko Septian
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Riko Septian 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
RIKO SEPTIAN
DAMPAK KEGIATAN OLAHRAGA TERHADAP FUNGSI SOSIAL SISWA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Mulyana, M.Pd. NIP.197108041998021001
Pembimbing II
Drs. Basiran, M.Pd. NIP. 195611281986031004
Mengetahui:
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
ABSTRAK
“DAMPAK KEGIATAN OLAHRAGA TERHADAP FUNGSI SOSIAL SISWA”
RIKO SEPTIAN
Pembimbing : 1. Dr. Mulyana, M.Pd.
2. Drs. Basiran, M.Pd.
Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh olahraga terhadap fungsi sosial siswa. Permasalahan sosial yang sering terjadi dikalangan pelajar saat ini seperti tawuran dan sejumlah tindakan agresif yang negatif lainnya, dapat dicegah dengan cara melibatkan para siswa pada kegiatan positif seperti olahraga. Siswa yang giat berolahraga biasanya tidak mengalami permasalahan sosial, meskipun tidak semua ahli sepaham dengan pendapat diatas, sebagian berpendapat bahwa olahraga dianggap membuat pelakunya bertindak agresif. Dari silang pendapat diatas peneliti merasa perlu menkaji lebih dalam mengenai dampak olahraga terhadap fungsi sosial siswa.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan instrumen penelitian berupa angket diberikan kepada 40 orang sampel, yang terdiri dari anggota ekstra kulikuler futsal di SMAN 5 Bandung dengan tehnik sampling aksidental. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa olahraga membawa pengaruh terhadap fungsi sosial siswa, yaitu 1. fungsi sosio-emosional yang membuat siswa mampu mengelola ketegangan dan konflik individu, merasa memiliki komunitas, bisa mempertahankan eksistensi budaya, dan dapat melampiaskan perilaku agresif, 2. fungsi sosialisasi yang membuat siswa mampu mempelajari sikap, norma dan moral yang luhur dalam olahraga, dan 3. fungsi integrasi yang membuat siswa mampu terintegrasi (berbaur) dengan komunitas. Hal ini menunjukan bahwa olahraga memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan sosial siswa.
ABSTRACT
SPORT ACTIVITIES IMPACT ON STUDENT SOCIAL FUNCTION
This study aims to determine how big the effect of sport to the social functioning of students . Social problems that often occur among students today as fighting and a number of other negative aggressive action , can be prevented by engaging students in positive activities such as sports . Students who actively exercise usually do not experience social problems , though not all experts agree with the above opinion , some argue that the sport is considered a culprit to act aggressively . From the above disagreement researchers feel the need know more about the impact of exercise on the social functioning of students.
This study used a descriptive method and research instrument in the form of a questionnaire given to a sample of 40 people , consisting of members of futsal in extra curricular SMAN 5 Bandung with accidental sampling technique . The conclusion of this study is that exercise had an impact on students' social function , namely 1 . socio - emotional functions that enable the child to manage tension and conflict of the individual , has a community feel , can maintain the existence of the culture , and can wreak aggressive behavior , 2 . socialization functions that enable the child to learn the attitudes , norms and moral high ground in the sport , and 3 . integration of functions that enable the child to an integrated ( blend ) with the community . This shows that sports provide a positive impact on the social life of students.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSRAK………... i
KATA PENGANTAR……... ii
UCAPAN TERIMAKASIH…... iii
DAFTAR ISI…...v
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
DAFTAR LAMPIRAN...x
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ……...1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah...4
C. Tujuan Penelitian………...5
D. Metode Penelitian...5
E. Manfaaat dan Signifikansi Penelitian...6
1. Manfaat Teoritis……...6
2. Manfaat Praktis……...6
F. Struktur Organisasi Penelitian…...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA...8
A. Olahraga………...8
1. Pengertian Olahraga……...8
2. Manfaat Olahraga……...9
4. Makna Olahraga...12
5. Peran Olahraga dalam Mengatasi Masalah Sosial...13
B. Karakteristik Remaja (Siswa)...14
C. Penyebab Kenakalan Remaja (Siswa)...16
D. Mengatasi Kenakalan Remaja (Siswa)...17
1. Perilaku Agresif...19
2. Memahami dan Mengendalikan Perilaku Agresif Melalui Kegiatan Olahraga...20
BAB III METODE PENELITIAN...23
A. Metode Penelitian …………...23
B. Populasi dan Sampel………...24
C. Variabel dan Definisi Oprasional………...26
D. Tehnik dan Pengumpulan Data………...28
1. Instrumen Penelitian.…………...28
2. Prosedur Pengelolaan dan Analisis Data………...30
3. Kuisioner (Angket)...30
E. Uji Validitas dan Reabilitas Angket ………...31
1. Uji Validitas...32
2. Uji Reliabilitas...35
F. Presedur Pengolahan Data...38
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN...40
A. Hasil Pengolahan Data...40
1. Deskripsi Data Ujicoba Instrumen...40
a. Uji Validitas...40
b. Uji Reliabilitas...41
2. Deskriptif Data Penelitian...41
b. Fungsi Sosialisasi...44
c. Fungsi Integrasi...46
d. Dampak Kegiatan Olahraga terhadap Fungsi Sosial Siswa Secara Keseluruhan...47
B. Pembahasan...49
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI...52
A. Kesimpulan ………...52
B. Rekomendasi……...52
DAFTAR PUSTAKA ………...54
LAMPIRAN-LAMPIRAN...56
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-kisi Angket...56
3.2 Skor untuk Soal Positif...57
3.3 Skor untuk Soal Negatif...58
3.4 Skala Sikap Model Linier...58
3.5 Hasi Analisi Item Instrumen Fungsi Sosial...59
3.6 Kisi-kisi Angket Penelitian...61
4.1 Persentase Data Sub Variabel Nilai Fungsi Sosioemosional...63
4.2 Persentase Data Sub Variabel Nilai Fungsi Sosialisasi...64
4.3 Persentase Data Sub Variabel Nilai Fungsi Integrasi...65
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
4.1 Persentase Fungsi Sosioemosional Siswa Ekstrakulikuler Olahraga di SMAN 5
Bandung...66
4.2 Persentase Fungsi Sosialisasi Siswa Ekstrakulikuler Olahraga di SMAN
5 Bandung...66
4.3 Persentase Fungsi Integrasi Siswa Ekstrakulikuler Olahraga di SMAN
5 Bandung...67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Angket Uji Coba...68
B. Uji Validitas dan Reliabilitas...71
C. Angket Penelitian...77
D. Pengolahan dan Analisis Data Fungsi Sosio-emosinal...80
E. Pengolahan dan Analisis Data Fungsi Sosialisasi...81
F. Pengolahan dan Analisis Data Fungsi Integrasi...82
G. Pengolahan dan Analisis Data Fungsi Sosial Siswa Secara Keseluruhan...83
H. SK pengesahan judul dan penunjukan dosen pembimbing...84
I. Kartu bimbingan skripsi dan rekomendasi sidang sidang skripsi...88
J. Surat ijin penelitian dari kampus...91
K. Surat ijin penelitian dari badan kesatuan bangsa dan pemberdayaan masyarakat ...92
L. Surat ijin penelitian dari dinas pendidikan...93
M. Surat keterangan sudah penelitian dari sekolah...94
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Akhir-akhir ini kita menemui banyak permasalahan sosial yang timbul
dikalangan pelajar (siswa) dari mulai kurangnya rasa toleransi, sikap hormat
terutama pada yang lebih tua, terlibat dalam kelompok yang anarkis, sampai
tawuran antar pelajar. Namun tak semua pelajar terjebak dalam masalah yang
sama, ada sebagian pelajar yang mampu menunjukan kemampuannya bahkan
menorehkan banyak prestasi diberbagai bidang seperti akademis dan olahraga.
Seandainya saja mereka yang bermasalah dalam hubungan sosial sama-sama
terlibat dalam kegiatan bermanfaat seperti olahraga, tentunya kasus pelajar yang
tidak punya teman (dikucilkan), kurangnya rasa hormat, tidak toleransi, tidak
sportif, sampai tawuran antar pelajar akan teratasi dan bisa dicegah. Karena
kegiatan olahraga diyakini memiliki manfaat yang luar biasa bagi kehidupan
bersosial. Diungkapkan oleh Sutresna et al. (2011:3) yang diadaptasi dari tulisan
Rusli Lutan bahwa Nixon dan Stevenson menyatakan :
olahraga sebagai pranata sosial mengandung potensi untuk menjalankan beberapa fungsi, yaitu a). fungsi sosio-emosional, b). fungsi sosialisasi, c). fungsi integrative, dan d). fungsi mobilitas sosial. Fungsi-fungsi tersebut diatas dapat dikatakan sebagai fungsi instrumental olahraga.
Sutresna et al. (20011:3) menambahkan mengenai Fungsi sosio-emosional
sebagai berikut:
Fungsi sosio-emosional olahraga mencangkup pemenuhan kebutuhan individu untuk mempertahankan stabilitas sosio-psikologi, meliputi tiga mekanisme yaitu ; pertama, mekanisme untuk mengelolah ketegangan dan konflik pada individu, inilah sebab mengapa orang yang rajin berolahraga lebih kebal terhadap stress. Kedua, pemberian kesempatan untuk membangkitkan perasaan adanya komunitas mempertahankan eksistensi budaya dan status social, dengan berolahraga kita berkesempatan mempertahankan budaya
Apalagi olahraga tradisional yang digeluti seperti Pencak Silat contohnya,
prilaku agresif yang aman setelah berhasil mengendalikan gerak, kepuasan untuk
mengekspresikan diri melalui olahraga. Pada dasarnya manusia memiliki sifat
agresif, dan olahraga adalah sarana dimana kita sah untuk melampiaskannya, pada
saat bermain bola teman kita bahkan tak akan marah apabila kita tackel samapai
jatuh karna itulah permainannya. Bayangkan kalau kita membuat teman terjatuh
dalam situasi diluar olahraga tentunya dia bisa marah.
Sutresna et al. (2011:3) menjelaskan mengenai fungsi sosialisasi sebagai
berikut:
Fungsi sosialisasi olahraga, tercermin dalam nilai-nilai budaya pada dasarnya adalah proses pembelajaran keterampilan, sifat-sifat, nilai, sikap, norma, dan prilaku. Olahraga berkembang dan kaya dengan nilai, tradisi dan acara ritual, termasuk aneka tatakrama yang tak bersanksi, yang menyatu sebagai budaya dan mempengaruhi prilaku olahragawan.
Salah satu contohnya adalah saat memulai dan mengakhiri pertandingan
dengan saling berjabat tangan adalah kegiatan yang sebenarnya tidak bersangsi
apabila tidak dilakukan tapi hal ini sudah jadi budaya bagi para olahragawan.
Sutresna et al. (2011:3) menjelaskan mengenai fungsi integrasi sebagai
berikut:
Fungsi Integrasi, melalui olahraga dapat dicapai integrasi yang harmonis antara individu yang tadinya terpisah, terbuang dari lingkungannya. Melalui kegiatan berolahraga, proses identifikasi individu ke dalam situasi kolektif akan tercapai. Integrasi terjadi karena kebulatan komitment untuk mencapai tujuan bersama.
Sudah jelas bahwa orang yang berolahraga akan terintegrasi dengan tim nya,
kita tahu orang seperti Mario Balotelli yang sifatnya nyeleneh dan sering
menimbulkan kontroversi mungkin akan akan sulit bergaul seandainya dia bukan
seorang pesepakbola handal. Karena dia dibutuhkan oleh club dengan tujuan
menjadi juara akhirnya ia bergabung dan terintegrasi dengan club.
Sutresna et al. (2011:3) menjelaskan mengenai fungsi mobilitas sosial sebagai berikut, ”fungsi mobilitas sosial, atlet yang tadinya berstatus ekonomi redah terjadi melalui dua mekanisme yaitu, pertama, peningkatan prestise terkait dengan
Hal ini juga sudah banyak sekali contohnya, dikancah sepakbola nasional kita
melihat Andik Vermansyah yang dulunya berasal dari keuarga kurang mampu
kini adalah pemain andalan Tim Nasional dan PERSEBAYA dengan pendapatan
yang cukup tinggi, dipersepakbolaan Internasional ada Zidane yang merupakan
seorang anak dari imigran miskin di Prancis, namun mampu berkembang sampai
sempat menjadi pemain dengan transfer termahal di dunia tentunya dengan
pendapatan yang tinggi.
Berdasarkan pernyataan di atas selain manfaat yang luarbiasa bagi kesehatan,
olahraga diyakini memiliki fungsi instrumental yang mampu memberikan dampak
yang tak kalah luarbiasanya bagi kehidupan sosial. Dengan tiga fungsi
instrumental saja (sosio-emosional, integrasi, dan sosialisasi) masalah sosial pada
pelajar mestinya bisa teratasi, olahraga bisa jadi obat bagi masalah sosial siswa.
Namun benarkah demikian?
Memang secara sederhana kita bisa melihat kedekatan antara para pemain
futsal yang bermain dalam tim untuk melawan tim lain ini, dengan begini tidak
ada lagi permasalahan anak yang tidak mempunyai kawan (fungsi integrasi). Kita
juga melihat seorang yang berlatih beladiri dengan prinsip dan budaya yang luhur
menjadikan seorang berjiwa kesatria (fungsi sosialisasi olahraga). Selain itu
dikatakan bahwa orang yang telah berolahraga bermanfaat untuk mengelola
keteganga, melampiaskan prilaku agresif yang aman setelah berhasil
mengendalikan gerak, kepuasan untuk mengekspresikan diri melalui olahraga
apabila ini sudah dilalui para pelakunya (siswa yang berolahraga) tentunya tidak
perlu berlaku anarkis lagi (fungsi sosio emosional).
Akan tetapi kita juga melihat orang yang berselisih karena olahraga, ada
konflik yang timbul saat seseorang mengunggulkan tim jagoannya kemudian
terjadi kerusuhan antar supporter (seperti kasus Viking dan The Jak), bahkan di
Mesir 17 Juli tahun 2013 kompetisi sepakbola sempat dibekukan pemerintah
karena bentrokan antar supporter terlalu banyak menelan korban jiwa. Para atlet
pun terkadang berlaku curang, kasar bahkan sampai terjadi perkelahian di arena
Akhirnya banyak pula orang yang menganggap bahwa olahraga adalah
penyebab munculnya tindak kekerasan. Dinyatakan dalam Lutan et al. (2010:111) “biasanya olahraga belajar menggunakan kekerasan dan intimidasi sebagai strategi, tetapi hal ini tidak diketahui apabila strategi tersebut dibawa keluar dari
konteks dari olahraga”.
Mungkin itulah sebab kenapa olahraga akhirnya malah memicu timbulnya
gejolak sosial, karna kekerasan memang lumrah dalam dunia olahraga seperti
yang dinyatakan diatas. Hal ini pun bisa merembet ke penonton yang
menyaksikan pertandingan, dalam Lutan et al. (2010:111) dikatakan “pengalaman berolahraga diangap kadang-kadang menciptakan rasa frustasi baik bagi pemain
maupun penonton. Khususnya bagi olahraga kontak badan seperti tinju, basket,
sepakola dsb.”
Berdasarkan silang pendapat di atas, maka perlu diperjelas isu fungsi
instrumental dalam olahraga. Apabila terbukti olahraga sangat bermanfaat bagi
kehidupan sosial siswa, kita memang harus memperbaharui sistem dan
menggerakan para pelajar dalam kegiatan olahraga, agar masalah sosial pada para
siswa bisa teratasi.
Penelitian lebih dalam tentu dibutuhkan, oleh karena itu penulis merasa perlu
mengadakan penelitian mengenai dampak kegiatan olahraga terhadap fungsi
sosial siswa. Hal ini perlu dilakukan mengingat belum ada yang melakukan hal
serupa. Sehingga peneliti mengambil topik Dampak Kegiatan Olahraga terhadap
Fungsi Sosial Siswa.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, asumsi yang dijadikan landasan untuk menetapkan
suatu hipotesis adalah Fungsi instrumental olahraga, seperti yang telah dijabarkan
pada latar belakang, olahraga memiliki fungsi sosial. Namun kenyataannya fungsi
instrumental dari olahraga belum benar-benar dirasakan oleh para siswa yang saat
ini dan cenderung mendapatkan permasalahan dalam kehidupan sosial? Dengan
Peneliti beranggapan bahwa olahraga memiliki fungsi secara sosial yang akan
membawa pengaruh positif terhadap kehidupan sosial siswa, dan fungsi
instrumental olahraga itu benar adanya. Namun tetap hal ini perlu dibuktikan
dengan penelitian yang lebih mendalam.
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: (1) Penelitian ini yaitu
mengenai fungsi instrumental olahraga terhadap siswa, (2) Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah siswa dan fungsi instrumental olahraga, (3) Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah berjalannya fungsi instrumental olahraga bagi siwa,(4)
Sampel dalam penelitian ini adalah 40 siswa SMAN 5 Bandung yang aktif di
ekstrakulikuler olahraga, (5) Adapun hal yang akan diteliti adalah berjalannya
fungsi instrumental olahraga bagi siswa yang suka berolahraga.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah di uraikan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Benarkah olahraga berfungsi sebagai alat sosioemosional, alat sosialisasi, dan
alat integrative bagi siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah di uraikan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah : Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai dampak
kegiatan olahraga terhadap fungsi sosial siswa.
D. Metode Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu tentang Dampak Kegiatan Olahraga
Terhadap Fungsi Sosial Siswa, maka penulis merasa pelu untuk menetapkan suatu
metode penelitian yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Atas dasar
pertimbangan bahwa sifat penelitian ini bertuju pada pemecahan masalah
sekarang, maka pada penelitian ini penulis tetapkan dengan metode deskriptif.
Alasan penulis menggunakan metode deskriptif yaitu untuk memecahkan
masalah yang penulis selidiki. Menurut Silalahi (2009:29), “penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan penelitian (tidak berhipotesisi)
Lebih lanjut Silalahi (2009:29) menjelaskan mengenai penelitian deskripsi
bahwa,
tipe penelitian deskriptif digunakan jika ada pengetahuan atau informasi tentang gejala sosial yang akan diselidiki atau dipermasalahkan. Tipe utama penelitian deskriptif mencakup penilaian sikap atau pendapat tentang individu, organisasi, peristiwa, atau prosedur.
Metode deskriptif ini ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam
pelaksanaannya, diantaranya dengan teknik sampling aksidental. Menurut
Riduwan (2012:63),
Sampling aksidental adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan menjadi sampel (responden).
Berdasarkan pendapat diatas penulis ingin mengambil 40 siswa di SMAN 5
Bandung yang aktif di ekstrakulikuler olahraga sebagai sampel, akan tetapi karena
waktu yang mendesak akhirnya penulis hanya bisa mendapatkan siswa yang
mengikuti ekstrakulikuler futsal saja. Peneliti bertujuan mengetahui dampak
olahraga terhadap fungsi sosial 40 orang siswa tersebut.
E. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa khususnya
FPOK dan umumnya bagi pihak lain yang berkepentingan dalam kajian sosial
olahraga.
1. Di pandang secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan
keilmuan yang berarti bagi para akademisi dalam upaya menambah keilmuan
di bidang sosial olahraga maupun kepelatihan.
2. Di pandang secara praktis :
a. Menjadi gambaran bagi instansi pendidikan tentang peranan olahraga
bagi pelajar (siswa)
b. Khususnya bagi penulis penelitian ini dapat menambah pengetahuan
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam skripsi yang penulis buat berisikan urutan penulisan
dari setian bab dan bagian bab, mulai bab pertama sampai yang terakhir.
Rinciannya yaitu :
Bab I berisikan uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari
skripsi. Pendahuluan berisikan latar belakang dari penelitian , masalah penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, asumsi dasar, hipotesis,
dan struktur organisasi skripsi.
Bab II berisikan uraian tentang tinjauan teori yang menjadi landasan teoritis
dalam menyusun skripsi ini. Tinjauan teori berisikan pengertian olahraga, manfaat
olahraga, dan fungsi olahraga, dan peran olahraga dalam mengatasi masalah
sosial. Kemudian dibahas pula tentang karakterisik remaja, penyebab kenakalan
remaja, dan cara mengatasi kenakalan remaja dengan memahami dan
mengendalikan perilaku agresif melalui kegiatan olahraga.
Bab III berisikan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk
beberapa metode lain, yaitu : lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian,
prosedur dan tehnik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas angket, dan
prosedur pengolahan data.
Bab IV merupakan bab hasil dari penelitian dan pembahasan yang terdiri dari
dua hal utama, yaitu: Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan teman
dan pembahasan atau analisi temuan.
Bab V merupakan bab kesimpulan dan sarana yang menyajikan penafsiran dan
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Sehubungan dengan masalah yang ingin penulis ungkapkan tentang Dampak
Olahraga terhadap Fungsi Sosial Siswa, maka penulis perlu menentukan suatu
metode penelitian yang tepat terhadap permasalahan tersebut. Untuk itu penulis
menggunakan metode penelitian yang disebut metode deskripif.
Alasan penulis menggunakan metode deskrtiptif yaitu untuk memecahkan
masalah yang penulis selidiki serta memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang permasalahan yang dihadapi sekarang. Kemudian menurut Silalahi (2009:29), “penelitian deskriptif bisa digunakan baik untuk menjawab pertanyaan peneelitian (tidak berhipotesisi) dan menguji hipotesisi (berhipotesis)”.
Lebih lanjut Silalahi (2009:29) menjelaskan mengenai tipe penelitian
deskriptif sebagai berikut:
tipe penelitian deskriptif digunakan jika ada pengetahuan atau informasi tentang gejala sosial yang akan diselidiki atau dipermasalahkan. Tipe utama penelitian deskriptif mencakup penilaian sikap atau pendapat tentang individu, organisasi, peristiwa, atau prosedur
Beranjak dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa metode
deskrtif adalah suatu metode yang berusaha menjelaskan atau melukiskan keadaan
subjek atau objek yang tertuju pada usaha-usaha menggambarkan suatu
gejala-gejala secara lengkap terhadap masalah yang hendak diselidiki dan
mempergunakan langkah-langkah atau prosedur yang tepat dengan maksud agar
tujuan yang dimaksud dapat dipecahkan.
Metode deskriptif ini ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam
pelaksanaannya, diantaranya dengan teknik survai. Survai ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang akan dijadikan sampel penelitian. Oleh karena itu
penelitian mengadakan survai kelapangan untuk melihat populasi dan sampel
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Proses pemecahan masalah dalam penelitian memerlukan data yang diperoleh
dari subjek penelitian atau populsi yang akan diteliti. Riduwan (2012:54)
berkesimpulan bahwa :
populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah-masalah penelitian. Ada dua jenis populasi, yaitu : populasi terbatas dan populasi tidak terbatas (tak terhingga).”
1) Populasi Terbatas
Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya.
Contoh :
Jumlah 200 siswa yang mendapat bapak asuh di Batam 2) Populasi tidak terbatas (Tak Hingga)
Populasi tidak terbatas yaitu sumber datanya tidak dapat ditentukan batas-batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh :
Meneliti berapa liter pasang surut air laut pada bulan purnama dan lain sebagainya
Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu
keseluruhan objek penelitian baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa
gejala maupun peristiwa-peristiwa yang dijadikan sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa-siswi yang aktif ektrakulikuler
olahraga sekolah di SMAN 5 Bandung yang berjumlah 80 siswa, namun tidak
seluruh populasi tersebut akan dijadikan objek penelitian, maka penulis mengabil
beberapa sampel. Hal ini didasarkan pertimbangan efesiensi waktu dan dana yang
penulis miliki.
2. Sampel
Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi dalam
penelitian. Riduwan (2012:56) berpendapat bahwa :
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup menggunakan sampel yang mewakilinya.
Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan efisiensi waktu dan dana yang
penulis miliki. Terdapat beberapa keuntungan dalam suatu penelitian yang
menggunakan sampel, sebagaimana djelaskan Riduwan (2012: 56), keuntungan
jika kita menggunaka sampel antara lain:
1) Memudahkan peneliti untuk untuk sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar dikhawatirkan akan terlewati.
2) Penelitian akan lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu, dan tenaga).
3) Lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, artinya jika subjek banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
4) Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta dapat digunakan untuk menjaring populasi yang jumlahnya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan dipengaruhi oleh beberapa faktor antaran: besar biaya yang tersedia, tenaga (orang) yang ada, waktu dan kesempatan penelitian, serta peralatan yang digunakan dalampengambilan sampel.;
Penulis datang ke SMAN 5 Bandung untuk mengambil sampel dengan
pertimbangan bahwa penulis meyakini tidak mungkin ada suatu sekolah yang
tidak memiliki masalah sosial walaupun SMAN 5 Bandung adalah salah satu
sekolah terbaik di Bandung dan bukanlah sekolah dengan predikat jelek dan
masih banyak sekolah dengan predikat unggulan mengabaikan olahraga.
Kemudian penulis hanya bisa menemui esktrakurikuler futsal, akhirnya
diputuskan menjadi sampel karena esktrakurikuler futsal dianggap memenuhi
kriteria yang diinginkan penulis. Ini salah satut tehnik non-probablility sampling
lebih tepatnya yaitu sampling aksidental, menurut Riduwan (2012:63),
peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan menjadi sampel (responden).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, populasi adalah
keseluruhan jumlah sumber data yang hendak dipelajari atau dikenai penelitian.
Sedangkan sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat mewakili
populasi dan sampel merupakan dua pengertian yang harus dibedakan secara jelas
dan tegas sebab keduanya mempunyai pengertian yang berbeda sedangkan
persamaannya terletak pada objeknya.
C. Variabel dan Definisi Operasional
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan orang yang lain atau satu
obyek dengan obyek lain. Menurut Silalahi (2009 : 115) Variabel adalah : “suatu
konsep atau konstruk yang memiliki variasi (dua atau lebih) nilai, nilai yang
melekat dalam variabel dapat berupa angka dan kategori.”
Dinamakan Variabel karena adanya variasi. Penelitian ini terdiri dari suatu
variabel yaitu fungsi sosial olahraga, definisi dan oprasional diungkap agar tidak
terjadi salah tafsir terhadap istilah yang digunakan. Variaebel penelitian tersebut
dijabarkan kedalam konsep-konsep variabel, indikator dan skala ukur pada Tabel
3.1.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Angket
Variabel Dimensi Indikator No. Soal
(+) (-)
1.1.1 Tidak merasa cemas
1.1.2 Tidak Mudah tersinggung
1.1.3 Tidak takut pada kerumunan orang
banyak
1.1.4 Tidak sukar tidur/beristirahat dan tidak
bermimpi buruk
1.1.5 Tidak sukar berkonsentrasi
1.1.6 Perasaan Gembira
1.2.1 Mempunyai banyak teman
1.2.2 Merasa diperhatika
1.2.3 Merasa memiliki
1.2.4 Mampu mempertahankan eksisitensi
budaya
1.3.1 Merasa senang setelah berolahraga
1.3.2 Melakukan tindakan keras yang direstui
dalam olahraga (agresi non verbal)
1.3.3 Kepuasan mengendalikan gerkan tubuh
saat berolahraga
1.3.4 Mampu melampiaskan rasa frustasi
1.3.5 Mampu melampiaskan emosi
1.3.6 Tidak ingin menciderai atau mencelakai
orang lain
1.3.7 Tidak menghina orang lain (lawan main
atau tim lawang)
1.3.8 Tidak melakukan intimidasi terhadap
lawan/ tim lawan (verbal maupun non
verbal)
1.3.9 Tidak Mengintimidasi lawan
11
2.3.1 Bersalaman sebelum dan setelah
bertanding (menghargai lawan)
2.3.2 Menghargai peraturan pertandingan dan
permainan
2.3.3 Percaya diri saat bertanding
2.3.4 Disiplin dalam latihan permainan
2.3.5 Kerjasama saat bermain
23
3.1.1 Menyukai tergabung dalam suatu tim
3.1.2 Menyukai kebersamaan dalam kegiatan
tim
3.1.3 Terjalin komukasi dengan rekan satu
tim
3.1.4 Bangga menjadi anggota tim dan
menggunakan atribut tim sebagai
pembeda dengan anggota lain.
25
D. Tehnik dan Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Dalam pengambilan data variabel penelitian maka diperlukan sebuah
instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat yang dinilai akurat
untuk memperoleh data variabel penelitian dari sejumlah populasi dan sampel
yang telah ditentukan.
Menurut Riduwan (2012:78) mengemukakan pendapat mengenai instrumen
penelitian sebagai berikut, “Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung
pada jumlah variabel yang akan diteliti”.
Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner
(angket). Penulis menggunakan skala sikap atau skala likert, Menurut Riduwan
(2012:87) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Skala Likert
hanya menggunakan item yang secara pasti baik dan secara pasti buruk, tidak
dimasukan yang agar baik, yang agak kurang dan yang netral. Lebih lanjut dijelaskan Nurhasan dan Cholil (2007 : 349) bahwa : “skala likert disusun dari sejumlah pertanyaan-pertanyaan tentang suatu obyek, sebagian dari pertanyaan itu
tidak menyenagkan”. Pemberian skala skor pada setiap kategori pertanyaan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap satu-lima alternatif pilihan jawaban.
Adapun skor tersebut menurut Nurhasan dan Cholil (2007 : 349) dapat dilihat
seperti pada tabel 3.2 dan Tabel 3.3
Tabel 3.2
Skor untuk Soal Positif
Jawaban Skor
Selalu 4
Sering 3
Jarang 2
Tidak Pernah 1
Tabel 3.3
Skor untuk Soal Negatif
Jawaban Skor
Selalu 1
Sering 2
Jarang 3
Tidak Pernah 4
Butir-butir soal atau pertanyaan yang diberikan penulis kepada responden
untuk diujicobakan berjumlah 56 butir soal, setelah dilakukan uji coba intrumen
butir soal yang dinyatakan valid berjumlah 42 butir soal atau pertanyaan untuk tes
fungsi sosial. Butir soal atau pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terlepas dari
inti permasalahan yang ingin dipecahkan, yaitu : Dampak kegiatan olahraga
terhadap fungsi sosial siswa. Menurut Darmadi (2013:35) “untuk menskor skala
kategori likert bobot atau disamakan dengan dengan nilai kuantitatif 4,3,2,1 untuk
pertanyaan positif dan 1,2,3,4 untuk pertanyaan negatif”. Pertanyaan dibuat
demikian agar orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak berpendapat.
Tabel 3.4
Skala Sikap Model Linier
No Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah 1 Saya merasa bisa melampiaskan
perilaku agresif saat berolahraga √
Skor setiap alternatif jawaban berbeda-beda, mulai dari selalu diberi skor
empat, dan seterusnya dengan tidak pernah diberikan skor satu.
2. Prosedur Pengelolaan dan Analisis Data
Prosedur pengelolaan dan analisis data yan dilakukan dalam penelitian ini,
dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data tentang fungsi sosial melalui pemberian angket
kepada sampel
b. Menhitung skor dari setiap jawaban dan butir-butir soal, dengan
program-program statistik.
c. Menganalisis dan menentukan seberapa besar dampak olahraga terhadap
fungsi sosial siswa.Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya
adalah analisis data-data tersebut agar data tersebut dapat ditarik
kesimpulan. Adapun tehnik perhitungan untuk masing-masing butir dalam
angket menggunalan persentase.
3. Kuisioner (Angket)
Angket adalah pengumpulan data melalui pertanyaan yang diajukan dengan
cara tertulis, dan disebarkan pada objek tertentu secara serentak dalam waktu
Riduwan (2012:71) menjelaskan bahwa “kuisioner merupakan tehnik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab”. Kuisioner merupakan tehnik pengumpulan data yang efisien bila diteliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu
apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu kuisioner juga cocok digunakan
bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah luas. Kuisioner dapat
berupa pertanyaan-pertanyaan tertututp atau terbuka, dapat diberikan pada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet. Menurut
Riduwan (2012:71) menjelaskan bahwa:
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila respon memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Kemudian Riduwan (2012:71) menambahkan mengenai jenis angket. Angket
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
a. Angket terbuka (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya
b. Angket Tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (v).
Penulis menggunakan metode cheklis atau daftar cek seperti yang sudah
dituliskan diatas, agar lebih memudahkan penulis dalam penelitian.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket
Dalam sebuah penelitian terlebih dahulu harus dilakukan pengujian terhadap
alat ukur yang digunakan yaitu berupa kuisioner. Metode yang digunakan adalah
uji validitas dan uji reliabilitas agar data yang diperoleh dapat dipercaya atau
diakui kebenarannya. Karena menurut Silalahi (2009:236)
kejadian-kejadian empiris yang darinya data tersebut diperoleh. Reliabilitas memusatkan perhatian pada masalah konsistensi pengukuran, sedangkan validitas lebih menekankan pada ketetapan pengukuran.
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau
ketepatan suatu alat ukur. Ditegaskan Silalahi (2009:244) bahwa:
validitas adalah sejauh mana perbedaan dalam skor pada suatu instrumen (item-item dan ketegori respons yang diberikan pada suatu variabel khusus) mencerminkan kebenaran antar individu-individu, kelompok-kelompok atau situasi-situasi dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan untuk ukuran.
Menurut Bailey dalam Silalahi (2009:244), “validitas mengandung dua bagian : (1) bahwa instrumen pengukuran adalah mengukur secara aktual konsep dalam
pertanyaan, dan bukan beberapa konsep lain; dan (2)bahwa konsep dapat diukur secara akurat.”
Uji validitas untuk menunjukan sejauh mana alat pengukuran yang digunakan
mengukur apa yang ingin diukur, atau sejauh mana alat pengukuran yang
digunakan tersebut mengenai sasaran pengukuran. Melaului uji validitas, apabila
hasil ujinya bermakna valid, maka hasil perhitungan dan analisis data juga akan
dimaknai valid atau diakui dan dapat diterima. Validitas alat ukur merupakan taraf
kesesuaian dan ketepatan dalam melakukan suatu penelitian, atau dengan kata lain
apakah alat ukur (kuisioner) tersebut sudah benar.
Untuk menenentukan ke validan dari item kuisioner digunakan metode
koefisien korelasi Pearson Product Moment dalam Riduwan (2012:98) yaitu
dengan mengkorelasi skor total yang dihasilkan oleh masing-masing responden
(y) dengan skor masing-masing butir (x) dengan rumus sebagai berikut :
=√
Keteranga :
= Jumlah Skor Item
= Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan uji –t dengan rumus :
√ √
Keterangan
t = Nilai t hitung
r = Koefisien korelasi hasil t hitung
n = Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2)
Kaidah keputusan : Jika > berarti valid, sebaliknya jika
Jika < berarti tidak valid ;
Suatu item dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama
dengan 2,011 berdasarkan t tabel dengan α = 0,05 nilai kebebasan n-2. Jadi, jika
diperoleh nilai t hitung lebih besar 2,011 maka item tersebut valid sehingga
skor-skor dari butir tersebut dapat digunakan dalam analisis selanjutnya. Lain halnya
jika nilai t hitung yang didapat lebih kecil dari 2,011 maka item tersebut tidak
valid dan dikeluarkan dari analisis.
Berdasarkan data yang terkumpul dari 50 responden yang ditunjukan dalam
tabel 3.5 maka terdapat 56 koefisien korelasi (jumlah butir 56). Hasil analisis item
ditunjukan pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Hasi Analisi Item Instrumen Fungsi Sosial
No. Item
Pertanyaan
Keputusan
1 0,264 1,898 2,011 Tidak Valid
2 0,488 3,874 2,011 Valid
47 0,172 1,210 2,011 Tidak Valid
48 0,594 5,120 2,011 Valid
49 0,622 5,501 2,011 Valid
50 0,623 5,516 2,011 Valid
51 0,375 2,801 2,011 Valid
52 0,638 5,745 2,011 Valid
53 0,509 4,100 2,011 Valid
54 0,535 4,438 2,011 Valid
No. Item
Pertanyaan
Keputusan
55 0.191 1,347 2,011 Tidak Valid
56 0,645 5,849 2,011 Valid
Dari tabel 3.5 dapat dilihat bahwa, 42 item pertanyaan dinyatakan valid dan 14 item dinyatakan tidak valid. Sebanyak 42 item pertanyaan dapat digunakan sebagai alat ukur untuk instrumen dampak kegiatan olahraga terhadap fungsi sosial siswa dan telah mewakili dari setiap indikator yang ada.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi lebih dari sekali. Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil suatu pengukuran. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi, yaitu adalah pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel)
Dalam penelitian ini untuk uji reliabilitas instrumen menggunakan metode
belah dua (split half method). Riduwan (2012:102) menyatakan metode belah dua
sebagai berikut :
metode belah dua menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali (singel-test-singel-trial- method). Pada waktu membelah dua dan mengoreksi dua belahan, baru diketahui reliabilitas setengah tes saja. Jika untuk mengetahui seluruh tes harus menggunakan rumus Spearman Brown.
Keterangan :
= Korelasi product Moment antara belahan (ganjil-genap) atau
(awal-Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terdapat 42 item pernyataan
yang valid untuk dijadikan instrumen penelitian fungsi sosial siswa. Dari hasil
ujicoba instrumen, diketahui reliabilitas instrumen dampak olahraga terhadap
fungsi sosial siswa samadengan 0.897 maka dinyatakan reliabel. Berdasarkan
ujicoba instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya, maka intrumen
dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data. Dari hasil
ujicoba instrumen yang telah dihitung validitas dan reliabilitasnya, seluruh butir
pertanyaan yang dinyatakan valid telah mewakili 3 indikator yang ada dalam
instrumen tersebut, dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6
Kisi-kisi Angket Penelitian
Variabel Dimensi Indikator No. Soal
(+) (-)
1.1.1 Tidak merasa cemas
1.1.2 Tidak Mudah tersinggung
1.1.3 Tidak takut pada kerumunan orang
banyak
1.1.4 Tidak sukar tidur/beristirahat dan tidak
30
3
29
2
bermimpi buruk
1.1.5 Tidak sukar berkonsentrasi
1.1.6 Perasaan Gembira
1.2.1 Mempunyai banyak teman
1.2.2 Merasa diperhatika
1.2.3 Merasa memiliki
1.2.4 Mampu mempertahankan eksisitensi
budaya
1.3.1 Merasa senang setelah berolahraga
1.3.2 Melakukan tindakan keras yang direstui
dalam olahraga (agresi non verbal)
1.3.3 Kepuasan mengendalikan gerkan tubuh
saat berolahraga
1.3.4 Mampu melampiaskan rasa frustasi
1.3.5 Mampu melampiaskan emosi
1.3.6 Tidak ingin menciderai atau mencelakai
orang lain
1.3.7 Tidak menghina orang lain (lawan main
atau tim lawang)
1.3.8 Tidak melakukan intimidasi terhadap
lawan/ tim lawan (verbal maupun non
verbal)
1.3.9 Tidak Mengintimidasi lawan
11
2.1.1 Bersalaman sebelum dan setelah
bertanding (menghargai lawan)
2.1.2 Menghargai peraturan pertandingan dan
permainan
2.1.3 Percaya diri saat bertanding
48
50
49
2.1.4 Disiplin dalam latihan permainan
2.1.5 Kerjasama saat bermain
23
3.1.1 Menyukai tergabung dalam suatu tim
3.1.2 Menyukai kebersamaan dalam kegiatan
tim
3.1.3 Terjalin komukasi dengan rekan satu tim
3.1.4 Bangga menjadi anggota tim dan
menggunakan atribut tim sebagai
pembeda dengan anggota lain.
25
F. Prsedur Pengolahan Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data
merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul
tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis data tersebut.
Yang dimaksud metode analisis data dalam penelitian ini adalah cara pengolahan
data yang telah terkumpul untuk disimpulkan. Untuk metode analisis data harus
melihat alat pengambilan data yang dihasilkan. Dalam penelitian ini berbentuk riset
deskriptif yang bersifat eksploratif bertujuan menggambarkan keadaan atau status
fenomena. Dalam penelitian ini untuk mengetahui dampak olahraga terhadap fungsi
sosial siswa.
Data yang dihasilkan dalam penelitian bersifat kuantitatif yaitu berupa
angka-angka untuk memperoleh kesimpulan akhir. Menurut Silalahi (2009:77), penelitian
kuantitatif adalah
merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisi dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar.
Pencarian presentase dilaksanakan untuk mengetahui status yang
dipresentasikan dalam kalimat yang bersifat kualitatif. Untuk menjelaskan
permasalahan penelitian maka analisis yang digunakan adalah :
Mi + 2 Sdi s.d Mi + 3 Sdi Sangat Tinggi
Mi + 1 Sdi s.d Mi + 2 Sdi Tinggi
Mi – 1 Sdi s.d Mi + 1 Sdi Sedang
Mi – 2 Sdi s.d Mi -1 Sdi Rendah
Mi – 3 Sdi s.d Mi - 2 Sdi Sangat Rendah
Dimana:
Mi = Mean Ideal = ½ x ( skor maksimal Ideal + skor minimal idiel)
SDi = Standar Deviasi Ideal = 1/6( skor maksimal ideal - skor minimal ideal )
Setelah diadakan interprestasi terhadap semua data yang diperoleh, maka data
sudah bisa dianalisis. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriftif presentasi (DP) dengan rumus :
DP =
Keterangan :
n = adalah nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh nilai.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah disusun dan telah diuji pada
bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan dampak olahraga terhadap fungsi sosial
siswa sebagai berikut :
1. Fungsi sosioemosional olahraga terhadap siswa SMAN 5 Bandung tahun
pelajaran 2013/2014 yang aktif di ekstrakulikuler olahraga berjalan dengan
kriteria baik.
2. Fungsi sosialisasi olahraga terhadap siswa SMAN 5 Bandung tahun pelajaran
2013/2014 yang aktif di ekstrakulikuler olahraga berjalan dengan kriteria baik.
3.Fungsi Integrasi olahraga terhadap siswa SMAN 5 Bandung tahun pelajaran
2013/2014 yang aktif di ekstrakulikuler olahraga berjalan dengan kriteria baik.
Dampak olahraga terhadap fungsi sosial siswa yang diujikan pada siswa
yanng aktif dalam ekstrakurikuler di SMAN 5 Bandung berada dalam kategori
sangat baik. Ini merupakan indikasi bahwa olahraga memang sangat membantu
siswa untuk mengatasi permasalahan sosial atau terhindar dari permasalahan
sosial.
B. Rekomendasi
Dari kesimpulan yang sudah diuraikan diatas, maka saran-saran yang diajukan
oleh penulis antara lain sebagai berikut :
1. Para siswa disarankan untuk mencari kegiatan positif seperti berolahraga
untuk mengisi waktu luang, bisa dengan cara mengikuti ektrakulikuler
olahraga disekoah atau ikut dalam club olahraga untuk menghindari
kegiatan yang kurang positif dan meningkatkan kebugaran.
2. Pihak pengelola sekolah disarankan lebih menggiatkan kegiatan olahraga
kesenian (PORAK) yang biasanya diadakan pada saat siswa selesai ujian
akhir semester jangan sampai dihilangkan, semestinya kualitas acaranya
ditingkatkan dengan hadiah yang lebih menarik, dan didukung sarana
prasarana serta perangkat pertandingan yang baik.
3. Pihak pengelola sekolah disarankan untuk mendukung kegiatan
ekstrakulikuler olahraga, dari mulai fasilitas yang memadai, sampai
bantuan dana yang cukup saat ekstrakulikuler olahraga akan mengikuti
kompetisi.
4. Pihak pengelola sekolah disarankan untuk merawat dan menambah
kualitas fasilitas olahraga sekolah, agar siswa merasa senang saat
berolahraga.
5. Pihak pengelola sekolah disarankan jangan menganggap penjaskes adalah
mata pelajaran yang kurang penting, sehingga porsinya dikurangi dan jam
pelajarannya dipindahkan pada waktu yang kurang kondusif.
6. Dinas Pendidikan atau Kementrian Pendidikan jangan pernah menghapus
mata pelajaran penjaskes dari kurikulum pelajaran siswa
7. Dinas Pendidikan disarankan untuk mempertahankan event besar olahraga
seperti Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) agar miat olahraga
siswa semakin besar.
8. Kepada pihak Event Organizer (EO) yang sering menyelenggarakan event
olahraga antar sekolah disarankan untuk terus melanjutkan tren positif
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,A. dan Munadji,A. (1994). Dasar-dasar Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Darmadi,H. (2013). Dimensi-dimensi Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial.
Bandung: Alfabeta.
Giriwijoyo Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Hurlock,E.B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim Rusli. (2001). Pembinaan Perilaku Sosial Melalui Pendidikan Jasmani.
Jakarta Pusat : Direktorat Jenderal Olahraga.
Lutan Rusli. et al. (2010). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Mulyana. (2013). Pendidikan Pencak Silat Menbangun Jati Diri dan Karakter Bangsa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurhasan,H. dan Cholil,D.H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan.
Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurhasan,H dan Cholil,D.H. (2008). Modul Mata Kuliah Statistika. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Santrock,J.W. (2007). Remaja, Jilid 2, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Silalahi Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sanapiah,F. (2010). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: Grafindo Persada.
Sutresna,N., Erawan,B., dan Rismayadi,A. (2011). Modul Sosiologi Olahraga.
Syamsu Yusuf. (2011). Psikologi perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Usman,H. dan Purnomo,S. (2008). Metode Peneitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wahjoedi. (2001). Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: PT.Raya
Grafindo Persalia.
Wiarto Giri. (2013). Fisiologi dan Olahraga. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Website
www.beritaduniapendidikan.com/baca/121/2013-09-09/home.
www.pps.unud.ac.id