• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL TRI SETIARINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "JURNAL TRI SETIARINI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN

KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI DESA MOJOGEDANG,

KECAMATAN MOJOGEDANG, KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun oleh:

Tri Setiarini

D0308088

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Sosiologi

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

EVALUASI PELAKSANAAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA SEJAHTERA (UPPKS) DI DESA MOJOGEDANG, KECAMATAN MOJOGEDANG, KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh: Tri Setiarini

ABSTRACT

Tri Setiarini. D0308088. EVALUATION IMPLEMENTATION OF BUSINESS IMPROVEMENT OF INCOME FAMILIES PROSPERS (UPPKS)

IN MOJOGEDANG VILLAGE, MOJOGEDANG DISTRICT,

KARANGANYAR REGENCY. Minor Thesis, Surakarta: Social and Political

Sciences Faculty, Sebelas Maret University Surakarta. 2015

UPPKS program aims to build economic security of families and communities through a woman's ability to realize a small family, happy and prosperous. In this research discusses the evaluation of the implementation BIIFP in Mojogedang Village, District Mojogedang, Karanganyar Regency. To see the goals and actions of the members of this UPPKS group, usedthe theory of social action of Max Weber.

This research took place in the village of Mojogedang. The purpose of this research was to evaluate the implementation of UPPKS in Mojogedang Village. This research included in this type of evaluation research by using CIPP evaluation model (Context, Input, Process, Product). Data sourced from information obtained directly from the informants, documents, books and archives. Data collection techniques used interviews and documentation. Selection of informants selected purposively, in this case the informant chosen because it is considered the most aware and directly related to the implementation of BIIFP. Informants were 10 (ten) persons, consisting of 3 (three) people who work in BP3AKB of Mojogedang District, 2 (two) sub PPKBD for Mojogedang village and 5 (five) members of the group UPPKS. Data were analyzed with an interactive model analysis using principal components: data reduction, data presentation and conclusion. The validity of the data used source triangulation technique.

From the results of this research concluded an outline implementation BIIFP in Mojogedang village is divided into five activities. Such activities include socialization, group formation, financing, marketing and coaching. Of the implementation of these activities is known that there are some obstacles. To overcome these constraints, the District of Mojogedang BP3AKB cooperation with BP3AKB Karanganyar and administrators UPPKS group so that no further obstacles in the implementation UPPKS in Mojogedang village and objectives of the UPPKS program can be achieved optimally.

(3)

A. PENDAHULUAN

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran

yang penting dalam pembangunan nasional, oleh karena itu perlu dibina dan

dikembangkan kualitasnya agar senantiasa dapat menjadi keluarga sejahtera

sehingga menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan

nasional.

Dalam membina dan mengembangkan ketahanan dan kemandirian

keluarga diperlukan berbagai upaya antara lain mencakup aspek keagamaan,

pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, sehingga terwujud kualitas

keluarga. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, khususnya dalam

peningkatan ketahanan ekonomi keluarga dalam menuju Keluarga Sejahtera,

salah satu upayanya adalah pengembangan kelompok Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

Upaya pemberdayaan ekonomi keluarga pada hakekatnya merupakan

upaya untuk mendorong dan memacu keluarga-keluarga untuk meningkatkan

ketahanan keluarga menjadi keluarga yang berpotensi, mandiri dan produktif

sebagai dasar mewujudkan keluarga berkualitas.

Pemberdayaan keluarga di bidang ekonomi dilaksanakan melalui

penumbuhan minat serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan usaha

sebagai suatu proses belajar dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga

melalui wadah kelompok usaha ekonomi produktif yaitu kelompok Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS).

UPPKS adalah kelompok kegiatan dari keluarga dalam wadah

Paguyuban Keluarga Sejahtera, melakukan kegiatan usaha ekonomi produktif

yang beranggotakan Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga

Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III Plus, baik yang

sudah menjadi akseptor KB maupun belum ber KB dalam rangka mewujudkan

keluarga sejahtera. Tujuan umum dibentuknya kelompok UPPKS adalah

mengembangkan potensi peserta KB untuk memantapkan diri dan keluarganya

(4)

dan pembudayaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS).

Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)

merupakan salah satu program dari Badan Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) yang berupaya

membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.Dengan

menciptakan kelompok usaha pemberdayaan perempuan dan ibu-ibu rumah

tangga untuk meningkatkan kualitas pengelola usaha agar menjadi tenaga

terampil yang dilakukan dengan lembaga pendidikan dan pelatihan serta

orientasi manajemen usaha mikro keluarga.

Sasaran dari program UPPKS adalah terutama Keluarga Pra Sejahtera

dan Keluarga Sejahtera I baik yang sudah menjadi akseptor KB, Pasangan

Usia Subur (PUS) yang belum ber-KB, pasangan muda serta anggota

masyarakat lainnya dalam rangka mewujudkan Keluarga Sejahtera.

Upaya pembinaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga terhadap

keluarga pra S dan KS I harus tetap diprioritaskan mengingat jumlahnya yang

masih cukup banyak. Keluarga ini sangat rentan terhadap goncangan

sosial/ekonomi yang terjadi, sehingga sangat mungkin terjadi penurunan status

kesejahteraannya di waktu-waktu yang akan datang.

Dengan adanya program UPPKS diharapkan dapat membantu

meningkatkan pendapatan keluarga sejahtera dan pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peran serta dari anggota sangat

diperlukan guna tercapainya tujuan dari pelaksanaan program ini. Dan pada

akhirnya tingkat perekonomiannya meningkat dan jumlah pengangguran

berkurang. Kemiskinan pun dapat diminimalisir melalui program ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

(5)

“Bagaimana Pelaksanaan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar?”

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Operasional

Untuk mengevaluasi pelaksanaan Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS) di Desa Mojogedang, Kecamatan

Mojogedang, Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan model CIPP

(Context, Input, Process, Product).

2. Tujuan Fungsional

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat

dan dapat sebagai tambahan masukan dalam khasanah penelitian dalam

rangka mengembangkan ilmu pengetahuan sosial pada umumnya dan

sosiologi pada khususnya.

3. Tujuan Individual

Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan, guna memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan Purposive Sampling,

yaitu memilih informan yang dapat dipercaya karena dianggap paling

mengetahui dan menguasai permasalahan di lapangan. Teknik pengambilan

sampel Purposive Sampling adalah pemilihan secara sengaja dengan maksud

menemukan apa yang sesuai dengan tujuan penelitian dan jumlah sampel

dianggap telah cukup representatif bila dirasa telah mendapatkan kebulatan

analisa yang dikehendaki (Slamet, 2006:2).

Pada teknik pengambilan sampel purposive, sampel ditetapkan secara

sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria

atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana

(6)

Teknik ini bisa dipakai apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti

sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi sehingga dalam menentukan sampel,

sifat-sifat yang dimiliki oleh sampel sama dengan sifat-sifat yang dimiliki

populasi.

Dalam penelitian ini memakai 10 informan yang sengaja dipilih oleh

peneliti karena mereka dianggap paling mengetahui dan secara langsung

berkaitan dengan program UPPKS yang akan diteliti. Informan itu terdiri dari

3 orang yang bekerja di BP3AKB Kecamatan Mojogedang, 2 orang sub

PPKBD untuk Desa Mojogedang yang pekerjaannya membantu penyuluh dari

BP3AKB dan 5 orang dari anggota kelompok UPPKS.

A. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan itu

ditentukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu (Moleong, 2002: 135).

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan

data-data yang diperoleh di lokasi penelitian, kemudian dibukukan dan dibuat

dokumen dalam hasil penelitian. Proses ini dilakukan dengan cara mencatat

data-data di lapangan, mencatat dokumen dan arsip penting yang diperlukan

yang diperoleh dari instansi yang bersangkutan dengan permasalahan yang

sedang diteliti.

Metode dokumentasi, alat pengumpulan datanya disebut form

pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang

tersedia (Sanafiah Faisal, 1989: 52).

B. Triangulasi

Untuk menguji keabsahan data yang telah terkumpul peneliti

menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data

(7)

pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu (Moleong,

2002:178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi

sumber.Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif (Patton dalam Moleong, 2002: 178).

C. Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan oleh peneliti adalah model analisis

interaktif (Interactive Model of Analysis). Teknik model analisis interaktif

adalah suatu teknik analisis data yang melalui tiga alur komponen

pengumpulan data, yaitu:

1. Reduksi data

Kegiatan ini merupakan proses seleksi, pemfokusan dan

penyederhanaan data pada penelitian. Data yang teridentifikasi tersebut

lebih memudahkan dalam penyusunan.

2. Penyajian data

Penyajian data merupakan suatu rangkaian informasi yang

memungkinkan pengambilan kesimpulan, sehingga dengan melihat suatu

sajian data peneliti akan dapat memahami tentang apa yang sedang terjadi,

serta memungkinkannya untuk melakukan sesuatu pada analisa ataupun

tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah memahami arti dari berbagai hal yang meliputi

pencatatan-pencatatan peraturan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat, akhirnya peneliti menarik kesimpulan

(H.B.Sutopo, 2002:37).

E. HASIL PENELITIAN

Desa Mojogedang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten

Karanganyar.Desa Mojogedang adalah desa yang terletak di Kecamatan

(8)

Lawu.Wilayah Desa Mojogedang terdiri atas 7 dusun yaitu Dusun

Blimbingmulyo, Dusun Klumpuk, Dusun Dersono, Dusun Mojo, Dusun

Ploso, Dusun Gaden dan Dusun Mojogedang.

Daerah di Desa Mojogedang memiliki topografi tanah datar, berombak

dan daerah perbukitan yang terdiri atas daerah tanah kering dan tanah

sawah.Luas keseluruhannya adalah 378.4875 hektar. Dari keseluruhan luas

wilayah tersebut sebagian besar terdiri atas tanah produktif berupa lahan

pertanian dan perkebunan, yang ditanami dengan tanaman pangan, tanaman

perkebunan dan hortikultura.

UPPKS di Desa Pelaksanaan Mojogedang

1. Sosialisasi Program UPPKS

Sosialisasi yang pertama kali dilakukan pada awal tahun 1990 yang

bertempat di balai Desa Mojogedang. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh PKB

kecamatan Mojogedang, kader PPKBD dan kader sub PPKBD desa

Mojogedang, kepala desa Mojogedang, anggota PKK dan keluarga pra

sejahtera di desa Mojogedang. Sosialisasinya diadakan bertepatan dengan

pertemuan PKK yang berlangsung rutin tiap bulannya. Sosialisasi ini

bertujuan agar masyarakat mengenal dan memahami program UPKKS dan

menganjurkan untuk melaksanakan program UPPKS di desa Mojogedang,

Materi yang disampaikan oleh penyuluh KB dalam sosialisasi

tersebut antara lain menerangkan apa itu program UPPKS. Karena banyak

masyarakat yang belum mengenal dan mengetahui secara gamblang tentang

UPPKS itu sendiri. Selain itu penyuluh KB juga menjelaskan mengenai

tujuan-tujuan UPPKS dan pembentukan kelompok UPPKS dan manfaat apa

saja yang bisa dirasakan warga jika mengikuti program ini. Program UPPKS

memang berbentuk kelompok, bukan individu/per orangan.

2. Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Pada awal pembentukan kelompok UPPKS di Desa Mojogedang,

terdapat 7 kelompok UPPKS yang telah dipilih dan ditentukan oleh PKB.

(9)

Dusun Dersono, Dusun Blimbingmulyo, Dusun Mojo, Dusun Mojogedang,

Dusun Gaden dan Dusun Ploso. Jadi setiap dusun dibentuk 1 kelompok

UPPKS dengan anggota 7 sampai 10 orang.

Tapi belum tentu dalam setiap dusun ada 1 kelompok UPPKS.

Tergantung ibu-ibu yang berminat dan termasuk ke dalam kriteria anggota

UPPKS. Bisa saja dalam 1 dusun terdapat 2 kelompok karena jumlah

peminatnya lebih banyak.

Namun kelompok yang sampai saat ini masih bertahan dan masih berlangsung usahanya yaitu kelompok “Usaha Maju”. Kelompok “Usaha Maju” merupakan kelompok UPPKS yang mewakili dusun Dersono. Anggotanya terdiri dari 7 orang. Jenis usahanya adalah macam-macam karak

dan macam-macam perca.

Pelaksanaan usahanya adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi Usaha Maju

Kelompok “Usaha Maju” merupakan kelompok UPPKS dai Dusun Dersono yang telah berdiri sejak Maret 2008 sampai sekarang dengan

jumlah anggota lama 5 orang dan anggota baru 2 orang. Produk usaha dari

kelompok ini adalah macam-macam karak lele dan perca.

b. Pembentukan kelompok

Kelompok sebagai sarana untuk mempermudah melakukan

pembinaan usaha/tenaga terampil karena dengan berkelompok akan

menumbuhkan semangat dan kebersamaan anggota dalam melakukan

usaha.

Sebelum kelompok “Usaha Maju” resmi dibentuk, pihak dari BP3AKB melalui PKB Kecamatan Mojogedang harus meninjau terlebih

dahulu.Apakah kelompok tersebut sudah memenuhi syarat pendirian

kelompok UPPKS atau belum.

(10)

c. Kepengurusan kelompok

Dinamika kelompok sangat ditentukan oleh aktivitas pengurus

kelompok dalam suatu kelompok UPPKS minimal didukung dengan

kepengurusan yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara. Kelompok “Usaha Maju” belum dikategorikan sebagai kelompok yang sudah maju. Jadi kepengurusannya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan

beberapa anggota.

Dalam menjalankan usahanya, masing-masing orang

mempunyai tugas masing-masing sesuai dengan jabatannya dalam

kelompok. Selain tugas pokok tersebut, ternyata dalam pelaksanaannya

ketua kelompok juga memberikan pinjaman kepada anggotanya apabila

para anggota kekurangan modal dan pinjaman dari propinsi belum cair.

d. Anggota kelompok

Anggota kelompok UPPKS adalah ibu-ibu/wanita dari keluarga

prasejahtera dan keluarga pra sejahtera I serta keluarga sejahtera II ke atas

yang melakukan usaha, sedang belajar atau yang berminat melakukan

usaha ekonomi produktif/tenaga terampil. Dalam kelompok “Usaha Maju”

ini yang menjabat sebagai ketua bukanlah tergolong keluarga pra sejahtera

seperti apa yang menjadi sasaran utama dalam UPPKS. Beliau termasuk

ke dalam keluarga sejahtera.

Untuk mendukung kegiatan UPPKS, maka hak dan kewajiban

anggota juga harus dilakukan dengan baik. Hak dan kewajibannya antara

lain:

e. Permodalan

Modal usaha dapat berbentuk semangat, keterampilan, tekad,

cita-cita, tenaga/jasa, sejumlah uang, barang dan peralatan yang dapat

(11)

Selain bantuan modal dari propinsi, kelompok Usaha Maju juga

mendapatkan bantuan dari PKBM.PKBM itu merupakan yayasan agama

Katholik di Kecamatan Mojogedang.

f. Pemasaran barang

Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dari kegiatan

UPPKS. Keberhasilan pemasaran akan menentukan kelangsungan kegiatan

ekonomi produktif. Upaya pemasaran bukanlah hal yang sederhana yang

hanya berlangsung pada saat transaksi jual beli saja, tetapi merupakan

rangkaian upaya yang sangat komplek dimulai dari proses produksi

sampai dengan terjadinya transaksi jual beli antara penjual/produsen

dengan pembeli/konsumen. Tujuan dari pemasaran adalah agar barang/jasa

yang diproduksi dapat dibeli oleh konsumen/pembeli dengan harga dan

cara yang paling menguntungkan bagi produsen atau penjual serta

menjamin kelangsungan pasar.

Kelompok Usaha Maju sudah mempunyai mitra usaha yang

nantinya bisa membantu dalam hal memasarkan/ menjualkan

barang-barang hasil produksi.

g. Pembinaan

Kegiatan pembinaan adalah suatu upaya yang perlu dilakukan

secara terus menerus dan berkesinambungan agar kegiatan UPPKS

dapatberjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam mendukung ketahanan

ekonomi keluarga untuk mewujudkan keluarga sejahtera.

BP3AKB Kabupaten Karanganyar dalam melaksanakan

kegiatannya antara lain melalui kegiatan pembinaan dan bantuan agar

keluarga dengan potensi dan peluangnya dibantu dan dirangsang untuk

mengembangkan sikap mental yang positif dalam pembangunan dan

diajak untuk meningkatkan kemampuan dirinya melalui kegiatan ekonomi

produktif yang ada dalam UPPKS. BP3AKB Kabupaten Karanganyar

mempunyai wewenang untuk mengadakan kegiatan pembinaan dalam

(12)

BP3AKB berfungsi sebagai fasilitator dalam bidang

pemasaran. BP3AKB memberikan informasi dan bantuan kepada

kelompok UPPKS untuk mengikuti pameran atau bazar supaya pemasaran

produk kelompok UPPKS dapat berjalan dengan baik.

Pelaksanaan Macam-Macam Jenis Usaha UPPKS kelompok “Usaha Maju”

1. Karak Lele

a. Bahan-bahan untuk pembuatan karak lele adalah sebagai berikut :

Beras (2 kg), Lele (1 kg), Bawang putih (10 siung), TP (1 sendok

makan), Garam secukupnya, Ketumbar secukupnya, dan Minyak

goreng secukupnya.

b. Proses pembuatan karak lele adalah sebagai berikut:

Beras 2 kg dicuci lalu dimasak sampai matang. Lele 1 kg dikukus,

dibuang kepala dan duri-durinya lalu dilumatkan/diblender. Siapkan

bumbu: bawang putih dan TP dilumatkan. Bumbu yang telah lumat

ditumis dengan minyak goreng kemudian masukkan lele yang telah

dilumatkan lalu ditambah air. Setelah mendidih masukkan nasi yang

telah dimasak kemudian aduk terus hingga lekat dan lunak lalu angkat

dan dikukus lagi sampai masak. Setelah masak kemudian angkat dan

ditumbuk hingga lumat. Setelah lumat (panas) bentuk bulatan kurang

lebih 1 kelereng kemudian digiling dengan botol/dipres tipis. Setelah

tipis kemudian ditaruh/disusun untuk dijemur. Setelah kurang lebih 2

hari kering kemudian digoreng dengan minyak goreng yang mendidih

tua.

c. Pembungkusan/pengemasan:

a. Siapkan plastik

1. Ukuran 13 untuk Rp.1.000,00 dengan 4-5 karak

2. Ukuran 15 untuk Rp.5.000,00 dengan kurang lebih 10 karak

b. Untuk karak mentah siapkan plastik es

1. 1 ons : Rp.3.000,00

2. 2 ons : Rp.6.000,00

(13)

4. ½ kg : Rp.15.000,00

5. 1 kg : Rp.30.000,00

c. Untuk pengemasan akan dilengkapi dengan tas kotak ditambah

label dan gambar lele. Selain itu juga dicantumkan antara lain:

1. Kandungan karak lele

2. Berat (netto)

3. Masa kadaluarsa

4. Nama produk

5. Alamat

6. Izin dari Departemen Kesehatan

2. Pemanfaatan Kain Perca

a) Bahan-bahan yang dimanfaatkan adalah Kain perca dari Ibu Tin

Garmen, Kartosuro dan Kain perca dari penjahit/konveksi.

b) Pemanfaatan kain perca antara lain Kain perca bulat-bulat dengan

garis tengah 10 cm-12 cm untuk hiasan atau taplak

(dikerutkan-disusun), Kain perca yang ukuran sama disusun/didesain untuk taplak

meja, selimut, bed cover, Kain tak beraturan dibuat

sama/dipotong/disambung sesuai yang diminati : segitiga, segiempat,

persegi panjang.

c) Membuat pola atas: menyambung/menggunting kain perca sesuai

gambar/motif yang diminati.

d) Menyusun perca yang seukuran untuk: rok, celana, baju, dll.

e) Memanfaatkan perca kecil-kecil untuk isi tempat duduk atau untuk

kain takan dan keset.

f) Memanfaatkan perca kecil panjang untuk: keset tampar, pelipit taplak,

pelipit selimut, pelipit bed cover.

g) Mencari contoh barang-barang yang dapat dibuat perca

3. Bed Cover/Selimut

Proses pembuatan bed cover/selimut adalah Menyusun kain

perca, Memilih motif yang menarik/diinginkan, Menghitung jumlah Larik

(14)

salah/tertukar. Saat menjahit/menyambung perlu ditandai agar tidak

tertukar. Setelah menjahit selesai lalu siapkan puring, dakron, spon ukuran

sesuai jahitan perca. Lapisan bed cover terdiri dari perca, spon, dakron,

puring atau perca, dakron, puring.Melipit dengan pelipit yang telah

disiapkan. Memasang elastik pojok (sudut) untuk bed cover. Dilipat

sedemikian rupa terus dimasukkan tas yang telah disiapkan dan diberi

label dari Usaha Maju.

Model CIPP (Context, Input, Process and Product)

Stufflebeam (Tayibnasis, 2008 dalam Totok Mardikanto, 2011:74)

mengartikan evaluasi sebagai proses menggambarkan, memperoleh dan

menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Karena

itu, ia membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :

a) Context evaluation to serve planning decision, yang berkaitan dengan tujuan

program.

b) Input evaluation structuring decision, yang berkaitan dengan sumberdaya,

alternatif pemanfaatannya, serta prosedur kerja untk mencapai tujuan.

c) Process evaluation to serve implementing decision, yang berkaitan dengan

process untuk mengimplementasikan keputusan.

d) Product evaluation to serve recycling decision, yang berkaitan dengan tindak

lanjut keputusan.

Tentang hal ini Sutopo (2002 dalam Totok Mardikanto, 2011:74)

menyatakan bahwa:

a) Context, berkaitan dengan beberapa factor dan kondisi sebelum kegiatan

dilaksanakan.

b) Input, adalah masukan yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan

program.

c) Process, yaitu program dilaksanakan sejak awalnya dengan pendekatan sesuai

konteksnya dan merupakan proses yang tepat untuk tercapainya tujuan.

(15)

Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product)

Dalam penelitian ini menggunakan model CIPP ( Context, Input, Process,

Product) karena model CIPP merupakan model yang digunakan dalam

pengembangan program yang secara keseluruhan memperhitungkan keterkaitan

antarfaktornya (context, input, process, product).Dari kumpulan informasi

lengkap yang meliputi empat factor tersebut peneliti bisa menganalisis dengan

mengkaji kesesuaian antarfaktornya. Dari analisis tersebut bisa diketahui

kelemahan dan kekuatan dari program yang ditelitinya, yang selanjutnya dijadikan

dasar untuk menyusun saran secara operasional untuk memperbaikinya. Analisis

CIPP (Context, Input, Process, Product) pelaksanaan UPPKS di Desa

Mojogedang, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar adalah sebagai

berikut :

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)

Evaluasi konteks (Context Evaluation) dalam penelitian ini merupakan

evaluasi yang berkaitan dengan beberapa faktor dan kondisi sebelum program

UPPKS dilaksanakan. Komponen-komponennya antara lain : latar belakang

mengikuti program UPPKS, sejak kapan mengikuti program UPPKS, tujuan

mengikuti program UPPKS, sosialisasi program UPPKS dan manfaat mengikuti

program UPPKS.

b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation)

Evaluasi Masukan (Input Evaluation) dalam penelitian ini yaitu masukan

yang diberikan sebagai persiapan sebelum pelaksanaan program UPPKS.

Komponen-komponennya antara lain tenaga penyuluh program UPPKS, penerima

program UPPKS, bantuan modal untuk program UPPKS dan sarana dan prasarana

yang mendukung program UPPKS.

Dalam evaluasi tahap ini ditemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh

anggota-anggota kelompok UPPKS “Usaha Maju” dalam melaksanakan kegiatan

usahanya. Kendala-kendala yang pertama yaitu kelompok “Usaha Maju” belum

mempunyai alat/sarana usaha yang memadai. Selain itu alat yang sangat

diperlukan adalah alat pencetak karak. Selama ini kelompok masih mencetak

(16)

Kendala yang kedua adalah Sumber Daya Manusia anggota kelompok

yang kurang.Sumber Daya Manusia menjadi kunci utama dalam keberhasilan

pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang. Tetapi dalam kelompok Usaha Maju

tidak semua anggota memiliki SDM yang cukup. Mereka masih memiliki

kekurangan dalam hal pengetahuan tentang UPPKS. Pengurus kelompoknya juga

masih belum menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya.

Kendala yang ketiga adalah kurangnya dukungan dari aparat desa untuk mendukung berjalannya pelaksanaan usaha dari kelompok UPPKS “Usaha Maju”. Dukungan aparat desa sangatlah penting dalam hal pelaksanaan UPKKS di Desa

Mojogedang. Namun di Desa Mojogedang, aparat desanya kurang menyadari pentingnya keberadaan kelompok UPPKS “Usaha Maju”.

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Evaluasi proses (process evaluation) dalam penelitian ini yaitu program

UPPKS dilaksanakan sesuai dengan konteksnya dan merupakan proses yang tepat

untuk mencapai tujuan dari program tersebut. Komponen-komponennya antara

lain pembentukan kelompok UPPKS, permodalan, pemasaran, pembinaan dan

pelatihan.

Dalam tahap evaluasi proses juga terdapat kendala-kendala yang bisa menghambat pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju”. Kendala yang pertama adalah pemasaran barang produksi yang sulit. Barang-barang hasil

produksi selama ini hanya dijual ke toko-toko, swalayan/mal-mal. Kalau

pemasaran karak di toko kendalanya kalah saing dengan karak biasa.

Pemasaran percanya juga agak sulit. Karena selama ini kelompok Usaha

Maju hanya menjual barang-barangnya ke tetangga, teman, ke gereja, dan

sebagian ada yang dititipkan ke swalayan dan toko. Kadang ada beberapa toko

yang tidak mau dititipi. Padahal kalau perca tidak ada kadaluwarsanya.

Kendala yang kedua adalah kurangnya jaringan komunikasi untuk dapat

menembus pasar-pasar yang lain. Pengetahuan akan jaringan komunikasi dan

manajemen pemasaran yang kurang dari anggota kelompok UPPKS juga menjadi

(17)

Kendala yang ketiga adalah pembuatan karak lele yang masih bergantung

dengan cuaca. Dalam proses pembuatan karak lele masih bergantung dengan

cuaca. Misalnya dalam proses pengeringan.

d. Evaluasi Produk(Product Evaluation)

Evaluasi produk (product evaluation) dalam penelitian ini merupakan

kualitas hasil program UPPKS yang dapat dicapai. Komponen-komponennya

antara lain karak lele, pemanfaatan kain perca, selimut/ bed cover.

Dari tahap evaluasi produk, selain untuk mengetahui hasil-hasil produk dari kelompok UPPKS “Usaha Maju” juga dapat diketahui peningkatan pendapatan dari anggota-anggota kelompok. Peningkatan tersebut dilihat dari

pendapatan mereka sebelum menjadi anggota kelompok UPPKS/mengikuti

program UPPKS dan setelah mengikuti program UPPKS. Program UPPKS juga

dapat mengurangi tingkat pengangguran di Desa Mojogedang. Anggota kelompok

yang dulunya sebelum menjadi anggota UPKKS tidak mempunyai pekerjaan,

setelah mengikuti program UPPKS mempunyai pekerjaan.

Dalam evaluasi produk juga dapat diketahui beberapa solusi untuk

mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha

Maju”. Untuk mengatasi kendala kekurangan alat produksi, pihak BP3AKB akan

mengusahakan untuk mencari bantuan modal lewat jalur lain selain mengandalkan

bantuan pinjaman dana dari propinsi. Karena dana dari prosinsi ternyata belum

bisa mencukupi kebutuhan kelompok untuk melaksanakan usaha dengan

maksimal.

Selain itu, dari kelompok Usaha Maju sendiri melalui ketua kelompoknya

akan berusaha mencari pinjaman ke bank. Supaya nanti mereka mendapatkan

tambahan modal untuk membeli peralatan yang mereka butuhkan saat ini. Karena

bantuan dari propinsi belum dirasa cukup untuk membantu kelompok.

Untuk mengatasi kendala pemasaran barang yang sulit, nanti kedepannya

pihak BP3AKB akan membantu mencarikan mitra usaha lain selain yang dimiliki oleh kelompok “Usaha Maju”. Selain itu nanti kita akan membantu mereka untuk masuk ke dalam pameran-pameran atau lomba-lomba yang diadakan oleh

(18)

Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan komunikasi untuk

dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk memasarkan di dunia internet

pihak BP3AKB Kecamatan Mojogedang bekerja sama dengan BP3AKB

Kabupaten Karanganyar untuk melatih anggota kelompok beserta pengurus untuk

mempelajari manajemen pemasaran di internet.

Untuk menghadapi pasar yang semakin dinamis dan kompetitif,

diperlukan teknik pemasaran yang aktif dan tidak hanya menunggu pembeli

datang, karena produsen lainnya sebagai saingan akan berusaha pula untuk

meningkatkan pemasaran produksi mereka semaksimal mungkin.

Untuk mengatasi masalah SDM anggota yang masih kurang, maka

BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap anggota yang sudah ada.Misalnya

beberapa kali mengikutsertakan mereka dalam pelatihan tentang pengembangan

UPKKS.

Tingkat kualitas SDM dari pengurus kelompok UPPKS yang masih

kurang menguasai dalam hal pembukuan keuangan kelompoknya oleh BP3AKB

diatasi dengan mengadakan pelatihan dalam hal manajemen keuangan dan

administrasi yang rutin setiap tahunnya. Selain itu dari petugas pendamping

kelompok UPPKS pada Desa Mojogedang juga akan membantu dalam hal

bagaimana pembukuan keuangan secara benar.

Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan dari aparat desa nanti pihak

dari BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah Desa Mojogedang agar lebih

memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan UPPKS khususnya untuk kelompok “Usaha Maju”.

Untuk mengatasi masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok

Usaha Maju, pihak dari pengurus kelompok akan berusaha mencari dana untuk

membeli alat pengeringan di dalam ruangan. Agar dalam proses penjemurannya

tidak lagi bergantung pada sinar matahari.

F. Penutup

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai

(19)

a. Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Proses berlangsungnya kegiatan UPPKS di Desa Mojogedang dibagi

menjadi 5 kegiatan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: Sosialisasi,

Pembentukan Kelompok, Permodalan, Pemasaran, dan Pembinaan.

b. Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa Mojogedang

Kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPPKS “Usaha Maju” antara lain: Kelompok belum mempunyai alat/sarana usaha yang memadai,

Pemasaran barang produksi yang sulit, Kurangnya jaringan komunikasi untuk

dapat menembus pasar-pasar yang lain, Sumber Daya Manusia dari anggota

yang kurang, Kurangnya dukungan dari aparat desa, Pembuatan karak lele

masih bergantung dengan cuaca.

c. Solusi Untuk Mengatasi Kendala dalam Pelaksanaan UPPKS di Desa

Mojogedang

Beberapa solusi untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan usaha kelompok UPKKS “Usaha Maju” adalah sebagai berikut: (a) Untuk mengatasi kendala kekurangan alat produksi, (b) Untuk mengatasi kendala pemasaran

barang yang sulit, (c) Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jaringan

komunikasi untuk dapat menembus pasar-pasar lain khususnya untuk

memasarkan di dunia internet, (d) Untuk mengatasi masalah SDM anggota

yang masih kurang, maka BP3AKB melakukan pemberdayaan terhadap

anggota yang sudah ada, (e) Untuk mengatasi kendala kurangnya dukungan

dari aparat desa nanti pihak BP3AKB akan menghimbau kepada pemerintah

Desa Mojogedang agar lebih memperhatikan lagi mengenai pelaksanaan

UPPKS khususnya untuk kelompok Usaha Maju, (f) Untuk menghadapi

masalah cuaca yang sering dihadapi oleh kelompok Usaha Maju.

G. DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.2009. BukuPedomanTentang

(20)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1995. Strategi Pengembangan

Kelompok UPPKS dalam Gerakan Pembangunan Keluarga Sejahtera

Nasional. Jakarta.

Faisal, Sanapiah. 1989. Format-format Penelitian Sosial. Jakarta: RajawaliPers

Hadiansyah, Lody. 2011. Dampak Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Sejahtera (UPPKS) dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan

Ekonomi dalam Menanggulangi Kemiskinan di Kota Surakarta. Skripsi

Tidak Dipublikasikan: Sosiologi Fisip UNS.

Mardikanto, Totok. 2011. Metoda Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat.

Program Studi Penyuluhan/Pemberdayaan Masyarakat, Program

Pascasarjana Universitas Negeri Sebelas Maret.

Moleong, Lexi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Retnowati,Dwi. 2007. Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Oleh Dinas Keluarga

Berencana Dan Pemberdayaan Masyarakat (KBPM) Kabupaten Kebumen

(Studi Deskriptif Kualitatif Pemberdayaan Keluarga Melalui Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Di Desa

Kutowinangan, Kecamatan Kutowinangan, Kabupaten Kebumen).Skripsi

Tidak Dipublikasikan : Sosiologi Fisip UNS.

Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Sebelas Maret University Press.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kendala Eksternal : Belum optimalnya koordinasi antar aparat pemerintah baik dari tingkat pemerintahan desa/kelurahan, Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) teknis dan

kembali, seperti kurangnya dukungan dari orang tua untuk mendukung keterampilan anak, tidak adanya pendanaan khusus untuk keterampilan ini, tidak ada guru

Hal ini tentunya mempengaruhi berjalannya kegiatan usaha yang menjadi komoditas utama di desa Cihideung ini, dapat diketahui, dari segi produk, tanaman hias mawar

Dalam menghadapi semua kendala yang ada terkait dengan kesiapan Desa dala pengelolaan dana Desa yang di kucurkan pemerintahan kepada desa tidak lepas dari dukungan semua unsur dan

SARAN Saran pada penelitian Strategi Pengembangan UMKM Menggunakan Business Model Canvas pada Usaha Penggilingan Bakso di Desa Suka Maju adalah sebagai berikut: Berdasarkan analisis

Kemampuan Birokrasi Mengenali Kebutuhan Masyarakat Dari wawancara yang telah dilakukan dengan Dinas Sosial Kabupaten Sleman dan aparat Desa Sidoarum, maka kebutuhan yang diinginkan

Lingkungan yang jurang mendukung Hasil dari Analisa SWOT TPQ Mushola Al – Fatah adalah kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar dikarenakan minimnya agama islam yang mereka dapat..

Beberapa hal yang harus segera dilakukan dalam rangka penataan perekonomian desa melalui BUMDesa: memperkuat kapasitas masyarakat untuk turut mengawasi berjalannya usaha dari BUMDesa