• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP

BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING

ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN

SUBANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi

Oleh :

Chandra Sandika

NIM : 1006092

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

(2)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3)

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP

BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING

ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN

SUBANG

Oleh

Chandra Sandika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Chandra Sandika2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(4)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY

SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI

DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing

Dr. H. Memen Kustiawan, SE., M.Si., Ak., CA.

NIP. 197005212003121002

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Dr. H. Nono Supriatna, M.Si.

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Anggaran Partisipatif terhadap Budgetary Slack dengan Variabel

Moderating Asimetris Informasi di Pemerintah Kabupaten Subang” beserta

seluruh isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan

penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika

keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Mei 2015

Yang membuat pernyataan,

(6)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Pengaruh Anggaran Partisipatif terhadap Budgetary Slack dengan Variabel Moderating Asimetris Informasi di Pemerintah Kabupaten Subang

Oleh:

Chandra Sandika

Pembimbing:

Dr. H. Memen Kustiawan, SE., M.Si., Ak., CA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap budgetary slack dengan variabel moderating asimetris informasi di Pemerintah Kabupaten Subang. Responden dalam penelitian ini adalah staf/pegawai yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan analisis regresi dengan pendekatan Nilai Selisih Mutlak untuk menguji variabel moderasi asimetris informasi. Yang kemudian hipotesis ini diuji menggunakan T-test dengan IBM SPSS 20 for windows.

Pada tingkat signifikansi 0.05 dan uji 2 pihak menunjukan hasil nilai Thitung

sebesar 3,334 dengan signifikansi sebesar 0,001. Sedangkan Ttabel diketahui

nilainya adalah 2,000. Sehingga nilai Thitung 3,334 > Ttabel 2,000 dan besarnya

p-value 0,001 lebih kecil dari 0,005 yang berarti H01 ditolak. Dengan perkataan lain

bahwa partisipasi anggaran (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

budgetary slack (Y).

Untuk hasil pengujian statistik hipotesis kedua, pada tingkat signifikansi 0.05 dan uji 2 pihak menunjukan hasil nilai Thitung sebesar 2,418 dengan

signifikansi sebesar 0,000. Sedangkan Ttabel diketahui nilainya 2,000. Dengan

demikian H02 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa, pengaruh partisipasi

anggaran terhadap budgetary slack (senjangan anggaran) dimoderasi oleh asimetris informasi.

(7)

ABSTRACT

Budget Participation Influence on Budgetary Slack with Moderating Variable Asymmetric Information in Subang Regency Government

By:

Chandra Sandika

Supervisor:

Dr H. Memen Kustiawan, SE., M.Sc., Ak., CA.

This study aimed to determine the effect of budget participation on budgetary slack with moderating variables asymmetric information in Subang Regency Government. Respondents in this study were the staff / employees involved in the budgeting process. The data used is primary data obtained through questionnaires. Data analysis method used is a simple regression analysis and regression analysis with Absolute Difference Value approach to test the moderating variable asymmetric information. These hypotheses are then tested using a t-test with IBM SPSS 20 for windows.

At the 0.05 significance level and test 2 shows the results T value of 3.334 with a significance of 0.001. While T known value is 2.000. So the value of T 3,334 > 2,000 T and magnitude of p-value less than 0.005 0.001 which means the alternative hypothesis (Ha1) previously filed acceptable and reject H01. So based

on the outcome of these tests, it can be concluded that the budgetary participation (X1) positive and significant impact on the budgetary slack (Y).

For the second hypothesis statistical tests, the significance level of 0.05 and test 2 shows the results T value of 2.418 with a significance of 0.000. While the known value T 2,000. That means H02 rejected. It can be concluded that, the

effect of budget participation on budgetary slack moderated by asymmetric information.

(8)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI 1.1. Maksud dan Tujuan Penelitian 9 1.3.1. Maksud Penelitian 9 1.3.2. Tujuan Penelitian 9 1.4. Manfaat Penelitian 9 1.4.1. Aspek Teoritis 9 1.4.2. Aspek Praktis 10 BAB IITINJAUAN PUSTAKA 11 2.1. Kajian Pustaka 11 2.1.1. Anggaran 11 2.1.1.1.Pengertian Anggaran ... 11

2.1.1.2.Fungsi dan Manfaat Anggaran ... 12

2.1.1.3.Jenis Anggaran Sektor Publik ... 13

2.1.1.4.Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 14

2.1.1.5.Proses Penyusunan Anggaran ... 16

2.1.4. Pengaruh Anggaran Partisipatif terhadap Budgetary Slack 32 2.1.5.Pengaruh Moderasi Asimetris Informasi terhadap Anggaran

Partisipatif dan Budgetary Slack Informasi Asimetri 33

2.2. Penelitian Terdahulu 34

2.3. Kerangka Pemikiran 36

2.4. Hipotesis 39

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN 40

3.1. Objek Penelitian 40

3.2. Metode Penelitian 40

3.3. Definisi dan Operasionalisasi Variabel 41

(9)

3.3.2. Operasionalisasi Variabel 43

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian 44

3.4.1. Populasi Penelitian 44

3.4.2. Sampel Penelitian 45

3.5. Metode Pengumpulan Data 45

3.6. Instrumen Penelitian 46

3.7. Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis 49

3.7.1.Teknik Analisis Data 49

3.7.2. Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen Penelitian 51

3.7.3. Uji Asumsi Klasik 51

3.7.4. Rancangan Pengujian Hipotesis 55

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN 60

4.1. Hasil Penelitian 60

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Subang 60

4.1.1.1. Visi Kabupaten Subang 67

4.1.1.2. Misi Kabupaten Subang 67

4.1.1.3.Rencana Strategis Pemerintah Kabupaten Subang Tahun

2013 – 2017 68

4.1.1.4.Gambaran Umum Responden 69

4.1.2. Deskripsi Data Variabel Penelitian 71

4.1.2.1.Gambaran Umum Variabel Partisipasi Anggaran 71 4.1.2.2. Gambaran Umum Variabel Budgetary Slack 78 4.1.2.3. Gambaran Umum Variabel Asimetris Informasi 85

4.1.3. Analisis Data 89

4.1.3.1. Uji Kualitas Data 89

4.1.3.2. Uji Asumsi Klasik 92

4.1.2.3. Uji Hipotesis 98

4.2. Pembahasan 107

4.2.1.Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Budgetary Slack 107 4.2.2. Pengaruh Asimetris Informasi sebagai Variabel Moderasi dalam

Mempengaruhi Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 117

5.1. Simpulan 117

5.2. Saran 118

DAFTAR PUSTAKA viii

(10)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Subang

Tahun Anggaran 2009- 2013 4

Tabel 2.1. Tabel Penelitian Terdahulu 34

Tabel 3.1. Tabel Operasionalisasi Variabel 43

Tabel 3.3. Kriteria Nilai Durbin-Watson 53

Tabel 4.1. Demografi Responden 69

Tabel 4.2. Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 1 72 Tabel 4.3. Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 2 73 Tabel 4.4. Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 3 74 Tabel 4.5. Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 4 75 Tabel 4.6. Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 5 76 Tabel 4.7 Jawaban Angket Variabel X1 Pernyataan No. 6 77 Tabel 4.8. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 1 79 Tabel 4.9. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 2 80 Tabel 4.10. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 3 81 Tabel 4.11. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 4 82 Tabel 4.12. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 5 83 Tabel 4.13. Jawaban Angket Variabel Y Pernyataan No. 6 84 Tabel 4.14. Jawaban Angket Variabel Asimetris Informasi 85

Tabel 4.15. Validitas Instrumen Penelitian 89

Tabel 4.16. Realibilitas Instrumen Penelitian 91

Tabel 4.17. Nilai VIF Variabel 92

Tabel 4.18. Nilai Durbin Watson 93

Tabel 4.19. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 97

Tabel 4.20. Hasil Uji Determinasi antara Partisipasi Anggaran terhadap

Budgetary Slack 99

Tabel 4.21. Hasil Uji F Statistik Antara Partisipasi Anggaran terhadap

Budgetary Slack 99

Tabel 4.22. Hasil Uji T Statistik Antara Partisipasi Anggaran terhadap

Budgetary Slack 101

Tabel 4.23. Hasil Uji Determinasi Asimetris Informasi dalam Memoderasi Partisipasi Anggaran terhadap Budgetary Slack 102 Tabel 4.24. Hasil Uji F Statistik Asimetris Informasi dalam Memoderasi

Partisipasi Anggaran terhadap Budgetary Slack 103 Tabel 4.25. Hasil Uji T Statistik Asimetris Informasi dalam Memoderasi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik 18

Gambar 2.2. Arah Aliran Data Partisipasi Anggaran 25

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran 38

Gambar 4.1. Lambang Kabupaten Subang 64

Gambar 4.2. Scatterplot Variabel Dependen 94

Gambar 4.3. Histogram Normalitas Data 96

(12)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses perencanaan dan realisasi anggaran memerlukan partisipasi dan

perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sejalan dengan berlakunya

UndangUndang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang

-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, lahirlah peraturan yang lebih rinci misalnya PP No.20/2004 tentang

Rencana Kerja Pemerintah, PP No. 21/2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran Kementrian Negara/Lembaga, PP No. 56/2005 tentang Sistem Informasi

Keuangan Daerah dan PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Anggaran merupakan sebuah alat bantu manajemen dalam menjalankan fungsi

perencanaan, koordinasi, komunikasi dan pengendalian. Anggaran merupakan alat

manajemen yang sangat penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen

di dalam suatu organisasi, mengalokasikan sumber daya dan mengkoordinasikan aktivitas

(Harefa, 2008). Selain itu, anggaran juga berfungsi sebagai alat perencanaan dan

pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif

dan efisien. Anggaran sebagai alat perencanaan mempunyai peranan dalam hal

merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu pusat pertanggungjawaban yang

(13)

berbagai kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan sebagai alat

pengendalian, anggaran berperan dalam hal penilaian kinerja manajer dengan melihat

sejauh mana manajer dapat mencapai target yang sudah ditetapkan dalam anggaran.

Proses penyusunan anggaran pada beberapa waktu lalu dilakukan dengan

sistem top-down, artinya atasan yang menentukan anggaran yang akan dijalankan

kedepannya dan bawahan hanya menjalankan apa yang sudah ditetapkan dalam

anggaran. Hal ini mengakibatkan tidak efektifnya kinerja bawahan. Dengan

adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi

memberikan konsekuensi perlunya perubahan pendekatan pada manajemen keuangan

daerah.

Namun otonomi daerah yang terbentuk menciptakan kesenjangan dalam

penganggaran daerah dimana kesenjangan terjadi antara divisi - divisi yang ada

dalam pemerintahan atau antara bawahan dengan atasan. Berdasarkan pada kondisi

tersebut di atas, maka kemudian munculah sistem penganggaran yang diharapkan

dapat meningkatkan kinerja manajer atau bawahan yaitu penganggaran pastisipasi

(participatory budgeting). Anggaran partisipatif adalah sebuah proses yang

menggambarkan dimana individu-individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan

mempunyai pengaruh terhadap target anggaran, dan perlunya penghargaan atas

pencapaian anggaran tersebut (Brownell, 1982 dalam Falikhatun, 2007). Semakin

tinggi keterlibatan individu dalam hal ini manajer tingkat bawah maka semakin tinggi

pula rasa tanggung jawab mereka untuk melaksanakan keputusan yang dihasilkan

bersama tersebut. Namun, keterlibatan manajer tingkat bawah dalam penyusunan

anggaran terkadang menimbulkan masalah lain yaitu kesenjangan anggaran atau

(14)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbedaan/selisih antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk

melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran

(Anggraeni, 2008).

Salah satu alasan diterapkannya anggaran partisipatif yaitu karena adanya

informasi asimetri, yaitu perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan

atasan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa alasan di antaranya yaitu karena

penetapan anggaran tidak dapat dilakukan seoptimal mungkin ketika subordinat atau

manajemen tingkat bawah memiliki informasi yang lebih baik tentang faktor

-faktor yang mempengaruhi kinerjanya dibandingkan superior atau manajemen tingkat

atas.

Oleh karena itu, diterapkanlah sistem anggaran partisipatif agar informasi

yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan dengan atasan. Namun, perbedaan

informasi antara bawahan dan atasan menjadi faktor utama terjadinya budgetary

slack, faktor lain yang juga mempunyai pengaruh yaitu penekanan anggaran dan

penilaian kinerja. Penerapan anggaran partisipatif diharapkan dapat mengurangi

perbedaan informasi yang dimiliki antara bawahan dengan atasan karena dalam

anggaran partisipatif, informasi yang dimiliki bawahan dapat dikomunikasikan

dengan atasan. Namun, kondisi tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya

senjangan anggaran jika bawahan memberikan informasi yang bias kepada atasan

(Falikhatun, 2007). Beberapa peneliti menemukan bahwa senjangan anggaran akan

menjadi lebih besar dalam kondisi informasi asimetri. Informasi asimetri adalah

kondisi dimana bawahan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan atasan.

Makna anggaran partisipasi di swasta dan di sektor publik akan

(15)

penyusunan anggaran daerah (APBD) (Abdullah, 2008). Melalui sistem ini,

semua pelaksana anggaran dilibatkan dalam penyusunan anggaran sehingga

tercapai kesepakatan mengenai penganggaran.

Anggaran Pemerintah Kabupaten Subang memiliki perencanaan yang

sesuai dengan yang diharapkan dan menjawab kebutuhan masyarakat.

Optimalisasi pendapatan daerah melalui upaya penggalian potensi pajak dan

retribusi sedangkan prioritas kebijakan belanja tidak akan terlepas dari Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sesuai dengan arah pembangunan daerah

Kabupaten Subang. Implementasi dari kebijakan dalam proses penyusunan dan

realisasi anggaran Pemerintah Kabupaten Subang dapat tercermin melalui

Laporan Realisasi Anggaran tahun 2009 – 2013 (terlampir) di pos pendapatan dan

belanja yang dirilis oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

Tabel 1.1

Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Subang

Tahun Anggaran 2009 – 2013

Tahun

Anggaran Realisasi Selisih Anggaran Realisasi Selisih

Pendapatan Pendapatan lebih/kurang Belanja Belanja lebih/kurang

2009 1,085,841 1,111,836 -25,995 1,092,411 1,074,026 18,384 2010 1,237,131 1,186,278 50,853 1,293,739 1,239,355 54,384 2011 1,410,432 1,405,974 4,458 1,420,963 1,351,795 69,168 2012 1,554,839 1,566,137 11,297 1,596,380 1,481,609 -114,771 2013 1,771,192 1,815,830 44,638 1,895,731 1,778,350 -117,380 (dalam jutaan rupiah)

Tabel tersebut menunjukkan kinerja para manajer pemerintah kurang

(16)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selisih kurang antara anggaran yang ditetapkan dengan anggaran sesungguhnya.

Dicermati dari data tersebut, Laporan Realisasi Anggaran APBD tahun

2009-2013, menunjukkan bahwa jumlah anggaran yang ditetapkan ada yang kurang dari

100% dan ada yang lebih dari 100% terealisasikan. Berdasarkan data tersebut

terlihat anggaran diestimasi dengan sengaja agar jumlah yang tertera lebih

tinggi atau bahkan lebih kurang dari yang seharusnya, sehingga dapat

menimbulkan senjangan anggaran.

Dilihat dari data tersebut dapat diketahui estimasi anggaran di tahun

berikutnya tidak memperhatikan realisasi anggaran tahun sebelumnya. Hal ini

terlihat dari rencana yang telah ditetapkan bahwa realisasi anggaran yang

dialokasikan cenderung mengalami peningkatan tetapi secara presentasi

realisasinya cenderung tidak stabil dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Hal ini

menunjukan bahwa belum seluruhnya realisasi anggaran dapat terserap oleh

alokasi belanja rutin maupun belanja pembangunan yang mengakibatkan sisa

lebih perhitungan pada setiap tahun anggaran.

Senjangan anggaran timbul apabila manajer sengaja menetapkan

pendapatan terlalu rendah atau menetapkan biaya terlalu besar. Salah satu kondisi

yang dapat menyebabkan timbulnya senjangan anggaran adalah adanya informasi

asimetri. Penelitian Armaeni (2012) menunjukkan bahwa partisipasi anggaran,

informasi asimetri dan penekanan anggaran berpengaruh terhadap budgetary

slack.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Apriyandi (2011) hasil

(17)

signifikan terhadap budgetary slack sehingga dapat disimpulkan bahwa informasi

asimetri memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary

slack. Artinya perbedaan informasi yang dimiliki bawahan dengan atasan sangat

mempengaruhi hubungan antara anggaran partisipatif dengan budgetary

slack. Afiani (2010) juga membuktikan bahwa informasi asimetri memiliki

pengaruh terhadap senjangan anggaran, asimetri informasi tinggi maka

senjangan anggaran juga akan tinggi.

Secara parsial, masing-masing variabel partisipasi anggaran, informasi

asimetris dan penekanan anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap

timbulnya budgetary slack. Berdasarkan hasil penelitian ini dikatakan apabila

partisipasi anggaran, informasi asimetris dan penekanan anggaran pada SKPD

Pemerintah Kabupaten Pinrang tersebut tinggi, maka budgetary slack juga akan

tinggi. Berbagai penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh Dunk (1993) dalam Falikhatun (2007) dalam hasil penelitiannya mengatakan

bahwa interaksi antara partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis

mempunyai hubungan yang negatif dengan budgetary slack tetapi korelasinya

signifikan, halini ketika partisipasi, informasi asimetri dan budget emphasis tinggi

maka budgetary slack rendah dan begitu juga sebaliknya.

Partisipasi anggaran dinilai mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku

anggota organisasi (Murray,1990 dalam Sumarno, 2005). Utomo (2006) mengemukakan

bila partisipasi anggaran tidak dilaksanakan dengan baik dapat mendorong

bawahan/pelaksana anggaran melakukan senjangan anggaran. Hal ini mempunyai

implikasi negatif seperti kesalahan alokasi sumber daya dalam evaluasi kinerja bawahan

(18)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fisher, Frederickson dan Peffer (2002) menemukan bahwa senjangan anggaran akan

menjadi lebih besar dalam kondisi asimetri informasi. Hal ini sejalan dengan Utomo

(2006) dimana asimetri informasi mendorong bawahan/pelaksana anggaran membuat

senjangan anggaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa asimetri informasi merupakan

pemicu (antecedent) senjangan anggaran.

Hasil penelitian – penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. Falikhatun (2007) mengatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh

positif signifikan terhadap budgetary slack. Penelitian terhadap pengaruh anggaran

partisipatif dengan budgetary slack juga dilakukan oleh Hafsah (2005) yang

mengatakan bahwa anggaran partisipatif berpengaruh secara signifikan terhadap

kesenjangan anggaran. Antle dan Eppen (1985) dan Lukka (1988) dalam Muhammad

(2001) berpendapat bahwa semakin tinggi partisipasi, maka semakin tinggi

kecenderungan menciptakan slack, ini disebabkan oleh asimetris informasi. Afiani

(2010) juga membuktikan bahwa informasi asimetri memiliki pengaruh terhadap

senjangan anggaran, asimetri informasi tinggi maka senjangan anggaran juga

akan tinggi.

. Sedangkan, Camman (1976), Merchant (1985) dan Onsi (1973) dalam

Muhammad (2001) menunjukan hasil yang berlawanan, hasil penelitian mereka

menunjukan bahwa partisipasi dapat mempengaruhi penurunan dalam slack yang

ditandai dengan adanya komunikasi yang positif antara para manajer sehingga

bawahan tidak menciptakan budgetary slack.

Penelitian ini mengacu kepada penelitian yang pernah dilakukan oleh Supanto

(19)

yang dipengaruhi oleh informasi asimetri, motivasi dan budaya organisasi sebagai

variabel moderasi. Namun dalam penelitian ini variabel budaya organisasi dan motivasi

tidak dimasukkan sebagai variabel moderasi karena penelitian Supanto menunjukkan

bahwa kedua variabel tersebut tidak memoderasi hubungan antara anggaran partisipatif

dengan budgetary slack. Oleh karena itu penulis mencoba memasukan asimetris

informasi sebagai variabel moderasi.

Penelitian mengenai hubungan antara anggaran partisipatif dengan

budgetary slack belum banyak dilakukan di sektor publik, sebagian besar

dilakukan pada sektor swasta khususnya manufaktur. Padahal organisasi sektor

publik yang meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, yayasan, BUMN,

BUMD dan LSM memiliki karakteristik anggaran yang sangat berbeda dengan

sektor swasta terutama pada proses penyusunan anggaran dan pelaporan

keuangannya. Anggaran pada sektor publik terkait dengan proses penentuan

jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter

yang menggunakan dana milik masyarakat.

Karena adanya inkonsistensi hasil dari berbagai penelitian di atas maka

penulis tertarik melakukan penelitian yang berkaitan dengan terjadinya

budgetary slack yang disebabkan oleh anggaran partisipatif dan variabel lain

yang mempengaruhi hubungan keduanya yaitu informasi asimetri. Judul

penelitian yang penulis pilih yaitu “Pengaruh Anggaran Partisipatif terhadap

Budgetary Slack dengan Variabel Moderating Asimetris Informasi di

(20)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Apakah anggaran partisipatif mempunyai pengaruh negatif terhadap

budgetary slack?

2. Apakah asimetris informasi tidak memoderasi pengaruh anggaran

partisipatif terhadap senjangan anggaran?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar anggaran

partisipatif mempengaruhi senjangan anggaran yang dimoderasi oleh asimetris

informasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah adalah:

1. Untuk menguji apakah anggaran partisipatif berpengaruh negatif

terhadap budgetary slack.

2. Untuk menguji apakah asimetris informasi tidak memoderasi pengaruh

(21)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Aspek Teoritis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan

akuntansi terutama dalam bidang sektor publik, akuntansi keperilakuan, dan

akuntansi manajemen terkait dengan hubungan anggaran partisipatif dengan

budgetary slack. Diharapkan juga hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Aspek Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi

Pemerintah Kabupaten Subang dalam rangka penyusunan anggaran dan hal-hal

yang terkait di dalamnya. Bagi penulis sendiri, melalui penelitian ini memberikan

kesempatan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman terutama terkait

(22)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Obyek penelitian merupakan suatu entitas dalam melakukan berbagai macam

hal yang akan diteliti. Penelitian ini meneliti bagaimana pengaruh partisipasi

anggaran Pemerintah Kota Subang dalam menciptakan senjangan anggaran yang

dimoderasi oleh asimetris informasi. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek

penelitian adalah partisipasi anggaran Pemerintah Kota Subang berdasarkan

pengaruhnya terhadap senjangan anggaran yang dimoderasi oleh asimetris informasi.

Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Subang.

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh anggaran partisipatif terhadap budgetary

slack belum banyak dilakukan di sektor publik, kebanyakan hanya melakukan

penelitian di sektor swasta. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian di

sektor publik yaitu di Pemerintah Kabupaten Subang.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Menurut M. Nazir

(1983:54) mengatakan bahwa:

(23)

fakta-fakta, sifat, hubungan serta pengaruh antar fenomena yang diselidiki.

Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian korelasional.

Korelasional sebagaimana yang diungkapkan oleh Husein Umar (2008: 47)

bahwa:

Metode korelasional adalah riset yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaan utama dengan metode yang lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan sekedar deskripsi. Periset dapat mengetahui berapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan.

Metode korelasional digunakan dalam penelitian ini dikarenakan untuk

mengetahui pengaruh partisipasi anggaran terhadap kesenjangan anggaran

dengan variabel moderating asimetris informasi yang kemudian diambil

kesimpulan.

3.3. Definisi dan Operasionalisasi Variabel

3.3.1. Definisi Variabel

Informasi asimetri adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara

bawahan dengan atasan tentang suatu pusat pertanggungjawaban. Informasi

asimetri tersebut diantaranya yaitu pertama, manajer mengetahui lebih baik

mengenai kegiatan pusat pertanggungjawabannya dibanding dengan atasannya

atau sebaliknya dan kedua, manajer mengetahui lebih baik apa yang bisa dicapai

oleh pusat pertanggungjawabannya atau sebaliknya. Informasi asimetri dalam

(24)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikembangkan oleh Dunk (1993) yang dikutip dari Anggraeni (2008) terdiri dari

enam item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-5

Anggaran partisipatif adalah proses penyusunan anggaran yang melibatkan

manajer pusat pertanggungjawaban dalam penyusunan anggaran. Anggaran

partisipatif dapat berupa keikutsertaan manajer pusat pertanggungjawaban dalam

penyusunan anggaran, keterlibatan dalam memberikan pendapat dan seringnya

manajer puncak menanyakan pendapat manajer pusat pertanggungjawaban dalam

menyusun anggaran. Untuk mengukur variabel anggaran partisipatif digunakan

kuesioner yang merupakan kuesioner yang dikembangkan oleh Milani (1975) yang

dikutip dari Anggraeni (2008) yang terdiri dari enam item pertanyaan yang diukur

dengan menggunakan skala likert 1-5.

Budgetary slack adalah perbedaan jumlah anggaran yang disusun manajer

pusat pertanggungjawaban dengan estimasi terbaik perusahaan. Budgetary slack

biasanya dilakukan dengan menetapkan pendapatan lebih rendah daripada

estimasi terbaik yang bisa dicapai dan menetapkan biaya yang terlalu tinggi dari

estimasi yang seharusnya bisa lebih rendah atau menyatakan jumlah input terlalu

tinggi dari yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu unit output. Indikator

adanya budgetary slack antara lain yaitu sulit atau tidaknya target anggaran

dicapai, pengeluaran yang terjadi dalam pusat pertanggungjawaban tidak dibatasi

oleh anggaran, ada tidaknya tuntutan khusus dalam anggaran, dan target umum

yang ditetapkan dalam anggaran sulit untuk dicapai. Untuk mengukur variabel

(25)

dikembangkan oleh Dunk (1993) yang dikutip dari Anggraeni (2008) yang terdiri

dari 6 (enam) item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-5.

3.2. Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan sebuah pengukuran variabel, berkaitan

dengan fungsi variabel yang dapat diukur ke dalam indikator tertentu untuk

memberi gambaran yang lebih kongkret mengenai abstraksi variabel yang

diwakilinya. Hal ini dilakukan sebagai pedoman bagi peneliti dalam mengumpulkan

data untuk menjawab masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

Variabel-variabel yang akan diteliti akan diberi batasan-batasan secara operasional, agar

menghindari kekeliruan dalam menafsirkan masalah.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel penelitian yaitu partisipasi anggaran

(variabel independen), asimetris informasi (variabel moderasi) dan senjangan

anggaran (variabel dependen).

 Keikutsertaan ketika anggaran sedang disusun

O  Alasan atasan membuat revisi anggaran

 Frekuensi meminta pendapat dan usulan tentang anggaran kepada atasan

 Pengaruh yang dirasakan atas anggaran final

 Pandangan atasan/tim atas kontribusinya terhadap angaran

(26)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Asimetris Informasi (Variabel X2)

 Informasi yang dimiliki bawahan dibandingkan dengan atasan

 Hubungan input-output yang ada dalam operasi internal

 Kinerja potensial

 Teknis pekerjaan

 Mampu menilai dampak potensial

 Pencapaian bidang kegiatan

 Kemampuan standar anggaran dalam mendorong produktivitas yang tinggi  Sulit tidaknya target anggaran di dalam pusat

pertanggungjawaban dicapai/diwujudkan

 Pengeluaran yang terjadi dalam pusat

pertanggungjawaban tidak dibatasi anggaran

 Ada tidaknya tuntutan khusus dalam anggaran

 Target anggaran mendorong pihak manajemen untuk meningkatkan efisiensi dalam pusat pertanggungjawaban

 Target umum yang ditetapkan dalam anggaran sulit dicapai

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah

(SKPD) Kabupaten Subang. Jumlah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah ) di

Kabupaten Subang berjumlah 62 SKPD yang terdiri atas ; 32 SKPD Badikan (Badan,

Dinas, Kantor) dan 30 SKPD Kecamatan. Kelompok yang menjadi responden yang

akan diambil adalah pejabat setingkat kepala bidang/bagian/subbagian dengan masa

(27)

melalui metode survei serta distribusi langsung (direct distribution method) yaitu

mendatangi responden secara langsung untuk menyerahkan dan mengumpulkan

kembali kuesioner.

3.4.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sedangkan menurut Umar (2008) sampel

merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampel jenuh, dimana semua populasi dijadikan sebagai sampel

penelitian. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu pegawai yang mempunyai

jabatan struktural dalam SKPD sehingga yang menjadi responden adalah pegawai

setingkat kepala bidang/bagian/subbagian yang mengerti tentang proses

penganggaran pada wilayah tanggung jawabnya.

Adapun yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel

adalah manajer tingkat menengah dan tingkat bawah di pemerintah daerah yaitu

anggota SKPD setingkat kepala bidang/bagian/subbagian dari badan, dinas dan

kecamatan Kabupaten Subang yang berkaitan dengan penyusunan anggaran.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan mekanisme dalam memperoleh data

yang sesuai dengan apa yang diperlukan dalam fungsi-fungsi tertentu. Hal

(28)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Penggunaan Kuesioner

Penggunaan kuesioner adalah cara-cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pernyataan (angket) atau daftar isian terhadap objek yang

diteliti (populasi).

2. Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan langsung tanya jawab

kepada objek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan

terkait dengan objek yang diteliti.

Metode yang digunakan untuk memperoleh data dari responden yaitu

metode survey dengan menggunakan kuisioner yang berisi sejumlah pertanyaan

yang berkaitan dengan anggaran partisipatif, informasi asimetri dan budgetary

slack. Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi satu per satu

responden, kemudian mengecek apakah sesuai kriteria kemudian menanyakan

kesediaannya dalam mengisi kuisioner. Prosedur ini penting untuk menjaga agar

responden mengisi kuisioner dengan sungguh-sungguh. Kuisioner yang diberikan

terdiri dari 2 bagian pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui identitas

responden dan persepsi responden mengenai anggaran partisipatif, informasi

asimetri dan budgetary slack. Teknik skala pengukuran menggunakan skala

pengukuran ordinal. Dengan skala ordinal maka jawaban setiap item instrumen

dinilai dari sangat positif sampai sangat negatif yaitu dari skala 1 sampai skala 5.

(29)

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang akan disebarkan ke setiap

responden yang menjadi objek penelitian dengan ketentuan sebagai berikut.

1. Partisipasi Anggaran (X1)

Pengukuran keterlibatan dan pengaruh seorang pemimpin dan

bawahan/pegawai dalam proses penyusunan anggaran digunakan intrumen yang

dikembangan oleh Milani (1975). Jawaban pertanyaan disusun dengan

menggunakan skala Likert dengan rentang satu sampai lima. Setiap responden

diminta untuk menjawab enam butir pertanyaan yang mengukur tingkat partisipasi

responden, pengaruh yang dirasakan dan kontribusi responden dalam proses

penyusunan anggaran, dengan cara memilih satu nilai dalam skala satu sampai

lima. Skala rendah (nilai 1) menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah (sangat

tidak setuju), sebaliknya skala tinggi (nilai 5) menunjukkan tingkat partisipasi

yang tinggi (sangat setuju). Nilai skala menunjukkan nilai skor jawaban setiap

butir pernyataan. Penggunaan skala tersebut dapat digunakan untuk mengukur

reliabilitas dan validitas instrumen, dengan syarat tingkat reliabilitas instrumen

penelitian yang dapat diterima yakni skor cronbach alpha di atas 0,06 (Nunnally,

1967 dalam Ghozali, 2007:42).

(30)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan ukuran senjangan anggaran mengacu pada penelitian yang

dilakukan Latuheru (2005:80). Item-item pertanyaan yang dipakai dalam pengukuran

senjangan anggaran menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Dunk, 1993

(dalam Latuheru 2005:80) dengan enam item pertanyaan. Jawaban pertanyaan

disusun dengan menggunakan skala Likert dengan rentang satu sampai lima.

Responden diminta untuk menyatakan pendapat yang mengukur kecenderungan

penciptaan senjangan dengan cara memilih satu nilai dari skala satu sampai lima.

Skala rendah (nilai 1) menunjukkan pendapat sangat tidak setuju, sebaliknya skala

tinggi (nilai 5) menunjukkan pendapat sangat setuju.

3. Asimetris Informasi (X2)

Asimetris informasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu

kondisi yang terjadi ketika bawahan memliki informasi lebih dibanding atasan

mengenai suatu unit organisasi atau pusat pertanggungjawaban bawahan. Untuk

mengukur persepsi responden atas asimetris informasi, digunakan instrumen yang

dikembangkan Dunk (1993) dalam Widiastuti (2006) yang terdiri dari 6

pertanyaan. Jawaban pertanyaan disusun dengan menggunakan skala Likert

dengan rentang satu sampai lima. Responden diminta untuk menyatakan pendapat

yang mengukur besarnya peran informasi antara atasan dan bawahan dalam suatu

organisasi yang mempengaruhi saat melakukan partisipasi pada pembuatan

(31)

(nilai 1) menunjukkan pendapat sangat tidak setuju, sebaliknya skala tinggi (nilai

5) menunjukkan pendapat sangat setuju.

3.7. Teknik Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis

3.7.1. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini terdapat tiga kelompok variabel yaitu variabel dependen

(Y) yakni senjangan anggaran, variabel independen (X1) yaitu partisipasi anggaran,

serta variabel moderating (X2) asimetri informasi.

Data di lapangan diperoleh dengan cara peneliti menyediakan instrumen

penelitian. Instrumen penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam suatu

penelitian, karena dengan instrumen ini peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan

data yang diperlukan guna pengujian terhadap hipotesis.

Setelah instrumen penelitian dianggap akurat dan pasti maka dilakukan penentuan

sampel. Langkah selanjutnya penyebaran angket kepada responden yang telah

ditetapkan. Kemudian setelah data diperoleh dari lapangan, maka langkah selanjutnya

adalah pengolahan data. Untuk pengolahan data dikelompokkan menjadi tiga tahap

persiapan, tabulasi dan penerapan data/analisis data.

(32)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari hasil kuesioner dan memberikan nilai/pembobotan (scoring) sesuai dengan

pedoman/sistem penilaian yang diterapkan.

Penerapan data/analisis data dilaukan dengan menggunakan stastistik untuk

menguji hipotesis yaitu melalui Regresi sederhana (simple regression) digunakan

penulis untuk menghubungkan anatara partisipasi anggaran dengan senjangan

anggaran. Selain itu, penulis juga menggunakan analisa regresi dengan selisih mutlak

(pengurangan) dengan menggunakan standrized score untuk melihat pentingnya

masing-masing variabel bebas secara relatif dalam mengeliminasi perbedaan atau

mempertemukan kondisi (matching condition) unit ukuran variabel bebas (Frucot and

Sheron, 1991 dalam Imam Ghozali, 2007:167-168). Teknik analisis ini mensyaratkan

data berskala sekurang-kurangnya data berskala interval. Oleh sebab itu melalui

Methods of Succesive Internal (MSI) dilakukan transformasi data berskala ordinal

menjadi data berskala interval dengan langkah sebagai berikut:

1. Perhatikan setiap item pertanyaan.

2. Tentukan frekuensi setiap skor pertanyaan. Untuk semua item pertanyaan dihitung frekuensi jawabannya, berapa responden yang menjawab untuk mendapatkan masing-masing skor 1, 2, 3, 4, atau 5.

3. Tentukan proporsi (P) tiap skor jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.

4. Tentukan proporsi (p) tiap skor jawaban secara kumulatif.

5. Hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif dari tiap skor dengan menggunakan tabel distribusi normal.

6. Tentukan nilai densitas yang diambil dari nilai Z untuk setiap skor dengan menggunakan tabel Densitas atau menghitung nilai fungsi kepadatan dengan menggunakan rumus:

7. Menghitung SV (Skala Value) untuk masing-masing kategori responden, dengan rumus:

��� � � �

= �� � � � � �� �� � − �� � � � �� � � � �� � − �� � � � �� �� �� �� �

Keterangan:

(33)

Dencity at Upper Limit : Kepadatan Batas Atas

Area Bellow Upper Limit : Daerah di Bawah Batas Atas Area Below Lower Limit : Daerah di Bawah Batas Bawah 8. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:

NT = NS + (1+|NSmin|)

Dimana |NSmin| adalah harga mutlak NS yang paling kecil dari skor yang tersedia.

Untuk memudahkan interpretasi, posisi awal diberi nilai skala 1 (satu), kemudian bobot pada kategori respon lainnya disesuaikan (adjusted). 9. Menyiapkan pasangan data variabel independen dan dependen dari semua

sampel penelitian untuk pengujian hipotesis. (Husein Umar, 2008:168-169) Agar lebih mempermudah, maka pengolahan dilakukan dengan bantuan Microsoft Office Excel.

3.7.2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel.

Namun, mengingat instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner,

maka kesungguhan responden dalam mengisi kuesioner sangat dibutuhkan agar

kedua syarat tersebut terpenuhi.

Instrumen atau pengukuran yang digunakan pada penelitian terdahulu

yang lebih teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk

menggambarkan tingkat kemampuan suatu instrumen dalam mengukur apa yang

hendak diukurnya. Pengujian validitas setiap item pernyataan dilakukan dengan

menghitung korelasi Product Moment Pearson dengan syarat minimum suatu

item dianggap valid adalah nilai r ≥ 0,30 (Sugiyono, 2013:116). Uji validitas pada

penelitian ini dilakukan dengan analisa item antara skor satu item dengan skor

total yang dilakukan dengan rumus Product Moment Pearson, (Husein Umar,

(34)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dimana:

r = korelasi

N = skor item

n = banyaknya responden

Y = skor total

Sedangkan Reliabilitas pengukuran ditentukan dengan menghitung

koefisien Cronbach Alpha dari masing-masing instrumen dalam satu variabel.

Instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien Cronbach

Alpha yang semakin mendekati 1 (>0,60), semakin tinggi koefisien internal

reliabilitasnya (Nunnally, 1967, dalam Imam Ghozali, 2007:42).

Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji kekonsistenan alat ukur dalam

mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus koefisien

Cronbach Alpha (Husein Umar, 2008:58) sebagai berikut:

Dimana:

α = Cronbach’s coefficient alpha

k = jumlah pecahan

∑ ���2 = total dari varian masing-masing pecahan

(35)

3.7.3. Uji Asumsi Klasik

a. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas akan mengakibatkan koefisien regresi tidak pasti atau

mengakibatkan kesalahan standarnya menjadi tidak terhingga sehingga

menimbulkan bias spesifikasi. Multikolinearitas dilihat dari (1) nilai korelasi dan

(2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai

cutoff yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Imam Ghozali, 2007:91-92).

Selain itu, dilihat juga pada besaran korelasi antar variabel independen tidak lebih

di atas 0,90 akan menunjukkan regresi yang bebas multikolinearitas dan melihat

nilai koefisien korelasi tiap variabel (Santoso, 2005:240).

Menurut Imam Ghozali (2007:91) Suatu regresi yang baik yaitu model

regresi yang nonmultikolinearitas, artinya antara variabel independen yang satu

dengan yang lain dalam model regresi tidak saling berhubungan secara sempurna.

Jika suatu model regresi mengandung multikolinearitas maka kesalahan standar

estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independen.

b. Pengujian Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada

(36)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara untuk

mendekteksi adanya autokorelasi dalam peneitian ini adalah dengan menggunakan

Durbin-Watson (DW) Statistic (Santoso, 2005).

Tabel 3.2

Kriteria Nilai Durbin-Watson

Durbin Watson Kesimpulan

Kurang dari 1,10 Ada Korelasi

1,10-1,54 Tanpa Kesimpulan

1,55-2,45 Tidak ada autokorelasi

2,46-2,90 Tanpa Kesimpulan

Lebih dari 2,91 Ada Korelasi

c. Pengujian Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari redusial satu pengamatan ke pengamatan yang

lain (Imam Ghozali, 2007:105). Lebih lanjut dikatakan Imam Ghozali bahwa jika

variance dari redusial satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas dan model regresi

yang baik adalah homoskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya

heteroskedastisitas dalam penelitian ini, yaitu dengan melihat Grafik Plot antara

nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

dimana sumbu Y adalah Y yang telah diperdiksi, dan sumbu X adalah residual (Y

prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Imam Ghozali, 2007:105).

(37)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heterosdastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas atau di

bawah 0 pada sumbu Y, maka hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Pengujian Normalitas Data

Uji normalitas menurut Imam Ghozali (2007:110) bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas data dilakukan

dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif

dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal

dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi

data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya (Imam Ghozali, 2007:110).

Selanjutnya pengujian dilanjutkan dengan uji statistik non-parametrik One

Sample Kolomogrov-Smirnov (K-S). Apabila nilai probabilitas melebihi taraf

signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka data yang dijadikan dalam penelitian

ini berdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka

data yang dijadikan dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal.

(38)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi

setelah bebas dari pelanggaran asumsi klasik, agar hasil pengujian dapat

diinterpretasikan dengan tepat. Regresi sederhana (simple regression) digunakan

penulis untuk menghubungkan antara partisipasi anggaran dengan senjangan

anggaran. Selain itu, penulis juga menggunakan analisa regresi yang disebut

sebagai model nilai selisih mutlak untuk menguji pengaruh moderasi dari variabel

asimetris informasi.

Metode ini digunakan untuk menguji partisipasi anggaran dengan variabel

moderasi (asimetris informasi) dalam hal mempengaruhi meningkatnya senjangan

anggaran. Dalam hal ini model regresi yang digunakan adalah uji nilai selisih

mutlak (pengurangan) dengan menggunakan standarized score untuk melihat

pentingnya masing-masing variabel bebas secara relatif dalam mengeliminasi

perbedaan atau mempertemukan kondisi (matching condition) unit ukuran

variabel bebas (Frucot and Sheron, 1991 dalam Imam Ghozali, 2007:167- 168).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Hipotesis pertama: Partisipasi anggaran berpengaruh negatif terhadap

senjangan anggaran.

Karena itu secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

H01 : b0 = 0, yang berarti partisipasi anggaran berpengaruh negatif

terhadap senjangan anggaran.

Ha1 : Sekurang-kurangnya ada satu bi ≠ 0, yang berarti bahwa partisipasi

(39)

Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama (1)

dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi (Sugiyono, 2013:270).

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

SA = a + b0AP + e...(1)

Dimana :

SA = senjangan anggaran

AP = anggaran partisipatif

a = harga konstan

b0 = koefisien regresi

e = faktor kesalahan (error)

Hipotesis pertama diuji dengan menggunakan regresi linear sederhana

(simple regression) dengan melihat nilai thitung dan ttabel atau p-value dengan

ketentuan hipotesis alternatif diterima jika:

1. thitung > ttabel

2. atau p-value kurang dari 0,05.

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi secara parsial pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen dalam model regresi yang sudah

dihasilkan. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 5% (α = 0,05).

Kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut:

1. H01 ditolak jika Sig thitung < α (tingkat signifikansi yang digunakan)

(40)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Hipotesis kedua: Asimetris informasi dapat memoderasi pengaruh

partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran.

Karena itu secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

H02 : b0,1 = 0, yang berarti bahwa partisipasi anggaran terhadap senjangan

anggaran tidak dimoderasi oleh asimetris informasi.

Ha2 : Sekurang-kurangnya ada satu bi ≠ 0, yang berarti bahwa partisipasi

anggaran terhadap senjangan anggaran dimoderasi oleh asimetris

informasi.

Untuk menguji hipotesis kedua, maka dalam penelitian ini menggunakan

analisis regresi dengan pendekatan Nilai Selisih Mutlak (pengurangan) partisipasi

anggaran dengan asimetris informasi. Hipotesis kedua ini diuji dengan

membandingkan pada nilai t atau p-value. Hipotesis alternatif diterima jika:

1. thitung > ttabel

2. atau p-value kurang dari 0,05.

Berdasarkan satu pengujian terhadap hipotesis kedua tersebut diatas, maka

model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

SA = a + b0AP + b1AI + b3 [PA – AI] + e………..(2)

Dimana:

SA = Senjangan Anggaran

AP = Anggaran Partisipatif

AI = Asimetris Informasi

(41)

b0,b1,b3 = koefisien regresi

e = faktor kesalahan (error)

Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi secara parsial

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian uji t

adalah sebagai berikut: Apabila nilai signifikan thitung lebih rendah dibandingkan

dengan alpha yang digunakan (5%) maka dapat dikatakan bahwa variabel

moderasi dapat menguatkan pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dalam model yang digunakan, demikian juga sebaliknya, apabila thitung

lebih besar dari alpha yang digunakan (5%) maka dapat dikatakan bahwa

variabel moderasi tidak dapat menguatkan pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen dalam model yang digunakan. Kriteria pengujian Uji

t adalah sebagai berikut:

1. H02 ditolak jika Sig thitung< α (tingkat signifikansi yang digunakan)

2. H02 diterima jika Sig thitung> α (tingkat signifikan yang digunakan)

Tingkat signifikansi yang digunakan dalam analisis adalah 0,05 (5%).

Untuk mempermudah menganalisis dan menguji hipotesis yang diajukan, maka

data-data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer

(42)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, yang didukung oleh data dan

teori dalam pembahasan, penulis memberikan simpulan, sebagai berikut:

1. Partisipasi anggaran berpengaruh positif dan langsung terhadap munculnya

budgetary slack (senjangan anggaran). Dengan perkataan lain bahwa semakin

tinggi tingkat partisipasi dalam penyusunan anggaran maka akan semakin

tinggi senjangan anggaran yang terjadi.

2. Informasi asimetris berpengaruh secara signifikan terhadap senjangan

anggaran dengan arah positif. Ketika informasi asimetri meningkat dalam

proses penyusunan anggaran, akan memicu meningkatnya senjangan

anggaran. Semakin tinggi informasi asimetri akan semakin tinggi senjangan

anggaran yang terjadi pada Pemerintah Kabupaten Subang. Terjadinya

asimetri informasi karena adanya ketidakseimbangan dalam kepemilikan

informasi antara manajer atas dan bawah. Hal itu terjadi karena manajer

bawah lebih terlibat langsung dalam operasional sehari-hari organisasi jika

(43)

5.2 Saran

Berdasarkan uraian teori, pengolahan data, pembahasan pada bab

sebelumnya, dan kesimpulan di atas maka peneliti menyampaikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Senjangan anggaran yang terjadi dalam ruang lingkup SKPD Pemerintah

Kabupaten Subang yang merupakan konsekuensi disfungsional anggaran

dalam sebuah organisasi yang disebabkan oleh partisipasi anggaran, sejatinya

dapat dihindari dengan selalu mengontrol bagaimana para pejabat di

pemerintah dapat melaksanakan tugas pokok yang berlandaskan kinerja,

bukan target angka semata. Para pemangku kebijakan di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Subang diharapkan dapat memberikan keikutsertaan

yang jelas akan tujuan dan sasaran anggaran yang akan ditetapkan.

2. Asimetris informasi di lingkup Pemerintah Kabupaten Subang, yang menjadi

kajian variabel moderating dalam penelitian mengenai hubungan antara

partisipasi anggaran terbukti berpengaruh. Informasi yang dimiliki bawahan

akan sangat bermanfaat bagi penetapan anggaran agar tidak terjadi budgetary

slack dalam penyusunan anggaran. Jika manajer tingkat bawah

mengungkapkan semua informasi yang dimiliki tentang wilayah

tanggungjawab mereka maka penyusunan anggaran menjadi akurat dalam

mencapai tujuan bersama. Maka dari itu, pemerintah daerah perlu melihat dan

menyesuaikan metode kerja, dan integritas dari perubahan yang terjadi dalam

(44)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

selalu mengevaluasi antara efektivitas metode, arus informasi, dan hasil kerja

di setiap instansi.

3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya lebih memperluas kajian dari aspek

organisasi yang dapat mempengaruhi fenomena senjangan anggaran yang

diteliti seperti gaya kepemimpinan, komitmen organisasi dan lain sebagianya.

Kemudian juga dapat menggunakan sampel yang lebih banyak pada obyek

penelitian yang lebih luas dan instrumen penelitian yang lebih konstektual

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Afiani, Dina Nur. 2010. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Penekanan Anggaran dan

Asimetri Informasi terhadap Senjangan Anggaran. Jurnal Akuntansi

Universitas Diponegoro. Semarang.

Anggraeni, Rika Sari. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Information Asymetry,

dan Budget Emphasis terhadap Slack Anggaran (Studi Pada PT. Jasa Raharja

(Persero) Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam

Indonesia.Yogyakarta

Anissarahma, Dini. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetris,

Budget Emphasis dan Komitmen Organisasi Terhadap Timbulnya Slack

Anggaran (Studi Kasus Pada PT. Telkom Yogyakarta). Skripsi.

Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian

Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

Apriyandi. 2011. Pengaruh Informasi Asimetri Terhadap Hubungan Antara

Anggaran Partisipatif dengan Budgetary Slack. Skripsi. Universitas

(46)

Chandra Sandika, 2015

PENGARUH ANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP BUDGETARY SLACK DENGAN VARIABEL MODERATING ASIMETRIS INFORMASI DI PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Armaeni. 2012. Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran, Informasi Asimetri Dan

Penekanan Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran (Budgetary Slack)

(Studi Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Pinrang). Skripsi. Jurusan akuntansi

Fakultas ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar

Asriningati. 2006. Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpasian Lingkungan

Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dengan Senjangan

Anggaran (Studi Kasus Pada Perguruan Tinggi Swasta di Daerah Istimewa

Yogyakarta). Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga.

Departemen Dalam Negeri.2008. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

Pembangunan Daerah (RKPD). Jakarta

Brownell, P. dan M. McInnes. 1986. Budgetary Participation, Motivation, and

Managerial Performance. The Acccounting Review. Vol. LXI(4). October:

587-600.

Darlis, Edfan. 2002. Analisis Pengaruh Komitmen Organisasi dan Ketidakpastian

Lingkungan terhadap Hubungan antara Partisipasi dengan Senjangan

(47)

Dunk, Alan S. 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on

the Relation Between Budgetary Participation and Slack. TheAccounting

Review.

Falikhatun, 2007. Interaksi Informasi Asimetri, Budaya Organisasi dan Group

Cohensiveness Dalam Hubungan Antara Partisipasi Penganggaran dan

Budgetary Slack (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Umum Daerah Se-Jawa

Tengah). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Makassar

Falikhatun, 2007. Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Budgetary Slack

dengan Variabel Pemoderasi Ketidakpastian Lingkungan dan Kohesivitas

Kelompok. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Volume 6, no. 2. Surakarta

Fitri, Yulia. 2007. Senjangan Anggaran : Pengaruh Informasi Asimetri, Partisipasi

Penganggaran dan Komitmen Organisasi (Studi Empiris pada Universitas

Swasta di Kota Bandung). Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 2 no. 3. Gorontalo

Garrison, Ray H, dan Eric W. Norren. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba

Empat

Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.

Gambar

Gambar 2.1. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik Gambar 2.2. Arah Aliran Data Partisipasi Anggaran Gambar 2.3
Tabel tersebut menunjukkan kinerja para manajer pemerintah kurang
Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Untuk Memenuhi Persyaratan Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) Pada. Fakultas Teknik Jurusan Sipil

Berbicara mengenai aplikasi smartphone dengan OS tertentu, pada tugas akhir ini dirancang sebuah sistem dan aplikasi messenger berbasis Windows Phone

Berapa besar konsentrasi maksimum debu ambien berdasarkan model sebaran Gauss yang berasal dari sumber industri semen..

Bagi dosen-dosen yang ingin atau berminat melakukan penelitian dengan menggunakan pendanaan mandiri (dana pribadi) wajib melapor menyusun proposal dan diketahui

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 320 ayat (1) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa