• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Permenkes No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/ 1/ 2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Antidiabetika Generik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaan Permenkes No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/ 1/ 2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Antidiabetika Generik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERMENKES NO. HK. 02. 02/ MENKES/ 068/ 1/ 2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN ANTIDIABETIKA GENERIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RAWAT

INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2010

Dana Wingga Pragmahati NIM :078114017

INTISARI

Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 merupakan peraturan yang diwajibkan pemerintah kepada instalasi kesehatan pemerintah untuk memenuhi ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Salah satu obat yang menggunakan obat generik adalah antidiabetika generik untuk penderita Diabetes Mellitus tipe II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu instalasi pemerintah yaitu RSUD Soewondo Pati sudah menjalankan Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 atau belum.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data diperoleh dari Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Farmasi bagian rawat inap RSUD Soewondo Pati.

Pasien yang dirawat di rawat inap RSUD Soewondo Pati sebagian besar dalam rentang usia 45-59 tahun sebesar 73,02% dan paling banyak pasien perempuan 63,49% sedangkan laki-laki 36,71%. Peresepan antidiabetika sudah dengan nama generik meskipun belum mencapai target Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 sebesar 80-90%. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Permenkes 2010 terutama untuk Pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap adalah sugesti pasien terhadap obat bermerek, persepsi pasien terhadap obat generik, ada tidaknya jenis generik dari obat yang sesuai untuk pasien, permintaan pasien, dan stok obat dari farmasi. Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 baru 56% dilaksanakan di RSUD Soewondo Pati. Kata kunci : Permenkes RI No.Hk.02.02/Menkes/068/I/2010, diabetes

(2)

ABSTRACT

The Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010 isrequired by the government regulations to be applied on governmental health installation to provide the supply of quantity and type of generic drugs which are affordable by the community. One type of generic drugs is antidiabetica generic for the patients of Diabetes Mellitus Type II. This study aims to find out if RSUD Soewondo Pati has been applying Permenkes RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010 or not.

This study is non experimental research using descriptive evaluative design retrospectively. The data was obtained from Medical Record and Pharmacy installation of inpatient section in RSUD Soewondo Pati.

The patients which were hospitalized in RSUD Soewondo Pati mostly in the range of age 45 – 59 years old are 73 %. The percentage of female patients were 63,49 % while male patients were 36,71 %. The prescribing of antidiabetica using generic drugs had not achieved the target number of 80-90 % based on Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010. The factors which were influencing the apply of Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010, especially for the patient Diabetes Melitus Type II in inpatient section, were the patients opinion towards non generic drugs, the perception on generic drugs, the suggested drugs were not available in generic drugs, the patient’s demand, and the supply from pharmacy. The percentage that achieved by RSUD Soewondo Pati is 56 % from the target suggested by Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010.

(3)

PELAKSANAAN PERMENKES NO. HK. 02. 02/ MENKES/ 068/ 1/ 2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN ANTIDIABETIKA GENERIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RAWAT

INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Dana Wingga Pragmahati

NIM :078114017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PELAKSANAAN PERMENKES NO. HK. 02. 02/ MENKES/ 068/ 1/ 2010 TENTANG KEWAJIBAN MENGGUNAKAN ANTIDIABETIKA GENERIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RAWAT

INAP RSUD SOEWONDO PATI PERIODE JULI-DESEMBER 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Dana Wingga Pragmahati

NIM :078114017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2014

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji syukur dan rasa terimakasih yang mendalam penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih dan anugerah yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Proses pembuatan skripsi tidak lepas dari segala bantuan dan dukungan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penelitian ini:

1. Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

2. Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M. Kes., Apt. Ph. D selaku dosen pembimbing utama dengan penuh kesabaran memberikan masukan, dukungan, dan arahan yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi. 3. Drs. Djaman Ginting Manik, Apt. dan Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt.

selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.

4. Direktur RSUD Soewondo Pati dan seluruh staff atas ijin dan arahan, serta bantuan yang diberikan untuk melakukan penelitian ini.

5. Ayahanda dan ibunda, sebagai sumber inspirasi terima kasih atas segala dukungan doa, moral, cinta dan kasih sayang.

(10)

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian, semua pembaca, dan masyarakt luas.

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………..

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PRAKATA... BAB I PENGANTAR... A. Latar Belakang...

(12)

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………... 10

A. Pengertian Kesehatan…………... 10

B. Peraturan Kewajiban Menggunakan Obat Generik………... 11

C. Obat Generik………. 16

D. Diabetes Mellitus………... ... 21

E. Landasan Teori... 34

F. Hipotesis………... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 37

B. Variabel Penelitian………... 37

C. Definisi Operasional... 37

D. Subjek Penelitian... 38

E. Bahan Penelitian………... 39

F. Tempat Penelitian... 39

G. Instrumen Penelitian... 39

H. Tata Cara Penelitian... 39

1. Tahap persiapan... 40

2. Tahap pelaksanaan... 40

3. Tahap penyelesaian... 40

I. Metode Penyimpulan Data... 41

J. Analisis Data………... 41

K. Keterbatasan Penelitian... 44

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Profil Pasien Geriatri Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010……... B. Pelaksaanaan Permenkes 2010 di RSUD Soewondo

Pati………... C. Evaluasi Penulisan Resep Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Tipe II pada Unit Rawat Inap Sudah dengan Nama Generik………... D. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Permenkes 2010 Terutama untuk Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Unit Rawat Inap……… BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN... BIOGRAFI PENULIS...

45

45

48

50

54 56 56 57 58 62 115

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Jenis Obat Bagi Penderita DM tipe yang Tersedia di

RSUD Soewondo Pati Baik Generik Maupun

Bermerek……… 34 Tabel II. Lembar Kerja Pengumpul Data……… 40 Tabel III. Pengolahan Data... 41 Tabel IV. Distribusi Peresepan Antidiabetika Generik pada

Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Rawat Inap RSUD

Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010…………. 51 Tabel V. Distribusi Peresepan Antidiabetika Bermerek pada

Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Rawat Inap RSUD

Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010…………. 51 Tabel V I .Kesesuaian Peresepan Antidiabetika dengan

Formularium RSUD Soewondo Pati………. 52

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Perbandingan Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II

yang Laki-Laki dan Perempuan di Rawat Inap RSUD

Soewondo Pati ... 45 Gambar 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Usia…... 48 Gambar 3. Perbandingan Jumlah Penggunaan Antidiabetika

Generik dan Antidabetika Bermerek di rawat inap

RSUD Soewondo Pati……… 49 Gambar 4. Perbandingan Jumlah Peresepan Antidiabetika Pada

Tiap Kelas Ruang Perawatan………. 53

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Wawancara dengan Dokter...

Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan KIF... Lampiran 3. Lembar Kerja Pengumpul Data Penelitian... Lampiran 4. Data Identitas Pasien dan Peresepannya... Lampiran 5. Permenkes No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/ 1/ 2010………. Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian di RSUD Soewondo Pati………

63 66 68 69 108 114

(17)

INTISARI

Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 merupakan peraturan yang diwajibkan pemerintah kepada instalasi kesehatan pemerintah untuk memenuhi ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup terjangkau oleh masyarakat. Salah satu obat yang menggunakan obat generik adalah antidiabetika generik untuk penderita Diabetes Mellitus tipe II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu instalasi pemerintah yaitu RSUD Soewondo Pati sudah menjalankan Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 atau belum.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data diperoleh dari Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Farmasi bagian rawat inap RSUD Soewondo Pati.

Pasien yang dirawat di rawat inap RSUD Soewondo Pati sebagian besar dalam rentang usia 45-59 tahun sebesar 73,02% dan paling banyak pasien perempuan 63,49% sedangkan laki-laki 36,71%. Peresepan antidiabetika sudah dengan nama generik meskipun belum mencapai target Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 sebesar 80-90%. Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Permenkes 2010 terutama untuk Pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap adalah sugesti pasien terhadap obat bermerek, persepsi pasien terhadap obat generik, ada tidaknya jenis generik dari obat yang sesuai untuk pasien, permintaan pasien, dan stok obat dari farmasi. Permenkes RI No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010 baru 56% dilaksanakan di RSUD Soewondo Pati.

Kata kunci : Permenkes RI No.Hk.02.02/Menkes/068/I/2010, diabetes mellitus tipe II, antidiabetika generik.

(18)

ABSTRACT

The Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010 isrequired by the government regulations to be applied on governmental health installation to provide the supply of quantity and type of generic drugs which are affordable by the community. One type of generic drugs is antidiabetica generic for the patients of Diabetes Mellitus Type II. This study aims to find out if RSUD Soewondo Pati has been applying Permenkes RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010 or not.

This study is non experimental research using descriptive evaluative design retrospectively. The data was obtained from Medical Record and Pharmacy installation of inpatient section in RSUD Soewondo Pati.

The patients which were hospitalized in RSUD Soewondo Pati mostly in the range of age 45 – 59 years old are 73 %. The percentage of female patients were 63,49 % while male patients were 36,71 %. The prescribing of antidiabetica using generic drugs had not achieved the target number of 80-90 % based on Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010. The factors which were influencing the apply of Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010, especially for the patient Diabetes Melitus Type II in inpatient section, were the patients opinion towards non generic drugs, the perception on generic drugs, the suggested drugs were not available in generic drugs, the patient’s demand, and the supply from pharmacy. The percentage that achieved by RSUD Soewondo Pati is 56 % from the target suggested by Permenkes. RI. No. Hk. 02. 02/ Menkes/ 068/I/2010.

Keywords: Permenkes RI No.Hk.02.02/Menkes/068/I/2010, diabetes mellitus type II, antidiabetika generic.

(19)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kesehatan menjadi hal yang sangat penting dan sangat berharga bagi setiap manusia, karena kesehatan sangat mahal harganya. Berbicara mengenai kesehatan, tidak terlepas dengan obat-obatan. Berbagai macam obat yang beredar di lingkungan masyarakat disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Obat yang beredar tersebut ada yang berupa obat generik dan ada juga yang berupa obat paten. Berkaitan dengan program peningkatan penggunaan obat generik, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 yang ditetapkan dan diberlakukan pada tanggal 14 Januari 2010, yang mengatur tentang kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Peraturan tersebut tercantum dalam pasal 4 ayat 1 yang menyatakan bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menuliskan resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Tujuan pemerintah mewajibkan menggunakan obat generik salah satunya adalah untuk meningkatkan kembali penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat dan untuk mengendalikan biaya pengobatan yang dikeluarkan (Depkes, 2009).

(20)

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pengadaan obat perlu didukung jaminan ketersediaan obat generik. Melalui Peraturan tersebut Pemerintah melakukan beberapa upaya untuk menggalakkan kembali penggunaan obat generik yang substansinya mengatur pelayanan kesehatan dengan mewajibkan penggunaan obat generik. Sebelumnya Departemen Kesehatan telah menetapkan peningkatan penggunaan obat generik yang didukung dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/Menkes/Per/1989 tanggal 28 Januari 1989, dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010. Permenkes tersebut merupakan revitalisasi peraturan sebelumnya yang tertuang di dalam SK Mentri Kesehatan Nomor 85 tahun 1989.

(21)

bisa menuliskan resep yang obatnya tersedia di rumah sakit tersebut. Kalau penggunaan generik terus menurun maka bisa memberatkan pembiayaan pasien khususnya pasien Diabetes Mellitus tipe II di RSUD Soewondo Pati sehingga terapi Diabetes Mellitus tipe II yang cukup panjang akan terganggu karena biaya yang cukup besar. Maka dari itu, salah satu cara untuk meningkatkan peresepan obat generik, pemerintah melakukan revitalisasi Peraturan Menteri Kesehatan No. 085/Menkes/Per/1989 dengan menetapkan dan memberlakukan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 (Depkes, 2010).

Pada masa awal setelah diberlakukannya Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010, peresepan obat generik baru mencapai sekitar 60%, namun peningkatannya sangat lambat, hanya sekitar 2-3 persen setiap bulan (Abd, 2010). Untuk itu pemerintah berusaha untuk meningkatkan penggunaan obat generik karena ketersediaannya dalam jumlah dan jenis yang cukup, keamanan, dan mutu yang terjamin serta harga yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes, 2010). Bahkan untuk meningkatkan penggunaan obat generik, pemerintah menargetkan peresepan obat generik pada tahun 2014 mencapai 80-90 persen (Depkes, 2010).

(22)

hidupnya. Diabetes mellitus tipe II merupakan salah satu penyakit dengan jumlah besar yang dirawat di RSUD Soewondo. Berdasarkan data laporan akhir 2010 di RSUD Soewondo Pati tercatat pasien Diabetes Mellitus rawat inap sebanyak 191 kasus.

Penelitian ini berlokasi di RSUD Soewondo Pati karena RSUD Soewondo Pati mempunyai sirkulasi peresepan penggunaan obat kepada pasien di RSUD Soewondo Pati tergolong tinggi, sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tentang evaluasi kewajiban penggunaan obat generik terutama antidiabetika generik sudah sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010. Selain itu belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis meskipun data yang dibutuhkan sudah tersedia.

Periode yang dipilih dalam penelitian ini adalah Juli-Desember 2010, dengan pertimbangan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/Menkes/068/I/2010 sudah disosialisasikan dan diharapkan telah dijalankan.

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas muncul permasalahan sebagai berikut :

(23)

b. Berapa banyak penulisan resep bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II pada unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati dengan nama generik?

c. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 terutama untuk pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap?

d. Apakah Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 sudah dijalankan di rawat inap RSUD Soewondo Pati?

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai Pelaksanaan Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Antidiabetika Generik pada Pasien Diabetes Mellitus tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010 belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian mengenai penggunaan obat antidiabetika yang pernah dilakukan antara lain:

(24)

pengambilan data dilakukan secara retrospektif terhadap data rekam medik. Hasil penelitian dianalisis dengan metode deskriptif untuk mengetahui obat tidak aman, obat bukan drug of choice, obat dikontraindikasikan dan kombinasi obat yang tidak tepat.

Perbedaan penelitian Wulandari (2009) dan penelitian ini adalah pada judul penelitian. Sedangkan persamaannya adalah pada rancangan penelitian, cara pengambilan data dan metode analisis yang digunakan.

(25)

Perbedaan penelitian Rachmawati, (2009) dan penelitian ini adalah pada tujuan penelitian. Sedangkan persamaannya adalah pada rancangan penelitian, cara pengambilan data dan metode analisis yang digunakan.

c. Obat Generik Bermerek (Branded Generic) Antidiabetik Oral di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2009 (Zakaria, 2010) yang bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat generik berlogo dan obat generik bermerek anti diabetik oral di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2009. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat non eksperimental. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Data hasil persentase dianalisis secara deskriptif.

(26)

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

1.) Untuk memperkaya kajian ilmu farmasi khususnya yang berhubungan dengan pelaksananaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 di Rumah Sakit

2.) Sebagai memberikan referensi bagi peneliti lain yang meneliti tentang tindak lanjut dari pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 di Rumah Sakit

b. Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan kepada RSUD Soewondo Pati untuk dapat lebih meningkatkan penggunaan antidiabetika generik dalam melayani penderita Diabetes Mellitus tipe II.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengkaji pelaksanaan Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010, tentang kewajiban penggunaan antidiabetika generik pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di rawat inap RSUD Soewondo Pati periode Juli-Desember 2010.

2. Tujuan khusus

(27)

a. Mengidentifikasi profil pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati.

b. Identifikasi penulisan resep khususnya bagi penderita Diabetes Mellitus tipe II pada unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati yang sudah dengan nama generik.

c. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada

pelaksanaan Permenkes Nomor

HK.02.02/MENKES/068/I/2010 dengan jalan melakukan wawancara terhadap dokter penulis resep dan Kepala Instalasi Farmasi sebagai penyedia obat di RSUD Soewondo Pati.

(28)

BAB II PENELAAHAN

PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan

Kesehatan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada gangguan yang menghalanginya. Setiap orang ingin selalu sehat itu merupakan hal yang wajar karena karena sempurna apapun keadaan seseorang, bila terkena sakit pasti tidak akan merasa senang dan tidak dapat memanfaatkan segala kemampuan yang dimilikinya tersebut. Departemen kesehatan dengan bersumber pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa: Sehat adalah sejahtera jasmani, rohani dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit, ataupun kelemahan.

Menurut batasan ilmiah dan teori kesehatan WHO, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang – Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sebagai berikut : “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan

(29)

tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas. Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan (sesuai dengan definisi pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009) adalah keadaaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Hartini dan Sulasmono, 2010).

B. Peraturan Kewajiban Menggunakan Obat Generik

1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989

merupakan peraturan yang mewajibkan menulis resep dan/atau

menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Peraturan tersebut ditetapkan dan diberlakukan oleh menteri kesehatan

pada tanggal 28 Januari 1989 berdasarkan beberapa pertimbangan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut yaitu :

a. Penggunaan obat yang rasional merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan upaya pelayanan kesehatan.

b. Harga obat generik yang lebih rendah daripada harga obat paten namun

(30)

c. Dengan menuliskan resep dan/atau menggunakan obat generik di fasilitas

pelayanan kesehatan pemerintah maka tujuan perluasan cakupan

pelayanan kesehatan pada masyarakat dapat lebih mudah tercapai

(Depkes, 1989).

Kewajiban menulis resep dan/menggunakan obat generik tertuang

dalam pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

085/Menkes/Per/I/1989. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa

dokter yang bertugas di rumah sakit harus menulis resep obat esensial

dengan nama generik bagi semua pasien (Depkes, 1989).

2. Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan 085/Menkes/Per/I/1989

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989

diberlakukan sejak tanggal ditetapkan, yaitu 28 Januari 1989. Dalam pasal

11 bab iv perihal ketentuan peralihan disebutkan bahwa dalam jangka

waktu enam bulan sesudah peraturan tersebut berlaku, maka semua dokter

yang bertugas di rumah sakit milik pemerintah wajib menulis resep

dan/atau menggunakan obat esensial dengan nama generik (Depkes,

1989).

Pembinaan dan pengawasan atas penulisan resep obat oleh dokter

yang bertugas, sesuai dengan pasal 8 bab iii perihal pembinaan dan

pengawasan, dilaksanakan oleh direktur rumah sakit, sehingga dokter

bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit atas penulisan resep obat

(31)

sanksi, maka dapat dikenakan sanksi administratif dan atau hukuman

disiplin (Depkes, 1989).

Namun pada kenyataannya menurut pemerintah, hasil pelaksanaan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989 belum cukup

baik (Depkes, 2010). Hal tersebut karena penggunaan obat generik dinilai

mengalami penurunan, sedangkan komponen biaya terbesar dalam

pelayanan kesehatan adalah obat, yaitu dapat mencapai 70% dari total

biaya pelayanan kesehatan (Depkes, 2010d).

3. Latar belakang dan tujuan revitalisasi Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989

Pemerintah meluncurkan obat generik untuk memberikan alternatif

obat pada masyarakat dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau

serta ketersediaan obat yang cukup sejak tahun 1989 (Depkes, 2010)

meningkatkan penggunaan obat generik menteri kesehatan

memberlakukan peraturan mengenai kewajiban menggunakan obat generik

melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989.

Namun dalam pelaksanaannya, penggunaan obat generik dinilai masih

kurang bahkan cenderung menurun (Supriyanto, 2010). Kurangnya

penggunaan obat generik karena sosialisasi mengenai penggunaan obat

generik masih kurang (Sujangi (Jon, 2008)).

Pemerintah mengupayakan kesehatan masyarakat dengan

(32)

Untuk memenuhi semua itu maka salah satunya adalah dengan

merevitalisasi penggunaan obat generik (Depkes, 2010e). Selain itu tujuan

dari revitalisasi penggunaan obat generik adalah untuk mencapai

ketersediaan dan pemerataan obat (Depkes, 2010). Untuk memenuhi itu

maka pemerintah mengeluarkan kebijakan obat melalui reposisi obat

generik dengan ditetapkan dan diberlakukannya kebijakan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang

kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas kesehatan pemerintah

(Depkes, 2010e).

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010

merupakan peraturan yang dikeluarkan oleh menteri kesehatan tentang

kewajiban menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah. Peraturan tersebut ditetapkan dan diberlakukan pada tanggal

14 Januari 2010 (Depkes, 2010a). Peraturan ini merupakan bentuk

revitalisasi dari peraturan sebelumnya yang juga mengatur kewajiban

peresepan obat generik, di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, yaitu

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989 yang

ditetapkan dan diberlakukan pada tanggal 28 Januari 1989 (Depkes, 2010).

Pemerintah menetapkan dan memberlakukan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 berdasarkan beberapa

(33)

a. Bahwa ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup,

terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya,

perlu digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah;

b. Bahwa agar penggunaan obat generik dapat berjalan efektif perlu

mengatur kembali kententuan Kewajiban Menuliskan resep dan/atau

Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Dekpes, 2010a).

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka menteri kesehatan

memutuskan, menetapkan dan memberlakukan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 dan menyatakan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 085/Menkes/Per/I/1989 dicabut dan

tidak berlaku. Ketentuan ketidakberlakuan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 085/Menkes/Per/I/1989 tercantum pada pasal 11 Bab IV perihal

ketentuan umum (Depkes, 2010Kewajiban mengenai penggunaan obat

generik tercantum dalam pasal 4 ayat 1 Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010. Dalam peraturan tersebut

dinyatakan bahwa dokter yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah diwajibkan menulis resep obat generik bagi semua pasien

(34)

5. Tujuan penetapan dan pemberlakuan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010

Penetapan dan pemberlakuan kebijakan menteri kesehatan

mengenai kewajiban menggunakan obat generik memiliki beberapa tujuan,

yaitu :

a. meningkatkan kembali penggunaan obat generik di sarana pelayanan

kesehatan milik pemerintah.

b. meningkatkan promosi penggunaan obat yang rasional utamanya obat

esensial generik.

c. menjamin kesinambungan suplai obat.

d. meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat.

e. mengendalikan biaya pengobatan yang dikeluarkan (Depkes, 2010).

C. Obat Generik 1. Pengertian tentang obat generik

(35)

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 085/Menkes/Per.1/ 1989 tanggal 28 Januari 1989, yang dimaksud dengan obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkasiat yang dikandungnya.

2. Kebijakan pemerintah mengenai obat generik

Dalam pemasaran obat di Indonesia, masyarakat dapat memilih antaraobat paten atau obat generik. Namun untuk meningkatkan akses terapi bagi masyarakat yang kurang mampu, pemerintah melalui Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kebijakan Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah (Menkes,2010). Bila kebijakan penggunaan obat generik dapat diterapkan, maka banyak manfaat yang dapat diperoleh, antara lain dapat menghemat biaya obat.

3. Harga Obat Generik

(36)

Farmasi untuk melakukan rasionalisasi agar masyarakat umum juga bisa menjangkaunya. (Syamsul, 2006).

4. Pelayanan Obat Generik

Salah satu tempat yang membuka pelayanan obat generik adalah rumah sakit, dimana seorang apoteker mempunyai peranan penting dalam pelayanan obat generik, terutama praktek profesi kefarmasian di instalasi rumah sakit antara lain dalam bentuk pelayanan informasi kepada masyarakat tentang obat pilihan alternatif berupa obat generik yang lebih sesuai. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat, dan tidak diizinkan mengganti oba generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten (Arif M, 2007)

(37)

5. Klasifikasi obat generik

Obat generik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkasiat yang dikandungnya (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010) dan obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Obat generik adalah obat yang sama dengan zat berkhasiat yang dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia. Pengertian lain dari Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Wakidi, 2009)

Obat generik merupakan obat yang ketersediaannya dalam jumlah banyak dan jenis yang cukup terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya. Obat generik tersebut perlu digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

(38)

tersebut berisi tentang ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup terjangkau oleh masyarakat serta terjamin mutu dan keamanannya, perlu digerakkan dan didorong penggunaannya di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Selain itu agar penggunaan obat generik dapat berjalan efektif perlu mengatur kembali ketentuan Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Permenkes 2010 merupakan penegasan dari Permenkes 1989 yang memuat tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Fakta yang ada, kewajiban ini sering diabaikan oleh tenaga kesehatan (dokter dan apoteker) dalam memberikan pelayanan pada pasien. Dokter dan apoteker tetap memberikan obat generik bermerek pada pasien, tanpa melihat daya beli pasien dan masyarakat pada umumnya.

6. Obat Paten

Obat paten adalah obat yang masih memliki hak paten (Depkes,

2010). Obat paten merupakan obat jadi dengan nama dagang yang

terdaftar atas nama pembuat (produsen) atau yang dikuasakannya dan

dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya (Anief,

(39)

D. Diabetes Mellitus 1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- duanya. Kelainan pada sekresi/kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (ADA,2010)

2. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi diabetes mellitus, antara lain DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain. DM tipe 1 terjadi karena adanya destrtuksi sel beta pankreas yang mengakibatkan terjadinya defisiensi insulin. Diabetes tipe 1 ini dapat muncul disegala usia. DM tipe 2 terjadi karena adanya resistensi insulin atau kekurangan sekresi insulin. DM gestasional merupakan DM yang terjadi karena intoleransi glukosa selama masa kehamilan. DM tipe lain disebabkan oleh kerusakan genetik fungsi sel benta pankreas, endokrinopati, induksi obat atau senyawa kimia, infeksi, atau karena sindrom genetik lainnya (Triplitt, et al., 2005)

Diabetes Mellitus tipe I

(40)

prone”, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Istilah “juvenile onset” sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang 40. Diabetes Mellitus tipe 1 ini merupakan destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute: baik autoimun maupun idiopatik (ADA,2010).

Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave, tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen (HLA) DR3 atau HLA DR4. Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang „menyerupai‟ protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi. Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi akibat faktor keturunan (ADA,2010).

(41)

Diabetes Mellitus tipe II ini tidak seperti Diabetes Mellitus tipe I, Diabetes Mellitus tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup) (ADA,2010).

Diabetes Mellitus tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolysis (ADA,2010).

Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetic (ADA,2010). Diabetes Mellitus Gestasional

(42)

Defek genetik fungsi sel beta mempunyai beberapa bentuk diabetes yang dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik yang mengakibatkan ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin (ADA,2010)

Defek genetik kerja insulin terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia dan diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium (ADA,2010).

Penyakit eksokrin pancreas meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pancreas (ADA,2010).

(43)

hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormon-hormon tersebut dikurangi (AdA,2010).

Diabetes Mellitus karena obat/zat kimia disebabkan oleh beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan pentamidin dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja insulin (ADA,2010).

Diabetes Mellitus karena infeksi disebabkan oleh virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B, CMV, adenovirus, dan mumps (ADA,2010).

Diabetes Mellitus karena faktor imunologi ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pancreas (ADA,2010).

Sindroma genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus adalah down‟s syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll (ADA, 2010).

3. Etiologi

(44)

terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.

4. Epidemiologi

DM tipe 2 lebih umum terjadi dibandingkan DM tipe 1 dimana lebih dari 75% dari seluruh pasien DM dari suatu populasi menderita DM tipe 2. Kejadian DM tipe 2 meningkat seiring dengan usia dan meningkatnya obesitas dimana DM tipe 2 biasanya terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 45 tahun (Walker, 2003).

Prevalensi di Amerika Serikat 6% sampai 7% pada orang berusia 45 sampai 65 tahun dan 10% sampai 12% pada orang berusia lebih dari 65 tahun; sekitar 16 juta orang di Amerika serikat terdiagnosis diabetes, 90% di antara mereka menderita diabetes tipe II. Terdapat peningkatan epidemi diabetes melitus tipe II pada anak muda sesuai dengan peningkatan obesitas dan gaya hidup nyaman (kurang gerak) pada kelompok usia ini (Brashers, 2008).

5. Patofisiologi

(45)

menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar. Supaya berfungsi sebagai bahan bakar zat makanan itu harus diolah, dimana glukosa dibakar melalui proses kimia yang menghasilkan energi yang disebut metabolisme (Misnadiarly,2006).

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan glukossa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas, bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat (Misnadiarly,2006).

Pada Diabetes Melitus tipe 1, terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respons autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri (Misnadiarly,2006).

(46)

6. Tanda dan gejala

Gejala yang khas pada DM yaitu polidipsi (banyak minum),

poliphagia (banyak makan) dan poliuria (banyak kencing) disertai keluhan

rasa lelah dan kelemahan otot akibat ketidakmampuan sebagian besar sel

untuk menggunakan glukosa sebagai energi (Corwin, 2007).

Terjadinya hiperosmolaritas yang parah dapat menyebabkan

menurunnya tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan bola mata dan

lensa mata mengalami perubahan bentuk yang kemudian berakibat pada

penurunan penglihatan menjadi buram (blurred vision) (Harris dan Greene,

2000).

7. Diagnosis

Kriteria diagnosis DM menurut Triplitt, et al. (2005) meliputi : gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah pada keadaan biasa ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L). Keadaan biasa ini maksudnya setiap

(47)

8. Penatalaksanaan DM

Menurut Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2005),

penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus mempunyai tujuan akhir untuk

menurunkan morbiditas dan mortalitas yang secara spesifik ditujukan

untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.

8.1. Terapi Non Farmakologi

Dalam penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat/terapi non farmakologi yang berupa pengaturan diet dan olah raga.

Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat sebesar 60-70%, protein sebesar 10-15%, dan lemak sebesar 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).

(48)

(Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurence Training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi maksimal (220-umur), disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan akktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2005).

8.2. Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi dilakukan apabila penatalaksanaan terapi non farmakologi belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darah penderita diabetes mellitus. Menurut PERKENI (2006), terapi farmakologi bagi penderita diabetes mellitus dapat diberikan dalam 2 macam, yaitu Obat hipoglikemik oral (OHO) dan insulin.

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan yaitu pemicu sekresi insulin yang meliputi sulfonilurea dan glinid, penambah sensitivitas terhadap insulin yaitu tiazolidindion, penghambat gluconeogenesis yaitu metformin, dan penghambat glukosidase alfa (Acarbose).

(49)

ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: repaglinid (derivat asam benzoat) dan nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresikan secara cepat melalui hati.

Golongan tiazolidindion mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer. Pada pasien yang menggunakan golongan obat ini perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Metformin dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin> 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan hipoksemia.

Acarbose bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus, sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.

(50)

acting insulin), insulin kerja menengah (intermediate acting insulin), insulin kerja panjang (long acting insulin).

9. Faktor resiko Diabetes Mellitus Tipe II

Beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II adalah kelainan genetik, usia, gaya hidup stress, pola makan yang salah (Smeltzer & Bare, 2002).

Pada kelainan genetik diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

Umumnya penderita DM tipe II mengalami perubahan fisiologi yang secara drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia 30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak seretonin otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya. Tetapi gula dan lemak berbahaya bagj mereka yang beresiko mengidap penyakit DM tipe II.

(51)

darah yang disimpan didalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.

10. Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe II

DM tipe II bisa menimbulkan komplikasi. Selain rambut rontok, telinga berdenging atau tuli, sering berganti kacamata (dalam setahun beberapa kali ganti), katarak pada usia dini, dan terserang glaucoma (tekanan bola mata meninggi, dan bisa berakhir dengan kebutaan), kebutaan akibat retinopathy, melumpuhnya saraf mata terjadi setelah 10- 15 tahun. Terjadi serangan jantung koroner, payah ginjal neuphropathy, saraf-saraf lumpuh, atau muncul gangrene pada tungkai dan kaki, serta serangan stroke (Nadesul, 2002).

(52)

11. Obat-Obat Diabetes Melitus

Obat-obatan yang digunakan untuk terapi penderita DM tipe II sangat beragam. Berikut ini adalah tabel jenis obat bagi penderita DM tipe yang tersedia di RS Soewondo baik generik maupun bermerek.

Tabel I. Jenis obat bagi penderita DM tipe yang tersedia di RSUD Soewondo Pati baik generik maupun bermerek

Kandungan Obat Nama Obat Pabrik

Glimepridin, Metformin Amaryl Mex 2/500mg Aventis Glimepiride 1 mg METRIX 1 MG Kalbe

AMADIAB 1 MG Lapi

Glibenklamide, Metformin 500

GLUCOVANCE 500 MG TAB

Merck

Metformin 500 mg tab NEVOX 500 XR Kalbe Pioglitazone 15 mg PIONIX 15 MGTAB Kalbe Pioglitazone 30 mg PIONIX 30 MGTAB Kalbe

Vildagliptin GALVUS TAB Dexa

Sumber : Instalasi Farmasi RSUD Soewondo Pati

E. Landasan Teori

(53)

Permenkes Republik Indonesia No. Hk. 02. 02/Menkes/ 068/I/2010. Permenkes tersebut berisikan tentang ketersediaan obat generik dalam jumlah dan jenis yang cukup terjangkau oleh masyarakat, perlu digerakkan dan didorong penggunannya di fasilitas kesehatan masyarakat. Maka diwajibkan menulis resep dan menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat (Permenkes, 2010). RSUD Soewondo Pati merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Sehingga diwajibkan menggunakan dan memberi resep obat generik. Dalam hal ini yang mengatur pengadaan obat generik khususnya di RSUD Soewondo Pati adalah Instalasi farmasi RSUD Soewondo Pati. Instalasi farmasi rumah sakit adalah instalasi rumah sakit yang mempunyai tugas menyediakan, mengelola, mendistribusikan informasi dan evaluasi tentang obat (Permenkes, 2010).

F. Hipotesis

Ha: Pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang kewajiban penggunaan obat

(54)

Soewondo Pati sudah dilaksanakan, meskipun belum mencapai

target dari Permenkes yaitu sebesar 80-90%.

(55)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif evaluatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberi gambaran kepada pembaca dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa bagaimana adanya atau mengungkapkan fakta secara detail (Anonim, 2009). Penelitian evaluatif adalah penelitian yang bermaksud untuk menilai pelaksanaan suatu peraturan atau ketentuan secara objektif.

B. Variabel penelitian Variabel yang ada dalam penelitian ini adalah : 1. Profil pasien Diabetes Mellitus tipe II

2. Pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 3. Kesesuaian penulisan resep untuk pasien Diabetes Mellitus tipe II 4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan Permenkes Nomor

HK.02.02/MENKES/068/I/2010

C. Definisi Operasional

1. Profil pasien Diabetes Mellitus tipe II adalah karakteristik pasien DM tipe II berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

(56)

2. Pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 adalah pelaksanaan kebijakan menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah, dalam hal ini RSUD Soewondo Pati 3. Kesesuaian penulisan resep untuk pasien Diabetes Mellitus tipe II

adalah kesesuaian penulisan resep untuk pasien Diabetes Melitus tipe II oleh dokter yang merawat dengan nama generiknya

4. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 adalah faktor yang menjadi penghambat atau pendukung terhadap pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 di Rumah Sakit

D. Subjek Penelitian

(57)

E. Bahan Penelitian

Bahan dalam penelitian ini adalah Rekam Medik pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati.

F. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Soewondo Pati karena karena RSUD Soewondo Pati mempunyai sirkulasi peresepan penggunaan obat kepada pasien di RSUD Soewondo Pati tergolong tinggi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Permenkes 2010,Drug Information Handbook (DIH) (Lacy, Armstrong, Goldman dan Lance, 2003), MIMS Indonesia (Anonim, 2008), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 (IONI) (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 2000), Daftar Plafon Harga Obat (DPHO). Instrumen penelitian lainnya adalah lembar kerja pengumpul data dan pedoman wawancara.

H. Tata Cara Penelitian

(58)

1. Tahap persiapan

Tahap ini dimulai dengan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian, konsultasi, survey awal di RSUD Soewondo Pati dan melakukan perijinan penelitian di RSUD Soewondo Pati.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini terdiri dari pengumpulan data dan pencatatan data yang diperoleh dari bagian instalasi catatan medis. Data rekam medis yang dikumpulkan dan ditabulasi meliputi tanggal rawat inap pasien, identitas pasien, diagnosis, terapi yang diberikan (jenis obat yang diberikan) sebagaimana tabel berikut:

Tabel II. Lembar Kerja Pengumpul Data

No. Nama Lama dirawat

Kelas

Ruangan Usia

Jenis

Kelamin Diagnosis

Jenis Obat yang diberikan

Pengambilan data dilakukan di Rekam Medis RSUD Soewondo Pati. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan dan menyalin resep pasien Diabetes Mellitus tipe II di rawat inap pada periode Juli-Desember 2010.

3. Tahap penyelesaian

(59)

Tabel III. Pengolahan Data

Obat Antidiabetika Generik

Jumlah % Obat Antidiabetika

Bermerk

Jumlah %

Total Total

Hasil penelitian kemudian diuraikan secara deskriptif dan dijelaskan perbandingan prosentase penggunaan antidiabetika generik dengan penggunaan antidiabetika bermerek pada periode Juli-Desember 2010.

I. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari kartu rekam medik pasien dan wawancara mendalam dengan dokter penulis resep dan Kepala Instalasi Farmasi dianalisis secara deskriptif.

J. Analisis Data

1. Identifikasi profil pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan Identifikasi profil pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati. Dengan perhitungan rumus, penentuan besarnya presentase sebagai berikut (Budiarto, 2001).

(60)

Dengan

X : Hasil prosentase

f : Frekuensi profil pasien tertentu n : Total seluruh observasi

2. Analisis pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 dan Evaluasi kesesuaian penulisan resep dengan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 di RSUD Soewondo Pati

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif untuk menghitung prosentase penggunaan antidiabetika generik, dengan cara:

Persentase antidiabetika generik =

x 100% Persentase antidiabetika bermerk =

x 100%

Hasil perhitungan prosentase penggunaan antidiabetika generik dan bermerk masing-masing digunakan untuk membuat diagram, sehingga dapat diketahui gambaran grafik penggunaan antidiabetika generik dan antidiabetika bermerk pada periode penelitian

Contoh perhitungan :

Jumlah antidiabetika dalam resep adalah 348 antidiabetika, antidiabetika generik sebesar 195 dan antidiabetika bermerek sebesar 153.

(61)

Jadi jumlah antidiabetika generik yang diresepkan sebanyak 56,03%, sedangkan jumlah antidiabetika bermerek yang diresepkan sebanyak 43,97%.

3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 dengan jalan melakukan wawancara terhadap dokter penulis resep dan Kepala Instalasi Farmasi sebagai penyedia obat di RSUD Soewondo

Data kualitatif hasil wawancara peneliti menggunakan langkah- langkah analisis data sebagai berikut (Moleong, 2004: 178):

a. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik yang sesuai dengan model interaktif seperti wawancara mendalam dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.

b. Reduksi data

Reduksi data yaitu proses pemilihan dan pemusatan pada data yang relevan dengan permasalahan penelitian, yaitu dengan penyeleksian data-data yang berhubungan erat dengan penelitian agar fokus dan terarah yang disesuaikan dengan topik penelitian.

c. Penyajian data

(62)

d. Kesimpulan

Yaitu permasalahn penelitian yang menjadi pokok pemikiran terhadap apa yang diteliti dengan memaparkan pokok permasalahan yang terjadi dan telah diteliti.

K. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada pasien Diabetes Mellitus tipe II di unit rawat inap di RSUD Soewondo Pati sehingga kurang memberikan hasil yang menyeluruh terhadap pelaksanaan Permenkes Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 karena tidak mencakup pasien di poli rawat jalan.

(63)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati Periode Juli-Desember 2010

1. Perbandingan Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Tipe II berdasarkan Jenis Kelamin

Perbandingan jumlah kasus pasien Diabetes Mellitus tipe II berdasarkan jenis kelamin dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien Diabetes Mellitus tipe II antara laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah kasus Diabetes Mellitus tipe II berdasarkan jenis kelamin digambarkan sebagai berikut:

36,51%

Perempuan

Laki-laki

63, 49%

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II yang Laki-Laki dan Perempuan di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati

Dari keseluruhan jumlah kasus tersebut Diabetes Mellitus tipe II lebih sering terjadi pada pasien perempuan 63,49 % dari pada pasien laki-

(64)

laki 36,71%. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik pada perempuan tidak sebanyak laki-laki, selain itu kebanyakan perempuan melakukan diet dan diet yang dilakukan bisa saja salah atau diet yang tidak sehat misalnya diet dengan tinggi gula dan rendah serat (PERKENI, 2006). Kebiasaan individu mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat glukosa dapat memperpanjang waktu sekresi insulin dan sekresi yang banyak pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan sel beta pulau Langerhans kelelahan sehingga akibatnya timbul diabetes. Selain itu perempuan juga lebih mudah mengalami stress dibandingkan laki-laki yang bisa mengakibatkan perempuan lebih mudah menderita Diabetes Meliitus tipe II. Beberapa hormon yang dilepaskan selama stress bisa menghambat efek insulin atas sel-sel, dan karenanya menyebabkan diabetes (Nabyl, 2009).

(65)

terjadi pada perempuan yang bisa disebabkan oleh interaksi antara faktor kerentanan genetis dan paparan lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya meliputi sosial budaya, sosial ekonomi, dan gaya hidup. Salah satu faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe II adalah perubahan kebiasaan makan dengan gizi tidak seimbang antara asupan energi, karbohidrat, dan protein sehingga dapat menyebabkan obesitas. Obesitas menyebabkan resiko yang lebih besar munculnya Diabetes Meliitus tipe II dibandingkan orang dengan status gizi normal karena adanya resistensi insulin.

2. Perbandingan Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan Usia Pada penelitian ini usia pasien yang di ambil adalah 45 tahun ke atas.

Karena usia 45 tahun ke atas merupakan salah satu faktor resiko orang

menderita Diabetes Melitus II (Zahtamal, 2007).

(66)

Gambar 2. Jumlah Pasien Berdasarkan Usia

Hasil temuan ini sesuai dengan prevalensi nasional Diabetes Melitus (berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur > 15 tahun bertempat tinggal di perkotaan) adalah 5,7%. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).

B. Pelaksanaan Permenkes 2010 di RSUD Soewondo Pati

(67)

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Penggunaan Antidiabetika Generik dan Antidabetika Bermerek di rawat inap RSUD Soewondo Pati

Gambar di atas menunjukkan bahwa antidiabetika generik di rawat inap RSUD Soewondo Pati lebih besar dari pemberian antidiabetika bermerek. Jadi, di rawat inap RSUD Soewondo Pati telah melaksanakan Permenkes No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tersebut, meskipun belum mencapai target dari Permenkes yaitu sebesar 80-90%. Dapat dilihat dari jumlah peresepan antidiabetika generik sebesar 56,03%. Persentase tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah peresepan antidiabetika bermerek yang hanya sebesar 43,97%.

(68)

standarisasi obat. Tetapi untuk pasien mayoritas sebagian besar memakai generik.

Dalam pemasaran obat di Indonesia, masyarakat dapat memilih antara obat bermerk atau obat generik. Namun untuk meningkatkan akses terapi bagi masyarakat yang kurang mampu, pemerintah melalui Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kebijakan Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah (Menkes,2010). Bila kebijakan penggunaan obat generik terutama antidiabetika generik dapat diterapkan, maka banyak manfaat yang dapat diperoleh, antara lain dapat menghemat biaya obat.

C. Evaluasi Penulisan Resep Bagi Penderita Diabetes Mellitus Tipe II pada Unit Rawat Inap Sudah dengan Nama Generik

(69)

No. Antidiabetika Bermerk Jumlah Resep %

1. Glucodex® 63 41,18%

2. Metrix® 45 29,41%

3. Lodem® 24 15,69%

4. Glurenorm® 11 7,19%

5. Glucobay® 10 6,54%

Total 153

Tabel IV. Distribusi Jumlah Peresepan Antidiabetika Generik pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati

Periode Juli-Desember 2010

No Antidiabetika Generik Jumlah Resep %

1. Metformin 155 79,49% 2. Glibenclamide 28 14,36% 3. Gliquidone 6 3,08%

4. Insulin 6 3,08% Total 195

Dari peresepan antidiabetika generik yang paling banyak diberikan adalah metformin yaitu sebanyak 155 resep antidiabetika atau 79% dari antidiabetika generik yang diresepkan untuk pasien Diabetes Mellitus tipe II di rawat inap RSUD Soeowndo Pati.

Tabel V. Distribusi Jumlah Peresepan Antidiabetika Bermerek pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II di Rawat Inap RSUD Soewondo Pati

Periode Juli-Desember 2010

(70)

Antidiabetika Bermerk

Antidiabetika yang Tidak Ada dalam Formularium RSUD Soewondo Tapi

Ada di Resep

Gliquidone Glurenorm® (Gliquidone) Mellitus tipe II di rawat inap RSUD Soewondo Pati.

Tabel VI. Kesesuaian Peresepan Antidiabetika dengan Formularium RSUD Soewondo Pati

(71)

ini bisa dijadikan saran untuk kebaikan RSUD Soewondo Pati. Sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap formularium yang ada agar mencantumkan obat yang banyak diresepkan dan ada di farmasi RSUD Soewondo Pati dan menghapus obat yang tidak pernah diresepkan. Sebaiknya gliquidone, glicazide, dan glimepiride dimasukkan dalam formularium karena peresepannya yang tinggi padahal tidak tertulis dalam formularium. Sehingga dokter dapat meresepkan obat generik berdasarkan formularium rumah sakit dan ketersediaan obat generik pun menjadi lebih lengkap dengan berdasarkan formularium rumah sakit.

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Peresepan Antidiabetika Pada Tiap Kelas Ruang Perawatan

(72)

Soewondo Pati dan bila dilihat dari Gambar 4 yaitu pemberian obat generik terutama antidiabetika generik di RSUD Soewondo Pati semua kelas mendapat generik.

Hasil ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah seorang dokter penulis resep bagi penderita Diabetes Melitus Tipe II di RSUD Soewondo Pati ketika ditanya apakah pemberian obat antidiabetika di rawat inap RSUD Soewondo Pati sudah berdasarkan Permenkes No.Hk.02.02/Menkes/068/1/2010. Sudah, karena secara prinsip kita memberikan antidiabetika berdasar khasusnya yaitu Diabetes Mellitus tipe II. Jadi untuk antidiabetika oral memakai obat-obat yang sudah ditentukan untuk pemberian antidiabetika oral itu, dan untuk insulin digunakan untuk Diabetes Mellitus tipe I.

Meskipun demikian pada kelas 3 pemberian antidiabetika generik paling besar dan pemberian antidiabetika bermerk paling kecil. Disbanding kelas lain. Hal ini bisa saja karena faktor ekonomi yang kurang atau pasien banyak yang menggunakan Jamkesmas yang mewajibkan menggunakan generik.

D. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Permenkes HK.02.02/Menkes/068/I/2010 Terutama untuk Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II di Unit Rawat Inap

Gambar

Tabel II. Lembar Kerja Pengumpul Data………………………                40
Gambar 1.      Perbandingan Jumlah Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Tabel I. Jenis obat bagi penderita DM tipe yang tersedia di RSUD
Tabel II. Lembar Kerja Pengumpul Data
+7

Referensi

Dokumen terkait