“DARI PRESIDEN KE PRESIDEN” KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)
KARYA BENNY RACHMADI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1
Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
NURFITRIA OKTA PRASETYANI A 310060299
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan mahluk sosial sehingga secara naluri
terdorong untuk bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan
dirinya, mengekspresikan kepentingannya, mengatakan pendapatnya,
maupun mempengaruhi orang lain untuk kepentingan sendiri atau
kepentingan kelompok. Manusia dapat memenuhi semua itu dengan
bahasa. Kepentingan bahasa itu hampir mencakupi segala bidang
kehidupan karena segala sesuatu yang dihayati, dialami, dirasakan, dan
dipikirkan oleh seseorang hanya dapat diketahui orang lain, jika telah
diungkapkan dengan bahasa.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2008: 24). Kita tidak dapat
membayangkan apa yang terjadi apabila manusia tidak memiliki bahasa.
Oleh karena itu, keinginan untuk selalu mengadakan hubungan dengan
orang lain, menyebabkan bahasa tidak dapat terlepas dari masyarakat
pengguna bahasa itu sendiri.
Perlu disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses
penyampaian suatu pernyataan yang berlangsung apabila antara penutur
dan mitra tutur memiliki kesamaan makna tentang suatu pesan yang
dikomunikasikan tersebut (Effendy, 2002: 4). Tanpa bahasa proses
komunikasi tidak berjalan karena tidak ada alat untuk menyampaikan
kesamaan makna. Apabila tidak ada bahasa, maka komunikasi tidak
berjalan dengan baik.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling penting dan utama.
Dalam pemakainnya, bahasa dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahasa
lisan dan bahasa tulis. Kedua jenis bahasa tersebut dapat terjadi pada
situasi formal dan nonformal. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari,
manusia lebih sering menggunakan situasi tidak formal untuk
berkomunikasi, karena sifatnya yang lebih komunikatif.
Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk tulisan beragam jenisnya,
antara lain berupa wacana. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap,
adapun wujud konkretnya dapat berupa novel, buku, artikel, dan
sebagainya (Kridalaksana dalam Sumarlam, 2008: 9). Bahasa tulis tersebut
dapat diungkapkan melalui media massa cetak dan elektronik. Salah satu
bentuk media cetak adalah surat kabar, yang digunakan untuk
menyampaikan informasi tentang berbagai peristiwa atau hal-hal yang
terjadi pada saat itu.
Surat kabar saat ini telah menjadi kebutuhan masyarakat. Akibat
membaca dalam waktu sehari saja. Hal ini karena mereka merasa
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi.
Kemajuan IPTEK di segala bidang saat ini menyebabkan surat
kabar menjadi berkembang pesat. Salah satu akibat dari perkembangan
pesat ini adalah masyarakat akan begitu mudah untuk mendapatkan surat
kabar. Akibat selanjutnya adalah ragam bahasa surat kabar yang
mempunyai ciri tersendiri akan mudah ditiru begitu saja oleh masyarakat.
Hal ini terjadi bila masyarakat kurang dibekali dengan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.
Bentuk-bentuk tulisan surat kabar pada umumnya digolongkan ke
dalam tiga kelompok besar: berita (news), opini (views), dan iklan
(advertising) (Sumadiria, 2005: 6). Surat kabar menyediakan sebagian
halamannya untuk menampung opini atau pendapat (wujud dari fungsi
pers sebagai alat kontrol sosial). Opini ini bisa berupa opini umum (public
opinion) dan bisa berupa opini redaksi (desk opinion). Wujud tulisan opini
umum (public opinion) adalah artikel, kolom, dan surat pembaca,
sedangkan wujud tulisan redaksi adalah tajuk rencana, pojok, dan
karikatur atau kartun (Sugihastuti, 2003: 19).
Dalam penyampaian opini yang berupa opini redaksi, surat kabar
mempunyai cara yang berbeda-beda. Penelitian ini misalnya, meneliti
tentang buku berisikan kumpulan kartun opini yang terdapat dalam surat
menampilkan rubrik tersendiri untuk mewakili aspirasinya berkaitan
dengan kondisi politik ekonomi yang sedang terjadi di tahun 1998-2009.
Penelitian ini hanya memfokuskan penelitian pada data tahun 2009 karena
wacana tahun 2009 masih hangat-hangatnya untuk dibahas. Rubrik
tersebut tidak secara langsung menyajikan wacana yang berisikan kritik
dan komentar, tetapi menggunakan tokoh-tokoh imajinatif yang disebut
kartun.
Kartun dalam media cetak Indonesia disajikan sebagai selingan
setelah pembaca menikmati rubrik-rubrik atau artikel-artikel yang lebih
serius. Kartun membawa pembaca ke dalam situasi yang lebih santai.
Meskipun pesan-pesan di dalam beberapa kartun sama seriusnya dengan
pesan-pesan yang disampaikan lewat berita dan artikel, pesan-pesan kartun
sering lebih mudah dicerna atau dipahami sehubungan dengan sifatnya
yang menghibur. Gambar-gambar dan tulisan-tulisan dalam kartun dibuat
lucu, menggelitik, dan mengandung sindiran. Sebagai media ekspresi,
kartun juga mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan merenungkan
pesan-pesan yang tersirat di dalamnya. Tambahan pula kritikan-kritikan
yang disampaikan secara jenaka tidak begitu dirasakan melecehkan atau
mempermalukan. Kartun juga digunakan sebagai media pada kritik politik.
Politik biasanya menjadi topik yang hangat dari setiap hasil karya
pekartun di Indonesia mulai dari zaman revolusi hingga saat ini. Setelah
memasuki masa reformasi, tema politik tidak lagi menjadi satu-satunya isu
kemiskinan juga menjadi pilihan. Politik yang disajikan dengan kartun
lebih bersifat halus karena sifatnya sebagai sindiran halus.
Kartun politik tidak bisa lepas dari bahasa, karena tanpa bahasa
komunikasi tidak dapat tersampaikan dengan baik. Tanpa bahasa makna
yang terkandung dalam kartun opini sulit dipahami oleh pembaca. Bahasa
yang digunakan dalam kartun opini biasanya berupa tuturan singkat yang
dipadukan dengan gambar. Muatan bahasanya mengandung unsur humor
karena humor sebagai warna kehidupan manusia.
Buku yang ditulis oleh Benny Rachmadi sangat menarik untuk
diteliti karena beliau mempunyai latar belakang kehidupan yang menarik
juga. Benny Rachmadi Lahir di Samarinda, 23 Agustus 1969. Lulus dari
Desain Grafis Institut Kesenian Jakarta tahun 1993. Sejak 1998 menjadi
kartunis pada harian dan mingguan Kontan.
http://www.cartoonesia.com/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=78:ultah-mkib-kembali-menggelar-workshop-kartun&catid=1:latest-news&Itemid=58. Diakses tanggal 03 Januari 2010, pukul:11.07.
Sebuah tuturan yang terdapat dalam kartun opini mempunyai
makna yang berbeda-beda yang dikaitkan dengan gambar. Makna ada dua
yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna yang digunakan dalam
kartun opini adalah makna gramatikal atau makna yang sesuai dengan
konteks tuturan. Sebuah kartun opini dapat dilihat makna secara tersirat
dalam kartun opini dapat menyulitkan penafsiran pembaca. Oleh karena
itu, penelitian ini akan berusaha memberikan makna tuturan sesuai dengan
gambar yang ada.
Penyimpangan pragmatik sering digunakan dalam kartun opini
untuk mendapatkan nilai kelucuan. Penyimpangan pragmatik yang sering
terjadi yaitu penyimpangan prinsip kerja sama dan penyimpangan prinsip
kesopanan. Selain itu, skala pragmatik juga mengalami pelanggaran dalam
penulisan kartun opini yang dapat dikaji dalam penelitian ini.
Kartun menggunakan bahasa yang menyimpang prinsip pragmatik
dan skala pragmatik. Penyimpangan pragmatik prinsip kerja sama yang
dilanggar meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi,
dan maksim pelaksanaan. Misalnya (data 24) pada gambar terlihat seorang
pelari sedang melewati garis finish, kemudian ada wasitnya dengan
membawa bendera sedangkan pelari tersebut membawa surat bertuliskan
MK.
(+) Sudah finish, mbak!
(- ) Belum!!!Masih ada satu putaran lagi!!!
Penyimpangan maksim kualitas terlihat pada wacana tersebut.
Penyimpangan tersebut bersifat menyindir kepada Megawati karena kalah
dalam Pilpres tetapi beliau masih tidak percaya dengan kekalahannya.
Sampai-sampai beliau mengajukan surat kepada Mahkamah Konstitusi.
kekalahan, bukannya tidak percaya dengan kekalahan yang didapat dengan
mengadakan Pilpres ke 2.
Prinsip kesopanan yang dilanggar yaitu maksim kebijaksanaan,
maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati,
maksim kecocokan, dan maksim kesimpatian. Misalnya (data 15) pada
gambar menunjukkan seorang pengendara motor sedang berbincang
dengan temannya di Pom Bensin, pengendara pertama sedang mengisi
bensin dengan membawa motor butut atau kunonya.
(+) Gaya, lu motor butut diisi pake Pertamax...
(-) Bukannya gaya...Premiumnya langka, nggak ada pilihan!!!
Wacana kartun di atas menyimpang maksim penerimaan,
ditunjukan dengan kalimat “gaya lu motor butut diisi pake Pertamax”.
Berarti penutur memaksimalkan ketidakhormatan kepada lawan tutur yang
ditandai dengan gaya lu!! dan motor butut. Tuturan tersebut bersifat
mengejek.
Tuturan di atas menunjukkan sindiran kepada pemerintah
mengenai kelangkaan Premium. Rakyat sampai-sampai membeli Pertamax
untuk bahan bakar alat transportasi mereka misalnya motor yang harganya
mahal. Seharusnya pemerintah dapat segera mengatasi kelangkaan bahan
bakar Premium agar rakyat tidak sengsara. Penyimpangan maksim
kebijaksanaan digunakan dalam wacana kartun di atas agar tuturan
merupakan penciptaan kartun opini dengan mengekspresikan gagasan
mengenai masalah sosial ekonomi yang terjadi pada saat itu.
Skala penyimpangan pragmatik terlihat pada data 16 terjadi
penyimpangan parameter kedudukan tindak ucap. Terlihat pada
percakapan berikut:
(+) Ganti nama, biar nggak malu-maluin...hehehe...
(- ) Tapi berasnya tetap nggak pulen, kan?
Suatu tindak ucap terasa wajar apabila diutarakan di dalam situasi
yang tepat. Pada tuturan di atas tidak tepat diutarakan karena dalam situasi
mendesak, pemerintah hanyalah mementingkan gengsinya saja dengan
cara mengganti nama beras. Padahal pada saat itu, rakyat membutuhkan
kualitas beras bukan namanya.
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena penyimpangan
prinsip kerja sama, penyimpangan prinsip kesopanan dan skala
penyimpangan pragmatik sering muncul pada kartun opini DPP tersebut.
Maka penelitian ini berjudul Penyimpangan Pragmatik Kartun Opini
dalam Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian &
Mingguan Kontan (2009) Karya Benny Rachmadi.
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitian berjalan secara terarah dalam hubungannya dengan
yang diteliti. Pembatasan ini setidaknya memberikan gambaran mengenai
arah penelitian ini dan memudahkan peneliti untuk menganalisis
permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada kartun opini
yang terdapat pada buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut
Ekonomi di Mingguan & Harian Kontan (2009).
C. Perumusan Masalah
Penelitian mengenai penyimpangan pragmatik kartun opini dalam
buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian &
Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi terdapat beberapa
permasalahan yang akan dibahas, sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun opini
dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian
& Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi?
2. Bagaimana bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini
dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian
& Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rahcmadi?
3. Bagaimana bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini dalam
Buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian &
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
tujuan penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi bentuk penyimpangan prinsip kerja sama kartun
opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi
Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.
2. Mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan kartun opini
dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian
& Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.
3. Mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik kartun opini
dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian
& Mingguan Kontan (2009) karya Benny Rachmadi.
E. Manfaat Penelitian
Pada hakikatnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu
manfaat. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Praktis
a. Dengan mengidentifikasi, bentuk penyimpangan prinsip kerja sama
kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut
Rachmadi, maka dapat digunakan sebagai pijakan penelitian
selanjutnya.
b. Dengan mengetahui bentuk penyimpangan prinsip kesopanan
kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut
Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny
Rachmadi, maka digunakan sebagai acuan untuk penulisan kritikan
yang baik dalam kartun opini.
c. Dapat mengidentifikasi bentuk skala penyimpangan pragmatik
kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke Presiden” Karut-Marut
Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya Benny
Rachmadi.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti dan
pembaca dalam bidang linguistik khususnya bidang pragmatik.
b. Mengembangkan pengetahuan terhadap wacana kartun opini yang
mengalami penyimpangan prinsip kerja sama, penyimpangan
prinsip kesopanan, dan skala penyimpangan pragmatik.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disajikan dengan maksud memberikan
diuraikan dan dibahas secara menyeluruh. Adapun sistematika penulisan
dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, pembatasan
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bab ini meliputi tinjauan pustaka, landasan teori, dan kerangka
berpikir.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari objek penelitian, jenis penelitian dan sumber
data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penyajian hasil
analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini merupakan inti dari penelitian yang berisikan tentang
gambaran umum wacana “Dari Presiden ke Presiden”, bentuk
penyimpangan pragmatik, skala penyimpangan pragmatik, serta temuan
dan pembahasan dalam kartun opini dalam buku “Dari Presiden ke
Presiden” Karut-Marut Ekonomi Harian & Mingguan Kontan (2009) karya
Benny Rachmadi.
Bab V Penutup