• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LETAK TITIK FOKUS KELENGKUNGAN KUBAH TERHADAP KINERJA AKUSTIK RUANG MASJID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH LETAK TITIK FOKUS KELENGKUNGAN KUBAH TERHADAP KINERJA AKUSTIK RUANG MASJID"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LETAK TITIK FOKUS KELENGKUNGAN KUBAH TERHADAP KINERJA AKUSTIK RUANG MASJID

(Studi Kasus Masjid Raudhatur Rahman Padang Tiji, Kab. Pidie, Prop. Aceh) Riza Priandi

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala rizapriandi@gmail.com

ABSTRAK

Kinerja akustik yang terjadi pada Masjid Raudhatur Rahman di Kabupaten Pidie Propinsi Aceh menunjukkan cacat akustik yang cukup serius. Akibatnya, ruangan masjid tidak dapat berfungsi optimal.

Dari tinjauan teoritis, jari-jari kelengkungan dan letak titik fokus kubah yang terbentuk sebagai efek dari penerapan teknologi ferrocement dan view yang ditampilkan, diperkirakan adalah penyebab utama timbulnya cacat akustik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh jari-jari kelengkungan kubah dan letak titik fokusnya terhadap kinerja akustik ruang masjid. Model simulasi dibuat dengan penerapan teori focusing effect (efek pemusatan suara), dengan membuat variasi jari-jari kelengkungan dan letak titik fokus kubah.

Hasil simulasi kondisi awal (existing) menunjukkan cacat akustik tergolong sangat tinggi.

Hampir semua parameter akustik yang ditinjau tidak memenuhi nilai standar. Reverberation time (RT) yang terjadi sangat besar dan bervariasi, dengan nilai rata-rata RT Sabine berkisar 3,21 - 4,1 detik. Sound pressure level (SPL) terdistribusi cukup merata, berkisar antara 83 - 93 dB. Distribusi nilai Early Decay Time (EDT) tidak merata, pada bagian tengah ruangan berkisar antara 4 – 5,5 detik, sementara bagian tepi antara 2,5 – 4 detik. Nilai RASTI sangat rendah dan terdistribusi tidak merata antara 20 - 58 %, dengan klasifikasi bad hingga poor. Nilai D50 relatif sangat rendah antara 0 - 63 % dan terdistribusi tidak merata. Orientasi suara (LEF2) relatif cukup baik, berkisar antara 0 - 30 %.

Pemodelan dengan menempatkan titik fokus kubah di permukaan lantai dari kondisi awalnya 4,28 m di bawah lantai, menghasilkan kualitas akustik yang lebih rendah dari kondisi existing.

Sementara pemodelan dengan menempatkan titik fokus kubah 5 m di atas lantai ruangan, juga menghasilkan kualitas akustik yang lebih rendah dari kondisi existing, namun focusing effect dapat direduksi.

Kata kunci : kelengkungan kubah, letak titik fokus, cacat akustik

PENDAHULUAN

Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim. Beberapa fungsi masjid, di antaranya tempat bersujud kepada Allah, pusat kegiatan keagamaan dan ibadah seperti kutbah, ceramah agama, shalat berjama’ah, pernikahan, dan madrasah. Masjid merupakan tempat yang paling banyak disuarakan Asma Allah seperti kegiatan mengaji, zikir, dan tadarus.

Kegiatan-kegiatan ibadah tersebut, membutuhkan kondisi akustik ruang masjid yang memenuhi persyaratan akustik.

Studi kasus pada Masjid Raudhatur Rahman yang berada di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Denah masjid berbentuk segi 24, dengan atap dome menutupi denah secara menyeluruh. Pemilihan kasus didasarkan pada permasalahan cacat akustik yang sangat mengganggu pelaksanaan ibadah.

PERMASALAHAN

Permasalahan yang timbul pada masjid Raudhatur Rahman adalah kinerja akustik yang sangat mengganggu pelaksanaan ibadah di dalamnya, seperti gema yang timbul sangat keras, waktu dengung (reverberation time) yang panjang, hilangnya orientasi suara, tidak meratanya distribusi suara dan bising. Ini semua merupakan cacat akustik yang sangat mengganggu untuk ruangan dengan fungsi utama percakapan (speech hall). Cacat akustik ini menyebabkan suasana dalam masjid tidak nyaman, sehingga mengurangi kekhusyukan jama’ah dalam melakukan ibadah.

(2)

Rumusan permasalahan adalah bagaimana pengaruh jari-jari kelengkungan kubah dan letak titik fokus terhadap kinerja akustik yang timbul pada ruangan masjid.

TUJUAN

Untuk mengetahui pengaruh jari-jari kelengkungan kubah dan letak titik fokus terhadap kinerja akustik ruang masjid.

KAJIAN TEORI

Pemantulan Suara

Gejala pemantulan suara pada permukaan hampir sama dengan pemantulan cahaya.

Sifat dan bentuk permukaan bidang pantul menentukan gejala pemantulan. Jika permukaan yang keras, tegar dan rata, seperti beton, bata, plesteran, atau kaca, memantulkan hampir semua energi atau daya suara yang diterima. Jika permukaan bidang pantul cembung, cenderung menyebarkan gelombang suara, dan permukaan cekung cenderung mengumpulkan suara.

Absorbsi Suara

Penyerapan suara (absorbsi suara) adalah perubahan energi suara menjadi bentuk lain, biasanya panas, ketika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan.

Jumlah panas yang dihasilkan sangat kecil, sedang kecepatan perambatan gelombang suara tidak dipengaruhi oleh penyerapan.

Teori Dasar Permukaan Lengkung.

Distribusi energi suara yang merata pada suatu ruangan akan sulit tercapai apabila pada ruangan tersebut terdapat permukaan yang berbentuk cekung. Pada ruangan melingkar dimana pada pusatnya diletakkan sumber suara, seluruh berkas suara yang dipancarkan oleh sumber suara tersebut akan sampai pada permukaan cekung dari dinding secara tegak lurus pada waktu yang sama, dan akan dipantulkan kembali melalui jalur datangnya berkas tersebut menuju ke arah sumber suara kembali. Efek pantulan dari sumber suara yang terletak pada pusat bola, dapat dilihat pada Gambar 1.

Pada Gambar 2 diperlihatkan ruangan berbentuk bola dimana sumber suara diletakkan pada posisi ½ r dari pusat bola, dimana r adalah jari-jari bola. Walaupun tidak ada konsentrasi yang kuat dari energi suara pada satu titik penerima terlihat bahwa energi suara tidak memiliki kecenderungan untuk terdistribusi secara merata pada seluruh ruangan dalam bola. Sebaliknya, ada kecenderungan berkas energi suara terpusat pada sekitar daerah penerima (R).

Efek Pemusatan Suara (Focusing Effect)

Pada ruangan dengan satu atau lebih permukaan cekung, suara yang datang dari sumber suara yang menuju pemukaan cekung tersebut akan dipantulkan menuju titik fokus permukaan tersebut, sehingga akan terdapat titik dalam ruangan tersebut yang menerima pancaran energi suara yang berlebihan. Fenomena ini disebut efek pemusatan suara (focusing effect). Hal ini sering terjadi pada bangunan yang memiliki langit-langit berbentuk kubah. Ruangan di bawah kubah sangat berpotensi untuk menerima pancaran energi suara yang berlebih, dan akibatnya menimbulkan efek pemusatan suara.

Gambar 1. (a) Berkas suara dipancarkan oleh sumbersuara; (b) Permukaan cekung memantulkan

seluruh berkas suara kembali pada sumber.

Sumber : Henriza (1999)

Gambar 2. Berkas-berkas suara yang dipancarkan oleh sumber suara (S) sampai pada penerima (R)

dalam ruangan berbentuk bola.

Sumber : Henriza (1999)

(3)

Analisis efek pemusatan suara sangat diperlukan karena hal tersebut dapat menjelaskan fenomena yang dirasakan oleh pendengar. Pendengar akan membandingkan peningkatan tekanan suara yang dirasakannya dengan apa yang diharapkan pada kondisi normal (ruangan tanpa permukaan lengkung). Tekanan suara yang berlebih ini juga dapat membingungkan pendengar dimana suara seolah-olah tidak berasal dari loadspeaker, tetapi dari lengkungan kubah.

Cacat Akustik Ruang

Cacat-cacat akustik yang potensial pada ruang harus dieliminasi, karena dapat merusak kondisi akustik. Cacat-cacat akustik pada ruang meliputi gema, pemantulan yang berkepanjangan (long delayed), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, &

resonansi ruang. Beberapa cacat akustik pada ruang, yaitu gema (echo), pemantulan dengan waktu yang panjang, bayang-bayang bunyi, dan pemusatan bunyi.

Gema (echo)

Gema adalah pengulangan bunyi asli yang jelas dan sangat tidak disukai, dan merupakan cacat akustik yang paling berat. Gema terjadi jika selang minimum sebesar 1/25 detik (untuk pembicaraan) sampai 1/10 detik (untuk musik), terjadi antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul yang berasal dari sumber yang sama.

Pemantulan Yang Berkepanjangan (Long Delayed)

Pemantulan yang berkepanjangan (long delayed), adalah cacat akustik yang sejenis dengan gema, tetapi penundaan waktu antara penerimaan bunyi langsung dan bunyi pantul agak lebih singkat.

Gaung

Gaung terdiri dari gema-gema kecil yang berurutan dengan cepat dan dapat dicatat serta diamati bila ledakan bunyi singkat (seperti tepukan tangan atau tembakan), dilakukan di antara permukaan-permukaan pemantul yang sejajar, walaupun kedua pasangan dinding lain yang tidak sejajar, menyerap atau merupakan permukaan-permukaan difus. Eliminasi permukaan-permukaan pemantul yang berhadapan dan saling sejajar adalah salah satu cara untuk menghindarkan gaung.

Dengung Dan Waktu Dengung (RT60)

Suara yang berkepanjangan sebagai akibat pemantulan yang berturut-turut dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan, disebut dengung. Interval waktu terjadinya dengung disebut waktu dengung (reverberation time).

Waktu dengung (reverberation time) merupakan indikator umum baik buruknya kualitas akustik sebuah ruangan. W.C Sabine (1898) memperkenalkan konsep waktu dengung sebagai waktu yang diperlukan oleh energi suara untuk meluruh sehingga sepersejuta dari energi awalnya meluruh sebesar 60 dB.

Besaran Akustik (Parameter Kejelasan Suara) Yang Diturunkan Dari Respon Impuls Ruangan

Respon impuls ruangan merupakan sebuah grafik yang memberikan informasi tentang gambaran kondisi akustik sebuah ruangan. Informasi yang diberikan oleh grafik respon impuls tersebut merepresentasikan kandungan frekuensi, amplitudo, waktu

Gambar 3. Skema pantulan suara pada bangunan dengan atap kubah.

Sumber : Henriza (1999)

(4)

kedatangan suara, serta seluruh pantulan yang berurutan dari semua permukaan ruangan pada sebuah titik di dalam ruangan.

Beberapa parameter kejelasan suara yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja akustik yaitu G10 (faktor kekuatan suara/relative strength), EDT (early decay time), RASTI dan D50 (inteligibility/kejelasan suara).

Kesimpulan Teoritik

Letak titik fokus kubah dipengaruhi oleh bentuk dan kelengkungan kubah. Letak titik fokus tersebut sangat mempengaruhi kinerja akustik ruang, dimana berkas-berkas suara yang datang kepermukaan kubah akan dipantulkan secara berulang sesuai kelengkungan kubah tersebut. Bentuk dan kelengkungan kubah yang merupakan suatu bidang cekung tersebut, cenderung untuk memantulkan suara kesuatu titik pemusatan suara, sehingga menimbulkan gema yang berulang-ulang dalam waktu yang panjang, dan waktu dengung yang timbul akan sangat panjang. Hal tersebut sangat mengurangi tingkat kejelasan suara (inteligibility).

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode simulasi komputer, melalui uji pemodelan menggunakan perangkat lunak CATT-Acoustic v7.2e. Model dibuat sesuai data fisik objek, yang diperoleh dengan pengukuran langsung terhadap objek yang ditinjau, meliputi dimensi dan bentuk kubah, dimensi ruangan, jenis bahan, jumlah dan perletakan serta jenis sumber suara.

Selanjutnya, pada tahap pertama dilakukan pembuatan model awal sesuai dengan bentuk dan ukuran masjid yang diteliti. Selanjutnya dilakukan simulasi menggunakan program CATT-Acoustics v7.2e. Dari simulasi diperoleh output berupa nilai perbandingan tingkat tekanan suara dan bising (sound to noise ratio/SNR), waktu dengung (RT60), tingkat tekanan suara (sound pressure level/SPL), serta parameter-parameter kejelasan suara, yaitu G10, EDT, D50 dan RASTI. Output ini dievaluasi dan dianalisis dengan membandingkannya terhadap standar-standar akustik yang dipersyaratkan.

Tahap selanjutnya, dilakukan simulasi terhadap model dengan variasi jari-jari kelengkungan kubah serta tinggi ruangan (letak titik fokus). Model simulasi ditentukan sejumlah 4 buah, dikembangkan dari model awal dengan merubah letak titik fokus kubah.

Dua buah model dibuat dengan merubah bentuk dan jari-jari kelengkungan kubah.

Pada model awal, titik fokus berada 4,28 m di bawah lantai dengan jari-jari kelengkungan kubah 21,2801 m. Pada model pertama (A-1), letak titik fokus kubah ditentukan berada pada permukaan lantai dengan jari-jari kelengkungan kubah 19,792 m. Pada model kedua (A-2), letak titik fokus kubah ditentukan berada pada kaki kubah yaitu 5 m di atas lantai, dengan jari-jari kelengkungan kubah 19,15 m.

Gambar 4. Model A-1 dan A-2

Untuk 2 buah model lainnya, dibuat dengan merubah ketinggian ruangan. Pada model ketiga (B-1), letak titik fokus kubah ditentukan berada pada permukaan lantai, dengan merubah ketinggian lantai menjadi 9,28 m. Sementara, pada model keempat (B-2) letak titik fokus kubah ditentukan berada 4,28 m di atas lantai, dengan merubah ketinggian

(5)

lantai menjadi 13,56 m. Pada kedua model ini, jari-jari kelengkungan kubah dipertahankan tetap 21,2801 m.

Gambar 5. Model B-1 dan B-2

Variabel bebas, yaitu jari-jari kelengkungan kubah, letak titik fokus kubah.

Variabel terikat, yaitu kondisi objektif dan kondisi subjektif. Variabel Tetap, yaitu bising latar belakang (background noise), temperatur dan kelembaban.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Simulasi Model Awal Masjid (Kondisi Existing) Waktu Dengung (RT60)

Hasil simulasi kondisi existing Masjid Raudhatur Rahman menunjukkan nilai waktu dengung yang sangat bervariasi, antara 2,2 - 8,5 detik. Nilai yang terbesar tersebut berada disekitar tengah ruangan. Nilai rata-rata waktu dengung Sabine berkisar 3,21 - 4,1 detik. .

Berdasarkan grafik hubungan antara volume ruangan dengan waktu dengung, Masjid Raudhatur Rahman dengan volume 11.735 m3 seharusnya mempunyai waktu dengung <

1,85 detik.

Tingkat Tekanan Suara (Sound Pressure Level/SPL)

Distribusi tingkat tekanan suara (SPL) relatif cukup merata. Pada bagian tengah ruangan SPL mencapai 93 dB, sementara pada bagian tepi kiri dan kanan ruangan SPL sekitar 85 dB.

G10 (Faktor kekuatan Suara/Relative Strength)

Nilai G10 hasil simulasi kondisi existing relatif cukup besar dan terdistribusi tidak merata antara 3 dB hingga 12 dB.

EDT (Early Decay Time)

Nilai-nilai EDT pada bagian tengah ruangan (receiver 1–13), nilai EDT relatif jauh lebih besar dari nilai EDT pada bagian tepi ruangan (receiver 15–23). Pada bagian tengah ruangan, nilai EDT berkisar antara 4 – 5,5 detik. Pada bagian tepi ruangan nilai EDT berkisar antara 2,5 – 4 detik.

RASTI (Rapid Speech Transmission Index)

Nilai RASTI relatif sangat rendah dan terdistribusi tidak merata antara 20 - 58 %.

Pada bagian tengah ruangan nilai RASTI sangat rendah, berkisar antara 20 - 30 %, tergolong klasifikasi bad. Pada bagian tepi kiri dan kanan juga relatif rendah, berkisar antara 30 - 40 %, tergolong klasifikasi poor. Pada bagian depan dan belakang ruangan nilai RASTI relatif lebih baik, berkisar antara 45 - 58 %, tergolong klasifikasi fair.

D50 (Inteligibility/Kejelasan Suara)

Nilai D50 relatif sangat rendah dan terdistribusi tidak merata antara 0 - 63 %. Pada bagian tengah ruangan nilai D50 sangat rendah, berkisar antara 0 - 10 %. Pada bagian tepi kiri dan kanan juga relatif rendah, berkisar antara 20 - 30 %. Pada bagian depan dan

(6)

belakang ruangan nilai D50 relatif lebih baik, berkisar antara 40 - 63 %. Pada bagian mimbar, nilai D50 berkisar antara -10 % - 10 %. Secara umum, nilai-nilai tersebut tidak memenuhi standar akustik yang dipersyaratkan, yaitu > 50 %.

Orientasi Suara

Orientasi suara pada ruangan digambarkan sebagai nilai LEF2. Nilai 0 % berarti arah suara yang didengar oleh pendengar (receiver) berasal tepat dari depan. Secara umum terlihat nilai LEF2 cukup baik, berkisar antara 0 - 30 %.

B. Simulasi Model dengan Variasi Jari-jari Kelengkungan Kubah dan serta Tinggi Ruangan

Model A-1

Nilai RT60 untuk setiap frekuensi, diperlihatkan pada Tabel 1, berkisar antara 4,11 - 4,66 detik. Pada model A-1 ini, volume ruangan adalah 14.107 m3. Nilai RT60 yang sesuai menurut volume ruangan adalah 1,0 detik.

Tabel 1. Nilai RT60 model A-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz RT60 (s) 4,66 4,51 4,47 4,11

Secara global nilai SPL, EDT dan D50 maksimum, minimum dan rata-rata untuk setiap frekuensi diperlihatkan pada Tabel 2, 3 dan 4. Nilai RASTI terdistribusi antara 24,9 – 60,6

% (bad – fair/good), dengan nilai rata-rata 35,8 % (poor), seperti terlihat pada Gambar 6.

Tabel 2. Nilai SPL model A-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

SPL (dB) Max 69,3 72,1 74,9 77,8

Mean 62,5 65,4 68,3 70,8

Min 58,4 61,5 64,1 66,8

Tabel 3. Nilai EDT modelA-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

EDT (s) Max 5,5 5,5 5,3 5,2

Mean 4,9 4,9 4,8 4,7

Min 2,9 2,9 2,9 2,8

Tabel 4. Nilai D50 modelA-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

D50 (%) Max 54,1 56,3 56,4 58,9

Mean 21,5 22,3 22,6 24,5

Min 1,3 1,4 1,4 1,5

Secara umum, parameter-parameter akustik tersebut tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Focusing effect dari bentuk cekungan kubah masih terjadi, namun tidak terlalu significant.

(7)

R#

RASTI*100

0 10 20 30 40 50 0

20 40 60 80

100Background: 32/25 dB

BAD POOR FAIR GOOD EXC.

A0

[0->99] RASTI*100

A0

[0->99] D-50 (500Hz and 2kHz avg.)

A0

[0->99] SPL (500Hz and 2kHz power sum)

25

18

72 30

13

30 72

14

28 72

19

28 72

22

29 72

23

28 72

23

27 73

20

28 73

23

29 73

23

29 72

23

29 72

20

72 30

14

39 72

8

35 74

10

30 73

18

32 71

27

33 72

29

32 73

26

30 74

20

32 74

25

32 74

27

32 73

27

30 72

19

34 71

10

54 73

2

77 41

7

74 31

21

30 70

21

35 69

32

71 40

38

74 37

29

76 40

38

74 35

31

33 71

27

30 69

21

70 41

7

74 61

1

79 42

13

73 31

21

34 69

31

35 69

33

70 42

40

74 42

40

74 36

34

35 70

30

32 69

22

69 42

13

73 57

2

77 42

11

72 33

22

38 68

33

42 68

38

69 51

54

73 53

58

73 42

39

40 69

36

35 68

23

68 42

12

72

Gambar 6. Klasifikasi RASTI model A-1

Model A-2

Nilai RT60 untuk setiap frekuensi, diperlihatkan pada Tabel 5, berkisar antara 5,11 - 5,97 detik. Pada model A-2 ini, volume ruangan adalah 18.228 m3. Nilai RT60 yang sesuai dengan volume ruangan adalah 1,02 detik.

Tabel 5. Nilai RT60 model A-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz RT60 (s) 5,97 5,71 5,64 5,11

Secara global nilai SPL, EDT dan D50 maksimum, minimum dan rata-rata untuk setiap frekuensi diperlihatkan pada Tabel 6, 7 dan 8.Nilai RASTI terdistribusi antara 25,4 – 55,1

% (bad – fair), dengan nilai rata-rata 35,5 % (poor), seperti terlihat pada Gambar 7.

Tabel 6. Nilai SPL model A-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

SPL (dB) Max 64,4 67,4 70,3 73,0

Mean 62,3 65,2 68,1 70,7

Min 60,7 63,6 66,4 69,1

Tabel 7. Nilai EDT modelA-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

EDT (s) Max 5,3 5,3 5,2 5,0

Mean 4,9 4,8 4,8 4,6

Min 3,6 3,5 3,5 3,2

Tabel 8. Nilai D50 modelA-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

D50 (%) Max 53,5 55,5 54,9 58,4

Mean 21,5 21,6 21,9 24,0

Min 3,6 4,0 4,1 4,3

Secara umum, parameter-parameter akustik tersebut tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Focusing effect dari bentuk cekungan kubah relatif tidak significant mempengaruhi kinerja akustik.

(8)

R#

RASTI*100

0 10 20 30 40 50 0

20 40 60 80

100Background: 32/25 dB

BAD POOR FAIR GOOD EXC.

A0

[0->99] RASTI*100

A0

[0->99] D-50 (500Hz and 2kHz avg.)

A0

[0->99] SPL (500Hz and 2kHz power sum)

30

22

72 33

17

31 72

15

31 72

21

32 72

25

33 72

28

33 72

28

31 72

26

32 72

27

33 72

28

31 72

23

31 72

22

72 31

15

36 72

12

34 72

13

31 71

18

33 72

27

35 72

31

37 72

34

35 73

31

37 72

33

36 73

33

33 72

27

31 72

18

33 72

12

41 72

7

72 39

10

72 31

14

25 72

16

31 71

28

72 43

46

73 45

48

74 44

47

73 32

27

27 72

15

31 71

15

72 37

10

72 55

4

74 45

10

72 34

13

26 71

20

27 71

22

71 45

47

73 45

46

73 28

22

28 71

18

34 71

14

71 46

10

72 53

5

72 43

9

71 35

15

30 71

18

33 70

26

71 51

54

73 53

57

73 31

23

30 70

20

34 70

15

70 42

11

71

Gambar 7. Klasifikasi RASTI model A-2

Model B-1

Nilai RT60 untuk setiap frekuensi, diperlihatkan pada Tabel 9, berkisar antara 4,14 - 4,72 detik. Pada model B-1 ini, volume ruangan adalah 16.641 m3. Nilai RT60 yang sesuai menurut volume ruangan adalah 1,01 detik.

Tabel 9. Nilai RT60 model B-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz RT60 (s) 4,72 4,61 4,52 4,14

Secara global nilai SPL, EDT dan D50 maksimum, minimum dan rata-rata untuk setiap frekuensi diperlihatkan pada Tabel 10, 11 dan 12.Nilai RASTI terdistribusi antara 30,7 – 60,4 % (bad/poor – fair/good), dengan nilai rata-rata 38,4 % (poor), seperti terlihat pada Gambar 8.

Tabel 10. Nilai SPL model B-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

SPL (dB) Max 67,4 70,3 73,2 75,9

Mean 61,6 64,4 67,3 70,0

Min 59,2 62,1 65,0 67,4

Tabel 11. Nilai EDT modelB-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

EDT (s) Max 5,4 5,4 5,3 5,2

Mean 4,6 4,6 4,6 4,3

Min 2,7 2,7 2,6 2,5

Tabel 12. Nilai D50 modelB-1

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

D50 (%) Max 62,6 65,2 65,9 69,9

Mean 25,8 26,5 26,8 28,9

Min 1,9 2,2 2,2 2,3

(9)

Secara umum, parameter-parameter akustik tersebut tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Focusing effect dari bentuk cekungan kubah masih terjadi, namun tidak terlalu significant.

R#

RASTI*100

0 10 20 30 40 50 0

20 40 60 80

100Background: 32/25 dB

BAD POOR FAIR GOOD EXC.

A0

[0->99] RASTI*100

A0

[0->99] D-50 (500Hz and 2kHz avg.)

A0

[0->99] SPL (500Hz and 2kHz power sum)

32

25

71 33

19

32 71

20

33 71

27

35 71

30

35 71

32

36 71

33

34 71

30

35 71

31

36 71

32

35 71

30

33 71

26

71 32

20

40 71

11

36 72

14

32 72

23

38 70

35

39 71

37

38 71

36

36 73

31

38 72

36

38 72

35

37 72

34

33 71

23

37 71

13

56 71

3

76 41

11

72 33

22

32 70

23

40 69

40

70 46

50

73 43

41

74 45

49

73 40

40

33 70

24

32 69

22

69 40

10

72 60

2

77 36

14

71 31

20

35 69

29

34 69

34

70 47

49

73 46

48

73 36

33

34 70

27

31 69

23

69 36

15

71 59

2

76 38

12

70 34

21

37 69

28

40 69

36

69 57

65

72 59

68

72 39

34

37 69

27

35 69

21

69 39

12

70

Gambar 8. Klasifikasi RASTI model B-1

Model B-2

Nilai RT60 untuk setiap frekuensi, diperlihatkan pada Tabel 13, berkisar antara 4,58 - 5,32 detik. Pada model B-2 ini, volume ruangan adalah 20.886 m3. Nilai RT60 yang sesuai menurut volume ruangan adalah 1,04 detik.

Tabel 13. Nilai RT60 model B-2 Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz RT60 (s) 5,32 5,2 5,06 4,58

Secara global nilai SPL, EDT dan D50 maksimum, minimum dan rata-rata untuk setiap frekuensi diperlihatkan pada Tabel 14, 15 dan 16. Nilai RASTI terdistribusi antara 30,9 – 58,6 % (bad/poor – fair), dengan nilai rata-rata 39,1 % (poor), seperti terlihat pada Gambar 9.

Tabel 14. Nilai SPL model B-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

SPL (dB) Max 63,2 66,3 69,0 71,7

Mean 61,2 64,1 66,9 69,5

Min 59,2 61,9 64,7 67,2

Tabel 15. Nilai EDT modelB-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

EDT (s) Max 5,2 5,2 5,1 4,9

Mean 4,7 4,6 4,6 4,3

Min 3,4 3,2 3,2 3,0

Tabel 16. Nilai D50 modelB-2

Frekuensi 250 Hz 500 Hz 1 kHz 2 kHz

D50 (%) Max 62,4 62,8 64,3 68,3

Mean 27,2 27,5 28,5 30,2

Min 5,0 5,0 5,7 5,3

(10)

Secara umum, parameter-parameter akustik tersebut tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan. Focusing effect dari bentuk cekungan kubah masih terjadi, namun tidak terlalu significant.

R#

RASTI*100

0 10 20 30 40 50 0

20 40 60 80

100Background: 32/25 dB

BAD POOR FAIR GOOD EXC.

A0

[0->99] RASTI*100

A0

[0->99] D-50 (500Hz and 2kHz avg.)

A0

[0->99] SPL (500Hz and 2kHz power sum)

33

25

71 36

17

36 71

18

34 71

25

35 71

27

37 71

34

38 71

36

37 71

33

39 71

37

38 71

34

36 71

29

33 71

23

71 36

18

42 71

12

41 71

14

34 71

22

38 71

35

41 71

41

44 71

47

41 71

39

44 71

47

41 71

40

38 71

36

35 71

23

40 71

14

44 71

8

72 40

13

71 34

20

31 70

22

38 69

35

70 49

55

72 51

59

73 49

55

72 38

37

33 71

25

34 69

20

70 40

12

71 53

6

73 37

16

71 31

20

33 69

27

33 69

28

70 49

54

73 49

51

73 32

29

32 70

25

31 69

20

69 38

15

71 54

5

71 38

14

69 34

21

36 69

29

37 68

31

70 57

64

72 59

66

72 38

32

36 70

28

34 69

19

69 38

15

69

Gambar 9. Klasifikasi RASTI model B-2

KESIMPULAN

Hasil simulasi kondisi awal (existing) menunjukkan cacat akustik tergolong sangat tinggi. Hampir semua parameter akustik yang ditinjau tidak memenuhi nilai standar.

Reverberation time (RT) yang terjadi sangat besar dan bervariasi, dengan nilai rata-rata RT Sabine berkisar 3,21 - 4,1 detik. Sound pressure level (SPL) terdistribusi cukup merata, namun relatif tinggi, berkisar antara 83 - 93 dB. Distribusi nilai Early Decay Time (EDT) tidak merata. Pada bagian tengah ruangan berkisar antara 4 – 5,5 detik, sementara bagian tepi antara 2,5 – 4 detik. Nilai RASTI sangat rendah dan terdistribusi tidak merata antara 20 - 58 %, dengan klasifikasi bad hingga poor. Nilai D50 relatif sangat rendah antara 0 - 63 % dan terdistribusi tidak merata. Orientasi suara (LEF2) relatif cukup baik, berkisar antara 0 - 30 %.

Pemodelan dengan menempatkan titik fokus kubah di permukaan lantai dari kondisi awalnya 4,28 m di bawah lantai, menghasilkan kualitas akustik yang lebih rendah dari kondisi existing. Sementara pemodelan dengan menempatkan titik fokus kubah 5 m di atas lantai ruangan, juga menghasilkan kualitas akustik yang lebih rendah dari kondisi existing, namun focusing effect dapat direduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Doelle, Leslie L. (1972), “Environmental Acoustics”, Alih Bahasa : Dra. Lea Prasetio, M.

Sc., Jakarta : Penerbit Erlangga.

Henriza (1999), “Kajian Tentang Pengaruh Bentuk Dasar Atap Terhadap Kondisi Akustik Ruangan Masjid”, Tesis Program Magister Arsitektur, ITB.

Priandi, Riza (2005), “Kajian Akustik Pada Masjid Beratap Kubah, Uji Pemodelan Menggunakan Perangkat Lunak Catt Acoustic v7.2e”, Tesis Program Magister Arsitektur, ITB.

Gambar

Gambar 3.  Skema pantulan suara  pada bangunan dengan atap kubah.
Gambar 4.   Model A-1 dan A-2
Gambar 5.    Model B-1 dan B-2
Tabel 1.   Nilai RT 60   model A-1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai kontrol digunakan media yang telah ditambah kloramfenikol dan larutan pengencer (larutan aquadest steril). Penghitungan jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh

Kuitansi, dan SPTJM lembaga ke Direktorat Pembinaan PAUD guna diproses lebih lanjut sekaligus mengambil Surat Keputusan Penetapan Lembaga Penerima Bantuan dan copy

JAWA TENGAH JALUR PERPINDAHAN TUGAS ORANG TUA. SMAN 1

1220 1035 Universitas Negeri Manado 88201 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Agreine G.. Rolles Nixon

Adapun yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah Pendekatan Matematika Realistik efektif diterapkan pada pembelajaran matematika siswa berkemampuan awal tinggi

Teks prosedur adalah suatu bentuk teks yang berisi langkah-langkah atau tahapan-tahapan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu kegiatan agar kegiatan tersebut berjalan dengan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa genotipe toleran intensitas cahaya rendah terutama genotipe Ceneng memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dengan memiliki daun yang

Ketertarikan siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan melalui media pembelajaran berbasis permainan monopoli dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SMAN 1